• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Pengaruh Program Dokter Kecil terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 - 12 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Pengaruh Program Dokter Kecil terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 - 12 Tahun"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH PROGRAM DOKTER KECIL TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK

USIA 10 - 12 TAHUN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Teguh Hermawansyah G0008243

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Program Dokter Kecil terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 - 12 Tahun

Teguh Hermawansyah, NIM: G0008243, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Rabu, Tanggal 7 Desember 2011

Pembimbing Utama

NIP. 19660702 199802 2 001

Dekan FK UNS

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 7 Desember 2011

Teguh Hermawansyah

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Teguh Hermawansyah, G0008243, 2011. Pengaruh Program Dokter Kecil

terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 - 12 Tahun, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program dokter kecil terhadap kebersihan gigi dan mulut anak usia 10 -12 tahun dengan mengontrol faktor perancu pendidikan kebersihan gigi dan mulut di rumah.

Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional dimana teknik sampling yang digunakan yakni

stratified random sampling. Ukuran sampel adalah 42 anak usia 10 -12 tahun, dengan rincian 21 anak bersekolah dengan program dokter kecil dan 21 anak bersekolah tanpa program dokter kecil. Teknik analisis data yang digunakan

adalah Chi Square, Odds Ratio, dan analisis regresi logistik ganda yang diolah

dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for

Windows.

Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh antara program dokter kecil dan kebersihan gigi dan mulut anak usia 10 -12 tahun dengan kekuatan korelasi kuat (p < 0,05). OR didapatkan sebesar 7,4 kali lebih besar pada anak yang bersekolah dengan program dokter kecil untuk kebersihan gigi dan mulut yang lebih baik (OR 7.375 CI 95% 1.622 s.d 33.545).

Simpulan Penelitian : Penelitian ini menyimpulkan program dokter kecil dapat meningkatkan kebersihan gigi mulut anak usia 10 - 12 tahun. Diharapkan pemerintah lebih meningkatkan program serupa di tatanan sekolah mengingat peran promotif kesehatan rekan sebaya pada anak dirasakan paling efektif.

(5)

commit to user

v ABSTRACT

Teguh Hermawansyah, G0008243, 2011. Against the influence of Little Doctor

Dental Program and Oral Hygiene 10 - 12 Year - Olds, Medical Faculty,

Sebelas Maret University, Surakarta.

Objectives: This study aims to determine the effect of a small doctor's program of oral hygiene of children aged 10-12 years by controlling the confounding factors dental education and oral hygiene at home.

Methods: This study is an observational study with the analytical approch sectionaldimana sampling technique is used that is stratified random sampling. The sample size was 42 children aged 10-12 years, with details of 21 children attend school with the little doctor program and 21 children attend school without the little doctor program. Data analysis techniques used were chi-square, odds ratio, and multiple logistic regression analysis are processed using the Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.

Result: This study suggests there is little influence between program physicians and dental and oral hygiene of children aged 10-12 years with the power of a strong correlation (p <0.05). Obtained OR of 7.4 times greater in children who attend school with a small doctor's program for dental and oral hygiene are better (OR 7.375 CI 95% 1.622 s.d 33.545).

Conclusion: This study concluded that small physician programs can improve oral hygiene teeth 10-12 year olds. Expected to further increase the government's similar program in order to remember the role of school health promotion peers felt most effective in children.

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Program Dokter Kecil terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 -12 Tahun”.

Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Abidin, dr., SpPD-KR-FINASIM, sebagai dekan

Fakultas Kedokteran Universitas yang telah mengijinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi.

2. Dr. Risya Cilmiaty, AR., drg., M.Si., Sp.KG sebagai pembimbing utama

yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.

3. Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., SpBM sebagai pembimbing pendamping

yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.

4. Vita Nirmala A., drg., Sp.Pros., Sp.KG sebagai penguji utama yang telah

memberikan waktu, masukan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Widia Susanti, drg., M.Kes, sebagai anggota penguji yang telah

memberikan waktu, masukan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Muthmainah, dr., M.Kes, sebagai ketua tim skripsi yang telah memberikan

motivasi dan segala kemudahan dalam penulisan skripsi.

7. Seluruh Staf Bagian skripsi. Ibu Eny dan Pak Nardi atas segala bantuan

yang telah diberikan.

8. Seluruh Staf Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut RSUD Dr. Moewardi

Surakarta atas segala bantuannya.

9. Seluruh anggota keluarga peneliti untuk doa dan bantuan yang luar biasa.

10.Semua teman yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kedokteran umumnya dan pembaca khususnya.

