• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ANALISIS KEUANGAN DAN PROFORMA P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ANALISIS KEUANGAN DAN PROFORMA P"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ANALISIS KEUANGAN

PT. ADHI KARYA TBK TAHUN 2014-2016

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Analisis Keuangan Seksi 13

Dosen: Ibu Eka Bertuah

Disusun oleh Kelompok 2 :

Nuan Anggreyani 201311217

Nabila Shavira Ridwan 20160101422

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Makalah dengan judul “ANALISIS KEUANGAN PT. ADHI KARYA TBK TAHUN 2014-2016” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Analisis Keuangan yang sedang kami tempuh. Melalui makalah ini, kami berharap agar kami dan pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai “ANALISIS KEUANGAN PT. ADHI KARYA TBK TAHUN 2014-2016”.

Kami mengucakan terima kasih khususnya kepada dosen kami yang bernama Ibu Eka Bertuah serta kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini, yang bersedia membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain dan menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Jakarta, Januari 2018

(3)

iii DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iii

BAB I Pendahuluan 1.1Profil Perusahaan ... 4

1.2Visi dan Misi ... 5

BAB II Pembahasan 2.1 Rasio Likuiditas ... 7

a. Rasio Lancar (Current Ratio) ... 7

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)... 8

c. Rasio Kas (Cash Ratio) ... 9

d. Rasio Perputaran Kas ... 9

e. Iventory to Net Working Capital ... 10

2.2 Rasio Solvabilitas ... 12

a. Total Assets to Total Debt Ratio (Debt Ratio) ... 12

b. Rasio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio) ... 13

c. Long Term Debt to Equity Ratio ... 14

d. Times Interest Earned ... 15

2.3 Rasio Aktifitas ... 16

a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) ... 17

b. Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days Of Receivable) ... 18

c. Perputaran Persediaan (Iventory Turn Over) ... 18

d. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) ... 19

e. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) ... 20

f. Perputaran Aktiva (Total Assets Turn Over) ... 21

2.4 Rasio Profitabilitas ... 23

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) ... 23

b. Margin Laba Bersih (Nett Profit Margin) ... 25

(4)

iv

d. ROE (Return On Equity) ... 26

e. EPS (Earning Per Share) ... 27

Laporan Laba Rugi Proforma... 30

Neraca Proforma ... 31

Analisis Rasio Proforma ... 34

Daftar Pustaka ... 36

Lampiran Laporan Keuangan 2014 ... Lampiran Laporan Keuangan 2015 ...

(5)

5 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Profil Perusahaan

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi di Indonesia. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1960 ini bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini awalnya bernama rchitecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V. (Associatie N.V.) saat kepemilikikannya masih di bawah Belanda. Namun sejak tanggal 11 Maret 1960, perusahaan di nasionalisasi dengan tujuan untuk memacu pembangunan infrastruktur di Indonesia. Bisnisnya termasuk layanan konstruksi, EPC, investasi infrastruktur, properti, dan real estate.

Terhitung sejak tanggal 1 Juni 1974, ADHI menjadi Perseroan Terbatas, berdasarkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Perusahaan ini merupakan perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (d.h. Bursa Efek Jakarta) sejak 18 Maret 2004, di mana pada akhir tahun 2003 negara Republik Indonesia telah melepas 49% kepemilikan sahamnya kepada masyarakat melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO).

Selain bergerak di bidang konstruksi, perusahaan juga bergerak d bidang terkait seperti bisnis EPC, dan Investasi untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan kekuatan perusahaan di tengah tekanan persaingan dan perang harga pada tahun 2006. Dengan tagline-nya, “Beyond Construction”, perusahaan ingin menggambarkan motivasinya untuk bergerak ke bisnis lain yang terkait dengan core business perusahaan. ADHI juga telah merambah dunia Internasional di negara-negara Asia Tenggara.

(6)

6

Perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara dengan melakukan kinerja berdasarkan atas peningkatan corporate value secara incorporated, melakukan proses pembelajaran (learning) dalam mencapai pertumbuhan (peningkatan corporate value), proaktif melaksanakan lima lini bisnis secara profesional, governance, mendukung pertumbuhan perusahaan, dan menerapkan Corporate Culture yang simple tapi membumi/dilaksanakan (down to earth), serta ikut berpartisipasi aktif dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social Responsibility (CSR) seiring pertumbuhan perusahaan.

ADHI telah mampu menunjukkan kemampuannya sebagai perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara melalui daya saing dan pengalaman yang dibuktikan pada keberhasilan proyek konstruksi yang sudah dijalankan. Keberhasilan usaha yang sudah diraih ADHI bukan berarti tanpa dukungan dan peran serta masyarakat, untuk itu ADHI berperan aktif dalam mengembangkan program CSR serta Program Kemitraan & Bina Lingkungan Perseroan.

