• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pengolahan koleksi pustaka pandang dengar Di upt perpustakaan pusat Instiitut Seni Indonesiia Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen pengolahan koleksi pustaka pandang dengar Di upt perpustakaan pusat Instiitut Seni Indonesiia Surakarta"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perpustakaan Pustaka Pandang Dengar ISI Surakarta merupakan salah satu

sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan

bangsa. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju

penguasaan ilmu pengetahuan sekaligus menjadi tempat rekreasi yang

menyenangkan dan menyegarkan. Perpustakaan memberi kontribusi penting bagi

terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan perpustakaan

merupakan jantung bagi kehidupan aktifitas akademik, karena dengan adanya

perpusrakaan dapat diperoleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai

dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk memperbaiki kondisi tersebut,

perpustakaan harus menjadi sarana aktif/ interaktif dan menjadi tempat

dihasilkannya sebagai hal baru.

Di dunia pendidikan, perpustakaan difungsikan sebagai lembaga yang

menyimpan dan menyebarluaskan informasi kesegenap civitas akademika. Hal ini

merupakan bukti vitalnya keberadaan perpustakaan. Jadi sudah sewajarnya

apabila pengelolaan perpustakaan dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Sebagai lembaga yang berkecimpung dalam kesenian, Perpustakaan ISI

Surakarta mempunyai banyak koleksi tentang karya kesenian baik dalam bentuk

foto, rekaman kaset analog, CD/VCD/DVD/MP3, pita open reel, piringan hitam

(3)

salah satu dari jenis koleksi yang dilayankan di Perpustakaan Pusat Institut Seni

Indonesia Surakarta, selain koleksi tercetak.

Karya-karya dalam berbagai banyak media ini menjadi acuan bagi

mahasiswa ataupun dosen untuk mengasah ketrampilan mereka dalam

berkesenian. Berbagai macam bentuk media yang nantinya akan menjadi embrio

koleksi perpustakaan harus dikelola dengan baik. Pengelolaan koleksi pandang

dengar yang biasa disebut Audio Visual (AV) harus dilakukan dengan standard

yang berlaku di dunia perpustakaan.

Perpustakaan Pandang Dengar ISI Surakarta mendokumentasikan koleksi

dalam bentuk pita magnetic antra lain: Kaset, PH (Piringan Hitam), Open Reel,

Kaset Video masih dalam bentuk pita seperti; kaset Video MDV, Video 8Hi,

sedangkan dalam bentuk digital adalah CD Audio, VCD, DVD. Untuk

mewujudkan kondisi perpustakaan sesuai dengan fungsi dan peranannya maka

perpustakaan harus dirubah System operasionalnya dari perpustakaan manual

menjadi perpustakaan yang berbasis pada tekhnologi informasi dan komunikasi

(Perpustakaan Digital). Dengan menerapkan tekhnologi digital pustaka pandang

dengar mengasakan digitalisasi koleksi pustaka pandang dengar dengan

mengadakan restorasi bahan pustaka manual menjadi koleksi digital. Dimana

diharapkan setiap perpustakaan secara bertahap dapat mengejar ketinggalannya

dari perpustakaan- perpustakaan yang lebih maju dan lebih modern serta dapat

mengoptimalkan fungsi perpustakaan bagi masyarakat. Selain hal tersebut

diperlukan suatu manajemen pengolahan yang sesuai dengan standar

(4)

sesuai dengan apa yang diinginkan/ diharapkan. Dalam rangka mencapai tujuan

lembaga induknya yaitu Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi bidang

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, UPT Perpustakaan

Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta harus tanggap mengenai hal tersebut, salah

satu tuntutannya adalah mulai dari peningkatan kualitas layanan termasuk

penyediaan serta pengolahan bahan pustaka yang tepat bagi pemustaka, dimana

manajemen pengolahan bahan pustaka tersebut meliputi buku dan non buku yang

berupa koleksi Pandang Dengar (Audio Visual). Pemanfaatan koleksi Pandang

Dengar (Audio Visual) sangat menunjang kebutuhan pemustaka untuk

pelaksanaan yang praktis, karena sangat diperlukan sebagai media pembelajaran

dan sarana referensi bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas perkuliahaannya

dengan melihat dan mendengar di Perpustakaan Pandang Dengar ISI Surakarta.

Sesuai dengan fungsi perpustakaan yang telah dikemukakan menurut Wiji

Suwarno (2009: 46) antara lain:

Fungsi sebuah perpustakaan merupakan penjabaran lebih lanjut dari semua tugas perpustakaan. Fungsi perpustakaan tersebut antara lain adalah:

a. Pendidikan dan pembelajaran; b. Informasi;

c. Penelitian; d. Rekreasi dan; e. Preservasi.

Fungsi- fungsi itu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan perpustakaan.

Dimana setiap perpustakaan diselenggarakan dengan maksud dan tujuan

tertentu. Oleh karena itu, ada perbedaan fungsi yang sifatnya lebih spesifik pada

setiap jenis perpustakaan. Perpustakaan umum akan mempunyai fungsi yang

(5)

perpustakaan mempunyai fungsi yang sama seperti yang dikemukakan menurut

Syihabuddin Qalyubi dkk. (2003: 15), yaitu sebagai berikut:

a. Penyimpanan

Perpustakaan bertugas menyimpan koleksi (informasi) yang

diterimanya.

b. Pendidikan

Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup. Sebagai tempat belajar, perpustakaan sangat berarti bagi mereka yang sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah dan mereka yang putus sekolah. Perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku selalu dihubungkan dengan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, perpustakaan selalu berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.

c. Penelitian

Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai macam

koleksi(informasi) untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai. Kegiatan penelitian itu dilakukan oleh para pemakai perpustakaan mulai dari murid sekolah dasar hingga ke peneliti pemenang hadiah Nobel. Kedalaman dan cakupan pada setiap penelitian dapat berbeda, meskipun topiknya sama, yakni bergantung pada tujuannya.

d. Informasi

Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemakai yang disesuaikan dengan jenis perpustakaan. Informasi juga disediakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukam oleh pemakainya. Jawaban- jawaban itu, antara lain, disediakan melalui bahan referensi/ rujukan. Apabila perpustakaan dipandang sebagai sumber informasi harus ada kriteria yang harus dipenuhi.

e. Rekreasi kultural

Perpustakaan berfungsi menyimpan khazanah budaya budaya bangsa.

Perpustakaan berperan meningkatkan apresiasi budaya dari

masyarakat sekitarperpustakaan melalui penyediaan bahan bacaan. Fungsi kultural dilakukan dengan cara mengadakan berbagai kegiatan, misalnya pameran, ceramah, pertunjukan kesenian, dan penyediaan nahan bacaan yang dapat menghibur bagi pemakai, tetapi sekaligus mempunyai nilai yang lain, seperti pendidikan, seni, dan lain- lain.

Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk mengkaji

tentang Manajemen Pengolahan Koleksi Pandang Dengar (Audio Visual) di UPT

Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Penulis dalam membuat

(6)

PUSTAKA PANDANG DENGAR

DI UPT PERPUSTAKAAN PUSAT INSTITUT SENI INDONESIA

1.2. Rumusan Masalah

Penulis menggunakan rumusan masalah untuk pembatasan permasalahan,

sehingga meminimalkan perluasan dan penguburan masalah sebagai akibat

luasnya masalah, sehingga mempersempit bahasan masalah, maka akan

menghasilkan sebuah Tugas Akhir yang teratur dan sistematis, sehingga tercapai

harapan tulisan yang baik dan bermanfaat. Berdasarkan latar belakang pada

laporan Praktek Kerja Lapangan, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1.2.1 Bagaimana Kebijakan Pengembangan Koleksi di UPT

Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta?

1.2.2 Kendala dan strategi apa yang dilalui/ dilakukan dalam seleksi

Pustaka Pandang Dengar?

1.2.3 Kendala apa yang dilalui Sumber- sumber Seleksi (Alat bantu

seleksi) Pustaka Pandang Dengar di UPT Perpustakaan Institut Seni

Indonesia Surakarta?

1.2.4 Bagaimana Pengadaan koleksi Pustaka Pandang Dengar di UPT

Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta?

1.2.5 Bagaimana Inventarisasi koleksi Pustaka Pandang Dengar di UPT

(7)

1.2.6 Bagaimana Pemberian Stampel koleksi Pustaka Pandang Dengar di

UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta?

1.2.7 Bagaimana Katalogisasi koleksi Pustaka Pandang Dengar di UPT

Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta?

1.2.8 Bagaimana Klasifikasi koleksi Pustaka Pandang Dengar di UPT

Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta?

1.3. Tujuan Laporan Tugas Akhir

Adapun Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana Pengembangan Koleksi Pustaka

Pandang Dengar (audio visual) di UPT Perpustakaan Institut Seni

Indonesia Surakarta.