Surakarta, 7 Desember 2011

(7)

commit to user

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Berpikir ... 16

C. Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian ... 18

B. Lokasi Penelitian ... 18

C. Subjek Penelitian ... 18

D. Teknik Sampling ... 19

E. Rancangan Penelitian ... 19

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 20

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 20

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 21

I. Cara Kerja...21

J. Analisis Data ... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 26

(8)

commit to user

viii

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN... 35

A. Simpulan ... 35

B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Analisis Bivariat Chi Square Program Dokter Kecil Dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 -12 Tahun ... 27

Tabel 2. Distribusi Data Tabel 2X2 ... 28

Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan

Analisis Bivariat tentang Program Dokter Kecil dengan

(10)

commit to user

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan dan Pemeriksaan

Lampiran 2. Data Subjek Penelitian

Lampiran 3. Pengolahan Data dengan SPSS 17

Lampiran 4. Surat Kelaikan Etik

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian

(11)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan

kualitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi dan mulut adalah komponen

kesehatan umum yang berperan penting dalam menunjang tumbuh kembang

anak. Masa anak usia sekolah merupakan masa yang efektif untuk

meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya perilaku hidup bersih dan

sehat menuju manusia yang berkualitas. Pertumbuhan dan perkembangan

gigi anak serta pemeliharaannya merupakan hal utama untuk diperhatikan

oleh orang tua, karena kesehatan gigi dan mulut anak berpengaruh

terhadap kualitas hidup dan masa depan anak. Orang tua sebaiknya

mengetahui cara merawat gigi anak karena dengan memiliki pengetahuan

tentang cara merawat gigi anak, maka orang tua diharapkan dapat

memotivasi anak agar mempunyai kebiasaan merawat gigi sejak dini secara

mandiri (Besford, 1996).

Kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor dasar bagi kesehatan

gigi dan mulut, karena pada umumnya kejadian penyakit gusi dan

periodontal berawal dari kebersihan mulut yang kurang baik (Rasubala,

1997). Banyak penyakit yang bermanifestasi pada mulut, bahkan sebagian

(12)

commit to user

2

immune defiencies dan hypophosphatemia (PerRasmussen, 2001). Secara

umum dapat dikatakan bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian

integral kesehatan secara keseluruhan dalam menunjang kehidupan

masyarakat secara umum, sehingga perlu dipelihara di seluruh lapisan

masyarakat (Yuyus, 1996).

Perawatan gigi anak sejak dini, dapat mengurangi risiko terjadi

kerusakan gigi dan gusi. Jika anak mempunyai masalah gigi, maka

akan mengakibatkan anak menjadi sulit berkonsentrasi untuk belajar bahkan

untuk bermain dan bersosialisasi sampai dengan kurang percaya diri.

Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan radang gusi (gingivitis) dapat

menyebabkan terganggunya fungsi pengunyahan yang selanjutnya dapat

mengakibatkan asupan gizi berkurang, terganggunya fungsi berbicara,

tersenyum, tertawa, dan termasuk bau napas tidak sedap serta gangguan

penampilan wajah. Kerusakan gigi dan gusi ditimbulkan karena

penimbunan plak pada permukaan gigi dan gusi, sebagai akibat dari

pemeliharaan kebersihan mulut yang kurang baik. Salah satu metode untuk

membersihkan gigi dari plak dan sisa makanan adalah dengan menyikat

gigi. Saat yang paling penting untuk membersihkan permukaan gigi dari

sisa-sisa makanan, antara lain pagi setelah makan pagi dan malam

menjelang tidur (Besford, 1996).

Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10

besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia.

(13)

commit to user

penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, bahkan mematikan.

Penyakit periodontal itu sendiri merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam kalkulus (karang

gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat

ringan seperti radang gusi yang ditandai dengan gusi berwarna merah dan

mudah berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan

tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal (Admin, 2008).

Kecenderungan anak untuk membentuk suatu pola dari orang yang

ditirunya, anak hanya mau menirukan orang yang dekat dengannya, yang

menyukai dan disukainya. Semua anak tidak peduli apakah laki-laki atau

perempuan membutuhkan kesempatan untuk berada di dekat orang yang

dikenal. Pada anak usia antara 6 -12 tahun, perkembangan emosi dan sosial

berlanjut pada 3 konteks, yaitu: rumah, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.

Dari ketiga konteks tersebut, sekolah selain sebagai sarana pendidikan

formal juga diharapkan dapat membentuk pola hidup bersih dan sehat

meskipun konteks rumah masih memegang peran yang paling dominan.

(14)

commit to user

4

Visi pembangunan kesehatan saat ini harus mengedepankan upaya

promotif dan preventif bukan lagi kuratif. Salah satu caranya adalah dengan

mengkampanyekan PHBS (Perilaku hidup Bersih dan Sehat) sejak usia dini.

Program revitalisasi dokter kecil memilki peran penting untuk membentuk

perilaku bersih dan sehat sejak dini. Mengingat pentingnya program Dokter

Kecil tersebut maka Kementerian Kesehatan telah menjadikan Dokter Kecil

wajib ada di setiap Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan yang tertuang dalam SK No.145/Menkes/SK/X/2003. Sementara

itu, dokter kecil juga terbukti efektif berperan sebagai promotor kesehatan

sekolah. Selanjutnya diharapkan dapat berkembang ke lingkungan yang

lebih besar seperti keluarga dan masyarakat. Sosialisasi PHBS melalui

dokter kecil akan berdampak besar terhadap terwujudnya generasi Indonesia

yang lebih sehat. Kesehatan dimulai dari kebersihan hal yang kecil oleh diri

sendiri, contohnya kebersihan gigi dan mulut, sehingga penulis tertarik

untuk meneliti pengaruh program dokter kecil terhadap kesehatan gigi dan

mulut pada anak usia 10 -12 tahun (Sulani, 2010).

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh program dokter kecil terhadap kebersihan

(15)

commit to user

5

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program

dokter kecil terhadap kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 10 -12

tahun.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efektivitas dokter kecil

terhadap peningkatan kebersihan gigi dan mulut anak usia 10-12 tahun.

