STUDI PENDAHULUAN
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR NONFARMASI TERHADAP MOTIYASI PEMJXIHAN APOTIK
SKRIPSI
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MENCAPAI GELAR SARJANA FARMASI
PADA FAKTJLTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
1985.
oleh
BAMBANG SUDIYANTO 057710147
Dieetujul oleh Pambinbing
PENOrANTAR
Pujl syukur kami panjatkan Kehadirat Illahi atas selesainya penyusunan skripsi ini* Penullsan skripsi 1- ni untuk memenuhi tugaa akhlr dalam mencapal gelar sar- jana farmasl pada fakultas farmasi UniverBitas Airlangga*
Penullsan Bkripsi ini dllandasi oleh suatu pemikir* an, bahwa segi-segi sosial ekonoml dalam bidang kefaroa-
slan belura banyak dlungkapkan dan dimanfaatkan untuk ke* pentlngan kemajuan perabangunan bidang kefarmasian* Se* bagaimana yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Kaslonal bldang kefarmasian merupakan sektor yang sangat penting dalam penyelenggaraan upaya-upaya pelayanan kesehatan* Peranan bidang kefarmasian secara nyata adalah dalam ben*
tuk penyampaian pelayanan kefarmasian kepada masyarakat* Apotik adalah merupakan salah satu earana pelayanan ke*
sehatan dl mane masyarakat secara langsung dapat memper* oleh pelayanan kefarmasian*
Melalui penelitian ini ingin diketahui persepsi raasyara- kat terhadap fungsi pelayanan apotik dan pengaruh faktor*
1. Bapak Drs. Sadono, dosen Fakultas Farmasl Universitae Alrlangga selaku pembimbing.
2. ^apak Drs. Ida Bague Pasha, dosen Fakultas Farmasl Universitae Alrlangga selaku pemblmbing.
3* Ibu Dra. Sutinah, dosen Fakultge Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Alrlangga selaku pemblmbing*
4. Ibu, Bapak serta adik-adlkku terolnta yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya.
5. Rekan-rekan mahaslswa dan pihak-piha& lain yang te}.ah membantu penullsan skripsi ini.
Kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan penullsan skripsi ini walaupun telah berusaha sebatas kemampuan yang ada tentu maslh banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu saran dan perbai-kan.
Semoga yang sedikit ini banyak manfaatnya.
Surabaya, Juni 19S5 Penyusun
DAFTAK ISI
PENGANTAR... ... . 11
DAFTAR ISI ... ... ... iv
DAFTAR T A B E L ... ... .... vl DAFTAR LAMPXRAN... vill PENDAHULUAN... *... ... .* 1
BAB I* TIHJAUAN PUSTAKA... 7
1. Keaehatan Naaional... *«.«••.* 7
1.1* Slstlm Keeehatan National ... 7
1*2* Peranan obat dalam Kesehatan ITa* •ional... ... *... 8
2* Pengadaan dan dlatribuai obat ..**♦ 9
2*1. Pengadaan o b a t ... *... *, 9
2*2. Diatribuoi obat *.... *... 10
3* Apotik.... ... ... 17
5*1 * Kedudukan hukun apotik... .. 17
3*2* Fungal apotik ...*»*••* 22
3*3* Pengelolaan apotik... 24
4* Hotivaai masyarakat dalam semper** oleh pelayanan apotik...***** 31
BAB II* MKT0D0L0GI... ... 34
1, Metoda penelitian... ... 34
2* Peailihan responden... ....* 36
3. Oara penguopulan d a t a ... ... 36
4* Metoda pengolahan dan analiaa data* 39 BAB III* HASIL PENE1ITIAS ... 47
Vi m v m Tteaponden ;..*•••*•** ^ 2* Deskrlpei tentang peraepai re8pon der* terhadap fungsi pelayanan apo tik ...49
3. Btskripai tantang aikap dan tiTigkafc.
DAFTAR ISI (lanjutan)
hala*an
laku responden dalam oeaanfaatkaa
jaaa pelayanan apotik... . 55
4. Faktor-faktor nonfarnacl yang «#«• pengaruhi raotivaci responden dalam memilih apotik «...57
5. Analiaa korelasi dari hipotesa . 6 4 BAB IV* PEM3AHASAN...*... ... 68
BAB V. KESIMPULAN ... . 81
BAB VI. SARAN-SARAw ... ... ... 82
RIHGKASAK ... ... * ... .... ... * 83
DAFTAR PUSEAKA ... 105
M I L I K '
P E R P U j T A K A A N
' U N I V E R S I T A S M R L a N G G A '
B A m * TABEL
gabel I. Pernah dan tidaknya responden me- ngunjungl apotik pada tahun 1983/ 1984 *... 47 Tabel II. Intensltas responden raengunjungj,
apotik pada tahun 1983/1984 48 Tab el III* Tempat responden mGoperoleh obat
selain apotik ... ... * 48 Tabel IV* Pengetahuan responden terhadap
tugaa dan fungal apotik... 50 Tabel V* Pengetahuan responden terhadap
jenis barang dan atau jaaa yang
dapat diperoleh dari apotik.... 51 label YX* Distribusi skore kumulatip penge*
tahuan responden terhadap tugas
dan fungsi apotik... . 52 label V T W Kriterla penggolongan indlkasl pe
ngetahuan responden terhadap *u-
gae dan fungal apotik.... *••*.* 53 Tabel VIII* Sikap dan tingkah laku responden
dalam memanfaatkan pelayanan ke-
farraaslan apotik ... . 54 Tabel IX* Macam infomacl yang ditanyakan
responden kepada apoteker/asisten
apoteker dl apotik ... **•••*« 55 Tabel X* Cara responden memperoleh informa*
si penggunaan obat ... *.... 55 Tabel XI* Distribusi frekwensi skore kumula
tip tentang sikap dan tingkah la ku responden dalaa memcnfa&tkan -
jaaa pelayanan kefarmaelan apotik 56 halaraan
Tabel XII* Kriteria penggolongan lndikasl si kap dan tingkah laku responden da* lam memanfaatkan jasa pelayanan
kefarmasian apotik... ..#* 57 label XIII. Faktor-faktor nonfarmasi yang dl-
pertimbangkan responden dalam *e-
millh apotik... *•**•**« 58 Tabel XIV* Pendapat responden tentarig lokasi
apotik yang balk ... * 60 Tabel XV* Faktor-faktor harga obat r,yang^ dl**
anggap penting responden •*•«••••* 60 Tabel XVI* Paktor-faktor pelayanan apotik yang
menjadi pertimbangan responden *•* 61 Tabel XVII* Dlstrlbusi frekwensi skore kumula-
tip tentang faktor-faktor nonfarma si yang berpengaruh terhadap moti- ' vasi responden dalaa memilih apo
tik ... . 63 Tabel XVIII* Criteria penggolongan indikael fak-
tor-faktor nonfarmasi yang berpe ngaruh terhadap motivasl responden
dalam memilih apotik...***** 65 Tabel XIX* Data korelasl antara peraepai res
ponden sebagai variabel bebas de
ngan variabel terpengaruhnya ***** 65 Tabel XX* Data korelasl antara pertimbangan
pemilihan apotik sebagai variabel terpengaruhnya dengan variabel be-
b a a ... . 65 Tabel XXI. Korelasl antara persepsi terhadap
pelayanan apotik dengan sikap ting kah laku responden dalaa meraanfaat-
kan pelayanan kefarmasian apotik* * 66 Tabel XXIX* Kilal korelasl antara variabel be
DAFTAR TABEL
( la n ju ta n )
DAFTAR LAMPIRAN
I*aapiran 2
fcaapiran 3 Lampiran 4
iampiran 1• Penggolongan variabel penelltian
dan penyebaran frekwensinya . 8 5 • Varlabel* indikator dan teknik
ekoringnya *... ... . 86 • jDaftar pertanyaan penelitian •«, 95 • Bagan distribusi o b a t ... * 104
halaman
M i L I K
p e r p u s t a k a a n
" U N I V E R S 1 T A S A l R L A N G G A '
PEIBAHULUAJI
Peobcncunan bidang kesehotan sebagai baglan Inte
gral dari program pembengunan nceional, aeperti yang
teresntun dalsa Garie-Gario Benar Haluan Uegara
bortuju-an untuk tercapolnya kemampubortuju-an hldup eehat bagl aetlap
penduduk agcr dapat ©ewujudkan deraj at keeehatan
naaya-rckat yang optimal. Dalea rangka aenpertlnggi deraj at
kasehatan anayorskat lei dilakukan aelalul upaym
keae-hatan yang oeliputi penlnf katan upaya keaekeae-hatan, perbaik~
an autu glsla penlngkatan keaefcatan lingkungan* penoeg£b»
an dan peaberantaaan penyakit, peningkatan keaehatan
ker-ja» peagendallan pengadaan, pengaturan dan pengawaaan
o-bat* taakanan den aebagainya, petiing katan nanagaaen dan
hukuSf pengeabangan tenaga kesehatan, penelitian dan
pe-ngcabsngan keaehatan*^2^
Peranan obat dalaa pesnbanrcunan bidang keaehataa a~
del oh eangat panting* Karena obat taerupakan uneur yang
paling banyak digunakan dalaa penyelenggaraan upaya
pe-loycncn keaebotan« Biaya yang dikeluarkan untuk obat
oeliputi 40 ~ 50& dari eeluruh blayo operasional
keae-hBt«ut10»21J
Penbcnnguoan bidang obat yang neliputl pengadaan*
dalaa suatu sietlm yang rumu&annya tertuang dalam bentuk Kebijaksanaan Obat Has tonal, Salah aatu easaran Kebijak- oanaan Obat Nasional yang terpenting adalah memperluas, meratakan dan oeningkatkan mutu upaya pelayanan kesehat- an dengan cara mencukupi persediaan obat yang bermutu ba lk dan penyebaran yang makin merata serta harga yang ter* jangkau oleh daya bell masyarakat luaa* Untuk mencapai sasaran kebljaksanaan tersebut antara lain dilakukan de ngan cara meningkatkan hasil guna dan daya guna pengada- an dan distribusi obat melalui penyempurnaan sistim mau- pun pola pengadaan dan distrlbusinya.^^
Diatribusi obat kepada masyarakat dilakukan oleh pemerintah dan badan s w a e t a . ^ S e t e l a h melalui ta- hapaa produksl, obat disalurkan melalui gudang-gudang o- bat tingkat propinsi, dan kotamadya/kabupaten untuk di- teruakan kepada rumah-rumah aakit dan puskeamas* Sedang- kan distribusi obat eektor swasta dilakukan oleh Peda* gang Besar Parmasi (EBP), Apotik dan toko obat* Selanjut- nya masyarakat dapat memperoleh pelayanan obat secara langsung melalui farmaei rurnah sakit* puskesmaa, apotik dan toko obat berijin.