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana kendala dan strategi apa yang dilalui/

dilakukan dalam Seleksi Bahan/ Koleksi Pustaka Pandang Dengar

di Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta.

1.3.3 Untuk mengetahui kendala apa saja yang dilalui Sumber- sumber

Seleksi/ Alat bantu Seleksi Koleksi yang digunakan Pustakawan

Pandang Dengar UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia

Surakarta.

1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana Pengadaan Koleksi Pustaka Pandang

(8)

1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana Inventarisasi Koleksi Pustaka

Pandang Dengar di UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia

Surakarta.

1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana Pemberian Stampel Koleksi Pustaka

Pandang Dengar di UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia

Surakarta.

1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana Katalogisasi Koleksi Pustaka

Pandang Dengar di UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia

Surakarta.

1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana Klasifikasi Koleksi Pustaka Pandang

Dengar di UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan mengikuti penyusunan Tugas Akhir (TA) ini,

perlu adanya sistematika penulisan. Sistematika ini terdiri atas lima bab.

Secara singkat sistematika penulisan meliputi :

1.4.1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang perpustakaan, perumusan

masalah, tujuan penulisan laporan, waktu dan tempat pelaksanaan, metode

(9)

1.4.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat teori-teori yang berhubungan dengan topik dan

permasalahan yang diangkat dalam penyusunan Tugas Akhir.

1.4.3 BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN INSTITUT

SENI INDONESIA SURAKARTA.

Bab ini berisi sekilas tentang Perpustakaan Universitas Sanata Dharma,

sejarah perpustakaan, visi dan misi, tujuan, serta sasaran perpustakaan,

tugas dan fungsi perpustakaan, struktur organisasi, gedung dan ruang,

koleksi, fasilitas dan layanan perpustakaan, keanggotaan.

1.4.4 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH

Bab ini berisi tentang pengolahan bahan pustaka yang terdiri dari:

Kebijakan Pengembangan Koleksi, Seleksi Bahan Pustaka, Kendala yang

dilalui dalam Sumber- sumber Seleksi (Alat Bantu Seleksi), Pengadaan

Bahan Pustaka, Inventarisasi, Pemberian Stempel Perpustakaan,

Katalogisasi, Klasifikasi. yang dilakukan oleh Perpustakaan Institut Seni

Indonesia Surakarta.

1.4.5 BAB V PENUTUP

Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran bagi Perpustakaan Institut

Seni Indonesia Surakarta. Dengan kesimpulan dan saran ini diharapkan

dapat menjadi masukan dalam kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan

(10)

1.5 Pelaksanaan Magang di UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia

Surakarta (Lokasi dan Waktu Pelaksanaan)

Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan praktek kerja

lapangan yang telah dilaksanaan pada tanggal 09 Pebruari s/d 09 April 2012

H A R I J A M

Senin s/d Kamis 08.00- 14.00 WIB

Jumat 08.00- 13.00 WIB

Sabtu & Minggu LIBUR

Tempat: Gedung UPT Perpustakaan ISI Surtakarta Jl. Ki Hadjar Dewantara No.

19, Kentingan, Jebres, Surakarta. Menempati bangunan seluas 1584 m2, terdiri

dari tiga lantai, dengan pembagian sebagai berikut:

Lantai I Perpustakaan Pandang Dengar

Ruang Koleksi Visual

Ruang Koleksi Audio

Ruang Pelayanan

Ruang Administrasi

Ruang Editing dan Rekam Video

Ruang Seminar

Ruang Radio Kampus

(11)

Lantai II

Ruang Kepala UPT Perpustakaan

Ruang Rekreatif Audio Visual 4x5 m

Ruang Administrasi

Ruang Pengolahan

Ruang Pengadaan Serta Koleksi Reserve/ Tandon

Ruang Toilet

Lantai III

Ruang Pelayanan Sirkulasi

Ruang Baca Umum

Ruang Koleksi Rekreatif Baca

Ruang Referensi

Ruang Koleksi Jurnal

Ruang Koleksi Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Ruang Koleksi alm. Bp. Gendon Humardani.

1.6 Metode Penelitian

Metode dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Untuk mendapatkan informasi atau data penulis mengadakan

wawancara kepada Kepala dan Staf di Perpustakaan Institut Seni

Indonesia (ISI) Surakarta. Dalam wawancara itu penulis langsung

bertatap muka dengan nara sumber tersebut untuk mendapatkan

(12)

2. Partisipasi

Penulis terlibat secara langsung didalam kegiatan pengolahan bahan

koleksi pandang dengar yang ada di perpustakaan Institut Seni

Indonesia (ISI) Surakarta

3. Observasi

Pengumbilan data dengan cara melakukan pengamatan secara

langsung di lapangan, sehingga memperoleh gambaran mengeniai

kegiatan layanan referensi yang ada di perpustakaan Institut Seni

Indonesia (ISI) Surakarta.

4. Studi Pustaka

Penulis memperoleh informasi- informasi koleksipandang dengar

dengan mempelajari/ membaca buku- buku yang berkaitan dengan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Seperti yang dikemukakan oleh Manullang (dalam Ratminto dan Winarsih, 2006:1) mendefinisikan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan, Pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu (untuk mencapai hasil yang diinginkan). Sementara Gibson, Donelly dan Ivancevich (dalam Ratminto dan Winarsih, 2006: 1-2) mendefinisikan manajemen adalah Suatu proses yang dilakukan satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil- hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri.

Manajemen Pengolahan Perpustakaan di pustaka pandang dengar

merupakan pengintegrasian bidang administrasi pengadaan, Inventarisasi,

katalogisasi, pengelolaan statistik, dan manajemen perpustakaan lainnya. Saat ini

untuk mengikuti perkembangan manajemen perpustakaan dan memenuhi tuntutan

kemajuan tekhnologi perpustakaan sudah mulai menggunakan otomasi

perpusttakaan untuk pengolahannya.

Salah satu pekerjaan perpustakaan adalah bagaimana pengguna jasa

perpustakaan untuk memberikan pelayanan dengan cepat, tepat, dan efisien

sehingga digital perpustakaan sangat dibutuhkan. Perpustakaan Digital menurut

Zainal A. Hasibuan (2005) adalah merupakan konsep penggunaan internet dan

tekhnologi informasi dalam manajemen perpustakaan. Perpustakaan Digital

menurut Ismail Fahmi (2004) adalah suatu system yang terdiri dari perangkat

hardware dan software, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna/ user,

(14)

2.2. Pengertian Perpustakaan

Bagi banyak orang mendengar istilah perpustakaan, dalam benak mereka

akan tergambar sebuah gedung atau ruangan yang dipenuhi rak dan buku.

Anggapan demikian tidaklah selalu salah karena bila dikaji lebih lanjut kata dasar

perpustakaan ialah pustaka. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka

artinya:

Kitab atau pustaka, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah library.

Istilah ini berasal dari kata Latin liber atau libri artinya buku, dari kata latin tesebut tebentuklah istilah libraries yang artinya tentang buku. Dalam bahasa asing lainnya (Belanda) perpustakaan disebut juga sebagai biliotheek, (Jerman)

bibliothek, (Perancis) biblioteque, (Spanyol) bibliotheca, semua istilah itu berasal dari kata biblia dari bahasa Yunani artinya tentang buku, kitab. (Kamus Umum Bahasa Indonesia)

Dengan demikian Menurut Sulistyo Basuki (1991: 3) memberikan agian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku- buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, dan bukan untuk dijual dengan tujuan untuk mencari ngertian buku dan terbitan lainnya termasuk didalamnya semua bahan cetak (buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), lembaran musik, berbagai karya karya media audio visual seperti film, slaid (slide), kaset, piringan hitam, bentuk micro seperti micro film, microfis, dan micro buram (micropacue).

Definisi diatas menyatakan bahwa koleksi perpustakaan digunakan untuk

pembaca. Definisi ini menunjukkan perbedaan utama antara sebuah perpustakaan

dengan toko buku. Bila toko buku menyusun buku yang akan dijualnya dengan

tujuan utama mencari untung maka, perpustakaan bertujuan mendayagunakan

koleksinya untuk kepentingan pembaca. Motivasi untuk mencari untung sama

sekali tidak dikenal dalam perpustakaan walaupun perpustakaan tersebut

(15)

misalnya). Pada perpustakaan perusahaan tujuan utamanya adalah membantu

pembaca (dalam hal ini karyawan perusahaan). Jadi, tujuannya bukan mencari

untung, melainkan membantu perusahaan mencari untung dengan cara seefisien

mungkin. Dengan demikian biaya perusahaan dapat ditekan, hal itu tidaklah

mengubah perpustakaan perusahaan bermotif mencari untung.