1.2 Visi dan Misi

Visi : Menjadi Perusahaan Konstruksi Terkemuka di Asia Tenggara. Misi

1. Berkinerja berdasarkan atas peningkatan corporate value secara incorporated.

2. Melakukan proses pembelajaran (learning) dalam mencapai pertumbuhan (peningkatan corporate value).

3. Menerapkan corporate culture yang simple tapi membumi/dilaksanakan (down to earth).

4. Proaktif melaksanakan lima lini bisnis secara profesional, governance, mendukung pertumbuhan perusahaan.

(7)

7

Adanya intensitas persaingan dan perang harga antar industri konstruksi menjadikan Perseroan melakukan redefinisi visi dan

misi: Menjadi Perusahaan Konstruksi terkemuka di Asia Tenggara.

Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V. (Assosiate N.V.)

merupakan Perusahaan milik Belanda yang menjadi cikal bakal pendirian ADHI hingga akhirnya dinasionalisasikan dan

kemudian ditetapkan sebagai PN Adhi Karya pada tanggal 11 Maret 1960. Nasionalisasi ini menjadi pemacu pembangunan

infrastruktur di Indonesia. Berdasarkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, pada tanggal 1 Juni 1974, ADHI

berubah status menjadi Perseroan Terbatas. Hingga pada tahun 2004 ADHI telah menjadi perusahaan konstruksi pertama yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Status Perseroan ADHI sebagai Perseroan Terbatas mendorong ADHI untuk terus memberikan yang terbaik bagi setiap

pemangku kepentingan pada masa perkembangan ADHI maupun industri konstruksi di Indonesia yang semakin melaju.

Adanya intensitas persaingan dan perang harga antarindustri konstruksi menjadikan Perseroan melakukan redefinisi visi dan

misi: Menjadi Perusahaan Konstruksi terkemuka di Asia Tenggara. Visi tersebut menggambarkan motivasi Perseroan untuk

bergerak ke bisnis lain yang terkait dengan inti bisnis Perseroan melalui sebuah tagline yang menjadi penguat yaitu “Beyond Construction”. Pertumbuhan yang bernilai dan berkesinambungan dalam Perseroan menjadi salah satu aspek penting yang

(8)

8 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa llikuidnya suatu perusahaan. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut ilikuid.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Rasio Lancar = Utang Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)Aktiva Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)

2014 = 9.484.298.907.9257.069.703.612.022

2014= 1,34 dibulatkan 1,3 kali

Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,3 kali utang lancar atau setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh 1,3 rupiah harta lancar atau 1,3:1 antara aktiva lancar dengan utang lancar.

2015 = 14.691.152.497.4419.414.462.014.334

2014= 1,56 dibulatkan 1,6 kali

(9)

9 2016 = 16.835.408.075.06813.044.369.547.114

2014= 1,29 dibulatkan 1,3 kali

Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,3 kali utang lancar atau setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh 1,3 rupiah harta lancar atau 1,3:1 antara aktiva lancar dengan utang lancar.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.

Rasio Cepat = Aktiva Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)− Persediaan (𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦)Utang Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

2014 = 9.484.298.907.925 − 132.013.517.4687.069.703.612.022

2014= 1,32 dibulatkan 1,3 kali

2015 = 14.691.152.497.441 − 162.650.778.6299.414.462.014.334

2014= 1,54 dibulatkan 1,5 kali

2016 = 16.835.408.075.068 − 131.016.052.72113.044.369.547.114

2014= 1,28 dibulatkan 1,3 kali

• Terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 0,22 pada tahun 2014-2015.

Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek. Kenaikan ini disebabkan peningkatan jumlah asset lancar pada tahun 2015 yang cukup besar dan aset lancar meningkat cukup signifikan disebabkan oleh peningkatan pendapatan pada tahun 2015.

• Terjadi penurunan rasio cepat sebesar 0,26 pada tahun 2015-2016.

(10)

10

Dikarenakan utang lancar yang sangat meningkat sebesar walaupun asset lancarnya juga mengalami kenaikan tetapi utang lancar lebih besar dibandingkan pendapatan yang dihasilkan.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.