2. Manfaat terapan

a. Bagi anak untuk memberi bahan pertimbangan dalam memelihara

kesehatan gigi dan mulut.

b. Bagi pemerintah penelitian ini memberi bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan.

(16)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Gigi mempunyai peranan penting salah satunya yaitu untuk

menghaluskan makanan atau proses pengunyahan (mastikasi), mengingat

letaknya selaku organ yang berada di awal proses pencernaan. Gigi juga

berfungsi melindungi jaringan di dalam mulut terhadap tekanan pengunyahan,

untuk berbicara, dan pembentuk struktur wajah (Moestopo, 1993).

Sebagian dari masyarakat masih belum memperhatikan kebersihan,

kesehatan gigi dan mulutnya, hal ini mengakibatkan gigi rusak dan tidak

berfungsi sebagaimana mestinya (Moestopo, 1993).

1. Kebersihan gigi dan mulut

Kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain:

a. Faktor internal

1) Susunan Gigi

Sebuah susunan gigi yang tidak teratur, seringkali dapat

mengakibatkan sisa-sisa makanan dan depositnya terselip di

sel-sela gigi dan juga melekat pada permukaan gigi sehingga

(17)

commit to user

7

mengakibatkan kebersihan gigi dan mulut berkurang (Rasubala,

1997).

2) Saliva

Salah satu zat penjaga kelestarian gigi yaitu saliva, zat ini

mempunyai mekanisme sebagai pembersih secara mekanis,

pelumuran elemen gigi geligi, pelindung, penyangga (buffer), anti

pelarut juga anti bakteri (Suwelo, 1992).

3) Xerostomia

Salah satu faktor internal dari kondisi kesehatan umum yang

berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut yakni xerostomia

(keringnya mulut karena sekresi saliva berkurang) kondisi ini

dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satu di antaranya

yaitu diabetes mellitus (Carranza, 1979).

4) Konsumsi Refined Carbohydrate

Saat ini sudah menjadi gaya hidup di masyarakat mengenai

konsumsi refined carbohydrate seperti gula-gula, biskuit,

makanan cepat saji lunak tak berserat. Hal ini nantinya akan

berdampak merugikan kesehatan gigi dan mulut (Yuyus, 1996).

5) Antibiotik Golongan Tetrasiklin

Salah satu golongan antibiotik, tetrasiklin, dapat

menimbulkan disgenesis, yakni perubahan warna secara

(18)

commit to user

8

gigi tetap. Adapun perubahan warnanya dapat bervariasi mulai

dari kuning coklat hingga kelabu tua (Setiabudi, 2007).

b. Faktor eksternal

1) Plak

Plak lebih sering ditemukan pada kelompok yang kurang

memperhatikan kebersihan gigi daripada kelompok yang

memperhatikan kebersihan gigi dengan baik (Priantojo, 1995).

Kepedulian terhadap kebersihan gigi dan mulut sendiri

membutuhkan kedisiplinan, dan hal ini sering diabaikan.

Contohnya, rutinitas gosok gigi sebelum tidur kerap kali

diabaikan juga gosok gigi setelah makan. Dan yang paling

penting yaitu kontrol kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi

setiap enam bulan sekali penting untuk dilakukan, namun pada

kenyataannya aktivitas tersebut sulit diterapkan oleh sebagian

masyarakat (Prayitno, dkk, 1996).

2) Tingkat Pendidikan

Pengetahuan, yang dalam hal ini adalah tingkat pendidikan

juga dapat berpengaruh pada kebersihan gigi dan mulut meskipun

tidak begitu signifikan (Priantojo, 1996). Dalam masyarakat

masih dijumpai kebiasaan buruk berupa menghisap rokok,

menggunakan tusuk gigi, menggeser-geserkan gigi dengan kuat

sehingga menimbulkan suara gemertak atau bruxism, hal-hal

(19)

commit to user

9

(Moestopo, 1993; Tarigan, 1993). Kandungan tembakau dalam

rokok dapat memicu terbentuknya stain (noda) pada permukaan

gigi sehingga mengakibatkan permukaan gigi menjadi kasar dan

deposit akan mudah melekat, seperti plak dan kalkulus (Pratiwi,

1998).

3) Food Debris dan Kalkulus

Kebersihan gigi mulut yang diabaikan makin lama akan

terbentuk food debris dan kalkulus pada permukaan gigi.

Kalkulus merupakan endapan amorf atau kristal yang terbentuk

pada gigi dan membentuk lapisan konsentris. Kalkulus disebut

juga “tartar” yang merupakan endapan keras hasil mineralisasi

yang mudah terlepas (Rasubala, 1996).

4) Acquired pellicel

Acquired pellicel merupakan presipitasi glikoprotein yang

berasal dari ludah yang terjadi tanpa keberadaan bakteri.

Kemudian bakteri akan tumbuh dengan cepat pada permukaan

lapisan oleh air liur (pellicel), melekat pada pellicel sehingga

(20)

lama-commit to user

10

kelamaan akan mengalami proses demeniralisasi dan

menimbulkan suasana asam. Seperti tulang yang direndam dalam

larutan cuka, maka tulang yang tercelup lama-kelamaan bisa

hancur (Prayitno, dkk, 1996). Penyelidikan terhadap penyakit gigi

telah menetapkan bahwa plak adalah penyebab pertama dari

penyakit periodontal dan karies (Prayitno, dkk, 1996).