Sedangkan menurut Undang- undang No.43 tahun 2007 Pasal 19 ayat 1 tahun 2007 pengertian perpustakaan adalah: Pengembangan perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.

2.1.2 Pengertian Koleksi Pandang Dengar

Sebagian besar bahan koleksi yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan

adalah berupa buku, dengan kemajuan tekhnologi saat ini koleksi bahan pustaka

tidak hanya berupa buku saja, namun terdapat juga bahan pustaka non buku.

Bahan- bahan pustaka non buku tersebut berupa Pandang Dengar (Audio Visual).

Kata Audio berasal

Sedangkan Video bertautan dengan segala sesuatu yang bersifat dapat dilihat

Pengertian tentang media audio visual sering disebut dengan AVA,

singkatan dari Audio Visual Aids, bisa diartikan alat pembantu atau alat peraga

Audio Visual. Kemudian istilah ini lazim d

(16)

Berbeda dengan bahan pustaka yang berupa buku. Bahan pustaka ini

berupa buku dengan menggunakan kertas sebagai media untuk mencetak tulisan

yang mengandung informasi. Bahan pustaka Audio Visual merupakan jenis

pustaka yang berupa dokumentasi informasi dalam bentuk : sebuah rekaman

gambar, slide, foto, dan rekaman suara yang berupa pita suara atau piringan hitam.

Koleksi Pandang Dengar (Audio Visual) dimaksudkan ke dalam ruang

lingkup perpustakaan dengan alasan:

1. Untuk membantu berlangsungnya proses belajar mengajar.

2. Dipergunakan sebagai bahan sumber informasi ilmiah.

3. Dimanfaatkan sebagai media informasi yang lebih menarik.

4. Praktis untuk disimpan, menghemat tempat serta waktu penyimpanan.

5. Lebih tahan lama dibanding dengan bahan cetak.

Dalam pengertian yang luas, yang dimaksud dengan media audio visual

meliputi semua alat peraga pendidikan yang dapat dilihat dan didengar.

2.1.2.1 Pembagian Media Audio Visual

Media AudioVisual dapat dibedakan kedalam beberapa bagian:

1. Media audio

2. Media visual

3. Media audio visual

Pembagian yang lebih jelas dapat diperinci sebagai berikut:

(17)

a. Piringan hitam

b. Tape/ cassette

2. Media visual

a. Film (bisu)

b. Slide

c. Film strips

d. Overhead projection

3. Media audio visual

a. Televisi

b. VCD/ DVD

c. Film bicara

d. Tape dan sound slide

(Zulkarnain Idham kepala UPT Perpustakaan IAIN Ar- Raniry: 2009)

2.1.2.2 Keuntungan dan kelemahan koleksi Pandang Dengar

1. Keuntungan:

a. Praktis untuk disimpan, menghemat tempat jika

dibandingkan dengan buku atau majalah.

b. Bahan pembuatannya lebih terlindungi sedangkan kalau

bahan kertas terbatas ketahanannya.

c. Biaya pencetakan Audio Visual lebih murah jika dibanding

dengan bahan cetak dari kertas (buku).

(18)

2. Kelemahan:

a. Apabila penggunaannya kurang berhati- hati dapat

menyebabkan cepat rusak dan perbaikannya memerlukan

biaya tinggi.

b. Berdampak pada kesehatan mata jika terlalu lama

membaca.

c. Memerlukan keahlian untuk menangani penggunaan

peralatan tersebut.

d. Harus memerlukan Hardware dan Software, jika tidak ada

salah satu akan sulit dalam penggunaannya.

e. Peminjam Audio Visual (film, kaset, slide, dan transparan)

harus memiliki atau mengusahakan hardware. (Agus Junaidi

1997:3).

2.1.3 Manajemen Koleksi Audio Visual

Di perpustakaan lain koleksi audio visual merupakan sesuatu yang baru

karena sangat jarang dimiliki oleh perpustakaan. Banyak perpustakaan yang tidak

mengelola dan memanfaatkan koleksi audio visualnya dengan baik. Padahal

koleksi audio visual merupakan salah satu media belajar yang sangat bermanfaat

karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan koleksi tercetak. Menurut

Robert Heinich (1996) dalam Benny A. Pribadi (2008) kelebihan koleksi audio

visual diantaranya yaitu :

1. Menayangkan gambar bergerak dan memperlihatkan informasi yang mengandung unsur gerak didalamnya

(19)

3. Sebagai medium observasi

4. Digunakan untuk mempelajari suatu keterampilan atau kecakapan tertentu

5. Dramatisasi yang terdapat dalam audio visual dapat menggugah emosi pemirsa

6. Dipergunakan untuk melakukan penghayatan atau apresiasi terhadap budaya lain

7. Dapat dipergunakan untuk memberikan pengalaman yang sama

(common experience)

Pengelolaan koleksi audio visual pada dasarnya sama dengan pengelolaan

bahan tercetak, meliputi pengelompokan jenis media, inventarisasi, identifikasi,

katalogisasi, klasifikasi, kelengkapan bahan pustaka, display dan pelayanan

kepada user.

2.1.3.1 Inventarisasi

Inventarisasi sebagai langkah awal dalam mengelola bahan pustaka

dilakukan untuk membuku indukkan seluruh koleksi yang ada. Seluruh koleksi

harus mempunya nomer inventaris agar memudahkan penemuan kembali ketika

bahan pustaka tersebut dikehendaki. Ada banyak jenis koleksi yang dimiliki

perpustakaan karawitan seperti bentuk video dalam format VHS, 8mm, Betamax

ataupun pita open reel dan piringan hitam akan tetapi sarana untuk melihat atau

mendengar bahan pustaka hanya tersedia dalam 2 macam yaitu tape untuk kaset

pita audio dan CD/VCD/DVD/MP3 player untuk koleksi berbentuk cakram.

Sehingga seluruh koleksi AV yang akan diinventaris terlebih dahulu

dikelompokkan dalam 2 jenis media yaitu

1. Bentuk kaset pita audio

(20)

Koleksi lain yang tidak tersedia sarana temu kembali informasi disimpan

dalam pengadaan sebagai master yang setiap saat bisa ditransfer atau

dialihmediakan sesuai yang dikehendaki user.

Proses inventarisasi dilakukan dengan dua cara yaitu menulis secara

manual dalam buku induk perpustakaan dan membuat back up berupa file dalam

format Microsoft Excel. Penggunaan program Microsoft Excel ini karena saat itu

di UPT Perpustakaan STSI belum memiliki sistem automasi untuk mengelola

koleksi perpustakaan, semua masih dilakukan secara manual sehingga untuk

menelusur koleksi yang dimiliki perpustakaan sangat sulit dan membutuhkan

waktu yang lama. Sebenarnya program ini bukan suatu program automasi untuk

perpustakaan, tetapi program ini lebih mudah untuk digunakan dan cocok untuk

koleksi perpustakaan.

Dengan bantuan MS Excel dapat dilakukan inventarisasi baik untuk

koleksi buku maupun audio visual, penelusuran semua koleksi yang dimiliki

perpustakaan juga dapat dilakukan dengan cepat. Meskipun sekarang UPT

Perpsustakaan sudah ada sistem automasi yang juga digunakan oleh semua

perpustakaan di jurusan yaitu Dewa Pustaka, tetapi inventarisasi data

perpustakaan di MS Excel masih digunakan karena ada kelebihannya. Kelebihan

MS Excel terletak pada penelusuran data koleksi perpustakaan terutama pada

koleksi audio visual.

Penelusuran menggunakan MS Excel lebih spesifik dan detail. Dalam

sebuah kaset, CD atau VCD berisi bermacam-macam nama gendhing/lagu, nama

(21)

menggunakan MS Excel semua data dapat dientri dan ditelusur ketika ada yang

membutuhkan, sedangkan dalam sistem Dewa Pustaka data- data tersebut tidak

dapat dientri dan secara otomatis tidak dapat ditelusur. Data yang dapat dientri

hanya judul kaset, CD atau VCD.

Tujuan Inventarisasi adalah:

1) Mempermudah pustakawan dalam pengadaan bahan pustaka

berikutnya;

2) Memudahkan pustakawan untuk mengawasi terhadap koleksi yang

dimiliki;

3) Memudahkan pustakawan dalam pelaporan tahunan tentang jumlah

koleksiyang dimiliki;

2.1.3.2 Identifikasi

Proses identifikasi dilakukan seperti halnya melakukan identifikasi pada

koleksi tercetak, yaitu dengan memberikan stempel identitas perpustakaan jurusan

karawitan pada bahan pustaka. Yang membedakan adalah bentuk stempel, karena

koleksi audio visual berbentuk lebih kecil daripada koleksi tercetak maka

diperlukan stempel yang lebih kecil juga.

