• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pertumbuhan Hukum Islam di Masa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pertumbuhan Hukum Islam di Masa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang islam atau hukum islam kita telah mengetahui bahwa islam telah berkembang diseluruh dunia termasuk indonesia, seiring dengan perkembangan islam yang berkembang pesat dalam masa kejayaanya, tentunya islam memberikan corak tersenderi bagi peradaban masyarakat diindonesia. Ini sebabnya kenapa hukum islam berpengaruh bagi perkembangan hukum didunia. Islam muncul dari sebuah tempat yaitu semnenanjung arab, yang kita tahu bahwa Nabi muhammad SAW adalah pembawanya, mengenai peranan Nabi Muhammad dalam sejarah umat manusia dalam buku yang berjudul islam a way of life karangan philipe kurie hiti, menyatakan bahwa islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia itu adalah suatu pandangan hidup dengan tiga aspek utamanya, yaitu agama, politik dan budaya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pertumbuhan Hukum Islam di Masa Nabi Muhammad saw? 2. Bagaimana Pertumbuhan Hukum Islam di Masa Sahabat

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Hukum Islam di Masa Nabi

1. Kondisi Bangsa Sosial Arab

Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab.Semenajung yang terletak di bagian barat daya Asia ini. Sebagian besar permukaannya terdiri dari padang pasir. Secara iklim di jazirah Arab amat panas, bahkan termasuk yang paling panas dan paling kering di muka bumi ini.

Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl al-badawi dan ahl al-hadlar. Kaum Badawi adslah penduduk padang pasir .Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, tetapi hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari sumber air dan padang rumput. Mata penghidupan mereka adalah berternak kambing, biri-biri, kuda dan unta. Kehidupan masyarakat Badawi yang nomaden tidak banyak memberikan peluang kepada mereka untuk membangun kebudayaan. Karenanya, sejarah mereka tidak diketahui dengan tepat dan jelas. Ahl al-hadlar ialah penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap di kota-kota atau daerah pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam, dan industry. Berbeda dengan masyarakat Badawi, mereka memiliki peluang yang besr untuk membangun kebudayaan, sehingga sejarah mereka bias diketahui lebih jalas disbanding dengan kaum Badawi.1

Bangsa Arab termasuk rumpun bangsa semit, yaitu keturunan Sam ibn Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyuria, Ibrani, Phunisia, Aram dan Habsyi. Bangsa Arablah rumpun semit yang sekarang masih bertahan, sedangkan sebagian besar yang lain sudah leyap dan tidak dikenal lagi.

Dalam bidang ekonomi bangsa Arab memiliki beberapa tempat mereka berkumpul untuk melakukan taransaksi jual beli dan membaca syair. Pasar-pasar itu terletak di dekat Mekah yang terpenting di antaranya

(3)

ialah Ukaz, Majinnah dan Dzul Majaz. Kabilah Quraisy terkenal sebagai pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz- Syria. Mereka juga mendominasi perdagangan lokal dengan memanftkan kehadiran para peziarah ka’bah, terutama pada musim haji.

Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan antara anggota-anggotanya terkait oleh pertalian darah. Akan tetapi , adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia.2

Sistem politik sudah ada sejak lama. Sebelum Islam, ka’bah selalu dikunjungi oleh bangsa Arab dari seluruh penjuru jazirah untuk melaksanakan ibadah haji. Oleh karena itu di Mekah berdirilah pemerintahan untuk melindungi jamaah haji dan menjamin keslamatan dan keamanan mereka. Ditetapkan pula larangan berperangan di kota itu, disamping larangan berperang selama bulan-bulan tertentu. Beberapa kabilah yang pernah menguasai Mekah antara lain Amaliqah, Jurhum, khuza’ah dan yang terakhir adalah Quraisy.

Pada masa Rasulullah berlangsung hanya beberapa tahun saja yaitu tidak lebih dari 22 tahun beberapa bulan. Akan tetapi periode ini membawa pengaruh-pengaruh yang besar dan hasil-hasil yang gemilang. Periode ini terdiri dari dua fase yang berlainan, yaitu :3

a. Fase Rasulullah Berada Di Mekkah

Yakni selama 12 tahun beberapa bulan, semenjak beliau diangkat sebagai Rasul sampai waktu hijrahnya. Pada fase ini kaum muslimin baru beberapa orang saja jumlahnya sedikit dan masih lemah, belum merupakan suatu umat dan belum mempunyai pemerintahan. Perhatian rasul pada fase ini diarahkan kepada penyebaran dakwah ketauhidan (meng-Esakan Allah) dan berusaha memalingkan umat manusia dari menyembah berhala dan patung,

2Zainuddin Ali. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 58

(4)

menjaga diri dari gangguan orang-orang yang sengaja menghalangi dakwah beliau, orang-orang yang memperdayakan orang-orang yang beriman kepada ajarannya. Juga Nabi mengajarkan larangan memakan daging hewan yang disembelih atas nama berhala, melihat undian nasib dengan anak panah, zina dan lain sebagainya. Justru itu ayat-ayat yang turun di mekkah khusus menyangkut bidang aqidah, akhlak, dan ibadah (suri tauladan) dari sejarah ummat yang dahulu.

b. Fase Rasulullah Berada Di Madinah

Yakni selama kira-kira10 tahun, berjalan dari waktu hijrah beliau sampai wafatnya. Selama beliau berada di Madinah, operasional dakwahnya lebih lancar dibandingkan dengan di Mekkah yang ditandai dengan banyaknya orang-orang yang beriman. Oleh karena itu, ayat-ayat Al-Quran yang turun banyak mengandung hukum ‘amaliyah, baik yang berkenaan dengan hidup individual maupun masyarakat yang dapat dipastikan sangat memerlukan ketentuan hukum lembaga pengadilan. Islam telah terbina menjadi umat, dan telah merupakan satu pemerintahan, media-media dakwah telah berjalan lancar. Keadaan mendesak adanya tasyri’ dan undang-undang mengatur hubungan antar individu satu dengan yang lainnya, selaku umat yang berkembang serta mengatur hubungan-hubungan mereka dengan yang lain, baik di masa damai maupun perang. Untuk ini maka disyari’atkanlah di Madinah hukum-hukum perkawinan, perceraian, pewarisan, perjanjian hutang piutang, kepidanaan dan lain-lain.4

2. Wewenang Dalam Menetapkan Hukum

Melihat situasi seperti ini, maka pembinaan dan pembentukan hukum langsung ditangani oleh Rasulullah SAW sendiri berdasarkan wahyu, maupun ijtihad (pendapat) beliau sendiri yang disebut hadits. Tapi walaupun demikian, beliau masih memberi kesempatan ijtihad kepada para sahabatnya, sekalipun wahyu masih ada dan masih hidup. Hal ini dikarenakan ada kejadian yang khusus untuk mengadakan hubungan

(5)

dengan beliau sukar karena jauh ataupun waktunya sangat mendesak. Peristiwa pernah terjadi pada waktu Rasulullah SAW mengutus sahabatnya Mu’adz ibnu Jabal menjadi duta Islam (hakim) di Yaman. Dia direstui oleh Rasulullah SAW untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menjatuhkan vonis suatu kasus hukum, andaikan pidananya tidak terdapat dalan Al-Quran dan Hadits.

Perlu diketahui, bahwa keputusan-keputusan dan fatwa-fatwa dari ijtihad para sahabat hanya bersifatkan penerapan hukum dan bukan bersifat pembentukan hukum (tasyri’). Dengan pengertian bahwa semua ijtihad para sahabat tersebut bukanlah menjadi undang-undang yang mengikat bagi kaum muslimin, kecuali kalau sudah mendapatkan ikrar (legalisasi) dari Rasulullah SAW sendiri. Ini secara tidak langsung berarti Rasulullah SAW juga menetapkan hukum syari’at, semasa beliau masih hidup.5

Terjadinya ijtihad pada masa Rasul mempunyai segi-segi hikmat yang besar karena beliau merupakan petunjuk bagi sahabat-sahabatnya dan fuqaha-fuqaha yang datang sesudahnya untuk mengambil hukum-hukum dari aturan-aturan syari’at yang umum dan mengembalikan peristiwa-peristiwa kecil kepadanya, karena adanya persamaan sebab. Apalagi kalau diingat bahwa nash-nash syaria’at tidak mencakup semua hukum yang timbul. Oleh karena itu Rasul SAW berkata kepada sahabat-sahabatnya : “Aku tinggalkan untukmu dua perkara, dimana kamu tida akan sesat selama kamu berpegang dengan keduanya, yaitu kitab Tuhan dan Sunnah Nabi-Nya”

3. Dasar Penetapan Hukum, Sanksi dan Metodenya

Periode Rasulullah SAW ini sumber-sumber dalam penetapan atau pembinaan hukum ada dua yakni wahyu dan ijtihad Rasulullah SAW sedangkan ijtihad para sahabat pada waktu itu tidak dapat dijadikan dasar yang mutlak kecuali ada pengakuan dari Rasulullah SAW sendiri.

(6)

Adapun Al-Quran sebagai sumber (dasar) pokok dalam penetapan hukum, karena berdasarkan pernyataan dalam Al-Quran itu diantaranya sebagai berikut:

“Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang Telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), Karena (membela) orang-orang yang khianat.” (Q.S. An-Nisa’:105).

Kemudian sebagai kelanjutan dari ketetapan Al-Quran surat An-Nisa’:105 tersebut Allah akan mengancam kepada manusia sebagai khilafah di bumi ini yang tidak mempergunakan Al-Quran sebagai pedoman hukum dengan sanksi sebagai berikut:6

a. Kafir adalah vonis pidana yang diberikannya itu merugikan orang lain dan dia sendiri benci kepada keputusan hokum Al-Quran

“Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” b. Zalim adalah vonis pidana yang diberikannya itu menurut hawa nafsu,

berakibatkan merugikan orang lain dia sendiri masih mengakui Al-Quran, tapi pada prakteknya dia tidak menjatuhkan vonis pidana terhadap Al-Quran.

“Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung

(7)

dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.”

c. Fasiq adalah vonis pidana yang dijatuhkannya kepada seseorang pidana tidak merugikan orang yang bersangkutan dan keputusan itu tidak berdasarkan Al-Quran. Dia secara pribadi mengakui Al-Quran. “Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.”

Adapun cara atau metode pembentukan hukum periode ini adalah berdasarkan suatu problem untuk ditentukan hukumnya. Untuk itu Rasulullah terpaksa menunggu dalam beberapa waktu menjelang wahyu dari Allah sebagai jawaban problem yang dimaksud. Tapi kalau ternyata wahyu yang diharapkan itu tidak kunjung datang, maka Rasulullah berijtihad sendiri ataupun bermusyawarah dengan para sahabat, dengan berorientasi kepada kemaslahatan umum (masyarakat).

B. Pertumbuhan hukum islam di Masa Sahabat (khulafaurrasyidin)

Dengan wafatnya Nabi Muhammad, berhentilah wahyu yang turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari yang beliau terima melalui malaikat Jibril baik waktu beliau masih berada di Makkah maupun setelah hijrah ke Madinah. Demikian juga halnya dengan sunnah, berakhir pula dengan meninggalnya Rasulullah.

(8)

Pada masa Khulafaur Rasyidin ini perkembangan hukum islam dibagi menjadi empat periode:7

1. Khalifah Abu Bakar As-Siddiq

Setelah nabi wafat, Abu Bakar As-Siddiq diangkat sebagai khalifah pertama. Khalifah adalah pimpinan yang diangkat setelah nabi wafat untuk menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintah. Abu bakar adalah ahli hukum yang tinggi mutunya. Ia memerintah selama dua tahun (632-634M). Sebelum masuk Islam, dia terkenal sebagai orang yang jujur dan disegani. Ikut aktif mengembangkan dan menyiarkan Islam. Atas usaha dan seruannya banyak orang-orang terkemuka memeluk agama Islam yang kemudian terkenal sebagai pahlawan-pahlawan Islam yang ternama. Dan karena hubungannya yang sangat dekat dengan Nabi muhammad, beliau mempunyai pengertian yang dalam tentang jiwa Islam lebih dari yang lain. Karena itu pula pemilihannya sebagai khalifah pertama adalah tepat sekali.8 Berikut adalah

hal-hal penting dalam masa pemerintahannya:

a. Pidato pelantikannya dijadikan dasar dalam menentukan hubungan

antara rakyat dengan penguasa juga antara pemerintah dengan warga negara.

b. Cara penyelesaiannya jika timbul masalah di dalam masyarakat

mula-mula pemecahan masalahnya dicari dalam wahyu Allah. Kalu tidak terdapat disana, dicarinya dalam sunnah nabi. Kalau dalam sunnah Rasulullah ini pemecahan masalah tidak diperoleh, Abu Bakar bertanya kepada para sahabat nabi yang dikumpulkannya dalam satu majlis. Mereka yang duduk dalam majlis itu melakukan ijtihad bersama (jam’i) atau ijtihad kolektif. Timbullah keputusan atau konsensus bersama yang disebut ijmak mengenai masalah tertentu. Sehingga dalam masa pemerintahan ini sering disebut Ijmak Sahabat.

c. Atas anjuran Umar, dibentuklah panitia khusus yang bertugas

mengumpulkan catatan ayat-ayat Al Qur’an yang telah ditulis pada

(9)

zaman nabi. Setelah Abu Bakar wafat himpunan naskah Al Qur’an disimpan oleh Umar Bin Khattab dan diberikan kepada Hafsah (janda Nabi Muhammad).

2. Khalifah Umar Bin-Khatab

Setelah Abu Bakar meninggal dunia, Umar menggantikan kedudukannya sebagai khalifah II. Beliau memerintah dari tahun 634-644 Masehi. Semasa pemerintahan Saidina Umar, kekuasaan Islam berkembang dengan pesat ia selalu:

a. Umar turut aktif menyiarkan agama Islam. Ia melanjutkan usaha Abu

Bakar meluaskan daerah Islam hingga menguasai Mesopotamia dan sebagian kawasan Parsi dari pada kekuasaan Persia (berjaya menamatkan kekuasaan persia), dan menguasai Mesir, Palestina, Baitulmaqdis, Syria, Afrika Utara, dan Armenia dari pada Byzantine (Romawi Timur).

b. Menetapkan tahun Islam yang terkenal dengan tahun Hijriyah

berdasarkan peredaran bulan (Qamariyah)

c. Membiasakan melakukan shalat at-tarawih, yaitu shalat sunnat malam

yang dilakukan setelah shalat isya pada bulan Ramadhan.

Saidina Umar banyak melakukan reformasi terhadap sistem pemerintahan Islam seperti mengangkat gubernur-gubernur di kawasan yang baru ditakluk dan melantik panglima-panglima perang yang berkebolehan. Semasa pemerintahannya juga kota Basra dan Kufah dibina. Saidina Umar juga amat dikenali karena kehidupannya yang sederhana. Beliau juga melakukan banyak sekali tindakan di lapangan hukum:9

a. Tentang talak tiga diucapkan sekaligus di suatu tempat pada suatu

ketika, dianggap sebagai talak yang tidak mungkin rujuk (kembali) sebagai suami istri, kecuali salah satu pihak (dalam hal ini bekas istri) kawin lebih dahulu dengan orang lain.

b. Al Qur’an telah menetapkan golongan-golongan yang berhak

menerima zakat, termasuk muallaf (orang-orang yang baru memeluk

(10)

agama islam) ditetapkan sebagai Mustahib (orang yang menerima zakat).

c. Menurut Al Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat 38 orang yang mencuri

diancam dengan hukuman potong tangan

d. Di dalam Al Qur’an (QS 5:5) terdapat ketentuan yang membolehkan

pria muslim menikahi wanita ahlul kitab (wanita Yahudi dan Nasrani).10

Saidina Umar wafat pada tahun 644 selepas dibunuh oleh seorang hamba Parsi yang bernama Abu Lu’lu’ah. Dia menikam Saidina Umar sebanyak enam kali sewaktu Saidina Umar menjadi imam di Masjid al-Nabawi, Madinah. Saidina Umar meninggal dunia dua hari kemudian dan dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad SAW dan makam Saidina Abu Bakar.

3. Kholifah Utsman Bin Affan

Selanjutnya masuk ke dalam masa pemerintahan Utsman Bin Affan yang berlangsung dari tahun 644-656 M. Ketika dipilih, Usman telah tua berusia 70 tahun dengan kepribadian yang agak lemah. Kelemahan ini dipergunakan oleh orang-orang di sekitarnya untuk mengejar keuntungan pribadi, kemewahan dan kekayaan. Hal ini dimanfaatkan terutama oleh keluarganya sendiri dari golonganUmayyah.