2. Anak

UNICEF mendefinisikan anak sebagai orang di bawah umur

18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang setempat yang berlaku,

ditentukan lebih lanjut apabila usia dewasa dicapai lebih awal (UNICEF,

2002). Di Indonesia batasan umur anak berbeda-beda, pasal 45 KUHAP

menentukan batas umur 16 tahun, pasal 283 KUHP 17 tahun, pasal

287-293 KUHP 15 tahun. UU Kesejahteraan Anak no 4 tahun 1979

menyebutkan bahwa anak-anak adalah orang yang belum berusia 21

tahun (Majidah, 2002), sedangkan dalam UU Perkawinan batas umur

wanita 16 tahun dan pria 19 tahun (Utami, 2002).

Perubahan kognitif anak diawali pada usia 5 - 7 tahun yang

ditandai dengan reorganisasi pada sistem saraf pusat, pada usia ini anak

mengalami peningkatan kemampuan dalam hal memberi perhatian

terhadap masalah yang dihadapi, juga menunjukkan sikap rajin terhadap

tugas yang diberikan (Wright, 1975).

(21)

commit to user

11

anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis. Setelah

mencapai usia 12 tahun, umumnya anak sudah bisa menggunakan

grammar dan syntax, mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis

dengan baik. Bahkan pada beberapa negara, di usia ini anak sudah fasih

dalam bahasa keduanya (second language) (Wright, 1975).

Pada anak usia 7-12 tahun menurut Piaget, anak sudah

mengerti konstanta panjang, massa, berat, ukuran dan berat. Relativitas

juga sudah dapat dimengerti oleh anak. Sebagai contoh, bagi anak usia

4 tahun ‘gelap’ diartikan sebagai hitam, sedangkan anak usia 10 tahun

sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau ‘gelap’. Saat

mencapai usia 12 tahun, pikiran dan mental anak mengalami

pendewasaan, sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan

juga informasi abstrak (Wright, 1975).

Anak dengan rentang usia 6 - 12 tahun dapat merasakan

kepuasan emosional bila anak tersebut diterima oleh suatu kelompok

sepermainan (peer group). Apabila tidak merasa diterima, sering

diejek, dapat sangat merusak emosinya. Peranan orang tua, guru dan

aturan lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah

tersebut. Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri

dari rasa malu, frustasi, rasa kehilangan dan ketidakpuasan

diharapkan mulai tumbuh pada rentang usia ini. Jika hal ini tidak

terjadi, maka dapat membahayakan masa remaja anak (Darbi, Walsh,

(22)

commit to user

12

Ketika anak pada fase perubahan sosial, dalam hal ini sekolah

merupakan pemegang peranan yang sangat penting, anak akan

menemukan dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya. Anak

memiliki rasa antusias yang tinggi di awal masa sekolah, namun

semakin menurun di tahun berikutnya. Peer group yang diikuti oleh anak

juga sangat berpengaruh bagi kehidupan yang akan datang. Ada saatnya

timbul konflik batin ketika peer group bertentangan dengan orang tua

ataupun guru. Pada satu sisi, anak ingin tetap berpegangan pada orang

tua dan guru, namun di sisi lain juga ingin diterima lagi oleh

teman-ekonomi, hobi, kegemaran, dan tingkat kedewasaan yang sama (Darbi,

2003).

Anak pada fase perubahan emosional, mulai mampu menerima

norma dalam bertingkah laku. Anak sudah dapat mengisi kebosanan

dengan melakukan hal yang disukai. Pada usia 12 tahun anak sudah

mampu mengatur daftar prioritas. Pada usia ini pula, anak mulai

mementingkan penampilan luar (body image). Sebagai contoh, gigi

(23)

commit to user

13

didapati pada usia 12 tahun, a n a k mulai merasa tidak percaya diri,

malu untuk tertawa dan memperlihatkan gigi (Niel-Gehrig dan Willman,

2003).

3. Gigi anak

Pemeliharaan kebersihan gigi setiap hari sebaiknya dimulai

saat erupsi gigi sulung pertama pada bayi, sebab bila gigi tersebut tidak

dirawat akan merugikan pertumbuhan selanjutnya. Sebagai contoh,

apabila gigi sulung seorang anak telah dicabut sebelum waktunya,

sedangkan gigi permanen belum akan tumbuh, maka menyebabkan calon

gigi permanen tidak tersusun dengan baik. Pemeliharaan kebersihan gigi

pada bayi dapat dengan cara membersihkan gigi dengan kain halus atau

kapas, juga dapat menggunakan sikat gigi khusus jika sudah berusia 6

atau 7 bulan (Moestopo, 1993).

Proses kerusakan atau karies gigi sulung lebih cepat menyebar

dan menjadi parah dibandingkan gigi tetap. Hal ini disebabkan karena

adanya beberapa faktor. Faktor yang langsung berhubungan dengan

karies gigi sulung antara lain, struktur email gigi sulung kurang solid dan

lebih tipis, morfologis gigi sulung lebih memungkinkan retensi sisa

makanan. Ditambah dengan anak yang lebih senang dan sering makan

makanan dan minuman karsiogenik sehingga menyebabkan kebersihan

(24)

commit to user

14

Anak-anak seharusnya mendapat pemeriksaan gigi secara rutin

setelah umur 3 tahun. Orang tualah yang mempersiapkan dan

mengantarkan anaknya ke dokter gigi anak untuk melakukan

pemeriksaan rutin. Selain diet yang seimbang, pemberian fluoride,

pencegahan luka dan menggosok gigi secara teratur juga penting untuk

mendapatkan gigi yang sehat (Besford, 1996).

Sejak umur 5,5 tahun telah dimulai erupsi gigi permanen yang

merupakan pengganti gigi sulung (kecuali gigi-gigi molar tetap). Pada

umur 12 -13 tahun semua gigi permanen telah muncul, kecuali gigi molar

ketiga. Sedangkan pada umur 11 tahun gigi molar kedua rahang atas

belum muncul, karena proses erupsi diawali dari gigi rahang bawah baru

diikuti gigi rahang atas (Hasan, 2007).

Penelitian tentang tingkat kebersihan mulut anak SD di Ujung

Pandang menunjukkan bahwa murid yang mempunyai tingkat kebersihan

mulut yang buruk mencapai 21,66 %, tingkat kebersihan mulut sedang

50,42 %, dan hanya 27,96 % mempunyai tingkat kebersihan mulut yang

baik (Rasubala, 1996).

4. Program Dokter Kecil

Program Dokter Kecil merupakan upaya pendekatan edukatif

dalam rangka mewujudkan perilaku sehat di antaranya perilaku

kebersihan perorangan yang melibatkan keaktifan anak didik sebagai

(25)

commit to user

15

Program dokter kecil bertujuan membentuk perilaku hidup

bersih dan sehat sejak usia dini. Diharapkan, pembangunan kesehatan

kini dan pada masa yang akan datang diarahkan pada peningkatan upaya

promotif dan preventif dengan tidak mengenyampingkan upaya kuratif

dan rehabilitatif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan

edukasi tentang bagaimana cara mempraktikkan PHBS kepada generasi

muda. Kegiatannya seperti cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan

lingkungan serta menjaga kesehatan gigi, sehingga dokter kecil

diharapkan menjadi agen perubahan. Perekrutan dokter kecil dilakukan

pada siswa kelas 4, 5 dan 6 dengan ketentuan murid yang terlatih

memelihara dan meningkatkan kesehatan diri sendiri. Selain itu memiliki

jiwa pemimpin dan bertanggung jawab, serta memiliki budi pekerti baik

dan suka menolong. Pada masa yang akan datang setiap dokter kecil akan

dilengkapi dengan tas kecil berisi separangkat alat kebersihan, buku,

pena, sabun, handuk, sikat gigi dan odol. Diharapkan, kebiasaan perilaku

hidup bersih dan sehat di sekolah ditularkan kepada teman, keluarga dan

(26)

commit to user (pellicel, saliva, plak baik)

(27)

commit to user

17

C. Hipotesis

Ada pengaruh program dokter kecil terhadap kebersihan gigi dan mulut

(28)

commit to user

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis studi ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional

(Taufiqurohman, 2004).

Penelitian ini mengambil sampel anak Sekolah Dasar (SD) usia 10 -12

tahun yang bersekolah di sekolah dengan program dokter kecil, dan yang

bersekolah di sekolah tanpa program dokter kecil.

3. Besar sampel

Besar sampel yang dihitung menurut hukum Rule of Thumb di mana

jumlah sampel minimal adalah 30 - 45, jumlah tersebut telah memenuhi

syarat pengambilan sampel penelitian (Murti, 2010), sehingga peneliti

(29)

commit to user

19

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini diambil dengan metode stratified random sampling,

yaitu seluruh siswa sekolah dasar usia 10 -12 tahun yang bersekolah di SD

dengan program dokter kecil, dan siswa yang bersekolah di SD tanpa

program dokter kecil diambil data secara acak dari masing - masing kelas

dengan jumlah sama, sesuai kriteria jumlah sampel minimal (Murti, 2010).

(30)

commit to user

20 F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Program dokter kecil

Skala : nominal

2. Variabel tergantung : Kebersihan gigi dan mulut

Skala : interval

3. Variabel Luar

a. Terkendali : umur, pendidikan.

b. Tidak terkendali : keadaan kesehatan umum, susunan gigi, saliva,

kebiasaan atau habit, diet.

G. Definisi Variabel Penelitian

1. Program Dokter Kecil

Program dokter kecil merupakan salah satu strategi pemerintah dalam

mensosialisasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini

melalui tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) (Sedyaningsih, 2009).

Anak-anak yang bersekolah di SD dengan program dokter kecil

adalah anak-anak atau siswa yang memperoleh sosialisasi kebersihan gigi

dan mulut melalui program dokter kecil di sekolahnya.

Anak-anak yang bersekolah di SD tanpa dokter kecil adalah

anak-anak atau siswa yang tidak memperoleh sosialisasi kebersihan gigi dan

(31)

commit to user

21

2. Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut merupakan kondisi di mana gigi dan

rongga mulut tidak didapati kalkulus dan debris yang bermakna.

Kebersihan tentunya akan menunjang kesehatan gigi dan mulut yang

berperan besar dalam kesehatan tubuh secara keseluruhan (Admin, 2008).