Koleksi CD/VCD/DVD/MP3 dapat langsung diberi stempel baik pada

cassing maupun isinya (keping disknya) sedangkan untuk koleksi kaset pita audio

harus harus diberi stiker terlebih dahulu karena kebanyakan isi kaset pita tidak

(22)

2.1.3.3Katalogisasi

Katalogisasi untuk koleksi audio visual berbeda dengan katalogisasi

koleksi tercetak karena penulisan deskripsi katalog lebih rumit. Untuk

menentukan tajuk subjek harus mengetahui terlebih dahulu isi dari bahan pustaka

yang diolah karena sering tidak tertulis dalam ringkasan isinya. Terdapat dua

bagian yang digunakan untuk pengkatalogisasian karena pembagian koleksi audio

visual menjadi 2 macam, yaitu bentuk kaset pita audio dan cakram disk baik

CD/VCD/DVD/MP3.

Penulisan katalog hampir sama dengan koleksi tercetak yaitu judul,

penyaji, impresum yang terdiri dari kota, nama dan tahun produksi, komponen

dan durasi digunakan untuk menggantikan jumlah halaman. General Material

Designation (GMD) merupakan informasi kepada pengguna bahwa koleksi

tersebut berbentuk materi khusus biasanya menandakan bentuk fisik. Ditulis

dalam tanda kurung [ ] setelah judul bahan audio visual.

793.5982

Katalog diatas adalah contoh katalog untuk kaset pita audio, hampir sama

dengan katalog untuk buku perbedaanya terletak pada keterangan GMD, ukuran

(23)

berbentuk cakram disc menggunakan ukuran 1 cakram suara (65 menit); digital,

stereo, 4,75 in. Ukuran yang digunakan sudah stndart yang biasa terdapat

dipasaran karena bentuk kaset pita atau cakram disc dimanapun sama.

Adapun Tujuan dan Obyek Katalog Perpustakaan ialah:

a. Memberikan kemungkinan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan

1) pengarang atau, 2) judul buku atau, 3) subyeknya;

b. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan 1) oleh pengarang tertentu,

2) berdasarkan subyek tertentu, 3) dalam jenis literature tertentu;

c. Membantu dalam pemilihan buku

1) berdasarkan edisinya dan

2) berdasarkan karakternya (sastra ataukah berdasarkan topik). (Sulistyo Basuki, 1999: 274)

2.1.3.4Klasifikasi

Proses selanjutnya adalah proses klasifikasi yaitu pemberian nomer klas

menurut klasifikasi DDC pada bahan pustaka yang diolah. Karena koleksi yang

diolah berorientasi pada gending (musik) baik dalam bentuk seni tradisi, klasik,

kontemporer maupun modern maka nomer klasifikasi yang digunakan hampir

semua sama. Penomeran klas pada DDC untuk gending tari hanya pada nomer

793, padahal ada ribuan koleksi yang akan menggunakan angka 793 tersebut.

Oleh karena itu nomer tersebut harus dikelola dengan baik dan dikoordinasikan

dengan pustakawan lain di UPT Perpustakaan agar terjadi keseragaman. Nomer

tersebut harus dipecah sendiri untuk mendapatkan nomer yang lebih detail.

Prinsip yang harus selalu dilakukan adalah konsisten dalam penggunaan nomer

(24)

Klasifikasi merupakan pengelompokkan disiplin ilmu berdasarkan system tertentu. Sebagai sarana pengaturan pustaka di rak, klasifikasi mempunyai dua tujuan yaitu:

1. Membantu pemakai mengidentifikasi dan melokalisasi sebuah dokumen berdasarkan nomor panggil

2. Mengelompokkan semua dokumen sejenis menjadi satu. (Sulistyo Basuki, 1999: 298)

Pemecahan nomer klasifikasi menggunakan bantuan tabel T2 yaitu tabel

wilayah. Dengan perpaduan antara klas musik tari 793.5982 dan tabel wilayah

akan didapatkan nomer untuk musik tari disetiap wilayah. Karena pembagian

wilayah Indonesia hanya sampai pada pulau pulau saja maka setiap pulau itu

dipecah lagi menjadi lebih spesifik, sehingga akan didapatkan nomer untuk

karawitan tari gaya Surakarta, Yogyakarta atau daerah lainnya.

2.1.3.5Pemberian Kelengkapan Koleksi dan Display

Proses selanjutnya adalah kelengkapan bahan pustaka yaitu pemberian

label call number pada bahan pustaka, seperti halnya pada buku. Label call

number pada audio visual lebih kecil sesuai dengan bentuk audio visual yang

lebih kecil. Display atau pemajangan disusun seperti pemajangan buku yaitu

sesuai dengan nomer klas. Penempatan bahan audio visual dalam almari khusus

audio visual agar terhindar dari debu, jamur dan pantulan sinar matahari. Karena

tingkat kerusakan lebih rentan dari pada buku maka penyimpanan dan perawatan

(25)

2.1.3.6Pelayanan

Pelayanan koleksi audio visual hanya untuk dilihat atau didengar ditempat

atau layanan copy bahan pustaka bagi yang menghendaki (khusus koleksi bukan

komersial), koleksi audio visual tidak dapat dipinjam. Pelayanan lihat dan dengar

di tempat harus disediakan sarana dan prasarana yang menunjang yaitu tape kaset

pita audio dan headphone atau CD/VCD/DVD/MP3 player, layar televisi dan

headphone.

Pelayanan yang sering dilakukan dalam koleksi audio visual adalah temu

kembali informasi. Layanan ini sangat vital karena pengguna biasanya mencari

koleksi menurut nama gendhing tari atau tembang contohnya bukan berdasarkan

judul album. Pelayanan yang cepat dan tepat akan membawa dampak yaitu

kepercayaan pengguna akan pengelolaan bahan pustaka audio visual yang baik.

Selain temu kembali informasi layanan yang sering dilakukan adalah

bimbingan pemakai, dalam hal ini adalah pelayanan tentang pengoperasian sarana

dan prasarana lihat dan dengar koleksi audio visual. Petunjuk pengoperasian

sarana dan prasarana diberikan kepada pengguna yang masih baru atau awam

(26)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN

INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA

3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan ISI Surakarta

Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada mulanya adalah sebuah

akademi dengan nama Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta,

berdasarkan SK Mendikbud RI No. 068/ 1964 tanggal 15 Juli 1964 yang didirikan

sebagai slah satu wadah untuk merintis perkembangan seni tradisional. Untuk

menopang kegiatan akademik menggunakan fasilitas milik Konservatori

Karawitan Indonesia (sekarang SMKI/ SMK Negeri 8) Surakarta.

Sebagai penunjang kegiatan akademik maka didirikanlah Perpustakaan

pada tanggal 13 Januari 1967 dengan bahan pustaka dan sarana seadanya.

Selanjutnya ASKi mengalami peningkatan status menjadi Sekolah Tinggi

Seni Indonesia (STSI) Surakarta berdasarkan SK Mendikbud No. 0446/ O/ 1988

tanggal 12 September 1988 dan menempati Kampus di Kentingan, Jebres,

Surakarta.

Proses untuk peningkatan status menjadi Institut Seni Indonesia (ISI)

Surakarta yang dimulai sejak tahun 2002 membuahkan hasil dengan terbitnya

Peraturan Presiden RI. No. : 77 Tahun 2006 tanggal 20 Juli 2006.

Perpustakaan ISI Surakarta kini menjadi unsur penunjang kegiatan

akademik yang menyediakan layanan bahan pustaka dan audio visual untuk

(27)

kesenian, dan pengabdian kepada masyarakat bagi seluruh civitas akademika ISI

Surakarta dan masyarakat umum lainnya.

