commit to user
PENGARUH PROGRAM DOKTER KECIL TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK
USIA 10 - 12 TAHUN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Teguh Hermawansyah G0008243
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Program Dokter Kecil terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 - 12 Tahun
Teguh Hermawansyah, NIM: G0008243, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Rabu, Tanggal 7 Desember 2011
Pembimbing Utama
NIP. 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 7 Desember 2011
Teguh Hermawansyah
commit to user
iv ABSTRAK
Teguh Hermawansyah, G0008243, 2011. Pengaruh Program Dokter Kecil
terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 - 12 Tahun, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program dokter kecil terhadap kebersihan gigi dan mulut anak usia 10 -12 tahun dengan mengontrol faktor perancu pendidikan kebersihan gigi dan mulut di rumah.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional dimana teknik sampling yang digunakan yakni
stratified random sampling. Ukuran sampel adalah 42 anak usia 10 -12 tahun, dengan rincian 21 anak bersekolah dengan program dokter kecil dan 21 anak bersekolah tanpa program dokter kecil. Teknik analisis data yang digunakan
adalah Chi Square, Odds Ratio, dan analisis regresi logistik ganda yang diolah
dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for
Windows.
Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh antara program dokter kecil dan kebersihan gigi dan mulut anak usia 10 -12 tahun dengan kekuatan korelasi kuat (p < 0,05). OR didapatkan sebesar 7,4 kali lebih besar pada anak yang bersekolah dengan program dokter kecil untuk kebersihan gigi dan mulut yang lebih baik (OR 7.375 CI 95% 1.622 s.d 33.545).
Simpulan Penelitian : Penelitian ini menyimpulkan program dokter kecil dapat meningkatkan kebersihan gigi mulut anak usia 10 - 12 tahun. Diharapkan pemerintah lebih meningkatkan program serupa di tatanan sekolah mengingat peran promotif kesehatan rekan sebaya pada anak dirasakan paling efektif.
commit to user
v ABSTRACT
Teguh Hermawansyah, G0008243, 2011. Against the influence of Little Doctor
Dental Program and Oral Hygiene 10 - 12 Year - Olds, Medical Faculty,
Sebelas Maret University, Surakarta.
Objectives: This study aims to determine the effect of a small doctor's program of oral hygiene of children aged 10-12 years by controlling the confounding factors dental education and oral hygiene at home.
Methods: This study is an observational study with the analytical approch sectionaldimana sampling technique is used that is stratified random sampling. The sample size was 42 children aged 10-12 years, with details of 21 children attend school with the little doctor program and 21 children attend school without the little doctor program. Data analysis techniques used were chi-square, odds ratio, and multiple logistic regression analysis are processed using the Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.
Result: This study suggests there is little influence between program physicians and dental and oral hygiene of children aged 10-12 years with the power of a strong correlation (p <0.05). Obtained OR of 7.4 times greater in children who attend school with a small doctor's program for dental and oral hygiene are better (OR 7.375 CI 95% 1.622 s.d 33.545).
Conclusion: This study concluded that small physician programs can improve oral hygiene teeth 10-12 year olds. Expected to further increase the government's similar program in order to remember the role of school health promotion peers felt most effective in children.
commit to user
vi PRAKATA
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Program Dokter Kecil terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 -12 Tahun”.
Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Abidin, dr., SpPD-KR-FINASIM, sebagai dekan
Fakultas Kedokteran Universitas yang telah mengijinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi.
2. Dr. Risya Cilmiaty, AR., drg., M.Si., Sp.KG sebagai pembimbing utama
yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.
3. Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., SpBM sebagai pembimbing pendamping
yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.
4. Vita Nirmala A., drg., Sp.Pros., Sp.KG sebagai penguji utama yang telah
memberikan waktu, masukan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Widia Susanti, drg., M.Kes, sebagai anggota penguji yang telah
memberikan waktu, masukan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Muthmainah, dr., M.Kes, sebagai ketua tim skripsi yang telah memberikan
motivasi dan segala kemudahan dalam penulisan skripsi.
7. Seluruh Staf Bagian skripsi. Ibu Eny dan Pak Nardi atas segala bantuan
yang telah diberikan.
8. Seluruh Staf Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut RSUD Dr. Moewardi
Surakarta atas segala bantuannya.
9. Seluruh anggota keluarga peneliti untuk doa dan bantuan yang luar biasa.
10.Semua teman yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kedokteran umumnya dan pembaca khususnya.