Kemudian perluasan daerah Islam diteruskan ke India, Maroko dan Konstantinopel. Jasanya yang paling besar dan yang paling penting yaitu tindakannya telah membuat Al Qur’an standar (kodifikasi Al Qur’an). Standarisasi Al Qur’an dilakukannya karena pada masa pemerintahannya, wilayah Islam telah sangat luas di diami oleh berbagai suku dengan bahasa dan dialek yang berbeda. Karena itu, dikalangan pemeluk agama Islam, terjadi perbedaan ungkapan dan ucapan tentang ayat-ayaat Al Qur’an yang disebarkan melalui hafalan.

4. Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Setelah Usman meninggal dunia, orang-orang terkemuka memilih Ali Bin Abi Thalib menjadi khalifah ke-4. Ia memerintah dari tahun

(11)

662 M. Ali tidak dapat berbuat banyak dalam mengembangkan agama Islam karena keadaan negara tidak stabil. Di sana timbul bibit-bibit perpecahan yang serius dalam tubuh umat Islam yang bermuara pada perang saudara yang kemudian menimbulkan kelompok-kelompok. Di antaranya dua kelompok besar yakni, kelompok Ahlussunah Wal Jama’ah, yaitu kelompok atau jamaah umat Islam yang berpegang teguh pada Sunnah Nabi Muhammad dan Syi’ah yaitu pengikut Ali Bin Abi Thalib.

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pada masa Rasulullah hukum Islam belum mengalami perkembangan yang signifikan. Sumber hukum yang menjadi titik acuan adalah al-Quran. Apabila terdapat persoalan yang tidak memiliki dasar hukum dalam al-Quran (wahyu), beliau berijtihad sendiri secara langsung dan ijtihad beliau dijadikan sebagi landasan hukum bagi umat Islam pada masa itu.

Pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, setiap masalah hukum yang dihadapinya, beliau mencari ketetapan hukum dalam Al-Qur’an, bila tidak dijumpai dalam Al-Qur’an, kemudian dalam sunnah Rasulullah saw, bila tidak ditemukan juga maka beliau konfirmasikandan berkonsultasi dengan sesama sahabat untuk menetapkan hukumnya. Demikian juga halnya dengan khalifah selanjutnya.

Walaupun demikian, banyak fatwa sahabat yang berbeda karena keadaan seperti halnya ketika khalifah Abu Bakar dengan Umar bin Khatab. Ini dilakukan tidak lain adalah upaya mereka dalam menarik kemaslahatan dan mencegah kemudaratan.

Sejarah membuktikan khalifah Umar Ibn Khattab memperkenalkan sebuah sistem administrasi pemerintahan. Dan membentuk badan yaitu Majelis Syura dan Majelis Pensihat. Dan juga membentuk sebuah dewan keuangan negara yang bernama “al-Diwan” baik di tingkat pusat maupun provinsi.

B. Saran

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

Daud, Mohammad Ali, 2007. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suyuti, Gazali, 2004. Maslahat Mursalah dan Pengembangan Hukum Islam: Studi terhadap Metode Ijtihad Umar bin Khattab, Ar-Risalah, Tahun IV No 2/ November

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini diharapkan perusahaan PT.CEVA Logistik Indonesia Pekanbaru dapat meningkatkan lagi kepuasan kerja karyawannya pada variabel-variabel yang telah

Menurut Supranto (2010) analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel

Sehingga kalau al-Qur`an diterjemahkan ke dalam bahasa lain, tanpa diikuti oleh penafsiran terhadap teks yang sangat rawan terhadap penafsiran, yakni teks-teks

Penulis tidak setuju dengan pendapat beliau bahwa hukum menjual sesuatu dari binatang kurban adalah makruh, karena dalil yang beliau gunakan adalah ayat Al-Qur`an:

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Induksi Kalus Akasia ( Acacia mangium ) Dengan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui unsur paksaan dan unsur ancaman dalam Pasal 71 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam dan

Dengan demikian, asbabun nuzulmestinya tidak hanya dipahami sebagai peristiwa yang langsung melatarbelakangi turunnya ayat karena sebuah peristiwa terlahir dari

Berdasarkan hasil presentase di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata- rata responden lebih banyak memberikan penilaian tiga yaitu netral (N) sebanyak 53 %