• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP ASAS HUKUM AGRARIA NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRINSIP ASAS HUKUM AGRARIA NASIONAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PRINSIP/ASAS

HUKUM AGRARIA NASIONAL

Hukum Agraria

Romi, S.H., M.H

.

romiarmezi@yahoo.co.id

(2)

Asas/Prinsip Hukum Agraria Nasional

Secara umum Asas Hukum Agraria Nasional ditur di dalam Pasal 1 –

Pasal 18 UUPA

Sekurang-kurangnya ada ada delapan macam Asas dalam Hukum

Agraria kita, walaupun pada versi lainnya disederhanakan menjadi tujuh macam saja.

Asas yang dimaksud, antara lain adalah:

a. Asas Nasionalisme

b. Asas Hak Menguasai Negara b. Asas Hak Menguasai Negara

c. Asas Pengakuan terhadap Hukum Adat dan Hak Ulayat; d. Asas Fungsi Sosial thd Hak Atas Tanah

e. Asas Kebangsaan

f. Asas Persamaaan Hak/Prinsip Non-Diskriminasi g. Asas Landreform

(3)

Asas Nasionalisme/Kenasionalan

Asas Nasionalisme ini secara umum diatur di dalam Pasal 1 ayat (1) – ayat

(3) UUPA.

Prinsip kenasionalan dikemukakan di dalam Pasal 1 UUPA menegaskan

bahwa:

1. Bumi, air dan ruang angkasa tidak semata-mata menjadi hak pemiliknya saja tetapi juga merupakan hak bangsa Indonesia. Demikian pula tanah-tanah didaerah-daerah dan pulau-pulau tidaklah semata-mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang semata-mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang bersangkutan saja;

(4)

Asas Hak Menguasai Negara

 Asas ini diatur di dalam Pasal 2UUPA.

 Prinsip kenasionalan memiliki makna, antara lain:

1. Koreksi atas konsep asas domein (domein verklaring). Untuk mencapai apa yang ditentukan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tidak perlu Negara bertindak sebagai pemilik tanah. Adalah lebih tepat jika Negara, sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa) bertindak selaku Badan Penguasa.

2. Hubungan bangsa Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa Indonesia merupakan semacam hubungan hak ulayat yang diangkat pada tingkatan yang paling atas, yaitu pada tingkatan yang mengenai seluruh wilayah Negara.

paling atas, yaitu pada tingkatan yang mengenai seluruh wilayah Negara.

3. Kata "dikuasai" dalam Pasal 2 mengandung pengertian memberikan kewenangan kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia untuk pada tingkatan yang tertinggi:

a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya.

b. menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.

(5)

Asas Pengakuan thd Hukum Adat dan Hak Ulayat

Asas ini diatur di dalam Pasal 3 dan Pasal 5 UUPA.

Pasal 3 mengatur tentang pengakuan terhadap Hak Ulayat dan hak serupa

itu. Pengakuan terhadap eksistensi Hak Ulayat dibatasi pada tiga hal: a. Sepanjang masih ada dalam kenyataannya; b. Sesuai dengan kepentingan nasional dan c. Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Frasa “hak-hak serupa itu”, mengingat ada beberapa istilah lainnya yang

dipergunakan untuk menyebut “hak ulayat” di Indonesia. Dalam literatur dikenal istilah lainnya, yaitu: Beschikkingsrecht (Von Vollenhoven), Hak

dikenal istilah lainnya, yaitu: Beschikkingsrecht (Von Vollenhoven), Hak Purba (Djojodiguno), Hak Pertuanan (kepunyaan-Ambon), Panyapemto

(tempat memberi makan-Kalimantan), daerah yang dibatasi (

Pewatasan-Kalimantan, Wewengkon-Jawa, Prabumian-Bali), Totabuan (Tanah Terlarang-Bolaan Mangondouw), Torluk (Angkola), Limpo (Sulawesi Selatan), Muru (Buru), Payar (Bali), Paer (Lombok), dan Hak Ulayat

(6)

Lanjutan..

Menurut Maria SW Soemardjono, hak ulayat sebagai istilah teknis yuridis

adalah hak yang melekat sebagai kompetensi khas pada masyarakat hukum adat, berupa wewenang/kekuasaan mengurus dan mengatur tanah seisinya dengan daya ke dalam maupun ke luar

Menurut Von Vollenhoven, hak ulayat tidak hanya meliputi tanah, tetapi

juga mencakup sumber daya alam lainnya, seperti hutan, air dan sumber daya alam yang meliputinya.

Pasal 5 UUPA menegaskan bahwa pada dasarnya Hukum Agraria yangPasal 5 UUPA menegaskan bahwa pada dasarnya Hukum Agraria yang

berlaku terhadap bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah Hukum Adat

Pengakuan eksistensi Hukum Adat sebagai sumber utama Hukum Agraria

(7)

Asas Fungsi Sosial terhadap Hak Atas Tanah

Asas ini diatur di dalam Pasal 6 dan Pasal 15UUPA.

Asas yang merupakan manifestasi dari asas komunal dalam hukum adat

ini bertujuan untuk menempatkan keseimbangan antara kepentingan pribadi pemilik tanah dan kepentingan masyarakat secara umum.

Menurut UUPA, adalah tidak dapat dibenarkan seseorang yang

berdasarkan Hak Atas Tanah yang dimilikinya memudian menggunakan atau tidak menggunakan tanah dimaksud untuk kepentingan pribadinya semata apalagi jika menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan semata apalagi jika menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat bagi masyarakat dan Negara. Meski demikian, melalui ketentuan Pasal 6 UUPA bukan pula berarti, bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum (masyarakat).

Termasuk pula dalam fungsi sosial adalah apa yang diatur di dalam Pasal

(8)

Asas Kebangsaan

Asas ini diatur di dalam Pasal 9 ayat (1) UUPA.

Prinsip ini mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia.

Hanya warganegara Indonesia saja yang dapat mempunyai hak milik atas

tanah (Ps 9 jo 21 [1]). Ketentuan ini memiliki dua makna, yaitu:

a. Hak milik tidak dapat dipunyai oleh orang asing dan pemindahan hak milik kepada orang asing dilarang (Ps 26 [2]). Terkait dengan Hak Atas Tanah orang asing boleh mendapatkan Hak Pakai dan sewa

(9)

Asas Persamaan Perlakuan/Non Diskriminasi

Asas ini diatur di dalam Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 13 ayat (2) UUPA.

Asas ini mencerminkan adanya kesetaraan gender terkait dengan

perolehan Hak Atas Tanh di Indonesia. (Pasal 9 ayat 2)

Aktivitas monopoli usaha swasta dalam lapangan agraria yang dilakukan

baik oleh organisasi maupun perorangan dilarang

Aktivitas monopoli yang dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan dalam

usaha dilapangan agraria dibenarkan tetapi harus diatur di dalam undang-udang

(10)

Asas

Landreform

Asas ini diatur di dalam Pasal 7, Pasal 10 dan pasal 17 UUPA.

Makna awal Landreform adalah supaya setiap orang (tani) punya hak milik

(land to the tiller)

Landreform merupakan perombakan pemilikan dan penguasaan tanah

serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan tanah dalam mewujudkan pemerataan pembangunan dan keadilan.

Tujuan diadakannya landreform di Indonesia adalah untuk mempertinggiTujuan diadakannya landreform di Indonesia adalah untuk mempertinggi

(11)

Lanjutan..

Land reform di Indonesia meliputi:

a. Batas maksimum tanah boleh dimiliki (Pasal 7&17) b. Batas minimum tanah dimiliki orang

c. Larangan pemilikan tanah absentee atau guntai. Absentee atau guntai

adalah pemilikan tanah yang letaknya di luar tempat tinggal yang punya tanah. Tujuan dari larangan pemilikan tanah secara absentee

atau guntai adalah agar hasil yang diperoleh dari pengusahaan tanah itu sebagian besar dapat dinikmati oleh masyarakat perdesaan itu sebagian besar dapat dinikmati oleh masyarakat perdesaan tempat letak tanah yang bersangkutan, karena pemilik tanah akan bertempat tinggal di daerah penghasil. Larangan pemilikan tanah secara absentee atau guntai ini diatur dalam Pasal 10 UUPA. Lebih lanjut diatur pula dengan PP No. 224 tahun 1960 dan PP No. 41 tahun 1964.

d. Redistribusi tanah

e. Pengaturan kembali gadai tanah pertanian

(12)

Asas

Land Use Planning

(Tata Guna Tanah)

Asas ini diatur di dalam Pasal 14 UUPA, PP no. 16 Tahun 2004 tentang

Penatagunaan Tanah.

Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna

tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.

Prinsip ini didasarkan pada kondisi terbatasnya sumber daya agrariaPrinsip ini didasarkan pada kondisi terbatasnya sumber daya agraria

sehingga diperlukan adanya perencanaan yang matang dalam pengelolaannya. Agar pengelolaan itu berkelanjutan, maka diperlukan arahan dari kelembagaan agar lebih teratur

Tujuan Penatagunaan tanah, antara lain adalah:

(13)

Lanjutan..

b. mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;

c. mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah;

d. menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan

Kebijakan penatagunaan tanah diselenggarakan terhadap:

a. bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang sudah atau belum terdaftar;

b. tanah negara;

(14)

Sekian

&

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyesuaikan dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka ketentuan dalam Peraturan Daerah Tingkat II Tanah Laut

“adat recht” (bahasa belanda) yaitu untuk memberi nama pada suatu sistem pengendalian sosial (social control) yang hidup dalam masyarakat Indonesia atau utk

Marga channa di daerah aliran Sungai Musi ada 6 jenis, 5 jenis antara lain serandang ( Channa pleurophthalmus ), sarko ( Channa lucius ), bujuk ( Channa cyanospilos ), toman (

Berikutnya, Data larik dari sistem akuisisi data yang tersimpan dalam mikroSD selanjutnya pada tahap ke 2dibandingkan dengan hasil keluaran sensor larik yang real

Perbedaan kerapatan populasi telur, pupa dan imago yang ditemukan pada perlakuan semut hitam dan semut rangrang pada saat buah berukuran ±10 cm diduga karena di lapangan

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan analisis digital berbasis objek geografis (GEOBIA) untuk analisis citra foto udara, dengan menggunakan data orthofoto dan

Menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang beraitan dengan: bentuk pangkat, akar, logaritma, persamaan dan fungsi komposisi

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran