ASUHSAN KEPERAWATAN
PENDERITA BUERGER DISEASE PADA Tn. X
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB I
Disusun oleh kelompok IV : 1. Resty Kusmayati 2. Nuni Septiani 3. Ringgit Pragista 4. Dede Sopian 5. Asep Rosidin 6. Dikdik
7. Rizki Novianti 8. wiyadi
Prodi SI Keperawatan
STIKES YPIB Majalengka
Jl. Gerakan Koperasi No. 003 Telp. (0233) 284040
Tahun 2013/2014
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan pertolongan-Nya lah kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini mempunyai judul ”Asukan Keperawatan pada Penyakit Buerger”, yang di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB I.
Penyakit buerger (tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok.
Berdasarkan studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit Buerger dibandingkan dengan siapapun. Sekitar 5% penderita adalah wanita.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berdasarkan penelitian, beberapa studi melaporkan bahwa korelasi penyakit Buerger lebih banyak menyerang perokok dan keadaan ini akan semakin memburuk jika penderita tidak berhenti merokok. Penyakit ini hanya terjadi pada sejumlah kecil perokok yang lebih peka. Mengapa dan bagaimana merokok sigaret menyebabkan terjadinya penyakit ini, tidak diketahui.
Namun, seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak” demikian pula dengan tugas ini. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan yang kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk penyusunan tugas dimasa yang akan datang.
Majalengka, 15 Oktober 2013
Daftar Isi
Kata pengantar Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Dan Manfaat BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi B. Etiologi C. Klasifikasi D. Patofisiologi E. Tanda Dan Gejala
F. Pemeriksaan Penunjang G. Penatalaksanaan
BAB III
A. Pengkajian B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Asuhan Keperawatan E. Implementasi
F. Evaluasi BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.
Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous gangrene”. Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.
Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 – 20% kasus per 100.000 populasi.
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1. B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sindrom buerger?
2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya sindrom buerger? 3. Bagaimana proses terjadinya?
5. Bagaimana cara untuk menanganinya?
6. Bagaimana konsep keperawatan dari sindrom buerger?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit sindrom buerger.
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi
Cheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan, menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang, kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda dengan riwayat pengguna tembakau. Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit Buerger dibandingkan dengan siapapun.
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan. Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh infamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan.
B. Etiologi
dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun. Selain penyakit sistem imun diduga ada hubungan dengan penyakit Raynauld.
C. Klasifikasi
1. Sumbatan arteri trombotik a. Arteri yang sakit
o ASO o TAO
o arteritides b. Arteri normal
1) Keadaan hiperkoagulasi Kelainan mielopro literatif Penyakit usus ulseratif
Trombosis arteri sederhana idiopatik
2) Trauma kontusio atau rusaknya arteri yang parah 3) Diseksi aorta
2. Sumbatan arteri embolik
a. Arteri besar, sedang, dan kecil bisa disumbat oleh emboli yang muncul dari :
1) Jantung
Penyakit jantung reumatik. IMA
Payah jantung dari semua sebab. Endokardtis infeksiosa.
Miksoma artirum kiri.
2) Arteri kecil dan arteriola bisa disumbat oleh debris ateromatosa dari plak ateromatosa proksmal atau trombus mural dalam aneursma arteri (embolisasi ateromatosa atau kolesterol)
3. Jenis lain dari siumbatan arteri akut: a. Spasme arteri, sekunder terhadap:
Ergotisme
DOB (4 bromo-2,5dimetoksiamfetamin), obat ”jalanan” Trauma tumpul
Suntikan intra arteri b. Benda asing
Kawat pembimbing dan kateter. Embolisme bullient
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis :
(a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis
(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis
(c) terjadi kontraktur dan atrofi (d) kulit menjadi atrofi
(e) fibrosis perineural dan perivaskular
(f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
E. Tanda dan Gejala 1. Rasa Nyeri
a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala tersebut biasanya progresif.
b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang bila direndahkan.
c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu, akan ada perasaan hipererestesia.
2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang.
3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.
4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi. 5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma.
Gangren biasanya unilateral dan terdapat pada ujung jari.
6. Trombofebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang.
F. Pemeriksaan Penunjang
2. Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi.
3. Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti merokok.
2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:
a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII (LI – LIV).Tindakan ini masih kontroversi.
b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.
3. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri.
4. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan jangan banyak jalan.
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara: a) Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara kebersihan kaki. b) Direndam dengan larutan permanganat kallikus 1/5000 selama 20 menit
setiap hari. c) Antibiotik.
6. Pengobatan spesifik.
Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran, fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide sama baiknya dengan zat pencegah agregasi platelete.
Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut pada tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty dengan kateter balon. Pada pembuluh darah kecil dan pemberian antikoagulasi.
9. Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu menjalani tirah baring.
10.Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat dari karet.
Penderita juga harus menghindari: - Pemaparan terhadap dingin
- Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam) yang digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan
- Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan minor - Infeksi jamur
- Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah. BAB III PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa-Indonesia Tanggal Masuk : 25 Juli 2013 No. Medrek : 5678910
Ruang : Nusa Indah
Diagnosa Medis : Buerger Disease Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2013
Keluhan Utama : Nyeri pada tungkai kaki sebelah kiri 2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
P: Klien datang dengan keluhan nyeri tanpa diketahui penyebabnya, namun klien mengaku seorang perokok berat.
Q: klien mengaku nyeri seperti tertusuk-tusuk.
R: klien mengaku merasa nyeri dibangian tungkai dan jari-jari kakinya sebelah kiri.
S: setelah dilakukan penghitungan skala nyeri klien dengan skala 1-10, klien mengatakan skala nyerinya mencapai angka 8.
T: klien mengaku mulai merasa nyeri pada bagian tungkainya kira-kira 4 bulan yang lalu, klien juga mengatakan bahwa nyeri sering timbul ketika berjalan terlalu lama dan juga sering timbul pada saat malam hari.
Klien mengatakan bahwa dirinya juga mengidap penyakit paru-paru. Klien juga mengatakan bahwa ia pernah di opname dirumah sakit karena penyakit paru-parunya. Namun klien mengatakan bahwa dirinya belum pernah dioperasi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa kelurganya tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama dengannya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Keadaan Umum : Compos Mentis Tekanan Darah : 140/90 mmHg Respirasi : 22x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 370 c
b. Kepala Inspeksi:
- bentuk simetris kanan dan kiri
- keadaan rambut bersih, tidak beruban dan penyebarannya merata. Palpasi:
- tidak ada benjolan - tidak mudah rontok c. Muka
Inspeksi:
- bentuk muka simetris kanan dan kiri
-ekspresi wajah meringis karena menahan rasa nyeri Palpasi:
-tidak ada nyeri tekan pada muka -tidak ada benjolan
d. Mata Inspeksi:
- tidak terdapat edema pada palpebra - tidak ada ikterus pada sklera
- posisi simetris pada kanan dan kiri - konjungtiva tampak anemis
- penglihatan baik e. Hidung
Inspeksi:
- fungsi penciuman baik - struktur hidung simetris f. Telinga
Inspeksi:
- struktur telinga simetris kanan dan kiri - tidak terdapat serumen pada lubang telinga - pendengaran baik
Palpasi:
- tidak ada nyeri tekan - tidak ada benjolan g. Mulut
Inspeksi:
-keadaan gigi lengkap
- warna gigi agak kehitam-hitaman - tidak memakai gigi palsu
- tidak terdapat peradangan pada gusi - warna bibir hitam
h. Leher Inspeksi:
- tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening - tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi:
- tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
i. Thorax dan Pernapasan Inspeksi:
- bentuk dada simetris kanan dan kiri - irama pernapasa mengikuti gerakan dada - frekuensi pernapasan 22x/menit
Palpasi:
-tidak ada nyeri tekan Auskultasi:
-suara napas vesikuler -tidak ada suara tambahan Perkusi: sonor
j. Abdomen Inspeksi:
- tidak ada pembesaran pada abdomen - tidak ada bekas luka pada abdomen Palpasi
- tidak ada benjolan yang teraba - tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: bising usus normal Perkusi: tympani
k. Genitalia
Atas Inspeksi:
- jari-jari lengkap
- keadaan jari-jari bersih - keadaan motorik aktif - peka terhadap rangsangan -repleksi normal
Bawah Inspeksi:
- terdapat luka kering pada ekstremitas sebelah kiri - warna ekstremitas kiri tampak membiru
Palpasi:
- adanya nyeri tekan pada ekstremitas sebelah kiri - skala nyeri 8
3. Pola Kegiatan Sehari-hari a. Nutrisi
Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit
Pola makan 2-3x/hari Tidak berubah
Nafsu makan Porsi makan selalu habis Tidak berubah Pola minum Kuang lebih 8 gelas/hari Tidak berubah b. Eleminasi
Kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi BAB Kurang lebih 2x/hari Tidak berubah
Frekuensi BAK 3-4x/hari Tidak berubah
c. Istirahat dan Tidur
Kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit
Tidur malam Jam 21.00-05.00 Tidak berubah Tidur siang Jarang tidur siang Tidak berubah d. Personal hygiene
Kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit
Mandi 2x/hari siang dan sore 1-2x/hari
Sikat gigi 2-3x/hari Tidak berubah
Kebersihan rambut 3-4x/minggu Tidak berubah