Surakarta, 7 Desember 2011
commit to user
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Berpikir ... 16
C. Hipotesis ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Jenis Penelitian ... 18
B. Lokasi Penelitian ... 18
C. Subjek Penelitian ... 18
D. Teknik Sampling ... 19
E. Rancangan Penelitian ... 19
F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 20
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 20
H. Alat dan Bahan Penelitian ... 21
I. Cara Kerja...21
J. Analisis Data ... 24
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 26
commit to user
viii
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN... 35
A. Simpulan ... 35
B. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Analisis Bivariat Chi Square Program Dokter Kecil Dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 -12 Tahun ... 27
Tabel 2. Distribusi Data Tabel 2X2 ... 28
Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan
Analisis Bivariat tentang Program Dokter Kecil dengan
commit to user
x DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Persetujuan dan Pemeriksaan
Lampiran 2. Data Subjek Penelitian
Lampiran 3. Pengolahan Data dengan SPSS 17
Lampiran 4. Surat Kelaikan Etik
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
kualitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi dan mulut adalah komponen
kesehatan umum yang berperan penting dalam menunjang tumbuh kembang
anak. Masa anak usia sekolah merupakan masa yang efektif untuk
meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya perilaku hidup bersih dan
sehat menuju manusia yang berkualitas. Pertumbuhan dan perkembangan
gigi anak serta pemeliharaannya merupakan hal utama untuk diperhatikan
oleh orang tua, karena kesehatan gigi dan mulut anak berpengaruh
terhadap kualitas hidup dan masa depan anak. Orang tua sebaiknya
mengetahui cara merawat gigi anak karena dengan memiliki pengetahuan
tentang cara merawat gigi anak, maka orang tua diharapkan dapat
memotivasi anak agar mempunyai kebiasaan merawat gigi sejak dini secara
mandiri (Besford, 1996).
Kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor dasar bagi kesehatan
gigi dan mulut, karena pada umumnya kejadian penyakit gusi dan
periodontal berawal dari kebersihan mulut yang kurang baik (Rasubala,
1997). Banyak penyakit yang bermanifestasi pada mulut, bahkan sebagian
commit to user
2
immune defiencies dan hypophosphatemia (PerRasmussen, 2001). Secara
umum dapat dikatakan bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian
integral kesehatan secara keseluruhan dalam menunjang kehidupan
masyarakat secara umum, sehingga perlu dipelihara di seluruh lapisan
masyarakat (Yuyus, 1996).
Perawatan gigi anak sejak dini, dapat mengurangi risiko terjadi
kerusakan gigi dan gusi. Jika anak mempunyai masalah gigi, maka
akan mengakibatkan anak menjadi sulit berkonsentrasi untuk belajar bahkan
untuk bermain dan bersosialisasi sampai dengan kurang percaya diri.
Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan radang gusi (gingivitis) dapat
menyebabkan terganggunya fungsi pengunyahan yang selanjutnya dapat
mengakibatkan asupan gizi berkurang, terganggunya fungsi berbicara,
tersenyum, tertawa, dan termasuk bau napas tidak sedap serta gangguan
penampilan wajah. Kerusakan gigi dan gusi ditimbulkan karena
penimbunan plak pada permukaan gigi dan gusi, sebagai akibat dari
pemeliharaan kebersihan mulut yang kurang baik. Salah satu metode untuk
membersihkan gigi dari plak dan sisa makanan adalah dengan menyikat
gigi. Saat yang paling penting untuk membersihkan permukaan gigi dari
sisa-sisa makanan, antara lain pagi setelah makan pagi dan malam
menjelang tidur (Besford, 1996).
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10
besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia.
commit to user
penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, bahkan mematikan.
Penyakit periodontal itu sendiri merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam kalkulus (karang
gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat
ringan seperti radang gusi yang ditandai dengan gusi berwarna merah dan
mudah berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan
tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal (Admin, 2008).
Kecenderungan anak untuk membentuk suatu pola dari orang yang
ditirunya, anak hanya mau menirukan orang yang dekat dengannya, yang
menyukai dan disukainya. Semua anak tidak peduli apakah laki-laki atau
perempuan membutuhkan kesempatan untuk berada di dekat orang yang
dikenal. Pada anak usia antara 6 -12 tahun, perkembangan emosi dan sosial
berlanjut pada 3 konteks, yaitu: rumah, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
Dari ketiga konteks tersebut, sekolah selain sebagai sarana pendidikan
formal juga diharapkan dapat membentuk pola hidup bersih dan sehat
meskipun konteks rumah masih memegang peran yang paling dominan.
commit to user
4
Visi pembangunan kesehatan saat ini harus mengedepankan upaya
promotif dan preventif bukan lagi kuratif. Salah satu caranya adalah dengan
mengkampanyekan PHBS (Perilaku hidup Bersih dan Sehat) sejak usia dini.
Program revitalisasi dokter kecil memilki peran penting untuk membentuk
perilaku bersih dan sehat sejak dini. Mengingat pentingnya program Dokter
Kecil tersebut maka Kementerian Kesehatan telah menjadikan Dokter Kecil
wajib ada di setiap Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan yang tertuang dalam SK No.145/Menkes/SK/X/2003. Sementara
itu, dokter kecil juga terbukti efektif berperan sebagai promotor kesehatan
sekolah. Selanjutnya diharapkan dapat berkembang ke lingkungan yang
lebih besar seperti keluarga dan masyarakat. Sosialisasi PHBS melalui
dokter kecil akan berdampak besar terhadap terwujudnya generasi Indonesia
yang lebih sehat. Kesehatan dimulai dari kebersihan hal yang kecil oleh diri
sendiri, contohnya kebersihan gigi dan mulut, sehingga penulis tertarik
untuk meneliti pengaruh program dokter kecil terhadap kesehatan gigi dan
mulut pada anak usia 10 -12 tahun (Sulani, 2010).
B. Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh program dokter kecil terhadap kebersihan
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program
dokter kecil terhadap kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 10 -12
tahun.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efektivitas dokter kecil
terhadap peningkatan kebersihan gigi dan mulut anak usia 10-12 tahun.
2. Manfaat terapan
a. Bagi anak untuk memberi bahan pertimbangan dalam memelihara
kesehatan gigi dan mulut.
b. Bagi pemerintah penelitian ini memberi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan.
commit to user
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Gigi mempunyai peranan penting salah satunya yaitu untuk
menghaluskan makanan atau proses pengunyahan (mastikasi), mengingat
letaknya selaku organ yang berada di awal proses pencernaan. Gigi juga
berfungsi melindungi jaringan di dalam mulut terhadap tekanan pengunyahan,
untuk berbicara, dan pembentuk struktur wajah (Moestopo, 1993).
Sebagian dari masyarakat masih belum memperhatikan kebersihan,
kesehatan gigi dan mulutnya, hal ini mengakibatkan gigi rusak dan tidak
berfungsi sebagaimana mestinya (Moestopo, 1993).
1. Kebersihan gigi dan mulut
Kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Faktor internal
1) Susunan Gigi
Sebuah susunan gigi yang tidak teratur, seringkali dapat
mengakibatkan sisa-sisa makanan dan depositnya terselip di
sel-sela gigi dan juga melekat pada permukaan gigi sehingga
commit to user
7
mengakibatkan kebersihan gigi dan mulut berkurang (Rasubala,
1997).
2) Saliva
Salah satu zat penjaga kelestarian gigi yaitu saliva, zat ini
mempunyai mekanisme sebagai pembersih secara mekanis,
pelumuran elemen gigi geligi, pelindung, penyangga (buffer), anti
pelarut juga anti bakteri (Suwelo, 1992).
3) Xerostomia
Salah satu faktor internal dari kondisi kesehatan umum yang
berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut yakni xerostomia
(keringnya mulut karena sekresi saliva berkurang) kondisi ini
dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satu di antaranya
yaitu diabetes mellitus (Carranza, 1979).
4) Konsumsi Refined Carbohydrate
Saat ini sudah menjadi gaya hidup di masyarakat mengenai
konsumsi refined carbohydrate seperti gula-gula, biskuit,
makanan cepat saji lunak tak berserat. Hal ini nantinya akan
berdampak merugikan kesehatan gigi dan mulut (Yuyus, 1996).
5) Antibiotik Golongan Tetrasiklin
Salah satu golongan antibiotik, tetrasiklin, dapat
menimbulkan disgenesis, yakni perubahan warna secara
commit to user
8
gigi tetap. Adapun perubahan warnanya dapat bervariasi mulai
dari kuning coklat hingga kelabu tua (Setiabudi, 2007).
b. Faktor eksternal
1) Plak
Plak lebih sering ditemukan pada kelompok yang kurang
memperhatikan kebersihan gigi daripada kelompok yang
memperhatikan kebersihan gigi dengan baik (Priantojo, 1995).
Kepedulian terhadap kebersihan gigi dan mulut sendiri
membutuhkan kedisiplinan, dan hal ini sering diabaikan.
Contohnya, rutinitas gosok gigi sebelum tidur kerap kali
diabaikan juga gosok gigi setelah makan. Dan yang paling
penting yaitu kontrol kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi
setiap enam bulan sekali penting untuk dilakukan, namun pada
kenyataannya aktivitas tersebut sulit diterapkan oleh sebagian
masyarakat (Prayitno, dkk, 1996).
2) Tingkat Pendidikan
Pengetahuan, yang dalam hal ini adalah tingkat pendidikan
juga dapat berpengaruh pada kebersihan gigi dan mulut meskipun
tidak begitu signifikan (Priantojo, 1996). Dalam masyarakat
masih dijumpai kebiasaan buruk berupa menghisap rokok,
menggunakan tusuk gigi, menggeser-geserkan gigi dengan kuat
sehingga menimbulkan suara gemertak atau bruxism, hal-hal
commit to user
9
(Moestopo, 1993; Tarigan, 1993). Kandungan tembakau dalam
rokok dapat memicu terbentuknya stain (noda) pada permukaan
gigi sehingga mengakibatkan permukaan gigi menjadi kasar dan
deposit akan mudah melekat, seperti plak dan kalkulus (Pratiwi,
1998).
3) Food Debris dan Kalkulus
Kebersihan gigi mulut yang diabaikan makin lama akan
terbentuk food debris dan kalkulus pada permukaan gigi.
Kalkulus merupakan endapan amorf atau kristal yang terbentuk
pada gigi dan membentuk lapisan konsentris. Kalkulus disebut
juga “tartar” yang merupakan endapan keras hasil mineralisasi
yang mudah terlepas (Rasubala, 1996).