Pada tahun 1983 di Indonesia berlaku perundang-un- dangan baru tentang Apotik yaitu PP 25/80 eebagai peng- g&nti PP 26/65* Adanya perubahan landaaan hukum tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap fungsi pela
yanan apotik*
Sebelum tahun 1983 apotik berfungsi sebagal tempat dilakukannya usaha-usaha dalam bidang farmasi dan peker- jaan kefarmasian di eamping eebagai sarana penyaluran perbekalan kesehatan di bidang farmasi* Pada kenyataaanya dalam melaksanakan fungsinya apotik lebih mengutamakan usaha-ueaha untuk memperoleh keuntungan, sedangkan aspek pelayanan keeehatan yang dilakukan serasa sangat minim, Pelayanan yang dilakukan lebih menonjolkan aepek ekonomi- nya dari pada aepek sosialnya di bidang pelayanan kesehat an masyarakat.
bidang pelayanan kefaraasian* di neaping funnel ekonoai- nya yang berhubungan dongan pcnaearcn obat donjon eogala atrlbutnya*
Setalah tahun 1985* yaitu oaea borlakunya PP 25/ 80* fungal apotik beruboh, bcrgooor dari hnnya fungal dlatribuoi nenjedi oarana polaycnan kacohaton dl bidang kefaraasian dan teapot pcngabdian profoal apotckor* 3erocna dengan oarana polaycnan koaehatan lainnya, apo- tik acnjcdl bagian dari olatia polaycnan Ito coha tan nasi- onol. Diharapkan apotik dapat berfttngei cobogal carana polcyanon keoebatcn bag! naeycrakat* dan dlnonfaatkon aebagaisana aootinya aepertl oarcna polayonan kooebatan, yang lain.fcohubungan dongan hoi dl ataa aunoul pcrtanya- an* apakob perubabcn fungal apotik oanjodi aarana pela- yanan kecohatan ini telah dlket&hul den dloengorti ol«b aaayarakat* terhadap fungoi apotik ini panting artinya karona oaayarakat aerupakcn eoeoran dari pelayanan apotik. Adanya peraopsi yang pooitlp diharap- kan tiabul elkap dan tingkah laku yang pooitlp dalaa ae- nanfaatkan jasa poloyanon apotik. Sopertl tmgkapan Guna*
wan boborapa ponclixlan tolah dileliukcn untuk nonahcai colora aasyarakot yang eangat ncncntukcn bag! keborhaailan dltorlna tidaknya euatu tekneloci polcyanan
instand yang eflsien, namun bila seluruh sistim tidak dioesuaikan dengan latar belakang sosial dan ekonoml oa- eyarakat yang dilayaninya maka seluruh oistim tidak akan memenuhi oasarannya*
Bertitik tolak dari uraian di atae9 penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1* Pereepsi masyarakat terhadap fungsi .pelayanan apotik* 2# Hubungan antara persepBi masyarakat dengan sikap, ting
kah laku dan motivaeinya dalam memanfaatkan jasa pela yanan farm&ei apotik*
5* Pengaruh f a k t o r - f a k t o r n o n f a r m a e i d alam p e la y a n a n ap o t i k terhadap m o ti v a B i pemilihan apotik.
Untuk mencari jawaban atae raaaalah-masalah tersebut di- rumuskan hlpotesa eebagai berikut t
1* Terdapat hubungan antara persepsi masyarakat terhadap p.
fungsi apotik dengan sikap, tingkah laku dan motivasi- nya dalam memanfaatkan pelayanan apotik*
2. Dalam pelayanan apotik faktor-faktor pelayanan nonfar- masi herpengaruh terhadap motivaei pemilihan apotik* Penelitian ini menggunakan kwesioner sebagal alat untuk mengumpulkan datanya dan seluruh data yang diperlukan di-
Haail penelitian Ini dihorapkon menperoleh
ficnbar-cm tentang persepsi naByorakat terhadap pel¥on apotik
dan perilakunya dales meoanfaatkan jaaa pelcyacan kefar*
ocalaa, eehingga dapat dlpakai eebagai bchan peaikiran
keoeapumaan pelakeanaan progreo-progrcn peaerintah di*
M i L I K.
p e r p u s t a k a a n
' U N I V E R S I T A S a j r l a n g g a
S U R A B A Y A
1• Kesehatan nasional
1*1# Sistem kesehatan nasional
Tujuan pemhangunan kesehatan adalah tercapai- nya kemampuan hidup sehat hagi eetlap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur keeejahteraan u- mum dari tujuan nasional. Untuk lebih meningkatkan
penyelenggaraan pemhangunan kesehatan yang semakin luas dan kompleks, dengan Keputusan Menteri Kesehat an Republik Indonesia No. 99a/MenKes/SK/lIl/l982 9
telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional sebagai petunjuk pelaksanaan pemhangunan hidang kesehatan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pemhangunan jang- ka panjang di hidang kesehatan, ditetapkan lima karya di hidang kesehatan yang disehut Panca Karya Husada, yaitu i
a. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan h« Pengemhangan tenaga kesehatan
c. Pengendalian t pengadaan dan pengawasan o-SAB X
bat, makanan dan bahan berbahaya bag! ke sehatan.
d. Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan.
e. Peningkatan dan pemantapan managemen dan hukum.
1.2* Peranan obat dalam Kesehatan Naslonal
3)1 dalam penyelenggaraan berbagai upaya ke sehatan yang berslfat menyeluruh dan terpadu* obat merupakan unsur yang paling penting* Di antara ber bagai altematip yang ada obat merupakan unsur yang paling banyak digunakan dalam penyelenggaraan upa ya kesehatan dan Bering merupakan teknologl medls yang lebih tepat dan lebih murah. Biaya yang dike- luarkan untuk obat mencapai 40-50 % dari seluruh biaya kesehatan.(^®»21#25)
Berkaitan dengan Karya Husada ketiga, untuk pem- bangunan di bidang obat ditetapkan Kebijaksanaan Obat Naslonal yang merupakan petunjuk pelaksanaan bagl seluruh upaya dan keglatan di bidang obat. Tujuan pembangunan di bidang obat adalah s
2* Meningkatkan penyebaran obat secara merata dan teratur aehingga raudah diperoleh yang membutuh- kan pada saat yang diperlukan serta terjangkau oleh masyarakat.
3. Men;) am in kebenaran khasiat, keamanan, rautu dan keabsahan obat yang beredar, serta meningkatkan ketepatan, kerasionalan dan eflsiensi
pengguna-# an obat*
4* Melindungi masyarakat dari kesalahan pengguna- an dan penyalahgunaan obatt termaauk narkotika dan psikotropika yang dapat merugikan dan memba- hayakan kesehatan, keselaraatan dan keamanan rak- yat.
5* Memanfaatkan potensi nasional di bidang obat un tuk menunjang pembangunan di bidang ekonomi dan raenuju teroapainya kemandirian di bidang obat. 2. Pengadaan dan dlstrlbusi obat .
2.1. Pengadaan obat
Pengadaan dan produksi obat dilakukan lewat dua jalur yaitu s
2.1.1 ^-Pengadaan dan produlcal sektor PGmerintah.
-Sebelxnn tahun 1979 penyediaan obat untuk k«- ■perluan unit pelayanan kesehatan milik pemerintah
mendatangkan kesul i tan-ke buIit an yang menghaoibat
usaha pelayanan kesehatan.
Untuk raencapai optimalisasi biaya obat yang
disediakan pemerintah, diambil langkah-langkah pe~
ningkatan efisiensi dan efektifitaB produksi ser-
ta pengadaan yaitu dengan menyelenggarakan sendi-
rl aebagian produksi obat essential yang secara
tepat dan teratur harus tersedia di unit-unit pe
layanan kesehatan millk pemerintah dan pelaksanaan-
nya dilakukan oleh pabrik obat INDOFARMA, PT Kitnia Parma dan sektor swaeta*
2*1*2* Pengadaan dan produksi sektor swa&ta
Dalam penyediaan obat nasional, sektor swaa-
ta tetap mempunyai peranan pentlng dan merupakan
1!co partner" pemerintah dalam usaha pemerataan o-
bat kepada masyarakat* Produksi obat essensial
yang dilakukan oleh pemerintah berkisar 5 % dari jumlah eeluruh nilai obat yang beredar, dengan de~
mikian sektor swasta raasih mempunyai peranan sebe-
ear 95
2*2* Pistribusi obat
Sasaran distribusi obat dl dalam Kebijaksanaan
Distribusi dilakukan lewat dua jalur yaitu t
2.2.1, Distribusi sektor pemerlntah
Obat-obat yang diproduksi oleh pabrik obat
INBOFARMA, PT Kimia Parma disalurkan oleh Kitnia Parma sampai ke gudang Kotamadya/Kabupaten dan
diaalurkan ke Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten.
Untuk raeningkatkan efektifitas, efisiensi distri-
busl dan untuk menjamln kualitas obat yang disa-
lurkan, direncanakan membentuk beberapa gudang
fartnasi regional dan depot farmasi Kabupaten/Kota-
raadya.^21^
2,2*2, Distribual sektor swasta
Sarana distribusi obat sektor swasta dalam
sistin yang berlaku sekarang adalah Pedagang Besar
Farmasi, Apotik, Toko obat, 2.2*2,1# Pedagang Besar Fartnasi
Merupakan badan hukum yang taemiliki ijin
untuk menyimpan obat untuk di^ual dalam Juralah
besar di suatu tempat tertentu sebagaimana ter**
cantum dalam surat ijin (Peraturan Menteri Kese*
hatan Ho* 16j/Kab/B,VXX/73) ketcmtuan-ketentuan dalam Pedagang Besar Farmasi tidak boleh menju- al seoara eoeran, tidak boleh manerfcna dan raen-
jual obat dengan resep dokter, Penyerahan dan
asli dari pabrik yang membuat, kecuali bila da-* . , lam Fedagang Besar Farm as i tersebut mempunyai
Apoteker dan laboratorium pemerikaaan obat, ma- ka dlperbolehkan raembungkus kembali*^^ Sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan Repu- blik Indonesia no, 3987/ A / SK / 73i maka mulai tanggal 3 0 April 1 9 73* Pedagang Besar Farmasl tldak diperkenankan menjual obat langsung kepa-
da dokt^r-dokter, doktor glgi dan dokter hewan*
Bila dokter, dokter gigi dsn dokter hewan raemer-
lukan obat, harus roerabeli obat-obatan di apotik.
2.2.2*2, Apotik
Merupakan sarana distribusi sektor awasta yang dapat raenyalurkan obat kepada s
~ Paeien s
Untuk pasien dapat dibagi 2 yaitu dengan resep
dokter dan tanpa resep dokter dllayanl bagi
obat-obat daftar bebas/bebae terbatas dan daf-
tar obat dengan persyaratan.
- Tenaga kesehatan atau untuk penelitian* terma-
auk penyerahan bagi penelitian dan bahfcn raoun*
untuk hal ini diatur dalam aurat keputusan Men
teri Kesehatan Republik Indonesia no* 280 / 01
Selain obat, apotik juga berfungei
men-distribusikan perbekalan kesehatan di bidang
farmasi lainnya, yaitu perbekalan yang meliputi
obat, bahan obat, obat asli Indonesia* alat-alat
(12)
kesehatan, kosmetik dan sebagainya#' '
Adapun jenis barang dan atau jasa yang dilarang dijual atau disalurkan di apotik adalah (Lampir- an Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia no# 1129/A/SK/IV/83). Untuk jenis barang
a# Makanan dan minuman, kecuali :
- Susu bayi dan makanan bayi
- Makanan diet
- Makanan yang diperkaya
b# Barang kelontong, kecuali s
- Yang tergolong dalam perbekalan bidang
farmasi
- Perlengkapan untuk bayi yang memerlukan
persyaratan higienis
c* Sandang, kecuali yang tergolong alat ke-
s e h a t a n .
d# Barang-barang elektronik, kecuali yang
tergolong alat dan perbekalan kesehatan
di bidang farmasi.
f ♦ B a r a n g l a i n y a n g t i d a k a d a h u b u n g an n y a d e n g a n f u n g s i p e la y a n a n k e s e h a ta n .
B. Untuk .1enls iasa s
a. Seluruh jenis jaaa, kecuali t
- Jasa y a n g m e ru p ak an b a g l a n d a r i p e n g e - l o l a a n a p o t i k .
- Ja e a p e la y a n a n l a b o r a to r i u m .
- Ja n a i n f o r r a a s i t e n ta n g p e r b e k a l a n k e s e h a ta n d i b id a n g f a r m a s l *
- Jaea i n f o r m a s i te n ta n g K e l u a r g a B e r e n - c a n a *
b. Jasa lain yang tidak ada hubungannya de
ngan fungsi pelayanan kesehatan.
2.2*2.3* Pedagang Eceran Obat
Yang dimaksud dengan Pedagang Eceran Obat
adalah orang atau badan hukum Indonesia yang me-
miliki ijin untuk menyimpan obat-obat bebas dan
obat-obat bebas terbatas (Daftar W) untuk dijual
aecara eceran dl tempat tertentu sebagaimana ter-
cantum dalam surat ijin (Peraturan Menteri Kese
hatan Eepublik Indonesia no. l67/Kab/B.VIl/72)*
Dipimpin oleh seseorang yang dapat membaca dan
bebos terbatas, borbalc menjual obat-obat bebas
terbatas dan bebae dalam bungkus asli dari pa-
brik, tidak boleh melayani resep dokter#
Untuk men;jaga konsumen obat hol-hal yang
tidak dlinginkan maka Dirjen Farmasi mengeluar-
kan pengumuman no# 2624/Pir;jen/7G perihal Pen-
jualan obat-obat berhadiah di mana dari surat
tersebut adalah perm intaan kepada pengusaha far
masi untuk tidak mengadakan penjualan obat-obat-
an dengan menya^ikan hadiah-hadiah. Pemberian
hadiah dimaksud dikhawatirkan dapat membawa a-
kibat yang tidak baik karena pembeli tidak lagi
melihat mutu dan khaeiat obat*^2^
Bagan pengadaan dan distribusi obat secara umum
digambarkan di dalam lampiran 4*
Menurut perundang-uridangan farmasi, dalam pere-
darannya obat digolong-golongkaa dalam katagori
tertentu atas dasar sifat obat dan khasiat far-
taakologinya, Penggolongan obat yang dimaksud
adalah t
a* Golongan obat narkotika.
b. Golongan obat keras,
c. Golongan obat bebas terbatas.
d* Obat bebae.
Berdasarkan kepada katagorisaai obat ke
dalam golongan-golongan tersebut dl atae, maka
terdapat pembataean-pembatasan terhadap penye-
barannya melalui unit^unit distribusl Pedagang
Beear Farmaet, apotik dan toko obat* Maeyarakat
atau mereka yang membutuhkan obat, tidak demi-
kian aaja dapat memperoleh obat yang dibutuh-
kannya, akan tetapi harus melalui kctentuan
atau tats, cara yang eudah dltetapkan, seperti
diuraikan berikut 5
a. Cara memperoleh obat golongan narkotika*
Konsumon/penderita hanya akan memperoleh 0* bat yang termaeuk dalam golongan narkotika
setelah mendapatkan resep dokter, dan eelan-
jutnya hanya akan memperolehnya melalui apo
tik, Konsunen hanya dapat memperoleh obat
golongan narkotika melalui resep aeli dan
apotik tldak boleh melayanl permintaan pen-
derita melalui resep turunan (copy resep)*
hi Cara memperoleh golongan obat kerae*
• Golongan obat kerae ‘hanya boleh dlkeluarkan
melalui apotik setelah ada surat permintaan
dokter dalam bentukJreeep dokter*
mengu-langl perm intaan obat yang saaa melalui re-
sep turunan, Kecuali setelah mendapatk&n
pereetujuan dari dokter# Apotik melalui apotekemya dapat mengeluarkan golongan obat keras tanpa resep kepada orang-orang terten
tu yang telah dikenalnya dengan balk* Dan pe- ngeluaran obat tersebut berdasarkan pada prln-
sip-prinsip kebutuhan obat yang mendeeak dan
dalam jumlah yang terbatas.
c* Cara memperoleh golongan obat bebas terbatas.
Setiap penderita dapat memperoleh golongan
obat bebas terbatas tanpa resep dokter,.eebab
obat golongan ini dapat dljual bebas melalui
apotik dan toko obat dalam kemaaan tertentu
yang disertai tanda peringatan.
d# Cara memperoleh golongan obat bebae,
Penderita dapat memperoleh golongan obat-obat
bebae secara langsung melalui apotik dan toko
obat#
3* Apotik
3*1* Kedu&ukan hukum
Kedudukan hukum apotik dapat dibagi atas s 3«1*1« Sebelum tahun 1955
Dalam masa itu terdapat dua jenis apotik,
a, Apotik yang sesuai dengan regelment D«V«G* pa- sal 56.(12>
b, Apotik dokter yalah t apotik yang dilakukan o- leh seorang dokter (aurat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 33148/hak/76)*
Adanya apotik dokter ini karena belum tersedianya tenaga Apoteker dan pelakaanaannya diatur oleh Re- gelment D.V.G.*12*
3.1.2. Antara tahun 1955 - 1963
Dalam masa ini terdapat tiga jenis apotik*
yaitu i
a. Apotik eebagairaana tersebut pada 3.1.1.a.
b« Apotik dokter sebagalmana tersebut pada 3«1«1*b» o* Apotik darurat, yaitu apotik yang dikelola o-
leh seorang asieten apoteker tanpa dl bawah pengawasan apoteker. Syarat sebagai pengelola apotik adalah aeisten apoteker, mendapat ijin dari Menteri Kesehatan, cukup mempunyai penga- laman dan telah bekerja sebagai asisten apote ker selama 15 tahun berturut-turut pada parti- kelir atau 10 tahun dl antaranya pada pemerin tah.
membahankan dan menjual atau inenyerahkan can-
du, cocain raentah, ecgonine,
Timbulnya apotik darurat karena dirasakan
•angat kurangnya apoteker-apoteker di Indonesia
dan dlrasakan kurang lancarnya pembuatan dan pem-
bagian obat yang sangat dlperlukan rakyat (U.tT,
no. 445 tahun 55 tentang apotik darurat, dan ke-
dudukan hukum apotik darurat),
Apotik darurat berlaku mulai dari Z Februari 1953 aeauai dengan hari ditetapkannya U,TJ, Apotik da rurat sampai llroa tahun sesudah fakultas di Indo nesia bagian Pharmasl raenghasilkan apoteker-apote-
ker yang pertaraa,^ Apotik darurat ini, kemudian
diperpantjang dalam lima tahun lagi terhitung eete- lah tanggal 10 Oktober 1958, berdasarkan Undang- Undang darurat no. 5 tahun 1958, tentang kedudukan
hukum apotik darurat,
3*1*3* Maga tahun 1963
Dengan pertimbangan berlakunya undang-undang
pokok kesehatan dan telah. oukup tersedianya tenaga
apoteker, berdasarkan surat keputusan Menteri Keee-
hatan Hepublik Indonesia no. 35148/K&V1976 yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 1963, maka apotik
dokter dihapus sehingga dalam masa ini terdapat
3*1*4* Antara tahun 1964 - 1983
Dengan pertimbangan telah eukup tersedianya
tenaga apoteker, tnaka apotik darurat dihapuskan
sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia no* 770/Ph/63/b*
Penghapusan ini mulai berlaku pada tanggal
1 Februari 1964 di daerah tingkat I dan pada tang
gal 1 Mei 1964 di daerah tingkat II*
£elah cukupnya tenaga apoteker di Indonesia
ini dapat dibuktikan dengan surat keputusan Men
teri Kesehatan Republlk Indonesia no, 83l/Ph/64/bf
di mana dinoVatkan nenudah September 1964 semua
apotik harus dipimpin oleh apoteker yang bekerja
penuh (full tiroe).^^
Pada masa ini pendirian apotik tidak lagi
berdasarkan Regelment D.V.G, tetapi berdacarkan
PP 26/65*
3 * 1 * 5 * Se su d a h ta h u n 1 9 8 3
Dengan pertimbangan dalasi rangka menunjang
peabangunan nasional bidang kesehatan perlu di-
kembangkan iklim yang baik mengenai pengelolaan
apotik dengan cara nenyempumakan PP 26/65 men-
jadi PP 25/80*
Perubahan peraturan ini dapat dijelaskan
P e r a tu r a n P e m e r ln ta h te n ta n g apotik merupakan pe- lakeanaan d a r i p a s a l 4 n o . 7/1963 te n ta n g f a r m a s i# S e b a g a i a l a t d i s t r i b u s i p e r b e k a l a n f > m a s i , a p o t i k m e ru p ak an s a r a n a p e la y a n a n k e s e h a t
an y a n g b e r k e w a ji b a n u n tu k m e n y e d ia k a n d an m e n y a -
lurkan o b a t dan p e r b e k a l a n f a r m a s i l a i n n y a y a n g d ib u tu h k a n o l e h m a s y a r a k a t* A p o tik h a r u s dapat
m end u ku ng d an m em b antu te r l a k s a n a n y a u s a h a perne-
r i n t a h u n tu k m e n y e d ia k a n o b a t - o b a t s e c a r a m e r a ta d e n g a n h a r g a y a n g d a p a t t e r ja n g k a u o l e h maeyara*
k a t , te r u ta m a y a n g b e r p e n ^ h a s i l a n r e n d a h * Ked u ~ d u k an U an c a r a p s n g e l o l a a n a p o t i k e e b a g a i s u a tu u s a h a d a g a n g s e b a g a im a n a y an g t e r l i h a t s e k a r a n g
i n i , su d ah k u ra n g s e s u a i d e n g an f u n g s i a p o t i k se-
b a g a i s a r a n a p e la y a n a n k e s e h a ta n m a s y a r a k a t. D a la n b e n tu k s e k a r a n g a p o t i k l e b i h m e n d ah u lu k an u s a h a n y a d alam m e n g e ja r k e u n tu n g a n d a r i p a d a u-
s a h a p e n y e d ia a n d an p e n y a lu r a n o b a t y a n g dtbutuh-
k a n o l e h g o lo n g a n y a n g b e r p e n g h a e i l a n r e n d a h * s e h in g g a f u n g s i s o s i a l y a n g h a r u s d i p e n u h i o l e h u-
s a h a f a r m a s i R w asta t i d a k d a p a t t e r l a k s a n a s e b a - g a im a n a s e m e s ti n y a .
O le h karena itu PP 26/1965 perlu diubah, dan apo tik dikembalik&n kepada fungsi senula sebagai ea-
-rana tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian oleh
tenaga-tenaga farmasi dalam rangka pengahdian
profesi kepada masyarakat*
3 * 2 . F u n g s i a p o t i k
A d an y a p e rk e m b an g an k e d u d u k an hukimi - hukum a p o t i k , m e n im b u lk an p e rk e m b an g an d a r i f u n g s i ap o t i k .
3 . 2 . 1 * S e b e l i m ta h u n 1 9 6 5
A p o jfclk a d a la h ' s u a tu b sSg u n a n k h u ^ u s u n tu k m e n ;ja la n k a n v p e r a c i k a n o h k t.
Tugas dan fungsi apotik ialah menjalankan
peracikan obat, yaitu pemhuatan atau penyerahan
obat-obatan dengan maksud kesehatan dan hal ini
dilakukan tidak hanya untuk momenuhi kepentingan
apotik saja, tetapi juga untuk diperdagangkaju^*^
3 * 2 . 2 . Tahun 1 9 6 5 - 1 9 3 3
D a p a t d i b a g l m e n jja d i d u a ta h a p : 3 . 2 . 2 . 1 . Tah u n 1 9 6 5 - 1 9 7 2
Apotik merupakan tempat tertentu, di raa- na dilakukan usaha-usaha dalam bidang farmasi dan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan U.U. no. 7/63 tentang farmasi.
T u g a s d an f u n g s i a p o t i k s e s u a i d e n g a n PP 26/65
1* P e m b u a ta n , p e n g o la h a n , p e r a c i k a n , p e n g u b a h - a n b e n tu k , p e n c a n p u ra n d an p e n y e ra h a n o b a t a ta u b a h a n o b a t*
2m P e n y a lu r a n p e r b e k a l a n k e s e h a ta n d i b id a n g f a r m a s i y a n g m e l l p u t i : o b a t , b a h a n o b a t , o b a t a s l i In d o n e s i a , k o s m e ti k , a l a t - a l a t k e s e h a ta n d an c e b & g a in y a .
D a la a raasa i n i a p o t i k m e n y e d ia k a n d an m e n ju a l , m e r a c i k d an s e b a g a i n y a , t i d a k h a n y a
u n tu k m em enu hi k e p e n tin g a ti a p o t i k , t o t a p i ju g a u n tu k d x p e r d a g a n g k a n / d is a lu r k a n .
3 . 2 . 2 * 2 . Tah u n 1 9 7 2 * 1 9 8 3
D alam rc asa i n i , tu g a s d an f u n g s i a p o t i k sam a d e n g an y a n g t e r u r a i d i a t a s t e t a p i d alam b id a n g d i s t r i b u s i p e r b e k a l a n f a r m a s i t e r b a t a s u n tu k k e p e n tin g a n a p o t i k s a j a , t i d a k u n tu k d i - p e r d a g s n g k a n / d is o lu r k a n ( p eng u nu m an n o m o r 6 5 9 0 / A / 1972 D i r je n F a r m a s ! D e p a rte m e n K e s e h a ta n R e - p u b l ik . In d o n e s l a ) . ^ ^
3 * 2 , 3 . Se su d a h ta h u n 1 9 8 3
Se su d a h ta'n u n 1 9 8 3 , a p o t i k m e ru p ak an e u a tu te m p a t t e r t e n t u , te m p a t d i l a k u k a n p e k e r ja a n k e -
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker
yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan
obat atau bahan obat.
3* Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harua
menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat
aecara meluaa dan merata*
Apotik dibarapkan dapat berperan sebagai salah satu subsistim dalam sistim pelayanan kesehatan, di mana apoteker berkewajiban untuk
berpartiei-pasi di dalamnya eesuai dengan ruang lingkup ke-giatan profesinya dalam usaha meningkatkan dera-jat kesehatan masyarakat. Dalam kegiatan pelayan-annya sejauh mungkin apotik harus berorientasi
kepada kepentingan maayarakat sesuai dengan fung-{6 21)
s i n y a s e b a g a i te m p a t p e n g a b d ia n p r o f e s i . * ' 3 *3 « P e n g e l o l a a n a p o t i k
Pengelolaan apotik, menurut surat keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 26/81 pa-
aal 1 (j) dan pasal 2 adalah eegala upaya dan ke
giatan yang dilakukan oleh seorang apoteker penge-
lola apotik dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi
apotik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
Pengelolaan apotik meliputi s
a, Bidang pelayanan kefarmasian
b. Bidang material
o* Bidang administrasi dan keuangan
d* Bidang ketenagaan
«* Bidang-bidang lain yang berkaitan dengan tugaa
dan ftingsi apotik*
Pengelolaan apotik dl bidang pelayanan kefarmasian
meliputi :
a * P e m b u a ta n , p e n g o la h a n , p e r a c i k a n , pengubahan ben
tu k , p e n c e jn p u ra n , p e n y im p an an dan penyerahan obat
a ta u b a h a n o b a t
b , P e n g a d a a n , p e n y iro p an an , p e n y a lu r a n d an penyerahan
p e r b e k a l a n k e s e h a ta n b id a n g f a r m a c i lainnya*
c . In f o r m a s i m e n g e n a i p e r b e k a l a n kesehatan di bidang
f a m a s i .
Se d a n g k a n y a n g d im ak su d i n f o r m a s l mengenai
p e r b e k a l a n k e s e h a ta n b ld c n g f a r m a s i adalah s
a . P e n g e l o l a a n i n f o r r a a s i te n ta n g o b a t dan perbekalan
f a r s n a s i l a i n n y a y a n g d i b e r i k a n b a i k Kepada dokter «
d an te n a g a k e s e h a ta n l a i n n y a maupun kepada masya-
r a k a t •
b . P e n g araatan d an p e l a p o r a n i n f o r m a s i mengenai kha-
s i a t , k e a n a n s .n , b s h a y a d an a ta u rau tu obat dan
Secara uraum, fungsi pengelolaan adalah seroua
kegiatan yang terlibat dl dalam pengorganlsaaian
dan pengurusan unsur-unsur produktip. Uang, materi
al, perlengkapan, dan manusia harua dlseraelkan da-
lam hubungan yang layak untuk mencapai tujuan aeba-
gaimana yang diputuskan oleh managemen# Managemen
praktis menentukan tujuan sebagai tlndakan awal un
tuk efiaiensi operasional dan meraberi euatu daear
pangukuran efektifitaa dari kegiatan*^^
Pada kenyataannya fungal pengelolaan pelayan
an apotik belum memperllhatkan ciri yang khae, se
bagai euatu model pelayanan yang beraspek profesi
dl bidang pelayanan kesehatan* Model pengelolaan
pelayanannya merupakan perpaduan antara pelayanan
profesi dan pelayanan yang beraifat usaha dagang
di mana di dalamnya terkait unsur-unaur pemaaaran
seoara bebas. Beberapa literatur nenyebutkan, bah-
wa tipe pelayanan apotik adalah unik dan komplek*
yaitu merupakan perpaduan antara pelayanan profesi
dan pelayanan b i s n i e # ^ * ^ f22#23)
u ta a a n y a * t a t a p i d l l a i n p ih a k a p o t i k jo g a a a n a - v a r k a n p ro d u k d a n ja a a y a n g t i d a k a d * k a i t a n a y a d a - n g a n k a a a h a ta n ( n o n h a a l t h p r o d u c t) u n tu k t u jn a n a t a b a r i k a n k a q r a a a n a n p a n p c a a k a l . Ja a a n y a # ^ ^ ^
D a la a b a b a r a p a h a l , d l a a d a r l p u l a a a n g a tl a h a u k a r u n tu k a e n ja l a n k a n k a p u tu a a n a a n a g a a a a ( a a n a - g a a a n t d a o l a l o n ) a a c a r a k o n e i a t a n . o l a h k a r a n a a d a - n y a p a r a n a n y a n g g a n d a d a r i p a r a p a n g a l o l a a p « t i k y a n g c a n d a rtm g a a n c i p t a k a n a l t u a a l y a n g a a l l a g b a r -
ta a ta n g a n * a n t a r a ta n g g u n g ja w a b p r o f a a i d a n k a p o * tu a a n n a n a g a a a n ^ *6 * 1
S a l a o n b a r p e n d a n t , b a h a a t a r d a p a t p a rb a d a a n y a n g p o k o k a n t a r a p a a g u a a b a ( b u a i n ta a a a n ) d a n p r o * f a a i o n a l .
S a o r a n g p a n g u a a h a a a n ju a l b a r a n g d a g a n g a n n y a k a p a d a a a a y a r a k a t a a d a n g o a o r a n g p r o f a a l o n a l a a n y a d la lc a n
ja a a p a la y a n a n n y a k e p a d a p a r a e l i a n a t a u p a la n g g a s w n y a * Ja d i h a r u a a d a p a a l s a h a n a n t a r a b l a n l a p r a k t l a
+
d a n g a n p a ia y a n a n p r o f a a i * M an u ru tn y a a p o t i k a d a l a b a u a tu t a a p a t p r a k ta k y a n g d l k a l o l a a e e a r a b l a n l a d a n g a n a a n g g u n a k a n c a r a - c a r a p a a a a a r a n y a n g a a b a * r u a n y a h a n y a d i ta r a p k a n p a d a p ro d u k a t a u j a & i a - j a * n l a p a ia y a n a n d i l u a r b id a n g k a a a h a ta n .^ 1 ^^
bal taamahani k^butuhan para pelanggannya dan cmra
terbaik dalaa nenawarkan produknya untuk raainenuhi
kabutuhan pelanggannya*
Kotler aendafinisikan pamsaar&n palayanan
(profeoional services ■aarketing) adalah aeltmih lea*
giatan atau program yang dirancang untuk oenarik
kahadlran para palanggannya dengan oara nerasakan,
aeloyani, dan nettuiskan apa yang nenjadi
kebutuhmn-It*. (11)
B y a » ' 9
feknik-teknlk ptmasaran Ini apabila diterapkan boo
*-ra balk akan nenbantu pa*-ra pengelola apotik dalasi
■enclptakan suasana palayanan yang beraapek profa-
aional.
3?erdapat tiga *aea» konaap daaar dalam p«a*~
aaran, yaitu "product concept*, "selling concept*
dan ^marketing concopt**
#Product concept" pada intinya bertitlk berat pada
naculah penycdiitsm produk dan palayanan dangan mutu
yang balk. Sedangkam "selling concept* aerupakaa
konaap peoaaarac yang berkaitan dangan uaahc^usaha
penaaarcn puatu produk, seporti prcraoai dan £>cr-
iklancn dengan aaaran akhir diperolehnya keuntungan
■elalui beaaroya volume penjualan* Menurat ksnaep
ini* konsuaen tidak akan naabeli produk atau ear-
atau usaha-usaha penjualan lain, Konsep yang keti-
ga adalah "marketing concept11 yang merupakan ga- bungan antara kedua konsep di atas. Konsep ini le-
bih raenitik beratkan pada masalah identifikasi da ri kebuttihan dan perraintaan (need and demand) kon- sumen dengan sasaran akhir diperolehnya keuntungan
melalui kepuasan konsumen.^**'^
Dalam hal ini menurut Kelson, apotik atau pe- ngelola apotik sebaikn|ta mengetrapkan kedua konsep yang terakhir, yaitu "selling concept" dan "market ing concept". "Selling concept" digunakan untuk me- nyampaikan produk atau jenis-jenis pelayanan kefar- masian yang utama yang pada umumnya tidak dikenal
oleh konsumen, sedang "marketing concept" digunakan untuk menawarkan jenis produk atau jasa pelayanan
lainnya yang umumnya bukan merupakan jenis pelayan an kefarmaoian*
Dikatakannya pula, bahwa pengetrapan konsep pemasar- an ini hanya dapat berjalan sepenuhnya untuk jenis produk atau pelayanan yang tidak ada kaitaxmya de
ngan kesehatan (non health products)t tetapi tidak sepenuhnya dapat diterapkan untuk jenis-jeni* pro duk yang disediakan oleh apotik.
perawatan kesehatan (health care products) tldak
mengetahui secara pastI jenls pelayanan kefarmasi an yang diinginkannya, sebagaimana mereka mengeta
hui kebutuhannya terhadap jenis barang-barang lain. tentang pelayanan apotik Dr* Albert Wertheimer
oenggolongkannya ke dalam tiga katagori, tergantung pada relevaneinya dengan ■fungsi daaar apotik, yaitu
(17}
melakukan peracikan obat secara telltl* '
Ketiga katagori tentang pelayanan farmasi (pharma ceutical services) yang biasa dilakukan oleh apotik
tersebut adalah $
1* always assentlal to the basic service
2. sometimes essential to the basic service 3* never essential to the basic service,
Diberikan contoh pula, yang termasuk katagori pela yanan yang esenaial adalah mexaberikan informasi
yang benar kepada paslen9 sedang model-model pela yanan seperti penyediaan ear ana kenyamanan dl ruang
tunggu dikatagorikan sebagai jenls pelayanan yang nonesenslal* Dikatakan pula bahwa ketmikan daripada pennintaan terhadap produk-produk farmasl dan pela yanan farmasi yang sangat penting terhadap kesejah-
teraan pasien selalu dilalaikan dalam memenuhl kel- nginan pasien* tetapi sebaliknya pelayanan yang ti dak pokok bagi pasien selalu ditawarkan agar dapat
Dalam hal inilah apotik seharusnya selalu melaku- kan usaha-usaha agar paaien menyadari kebutuhannya
terhadap pelayanan pokok yang seharusnya dibutuh- kannya.
4* HotiVasi masyarakat dalam memperoleh pelayanan
apo-Gagnon dalam tulisannya tentang "How to deter
mine and monitor patronage motive involving your
pharmacy1', mengemukafcan bahwa dalam mempertimbangkan lokasi suatu apotik elemen penting yang harus diper-
timbangkan adalah motivasi konsumen di daerah sekitar lokasi apotik. Menurut pendapatnya, bahwa yang dimak- sudkan motivasi adalah kriteria-kriteria yang diguna kan pasien dalam mengevaluasi dan memilih apotik. Pola-pola pemilihan apotik oleh pasien ini oangat bervariasi dan tergantung kepada tipe dari faeilitas apotiknya, macsm atau pola pembellan produknya serta kharakteristik daripada konsumennya.^8^
OJerdapat sepuluh macam motif yang menjadi alasan, me- ngapa seeeorang memilih ouatu apotik.^
(a) Pelayanan yang menarik dan profesional
(b) Harga obat yang relatif lebih murah dari apotik lain
(c) Macam dan atau kualitae produk
(e) Waktu yang singkat dalam pelayanan resepfiya
(f) Tersedianya tempat parkir
(g) Lokasi yang dekat dengan tompat tinggal
(h) Lokasi yang dekat dengan tempat bekerja
(1) Lokasi yang dekat dengan tempat praktek dokter
(J) Adanya perhatian dari pharmacist*
Penelitian yang dilakukan Unlversltas Pancaei-
la Jakarta* terhadap motivasl pasien dalam memillh apotik didapatkan hasil sebagian besar responden
(67*42 %) memilih apotik karena lokasinya yang dekat*
balk dari rumah, tempat kerja atau dekat dengan tem- pat praktek dokter yang menulia resep* Berikutnya rae-
lailih apotik karena faktor langganan, yaitu sebanyak 24*28 Faktor pelayanan yang dianggapnya paling baik hanya dipilih oleh 16,86 % responden* sedang
faktor harga yang dianggap murah hanya dipilih oleh 7*17 % responden, sisanya sebanyak 11,82 % memilih
( 4Q\
apotik secara kebetulan 0aja*v
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Baldwin, dan kawan-kawan wenemukan bahwa motivasl
atau alasan-alasan yang dianggap penting oleh pasien dalam memilih apotik adalah t faktor kenyaraanan
Sadangkan faktor-faktor lain seperti t potongan har
ga* jasa pengiriman obat (delivery) tidak termasuk faktor yang dianggap penting.^
Menurut Smith hal-hal yang menunjang motivasl
(patronage motives) pasien dalam memilih apotik ada lah bersifat rasional dan emoslonal.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah
a. Keadaan kenyamanan apotik (rasional)
b. Reputasi dari apotik (rasional dan emosional)
e* Mutu pelayanan yang diberikan (rasional)
d. Kelengkapan dan mutu obat (rasional)
e. Harga obat (rasional)
BAB IX
METODOLCGI
fletoda nenelltian
Penelitian ini dilakukan dengan aenggunakan
kwe-•loner sebagal alat untuk penguapulan datanya#
Sebelua kweeioner digunakan dalaa penguapulan data ae~
aungguhnya terlebib dahulu dilakukan tahap ujl ooba,
Llngkup kvesloner hanya dibataai terhadap
vaxiabel-va*-rlabel penelitian*
Variobel-variabel yang dloakaud dalan bataean
indlka-sinya adalah i
1*1. Peroepsl nayyarakat
Istllah persepei secara \m\m dapat diartlkan
sebagal peneriaaan aeeecrang terhadap ouatu obyek
tertentu# Peraepai merupakan proaes feej^toasn di
aana ceseorang wengaaati dan menginterpretaeikan
kenyataan-kenyataan di oekitamya, Berta
aenganall-aa otgrek yang diaenganall-aaatinya berdaenganall-aaarkan kerangfca acuan
dan interest pribadi yang aubyektlf*^ lotllah
pereepal nonun^ukkan pada pengetahuan, in ter pre ta
tl (giving aaanlng to) tarhadap aaauatu obyak tar-
tantu yang dlaaati. (Baca I Knoyclopadia Aaarlcana*
Voli*a 21).
Paraapai tarhadap euatu obyak akan aanghaailkan ci-
tra pangaaat tarhadap obyak yang dlaaatlnya. Maco*
. rut Eaaairaot paraapai tarhadap aaauatu obyak joga
aanjadl Jaabatan ka arah sikap dan tingkah laku tar
hadap obyak yang diparaapai*^
Dalaa panalitian ini, obyak yang dlaaati adalah
fungal palaycnan apotik* kaaulian ataa daaar uVcuran
dan kritaria tartantu paraapai tarsabut dapat di*
golongkan katagori posit
ip dan nagatip*
1*2. Sikap dan tingkah laku paaian
Tang diaakaud adalah parilaku paaian dalaa
aaaanfaatkan jaaa apotik dl bidang palayanan kafar-
aaaian.
Dalaa panalltlan lnlff yang dlaaati adalah kadar par-
hatian paaian tarhadap palayanan kafaraaaian dan
tlndakan paaian dalaa aacanfaatkan palayanan kafar-
aaaian.
1*3, Hotlvaal paaian dalaa aaalllh apotik
Taitu partiabangon-partiabangan yang aaapanga-
ruhi paaian dalaa aaailih apotik.^22^
1.4* Paktor-faktor nonfaraaal
mempunyai aspek ekonomi dan merupakan unsur pelayan an yang tidak termasuk dalam pengelolaan apotik di bidang pelayanan kefarmasian, Dalam penelitian ini
faktor-faktor nonfarmasi yang dimaksud adalah ; (1) faktor lokasi apotik, (2) faktor harga obat,
(3) faktor pelayanan ekstra (servis). 2. Pemllihan responden
Sesuai dengan ruang lingkup penelitian yang men- jadi obyek penelitian adalah masyarakat yang memanfaat- kan jasa apotik untuk memperoleh pelayanan obatnya.
Dengan mengingat keterbatasan biaya, tenaga dan
waktu, maka sebagai responden dipilih mahasiswa ting* kat earjana dari berbagai fakultas dl lingkungan Uni- versitas Alrlangga yang pemah memanfaatkan jasa apo
tik untuk memperoleh pelayanan obatnya.
Sebagai dasar pertimbangan pemllihan responden adalah: 2.1. Mahasiswa adalah golongan masyarakat terpelajar yang
tanggap terhadap terjadinya perubahan-perubahan di masyarakat, dalam hal penelitian ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan perundang-undangan apotik PP 25/80.
Ditentukan mahasiswa dari bermacara-maoara dislplin il mu (kedokteran, hukum, ekonomi, kedokteran hewan, fak.
2*3* Dengan ossiilih nahasiawa tlngkat aarjexm
dihcrap-ken aeaparoleh raapondcm ycng aeragaa ddca ting*
kfkt kecatangan berpikir, kemantapan oencerna
per-tcnyaan dan aenjawabnya aocora Jujur dan
realie-tin, aeblngga tarjadinya Dias dapat dthindori
aa-minitial e>ungkin» Kaearagaaxm raapondan ini pan
ting artinya, aengingat paraepsi eesaorosg
terha-dap auatu obyek dipengaruhi olah kottd iai-kondiel
n,
tertentu balk yang oolaknt pada diri orang yang
(a\
3* Pemilihan responden yang pernah datang ke apotik, maka dalam mengisi kwesioner akan didasari oleh pengalaman rill dl lapangan.
Cara pengumpulan data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan daftar pertanyaan untuk dllsl oleh respon den*
Besar Hampel yang direncanakan adalah 250 orang responden yang terdiri atas mahasiswa tlngkat earjana dari fakultas-fakultas Kedokteran, Hukum, Ekonoml, Kedokteran Hewan, Pak* Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Pendidikan Ahli Admlnistrasi Perusahaan dan Ahli Pen- dldikan Lahoratorium dl lingkungan Universitas Air-
langga. Atas pertimbangan terjadinya kesalahan atau ketidak sempurnaan pengisian kwesioner, maka jumlah
kwesioner yang disebarkan dilebihkan sebanyak 30 %
dari yang seharusnya dibutuhkan*
Setelah mendapat rekomendasi dari pimpinan masing«*ma-
4* M e to d a p e n g o la h a n d a a a n a l i s a d a t a
T a h a p - ta h a p y a n g d i l a l u i d alam m e n g o la h d a t a h a s i l p e n e l i t i a n a d a l a h %
4 VI • T ah ap e d i t i n g
T ah ap i n i d i l a k u k a n u n tu k m e n g e c e k k e s e m p u r- n a a n p e n g i s i a n k w e s i o n e r ,
4*2# T ah ap c o d in g
S e lu r u h d a t a y an * d i p e r o l e h d ip in d a h k a n k e d alam " c o d i n g s h e e t " *
S e t i a p le m b a ra n " c o d i n g s h e e t " h e r i a i n o m o r p e r t a - n y a a n , p i l i h a n jaw ah & n t i a p - t i a p p e r ta n y a a n d an
s k o r e t i a p p i l i h a n ^aw ahan.* C o n to h " c o d i n g s h e e t 11 :
- k o lo m 1 : u n tu k m e n e n p a tk a n c o d e p e r n a h / tid a k n y a r e s p o n d e n m e n g u n ^ u n g i a p o t i k *
P i l i h a n jaw afc an I S k o r e a * S e r i n g s e k a l i
I
1 5
h . S e r i n g
i 1
i 4
c * Ja r a n g
i !
i 3
d . Kad a n g - k a d an g !
« 2
e . T id a k p e m a h 1 0 i«
- kolora 2 s untuk menempatkan kode intensitas ree- ponden dalam menggimakan apotik untuk
memperoleh pelayanan obatnya#
---
j---Pilihan jawaban ! Skore t
a# selalu !t
t 5
b* Bering i!
I 4
c* jarang 1
i 3
d* kadang-kadang 1
« 2
tidak pernah !
1 0
- koloTQ 3 : untuk menempatkan kode, di mana respon- den memperoleh obat selain apotik*
P i l i h a n ja w a b a n
t
!
I Sk o r e a * to k o o b a t
!
I• 4
b » k a k i l i m a
i I
• 3
c « la n g e u n g d a r i
i
! 2
d o k te r t *
d * l a i n - l a i n i» 1
- kolom 4 s untuk aenempatkan kode, apakah
reapon-den selalu menebus resepnya di apotik.
Filihan jawaban Skore
a. selalu 5
b* sering 4
c# jarang 3
d. kad ang-kad ang 2
e. tidak pemab y O ' O
Contoh pengisian "coding sheet0 :
1 era "bar 1 :
: 1 ! 2 ! 3 i 4 : 5 ! 7 : 8 i dst
• J • p • £ • J » • • • « • » • * • * * • • * • • • «
• 4 • 5 * 2 • 2 • •••«•»*«••*•••<•**
» 2 * 2 s 3 • 2 • •***••»•*••••«•■*•
Cara membaca kode :
3 3 2 5 t berarti responden parang ke apotik ,
responden jarang tnenggunakan apotik
untuk memperoleh obat, selain apotik
juga pergi ke toko obat dan selalu
4 5 2 2 , berarti responden sering mengunjungi
apotik, selalu berusaha memperoleh obat dari apotik, selain apotik juga toko obat, sering mengambil obat^ ke apotik*
dan seterusnya.
4*3* Tahap tabulae! dan Internretasi
Dalam penelitian ini akan dipersiapkan dua macam tabulaei, yaitu t
4.3*1* Tabulae! untuk anallsa diskriptip
Proses tabulaei dilakukan dua tahap, yaitii :
(1) tabulasi frekwensi masing-roasing pilihan 3a~ waban dari tiap-tiap pertanyaan; (2) tabulasi fre- kwensi pada tahap pertama, kemudian dilakukan peng- hitungan tertentu yang relevan untuk melakukan dio- kripsi terhadap variabel yang diamati. Hasil tabu
lasi tahap kedua berupa data olahan dalam bentuk pelukisan besar proporsi*
Besar suatu proporsi didapatkan dengan ;jalan
mera-■p
bagi jumlah frekwensi dengan jumlah N (-jj— ) *
Dengan demikian, besar proporsi yang tertinggi « 1,00 (sama artinya dengan 100^), Bila becar pro
porsi HX” didapatkan 0.25, berarti proporsi wXn =<
25 %.
dengan metoda skoring, Sedangkan interpretasl
terhadap data olahan, didasarkan pada krIterla
tertentu yang ditetapkan atas dasar pertimbangan kepantasannya*
Sebagai contoh, Interpretasl persepsl responden
terhadap pelayanan apotik misalnya, ada 17 (tu- juh belas) pemyataan yang dia;)ukan, dan setlap pernyataan roendapat nilai 2 (dua) apabila dija~
wab dengan benar (dengan demikian skala nilainya antara 0 - 34).
Persepsl responden dikatakan Hpositipn apabila
dapat men;Jawab 6056 dari jumlah pemyataan yang diajukan dengan benar*
4i#3,2* Tabulasi untuk analisa korelaai
Tabel-tabel dalam tabuXasl analisa korelasl di- persiapkan untuk mencarl ada tldaknya hubungan antara variabel yang diteliti dan sekallgus di- gunakan untuk raembuktikan hlpotesa yang diajukan* Tehnis analisa korelasi yang digunakan adalah tehnis analisis Yule's Q« Clri umim dari anali-
sis Yule*s Q adalah pengelompokan variabel seca- ra dichotomi dengan menggunakan tabel 2 x 2 atau
four-fold tabel.^2*13*24^
CONTOH TA BEL
Rumusan perhitungan nilai Qxy adalah s
<1 5 , ? 4 >
Besamya nilai Qxy antara - 1 sampai dengan ♦ 1 ,
di mana - 1 menyatakan korelasi negatif yang se m -
p u m
+ 1 menyatakan korelasi positip yang sern-
p u m a
0 menyatakan bahwa antara X dan Y tidak
ada.korelasi*
Untuk dapat menafeirkan 'bsg-atmana arti korelasi
antara X dan Y digunakan kriteria dari nilai Qxy
sebagai berikut :
•f 0*70 ke atas : hubungan positip yang sangat
♦ 0.50 s/d ♦ 0.69 t hubungan pooitlp yang santap
(a substantial positlf u s o *
oiation)*
♦ 0*50 s/d ♦ 0#49 3 hubungan posit Ip yang ssiang
(a mods rats positlf
assoeia-tion).
♦ 0.10 s/d ♦ 0*29 : hubungan poaitip yang rsndak
(a low positlf association)*
♦ 0*01 s/d * 0*09 t hubungan posltip yang tidak
bsrarii (« nsgligiblo positlf
association)•
- 0*01 s/d * 0*09 l hubungan nagatip yang tidak
bsrarti (a nsgllglbls
«*g**-til association)*
- 0*10 s/d - 0*29 i hubungan nagatip yang rsndah
(a Ins nsgativs association)*
*0*50 s/d - 0.49 * hubungan nogatip yang sadang
(a sods rats nogatlf assoola~
tion)*
- 0*50 s/d * 0*69 l hubungan nogatip yang ■ an tap
(a substantial nogatif asso-*
elation)*
•* 0*70 a/d ks bavahahubungan nogatip yang sangat
Agar dapat rtenganaliaa dengan menggunakaa
Tule's Q, senna data haras dikatagorikan menjadi dua bagian, yaitu poaitif nagatif, tlnggt rendah, cukup kurang dan aebagainya . ( ^ »13 )
Untuk keperluan ini dal am oengelorapokkan data
digunakan tehnis scoring* Dengan cara member! akore tertentu pada catlap variabel atau iten
yang bersangkutan, dengan kriteria tertentu bar- dasar junlah akore yang diperoleh* maka persepal
naalngnnacing responden dapat dikatagorikan poei- tlf atau negatif*
Dengan cara yang sana, yaitu dengan cara neaberl okoro tertentu berdaaar jumloh akore yang dida- pat, naka balk variabel depanden maupun variabel independennya dapat dlkatagorikan positif atau negatif*
BAB III
HASIL PENELITIAN
1* G-aabaran umum responden
Setelah dilakukan editing terhadap 293 kwesio-
ner, terdapat 11 responden yang menyatakan tidak per-
nah mengunjungi apotik dan 16 responden mengisi kwe-
sioner tidak lengkap. Kwesioner yang tidak memenuhi
persyaratan ini dibuang, sehingga jumlah responden
yang digunakan untuk pengolahan data adalah 266*
Dari jumlah responden tersebut, setelah dilaku
kan pengolahan didapatkan gambaran umum responden,
seperti tertera pada tabel-tabel 1, II dan III*
TABEL 1
PERNAH DAN TIDAKNYA RESPONDEN MENGUNJUNGI
APOTIK PADA TAHUN 1983 - 1984
Besar proporsi jawaban Indikasi Sering
sekali Pernah/tidaknya
responden me- ngunjungi apotik pada tahun
1983 - 1984
0,12 j 0,20 j 0,33 | 0,26 j 0,09
XSfHiSISAS RESP03DE3 HESGIBJUHGI
m m x PADA fAHUH 1985 - 1984
TABEL II
Indikfiti
Baaar proporsl ja*abaa
T
Xntensitaa r«i! potidan d a l M t t palayanan apo-!tik !
t
0*44
i---r
I ! 1
! ? I
0,30 I 0,07 I 0t 18 I
f ! !
1 t 1
0 , 0 1
I f I
S&BSb- til
S E n m RESPOOTBH HEnPEROldSH 03AT 8EXJLXS AP02X1
--- --- --
|---Stmpat oamporolah obat i--- Frektteusl I #
--- j---
{---1. ffoko obat 1 114 I 43*68
f !
2. KaKI lisa ! 83 1 32*57
I !
3* Langaung dari doktar ! 25 1 9*58
4« I»aln-lain t 37 I 14*18
2* Deskrlpsi tentang persepai paaien terhadap fungal pe- layanan apotik
Feraepsl responden terhadap fungsi pelayanan apotik meliputi t
1* pengetahuan responden terhadap fungal dan tugaa apotik f
2. pengetahuan responden terhadap jenla barang atau jaea yang dapat diperoleh dari apotik*
Kedua hal tersebut informaeinya bertolak dari jawaban nomor 20*
TABEL XV
HSGETABTJAK RTSPOSKES TEUHADAP TWQBl UAH SUSAS AHKXE
Tn/441ra«4 Benar p ro p o rai javab an nyicapan dan aenyerahkan
»GS?
A3HUS lUSSPORSHi TBRBABAP JBKXS SARAIG ATAU JASA
TAH& DAPAT DIP5RCLEH DARI APOTIK
SABEL 7
Indikaai
Beear proporei javabanj
Benar [ Salah J
1 1. Barang-barang kesehatan,
aeperti gipa, verban,
kaaa ateril dan lain*
lain
! 2. Bahan pera#atan
Kecan-tlkan/koaaetika
i
0,91 ]
2
0,09 {
I 3. flakanan dan ainuaan bay!
0,61 1
t
0,39 I
1 4# Makanon/aiirdaan yang
di-jual bebaa kepada paaien
aewaktu aenunggu pela
1 5* Jflfltu-Jaiu atau obat
tradioional
i
0,76 j
r
0,24 )
1 6. Alat-alat kebutuhan
*eluarga Berencana
I
0,45
\
0,55 |
t 7. Jaaa pelayanan
inforaa-«i dan konaultaal obat
I
0,94 |
|
0,06 |
! 8* Jaaa pelayanan
labora-toriwn
X
0,74 {
|
0,26 (
1 9. Jaaa pelayanan
Inforaa-•1 tentang Keluarga Be*
rcncana
110* Jasa pelayanan
pengaa-bllan resep dan
pengi-rloan obat
t
0,31 t
t
0,69 I
fotUntuk aeaudahksn interprotaai terhadap data
o-lafcan tabtl XV dan tabel ?, berdasar ataa nilai
ku-oulatlJT yang diperolah aaaing-aaaing reaponden, par-*
aapainya digolongkan “poaitip* dan "nagatip*.
Kritaria penggoltmgannya adalah. :
~ poaitip i bila nilai kunulatlf ^ 20*
- negatip : bila nilai kuaulati* 20*
TABEL VI
DISERIBUSI PHEKVEH3I SKGRE KUMULATIF JEHCE2AKUMS EXSPCHXH 2EEHADAP TUOJtf PA3 TOICSI PELATAKAS APOTIK
KRITERIA PENGGOLONGAN INDIKASI PENGETAHUN
RESPONDEN TERHADAP TUGAS DAN FONGSI PELAYANAN APOTIK
TABEL VII
• Klasslflkasl
1 persepsi
r
... ! Prekwensi IT " .'...
1 % !
! !
I Positip I « 245 I... !! 91 I
i i
I Negatlp I 25
! I! 9 I !
! N - 266 | Total « 100 !
5* Deskrlpsl tentang slkap dan tingkah laku pasien dalam memanfaatkan jaaa pelayanan apotik
Geunbaran yang ditunjukkan meliputi t
1* slkap dan tingkah laku responden dalam memanfaatkan
pelayanan kefarmaaian apotik,
2* kadar perhatian responden terhadap fungsl pelayanan
informaei apotik,
5. komunlkasi responden dengan petugas apotik.
Informasl datanya bertolak dari jawaban item-
item nomor 4, 6, 7, 9t 10, 11 dan 12* Haell dari pada
n m ? x n
Sari&glJarang
Kadaag
kadaag
*idak
parnakKasadiaan
raa-pond on
sangaa-M 1 obat
Apakah ra
*a-m o *a-m IKFCtlHASI TATO 35I®mA!TA» M S P C S m JTBPATA
APCTEEE
R/
A3ICTES APOTEKEH DI AFOtlK
TA3C1 IX
a)
K t c n injtoroaai ! * (£r»kvem»l rel*} '
""...
...
1
1« Cara panggunaan obat
!
i
54,5
2. Efak aaaping obat yang !
aungkln tlabul
I
45*5
■
5* Xontra indlkaai
l
I
31*5
4* Kbaaiat obat
I
*
30,5
i
5» Cara panyiapanan obat t
t
te,e
i
6*
Lain-lain
tt5,0
*) atngg-unakan
^ualah raapondan (K) stbagai daaar**/3S& X
c a h a resfgeict x trro p rA C i SEV A N G SfcttOGUVFAAB 0 3 A f
Cara aaapirolab infomaal [ Baaar propoml
t« Mananyakan kcpadiv Ap&t*ker/A» aiatan apotsker fli apotik
2* Kensnyakan kapada dckter
3» Eenggunakan obat eesuai po-ttmjuk dokter
Untuk interpretasi data olahan pada tabel-tabel
VIII, XX dan X, berdaear nilai kumulatip yang diper-
oleh masing-masing responden, gambaran slkap dan ting
kah laku responden digolongkan "positip*1 dan "negatip”.
Kriteria penggolongannya adalah *,
- positip s bila nilai kumulatip 21,
- negatip t bila nilai kumulatip 21*
TABEL XI
3) IS TRIBUS I FREKWENSI SKORE KUMULATIP TEN TANG SIKAP
DAN TINGKAH LAKU RESPONDEN DALAM MEMANFAATKAN JASA
PELAYANAN KEFARMASIAN APOTIK
Skort Bataskelas ngah kelasTitik t«- Frekwensi %
KRITERIA PENGGOLONGAN INDIKASI SIKAP DAN TINGKAH LAKU
RESPONDEN DALAM MEMANFAATKAN JASA PELAYANAN
KEFARMASIAN APOTIK
TABEL XII
! Klasifikasi
j slkap dan tingkah laku
"1 !
! Frekwensi t
1 ! % 1
i positip ! I 1 172 1 ! * 64,66 1
I Negatip 1 94 !
! t 35,34 !
| N - 266 { 100 |
4* Faktor-faktor nonfarmasi yang mempengaruhi motlvasi pasisn dalam memilih apotik
Faktor-faktor nonfarmasi yang mempengaruhi mo* tlvasi pasien dalam memilih apotik dlbagi atas 3 fak* tor, yaitu s
1« faktor lokaei apotik, 2* faktor harga obat,
3* faktor pelayanan apotik*
Informasl datanya bertolak dari jawaban item~item no*
mor 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan 19.
Hasil penelitian mengenai faktor-faktor nonfar-
TABE& XIII
FAESQR-VAKOR YA1IO BimiSXrD/TGKA!: BE3KJEDS3 BALAtt nZHXLXH AFOOT
a* f:«3p©rtl»bangkan dalam Qealllh apotik I
T"
• s tl o l u ! 100
2
1...
1 37,59
* s o rin g k a l i
> f t 80 1 30,03
• jaran g f 20
2 I 1 7*52
• kadang~kadang t 41
1 1 15,41
* tid ak paraah 1 25
t 1 1 9 ,4 0
Trekvansi %
b* fteaparttabasgkftn horga obatnya i
T
Prakvenai• atlalu II
1 1 I I I S f
146 I 54*69
* earing kail 67 t 25*19
# jarang 15 1 5*64
• kadasg-kadang 24 f 9,02
1
• tidak pemab 1
e * H e n p e r t i o b a a g k a n w a k t u * b l a y a d s n k e s u d a h a n d a ~
1cm nencapai lokaai apotik s
1 111M" i... ■■■■—
J F r a k v e n a i t %
t • a e l a l u
r — ... T 1" 1 1 7 2 1
1 * 6 4 , 6 6
! • c a r i n g k a l i t 6 9 f
i f
2 5 * 9 4
t * j a r a n g
B 1
! 6 1
■ t 2 * 2 6
t • k o d a n g - k a d c n g
1 •
I 1 7 t
i t 6 , 3 9
t « t i d a k p a r o a h 1 2 1
1 1
0 , 7 5
d . t t a a p e r t i a b & n g k a n o r a i l i h a p o t i k t e r d a k n t d e n g a n
t a n p n t t l n g g o l i
. ...
j Fre k w e n s i % ! ! • a a l a l u " " 1 ...1 1 0 6
j 3 9 t 8 5 j 1 • a a r i n g k a l i 1 10 3
« 3 8 . 7 2 I I . Ja r a n g ! 21
t 7 *8 9 1
2 • k ad o n g -k ad an g I 3 3
i 1 2 , 4 1 I ! * t i d a k p e rn ah *