Rasio Kas = Utang Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)Kas + Bank

2014 = 7.069.703.612.022811.411.723.393

2014= 0,11 atau 11%

2015 = 4.317.347.903.3849.414.462.014.334

2014= 0,46 atau 46%

2016 = 13.044.369.547.1143.364.910.489.288

2014= 0,26 atau 26%

Jika rata-rata industry untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan kurang baik. Karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.

d. Rasio Perputaran Kas

Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

(11)

11

2014 = 9.484.298.907.925 − 7.069.703.612.0228.653.578.309.020

2014= 3,58 dibulatkan 3,6 kali

2015 = 14.691.152.497.441 − 9.414.462.014.3349.389.570.098.578

2014= 1,78 dibulatkan 1,8 kali

2016 = 16.835.408.075.068 − 13.044.369.547.11411.063.942.850.707

2014= 2,92 dibulatkan 2,9 kali

Jika rata-rata industry untuk perputaran kas adalah 10 kali, keadaan perusahaan pada tahun 2014-2016 kurang baik karena masih cukup jauh dari rata-rata industry.

e. Inventory to Net Working Capital

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.

𝐼𝑁𝑊𝐶 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦

2014 = 9.484.298.907.925 − 7.069.703.612.022132.013.517.468

2014= 0,05 atau 5%

2015 = 14.691.152.497.441 − 9.414.462.014.334162.650.778.629

2014= 0,03 atau 3%

2016 = 16.835.408.075.068 − 13.044.369.547.114131.016.052.721

2014= 0,03 atau 3%

(12)

12

Dari table diatas dapat dilihat bahwa :

• Rasio lancar (current ratio) pada tahun 2014 dan 2016 dibawah

rata-rata industry. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dikhawatirkan mengingat rasio lancar yang dimiliki perusahaan masih dibawah rata-rata industry dan perlu ditingkatkan lagi.

• Rasio cepat (Quick Ratio) dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami kenaikan, kondisi perusahaan dapat dikatakan cukup memuaskan tetapi pada 2015 ke tahun 2016 mengalami penurunan. • Rasio kas (Cash Ratio) dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami

kenaikan meskipun masih jauh dari rata-rata industrinya, sedangkan tahun 2016 mengalami penurunan lagi. Kondisi ini kurang baik karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.

(13)

13

• Hasil pengukuran Inventory to net working capital dari tahun 2014

ke 2015 mengalami penurunan sedangkan 2015 ke 2016 keadaan stabil tidak berubah. Tetapi ini dinilai kurang baik bagi perusahaan karena berada dibawa rata-rata industry.

2.2 Rasio Solvabilitas

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

a. Total Assets to Total Debt Ratio (Debt Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔) 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕)

2014 = 10.458.881.684.2748.707.338.334.630

2014= 0,83 atau 83%

(14)

14 2015 = 11.598.931.718.04316.761.063.514.879

2014= 0,69 atau 69%

Rasio ini menunjukkan bahwa 69% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2015. Artinya, bahwa setiap Rp. 100,- pendanaan perusahaan, Rp. 69,- dibiayai dengan utang dan Rp. 31,- disediakan oleh pemegang saham.

2016 = 14.652.655.996.38120.095.435.959.279

2014= 0,73 atau 73%

Rasio ini menunjukkan bahwa 73% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2015. Artinya, bahwa setiap Rp. 100,- pendanaan perusahaan, Rp. 73,- dibiayai dengan utang dan Rp. 27,- disediakan oleh pemegang saham.

b. Rasio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 (𝑫𝒆𝒃𝒕)𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 (𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚)

2014 = 8.707.338.334.6301.751.543.349.644

(15)

15

Rasio ini menunjukkan bahwa tahun 2014 kreditor menyediakan Rp. 5 untuk setiap Rp. 1 yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 500%

2015 = 11.598.931.718.0435.162.131.796.836

2014= 2,25 dibulatkan 2,3 atau 230%

Rasio ini menunjukkan bahwa tahun 2015 kreditor menyediakan Rp. 2,3 untuk setiap Rp. 1 yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 230%

2016 = 14.652.655.996.3815.442.779.962.898

2014= 2,69 dibulatkan 2,7 atau 270%

Rasio ini menunjukkan bahwa tahun 2016 kreditor menyediakan Rp. 2,7 untuk setiap Rp. 1 yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 270%

c. Long Term Debt to Equity Ratio

Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

𝑳𝒐𝒏𝒈 𝑻𝒆𝒓𝒎 = 𝑳𝒐𝒏𝒈 𝑻𝒆𝒓𝒎 𝑫𝒆𝒃𝒕𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚

2014 = 1.637.634.722.6081.751.543.349.644

2014= 0,93 atau 93%

2015 = 2.184.469.703.7095.162.131.796.836

2014= 0,42 atau 42%

2016 = 1.608.286.449.2675.442.779.962.898

(16)

16 d. Times Interest Earned

Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya. 𝑻𝒊𝒎𝒆𝒔 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒆𝒅 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 (𝑬𝑩𝑰𝑻)𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 (𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕)

2014 = 594.552.644.540136.530.244.593

2014= 4,35 dibulatkan 4,4 kali

Times interest earned tahun 2014 adalah 4,4 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 4,4 kali dari laba sebelum bunga dan pajak.

2015 = 746.091.097.180136.718.019.874

2014= 5,46 dibulatkan 5,5 kali

Times interest earned tahun 2015 adalah 5,5 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 5,5 kali dari laba sebelum bunga dan pajak.

2016 = 612.622.455.614257.959.232.782

2014= 2,37 dibulatkan 2,4 kali

(17)

17 Hasil Pengukuran

Rasio Solvabilitas 2014 2015 2016 Standar Industri

Dari table diatas dapat dilihat bahwa :

Total Assets to Total Debt Ratio (Debt Ratio) perusahaan masih

dibawah rata-rata industry 35% sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya oleh utang. Jika perusahaan bermaksud menambah utang, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya. Secara teoretis, apabila perusahaan dilikuidasi masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki.

• Rasio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio) tahun 2014-2016

sangat jauh sekali dari rata-rata industry. Ini artinya sebagian besar dibiayai oleh hutang.

Times interest earned tahun 2014-2016 dinilai kurang baik karena

masih dibawah rata-rata industry 10 kali. Hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman dikemudian hari.

2.3 Rasio Aktifitas

(18)

18

pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.

Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.

a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang.

𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐏𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 = 𝐑𝐚𝐭𝐚 − 𝐑𝐚𝐭𝐚 𝐏𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧

2014 = (1.953.900.412.991 + 1.503.438.150.041)/28.653.578.309.020

2014= 8.653.578.309.0201.728.669.281.516

2014= 5,00 kali

Perputaran piutang untuk tahun 2014 adalah 5 kali dibandingkan penjualan.

2015 = (2.231.747.915.506 + 1.953.900.412.991)/29.389.570.098.578

2015= 9.389.570.098.5782.092.824.164.249

(19)

19

Perputaran piutang untuk tahun 2015 adalah 4,5 kali dibandingkan penjualan.

2016 = (2.906.997.989.330 + 2.231.747.915.506)/2 11.063.942.850.707

2016= 11.063.942.850.7072.569.372.952.418

2014= 4,31 dibulatkan 4,3 kali

Perputaran piutang untuk tahun 2016 adalah 4,3 kali dibandingkan penjualan.

b. Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days Of Receivable)

𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐚𝐠𝐢𝐡𝐚𝐧 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝒙 𝟑𝟔𝟓 𝐇𝐚𝐫𝐢𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚

2014 = 1.953.900.412.9918.653.578.309.020 𝑥 365 Hari

2014= 82,41 dibulatkan 82 hari

2015 = 2.231.747.915.5069.389.570.098.578 𝑥 365 Hari

2014= 86,75 dibulatkan 87 hari

2016 = 11.063.942.850.707 𝑥 365 Hari2.906.997.989.330

2014= 95,90 dibulatkan 96 hari

c. Perputaran Persediaan (Iventory Turn Over)

Merupakan rasio yang digunakan unutk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula sebaliknya.

(20)

20

2014 = (132.013.517.468 + 161.559.750.775)/27.655.376.741.694

2016= 7.655.376.741.694146.786.634.122

2014= 52.15 dibulatkan 52 kali

Rasio tahun 2014 menunjukkan 52 kali sediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun.

2015 = (162.650.778.629 + 132.013.517.468)/28.414.925.778.081

2016= 8.414.925.778.081147.332.148.049

2014= 57,11 dibulatkan 57 kali

Rasio tahun 2015 menunjukkan 57 kali sediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun.

2016 = (131.016.052.721 + 162.650.778.629)/2 9.948.797.443.385

2016= 9.948.797.443.385146.833.415.675

2014= 67,76 dibulatkan 68 kali

Rasio tahun 2016 menunjukkan 68 kali sediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun.

d. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode.

(21)

21

𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚 = 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚 (𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 − 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫)𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡

2014 = 9.484.298.907.925 − 7.069.703.612.0228.653.578.309.020

2014= 3,58 dibulatkan 3,6 kali

Perputaran modal kerja tahun 2014 sebanyak 3,6 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 3,6 penjualan.

2015 = 14.691.152.497.441 − 9.414.462.014.3349.389.570.098.578

2014= 1,78 dibulatkan 1,8 kali

Perputaran modal kerja tahun 2015 sebanyak 1,8 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,8 penjualan.

2016 = 16.835.408.075.068 − 13.044.369.547.11411.063.942.850.707

2014= 2,92 dibulatkan 2,9 kali

Perputaran modal kerja tahun 2016 sebanyak 2,9 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 2,9 penjualan.

e. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.

𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 = 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

2014 = 8.653.578.309.020496.095.844.221

2014= 17,44 dibulatkan 17,4 kali

(22)

22 2015 = 9.389.570.098.5781.099.426.730.319

2014= 8,54 dibulatkan 8,5 kali

Perputaran aktiva tetap tahun 2015 sebanyak 8,5 kali. Artinya, setiap Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 8,5 penjualan.

2016 = 11.063.942.850.7071.459.815.811.733

2014= 7,58 dibulatkan 7,6 kali

Perputaran aktiva tetap tahun 2016 sebanyak 7,6 kali. Artinya, setiap Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 7,6 penjualan.

f. Perputaran Aktiva (Total Assets Turn Over)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

2014 = 10.458.881.684.2748.653.578.309.020

2014= 0,83 dibulatkan 0,8 kali

Perputaran total aktiva tahun 2014 sebanyak 0,8 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 0,8 penjualan.

2015 = 16.761.063.514.8799.389.570.098.578

2014= 0,56 dibulatkan 0,6 kali

Perputaran total aktiva tahun 2015 sebanyak 0,6 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 0,6 penjualan.

2016 = 11.063.942.850.70720.095.435.959.279

2014= 0,55 dibulatkan 0,5 kali

(23)

23

Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days Of Receivable)

82 87 96 60 hari

Perputaran Persediaan

(Iventory Turn Over) 52 57 68 20 kali

Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

3,6 1,8 2,9 6 kali

Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)

17,4 8,5 7,6 5 kali

Perputaran Aktiva (Total

Assets Turn Over) 0,8 0,6 0,5 2 kali

Dari table diatas dapat dilihat bahwa :

• Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) setiap tahunnya

menurun ini dianggap tidak baik. Karena jauh dari rata-rata industry yaitu 15 kali.

• Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days Of Receivable) melebihi dari rata-rata industry. Ini artinya perusahaan tidak mampu melakukan penagihan secara cepat dan tepat waktu.

• Perputaran Persediaan (Iventory Turn Over) setiap tahunnya

meningkat, ini menunjukkan perusahaan tidak menahan sediaan dalam jumlah yang berlebihan (tidak produktif).

(24)

24

Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 6,00 penjualan, Sementara rasio yang dimiliki perusahaan hanya Rp. 3,6 tahun 2014, Rp. 1,8 tahun 2015 dan Rp. 2,9 tahun 2016. Dalam hal ini manajemen harus bekerja lebih keras lagi unutk meningkatkan rasio perputaran modal kerja hingga minimal mencapai atau sama dengan rasio rata-rata industry.

• Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) setiap tahunnya menurun. Tetapi walaupun menurun ini tetap dianggap baik karena perputaran aktiva tetapnya diatas rata-rata industry. Ini artinya perusahaan sudah mampu memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimiliki.

• Perputaran Aktiva (Total Assets Turn Over) sangat tidak baik

karena terjadi penurunan rasio dari tahun 2014-2016. Kemudian, jika dibandingkan dengan rata-rata industry 2 kali berarti perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Perusahan diharapkan meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif.

2.4 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

(25)

25

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).

Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 = 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 − 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐏𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

2014 = 8.653.578.309.020 − 7.655.376.741.6948.653.578.309.020

2016= 8.653.578.309.020998.201.567.326

2014= 0,16 atau 16%

Gross margin on sales adalah 0,16 atau 16% artinya dari setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,16. sementara 84% atau Rp 0,84 sudah digunakan untuk menutupi harga pokok penjualan.

2015 = 9.389.570.098.578 − 8.414.925.778.0819.389.570.098.578

2016= 9.389.570.098.578974.644.320.497

2014= 0,10 atau 10%

(26)

26

2016 = 11.063.942.850.707 − 9.948.797.443.38511.063.942.850.707

2016= 11.063.942.850.7071.115.145.407.322

2014= 0,10 𝑎𝑡𝑎𝑢 10%

Gross margin on sales adalah 0,10 atau 10% artinya dari setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,10. sementara 90% atau Rp 0,90 sudah digunakan untuk menutupi harga pokok penjualan.

b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

𝑵𝒆𝒕 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

2014 = 8.653.578.309.020326.656.560.598

2014= 0,04

Artinya adalah dari Rp 1 penjualan, sebesar Rp 0,04 menjadi laba bersih.

2015 = 9.389.570.098.578465.025.548.006

2014= 0,05

Artinya adalah dari Rp 1 penjualan, sebesar Rp 0,05 menjadi laba bersih.

2016 = 11.063.942.850.707315.107.783.135

2014= 0,03

(27)

27 c. ROI (Return On Investment)

Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63). Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.

𝐑𝐎𝐈 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

2014 = 8.653.578.309.020594.552.644.540

2014= 0,07 atau 7%

Perhitungan ROI tahun 2014 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperoleh sebesar 7%

2015 = 9.389.570.098.578746.091.097.180

2014= 0,08 atau 8%

Perhitungan ROI tahun 2015 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperoleh sebesar 8%

2016 = 11.063.942.850.707612.622.455.614

2014= 0,06 atau 6%

Perhitungan ROI tahun 2016 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperoleh sebesar 6%

d. ROE (Return On Equity)

(28)

28

perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

𝐑𝐎𝐄 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬

2014 = 1.751.543.349.644326.656.560.598

2014= 0,19

Setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pemilik (pemegang saham), maka menghasilkan Rp 0,19

2015 = 5.126.131.796.836465.025.548.006

2014= 0,09

Setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pemilik (pemegang saham), maka menghasilkan Rp 0,09

2016 = 5.442.779.962.898315.107.783.135

2014= 0,06

Setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pemilik (pemegang saham), maka menghasilkan Rp 0,06

e. EPS (Earning Per Share)

(29)

29

Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.

𝐄𝐏𝐒 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 − 𝐃𝐞𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐏𝐫𝐞𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

2014 = 326.656.560.5981.801.320.000

2014= 181,34 dibulatkan 181

Artinya setiap lembar saham perusahaan menghasilkan return sebesar Rp 181

2015 = 465.025.548.0063.560.849.376

2014= 130,59 dibulatkan 131

Artinya setiap lembar saham perusahaan menghasilkan return sebesar Rp 131

2016 = 315.107.783.1353.560.849.376

2014= 88,49 dibulatkan 88

(30)

30 Hasil Pengukuran

Rasio Profitabilitas 2014 2015 2016 Margin Laba Kotor (Gross

Profit Margin) 16% 10% 10%

Margin Laba Bersih (Net

Profit Margin) 0,04 0,05 0,03

ROI (Return On Investment) 0,07 0,08 0,06

ROE (Return On Equity) 0,19 0,09 0,06

(31)

31

Laporan Laba Rugi Proforma PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk

per 31 Desember

2014 2015 2016 Common Size 2017

Pendapatan Usaha 8,653,578,309,020 9,389,570,098,578 11,063,942,850,707 100% 12,518,851,335,575

Beban Pokok Pendapatan 7,655,376,741,694 8,414,925,778,081 9,948,797,443,385 89.92% 11,257,064,307,190

Laba Kotor 998,201,567,326 974,644,320,497 1,115,145,407,322 10.08% 1,261,787,028,385

Laba Kotor Setelah Laba

Ventura Bersama Konstruksi 1,016,588,266,790 1,006,723,835,969 1,184,569,799,179 10.71% 1,340,340,727,771

Beban Usaha -361,178,821,874 -395,493,571,770 -455,978,703,558 -4.12% -515,939,903,076

Laba Usaha 738,266,665,038 611,230,264,199 728,591,095,621 6.59% 824,400,824,695

Laba Sebelum Pajak 594,552,644,540 746,091,097,181 612,622,455,614 5.54% 693,182,308,527

Laba Periode Berjalan 326,656,560,598 465,025,548,006 315,107,783,135 2.85% 356,544,456,617

Laba Per Saham 179.91 202.83 88.03 0.00% 99.61

Proyeksi Laba Rugi

Tahun 2014 = 9,389,570,098,578 / 8,653,578,309,020 = 108.5% = 8.5%

Tahun 2015 = 11,063,942,850,707 / 9,389,570,098,578 = 117.8% = 17.8%

= 26.3% / 2

Rata-rata Pertumbuhan per Tahun = 13.15%

Tahun 2016 (nyata) = 11,063,942,850,707

(32)

32

Neraca Proforma

PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk per 31 Desember

2014 2015 2016 Common Size 2017

ASET

ASET LANCAR

Kas dan Setara Kas 811.411.723.393 4.317.347.903.384 3.364.910.489.288 16,74% 4.714.239.595.492

Piutang Usaha 1.953.900.412.991 2.231.747.915.506 2.906.997.989.330 14,47% 4.072.704.183.051

Piutang Retensi 941.745.923.565 1.079.643.851.019 1.064.030.808.014 5,29% 1.490.707.162.028

Tagihan Bruto Pemberi Kerja 2.617.233.021.628 3.093.132.927.328 5.831.056.622.974 29,02% 8.169.310.328.787

Persediaan 132.013.517.468 162.650.778.629 131.016.052.721 0,65% 183.553.489.862

Uang Muka 183.607.503.710 175.336.623.395 192.951.529.361 0,96% 270.325.092.635

Biaya Dibayar di Muka 814.053.429.715 1.216.509.049.102 338.921.423.028 1,69% 474.828.913.662

Pajak Dibayar di Muka 622.516.778.227 857.435.799.861 751.956.201.422 3,74% 1.053.490.638.192

Aset Real Estate 1.089.412.066.524 1.557.347.649.217 2.145.441.813.829 10,68% 3.005.763.981.174

Aset Lancar Lainnya - - 108.125.145.101 0,54% 151.483.328.286

Total Aset Lancar 9.165.894.377.221 14.691.152.497.441 16.835.408.075.068 83,78% 23.586.406.713.169

(33)

33

ASET TIDAK LANCAR

Aset Pajak Tangguhan 14.733.917 - - 0,00% -

Piutang Lain-lain Jangka Panjang 36.374.118.437 6.396.900.359 20.960.345.041 0,10% 29.365.443.402

Aset Real Estate 5.132.984.482 47.757.602.787 744.015.538.151 3,70% 1.042.365.768.949

Investasi pada Ventura Bersama 363.654.939.623 368.089.859.107 336.214.193.003 1,67% 471.036.084.397

Properti Investasi 356.221.665.867 329.881.126.825 354.541.896.708 1,76% 496.713.197.288

Aset Tetap 496.095.844.221 1.099.426.730.319 1.459.815.811.733 7,26% 2.045.201.952.238

Investasi Jangka Panjang Lainnya 7.600.000.000 31.550.360.000 9.728.937.291 0,05% 13.630.241.145

Aset Lain-lain 27.893.020.506 186.808.438.041 334.751.162.284 1,67% 468.986.378.360

Total Aset Tidak Lancar 1.292.987.307.053 2.069.911.017.438 3.260.027.884.211 16,22% 4.567.299.065.779

TOTAL ASET 10.458.881.684.274 16.761.063.514.879 20.095.435.959.279 100% 28.153.705.778.948

LIABILITAS DAN EKUITAS

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang Usaha 4.923.212.709.415 6.489.309.574.268 8.372.701.075.280 41,66% 11.730.154.206.467

Utang Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 658.000.000.000 1.115.499.100.000 2.344.158.690.960 11,67% 3.284.166.326.035

(34)

34

Uang Muka Pemberi Kerja 494.513.341.101 692.207.413.831 731.705.536.299 3,64% 1.025.119.456.355

Pendapatan Diterima di Muka 77.196.379.347 114.043.746.934 45.586.747.673 0,23% 63.867.033.490

Beban Akrual 353.848.926.719 326.019.655.515 351.922.306.484 1,75% 493.043.151.384

Utang Obligasi - - 374.855.721.333 1,87% 525.172.865.587

Utang Retensi 220.811.939.708 214.287.609.254 231.650.014.691 1,15% 324.541.670.582

Utang Sukuk - - 125.000.000.000 0,62% 175.125.000.000

Liabilitas Jangka Pendek Lainnya 33.187.953.318 27.606.570.064 79.150.840.023 0,39% 110.890.326.872

Total Liabilitas Jangka Pendek 7.040.618.956.132 9.414.462.014.334 13.044.369.547.114 64,91% 18.275.161.735.506

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Liabilitas Pajak Tangguhan - 2.111.695.802 19.073.405.641 0,09% 26.721.841.303

Utang Retensi 7.034.546.407 11.413.752.457 9.835.252.983 0,05% 13.779.189.429

Uang Muka Pemberi Kerja 48.155.670.181 84.453.499.926 80.215.745.439 0,40% 112.382.259.360

Utang Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 113.500.000.000 504.736.874.400 428.929.000.000 2,13% 600.929.529.000

Utang Obligasi 1.247.628.720.991 1.248.298.729.988 874.095.288.938 4,35% 1.224.607.499.802

Utang Lain-lain 400.440.917 285.556.515 82.668.090 0,0004% 115.817.994

Liabilitas Imbalan Kerja 110.762.804.445 83.169.594.621 71.055.088.176 0,35% 99.548.178.534

Utang Sukuk 250.000.000.000 250.000.000.000 125.000.000.000 0,62% 175.125.000.000

(35)

35

Total Liabilitas Jangka Panjang 1.777.482.182.941 2.184.469.703.709 1.608.286.449.267 8,00% 2.253.209.315.422

TOTAL LIABILITAS 8.818.101.139.073 11.598.931.718.043 14.652.655.996.381 72,92% 20.528.371.050.928

EKUITAS

Ekuitas yang Dapat Diatribusikan

kepada Pemilik Entitas Induk 1.633.821.522.158 5.153.827.238.126 5.433.255.964.961 27,04% 7.611.991.606.910

Kepentingan Non Pengendali 6.959.023.043 8.304.558.710 9.523.997.937 0,05% 13.343.121.110

Total Ekuitas 1.640.780.545.201 5.162.131.796.836 5.442.779.962.898 27,08% 7.625.334.728.020

TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 10.458.881.684.274 16.761.063.514.879 20.095.435.959.279 100% 28.153.705.778.949

Proyeksi Neraca

Tahun 2014 = 16,761,063,514,879 / 10,458,881,684,274 = 160.26% = 60.26%

Tahun 2015 = 20,095,435,959,279 / 16,761,063,514,879 = 119.89% = 19.89%

= 80.15% / 2

Rata-rata Pertumbuhan per Tahun = 40.1%

Tahun 2016 (nyata) = 20,095,435,959,279

(36)

36

Proyeksi Rasio

Analisis Rasio Proforma PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk

per 31 Desember

2014 2015 2016 2017 Standar Industri

Liquidity

Current Ratio 1,3 kali 1,6 kali 1,3 kali 1,3 kali 2 kali

Quick Ratio 1,3 kali 1,5 kali 1,3 kali 1,3 kali 1,5 kali

Cash Ratio 11% 46% 26% 26% 50%

Rasio Perputaran Kas 3,6 kali 1,8 kali 2,9 kali 2,4 kali 10 kali

Inventory to Net Working Capital 5% 3% 3% 3% 12%

Solvability

Debt Ratio 83% 69% 73% 73% 35%

Debt to Equity Ratio 5 atau 500% 2,3 atau 230% 2,7 atau 270% 2,7 atau 270% 0,9 kali atau 90%

Long Term Debt to Equity Ratio 0,93 kali atau 93% 0,42 kali atau 42% 0,30 kali atau 30% 0,30 kali atau 30% 10 kali atau 10%

Times Interest Earned 4,4 kali 5,5 kali 2,4 kali 2,4 kali 10 kali

(37)

37

Receivable Turn Over 5 kali 4,5 kali 4,3 kali 3,6 kali 15 kali

Days of Receivable 82 hari 87 hari 96 hari 119 hari 60 hari

Inventory Turn Over 52 kali 57 kali 68 kali 72 kali 20 kali

Working Capital Turn Over 3,6 kali 1,8 kali 2,9 kali 2,4 kali 6 kali

Fixed Assets Turn Over 17,4 kali 8,5 kali 7,6 kali 6,1 kali 5 kali

Total Assets Turn Over 0,8 kali 0,6 kali 0,5 kali 0,4 kali 2 kali

Profitability

Gross Profit Margin 16% 10% 10% 10%

Net Profit Margin 4% 5% 3% 3%

Return On Investment (ROI) 7% 8% 6% 6%

Return On Equity (ROE) 19% 9% 6% 5%

(38)

38

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan, PT.Raja Grafindo Persada.

Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE,Yogyakarta.

Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wahyono, Hadi, 2002. Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta, Jurnal riset ekonomi dan manajemen, vol. 2 No. 2, Mei 2002

Internet

Riadi, Muchlisin. “Rasio Likuiditas”. 30 Desember 2017. http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-likuiditas.html

Riadi, Muchlisin. “Rasio Solvabilitas”. 30 Desember 2017. http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-solvabilitas.html

Riadi, Muchlisin. “Rasio Profitabilitas”. 30 Desember 2017. http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-profitabilitas.html

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis ragam dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5% sebagaimana yang tercantum pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

Perubahan Renja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Nganjuk Tahun 2019 merupakan rencana kerja tahunan penjabaran dari pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan

Jika anda menggunakan pelurus dengan cara yang salah atau jika anda menggunakan pada tetapan suhu yang salah, anda boleh menyebabkan rambut menjadi terlampau panas, bahkan

Bagi ibu hamil dengan preeklampsia berat pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih, dan dengan kondisi ibu-janin yang tidak stabil tanpa memandang usia kehamilan,

Konsep-konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi pada endorser dalam iklan dan sikap pada

antropologi, dan ekonomi pedesaan) untuk melihat secara objektif dampak pembukaan hutan alam skala luas terhadap penurunan gambut dan kehidupan social, ekonomi dan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari daya terima dan konsumsi pasien rawat inap penderita penyakit dalam terhadap menu makanan yang disajikan di rumah sakit

Berdasarkan tahapan dan perhitungan yang telah dilakukan pada periode waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2013 terhadap penyerapan tenaga kerja industri skala besar