4) Acquired pellicel
Acquired pellicel merupakan presipitasi glikoprotein yang
berasal dari ludah yang terjadi tanpa keberadaan bakteri.
Kemudian bakteri akan tumbuh dengan cepat pada permukaan
lapisan oleh air liur (pellicel), melekat pada pellicel sehingga
lama-commit to user
10
kelamaan akan mengalami proses demeniralisasi dan
menimbulkan suasana asam. Seperti tulang yang direndam dalam
larutan cuka, maka tulang yang tercelup lama-kelamaan bisa
hancur (Prayitno, dkk, 1996). Penyelidikan terhadap penyakit gigi
telah menetapkan bahwa plak adalah penyebab pertama dari
penyakit periodontal dan karies (Prayitno, dkk, 1996).
2. Anak
UNICEF mendefinisikan anak sebagai orang di bawah umur
18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang setempat yang berlaku,
ditentukan lebih lanjut apabila usia dewasa dicapai lebih awal (UNICEF,
2002). Di Indonesia batasan umur anak berbeda-beda, pasal 45 KUHAP
menentukan batas umur 16 tahun, pasal 283 KUHP 17 tahun, pasal
287-293 KUHP 15 tahun. UU Kesejahteraan Anak no 4 tahun 1979
menyebutkan bahwa anak-anak adalah orang yang belum berusia 21
tahun (Majidah, 2002), sedangkan dalam UU Perkawinan batas umur
wanita 16 tahun dan pria 19 tahun (Utami, 2002).
Perubahan kognitif anak diawali pada usia 5 - 7 tahun yang
ditandai dengan reorganisasi pada sistem saraf pusat, pada usia ini anak
mengalami peningkatan kemampuan dalam hal memberi perhatian
terhadap masalah yang dihadapi, juga menunjukkan sikap rajin terhadap
tugas yang diberikan (Wright, 1975).
commit to user
11
anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis. Setelah
mencapai usia 12 tahun, umumnya anak sudah bisa menggunakan
grammar dan syntax, mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis
dengan baik. Bahkan pada beberapa negara, di usia ini anak sudah fasih
dalam bahasa keduanya (second language) (Wright, 1975).
Pada anak usia 7-12 tahun menurut Piaget, anak sudah
mengerti konstanta panjang, massa, berat, ukuran dan berat. Relativitas
juga sudah dapat dimengerti oleh anak. Sebagai contoh, bagi anak usia
4 tahun ‘gelap’ diartikan sebagai hitam, sedangkan anak usia 10 tahun
sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau ‘gelap’. Saat
mencapai usia 12 tahun, pikiran dan mental anak mengalami
pendewasaan, sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan
juga informasi abstrak (Wright, 1975).
Anak dengan rentang usia 6 - 12 tahun dapat merasakan
kepuasan emosional bila anak tersebut diterima oleh suatu kelompok
sepermainan (peer group). Apabila tidak merasa diterima, sering
diejek, dapat sangat merusak emosinya. Peranan orang tua, guru dan
aturan lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah
tersebut. Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri
dari rasa malu, frustasi, rasa kehilangan dan ketidakpuasan
diharapkan mulai tumbuh pada rentang usia ini. Jika hal ini tidak
terjadi, maka dapat membahayakan masa remaja anak (Darbi, Walsh,
commit to user
12
Ketika anak pada fase perubahan sosial, dalam hal ini sekolah
merupakan pemegang peranan yang sangat penting, anak akan
menemukan dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya. Anak
memiliki rasa antusias yang tinggi di awal masa sekolah, namun
semakin menurun di tahun berikutnya. Peer group yang diikuti oleh anak
juga sangat berpengaruh bagi kehidupan yang akan datang. Ada saatnya
timbul konflik batin ketika peer group bertentangan dengan orang tua
ataupun guru. Pada satu sisi, anak ingin tetap berpegangan pada orang
tua dan guru, namun di sisi lain juga ingin diterima lagi oleh
teman-ekonomi, hobi, kegemaran, dan tingkat kedewasaan yang sama (Darbi,
2003).
Anak pada fase perubahan emosional, mulai mampu menerima
norma dalam bertingkah laku. Anak sudah dapat mengisi kebosanan
dengan melakukan hal yang disukai. Pada usia 12 tahun anak sudah
mampu mengatur daftar prioritas. Pada usia ini pula, anak mulai
mementingkan penampilan luar (body image). Sebagai contoh, gigi
commit to user
13
didapati pada usia 12 tahun, a n a k mulai merasa tidak percaya diri,
malu untuk tertawa dan memperlihatkan gigi (Niel-Gehrig dan Willman,
2003).
3. Gigi anak
Pemeliharaan kebersihan gigi setiap hari sebaiknya dimulai
saat erupsi gigi sulung pertama pada bayi, sebab bila gigi tersebut tidak
dirawat akan merugikan pertumbuhan selanjutnya. Sebagai contoh,
apabila gigi sulung seorang anak telah dicabut sebelum waktunya,
sedangkan gigi permanen belum akan tumbuh, maka menyebabkan calon
gigi permanen tidak tersusun dengan baik. Pemeliharaan kebersihan gigi
pada bayi dapat dengan cara membersihkan gigi dengan kain halus atau
kapas, juga dapat menggunakan sikat gigi khusus jika sudah berusia 6
atau 7 bulan (Moestopo, 1993).
