• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keberadaan Komunitas Musik Sast

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Keberadaan Komunitas Musik Sast"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

1

Pengaruh Keberadaan Komunitas Musik Sastra Terhadap Identitas Ruang

Publik ( Studi Kasus : Taman Suropati – Jakarta, Dago Tea House –

Bandung, dan Sanggar Anak Alam – Yogyakarta )

Mahardika Fadmastuti, 0906635261

Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia

Abstract

This research tells about how far the impression of classical music community for

the identity of space where the community is living. This study uses a theory of

identity formation proposed by Peter J.M Nas (2011) as the primary basis

supported by the theory of the public sphere based on its classification, according

to Habermas (1989). The analysis technique to measure the rank of impression

from the existing classical music community is adapted by the characteristic of

public space which is used for the community’s activities. By fusing the identity of

classical music community and the identity of the place, can be observed how far

the community take over the image that was made from the location. For the

public space, the existence of classical music community is the main factor that

makes the public space identity transforms. But in the private space and the quasi,

the existence of the classical music community contributes as reinforcing factor

for the existing identity of space.

Keywords : Classical Music, Identity of Community, Identity of Space, Public

Space

Abstrak

Penelitian ini mengungkap tentang seberapa jauh kedudukan dari suatu komunitas

musik sastra dalam pengaruhnya terhadap identitas ruang dari lokasi tempat

berkumpul komunitas tersebut. Penelitian ini menggunakan teori pembentukan

identitas ruang yang dikemukakan oleh Peter J.M Nas (2011) sebagai landasan

(2)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

2

menurut Habermas (1989). Analisis dari pengaruh kedudukan komunitas ini

disesuaikan dengan sifat ruang publik yang digunakan sebagai sarana bergiat

komunitas musik sastra. Dengan leburnya identitas dari komunitas musik sastra

dan identitas dari lokasi yang dimaksud, maka dapat diamati sejauh mana

komunitas tersebut memegang kendali terhadap image yang dibentuk dari lokasi

tempat berkumpul tersebut. Pada jenis ruang publik, keberadaan komunitas musik

sastra ini menjadi faktor penentu utama terjadinya perubahan identitas ruang

publik. Sedangkan pada ruang yang sifatnya privat dan quasi, keberadaan

komunitas musik sastra menjadi faktor penguat dari identitas ruang yang telah ada

sebelumnya.

Kata Kunci : Musik Sastra, Identitas Komunitas, Identitas Ruang, Ruang Publik

1. Latar Belakang

Berkembangnya kota-kota besar didukung oleh adanya aktivitas sosial yang

berkembang pula di kalangan masyarakat perkotaannya. Adanya kegiatan

masyarakat perkotaan yang beragam memicu terbentuknya komunitas-komunitas

dari kelompok masyarakat yang ada yang didukung oleh adanya kesamaan tujuan

dan pandangan terhadap sesuatu dalam cakupan wilayah tertentu, salah satunya komunitas musik sastra.

Musik sastra, yang lebih dikenal masyarakat luas sebagai musik klasik ini,

merupakan musik yang mulai berkembang di Eropa semenjak tahun 1750-an.

Setelah peristiwa revolusi industri, musik sastra ini mulai menyebar ke negara-negara di luar Eropa, termasuk mulai diperkenalkan di Indonesia.

Dalam perjalanannya, sebuah komunitas sosial, termasuk komunitas musik sastra,

membutuhkan wadah berupa ruang yang digunakan sebagai tempat untuk

mengapresiasikan seni dari komunitas tersebut. Ruang berkumpul, sebagai

bagaian kecil area dalam suatu perkotaan memiliki fungsi yang berbeda, sehingga

(3)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

3

memicu adanya perbedaan citra terhadap lokasi berkumpul dari komunitas

tersebut.

Pencitraan yang merupakan dasar dari terbentuknya identitas dari suatu area di

tengah perkotaan dapat tersirat dalam bentuk fisik wilayah tersebut maupun

ditinjau dari aspek kegiatan sosial yang terjadi di dalamnya (Peter J M Nas dalam

Cities Full of Symbols, 2011). Penelitian ini menitikberatkan pada faktor sosial

sebagai indikator utama terbentuknya identitas ruang dalam suatu perkotaan.

Ruang yang dimaksud ialah ruang yang dimanfaatkan oleh berbagai komunitas

sebagai wadah untuk berkumpul dan melakukan interaksi sosial. Penelitian ini

mengidentifikasi kaitan keberadaan komunitas musik sastra terhadap identitas ruang di perkotaan.

Sebuah komunitas membutuhkan wadah (ruang) sebagai tempat berkumpul

komunitas ini. Karena adanya interaksi yang terjadi antara komunitas dengan

ruang berkumpulnya, maka komunitas ini memiliki kemungkinan untuk menjadi

salah satu faktor penyebab terjadinya identitas ruang. Ruang yang diteliti dalam

penelitian ini hanya mencakup ruang publik saja dimana ruang publik tersebut

memiliki sifat yang berbeda-beda sehingga perlu dianalisis perbedaan identitas

yang terjadi sesuai kaitannya dengan keberadaan komunitas musik sastra di

dalamnya.

Objek yang dikaji dalam penelitian ini berada di tiga lokasi yang terdapat di

Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Hal ini dikarenakan ketiga kota tersebut

merupakan kota besar yang merupakan ibu kota provinsi, dengan tingkat

pergerakan penduduk yang cukup tinggi dan didukung dengan banyaknya

sekolah, universitas, dan instansi pendidikan lain yang menjadi daya tarik

pendatang untuk menetap di ketiga kota tersebut. Selain itu, pemilihan ketiga

lokasi ini juga dengan mempertimbangkan berkembang atau tidaknya komunitas

musik sastra yang berkembang di ketiga kota besar tersebut. Berkembangnya

komunitas musik sastra di ketiga kota tersebut, erat kaitannya dengan berkembang

atau tidaknya lembaga pendidikan formal, yang juga menyediakan pendidikan

(4)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

4

pengunjung kota tersebut, juga menjadi indikator akan berkembangnya komunitas

musik sastra di kota tersebut.

Penelitian ini hanya akan fokus pada komunitas Kota Seni Jakarta di Taman

Suropati – Jakarta, komunitas anime yang bertempat di Dago Tea House –

Bandung, dan komunitas Ngayogstring Karto di Sanggar Anak Alam –

Yogyakarta. Pada dasarnya, ketiga lokasi ini telah memiliki ciri khas kota yang

berbeda. Untuk itu, penelitian ini ingin menganalisis sejauh apa perbedaan

identitas yang ada serta dengan mengaitkannya dengan keberadaan dari komunitas

musik sastra di ketiga tempat tersebut didukung dengan perspektif ruang

berkumpul komunitasnya.

Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana karakteristik ruang publik dari

lokasi berkumpul komunitas musik sastra dan bagaimana pengaruhnya komunitas

musik sastra terhadap identitas ruang publik tersebut. Dalam pembahasannya,

lebih banyak dititikberatkan pada analisis gejala yang nampak dari aspek

keruangan sebagai salah satu objek kajian ilmu geografi dimana terjadi interaksi

antarindividu, kelompok, serta interaksi terhadap lingkungannya yang menjadi salah satu penciri kajian ilmu geografi.

2. Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan analisis deskriptif

komparatif, dimana hasil data yang diperoleh dari semua variabel atau indikator

penelitian terkait akan dianalisis secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan

dan dikaitkan dengan teori-teori identitas ruang publik yang ada. Kemudian

dibandingkan dengan data yang diperoleh dari lokasi lainnya. Sehingga dapat

dianalisis dengan jelas perbedaan karakteristik ruang yang ada di ketiga lokasi

kajian, kaitannya dengan karakteristik komunitas musik sastra di ruang tersebut.

Sehingga didapat hasil yang diinginkan berupa pengaruh dari keberadaan

komunitas musik sastra terhadap identitas ruang yang terbentuk. Kemudian

nantinya hasilnya akan ditinjau ulang dengan metode cross case analysis dimana

(5)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

5

pengaruhnya. Sehingga hasil analisis yang didapat nantinya akan didapat analisis

perbandingan di ketiga lokasi penelitian tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung

dengan narasumber di lokasi yang dimaksud, serta dengan melakukan pengamatan

partisipatif dimana penulis pun ikut serta menjadi bagian dari komunitas yang

diteliti. Dengan metode pengumpulan data ini, diharapkan dapat menjadikan

penilitian ini lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Indikator kunci dari penelitian ini ialah identitas komunitas musik sastra dan

identitas ruang publik yang digunakan sebagai tempat berkumpul komunitas.

Dalam analisisnya, indikator kunci ini dapat diamati dengan beberapa faktor

pendukung, yaitu : jenis musik sastra, tingkat kesulitan bermain musik sastra,

motivasi bermain, eksistensi komunitas, aktivitas komunitas, sifat ruang publik,

keadaan sekitar ruang berkumpul, latar belakang pendirian ruang publik yang

dimaksud, fungsi ruang publik yang dimaksud, serta karakteristik ruang sebagai

sarana berkumpul komunitas.

3. Tinjauan Teoritis

Komunitas

Komunitas terbentuk dari sekelompok orang yang saling berinteraksi secara sosial

di antara anggota kelompok itu berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau

tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang lain. Menurut

Hillery (1995), komunitas biasanya memiliki wilayah-wilayah individu yang

terbuka untuk anggota kelompok lain. Sehingga masyarakat dengan mudah masuk

ke kegiatan komunitas. Keterkaitan emosi antarindividu dalam satu komunitas

sangat kuat. Keterkaitan emosi tersebut pun mampu menarik empati masyarakat di

sekitar komunitas tersebut untuk ikut aktif berpartisipasi mengikuti kegiatan

komunitas dan melakukan aktivitas sosial lain yang menunjang komunitas.

Komunitas membutuhkan lokasi berupa ruang, untuk berkumpul dan melakukan

kegiatan. Lokasi yang tepat menunjang kegiatan interaksi sosial komunitas

(6)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

6

komunitas yang menjadi simbol keterbukaan komunitas tersebut terhadap

masyarakat. Komunitas yang menutup diri terhadap masyarakat

sekitar,menjadikannya sebagai komunitas yang ekslusif dan secara tersirat

membentuk image sebagai selfish community.

Musik Sastra

Menurut Anansa Sukarlan (2013), istilah ‘musik sastra’ atau yang lebih dikenal

dengan sebutan ‘musik klasik’ sering digunakan oleh masyarakat untuk menyebut

musik yang diciptakan oleh komponis-komponis Eropa sebelum tahun 1900-an.

Berdasarkan zamannya, apa yang bisa dianggap oleh masyarakat sebagai musik

sastra dapat digolongkan atas musik abad pertengahan (sebelum tahun 1400),

musik renaissance (tahun 1400-1600), musik barok (tahun 1600-1750), musik

klasik (tahun 1750-1825), musik romantik (tahun 1825-1900), dan musik modern

(1900-1954). Penggolongan jenis musik sastra ini semata hanya untuk

mempermudah dalam mempelajarinya. Selain itu juga musik sastra ini memberi

penekanan pada melodi, harmoni yang seimbang, serta ritme yang konstan tanpa ada perubahan.

Identitas Ruang

Secara garis besar, pembentukan identitas suatu wilayah terjadi karena adanya dua

faktor, yakni faktor fisik dan faktor sosial, yang dalam bukunya yang berjudul

Cities Full of Symbols (2011), Peter J M Nas menjabarkannya menjadi

berdasarkan :

 Struktur ruang perkotaannya,

 Peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di sekitar lokasi,

 Ikon dari suatu simbol, bisa berupa patung, bangunan, dan lain-lain,

 Kegiatan yang menjadi rutinitas dan mampu menggerakkan emosional

masyarakat

Identitas ruang tersebut berbeda-beda, bila ditinjau dari aspek sosialnya,

(7)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

7

masyarakat yang berkembang dan membudaya di wilayah tersebut. Aktivitas

kelompok masyarakat yang berbeda semakin memperkuat adanya perbedaan

karakter dari kelompok masyarakat tersebut. Didukung dengan lokasi berkumpul

yang berbeda dimana setiap lokasi tersebut juga telah memiliki karakteristik

lokasi masing-masing yang berbeda pula satu sama lainnya. Perbedaan karakter

kelompok komunitas masyarakat ini, dapat pula dipengaruhi oleh adanya faktor

gaya hidup masyarakat yang berbeda pula di setiap lokasi. Dalam hal ini,

lingkungan juga mempengaruhi karakter dari kelompok komunitas masyarakat

yang dibahas.

Ruang Publik

Dalam kajiannya di buku berjudul Ruang Publik, Habermas (1989)

mengemukakan bahwa awal terbentuknya sebuah ruang publik ini tidak jauh dari

faktor sosiologis dan historis baik dari segi kehidupan masyarakatnya, maupun

historis tempatnya. Ruang publik sendiri, dalam pembahasannya dijelaskan,

merupakan sebuah ruang (space) dalam konteks sphere atau lingkungannya dapat

dinikmati bersama antarmasyarakat. Maksudnya, dalam hal ini setiap masyarakat

memiliki hak yang sama dalam pemanfaatan ruang ini. Ruang yang dimaksud

merupakan sebuah kesatuan dari lokasi dan lingkungan dimana tempat tersebut

berada. Ruang publik ini juga bisa memiliki sifat-sifat khusus, diantaranya bersifat

terbuka (public), tertutup (private), atau diantara keduanya yaitu quasi.

Dalam penggolongan ini, Habermas mengemasnya berdasarkan adanya pengaruh

dari politisi/intuisi/ pemerintahan. Dalam kajian ini, lebih diarahkan pada

pengaruh oleh pemilik dan/atau pengelola dari ruang tersebut. Karena pemilik

dan/atau pengelola memiliki wewenang yang tinggi untuk menentukan

keberadaan sebuah kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan ruang

(8)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

8

4. Identitas Komunitas Musik Sastra

Latar Belakang Terbentuknya Komunitas

Setiap komunitas memiliki tujuan yang berbeda dalam sejarah pendiriannya. Hal

ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang pemikiran para pendirinya dan bisa juga

dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dan lingkungan di sekitar mereka berada

yang mendukung untuk berdirinya komunitas ini. Tetapi ada juga yang dengan

menggabungkan kondisi keduanya dimana komunitas tersebut berdiri berdasarkan

ideologi para pendirinya serta dengan menyesuaikan kondisi masyarakatnya yang

ada di sekeliling mereka.

Gambar 1. Ilustrasi latar belakang pembentukan komunitas musik sastra

Ide yang dibawa oleh pak Yose untuk mengumpulkan musisi-musisi di bidang

musik sastra yang akhirnya mendirikan Anime String Orchestra di tahun 2000 ini

menjadikan komunitas ini mencirikan komunitas dengan latar belakang tipe A

dimana pada latar belakang tipe ini, komunitas musik sastra terbentuk berdasarkan

adanya sebuah ide/gagasan sejumlah orang untuk membentuk suatu perkumpulan

dengan menyesuaikan ideologi dari para pendirinya. Tujuan pendirian komunitas

musik sastra dengan latar belakang seperti ini pun sudah jelas menyesuaikan

ideologi para pendirinya juga, yakni untuk membentuk suatu kelompok musik

sastra profesional yang nantinya akan dikenal oleh masyarakat luas dan memiliki

pengaruh yang besar di masyarakat. Komunitas dengan tipe seperti ini, umumnya

memiliki peraturan-peraturan serta kebijaksanaan tertentu dalam menambah

jumlah anggotanya. Jumlah anggota yang ada pun didominasi oleh profesional

Tipe A : Pemikiran (ideologi) para pendiri komunitas

(9)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

9

(70%), sisanya sebanyak 30% dari jumlah anggotanya merupakan pelajar dan

mahasiswa.

Komunitas kota seni yang didirikan oleh trio yang terdiri dari bapak Rio

Herwindo, Hendry J, dan Deny Yurika pada tahun 2008 atas banyaknya

ketertarikan dan permintaan masyarakat sekitar untuk ikut belajar musik sastra

bersama trio ini, akhirnya muncul ide untuk mempersatukannya dalam sebuah

komunitas musik sastra yang dikelola oleh dan untuk bersama. Hal ini

mengindikasikan komunitas musik sastra ini memiliki latar belakang pendirian

komunitas tipe B dimana adanya pengaruh dari masyarakat sekitar lah yang

menjadi penyebab utama dalam pembentuka komunitas musik sastra ini.

Komunitas dengan tipe latar belakang seperti ini, sifatnya lebih terbuka baik

kepada masyarakat yang hanya ingin menikmati suguhan komunitas musik sastra

saja, maupun masyarakat yang ingin bergabung untuk memainkan musik sastra

bersama komunitas. Dominasi anggota komunitas ini 50% didominasi oleh

peminat musik sastra (masyarakat awam yang baru ingin bergabung) dan pemula

(pemain amatir). Selebihnya, sebanyak 30% merupakan anak jalanan dan 20%

pemain profesional.

Komunitas Ngayogstring Karto memiliki tipe latar belakang pembentukan

komunitas jenis gabungan dimana latar belakang jenis ini merupakan gabungan

dari latar belakang tipe A dan B yang mana menggabungkan adanya ide/gagasan

pembentukan komunitas musik sastra yang sesuai dengan ideologi dari para

pendiri serta didukung dengan antusias masyarakat sekitar sehingga terbentuklah

komunitas musik sastra ini. Komunitas yang baru dibentuk pada awal tahun 2012

yang lalu ini merupakan ide dari Eki Satria dan Krido Bramantyo yang memang

telah menekuni bidang musik sastra di Institut Seni Indonesia, Bantul. Tujuannya

untuk menyatukan idealisme-idealisme dari para pemain musik sastra yang

terlibat dalam komunitas musik sastra tersebut. Meskipun sifatnya yang semi

terbuka, namun untuk dapat menerima anggota komunitas baru yang ingin

bergabung, komunitas ini juga cukup selektif dan cenderung seperti tipe A.

dominasi dari anggota komunitas ini, seperti komunitas tipe A, didominasi oleh

(10)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

10

Gambar 2. Ilustrasi perbandingan latar belakang pembentukan komunitas

musik sastra

Terjadinya Identitas Komunitas Musik Sastra Serta Faktor Penyebab

Terjadinya Perbedaan Identitas Komunitas Musik Sastra

Berdasarkan paparan dari Peter J.M Nas, 2011, dalam buku berjudul Cities Full of

Symbols, hal yang menjadi penciri suatu objek pada masanya nanti dapat menjadi

identitas dari objek tersebut. Pembentukan identitas, tidak serta merta terjadi begitu saja. Terdapat proses pembentukan identitas yang bermacam-macam.

Pembentukan identitas ini secara garis besar dipengaruhi dua faktor utama. Bisa

terjadi karena ada karakter fisik yang menonjol, maupun karakter sosial yang

dibentuk dari adanya interaksi antarmanusia dengan budayanya. Dalam

(11)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

11

digabungkan sehingga membentuk identitas utama dari objek yang dimaksud.

Dalam penelitian ini, karakter fisik dari lokasi pengamatan seolah diabaikan,

karena yang ingin diamati hanya dari segi interaksi antarmanusia dengan

budayanya saja.

Adanya kekhasan pada suatu kumpulan masyarakat yang membudaya seiring

bertambahnya waktu, membuat ciri khas tersebut menjadi faktor unik yang

mampu menjadi point of interest dari kumpulan masyarakat tersebut. Dengan ciri

khas tersebut, kelompok masyarakat itu tentu saja telah menciptakan karakteristik

dari komunitasnya sendiri. Karakter yang telah melekat pada komunitas tersebut

membentuk image tersendiri terhadap komunitas tersebut. Image yang telah lama

melekat dalam suatu komunitas, menjadi sebuah identitas yang sulit dihilangkan

dari komunitas tersebut.

Terjadinya perbedaan identitas dalam suatu komunitas musik sastra bisa

disebabkan oleh beberapa faktor internal utama dalam komunitas itu sendiri yang

diuraikan sebagai berikut :

A.Jenis Musik Sastra Dan Tingkat Kesulitan Komposisi Musik Sastra

Jenis musik sastra yang dimainkan oleh setiap komunitas musik sastra

berbeda-beda. Tergantung kemampuan kelompok dan keterampilan dalam

memainkan alat musik. Biasanya dalam penentuan jenis musik sastra yang

dimainkan, ada yang berdasarkan rekomendasi pelatih, ada pula yang

berdasarkan hasil kesepakatan bersama anggota kelompok. Pada dasarnya,

semua ini mengacu pada tingkat permaian dan harmonisasi komunitas.

Jenis musik sastra yang dibedakan berdasarkan pembabakan zaman ini

memiliki keunikan masing-masing di setiap komposisinya. Ada yang

(12)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

12

dinamis, seperti karya-karya Mozart pada era klasik. Bahkan cenderung

kompleks pilihan notasinya, seperti karya-karya di era modern.

Berikut ini merupakan gambaran jenis musik sastra berdasarkan

pembabakan zamannya dan muatan komposisinya :

Gambar 3. Skema pembabakan zaman musik sastra

Berdasarkan skema yang telah dijelaskan di atas, muatan komposisi-komposisi

dari masing-masing zaman memiliki karakter yang berbeda. Untuk itu,

dibutuhkan keahlian dan keterampilan yang berbeda pula dalam

memainkannya. Dari situlah dapat diamati tingkat kesulitan dari

masing-masing komposisi di masing-masing-masing-masing zaman.

Sejauh ini, menurut salah satu pengajar musik sastra di lembaga musik

Yamaha di Jakarta, komposisi-komposisi pada era romantik lah yang paling

sulit untuk dimainkan. Tentu saja semua ini tergantung dari kemampuan

individu masing-masing dalam menginterpretasi dan menyajikan sebuah

komposisi musik sastra itu sendiri. Dibutuhkan keahlian khusus dalam

menginterpretasikan komposisi-komposisi pada era romantik.

Ritmenya yang cukup lambat sering mengecoh para pemain jenis musik ini.

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, komposisi-komposisi

musik sastra era romantik sangat kental dengan permainan emosi di setiap

(13)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

13

tersebut. Mengatur emosi ketika bermain secara kelompok ensambel, quintet,

atau quartet tidak semudah mengontrol emosi ketika bermain secara solo atau

duet.

Tabel 1. Daftar tingkat kesulitan komposisi berdasarkan jenis musik sastra

Berdasarkan hasil yang didapat dari studi lapangan di ketiga komunitas

berbeda yang telah dilaksanakan sebelumnya, diperoleh beberapa fakta

mengenai kaitan dari jenis musik sastra yang dimainkan oleh komunitas

dengan identitas komunitas yang terbentuk. Gambar berikut

merepresentasikan dengan jelas perbedaan jenis musik klasik dengan tipe latar

belakang komunitas yang berbeda. Karena memiliki latar belakang pendirian

komunitas yang berbeda, tujuan pendirian serta target dari penikmat

(penonton) komunitas musik sastra pun juga berbeda-beda sehingga jenis

musik sastra yang dimainkan tiap komunitas pun berbeda sesuai dengan tujuan

dari komunitas musik sastra tersebut terbentuk. Penentuan jenis musik sastra

yang dimainkan oleh komunitas ini pun ditentukan dengan menyesuaikan

tingkat kesulitan dari masing-masing jenis musik sastra dan kemampuan dari

keterampilan bermain musik sastra anggota komunitasnya.

No Jenis Musik

Sastra Tingkat Kesulitan Letak Kesulitan

1 Renaisance Biasa (untuk pemula) Tangga nada

2 Barok Biasa (untuk pemula) Tangga nada

3 Klasik Agak variatif (untuk

lanjutan) Dinamika tangga nada

4 Romantik Rumit (untuk

lanjutan)

Pengaturan dan interpretasi emosi

5 Modern Variatif (untuk

lanjutan) Modulasi chord

(14)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

14

Gambar 4. Ilustrasi kesimpulan perbandingan fakta di lapangan seputar jenis

musik sastra dengan tipe latar belakang komunitas

Tipe latar belakang A yang dipengaruhi oleh idealisme kuat dari

pendiri-pendirinya dengan tujuan mencetak pemain-pemain musik sastra profesional

tentu saja akan memilih jenis musik sastra romantik untuk dipelajari. Secara

teknis, jenis musik ini memang yang paling sulit sehingga sering kali

dijadikan sebagai tolak ukur standar bermain dari pemusik.

Jenis musik sastra barok yang secara teknis bermain musik sastra merupakan

dasar untuk dapat mengenal tonalisasi dasar dalam tangga nada, merupakan

pilihan jenis musik yang tepat untuk komunitas dengan latar belakang tipe B

dimana masyarakat yang masih awam dibidang musik sastra pun dapat

mengikutinya dengan baik. Dengan dilanjutkan oleh jenis musik sastra klasik

Romantik

Barok

&

Klasik

(15)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

15

dalam pembelajarannya, membuat komunitas ini semakin berkembang dan

berhasil mencuri hati banyak peminat musik sastra di tengah-tengah

masyarakat yang terdiri dari berbagai macam kalangan dan golongan serta

budaya.

Tipe latar belakang gabungan dari idealisme pendiri dan pengaruh masyarakat

sekitar yang memiliki kecondongan ke arah idealisme pendiri dan pemain

musik sastra profesional akan mengejar profesionalitas dalam bermain musik

sastra. Namun komunitas ini lebih merakyat dari pada komunitas dengan latar

belakang tipe B. Profesionalitas yang dikejar hanya dari segi keterampilan

bermain saja. Sehingga untuk mendukung tujuan dari komunitas tersebut, jenis

musik sastra klasik yang memiliki dinamika yang kuat dalam setiap

komposisinya sangat cocok dengan karakter komunitas ini. Dengan

dilanjutkan dengan jenis musik sastra romantik, semakin menambah kualitas

keterampilan bermain dari komunitas ini.

B. Motivasi Bermain Musik Sastra Masing-masing Komunitas

Motivasi dalam bermain musik sastra setiap individu tentu saja berbeda satu

sama lainnya. Dalam sebuah komunitas, untuk dapat menciptakan sebuah

identitas kuat mengenai karakter komunitas tersebut, terlebih dahulu setiap individu anggota sebuah komunitas harus memiliki pandangan dan motivasi

yang sama dalam hal musik sastra. Hal tersebut yang akhirnya

melatarbelakangi karakter dari komunitas tersebut.

Seperti yang telah diutarakan oleh Cristina West (2012) bahwa pembentukan

identitas dari sebuah kelompok, diawali oleh peleburan dari identitas

masing-masing individu di dalamnya. Teori inilah yang kemudian diterapkan untuk

identifikasi dari karakter masing-masing komunitas musik sastra yang menjadi

indikator penting dalam fokus kajian penelitian. Secara spesifik, berdasarkan

tipe latar belakang dan tujuan dibentuknya komunitas tersebut, motivasi

bermain musik sastra komunitas tersebut dapat digambarkan melalui ilustrasi

(16)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

16

Gambar 5. Ilustrasi perbandingan motivasi bermain musik sastra di tiap-tiap

komunitas

Terdapat kemiripan motivasi bermain musik sastra dari komunitas yang

memiliki latar belakang tipe A dan tipe gabungan. Kedua komunitas ini lebih

condong kepada pengejaran karir untuk menjadi musisi profesional di bidang

musik sastra. Bedanya, untuk komunitas tipe A lebih terkesan individualis

sedangkan tipe gabungan tidak hanya profesionalisme sebagai individu saja

tapi juga profesionalisme dalam berkelompok. Sehingga dalam kenyataannya,

komunitas dengan latar belakang tipe gabungan ini akan mengejar karir untuk

menjadi kelompok musik profesional pada akhirnya.

Komunitas dengan latar belakang tipe B yang lebih merakyat ini memiliki

motivasi untuk berbagi ilmu, informasi, serta pengalaman bermusik bagi siapa

saja yang ingin memperdalam musik sastra. Sehingga komunitas ini sifatnya

lebih terbuka, baik kepada individu maupun kelompok lain yang berada dalam

satu lokasi berkumpul yang sama. Selain bertujuan untuk berbagi

pengetahuan, komunitas tipe ini pun juga bertujuan untuk mengenalkan lebih

(17)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

17

C. Aktivitas Komunitas Musik Sastra

Beragamnya aktivitas bermusik dari masing-masing komunitas semakin

membuat karakteristik komunitas-komunitas ini beragam juga macamnya.

Aktivitas yang beragam, didorong oleh tujuan awal dari masing-masing

komunitas. Karena tujuannya berbeda-beda, maka aktivitasnya pun berbeda.

Intensitas bermain musik sastranya pun berbeda satu sama lain menyesuaikan

tujuan bermain musik sastra.

Setiap unsur, baik tujuan bermain musik sastra maupun intensitas bermain

musik sastra, saling terkait satu sama lain dan sangat menentukan aktivitas

bermain musik sastra suatu komunitas. Tujuan bermain musik sastra menjadi

landasan awal dari kegiatan bermain musik sastra. Kegiatan yang dijalani oleh

komunitas musik sastra dapat menjadi aktivitas rutin komunitas, atau aktivitas

prioritas dari komunitas, seperti misalnya ketika mengadakan suatu

pertunjukan dan lain sebagainya. Dari aktivitas yang menjadi

prioritas-prioritas masing-masing komunitas, maka dibutuhkan intensitas khusus sesuai

kebutuhan latihan, juga kebutuhan pertemuan-pertemuan serta perkumpulan

komunitas itu sendiri. Untuk lebih jelasnya, dapat diamati dalam siklus berikut ini :

Gambar 6. Siklus faktor penentu keberagaman aktivitas komunitas musik sastra

Tujuan

Kegiatan

Aktivitas

Intensitas

(18)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

18

Tabel 2. Kesimpulan karakteristik komunitas berdasarkan jenis aktivitas dan

intensitas berkumpul komunitas musik sastra dikaitkan dengan tipe

latar belakang pembentukan komunitas

Latar belakang komunitas komunitas tipe A, dengan idealisme dari pendiri

serta pelatihnya yang tinggi, tidak mungkin mengadakan

pertunjukan/pementasan di tempat-tempat biasa atau di tempat mereka latihan.

Hal seperti ini yang membuat mereka menjadi komunitas yang eksklusif.

Apalagi dengan fakta bahwa tidak sembarang orang bisa menjadi anggota dari

komunitas ini, semakin memperkuat karakter eksklusif dari komunitas

tersebut.

Berbeda dengan karakter dari latar belakang tipe A, komunitas dengan latar

belakang tipe B terkesan lebih ramah terhadap masyarakat awam yang datang.

Komunitas ini lebih terbuka terhadap masyarakat awam yang ingin bergabung

untuk belajar musik sastra bersama komuniats tersebut. Dengan sifat

terbukanya ini, komunitas ini sering mengadakan pertunjukan dimana pun dan

kapan pun bahkan di tempat mereka latihan sehingga masyarakat dari beragam

karakter dan kelompok pun dapat menikmati pertunjukan dengan bebas. Hal

ini menjadikan komunitas ini memiliki karakter publik komunal yang begitu

kuat melekat pada komunitas ini.

1 Tipe A (idealisme) Latihan, diskusi Jarang Eksklusif

2 Tipe B

(masyarakat)

Latihan, pertunjukan,

diskusi

Sangat sering Publik Komunal

3 Gabungan Latihan, diskusi Sering Eksklusif semi

Komunal

(19)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

19

Karakter komunitas dengan tipe latar belakang gabungan antara idealisme dan

dorongan dari masyarakat sekitar, memiliki gabungan dari karakter yang

terdapat pada komunitas dengan latar belakang tipe A dan B meskipun pada

faktanya komunitas ini lebih condong pada karakter eksklusif dari tipe A.

Meskipun condong pada tipe A, komunitas ini memiliki sifat yang cukup

merakyat dengan masyarakat sekitar sehingga komunitas ini juga dikenal

dengan karakter semi komunal.

D. Eksistensi Komunitas Musik Sastra

Eksistensi kelompok/ komunitas dalam satu wilayah yang sama, membawa

pengaruh yang sangat besar dalam karakter komunitas. Dengan adanya

pengakuan dari masyarakat serta respon masyarakat yang cukup tinggi

terhadap komunitas, berarti dapat dikatakan bahwa komunitas tersebut sudah

berhasil keeksistensiannya.

Tabel 3. Tingkat eksistensi komunitas musik sastra dibanding dengan

komunitas lainnya

Tantangan yang besar bagi sebuah komunitas untuk mempertahankan karakter

identitas komunitasnya di tengah masyarakat ini terletak pada persaingannya

dengan karakter komunitas lainnya yang ada di tempat yang sama. Dengan

1 Eksklusif Cukup Eksis Bela Diri, Teater, Tari

2 Publik Komunal Sangat Eksis

Seni Lukis, Teater,

Jazz, Fotografi,

Akustik, Komunitas

Pencinta Binatang

3 Eksklusif semi

Komunal Eksis Yoga, Memasak, Tari

(20)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

20

keberadaannya dalam satu wadah yang sama, suatu komunitas harus mampu

mendominasi karakternya, agar dapat mempengaruhi karakter identitas ruang

dari wilayah tersebut.

Bila diamati dari jenis komunitas dan komunitas-komunitas lain yang aktif di

sekitar komunitas tersebut, tingkat eksistensi yang paling tinggi adalah

komunitas dengan identitas publik komunal. Tingkat eksistensi paling rendah

adalah komunitas dengan identitas eksklusif karena komunitas ini lebih privat

dibandingkan komunitas-komunitas lain.

5. Identitas Ruang Berkumpul Komunitas

Pemahaman Bentukan Identitas Ruang Berdasarkan Fungsi Dan Sifat

Ruang Publik

Setiap ruang, baik ruang terbuka maupun tertutup dibangun dengan memiliki

fungsi masing-masing. Keragaman fungsi ini disesuaikan dengan tujuan awal

dibuatnya ruang tersebut. Fungsi pemanfaatannya dapat ditinjau dari segi fungsi

fisik maupun fungsi sosial dari ruang tersebut. Fungsi secara fisik lebih mengacu

pada peran pemanfaatan ruang itu sendiri terhadap bentuk fisik wilayah. Namun

secara sosial, fungsi ruang tersebut ditinjau berdasarkan pemanfaatannya oleh

masyarakat sekitar ruang tersebut.

Fungsi suatu ruang dapat berubah, tergantung pemanfaatannya. Pemanfaatan yang

bermacam-macam dapat memberi makna yang berbeda terhadap ruang tersebut.

Dengan adanya perbedaan makna, maka menciptakan image atau karakter ruang

yang berbeda pula.

Dalam ulasan yang dikemukakan oleh Habermas (1989), ruang publik

digolongkan menjadi tiga kategori berdasarkan sifatnya, yakni ruang publik,

ruang privat, dan ruang quasi. Ruang privat yang dimaksud ialah sebuah ruang

yang dibentuk oleh masyarakat individu itu sendiri. Sedangkan ruang publik ialah

sebuah ruang yang dibatasi oleh otoritas publik, dalam hal ini maksudnya ada

peran pemerintah di dalamnya atau bisa juga peran dari pemilik atau pengelola

(21)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

21

Karakteristik fisik dan karakteristik sosial yang menjadi dasar pembentuk dari

identitas suatu objek yang dikaji, merupakan satu kesatuan yang dapat diamati

mana yang lebih dominan dari keduanya yang lebih berpengaruh terhadap

identitas dari objek tersebut. Faktor yang dapat diamati secara kasat mata memang

lebih mudah untuk diamati, karena biasanya hal yang kasat mata berupa patung

dan penanda lainnya tersebut mampu membawa pengamat untuk langsung

mengenali objek tersebut. Namun demikian, faktor yang tak kasat mata pun

mampu menjadi identitas yang membekas dan melekat erat pada masyarakat,

seperti sebuah cerita sejarah misalnya.

Layaknya sebuah objek, ruang juga memiliki ciri khas dan identitas yang berbeda

yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Adanya perbedaan dalam identitas

ruang ini karena setiap objek memiliki jati diri yang berbeda, tergantung faktor

pembentuk jati diri dari masing-masing objek. Untuk kajian objek keruangan,

faktor pembentuk jati diri ini bermacam-macam asalnya. Dalam fokus penelitian

ini, akan dibahas terlebih dahulu fenomena pembentukan identitas ruang di beberapa studi kasus.

Image atau citra diri yang sangat kuat dari Sanggar Anak Alam sebagai sekolahan

bernuansa alam dengan basis ilmu kehidupan ini begitu melekat. Komunitas-komunitas kecil yang memanfaatkan lokasi ini untuk kegiatannya di sore hari pun

secara tidak langsung ikut belajar bertanggung jawab terhadap alam dan

menghargai sesama manusia. Karena perkumpulan mereka berada di sekolah itu,

sehingga komunitas-komunitas itu pun harus mematuhi peraturan dari sekolah itu,

termasuk komunitas Ngayogstring Karto dan komunitas lainnya.

Gambar berikut merupakan perbandingan dari masing-masing lokasi ruang

berkumpul komunitas berdasarkan paparan fakta yang didapat. Secara

kenyamanan lokasi, ketiganya cukup nyaman dan mudah dijangkau oleh anggota

komunitas. Semuanya pun memiliki kesamaan karakter lokasi, yaitu berada di

(22)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

22

Gambar 7. Perbandingan kawasan lokasi berkumpul komunitas musik sastra

Untuk dapat menganalisis perbedaan identitas ruang yang terdapat pada ketiga

jenis lokasi ruang tersebut, tentunya tidak hanya memperhatikan fungsi ruangnya

saja. Manajemen pengelolaan ruang serta pengguna fasilitas ruang publik lainnya

juga menentukan karakter dari identitas ruang yang terbentuk. Gambar berikut

merupakan paparan singkat mengenai perbedaan pemanfaatan ruang di ketiga

jenis ruang tersebut.

Dari gambar paparan perbandingan berikut, sudah jelas bahwa taman budaya yang

dipergunakan komunitas untuk berkumpul merupakan contoh dari jenis ruang

privat dimana ruang tersebut dikelola oleh pemerintah untuk memfasilitasi

(23)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

23

memanfaatkan ruang ini harus sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati

bersama terlebih dahulu. Dalam hal ini sangat terlihat jelas bahwa pihak pengelola

membatasi kelompok tertentu yang hendak memanfaatkan ruang tersebut.

Gambar 8. Perbandingan fungsi dan pemanfaatan serta pengelolaan ruang di

masing-masing jenis ruang

Taman kota yang digunakan oleh komunitas berkumpul merupakan salah satu

contoh ruang publik yang sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin datang dan

memanfaatkan ruang publik tersebut. Sistem pengelolaannya dipegang penuh oleh

pemerintah setempat, namun ruang publik ini milik bersama. Artinya, semua

warga setempat berhak memanfaatkan dan wajib turut serta melestarikan

(24)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

24

Sekolah semiformal yang terletak di kawasan terbuka merupakan salah satu

contoh dari jenis ruang quasi dimana merupakan penggabungan antara karakter

ruang publik dan ruang privat. Pada ruang quasi dalam kasus ini dikelola oleh

suatu badan atau yayasan tertentu yang didukung oleh pemerintah dan warga

setempat yang dapat dimanfaatkan bersama oleh warga sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

Perbedaan jenis, fungsi, dan karateristik ruang ini menjadi suatu pertimbangan

bagi komunitas untuk menentukan lokasi berkumpul secara rutin disamping juga

mempertimbangkan kadar kenyamanan kelompok terhadap ruang tersebut, juga

tujuan mereka memilih lokasi tersebut. Dengan adanya

pertimbangan-pertimbangan yang didukung oleh beberapa faktor inilah maka terjadi proses

seleksi lokasi oleh komunitas yang bersangkutan.

Adanya interaksi antarindividu baik terhadap kelompok maupun terhadap ruang

tempat berkumpulnya, mempengaruhi terciptanya perbedaan karakteristik dari

ruang tersebut. perbedaan karakter ini tentu saja menciptakan image atau citra

ruang yang berbeda di mata masyarakat.

Faktor Pendukung Terjadinya Perbedaan Identitas Ruang Publik

A. Sejarah Pendirian Ruang Tersebut

Sejarah pendirian bangunan atau tempat yang digunakan sebagai lokasi

berkumpul komunitas musik sastra ini menjadi sebuah latar belakang yang

kuat mengenail alasan pendirian bangunan tersebut. Dengan mengacu pada

alasan pendirian tersebut lah sehingga dalam pemanfaatannya dapat diukur,

apakah sudah sesuai dengan tujuan pendirian tempat tersebut atau belum.

Sehingga hal ini dapat menjadi evaluasi bagi para pihak terkait untuk pemanfaatan ruang yang lebih optimal lagi.

Selain dari pada itu, sejarah juga memiliki nilai budaya yang cukup tinggi.

Mengingat pemanfaatan ruang yang dimaksud mengacu pada nilai seni dan

budaya, maka bentuk artistik yang mengandung nilai sejarah yang tinggi pada

(25)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

25

ruang berkumpul tersebut juga mempengaruhi adanya perbedaan pada

identitas ruang berkumpul komunitas di ketiga lokasi tersebut.

B. Lama Keberadaan Ruang Yang Digunakan Sebagai Tempat

Berkumpul

Ukuran waktu lamanya ruang tersebut ada di tengah-tengah masyarakat juga

menjadi faktor penentu dari identitas ruang berkumpul komunitas musik sastra

yang terbentuk. Karena sejarah menjadi faktor penting yang berpengaruh pada

gaya artistik ruang berkumpul tersebut, dimana waktu menjadi salah satu

faktor penting dalam kajian sejarah itu sendiri sehingga dalam menganalisis

terjadinya perbedaan identitas ruang berkumpul komunitas musik sastra yang

terbentuk faktor waktu lamanya ruang tersebut berdiri di lokasi tersebut juga

diperhatikan.

C. Fungsi Ruang Tersebut

Seperti pada ulasan di awal bab ini, ruang dibedakan menjadi dua macam

yakni ruang publik dan ruang privat berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang

tersebut. Setiap jenis ruang yang ada memiliki fungsi yang berbeda satu sama

lainnya. Fungsi ruang pada awalnya dapat diamati pada latar belakang dan

sejarah pendirian ruang tersebut. Sedang pada faktanya, sebagai salah satu

tinjauan ulang di lapangan dan evaluasi fungsi ruang, fungsi ruang kemudian

diamati berdasarkan pemanfaatan ruang pada kenyataan yang sebenarnya.

Sehingga jelas apakah ruang tersebut telah dimanfaatkan sebagaimana

mestinya atau malah disalahgunakan pemanfaatannya.

Penggolongan jenis ruang ini, sesuai dengan pernyataan Habermas (1989)

dalam bukunya yang berjudul Public Space, meninjau dari aspek hostoris dan sosiologis dari ruang tersebut. Karena untuk dapat mengamati fungsi ruang

yang digunakan sebagai wadah berkumpul komunitas musik sastra dalam

kasus ini tidak hanya melihat dari aspek fisik ruang, namun juga berdasarkan

(26)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

26

D. Keadaan Lingkungan Di Sekitar Ruang Berkumpul

Sebagaimana paparan sebelumnya, adanya interaksi masyarakat dan

komunitas yang bernaung di ruang tersebut turut menentukan penggolongan

jenis ruang tersebut. Sehingga dalam kajiannya, keadaan lingkungan di sekitar

lokasi ruang berkumpul komunitas musik sastra ini pun turut diamati karena

menjadi salah satu penentu arah identitas ruang yang dimanfaatkan oleh

komunitas-komunitas dan masyarakat sekitar. Keberagaman jenis masyarakat

di sini serta karakteristik dari masyarakatnya pun turut menentukan identitas

ruang berkumpul komunitas musik sastra di ruang tempat berkumpul

komunitas.

E. Karakteristik Ruang Sebagai Tempat Berkumpul Komunitas

Sesuai dengan penggolongan jenis ruang menurut Habermas (1989),

penggolongan ini ada 3 macam. Yaitu ruang publik, ruang privat, dan ruang

quasi yang merupakan gabungan dari kedua karakter ruang publik dan privat.

Dengan mengacu pada penggolongan ini, dapat diidentifikasi jenis ruang yang

digunakan oleh ketiga komunitas, dalam penelitian ini, sesuai dengan karakter

yang melekat. Jenis ruang yang samabukan berarti memiliki karakteristik

ruang yang sama juga.

Logikanya, bila sebuah ruang dikatakan sebagai ruang publik yang terbuka

seperti sebuah taman kota, dalam penelitian ini Taman Suropati, maka akan

terjadi kesepakatan antarkomunitas untuk saling memanfaatkan fungsi ruang

publik tersebut secara bergiliran. Namun, bila ruang tersebut merupakan ruang

privat, dalam penelitian ini Sanggar Anak Alam, maka persaingan

antarkomunitas untuk saling memanfaatkan ruang di waktu yang bersamaan

akan berkurang karena sifatnya yang privat dan cenderung agak tertutup.

Sehingga hanya komunitas-komunitas tertentu yang dizinkan untuk

memanfaatkan ruang tersebut sesuai dengan jadwal yang telah diatur oleh

pemilik/pengelola.

Karakteristik ruang, memicu adanya perbedaan identitas ruang tersebut.

(27)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

27

sosiologis dan faktor historis yang keduanya erat kaitannya dengan aktivitas

manusia. Dengan latar belakang sosiologis dan historis masyarakat yang

berbeda, maka karakteristik ruangnya pun berbeda.

6. Kaitan Antara Identitas Ruang Publik dengan Keberadaan Komunitas

Musik Sastra

Pada konsepnya, pembentukan identitas ruang ini terjadi melalui beberapa

tahapan yang meliputi peleburan identitas individu menjadi identitas kelompok,

kemudian kelompok tersebut menggunakan public space sebagai wadah atau

tempat bernaung, sehingga membentuk image atau citra terhadap wilayah tempat

komunitas tersebut bernaung.

Gambar 9. Alur pembentukan identitas pada public space

Beragamnya komunitas mempengaruhi tingkat eksistensi suatu komunitas yang

berperan dalam pembentukan identitas ruang. Keragaman komunitas ini juga

ditentukan oleh jenis dan fungsi dari ruang tersebut. Tingkat eksistensi komunitas,

yang telah disinggung sebelumnya dalam pembahasan di atas, sangat ditentukan

oleh intensitas berkumpul komunitas tersebut di ruang itu. Identitas komunitas yang

mengeksistensi menjadi faktor kunci yang mendukung terjadinya perubahan

identitas ruang yang ada.

Dari ilustrasi gambar di atas, terjadinya identitas ruang dapat dipengaruhi oleh

(28)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

28

yang telah tercipta dan melekat erat pada ruang tersebut dapat mempengaruhi

karakter dari komunitas yang bernaung di dalamnya sehingga fungsi komunitas ini

dalam identitas ruang yang telah ada ialah memperkuat identitas ruang yang telah

melekat.

Secara umum, setelah ditinjau dari masing-masing faktor pembentuk identitas

ruang, maka perubahan identitas ruang publik yang terjadi akibat kehadiran

komunitas di ketiga karakter ruang yang dimaksud sesuai dengan fenomena yang

ada ialah sebagai berikut :

Gambar 10. Perubahan identitas ruang sebelum dan sesudah eksisnya komunitas

musik sastra di dalamnya

Melalui pengamatan ini, dapat disimpulkan bahwa ruang publik yang memiliki sifat

murni sebagai ruang publik, memiliki kecenderungan untuk berubah identitas

ruangnya bila dikaitkan dengan adanya interaksi antarindividu, baik terhadap

individu dan kelompok lain maupun terhadap lingkungannya. Kecenderungan yang

dimiliki oleh ruang terbuka ini terjadi karena karakter ruang terbuka ini dari segi

kenyamanan komunitas sangat sesuai dengan kegiatan komunitas tersebut dan dari

segi keruangan karakter ini menerima siapa pun yang ingin datang dan bergabung.

Ruang publik dengan kecenderungan sifatnya yang privat dengan karakter

individualis ruangnya memiliki konsistensi terhadap identitas ruang lebih melekat

daripada identitas pada ruang publik meskipun di dalam ruang privat juga terdapat

interaksi antarindividu, baik terhadap individu dan kelompok lain maupun terhadap

Sekolah Alam

(29)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

29

lingkungannya. Namun interaksi yang terdapat dalam ruang ini terbatas oleh

aturan-aturan dari pihak pengelola juga komunitas itu sendiri.

Pada ruang yang bersifat publik, segala kebebasan untuk memanfaatkan ruang yang

ada dimanfaatkan secara maksimal oleh komunitas dan masyarakat sekitar untuk

berinteraksi. Sehingga kegiatan yang tercipta pun lebih beragam. Keterbukaan ruang

publik ini mampu menarik massa lebih banyak untuk datang dan bergabung. Dengan

beragamnya aktivitas yang dilakukan oleh berbagai macam komunitas yang

berkumpul di ruang publik ini, maka dapat menggeser image atau citra sebelumnya

dari ruang publik ini. Hal yang paling berperan dalam pergeseran citra ruang ini

adalah eksistensi komunitas yang ada dan hidup di ruang publik ini.

Sedangkan pada ruang quasi dimana pada jenis karakteristik ruang ini juga terdapat

karakter dari ruang publik yang terbuka dengan adanya pengaruh dari keberadaan

suatu komunitas dalam ruang ini, akibatnya dapat semakin memperkuat identitas

komunitas yang ada (identitas ruangnya tetap) atau bahkan menggeser identitas

ruang yang sudah terbentuk sebelumnya sehingga identitas ruangnya berubah. Sama

halnya dengan ruang publik, hal ini tergantung dari tingkat eksistensi suatu

komunitas terhadap ruang tersebut.

Peleburan antara identitas komunitas dengan identitas ruang berkumpulnya ini tentu

saja mengarah pada sejauh apa komunitas memberi pengaruh pada identitas ruang

tersebut. Hubungan ini bisa berlaku sebaliknya maupun berlaku saling menguatkan

identitas satu sama lainnya. Dalam hal ini, analisis mengenai hubungan ini

dilakukan berdasarkan identifikasi jenis ruang terlebih dahulu.

Pada ruang publik disini, dengan sifatnya yang terbuka baik dari segi sifat fisiknya

terbuka maupun terbuka dalam artian mampu menerima segala hal baru yang masuk

tanpa mempermasalahkan jenisnya, mengalami perubahan identitas dimana identitas

akhir yang terbentuk memiliki hubungan dengan keberadaan dari komunitas yang

hidup di dalam ruang publik tersebut. Bila komunitas yang memiliki hubungan kuat

dalam perubahan identitas di ruang terbuka ini tidak ada, dalam kasus ini adalah

komunitas musik sastra, maka identitas ruang yang terbentuk pun bisa jadi berbeda

(30)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

30

Gambar 11. Leburnya identitas komunitas dalam identitas ruang di masing-masing

jenis ruang

Berbeda dengan yang terjadi pada kasus ruang publik di atas, pada ruang privat dan

ruang quasi hubungan yang terjadi dengan komunitas yang hidup di dalam ruang

tersebut tidak demikian. Maksudnya, seandainya komunitas tersebut tidak bernaung

di ruang tersebut, maka tidak akan membawa pengaruh yang signifikan bagi

identitas ruangnya. Hal ini terjadi karena identitas ruang yang terbentuk sebelum

Keberadaan Komunitas Musik Sastra Jalan Raya Rumah Dinas Pejabat

Gereja

Rumah Penduduk

Bangunan Milik Pemerintah

Sekolah

Komunitas Eksklusif

Komunitas Publik Komunal

(31)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

31

kehadiran komunitas tersebut sudah kuat melekat. Sehingga apabila komunitas

tersebut memiliki identitas yang selaras dengan identitas ruangnya, maka sifatnya

akan memperkuat identitas ruang yang telah terbentuk sebelumnya. Namun bila

identitas komunitas tersebut tidak selaras, maka tidak akan membawa pengaruh

yang signifikan terhadap identitas ruangnya. Bahkan dalam beberapa kasus, seperti

yang terjadi dalam contoh kasus ruang quasi dalam penelitian ini, justru identitas

ruangnya yang mempengaruhi identitas komunitasnya. Tentu saja, fenomena seperti

ini juga erat kaitannya dengan faktor waktu lamanya komunitas bernaung di ruang

tersebut dan faktor-faktor lainnya yang telah dijelaskan dalam subbahasan

sebelumnya.

Pada gambar tersebut di atas juga dapat dianalisis mengenai pengaruh dari

keberadaan komunitas musik sastra yang menempati sudut-sudut dari sisi yang

berbeda di setiap lokasi berkumpul komunitas musik sastra tersebut. Seperti yang

diamati melalui gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa penempatan komunitas

musik sastra di sudut ruang publik yang tertutup (dalam artian berada di dalam salah satu sudut ruangan dari ruang publik) akan terkesan semakin mengisolasi komunitas

musik sastra tersebut dalam berinteraksi dengan komunitas lainnya. Fenomena ini

semakin memperkuat fakta bahwa komunitas musik sastra yang berkumpul di ruang

publik dengan sifat privat dan quasi cenderung eksklusif terhadap komunitasnya

sendiri. Sehingga pengaruhnya tidak besar dalam identitas ruang publiknya.

Sementara ruang publik dengan sifatnya yang publik murni ini membebaskan

komunitas untuk bermain di mana pun mereka suka. Sehingga pada faktanya,

komunitas-komunitas ini pun berpindah-pindah lokasi berkumpulnya, namun masih

tetap berada dalam kawasan ruang publik tersebut. sehingga komunitas ini lebih

mudah dan cepat membaur dan berinteraksi dengan komunitas lain dan dengan

masyarakat sekitar. Akibatnya, komunitas musik sastra ini lebih mudah diingat

keberadaannya di ruang publik tersebut. Dan apabila suatu komunitas musik sastra

tersebut meninggalkan lokasi ruang publik tersebut, kesan identitas terhadap lokasi

(32)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

32

7. Kesimpulan

Dalam penelitian ini disimpulkan, di ruang publik yang berjenis murni publik

identitas ruang yang terbentuk dipengaruhi oleh keberadaan komunitas. Komunitas

musik sastra menjadi salah satu komunitas yang cukup mendominasi di ruang publik

karena performanya yang unik dan cukup menarik. Dari data yang didapat,

komunitas musik sastra yang berada di ruang publik mendapat antusiasme

masyarakat yang paling tinggi karena sifat keterbukaannya terhadap masyarakat

yang datang. Keterbukaan masyarakat ini juga bentuk perwujudan dari tujuan

pembentukan komunitas musik sastra. Peleburan identitas individu menjadi identitas

komunitas menjadi kunci dari besaran pengaruh komunitas musik sastra terhadap

identitas ruang yang terbentuk. Dengan meleburnya identitas individu menjadi

identitas komunitas yang utuh, maka akan tercipta konektivitas antaranggota

komunitas yang kuat. Sehingga masyarakat yang hadir dan menyaksikan suguhan

alunan musik yang dimainkan pun dapat merasakan adanya keterkaitan emosional

antar pemain melalui komposisi yang dimainkan. Hal ini dapat tercipta dengan

mudah dari intensitas anggota komunitas tersebut berkumpul bersama.

Terdapat tiga jenis karakteristik ruang berkumpul komunitas, yaitu : ruang privat,

ruang publik, dan ruang quasi yang merupakan gabungan dari kedua konsep

karakter ruang privat dan ruang publik. Penggabungan karakter komunitas yang

eksklusif dengan ruang privat mampu memperkuat identitas ruang yang telah

terbentuk sebelumnya. Masuknya komunitas yang bersifat publik komunal ke dalam

ruang publik mampu merubah identitas ruang menyesuaikan eksistensi

komunitasnya. Sedangkan adanya komunitas dengan karakter eksklusif

semikomunal di ruang quasi tidak terlalu berdampak signifikan terhadap perubahan

bentuk identitas ruangnya.

Referensi :

Anderson, Jon. 2009. Understanding Cultural Geography – Places and Traces. New

York : Routledge.

Anonim. The Musical Epochs. Classical Music Pages. URL :

(33)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

33

Anderberg, Stefan. 2004. “System Approaches and Their Application : Examples from

Sweden, 79-93”.”System Analysis in Geogaphy”. Netherlands.

Atkinson, David. 2005. Cultural Geography. New York : I.B Tauris.

Backhaus, Gary. 2009. Symbolic Landscapes. USA : Springer.

Bart Barendregt and Wim van Zanten. “Yearbook for Traditional Music, vol 34”.

“Popular Music in Indonesia since 1998, in Particular Fusion, Indie, and

Islamic Music on Video Compact Discs and the Internet”. 2002. Diakses dari

http://www.jstor.org/ pada tanggal 12 September 2012 pukul 19:12 WIB.

Bonnemaison, Joel. 2005. Culture and Space – Conceiving a new cultural geography.

New York : I B Tauris.

Habermas, Jurgen. 2007. Ruang Publik.Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Inglehart, Ronald and Christian Welzel. 2005. Modernization, Cultural Change, and

Democracy. Cambridge : Cambridge University Press.

Kivell, Philip. 2003. Land and The City – Patterns and processes of urban space. New

York : Routledge.

Knight, David B. “ GeoJournal, Vol. 65, No1/2, Geography & Music (2006), pp

33-53”. “Geographies of Orchestra”. 2006. Diakses dari http://www.jstor.org/

pada 15 Juni 2012.

Knox, P. 2001. Urbanization, An Introduction To Urban Geography. London : Prentice

Hall International.

Krims, Adam. 2007. Music and Urban Geography. New York : Routledge – Taylor &

Francis Group.

Meusburger, Peter, Michael Heffernan, Edgar Wunder. 2011. Cultural Memories – The

Geographical Point of View . Germany : Springer.

Nas, Peter J.M. 2011. Cities Full of Symbols. Leiden : Leiden University Press.

Pacione, M .2001. Urban Geography, A Global Perspective. London : Routledge.

Pamela Moro. 2004. “Journal of Southeast Asian Studies, vol 35 no. 2”. “Construction

(34)

Pengar uh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang Publik

34

Southeast and South Asia”. Diakses dari http://www.jstor.org/ pada tanggal 12

September 2012 pukul 19:13 WIB.

Strinati, Dominic. 1995. Popular Culture: An Introduction to Theories of Popular

Culture. London : Routledge.

Tilley, Christoper. 1994. A Phenomenology of Landscape – Place, Paths, and

Monuments. USA : Berg.

West, Christina. 2012. How Sport Change the Geography of Power in Urban

Environments. Germany : University of Mannheim.

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi latar belakang pembentukan komunitas musik sastra
Gambar 2. Ilustrasi perbandingan latar belakang pembentukan komunitas
Gambar 3. Skema pembabakan zaman musik sastra
Tabel 1. Daftar tingkat kesulitan komposisi berdasarkan jenis musik sastra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika harga barang tersebut yang berubah, maka hanya Jika harga barang tersebut yang berubah, maka hanya terjadi pergerakan sepanjang kurva penawaran, namun,. terjadi

Selama tahun 2015, tidak ada perkara penting yang dihadapi Perusahaan, Dewan Komisaris atau Direksi yang tidak diungkapkan dalam Laporan Keuangan, baik yang mempengaruhi atau

Algoritma asimetris atau biasa disebut algoritma kunci publik dirancang sedemikian sehingga kunci yang digunakan untuk mengenkripsi dan mendekripsi berbeda.Kunci dekripsi tidak

In the second result, we shall use the fixed point theorem for contraction multivalued maps due to Covitz and Nadler, while in the third result, we shall combine the

Helikopter Dauphin AS365N3 bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menhub Budi Karya landing di Brebes, rombongan melanjutkan perjalanan lewat darat menuju Pintu

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa presentase jumlah mahasiswa Program Studi BK UNIPA Surabaya yang termasuk prokastinator cukup

Bagi perusahaan, perusahaan dapat mengetahui dampak pengaruh perputaran modal kerja (perputaran kas dan perputaran piutang) serta perputaran utang

3 Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak mengetahui banyak tentang informasi dalam