3.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi UPT Perpustakaan:

(28)

3.3 Struktur Organisasi Perpustakaan

Struktur organisasi perpustakaan

Sumber: Data Statistik UPT Perpustakaan ISI Surakarta 2008

3.4 Sumber Daya Manusia

Tabel 3.1

DATA PEGAWAI UPTPERPUSTAKAAN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI)

SURAKARTA Dra. Mieke Hardjiatmi, S.Sos

KEPALA PERPUSTAKAAN Dra. Mieke Hardjiatmi, S.Sos

KAUR ADM DAN KEU Ponco Nugroho Andi P, SE

PENGADAAN B Heni Budiwati, Dip Lip

(29)

3.5 Gedung/ Ruang

Gedung UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta seluas

1584 meter persegi, terdiri dari tiga lantai dengan pembagian sebagai berikut:

3.5.1 Lantai I Perpustakaan Pandang Dengar

1. Ruang Koleksi Visual

2. Ruang Koleksi Audio

3. Ruang Pelayanan

4. Ruang Administrasi

5. Ruang Editing dan Rekam Video

6. Ruang Seminar

7. Ruang Radio Kampus

8. Ruang Toilet

3.5.2 Lantai II

1. Ruang Kepala UPT Perpustakaan

2. Ruang Rekreatif Audio Visual 4x5 m

3. Ruang Administrasi

4. Ruang Pengolahan

5. Ruang Pengadaan Serta Koleksi Reserve/ Tandon

(30)

3.5.3 Lantai III

1 Ruang Pelayanan Sirkulasi

2 Ruang Baca Umum

3 Ruang Koleksi Rekreatif Baca

4 Ruang Referensi

5 Ruang Koleksi Jurnal

6 Ruang Koleksi Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, dan Disertasi

7 Ruang Koleksi alm. Bp. Gendon Humardani

3.6 Sumber Dana

Anggaran Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) bersumber dari

anggaran rutin berdasarkan kebutuhan setiap tahun. Dana bantuan dari DIKTI

(31)

3.7 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dimiliki Perpustakaan Institut Seni Indonesia

(ISI) Surakarta:

Tabel 3.2

Daftar Perlengkapan Sarana Dan Prasarana UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

(32)

3.8 Koleksi

Koleksi terdiri dari teks book, Buku non cetak, jurnal, majalah, bulletin,

surat kabar, catalog penerbit, kamus, ensiklopedi, peraturan pemerintah, peta,

atlas, pustaka rekreatif, pustaka pandang dengar. Koleksi yang dimiliki Unit

Pelaksana Institut Seni Indonesia Surakarta semakin bertambah. Hal ini

disebabkan karena kebutuhan pengguna semakin hari semakin meningkat

jumlahnya. Besarnya jumlah koleksi ditentukan oleh berbagai faktor seperti

jumlah jurusan, jumlah mata kuliah, tingkat pendidikan, kegiatan penelitian, dan

lain- lain. Semua faktor ini dipertimbangkan untuk menghitung berapa judul buku

yang paling tidak harus dimiliki oleh Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Institut

Seni Surakarta.

Kegiatan memilih dan mengadakan koleksi bahan pustaka disesuaikan

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pustakawan bersama- sama dengan civitas

akademi perguruan tinggi. Pengembangan bahan pustaka disesuaikan dengan

program pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Penelitian ini dilakukan secara terus menerus mengingat kebutuhan pengguna di

perguruan tinggi selalu berubah. Oleh karena itu, Unit Pelaksana Teknis

Perpustakaan Institute Seni Indonesia Surakartaperlu memperhatikan jenis dan

jenjang pendidikan yang ada. Jenis program ini berhubungan dengan jumlah

besarnya jurusan, program studi, lembaga, dan lain- lain. Sedangkan jenjang

(33)

Adapun Jenis koleksi yang tersedia dan dilayankan kepada pengguna dapat

kita lihat pada tabel berikut ini:

3.8.1 Buku

3.8.1.1Data Jumlah Tambahan Koleksi buku

Tabel 3.3

3.8.1.2Data Jumlah Buku berdasarkan Jurusan dan Golongan

(34)

3.8.1.3Daftar Jumlah Buku Berdasar Golongan

3.8.1.4Data jumlah Buku Karya Ilmiah

(35)

INTERIOR

3.8.1.5Data Jumlah Koleksi Surat Kabar

(36)

3.8.1.6Data Jumlah Kliping

Tabel III.6

JENIS 2007 TAMBAHAN 2008 TAMBAHAN 2009 TAMBAHAN 20010 TAMBAHAN 2010

Kliping 169 20 189 17 206 32 238 13 251

3.8.1.7Data Jumlah Tambahan Majalah dan Jurnal

Tabel III.7

JENIS 2010 TAMBAHAN 2011 2011

JUDUL EKS JUDUL EKS JUDUL EKS

Majalah dan Jurnal

1. Sumbangan

Dalam Negeri 21 157

Luar Negeri 3 6

2. Pembelian 191

Dalam Negeri 3

Luar Negeri

Jumlah 706 9.400 27 354 733 9.754

3.8.1.8Rekapitulasi Jumlah Majalah Dan Jurnal

Tabel III.8

2007 2008 2009 2010 2011

JUDUL 646 669 694 706 733

EKSLEMPAR 8.200 8.763 9.137 9.400 9.754

(37)

3.8.2 Audio Visual

3.8.2.1Data Kolesi Pandang Dengar

Tabel IV.1

Nama Barang Th. 2007 Tambahan Th. 2008 Satuan

Kaset Audio 7359 686 8.045 Eksemplar

Kaset Video 896 - 896 Eksemplar

Piringan

Hitam

370 - 370 Eksemplar

Pita Reel 109 - 109 Eksemplar

Kaset CD 40 - 40 Eksemplar

Kaset VCD 117 451 568 Eksemplar

Jumlah 8.891 1.137 10.028 Eksemplar

3.9 Layanan

3.9.1 Sistem Layanan

Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta menggunakan sistem

terbuka (open access) dan tertutup (close access). Layanan sistem terbuka,

memudahkan pengguna untuk menelusuri sendiri bahan pustaka yang diperlukan.

Sistem layanan terbuka memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk

mengambil pustaka sendiri di rak buku. Sedangkan pelayanan referensi, koleksi

reserve/ koleksi tendon, koleksi Bp. Gendon Humardani, koleksi rekreatif dan

koleksi Pandang Dengar dapat dibaca ditempat dan tidak boleh dibawa pulang.

(38)

pengguna dilayani oleh petugas. Sistem layanan tertutup digunakan oleh koleksi

Pandang Dengar (Audio Visual), karena koleksi yang disediakan adalah koleksi

langka sehingga pengguna cukup menunjukkan judul yang diinginkan, maka

petugas yang akan mencarikan.

3.9.2 Macam Layanan Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta

3.9.2.1 Layanan Sirkulasi

Layanan Sirkulasi adalah merupakan kegiatan utama di

perpustakaan karena langsung berhubungan dengan penggunanya.

Yang kegiatannya meliputi:

1. Pengunjung

Pengunjung adalah mereka yang dating ke perpustakaan untuk

memanfaatkan fasilitas dan layanan yang ada. Semua dosen,

mahasiswa, dan karyawan ISI Surakarta serta pengunjung dari

luar civitas akademik yang telah mendapat izin dari pimpinan

perpustakaan untuk memanfaatkan layanan yang tersedia.

2. Pemakai

Pemakai adalah pengunjung yang memakai bahan pustaka

untuk dibaca atau difoto kopi. Semua pengunjung yang

memiliki kartu anggota perpustakaan yang masih berlaku dapat

(39)

3. Peminjaman

Peminjam adalah semua pengunjung yang memiliki kartu

anggota yang masih berlaku dapat meminjam bahan pustaka

yang dibutuhkan, khususnya civitas akademika ISI Surakata.

Layanan peminjaman bertugas untuk mencatat semua hal yang

berkaitan dengan peminjaman antara lain:

a) Data peminjam

b) Prosedur peminjaman

c) Koleksi yang dipinjam

d) Waktu peminjaman

e) Waktu prngembalian

4. Pengembalian

Layanan pengembalian meliputi kegiatan mencatat semua hal

uang berkaitan dengan kegiatan pengembalian yang mencakup

data pengembalian, bahan pustaka yang dikembalikan, waktu

pengambilan, dan apabila terjasi keterlambatan maka

dikenakan denda.

Prosedur pengembalian sebagai berikut:

a) Peminjam menyerahkan bahan pustaka yang dipinjam

kepada petugas perpustakaan dengan menunjukkan Kartu

(40)

b) Petugas perpustakaan melakukan proses pengembalian

Kartu Anggota Perpustakaan (KAP) setelah proses

pengembalian selesai.

Peminjaman hanya diberikan untuk koleksi buku teks, lama

peminjaman 1 minggu perbuku, maksimal 2 buku, dapat

diperpanjang masa peminjamannya 1 kali dan dilayani oleh

bagian Sirkulasi di lantai III.

3.9.2.2 Layanan Referensi

Layanan Referensi berada di lantai III, jenis koleksi ini

memberikan penjelasan tentang informasi tertentu. Dimana

bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam menelusuri

informasi rujukan. Adapun yang termasuk buku- buku referensi

adalah:

1. Kamus;

2. Ensiklopedi;

3. Laporan Tahunan;

4. Direktori;

5. Hand book;

6. Biografi; dll.

3.9.2.3 Serial (Layanan terbitan berkala)

Layanan serial berupa jurnal, bulletin, majalah, surat kabar,

newsletter dari dalam maupun luar negeri. Layanan ini berada di

(41)

3.9.2.4 Layanan Rekreatif Baca

Perpustakaan menyediakan bahan pustaka rekreatif terrcetak

berupa buku psikologi popular, buku bacaan religi, buku bacaan

hobi, bacaan tentang seni, sastra baik essai dan novel, cerita pendek

dan puisi, bacaan humor, sampai bacaan biografi. Layanan ini

berada di lantai III.

3.9.2.5 Layanan Rekreatif Audio Visual

Perpustakaan menyediakan bahan pustaka rekreatif terekam berupa

kaset/ CD music pop Indonesia, music pop barat, music tradisional

Indonesia,music instrumentalia, music kerohanian, VCD/ DVD

ketoprak, tari- tarian Indonesia, senam, film- film Holliwood, film

documenter dari National Geographic. Layanan ini berada di

Lantai II.

3.9.2.6 Layanan Pandang Dengar

Layanan ini menyediakan koleksi Audio Visual. Koleksi Audio

berupa kaset analog, CD audio, piringan hitam dan open reel.

Koleksi video dalam bentuk VCD, DVD, MDV, Hi 8mm, VHS dan

Betamax.

3.9.2.7 Layanan Fotokopi/ Scan

Perpustakaan melayani fotokopi buku dan scan, sesuai ketentuan

yang berlaku.

(42)

Layanan ini dimanfaatkan bagi pengguna yang akan wisuda dan

mengambil ijazah. Pengguna yang sudah bebas pustaka otomatis

bukan anggota perpustakaan.

3.9.2.9 Internal dan Hot spot Area

Perpustakaan menyediakan computer internet di lantai III.

Sedangkan Hot spot area berada di lantai I, II, III.

3.9.2.10 OPAC (Online Public Access Cataloque)

Dengan OPAC, pengguna dapat menelusuri seluruh koleksi yang

ada di UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta.

3.9.2.11 Layanan E- Journal

Merupakan jenis layanan jurmal dalam bentuk elektronik. Institut

Seni Indonesia Surakarta telah melanggan 2 database, yaitu:

EBSCO dan Proquest yang dapat diakses melalui http://isi-ska.ac.id

3.9.2.12 Layanan Bimbingan Pemustaka

Pengguna dapat meminta bimbingan khusus kepada petugas dalam

menggunakan fasilitas dan sarana perpustakaan. Bimbingan

bersifat pengenalan, bimbingan membaca koleksi yang

menggunakan kode- kode tertentu hingga penelusuran data

informasi secara spesifik.

3.9.2.13 Layanan Karya- karya Akademik

Perpustakaan menyediakan laporan penelitian, skripsi, tesis, dan

disertasi yang merupakan karya civitas akademika Insrtitut Seni

(43)

3.10 LAYANAN

UPT Perpustakaan ISI Surakarta merupakan salah satu unit pelaksana

teknis yang bertugasmemberikan layanan akses terhadap bahan pustaka untuk

menunjang kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Untuk itu UPT perpustakaan ISI Surakarta dilengkapi dengan berbagai macam

koleksi dan bahan pustaka dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh

civitas akademika ISI serta masyarakat umum. Adapun jenis- jenis layanan yang

dapat diperoleh di perpustakaan adalah:

3.10.1 Layanan Sirkulasi dan Koleksi

Layanan ini diberikan kepada pengguna dari ISI Surakarta untuk dapat

meminjam Bahan Pustaka tertentu. Pelayanan ini diberikan kepada:

mahasiswa, dosen dan pegawai yang telah terdaftar sebagai anggota

perpustakaan. Untuk dapat menikmati layanan ini pengguna diwajibkan

memiliki Kartu Anggota. Syarat pendaftaran Kartu Anggota dapat dibaca

di menu Peraturan Kartu Anggota di situs ini.

3.10.2 Layanan Referensi dan Penelusuran Informasi

Layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan dengan jalan

memberikan informasi siap pakai dengan cara menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh pengguna, serta memberikan bantuan dalam penelusuran

informasi dari berbagai subyek dan sumber maupun memberikan bahan

(44)

3.10.3 Layanan Pandang Dengar

Layanan yang diberikan kepada pengguna untuk dapat memperoleh

informasi dengan memanfaatkan bahan pustaka berbasis media rekam;

baik audio serperti kaset analog, CD audio, piringan hitam dan open reel

maupun visual berupa VCD, DVD, MDV, Hi 8mm, VHS dan betamax

3.10.4 Layanan Bimbingan Pengguna Perpustakaan

Layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan, baik secara

individu maupun kelompok, dengan cara memberikan bimbingan dan

petunjuk dalam memanfaatkan koleksi, fasilitas, dan layanan yang ada

agar dapat dimanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin.

3.10.5 Layanan Kartu Sakti

Layanan penyediaan Kartu Sakti dapat dimanfaatkan oleh sivitas

akademika ISI Surakarta untuk berkunjung dan memanfaatkan layanan di

perpustakaan- perpustakaan perguruan tinggi yang menjadi anggota

forumKomunikasi Perguruan Tinggi (FKP2T). Sebaliknya UPT

Perpustakaan ISI Surakarta juga menerima pemegang kartu sakti dari

perguruan tinggi lain. Pemilik Kartu Sakti dapat membaca ditempat dan

foto copy/ scan bahan pustaka koleksi UPT Perpustakaan ISI Surakarta.

Syarat pendaftaran Kartu Sakti dapat dibaca dimenu Peraturan Kartu Sakti

disitus ini.

3.10.6 Layanan Kartu Khusus

Layanan penyediaan Layanan Kartu Khusus dapat dimanfaatkan oleh

(45)

Perpustakaan ISI Surakata. Pemilik Kartu Khusus dapat membaca di

tempat dan foto copy/ scan bahan pustaka koleksi UPT Perpustakaan.

Syarat pendaftaran Kartu Khusus dapat dibaca dimenu Peraturan Kartu

Khusus disitus ini.

3.10.7 Layanan Foto kopi dan scan

UPT Perpustakaan ISI Surakarta memberikan layanan foto kopi dan sdan

bahan pustaka. Untuk memanfaatkan layanan ini pengguna dapat

menghubungi bagian Sikulasi di lantai III gedung UPT Perpustakaan.

3.10.8 Penerbitan dan Penyebaran SDI

Merupakan layanan informasi terseleksi (selective dissemination of

information) dengan cara menyebarkan kumpulan foto kopi daftar isi

jurnal ilmiah kepada fakultas dan jurusan/ program di lingkungan ISI

Surakarta.

3.10.9 Penyebaran Daftar Buku Baru

Penerbitan dan penyebaran daftar pustaka terbaru yang telah siap

dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Penerbitan ini didisebarkan ke

(46)

3.11 MENU : PERATURAN

3.11.1 PERATURAN JAM LAYANAN

Senin s.d. Kamis : 08.00 - 15.30 WIB

- 14.30 WIB

3.11.2 PERATURAN KARTU ANGGOTA PERPUSTAKAAN

Ditujukan bagi civitas akademika ISI Surakarta, meliputi mahasiswa,

dosen dan pegawai.

Syarat pendaftaran:

1. Menunjukkan Bukti Pembayaran SPP bagi mahasiswa baru;

2. Mengisi Formulir;

3. Menyerahkan pas foto ukuran 2 x 3 berwarna sejumlah 3 lembar;

4. Mengganti biaya pembuatan kartu sebesar Rp. 5.000,-;

5. Kartu ini berlaku selama menjadi mahasiswa ISI Surakarta.

3.11.3 PERATURAN KARTU KHUSUS

Ditujukan bagi pengguna dari luar ISI Surakarta untuk dapat

mengunakan fasilitas layanan yang ada di Perpustakaan ISI Surakarta.

Syarat pendaftaran :

1. Menunjukkan Kartu Identitas (KTP, SIM, Kartu Mahasiswa, dll);

2. Mengisi formulir;

3. Menyerahkan pas foto ukuran 2 x 3 berwarna sejumlah 1 lembar;

4. Mengganti biaya pembuatan kartu sebesar Rp. 10.000,-;

(47)

3.11.4 PERATURAN KARTU SAKTI

Ditujukan bagi mahasiswa perguruan tinggi negeri yang ingin

berkunjung ke perpustakaan anggota Forum Komunikasi Perguruan Tinggi

(FKP2T) mencakup wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Syarat pendaftaran :

1. Menunjukkan Kartu Mahasiswa yangmasih berlaku;

2. Mengisi formulir;

3. Menyerahkan pas foto ukuran 2 x 3 berwarna sejumlah 1 lembar;

4. Mengganti biaya pembuatan kartu sebesar Rp. 7.500,-;

5. Masa berlaku kartu ini adalah 6 bulan sejak tanggal dikeluarkan.

3.11.5 PERATURAN PENGGUNA KOLEKSI BAHAN PUSTAKA

1. Dilarang memakai sandal dan jaket;

2. Dilarang memakai kartu anggota orang lain;

3. Dilarang makan, minum dan merokok;

4. Dilarang mengotori, mencorat-coret, merusak bahan pustaka serta

sarana yang ada;

5. Dilarang membuat gaduh dan mengganggu ketenangan;

6. Dilarang membuang sampah di sembarang tempat;

7. Diwajibkan menaruh tas dan jaket di loker penyimpanan yang

sudah disediakan;

(48)

3.11.6 PERATURAN PEMINJAMAN KOLEKSI BAHAN PUSTAKA

1. Peminjaman maksimal 2 buku;

2. Lama peminjaman 1 minggu perbuku;

3. Dapat diperpanjang masanya 1 kali;

4. Harus mengurus sendir, tidak dapat diwakilka;

5. Tidak memakai Kartu Anggota orang lain;

6. Tidak merusak, atau menghilangkan koleksi;

7. Keterlambatan pengembalian bahan pustaka dikenakan denda.

3.12 VISI, MISI, TUJUAN dan SASARAN

3.12.1 VISI

Pembinaan dan pengembangan karier bagi tenaga pustakawan,

administrasi, peningkatan mutu pengadaan, pengolahan, pelayanan

pemakai, dan layanan administrasi.

3.12.2 MISI:

1. Mewujudkan sumber-sumber belajar yang unggul dalam kehidupan

kreativitas dan keilmuan seni-budaya;

2. Mengelola dan melestarikan media informasi kekaryaan dan kajian

seni-budaya;

3. Meningkatkan akses ke berbagai media informasi kekaryaan dan

kajian seni budaya;

4. Mewujudkan layanan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan

(49)

5. Meningkatkan peran serta dalam jaringan kerjasama dengan

perpustakaan, lembaga dan pusat dokumentasi yang sesuai dengan

Institut Seni Indonesia Surakarta baik yang berada di tingkat regional,

nasional dan global.

3.12.3 TUJUAN

1. Menjadi institut riset dan kekaryaan seni yang unggul dan bertaraf

regional;

2. Terwujudnya kehidupan seni budaya masyarakat yang dinamis;

3. Menjadi institut seni yang bertata kelola baik;

4. Menjadi sumber dan layanan informasi seni budaya yang akurat dan

terpercaya.

3.12.4 SASARAN

dengan didukung pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

1. Tercapainya pembelajaran yang relevan dengan dunia kerja dan

kebutuhan pemangku kepentingan;

2. Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas penelitian bertaraf

regional;

3. Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas kekaryaan seni

bertaraf internasional;

4. Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas pengabdian kepada

(50)

5. Tercapainya peningkatan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian

dan kekaryaan, serta pengabdian kepada masyarakat di tingkat

nasional, regional, dan internasional.

1. Tercapainya peran ISI Surakarta yang meningkat dalam

mendinamisasikan kehidupan seni budaya masyarakat Indonesia;

2. Tercapainya pergelaran seni budaya masyarakat yang meningkat di

lingkungan ISI Surakarta.

Untuk

1. Tersusunnya tata kelola sistem pengelolaan keuangan sesuai standar

akuntansi yang berlaku;

2. Tersusunnya tata kelola sistem pengelolaan aset sesuai standar

SIMAK BMN;

3. Tersusunnya laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

(LAKIP) dan EPSBED;

4. Terlaksananya sistem manajemen yang akuntabel;

5. Tercapainya peningkatan reputasi dan akreditasi perguruan tinggi seni

(51)

t

1. Tersedianya sumber informasi seni budaya yang asesabel;

2. Terpenuhinya SDM yang memiliki kompetensi bidang informasi seni

budaya;

3. Terpenuhinya bahan-bahan informasi seni budaya.

berbasis

1. Tersedianya pusat layanan informasi yang akurat dan terpercaya;

2. Terpenuhinya layanan informasi seni budaya berbasis teknologi

informasi yang asesabel;

3. Tersedianya SDM yang memiliki kapasitas operasionalisasi teknologi

informasi.

1. Terwujudnya pembelajaran berbasis penelitian dan kekaryaan seni;

2. Tercapainya peningkatan reputasi dan akreditasi perguruan tinggi seni

tingkat nasional;

(52)

1. Tercapainya peran ISI Surakarta yang selalu meningkat dalam

mendinamisasikan kehidupan seni budaya masyarakat Indonesia,

2. Tercapainya citra positif ISI Surakarta.

1. Tersusunnya laporan keuangan dan aset sesuai standar akuntansi yang

berlaku;

2. Tersusunnya laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

(LAKIP) dan EPSBED;

3. Tersiapkannya sistem manajemen dan tahapan menuju pengelolaan

PT BLU.

1. tersedianya pusat informasi seni budaya berbasis teknologi informasi

yang asesabel;

2. tersedianya SDM yang memiliki kapasitas operasionalisasi teknologi

informasi;

(53)

3.13 TUGAS UPT PERPUSTAKAAN ISI SURAKARTA

Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, merupakan unsur

penunjang kegiatan akademik yang menyediakan layanan bahan pustaka dan

audio visual, umtuk keperluan pendidikan, penelitin terapan dan pengembangan

ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan/ atau kesenian serta pengabdian kepada

masyarakat bagi seluruh civitas akademika yang bersama- sama dengan unit lain

membantu pelaksanaan Tri Dharma dan layanan informasi kepada lembaga induk

khususnya dan masyarakat akademis pada umunya.

Dalam penyelenggaraan operasional, UPT perpustakaan tersusun atas

beberapa gugus tugas, yang berada di perpustakaan pusat dan perpustakaan

fakultas/ jurusan. Gugus tugas yang ada di perpustakaan pusat yaitu: sirkulasi,

pengolahan, pengadaan, administrasi, dan pandang dengar. Sedangkan yang

berada di fakultas/ jurusan adalah Perpustakaan Fakultas Seni Rupa dan desain,

perpustakaan Jurusan Karawitan, Perpustakaan Jurusan Pedhalangan dan

perpustakaan Jurusan Tari. Masing- masing gugus tugas tersebut merupakan

pelaksana tugas- tugas UPT perpustakaan.

Pada dasarnya penyelenggaraan operasional UPT perpustakan adalah

tentang kegiatan kepustakawanan dan keadministrasian. Tugas- tugas

kepustakawanan dilaksanakan oleh pejabat fungsional pustakawan , yang meliputi

kegiatan pengadaan, pengolahan, dan pengelolaan bahan pustaka/ sumber

informasi, pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi baik dalam bentuk

(54)

kegiatan lain untuk pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi,

termasuk pengembangan profesi.

Sedangkan penyelenggaraan operasional yang bersifat

keadministrasian dilaksanakan oleh administrator, yang bertugas melaksanakan

kegiatan pencatatan dan penyelenggaraan data dalam setiap aktifitas kerja. Jadi

tugas administrasi adalah menyelenggarakan dan mengumpulkan bukti- bukti,

mencatat, serta menyelenggarakan laporan dalam bentuk terinci atas seluruh

(55)

BAB IV

PEMBAHASAN MASALAH

Untuk memenuhi kebutuhan informasi kepada masyarakat pengguna jasa

perpustakaan diperlukan suatu pengembangan koleksi perpustakaan dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan terpenuhi. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Magrill dan Corbin (dalam Qalyubi, 2007) bahwa

pengembangan koleksi bahan pustaka merupakan serangkaian proses kegiatan

yang bertujuan mempertemukan pemakai dengan rekaman informasi dalam

lingkungan perpustakaan atau unit perpustakaan. Dalam proses pengembangan

dan pengolahan bahan pustaka di perpustakaan yang perlu diperhatikan antara

lain:

4.1 Pengolahan Bahan Pustaka

4.1.1 Kebijakan Pengembangan Koleksi

Kebijakan pengembangan koleksi pustaka pandang dengar yaitu

proses memastikan bahwa kebutuhan para pengguna jasa

perpustakaan akan terpenuhi secara tepat waktu dan tepat guna

dengan memanfaatkan sumber- sumber inforamasi yang dihimpun

oleh perpustakaan pandang dengar.

Kebijakan yang dilaksanakan oleh pustaka pandang dengar di

Institut Seni Indonesia Surakarta, sering terjadi bahwa

kebutuhan bagi pengguna seringkali belum atau tidak

(56)

pengembangan koleksi, khususnya pada pesanan mahasiswa

yang tidak terealisasi dalam pembelian koleksi pustaka dengar.

Kebijakan mengambil keputusan dalam menentukan

pembelian koleksi pustaka pandang dengar.

4.1.2 Seleksi Bahan Pustaka

Seleksi dapat diartikan secara umum sebagai tindakan, cara atau

proses memilih. Dalam hubungannya dengan pengembangan

koleksi bahan pustaka dimaksudkan bahwa kegiatan

mengidentifikasi rekaman informasi yang akan ditambahkan pada

koleksi yang sudah ada di perpustakaan.

Tidak tepat sasaran pemakai karena tidak pernah menyeleksi

bahan pustaka baik yang diprioritaskan maupun tidak

diprioritaskan, sehingga koleksi yang dibelitidak dapat

digunakan oleh user.

Dalam seleksi bahan pustaka yang perlu diperhatikan seperti:

1) Tujuan koleksi yang dibeli agar dapat dimanfaatkan secara

maksimal oleh user;

2) Tingkat koleksi;

3) Pengarang

(57)

Strategi:

1) Menentukan judul/ penyaji yang dibutuhkan oleh pemakai

sebagai bentuk media pembelajaran.

2) Adanya KDT yang dikirimkan oleh penulis/ perusahaan

rekaman.

3) Alat bantu seleksi berupa daftar pesan yang dibutuhkan oleh

tenaga peneliti maupun mahasiswa.

4.1.3 Kendala yang dilalui dalam Sumber- sumber Seleksi (Alat Bantu

Seleksi)

Tidak pernah mendapatkan informasi mengenai kaset terbaru,

karena Perusahaan Rekaman belum/ tidak pernah memberikan

KDT ke instansi yang berhubungan dengan disiplin ilmu seni.

Sumber- sumber seleksi bahan pustaka atau alat bantu dalam

menyeleksi bahan pustaka yang akan diadakan oleh

perpustakaan antara lain: Katalog Dalam Terbitan (KDT) yang

dikeluarkan oleh penerbit rekaman.

4.1.4 Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka adalah proses pembelian bahan

pustaka yang dibutuhkan oleh perpustakaan pustaka pandang

dengar yang biasanya berdasarkan kebutuhan para pengguna

jasa perpustakaan.

(58)

4.1.5 Inventarisasi

Inventarisasi adalah merupakan pencatatan bahan pustaka baik

yang didapat dari pembelian, hadiah, tukar- menukar, dan

sumbangan ke dalam buku induk.

Sering terjadi ketidak sinkronan/ ketidak sesuain dengan cover

& isi kaset.

4.1.6 Pemberian Stempel Perpustakaan

Saya sering menemui/ menjumpai, dimana sering sekali

koleksi kaset Audio maupun Video tidak terdapat nomor

inventaris & stampel.

Pemberian stempel perpustakaan bertujuan untuk

mnemberikan identitas tentang koleksi bahan pustaka yang

dimiliki oleh perpustakaan. Dalam pemberian stempel ini

terdiri dari stempel hak milik dan stempel inventarisasi yang

letaknya sesuai dengan standar perpustakaan.

4.1.7 Katalogisasi

Proses katalogisasi merupakan pembuatan identitas atau data

bibliografi bahan pustaka dengan tujuan mempermudah pengguna

jasa perpustakaan untuk temu kembali informasi bahan pustaka.

Data bibliografi tersebut biasanya terdiri dari: pengarang,

pengarang tambahan, judul, penerbit, tempat terbit, dan tahun.

Catalog ini pada umumnya terbagi atas catalog judul, catalog

(59)

Bahwa Katalogisasi yang sudah tersusun di almari katalog sudah

terdapat jejakan.

Panduan proses katalogisasi mengacu pada AACR, Capter 6&

7, peraturan katalogisasi yang dikeluarkan oleh perpustakaan

nasional dan menggunakan acuan.

4.1.8 Klasifikasi

Pengelompokkan kaset Audio & Video yang terdapat di

Pustaka Pandang Dengar pengelompokannya sering tercampur.

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan:

5.1.1 Adapun kebijakan yang dilakukan di pustaka pandang dengar dan

mengambil keputusan bahan pustaka dapat dilakukan dengan

keputusan yang mendasar dimana kebijakan mengambil keputusan

dalam menentukan pembelian koleksi pustaka pandang dengar. Hal itu

dilakukan karena dalam kebijakan yang dilaksanakan oleh pustaka

pandang dengar di Institut Seni Indonesia Surakarta, sering terjadi

bahwa kebutuhan bagi pengguna sering kali belum atau tidak terpenuhi

dan kurang atau tidak tepat waktu. Dalam pengembangan koleksi,

khususnya pada pesanan mahasiswa yang tidak terealisasi dalam

pembelian koleksi pustaka pandang dengar.

5.1.2 Srategi Seleksi Bahan Pustaka

Sering sekali tidak tepat sasaran pemakai karena tidak pernah

menyeleksi bahan pustaka baik yang diprioritaskan maupun tidak

diprioritaskan, sehingga koleksi yang dibelitidak dapat digunakan oleh

user.

Strategi:

1) Menentukan judul/ penyaji yang dibutuhkan oleh pemakai sebagai

(61)

2) Adanya KDT yang dikirimkan oleh penulis/ perusahaan rekaman.

3) Alat bantu seleksi berupa daftar pesan yang dibutuhkan oleh tenaga

penyiar maupun mahasiswa.

5.1.3 Kendala yang dilalui dalam Sumber- sumber Seleksi (Alat Bantu

Seleksi)

Tidak pernah mendapatkan informasi mengenai kaset terbaru, karena

Perusahaan Rekaman belum/ tidak pernah memberikan KDT ke

instansi yang berhubungan dengan disiplin ilmu seni.

Sumber- sumber seleksi bahan pustaka atau alat bantu dalam

menyeleksi bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan

antara lain: Katalog Dalam Terbitan (KDT) yang dikeluarkan oleh

penerbit rekaman.

5.1.4 Pengadaan Bahan Pustaka

Sering terjadi tidak mencapai sasaran kebutuhan mahasiswa.

5.1.5 Inventarisasi

Sering terjadi ketidak sinkronan/ ketidak sesuain dengan cover & isi

kaset.

5.1.6 Pemberian Stempel Perpustakaan

Sering menemui/ menjumpai, dimana sering sekali koleksi kaset

Audio maupun Video tidak terdapat nomor inventaris & stampel.

5.1.7 Katalogisasi

Bahwa Katalogisasi yang sudah tersusun di almari katalog sudah

(62)

Panduan proses katalogisasi mengacu pada AACR, Capter 6& 7,

peraturan katalogisasi yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional

dan menggunakan acuan.

5.1.8 Klasifikasi

Pengelompokkan kaset Audio & Video yang terdapat di Pustaka

Pandang Dengar pengelompokannya sering tercampur.

(63)

5.2 Saran

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis memberikan beberapa saran

yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk kemajuan bagi UPT

Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI), diantaranya:

1. Untuk proses koleksi Pustaka Pandang Dengar diperlukan Sumber Daya

Manusia (SDM) minimal yang mengerti tentang seni, yaitu seperti seni

tari, seni karawitan, seni rupa, dan seni pedalangan serta mengerti tentang

teknologi informasi agar mampu memberikan bimbingan kepada

pemustaka, serta dapat mencarikan informasi yang diperlukan/ dibutuhkan.

2. Perlu adanya penambahan unit computer untuk mempermudah proses

penelusuran informasi koleksi pustaka pandang dengar bagi pemustaka.

3. Saat ini rencana tersebut belum terealisasi karena adanya kendala, Sumber

Daya Manusia (SDM) dalam hal ini tenaga pustakawan baik secara

kualitas maupun kuantitas belum mencukupi. Selain itu sarana dan

prasarana pendukung seperti mesin scan, penyimpan file dan software

yang akan digunakan belum tersedia. Harapan/ saran penulis rencana

tersebut dapat terealisasi karena manfaatnya sangat dibutuhkan oleh

Gambar

  Tabel 3.1
  Tabel 3.2 Daftar Perlengkapan Sarana Dan Prasarana UPT Perpustakaan Institut
Tabel 3.3
  Tabel 3.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Transaksi keuangan merupakan aktivitas ekonomi dalam subsistem perusahaan atau kejadian yang terjadi pada unit perusahaan yang memiliki objek pengukurannya dapat dinilai

Reservasi penjualan kamar dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen pada Hotel Novotel untuk mengidentifikasikan adanya kekuatan dan kelemahan dari sistem

Gagal Berdampak Sistemik Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen, dengan baik.. Penulisan Hukum/Skripsi ini dalam pembuatannya hingga

Deltomed telah memperkerjakan 6 (enam) pekerja penyandang disabilitas, akan tetapi saat ini yang masih aktif bekerja hanya 2 (dua) pekerja, karena keempat sisanya

dua arah yang terjadi , sehingga kedua variabel ini tidak saling?. mempengaruhi

Dengan ini menerangkan bahwa saya telah menerima tunjangan profesi guru sebesar Rp.10.695.000 Untuk bulan : Juli,Agustus dan September... SEKOLAH DASAR NEGARI

Determinan kejadian komplikasi persalinan di Indonesia adalah paritas satu atau lebih sama dengan empat anak, adanya komplikasi kehamilan dan adanya riwayat komplikasi

Berdasarkan beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis adalah suatu kondisi ketika individu