1. Antikoagulan 2. Dekstran 3. Fenilbutazon 4. Piridinolkarbanat
5. Inositol niasinat dan Steroid
B. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah yang
Muncul 1. Ds: Klien mengeluh
nyeri pada tungkai dan ekstremitas kiri. Do: wajah klien tampak meringis
Adanya sumbatan oleh debris ateromatosa pada
arteri
Berkurangnya aliran darah
Berkurangnya pasokan oksigen
Adanya penekanan pada saraf nyeri
Korteks cerebri
Nyeri
Nyeri
2. DS: klien mengatakan lukanya sulit sembuh DO: terdapat luka pada kaki sebelah kiri klien
Perubahan sirkulasi darah
Kematian sel-sel
Mengakibatkan ulkus pada daerah tersebut
Kerusakan
Kerusakan integritas jaringan
3. DS: klien mengeluh nyeri jika berjalan terlalu lama
DO: klien tampak kesulitan dalam
DS: klien mengeluh nyeri pada kaki bagian kiri dengan skala 8. DO: wajah klien tampak meringis
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi darah ditandai dengan
DS: klien mengeluh lukanya sulit sembuh
DO: terdapat adanya luka pada kaki bagian kiri dan tampak kebiruan 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan
DS: klien mengeluh nyeri jika berjalan terlalu lama DO: klien tampak kesulitan dalam berjalan
D. Rencana Asuhan Keperawatan N
o
DX Tujuan Intervensi Rasional
1. I T: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri
antipiretik. satu indikator nyeri.
Menanggulangi rasa nyeri klien.
2. II T: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan luka klien bisa lebih membaik.
KH: - warna menjadi normal luka dan menutup area luka serta mengganti balutan 3. III T: Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien
- klien sudah tidak mengeluh nyeri saat berjalan.
Ajarkan klien teknik relaksasi.
No .
Hari/ Tanggal
Tindakan Keperawatan Tanda Tangan 1.
25-07-2013 Pkl. 08.00
Pkl. 11.00
Pkl. 15.00
- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah: 140/90 mmHg Suhu : 370C
Nadi : 90x/menit Respirasi : 22x/menit
- Mengkaji karakteristik nyeri Skala nyeri klien 8 dengan skala integritas nyeri 1-10
- Mengkaji karakteristik luka klien
-membersihkan luka klien dan memberi balutan pada luka klien
- Memberikan obat antipiretik
- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 91x/menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 21x/menit Skala Nyeri : 8
- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/85 mmHg Nadi : 87x/menit
Suhu : 36, 50C
Respirasi : 21x/menit Skala nyeri : 8
- Mengajarkan klien teknik relaksasi 2.
26-07-2013 Pkl. 08.00
Pkl. 15.00
- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/85 mmHg Nadi : 87x/menit
Suhu : 36, 50C
Respirasi : 21x/menit Skala nyeri : 7
- Mengganti balutan luka - Memberikan obat antipiretik - Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 145/80 mmHg Nadi : 85x/menit
Suhu : 36, 50C
- Mengajarkan klien untuk
menempatkan posisi tubuhnya lebih tinggi dari kakinya.
3. 27-072013 Pkl. 08.00
Pkl. 15.00
- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/80 mmHg Nadi : 90x/menit
Suhu : 36, 50C
Respirasi : 22x/menit Skala nyeri : 5
- Mengganti balutan luka kllien
- mengajarkan klien untuk mengganti balutan luka dan merawat luka.
- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 135/85 mmHg Nadi : 89x/menit
Suhu : 36, 50C
Respirasi : 20x/menit Skala nyeri : 4
- Mengajarkan klien untuk mengantisipasi timbulnya nyeri.
Diagnosa Catatan Perkembangan Tanda Tangan 1. 25/10/
13
Nyeri S: klien masih mengeluh nyeri O: klien masih tampak
meringis
A: masalah belum teratasi P: intervensi terus dilanjutkan 2. 26/07/
13
Nyeri S: klien mengatakan nyeri mulai berkurang
O: klien mulai tampak tenang A: masalah sedikit teratasi P: intervensi tetap dilanjutkan 3. 27/07/
13
Nyeri S: klien mengatakan skala nyerinya berkurang dari sebelumnya
Kerusakan integritas jaringan
Intoleransi aktifitas
A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan S: klien mengaku sudah bisa mengganti balutan sendiri O: ekstremitas klien tampak normal
A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan S: klien mengatakan nyeri sudah tidak begitu terasa ketika berjalan
O: klien sudah bisa berjalan tanpa kesulitan.
A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit sindrom buerger merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang,terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh infamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini. B. saran
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC.
Judith M.Wilkinson.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC.
Jennifer P.Kowalak,William Welsh, Brenna Mayer.2001.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC.