• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Ilmu Politik Politik dan Korupsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Ilmu Politik Politik dan Korupsi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH ILMU POLITIK

KORUPSI DI KALANGAN ELIT POLITIK

Makalah Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Politik

DISUSUN OLEH NAMA : NI MADE ETI WIDHIARI

NPM : 2013310006 KELAS : E

DOSEN : LEO AGUSTINO, S.Sos., M.Si., Ph.D.

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia– Nya sehingga makalah dengan judul “KORUPSI DI KALANGAN ELIT POLITIK” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan serta pengetahuan tentang adanya keterkaitan antara sistem politik dengan korupsi.

Pembuatan Makalah ini diselesaikan dengan bantuan dari beberapa sumber, baik dari sumber tertulis seperti buku-buku yang terkait dengan judul makalh, maupun dari sumber elektronik seperti internet. Makalah ini merupakan makalah yang masih jauh dari kesempurnaan, serta banyak kekurangan dalam penyusunannya, sehingga penulis mengharapkan atas kritik yang membangun dan saran – saran demi kebaikan dalam penyusunan makalah ini. Meskipun makalah ini masih banyak kekurangan, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Ilmu Politik, khususnya mengenai politik dan korupsi itu sendiri.

Bandung, 3 Desember 2013

(3)

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Politik, dimana makalah ini mengambil pokok bahasan mengenai “Politik dan Korupsi” dengan judul “KORUPSI DI KALANGAN ELIT POLITIK”.

Pada jaman yang dimana teknologi sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat ini, banyak perilaku-perilaku yang menyimpang yang terjadi. Perilaku menyimpang yang tidak hanya terjadi dikalangan biasa, namun juga terjadi didalam kalangan politik.

Walaupun kebanyakan dikenal sebagai orang-orang yang berpendidikan tinggi, tetapi tidak sedikit orang yang bergelut dibidang politik melakukan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan. Kebanyakan tindakan menyimpang yang dilakukan oleh orang yang bergelut dibidang politik tindakan korupsi. Tindakan tersebut kerap kali ditemui di dalam dunia perpolitikan, khususnya di Indonesia sendiri. Banyaknya kasus yang terungkap belakangan ini menandakan bahwa di Indonesia banyak terjadi tindakan korupsi. Memang tidak semua tindak korupsi dilakukan oleh para pejabat, tetapi kebanyakan kasus yang ditemukan dilakukan oleh pejabat-pejabat kita.

Dunia perpolitikan yang dipandang sebagai dunia elit, tidak selamanya dapat dipandang sebagai dunia yang elit, dikarenakan tindakan-tindakan yang dilakukan banyak yang menyimpang dari hukum yang sudah ditentukan. Seperti yang sudah diuraikan diatas, bahwa kasus korupsi yang dilakukan kebanyakan pelakunya adalah orang yang berasal dari kaum elit, sebagai contoh para pejabat dan pengusaha. Namun, dalam makalah ini akan lebih menekankan tindak korupsi yang dilakukan oleh para pejabat kita.

Para pejabat ataupun orang-orang yang memutuskan untuk bergelut didunia perpolitikan seharusnya memiliki komitmen untuk tidak melakukan tindakan korupsi, dimana mereka seharusnya mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat kita. Tetapi pada kenyataannya, banyak pejabat yang justru menjadi dalang dari kebanyakan kasus yang ditemukan. Dalam makalah ini, akan juga membahas mengenai kaitan antara dunia perpolitikan dengan kenyataan yang sering terjadi belakangan ini seperti tindakan yang korupsi.

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Mendengar kata korupsi dan politik tidak lagi asing bagi kebanyakan orang, khususnya dijaman yang kental dengan majunga teknologi dan semakin banyaknya kebutuhan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut dapat juga menjadi salah satu penyebab dari adanya korupsi didalam tubuh politik pada jaman sekarang, walaupun sebenernya orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi yang bergelut dalam sistem politik bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kedudukan serta kekuasaan.

Penulis mengambil tema “Politik dan Korupsi” ini karena ingin membahas mengenai keadaan politik di Indonesia khususnya yang belakangan ini banyak bermunculan kasus-kasus tindak korupsi. Kasus yang muncul pun bukan hanya sekedar kasus korupsi kecil atau dapat dikatakan kasus mudah, tetapi kasus yang muncul adalah kasus yang dapat dikatakan besar dimana membutuhkan penanganan yang tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu lembaga saja. Penyelesaian yang saat ini dikerahkan oleh lembaga-lembaga tertentu yang memang khusus untuk memberantas tindak korupsi tersebut tidak cukup mampu untuk membuka dalang awal dari terjadinya tindakan korupsi tersebut, sehingga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak agar dapat memecahkan masalah atau kasus tersebut.

Kesulitan yang dialami oleh lembaga-lembaga pemberantas tindak korupsi tersebut, membuat proses pemecahan masalah pun menajdi tidak mksimal sehingga lambat laun akan hilang dengan sendirinya kasus tersebut. Tetapi kasus tersebut akan seketika muncul kembali jika ada kasus korupsi lain muncul, sehingga kasus yang harus diselesaikan bertambah tetapi tidak satupun masalah terselesaikan.

(6)

memfokuskan terhadap dunia perpolitikan di Indonesia. Keterkaitan antara kursi kekuasaan dengan kebebasan yang dimiliki sehingga bisa terjadinya tindak korupsi, yang mana tindak korupsi tersebut tidak hanya terjadi pada satu atau dua lingkup saja tetapi kasusnya merembet atau meluas menjadi banyak pihak yang terkait dalam masalah tersebut. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini dapat mengembangkan pengetahuan para pembaca mengenai korupsi di kalangan kaum elit politik, sehingga ada gagasan bagaimana cara memperkecil atau menghentikan tindak korupsi khususnya dikalangan elit politik. Terlebih diharapkan agar pesan dari penulisan makalah ini dapat menjadi gambaran bagi generasi muda untuk tidak lagi mengulang tindakan yang sangat tidak tepat ini, dan mampu menciptakan lingkungan perpolitikan yang bersih.

(7)

BAB II

KERANGKA TEORI

Dalam makalah yang berjudul “KORUPSI DI KALANGAN ELIT POLITIK” penulis memperkuatnya dengan adanya beberapa prinsip-prinsip teori dari para ahli dan beberapa sumber terpercaya lainnya agar isi makalah ini dapat dipertanggung jawabkan, berikut teori-teori tersebut:

1. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyususnan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih tersebut. (Miriam Budiarjo, 2008 : 8)

2. Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatau macam bentuk susunan masyarakat. (Mansyur Semma, 2008 : 11)

Berikut adalah beberapa penngertian mengenai tindak korupsi yang panulis kutip dari beberapa sumber :

1. Korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, uang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya. (Retno, 2007 : 62)

(8)
(9)

BAB III

KERANGKA KONSEP

Dalam tindak korupsi terutama dalam penanganannya tentu memiliki alur, adapun berikut alur penanganan terhadap tindak korupsi :

Tersangka

Pemrosesan penyidikan, penyelidikan, dan penuntutan

oleh KPK

Penyitaan seluruh harta milik koruptor (Hanya harta yang beratas namakan koruptor yang

disita)

Pemberian vonis oleh hakim tipikor

Menjalani masa hukuman dipenjara dan pengasingan koruptor di Kampung Koruptor

yang diawasi dan dilaksanakan Kementrian Hukum dan HAM.

Memasukan koruptor kedalam catatan black

(10)

Dari kerangka konsep diatas dapat dilihat, bahwa sesungguhnya sudah ada aturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Dimana yang diawali dengan penangkapan si pelaku dari tindak korupsi yang sudah menjadi tersangka dalam kasusnya. Kemudian setelah penangkapan tersebut, maka akan dilakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap pelaku. Dimana proses ini tentu akan membutuhkan waktu yang panjang karena pada kenyataannya pada tahap ini akan ditemukan tersangka-tersangka lain yang diperoleh infonya dari tersangka yang sudah tertangkap. Terbukanya kedok dibalik tindak korupsi yang terlintas terlihat hanya satu orang yang terlibat ternyata melibatkan tidak sedikit orang dalam pelaksanaannya.

Hal ini dapat terjadi karena memang dalam dunia perpolitikan banyak terjadi perselisihan sehingga ketika dalam proses penyidikan kebanyakan orang yang sudah jelas menjadi tersangka akan memilih untuk memberitahukan siapa-siapa yang juga trelibat dalam kasus tersebut. Akibatnya akan banyak terungkap tersanghka-tersangka lain yang juga ikut mengambil andil dalam munculnya tindak korupsi tersebut. Dalam kondisi yang serba sangat tercukupi sebagai pejabat yang bergelut dalam dunia politik, tentu bisa menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya tindak korupsi tersebut. Penyalahgunaan kekuasaan serta kekayaan yang didapat, membuat orang tersebut dengan senang hati akan melakukan tindak korupsi tersebut.

(11)

Pada aturan hukum yang dikenakan terhadap pelaku tindak korupsi, terakhir yaitu tersangka akan menjalani hukuman yang sudah titentukan oleh hakim tipikor. Selain hukuman penjara yang pasti akan didapatkan tersangka, ada juga hukuman dalam bentuk perasingan. Hukuman perasingan tersebut tentu diawasi oleh lembaga-lembaga yang terkait, agar dalam masa perasingannya tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak seharusnya terjadi. Dalam hal ini lembaga yang terkait dalam pemantauan tersangka yang menjalani masa perasingan di Kampung Koruptor adalah Kementrian Hukum serta lembaga HAM. Jika masa hukuman penjara diberikan untuk memenuhi peraturan yang tertera di dalam undang-undang serta disertakan vonis dari hakim tipikor, maka hukuman perasingan ini diberikan agar tersangka yang bersangkutan dapat jera dan mampu mengubah sikap dan diharapkan tidak lagi melakukan tindakan korupsi.

(12)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Indonesia yang merupakan sebuah negara yang saat ini termasuk dalam jajaran negara yang memiliki tingkat korupsi tertinggi di Asia. Kegiatan korupsi di negeri ini memang sudah merajalela, mulai dari kaum akar rumput hingga para petinggi negara pun tak sedikit yang terlibat kasus korupsi, selain kolusi dan nepotisme. Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik dan turun temurun, bagi banyak orang korupsi bukan lagi dianggap sebagai pelanggaran hukum, melainkan suatu hal yang lumrah. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tak juga mampu memberantas praktek ini, lembaga pemberantas korupsi KPK pun seolah tak mampu berbuat banyak. Langkah – langkahnya banyak menemui hambatan yang tak lain adalah upaya dari para pelaku korupsi untuk menggagalkan eksistensi KPK. Adapun dengan kondisi hukum seperti multi tafsir membuka peluang korupsi dari berbagai pihak. Dalam konteks desentralisasi dan diversifikasi korupsi, kondisi ini menyebabkan makin tingginya yang diminta dalam tindak korupsi dan hasilnya tidak pasti. Kemudian sangat banyak Undang-undang yang menunggu peraturan pelaksaannya.

Padahal undang-unadng itu sendiri masih mengandung ketidak konsistenan dan kurang mempertimbangkan aspek kontekstual institusional, sosiologis, dan ekonomi. Karena tidak realsitis, maka masyarakat terpaksa mencari jalan keluar dengan terlibat tindak korupsi. Mekanisme check balances dari prinsip trias politica tidak terjadi karena baik eksekutif dan judiciary tidak punya mekanisme pengawasan yang jelas selain melalui audit yang dilakukan eksekutif tapi harus ditindaklanjuti oleh judiciary. Legislative tidak bernai bermain sebagai pengawas keduanya karena peluang dituduh korupsi politik juga besar.

(13)

kegoatan ekonomi illegal yang merupakan hasil korupsi atau justru tindakan korupsi itusendiri. Dlam negara dengan masa transisi, sektor ekonomi ilegal membesar danmenggerogoti kemampuan negara mengatur kebijakan pembangunan. Para pelaku bisnis legal.

Korupsi yang menjadi tata cara sehari-hari yang meluas menjadi perangkap etis bagi parareformis potensial seperti aktivis dan mahasiswa.Terdapat kaitan (yang mungkin tidak disadari) antara pelaku korupsi di lembaga negara dengan unsur masyarakat yang seharusnya menjadi “watch-dog” seperti media massa, lembaga riset dan universitas, organisasi kemasyakatan, dan asosiasi professional.

Para peneliti, misalnya, sering mendapat proyek dari lembaga negara,sehingga mengurangi daya kritis mereka. Organisasi masyarakat sering menjadi komoditas politik yang berharga secara finansial. Jika dilihat kaitan antara politik dan korupsi, mekanisme perwakilan yang membuka peluang politik uang menghasilkan kandidat dan para wakil yang menanggung “hutang budi”. Kemudian jaringan korupsi diciptakan untuk mengurangi resiko, serta dukungan gerakan Anti Korupsi tidak pernah/tidak bisa menjadi alat mendapatkan kredibilitas dan legitimasi politik.

(14)

Para pejabat yang bergelut dalam dunia politik pun, yang pada saat teknologi sduah maju seperti saat inibisa dikatakan sebagai kaum elit politik tidak mampu menhindar dari belenggu perilaku korupsi. Justru dengan apa yang sudah mereka capai dan mereka miliki membuat peluang melakukan tindak korupsi semakin besar, Karena pada fakta memang kasus korupsi yang belakangan ini muncul uang menjadi dalang adalah para pejabat, dimana mereka memang memiliki hubungan kerja. Kurang tegasnya peraturan serta diabaikannya etika profesi dan hukum yang sudah ada dalam undang-undang membuat tindak korupsi tidak terelakan lagi terjadi.

Gerakan Anti Korupsi Pola korupsi di tiap sektor ternyata saling berhubungan dengan sektor lainnya, tap ipenanganannya tidak fokus dan konsistes sesuai dengan kondisi Indonesia. Badan yang khusus menangani korupsi, seperti Komisi Yudisial dan Komisi Ombudsman terlalu terbatas wewenangnya, kurang sumber daya, dukungan politik, dan pertautan kelembagaan. KPK bisa dikatakan cukup wewenang dan sumber daya relatif, namun masih tergantung pada kualitas lembaga lain sebagai tenaga pelaksana. Lembaga ini juga sangat kurang mendapat dukungan politik.

(15)

BAB V

PENUTUP

Akhirnya penulis telah sampai pada ujung dari penulisan makalah ini. Selesai pula penulis untuk menjabarkan dan memaparkan penjelasan mengenai kaitan antara tindak korupsi dengan elit politik yang difokuskan pada perpolitikan yang ada di Indonesia serta kaitan antara yang seharusnya terjadi dengan kenyataan yang sudah terjadi saat ini. Beserta alur hukum yang akan dikenakan kepada para tersangka atau pelaku yang melakukan tindak korupsi. Pada bab terakhir ini, penulis akan menyampaikan beberapa kesimpulan yang dapat diambil setelah menganalisis masalah yang diangkat dalam makalah ini.

Penulis melihat bahwa di Indonesia khususnya banyak terjadi korupsi, bisan dikatakan sangat banyak tindak korupsi yang ditemukan. Tindakan tersebut banyak terjadi dikalangan pejabat yang mana pada seharusnya para pejabat tersebut mampu memberikan contoh yang baik bagi masyarakatnya. Kekuasaan serta kedudukan yang dimiliki membuat mereka semakin ingin melakukan tindakan korupsi yang mana mereka tau bahwa tindak korupsi merupakan salah satu tindakan yang sangat melanggar hukum. Adanya alur hukum yang sudah dibuat juga tidak membuat para koruptor menjadi jera untuk tidak melakukan korupsi lagi, melainkan semakin berani untuk melakukan korupsi karena kenikmatan yang akan didapat setelah melakukan tindakan tersebut.

(16)

melanggar aturan tersebut. Dapat dibayangkan bagaimana pandangan masyarakat terhadap dunia politik di Indonesia saat ini.

Seharusnya diharapkan bahwa alur hukum yang sudah ditetapkan oleh lembaga-lembaga dalam upaya mengurangi ataupun menghukum pelaku yang melakukan tindakan korupsi dapat membuat para pelaku jera atau bakan merasa takut untuk melakukan tindakan korupsi. Sehingga mampu memberikan contoh yang sesuai terhadap masyarakat. Atau ada baiknya mulai sekarang dibentuk badan pengawas agar tidak lagi ada orang-orang baik dari kalangan manapun untuk berani melakukan tidakan korupsi. Jadi jika terlihat tanda-tanda bahwa orang tersebut akan melakukan tindak korupsi, sebelum terjadi sudah ditundak terlebih dahulu.

Kesesuaian porsi hukum yang akan dikenakan terhadap pelaku korupsi pun juga seharusnya tidak luput dari pengawasan pihak-pihak yang terkait dalam hal ini. Karena masalah ini juga seringkali yang membuat para koruptor tak jera untuk kembali mengulang perilaku tindak korupsi tersebut. Dapat dibayangkan, jika bagi orang yang menjadi perantara terjadinya korupsi akan mendapatkan hukuman yang sama dengan yang menjadi dalang dibalik kasus korupsi terjadi. Sangat tidak adil, bahkan akan membuat pelaku utama akan mengulangi tindakan yang sama kembali.

Ada baiknya juga jika mulai sekarang diperbaharui undang-undang yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi dan mulai diberlakukan sama rata terhadap siapapun yang berani melanggar hukum, tanpa harus memandang apa kedudukannya dan berapa kekayaan yang dimiliki oleh si pelaku tersebut. Dengan adanya kesetaraan hukum tersebut, maka akan terjadi keteraturan hukum dan ketaatan terhadap hukum yang bersangkutan, sehingga mampu menekan angka kasus korupsi yang terus meningkat di Indonesia ini.

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia, 2008.

Lemhanas. Keadilan Sosial. Jakarta:Gramedia, 2005.

Semma, Mansyur. Negara Dan Korupsi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Retno. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Gramedia, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

rakyat di negeri itu membaca karya-karya terbitan luar negeri. Winston Churchill amat mencela sensor ketat yang dilakukan oleh Uni Soviet tersebut, dan menuduh

Ouput yang dihasilkan telah dianalisis dengan penilaian dari peran yang telah dilaksanakan, meskipun dari masing-masing stakeholders memiliki kendala dalam

Pada pengamatan siang hari, beberapa perilaku terlihat lebih dominan, yaitu berjalan, berdiam diri, berjemur, memanjat, mengeluarkan liur, dan menjulurkan

Kondisi demikian menunjukkan bahwa, pemberian pakan suplemen MBPM dapat mempunyai nilai ekonomi lebih baik dalam mempercepat muncul berahi pada sapi induk Brahman Cross

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asiya Gul, Sajjad Akbar dan Zeb Jan (2012) dalam jurnal Role of Capacity Development, Employee Empowerment and Promotion on Employee

Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki daerah sebagai amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diatas, Pemerintah Daerah mengajukan Retribusi Jasa Umum dengan 8

3. Apa yang dimaksud dengan ta’ziyyah? Kemukakan pula hukumnya, alasan hukumnya, dan

Adalah statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta, dan pengetahuan berkaitan