Proses kerusakan atau karies gigi sulung lebih cepat menyebar
dan menjadi parah dibandingkan gigi tetap. Hal ini disebabkan karena
adanya beberapa faktor. Faktor yang langsung berhubungan dengan
karies gigi sulung antara lain, struktur email gigi sulung kurang solid dan
lebih tipis, morfologis gigi sulung lebih memungkinkan retensi sisa
makanan. Ditambah dengan anak yang lebih senang dan sering makan
makanan dan minuman karsiogenik sehingga menyebabkan kebersihan
commit to user
14
Anak-anak seharusnya mendapat pemeriksaan gigi secara rutin
setelah umur 3 tahun. Orang tualah yang mempersiapkan dan
mengantarkan anaknya ke dokter gigi anak untuk melakukan
pemeriksaan rutin. Selain diet yang seimbang, pemberian fluoride,
pencegahan luka dan menggosok gigi secara teratur juga penting untuk
mendapatkan gigi yang sehat (Besford, 1996).
Sejak umur 5,5 tahun telah dimulai erupsi gigi permanen yang
merupakan pengganti gigi sulung (kecuali gigi-gigi molar tetap). Pada
umur 12 -13 tahun semua gigi permanen telah muncul, kecuali gigi molar
ketiga. Sedangkan pada umur 11 tahun gigi molar kedua rahang atas
belum muncul, karena proses erupsi diawali dari gigi rahang bawah baru
diikuti gigi rahang atas (Hasan, 2007).
Penelitian tentang tingkat kebersihan mulut anak SD di Ujung
Pandang menunjukkan bahwa murid yang mempunyai tingkat kebersihan
mulut yang buruk mencapai 21,66 %, tingkat kebersihan mulut sedang
50,42 %, dan hanya 27,96 % mempunyai tingkat kebersihan mulut yang
baik (Rasubala, 1996).
4. Program Dokter Kecil
Program Dokter Kecil merupakan upaya pendekatan edukatif
dalam rangka mewujudkan perilaku sehat di antaranya perilaku
kebersihan perorangan yang melibatkan keaktifan anak didik sebagai
commit to user
15
Program dokter kecil bertujuan membentuk perilaku hidup
bersih dan sehat sejak usia dini. Diharapkan, pembangunan kesehatan
kini dan pada masa yang akan datang diarahkan pada peningkatan upaya
promotif dan preventif dengan tidak mengenyampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan
edukasi tentang bagaimana cara mempraktikkan PHBS kepada generasi
muda. Kegiatannya seperti cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan
lingkungan serta menjaga kesehatan gigi, sehingga dokter kecil
diharapkan menjadi agen perubahan. Perekrutan dokter kecil dilakukan
pada siswa kelas 4, 5 dan 6 dengan ketentuan murid yang terlatih
memelihara dan meningkatkan kesehatan diri sendiri. Selain itu memiliki
jiwa pemimpin dan bertanggung jawab, serta memiliki budi pekerti baik
dan suka menolong. Pada masa yang akan datang setiap dokter kecil akan
dilengkapi dengan tas kecil berisi separangkat alat kebersihan, buku,
pena, sabun, handuk, sikat gigi dan odol. Diharapkan, kebiasaan perilaku
hidup bersih dan sehat di sekolah ditularkan kepada teman, keluarga dan
commit to user (pellicel, saliva, plak baik)
commit to user
17
C. Hipotesis
Ada pengaruh program dokter kecil terhadap kebersihan gigi dan mulut
commit to user
18 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis studi ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
(Taufiqurohman, 2004).
Penelitian ini mengambil sampel anak Sekolah Dasar (SD) usia 10 -12
tahun yang bersekolah di sekolah dengan program dokter kecil, dan yang
bersekolah di sekolah tanpa program dokter kecil.
3. Besar sampel
Besar sampel yang dihitung menurut hukum Rule of Thumb di mana
jumlah sampel minimal adalah 30 - 45, jumlah tersebut telah memenuhi
syarat pengambilan sampel penelitian (Murti, 2010), sehingga peneliti
commit to user
19
D. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini diambil dengan metode stratified random sampling,
yaitu seluruh siswa sekolah dasar usia 10 -12 tahun yang bersekolah di SD
dengan program dokter kecil, dan siswa yang bersekolah di SD tanpa
program dokter kecil diambil data secara acak dari masing - masing kelas
dengan jumlah sama, sesuai kriteria jumlah sampel minimal (Murti, 2010).
commit to user
20 F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Program dokter kecil
Skala : nominal
2. Variabel tergantung : Kebersihan gigi dan mulut
Skala : interval
3. Variabel Luar
a. Terkendali : umur, pendidikan.
b. Tidak terkendali : keadaan kesehatan umum, susunan gigi, saliva,
kebiasaan atau habit, diet.