Parameter kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan Simplified

Oral Hygiene Index (OHI-S) dari Greene dan vermillion, 1964 yang

menggambarkan Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Lembar pemeriksaan dan alat tulis

2. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset dan ekskavator)

3. Lampu penerang

4. Sarung tangan

5. Sikat gigi dan pasta gigi

6. Air kumur

7. Kapas steril dan cotton bud

8. Disclosing tablets/paste

I. Cara Kerja

1. Tahap persiapan penelitian

Hal-hal yang dilakukan pada saat tahap persiapan penelitian.

(32)

commit to user

22

b. Menyiapkan alat untuk menilai OHI-S.

c. Mempersiapkan subjek penelitian.

2. Tahap penelitian

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 42 siswa. Setelah

didapatkan sampel, peneliti melakukan pemeriksaan untuk mengetahui

nilai OHI-S subjek penelitian.

Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok faktor

risiko (+) dan kelompok faktor risiko (-). Kelompok dengan faktor risiko

(+), berupa 21 siswa yang bersekolah tanpa program dokter kecil,

sedangkan kelompok dengan faktor risiko (-), berupa 21 siswa yang

bersekolah dengan program dokter kecil.

Selanjutnya, subjek penelitian mengisi informed consent. Setelah itu,

pasien diminta menggosok gigi selama 5 menit. Lalu, gigi subjek

penelitian diberi disclosing tablets/paste dan diperiksa nilai OHI-S dari

subjek penelitian.

Untuk mengetahui kebersihan gigi dan mulut dipakai kriteria

Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) dari Greene dan Vermillion yang

terdiri dari Indeks Debris (DI-S) dan Indeks Kalkulus (CI-S).

a. Yang diperiksa adalah 6 buah gigi, yaitu :

1) Permukaan labial incisivus sentral kanan atas

2) Permukaan labial incisivus sentral kiri bawah

3) Permukaan bukal molar satu kanan atas

(33)

commit to user

23

5) Permukaan lingual molar satu kiri bawah

6) Permukaan lingual molar satu kanan bawah

b. Dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Bila salah satu gigi tidak ada, maka dapat dipilih atau diganti dengan

gigi yang berdekatan sebagai pembanding

2) Pemeriksaan dilakukan pada gigi yang telah mengalami erupsi

sempurna

c. Cara pengukuran Indeks Debris:

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sonde pada

permukaan gigi yang diperiksa, apakah ada sisa makanan yang

menempel tidak begitu lengket pada permukaan gigi.

d. Kriteria untuk menghitung Indeks Debris (DI-S) adalah:

0 = tidak ada debris atau stain

1 = debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 = debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih dari 2/3

permukaan gigi

3 = debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

e. Cara pengukuran Indeks Kalkulus:

Ditunjukkan dengan adanya endapan yang biasanya berwarna putih

sampai kuning kecoklatan (supra ginggival kalkulus), atau coklat

sampai hitam (sub ginggival kalkulus).

f. Kriteria untuk menghitung Indeks Kalkulus (CI-S) adalah:

(34)

commit to user

24

1 = adanya supra ginggival kalkulus yang menutupi tidak lebih dari 1/3

permukaan gigi.

2 = adanya supra ginggival kalkulus menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak

lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 = supra ginggival kalkulus menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

atau adanya sub ginggival kalkulus yang melingkari seluruh

servikal gigi.

Berdasarkan skala pengukuran dari variabel yang digunakan, maka uji

statistika yang sesuai yaitu Chi Square tabel 2 X 2. Pemilihan uji statistika

tersebut berdasarkan pengukuran variabel berskala nominal dengan variabel

berskalainterval terdikotomi.

Odds Ratio digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan

antara program dokter kecil dan kesehatan gigi dan mulut. Analisis regresi

logistik ganda digunakan untuk mengendalikan faktor perancu dalam

(35)

commit to user

25

Dalam pelaksanaan analisis data, pengolahan data dilakukan melalui

bantuan komputer dengan program Statistcical Product and Service Solution

(36)

commit to user

26 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Simo 1 dan Sekolah Dasar Simo

2, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali pada Bulan Mei-Juli 2011.

Penelitian dilakukan terhadap 42 anak yang ditentukan secara stratified

random sampling dengan distribusi 21 anak yang bersekolah dengan program

dokter kecil, kelas 4, 5, dan 6 masing-masing 7 anak, diberi kode A1 – A21,

dan 21 anak yang bersekolah tanpa program dokter kecil, kelas 4, 5, dan 6

masing-masing 7 anak, diberi kode B1 – B21. Adapun syarat untuk pemilihan

sampel telah ditentukan lebih dulu, disesuaikan dengan kemampuan dan

tujuan penelitian ini. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil OHI-S dan data

pendidikan kebersihan gigi dan mulut di rumah seperti tertulis pada

Lampiran 2.

B. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data yang terdiri

dari tiga langkah, yaitu (1) uji Chi Square, (2) Odds Ratio, (3) analisis regresi

(37)

commit to user

27

1. Uji Chi Square

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji Chi Square, dengan

uji itu dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua

variabel secara statistik bermakna. Penelitian ini mengamati hubungan

antara variabel tergantung kebersihan gigi mulut dengan variabel bebas

program dokter kecil dan variabel perancu berupa pendidikan kebersihan

gigi mulut di rumah. Adanya variabel perancu berpengaruh terhadap

hasil analisis data yang didapat. Untuk mengendalikannya, dilakukan

analisis regresi logistik. Setelah hasil uji Chi Square didapat, maka

dapat dilihat nilai signifikansinya. Hubungan signifikan jika p < 0,05.

Selain itu, jika p < 0,25, maka variabel tersebut memenuhi syarat

analisis regresi logistik.

Tabel 1 Analisis Bivariat Chi Square Program Dokter Kecil dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Usia 10-12 Tahun

No Variabel Asymp. Sig(2-sided)

1. Program dokter kecil dan

kebersihan gigi mulut

0,005

Nilai kemaknaan adalah 0,005 untuk Asymp. Sig(2-sided). Nilai

kemaknaan p < 0,05, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

program dokter kecil dan kebersihan gigi dan mulut. Hasil lebih lengkap

(38)

commit to user

28 2. Odds Ratio

Tingkat kekuatan hubungan antara program dokter kecil dengan

kebersihan gigi dan mulut anak digunakan rumus Odds Ratio.

Tabel 2 Distribusi Data Tabel 2 X 2

Sampel Baik Buruk Total

dengan program dokter kecil 14 7 21

tanpa program dokter kecil 5 16 21

Total 19 23 42

Odds Ratio didapatkan dengan persamaan:

䥨 冐2

䥨 14 167 5

䥨 6, 4

Studi pada sampel dari populasi ini menunjukkan program dokter

kecil memiliki kebersihan gigi dan mulut anaklebih baik 6, 4 kali

(39)

commit to user

29

3. Analisis Regresi Logistik Ganda

Tabel 3 Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Analisis Bivariat tentang Program Dokter Kecil dengan Pendidikan Gigi Mulut di Rumah

I

Interpretasi dari tabel, siswa dengan program dokter kecil memiliki

kemungkinan higiene gigi dan mulut lebih baik 7,4 kali lebih besar

dibandingkan siswa yang bersekolah tanpa program dokter kecil (OR

7.375 CI 95% 1.622 s.d 33.545). Hubungan tersebut secara statistik

signifikan dan menunjukkan hubungan yang kuat serta telah mengontrol

pengaruh dari luar subjek penelitian. Variabel

Analisis multivariat regresi logistik ganda

(40)

commit to user

30

Siswa yang dikenalkan kebersihan gigi dan mulut di rumah

memiliki kemungkinan untuk memiliki kebersihan gigi dan mulut yang

baik sebesar 7.1 kali lebih baik daripada siswa tanpa pengenalan

kebersihan gigi dan mulut di rumah (OR 7.144 CI 95% 1.282 s.d 39.810).

Hasil analisis di atas memperlihatkan nilai -2 log likelihood sebesar 43,9

artinya perbedaan antara data sampel yang teramati dengan model analisis

regresi yang diprediksi tidak terlalu besar (hampir sama karena

mendekati nol dan nilainya berada pada kisaran antara 0 sampai 100).

Dengan model regresi logistik ganda, variabel tingkat kontrol asma, umur,

dan riwayat penyakit penyerta mampu menjelaskan kualitas kebersihan

(41)

commit to user

31 BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli sampai dengan Agustus 2011 di dua

Sekolah Dasar (SD) di kawasan Kecamatan Simo, Boyolali, Jawa Tengah dan

didapatkan subjek penelitian sebanyak 42 siswa yang berasal dari dua sekolah

dasar tersebut, masing-masing diambil secara acak sebanyak 21 siswa. Dipilihnya

siswa sekolah dasar pada usia 10 -12 tahun disebabkan karena kecenderungan

siswa dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut masih kurang (Rasubala,

1996).

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program dokter

kecil dengan kebersihan gigi mulut. Pada kelompok anak dengan program dokter

kecil, sampel dengan kebersihan gigi dan mulut yang baik berjumlah 14 anak

(66.7 %) dan kebersihan gigi mulut buruk berjumlah 7 anak (33.3 %). Pada

kelompok anak tanpa program dokter kecil, sampel dengan kebersihan gigi dan

mulut yang baik berjumlah 5 anak (23.8 %) dan kebersihan gigi mulut buruk

berjumlah 16 anak (76.2 %). Analisis bivariat terhadap pengaruh program dokter

kecil dengan kebersihan gigi dan mulut anak, menunjukkan hubungan yang

signifikan (p = 0.005) dan memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik

ganda sehingga variabel program dokter kecil dapat dianalisis regresi logistik.

(42)

commit to user

32

mulut 6.4 kali lebih baik daripada kelompok sampel tanpa program dokter kecil

(OR = 6.4; CI 95% 1.7 s.d 24.8).

Selain program dokter kecil, salah satu faktor penunjang kebersihan gigi dan

mulut adalah pendidikan kebersihan di rumah melalui penerapan perilaku hidup

bersih dan sehat pada umumnya dan memperhatikan kebersihan gigi mulut pada

khususnya. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu dan

lingkungannya. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan

perilaku atau kebiasaan individu. Kebiasan dilakukan dalam kehidupan seseorang

sehari-hari tanpa adanya perasaan terpaksa. Perilaku setiap orang akan berbeda

dengan orang lain, namun perlu diingat bahwa perilaku dapat dibentuk sejak

kecil. Lingkungan rumah terdekat yaitu orang tua, saudara kandung, dan

pengasuh merupakan pembentuk tingkah laku utama pada anak. Karena itu, peran

orang tua mengajarkan pola hidup bersih dan sehat di rumah juga berpengaruh

terhadap kebersihan gigi dan mulut anak. (Simanulang, 1997).

Pada penelitian ini memiliki kelebihan dengan mengontrol salah satu faktor

penunjang kebersihan gigi dan mulut, yaitu pendidikan kebersihan gigi mulut di

rumah. Didapatkan hasil bahwa kelompok sampel dengan pendidikan kebersihan

gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi mulut yang baik sebanyak 9 anak

(75%) dan kelompok sampel dengan pendidikan kebersihan gigi mulut di rumah

dengan kebersihan gigi mulut yang buruk sebanyak 3 anak (25 %). Sedangkan

kelompok sampel tanpa pendidikan gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi

mulut yang baik sebanyak 10 anak (33.3 %) dan kelompok sampel tanpa

(43)

commit to user

33

sebanyak 20 anak (66.7 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara

pendidikan kebersihan gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi mulut

menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0.014). Hasil ini membuktikan

bahwa pendidikan gigi dan mulut di rumah memiliki pengaruh dengan kebersihan

gigi dan mulut anak.

Investigasi lebih lanjut mengenai program dokter kecil dan pendidikan

kebersihan gigi mulut di rumah dengan kebersihan gigi mulut anak telah dianalisis

dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hal ini yang menjadi

kelebihan dalam penelitian ini, yakni penggunaan regresi logistik ganda sebagai

teknik analisis data untuk mengontrol variabel perancu secara statistik. Model

analisis regresi logistik dapat mencegah terjadinya bias dalam penelitian. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa anak dengan program dokter kecil memiliki

kebersihan gigi dan mulut 7.4 kali lebih besar daripada anak tanpa program dokter

kecil (OR = 7.4; CI 95% 1.6 s.d 33.5). Hubungan tersebut secara statistik

signifikan dan menunjukkan hubungan yang kuat serta telah mengontrol pengaruh

pendidikan kebersihan gigi mulut di rumah.

Confidence Interval (CI) 95% mengandung arti bahwa dengan tingkat

keyakinan 95% program dokter kecil meningkatkan kebersihan gigi mulut antara

1.6 hingga 33.5 kali dibandingkan tanpa program dokter kecil (OR = 7.4; CI 95%

1.6 s.d 33.5).

Log likehood merupakan parameter dalam analisis regresi logistik yang

menunjukkan kesesuaian antara model regresi dan data sampel. Pada hasil

(44)

commit to user

34

perbedaan antara model regresi dan data sampel (hampir sama karena mendekati

nol dan nilainya berada pada kisaran antara 0 sampai 100). Dengan model regresi

logistik ganda, variabel program dokter kecil dan pendidikan kebersihan gigi

mulut di rumah mampu menjelaskan kebersihan gigi mulut anak sebesar 38.7 %

(45)

commit to user

35 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Program dokter kecil berpengaruh terhadap kebersihan gigi dan mulut

anak usia 10 -12 tahun.

2. Upaya promotif dan edukatif oleh rekan sebaya mampu meningkatkan

kebersihan gigi dan mulut anak khususnya melalui program dokter kecil.

B. Saran

1. Sebaiknya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak dimulai sejak

erupsi gigi sulung pertama.

2. Bagi masyarakat dan orang tua pada umumnya, perlu lebih memperhatikan

kebersihan gigi dan mulut sedini mungkin, termasuk segala faktor yang

mempengaruhinya.

3. Pemerintah diharapkan lebih dapat mendayagunakan program dokter kecil

mengingat keefektifan keberhasilan dalam promosi kesehatan pada anak

usia sekolah pada umumnya dan peningkatan kebersihan gigi anak pada

Gambar

Tabel  2.   Distribusi Data Tabel 2X2 ................................................................
Tabel 1 Analisis Bivariat Chi Square Program Dokter Kecil dengan
Tabel 2 Distribusi Data Tabel 2 X 2
Tabel 3 Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Analisis Bivariat tentang Program Dokter Kecil dengan Pendidikan Gigi Mulut di Rumah

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis model SIR penyebaran kanker serviks di Kota Palopo diperoleh 2 titik keseimbangan dimana hanya ada satu titik keseimbangan yang stabil yaitu

Dari usulan perbaikan yang ada nantinya akan dijabarkan mengenai alternatif yang dapat digunakan untuk kegiatan proses produksi sebagai salah satu solusi untuk

Untuk analisis secara kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata- rata yang diperoleh dari hasil tes tiap siklus yang bertujuan untuk mengetahui

Selain itu Telkomsel merupakan operator selular yang mengoperasikan BTS dengan sumber energi ramah lingkungan (BTS Go Green) terbanyak di Asia dengan jumlah 132 BTS di

Proses ini dilakukan dengan cara seorang yang telah menganut agama islam menikah dengan seorang yang masih menganut agama atau kepercayaan sehingga orang tersebut

Pengaruh Tekanan dan Penambahan Cu Terhadap Kekerasan Hasil Coran Aluminium Paduan Pada Proses Squeeze Casting.. Diajukan

Selama pelatihan berlangsung, evaluasi akan dilakukan untuk melihat ketercapaian target dan luaran yang diharapkan. Terdapat dua jenis evaluasi yang akan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN PADA MASA SEKARANG (STUDI KASUS DI BADAN. PERTANAHAN NASIONAL