G. Definisi Variabel Penelitian
1. Program Dokter Kecil
Program dokter kecil merupakan salah satu strategi pemerintah dalam
mensosialisasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini
melalui tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) (Sedyaningsih, 2009).
Anak-anak yang bersekolah di SD dengan program dokter kecil
adalah anak-anak atau siswa yang memperoleh sosialisasi kebersihan gigi
dan mulut melalui program dokter kecil di sekolahnya.
Anak-anak yang bersekolah di SD tanpa dokter kecil adalah
anak-anak atau siswa yang tidak memperoleh sosialisasi kebersihan gigi dan
commit to user
21
2. Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut merupakan kondisi di mana gigi dan
rongga mulut tidak didapati kalkulus dan debris yang bermakna.
Kebersihan tentunya akan menunjang kesehatan gigi dan mulut yang
berperan besar dalam kesehatan tubuh secara keseluruhan (Admin, 2008).
Parameter kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan Simplified
Oral Hygiene Index (OHI-S) dari Greene dan vermillion, 1964 yang
menggambarkan Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Lembar pemeriksaan dan alat tulis
2. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset dan ekskavator)
3. Lampu penerang
4. Sarung tangan
5. Sikat gigi dan pasta gigi
6. Air kumur
7. Kapas steril dan cotton bud
8. Disclosing tablets/paste
I. Cara Kerja
1. Tahap persiapan penelitian
Hal-hal yang dilakukan pada saat tahap persiapan penelitian.
commit to user
22
b. Menyiapkan alat untuk menilai OHI-S.
c. Mempersiapkan subjek penelitian.
2. Tahap penelitian
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 42 siswa. Setelah
didapatkan sampel, peneliti melakukan pemeriksaan untuk mengetahui
nilai OHI-S subjek penelitian.
Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok faktor
risiko (+) dan kelompok faktor risiko (-). Kelompok dengan faktor risiko
(+), berupa 21 siswa yang bersekolah tanpa program dokter kecil,
sedangkan kelompok dengan faktor risiko (-), berupa 21 siswa yang
bersekolah dengan program dokter kecil.
Selanjutnya, subjek penelitian mengisi informed consent. Setelah itu,
pasien diminta menggosok gigi selama 5 menit. Lalu, gigi subjek
penelitian diberi disclosing tablets/paste dan diperiksa nilai OHI-S dari
subjek penelitian.
Untuk mengetahui kebersihan gigi dan mulut dipakai kriteria
Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) dari Greene dan Vermillion yang
terdiri dari Indeks Debris (DI-S) dan Indeks Kalkulus (CI-S).
a. Yang diperiksa adalah 6 buah gigi, yaitu :
1) Permukaan labial incisivus sentral kanan atas
2) Permukaan labial incisivus sentral kiri bawah
3) Permukaan bukal molar satu kanan atas
commit to user
23
5) Permukaan lingual molar satu kiri bawah
6) Permukaan lingual molar satu kanan bawah
b. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Bila salah satu gigi tidak ada, maka dapat dipilih atau diganti dengan
gigi yang berdekatan sebagai pembanding
2) Pemeriksaan dilakukan pada gigi yang telah mengalami erupsi
sempurna
c. Cara pengukuran Indeks Debris:
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sonde pada
permukaan gigi yang diperiksa, apakah ada sisa makanan yang
menempel tidak begitu lengket pada permukaan gigi.
d. Kriteria untuk menghitung Indeks Debris (DI-S) adalah:
0 = tidak ada debris atau stain
1 = debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2 = debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih dari 2/3
permukaan gigi
3 = debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
e. Cara pengukuran Indeks Kalkulus:
Ditunjukkan dengan adanya endapan yang biasanya berwarna putih
sampai kuning kecoklatan (supra ginggival kalkulus), atau coklat
sampai hitam (sub ginggival kalkulus).
f. Kriteria untuk menghitung Indeks Kalkulus (CI-S) adalah:
commit to user
24
1 = adanya supra ginggival kalkulus yang menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi.
2 = adanya supra ginggival kalkulus menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak
lebih dari 2/3 permukaan gigi.
3 = supra ginggival kalkulus menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
atau adanya sub ginggival kalkulus yang melingkari seluruh
servikal gigi.
Berdasarkan skala pengukuran dari variabel yang digunakan, maka uji
statistika yang sesuai yaitu Chi Square tabel 2 X 2. Pemilihan uji statistika
tersebut berdasarkan pengukuran variabel berskala nominal dengan variabel
berskalainterval terdikotomi.
Odds Ratio digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan
antara program dokter kecil dan kesehatan gigi dan mulut. Analisis regresi
logistik ganda digunakan untuk mengendalikan faktor perancu dalam
commit to user
25
Dalam pelaksanaan analisis data, pengolahan data dilakukan melalui
bantuan komputer dengan program Statistcical Product and Service Solution
commit to user
26 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Simo 1 dan Sekolah Dasar Simo
2, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali pada Bulan Mei-Juli 2011.
Penelitian dilakukan terhadap 42 anak yang ditentukan secara stratified
random sampling dengan distribusi 21 anak yang bersekolah dengan program
dokter kecil, kelas 4, 5, dan 6 masing-masing 7 anak, diberi kode A1 – A21,
dan 21 anak yang bersekolah tanpa program dokter kecil, kelas 4, 5, dan 6
masing-masing 7 anak, diberi kode B1 – B21. Adapun syarat untuk pemilihan
sampel telah ditentukan lebih dulu, disesuaikan dengan kemampuan dan
tujuan penelitian ini. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil OHI-S dan data
pendidikan kebersihan gigi dan mulut di rumah seperti tertulis pada
Lampiran 2.
B. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data yang terdiri
dari tiga langkah, yaitu (1) uji Chi Square, (2) Odds Ratio, (3) analisis regresi
commit to user
27
1. Uji Chi Square
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji Chi Square, dengan
uji itu dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua
variabel secara statistik bermakna. Penelitian ini mengamati hubungan
antara variabel tergantung kebersihan gigi mulut dengan variabel bebas
program dokter kecil dan variabel perancu berupa pendidikan kebersihan
gigi mulut di rumah. Adanya variabel perancu berpengaruh terhadap
hasil analisis data yang didapat. Untuk mengendalikannya, dilakukan
analisis regresi logistik. Setelah hasil uji Chi Square didapat, maka
dapat dilihat nilai signifikansinya. Hubungan signifikan jika p < 0,05.
Selain itu, jika p < 0,25, maka variabel tersebut memenuhi syarat
analisis regresi logistik.
Tabel 1 Analisis Bivariat Chi Square Program Dokter Kecil dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10-12 Tahun
No Variabel Asymp. Sig(2-sided)
1. Program dokter kecil dan
kebersihan gigi mulut
0,005
Nilai kemaknaan adalah 0,005 untuk Asymp. Sig(2-sided). Nilai
kemaknaan p < 0,05, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
program dokter kecil dan kebersihan gigi dan mulut. Hasil lebih lengkap
commit to user
28 2. Odds Ratio
Tingkat kekuatan hubungan antara program dokter kecil dengan
kebersihan gigi dan mulut anak digunakan rumus Odds Ratio.
Tabel 2 Distribusi Data Tabel 2 X 2
Sampel Baik Buruk Total
dengan program dokter kecil 14 7 21
tanpa program dokter kecil 5 16 21
Total 19 23 42
Odds Ratio didapatkan dengan persamaan:
䥨 冐2
䥨 14 167 5
䥨 6, 4
Studi pada sampel dari populasi ini menunjukkan program dokter
kecil memiliki kebersihan gigi dan mulut anaklebih baik 6, 4 kali
commit to user
29
3. Analisis Regresi Logistik Ganda
Tabel 3 Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Analisis Bivariat tentang Program Dokter Kecil dengan Pendidikan Gigi Mulut di Rumah
I
Interpretasi dari tabel, siswa dengan program dokter kecil memiliki
kemungkinan higiene gigi dan mulut lebih baik 7,4 kali lebih besar
dibandingkan siswa yang bersekolah tanpa program dokter kecil (OR
7.375 CI 95% 1.622 s.d 33.545). Hubungan tersebut secara statistik
signifikan dan menunjukkan hubungan yang kuat serta telah mengontrol
pengaruh dari luar subjek penelitian. Variabel
Analisis multivariat regresi logistik ganda
commit to user
30
Siswa yang dikenalkan kebersihan gigi dan mulut di rumah
memiliki kemungkinan untuk memiliki kebersihan gigi dan mulut yang
baik sebesar 7.1 kali lebih baik daripada siswa tanpa pengenalan
kebersihan gigi dan mulut di rumah (OR 7.144 CI 95% 1.282 s.d 39.810).
Hasil analisis di atas memperlihatkan nilai -2 log likelihood sebesar 43,9
artinya perbedaan antara data sampel yang teramati dengan model analisis
regresi yang diprediksi tidak terlalu besar (hampir sama karena
mendekati nol dan nilainya berada pada kisaran antara 0 sampai 100).
Dengan model regresi logistik ganda, variabel tingkat kontrol asma, umur,
dan riwayat penyakit penyerta mampu menjelaskan kualitas kebersihan
commit to user
31 BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli sampai dengan Agustus 2011 di dua
Sekolah Dasar (SD) di kawasan Kecamatan Simo, Boyolali, Jawa Tengah dan
didapatkan subjek penelitian sebanyak 42 siswa yang berasal dari dua sekolah
dasar tersebut, masing-masing diambil secara acak sebanyak 21 siswa. Dipilihnya
siswa sekolah dasar pada usia 10 -12 tahun disebabkan karena kecenderungan
siswa dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut masih kurang (Rasubala,
1996).
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program dokter
kecil dengan kebersihan gigi mulut. Pada kelompok anak dengan program dokter
kecil, sampel dengan kebersihan gigi dan mulut yang baik berjumlah 14 anak
(66.7 %) dan kebersihan gigi mulut buruk berjumlah 7 anak (33.3 %). Pada
kelompok anak tanpa program dokter kecil, sampel dengan kebersihan gigi dan
mulut yang baik berjumlah 5 anak (23.8 %) dan kebersihan gigi mulut buruk
berjumlah 16 anak (76.2 %). Analisis bivariat terhadap pengaruh program dokter
kecil dengan kebersihan gigi dan mulut anak, menunjukkan hubungan yang
signifikan (p = 0.005) dan memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik
ganda sehingga variabel program dokter kecil dapat dianalisis regresi logistik.
commit to user
32
mulut 6.4 kali lebih baik daripada kelompok sampel tanpa program dokter kecil
(OR = 6.4; CI 95% 1.7 s.d 24.8).
Selain program dokter kecil, salah satu faktor penunjang kebersihan gigi dan
mulut adalah pendidikan kebersihan di rumah melalui penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat pada umumnya dan memperhatikan kebersihan gigi mulut pada
khususnya. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu dan
lingkungannya. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan
perilaku atau kebiasaan individu. Kebiasan dilakukan dalam kehidupan seseorang
sehari-hari tanpa adanya perasaan terpaksa. Perilaku setiap orang akan berbeda
dengan orang lain, namun perlu diingat bahwa perilaku dapat dibentuk sejak
kecil. Lingkungan rumah terdekat yaitu orang tua, saudara kandung, dan
pengasuh merupakan pembentuk tingkah laku utama pada anak. Karena itu, peran
orang tua mengajarkan pola hidup bersih dan sehat di rumah juga berpengaruh
terhadap kebersihan gigi dan mulut anak. (Simanulang, 1997).
Pada penelitian ini memiliki kelebihan dengan mengontrol salah satu faktor
penunjang kebersihan gigi dan mulut, yaitu pendidikan kebersihan gigi mulut di
rumah. Didapatkan hasil bahwa kelompok sampel dengan pendidikan kebersihan
gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi mulut yang baik sebanyak 9 anak
(75%) dan kelompok sampel dengan pendidikan kebersihan gigi mulut di rumah
dengan kebersihan gigi mulut yang buruk sebanyak 3 anak (25 %). Sedangkan
kelompok sampel tanpa pendidikan gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi
mulut yang baik sebanyak 10 anak (33.3 %) dan kelompok sampel tanpa
commit to user
33
sebanyak 20 anak (66.7 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara
pendidikan kebersihan gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi mulut
menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0.014). Hasil ini membuktikan
bahwa pendidikan gigi dan mulut di rumah memiliki pengaruh dengan kebersihan
gigi dan mulut anak.
Investigasi lebih lanjut mengenai program dokter kecil dan pendidikan
kebersihan gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi mulut anak telah dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hal ini yang menjadi
kelebihan dalam penelitian ini, yakni penggunaan regresi logistik ganda sebagai
teknik analisis data untuk mengontrol variabel perancu secara statistik. Model
analisis regresi logistik dapat mencegah terjadinya bias dalam penelitian. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa anak dengan program dokter kecil memiliki
kebersihan gigi dan mulut 7.4 kali lebih besar daripada anak tanpa program dokter
kecil (OR = 7.4; CI 95% 1.6 s.d 33.5). Hubungan tersebut secara statistik
signifikan dan menunjukkan hubungan yang kuat serta telah mengontrol pengaruh
pendidikan kebersihan gigi mulut di rumah.
Confidence Interval (CI) 95% mengandung arti bahwa dengan tingkat
keyakinan 95% program dokter kecil meningkatkan kebersihan gigi mulut antara
1.6 hingga 33.5 kali dibandingkan tanpa program dokter kecil (OR = 7.4; CI 95%
1.6 s.d 33.5).
Log likehood merupakan parameter dalam analisis regresi logistik yang
menunjukkan kesesuaian antara model regresi dan data sampel. Pada hasil
commit to user
34
perbedaan antara model regresi dan data sampel (hampir sama karena mendekati
nol dan nilainya berada pada kisaran antara 0 sampai 100). Dengan model regresi
logistik ganda, variabel program dokter kecil dan pendidikan kebersihan gigi
mulut di rumah mampu menjelaskan kebersihan gigi mulut anak sebesar 38.7 %
commit to user
35 BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Program dokter kecil berpengaruh terhadap kebersihan gigi dan mulut
anak usia 10 -12 tahun.
2. Upaya promotif dan edukatif oleh rekan sebaya mampu meningkatkan
kebersihan gigi dan mulut anak khususnya melalui program dokter kecil.
B. Saran
1. Sebaiknya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak dimulai sejak
erupsi gigi sulung pertama.
2. Bagi masyarakat dan orang tua pada umumnya, perlu lebih memperhatikan
kebersihan gigi dan mulut sedini mungkin, termasuk segala faktor yang
mempengaruhinya.
3. Pemerintah diharapkan lebih dapat mendayagunakan program dokter kecil
mengingat keefektifan keberhasilan dalam promosi kesehatan pada anak
usia sekolah pada umumnya dan peningkatan kebersihan gigi anak pada