• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi metode Six sigma dan Ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Skripsi metode Six sigma dan Ka"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

I.

Judul Tugas Akhir

Analisa Desain Tata letak pabrik fasilitas di Perusahaan Kecap

KHARISMA PRIMA ABADI, PT

II. Pendahulan

A. Latar belakang Masalah

Definisi Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis, membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada umumnya digambarakan sebagai rancangan lantai, yaitu satu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan sarana lain) untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mecapai tujuan secara ekonomis dan aman (Apple, 1990, p2)

Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan semua peralatan yang digunakan dalam proses operasi. Salah satu tujuan dari perancangan tata letak fasilitas produksi adalah penggunaan ruangan yang lebih efektif. Penggunaan ruangan akan efektif jika mesin-mesin atau fasilitas pabrik lainnya disusun atau diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan jarak minimal antar mesin atau fasilitas produksi, dan aliran perpindahan material. Tata letak fasilitas produksi yang baik sangat berperan dalam kegiatan proses produksi karena berpengaruh langsung kepada kelancaran

jalannya proses produksi, dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dapat memberikan kenyamanan dan keleluasaan gerak kepada para pekerja.

(2)

pembuatan produk kecap yang berada di jalan kebon agung sleman yogjakarta. Kekurangan dari tata letak pabrik yang sekarang adalah pengaturan tata letak tiap stasiun kerja yang belum sesuai, karena belum memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja. Hal ini terlihat pada stasiun pembubutan dan stasiun kerja pencetakan yang ditempatkan berjauhan padahal langkah proses operasi tersebut berurutan. Luas area kerja tidak standar, perbandingan luas area stasiun 4:1 dari luas mesin ( Sritomo, 1996 ) sehingga mengganggu keleluasaan gerak dan kenyamanan pekerja. Untuk itu dibutuhkan perencanaan tata letak fasilitas yang baik untuk memperpendek jarak antar stasiun produksi tanpa mengabaikan faktor kenyamanan pekerja. Apabila masalah itu dapat terpenuhi maka biaya material handling dapat diminimalisasikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah “ Bagaimana merancang ulang tata letak fasilitas produksi pada Pabrik Kecap “KHARISMA PRIMA ABADI, PT” untuk memperbaiki tata letak fasilitas produksi awal sehingga dapat meminimalkan material handling ".

C. Batasan

Agar lebih fokus dalam melakukan penelitian Tugas Akhir ini, maka dilakukan pembatasan pokok permasalahan, yaitu :

1. Perancangan tata letak hanya dilakukan di bagian fasilitas produksi.

(3)

3. Tidak melakukan perubahan sistem produksi maupun urutan proses produksi dari perusahaan yang sudah ada.

4. Biaya yang akan dibahas hanya biaya operasional dari material handling.

5. Menggunakan 1 jenis produk acuan yaitu produk yang sering diproduksi dengan jumlah permintaan yang terbesar dalam tiap bulan.

6. Jarak perpindahan dihitung dalam skala meter.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Merancang ulang tata letak fasilitas produksi Kerajinan Alumunium “KHARISMA PRIMA ABADI, PT” Yogyakarta sehingga dapat meminimalkan biaya Material Handling.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang akan digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi eman ( 6 ) bab, yang pada masing-masing bab telah dirancang tujuan tertentu. Berikut penjelasan secara detail dari masing-masing bab :

1. Bab I. Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab II. Landasan Teori

(4)

3. Bab III. Metodologi Penelitian.

Pada Bab III dilakukan pembahasan tentang objek penelitian dan tahapan-tahapan dalam proses penelitian, dari mulai tahapan studi pendahuluan hingga sampai pada tahapan penarikan hasil dan kesimpulan penelitian.

4. Bab IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data.

Untuk Bab IV berisi tentang data-data yang diproleh selama proses penelitian, dan dilakukan proses pengolahan data berdasarkan data yang diperoleh.

5. Bab V. Analisis Data.

Pada bab ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, untik mendapatkan hasil output yang sesuai dengan metode yang digunakan

6. Bab VI. Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan-kesimpulan berdasarkan hasil dari analisa data. Selain itu diberikan masukan-masukan yang berguna pada masa yang akan datang bagi Pabrik Kecap “KHARISMA PRIMA ABADI, PT” Yogyakarta dan Universitas Teknologi Yogyakarta.

III. Dasar Teori

a. Definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas

(5)

kelancaran proses produksi.

Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin

atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya. Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri.

Secara skematis perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik

(Tompkins, J.A., 1996)

b. Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas

(6)

sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok produksi secara efektif dan efisien. Selain itu terdapat tujuan perencanaan tata letak pabrik yaitu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan antara lain :

a) Memudahkan proses manufaktur.

Penyusunan mesin, peralatan, dan ruang kerja yang baik menghasilkan kemudahan proses produksi

b) Meminimumkan pemindahan barang.

Pengaruh jarak terhadap material handling akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Selain itu pemindahan barang yang semakin dekat akan berdampak pada pengurangan waktu produksi.

c) Menjaga fleksibilitas (keluwesan)

Ada kalanya suatu pabrik menuntut adanya perubahan tata letak akibat adanya perubahan (penambahan/pengurangan fasilitas. Keadaan ini menuntut adanya fleksibilitas dalam melakukan proses produksi.

d) Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi

Kelancaran aktivitas material handling mengurangi terjadinya penumpukan barang di stasiun kerja. Waktu peredaran total yang kecil akan mengurangi jumlah barang setengah jadi yang berakibat pula menurunnya biaya produksi. e) Menurunkan cost of capital

Suatu penggunaan fasilitas produksi yang tepat akan mengurangi biaya pemakaian fasilitas yang kurang perlu serta menghindarkan adanya duplikasi peralatan.

f) Menghemat pemakaian ruang

(7)

g) Memudahkan pengawasan

Dengan tata letak yang baik akan memudahkan dalam hal pengawasan terhadap aktivitas produksi yang dilakukan.

h) Meningkatkan safety bagi produk maupun karyawan

Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja maupun keru

c. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak

Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungan-keuntungan yang didapat dari tata letak yang terencana dengan baik, maka dapat disimpulkan enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, sebagai berikut:

1. Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi

2. Perpindahan jarak yang minimal

3. Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik 4. Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien 5. Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara

6. Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel.

Tujuan tersebut dapat dinyatakan sebagai prinsip dasar dari proses perencanaan tata letak pabrik.

d. Manfaat Perencanaan Tata Letak Pabrik

(8)

masing-masing stasiun kerja. Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk membuat operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Secara umum pengaturan semua fasilitas produksi yang terencana akan memberikan :

1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan 2. Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu

3. Minimisasi pemakaian area tanah 4. Pola aliran produksi yang terbaik 5. Keseimbangan penggunaan area tanah 6. Keseimbangan di dalam lintasan

7. Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang.

e. Tipe-tipe Tata Letak

Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak secara umum adalah Product Layout, Process Layout dan Group Technology Layout (Purnomo, 2004).

1. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)

(9)

layout), maka segala fasilitas–fasilitas untuk proses produksi (baik pabrikasi

maupun perakitan) akan diletakkan berdasarkan garis aliran (flow line) dari produk tersebut. Adapun tipe–tipe garis aliran produk (product flow line) yang mungkin diaplikasikan yaitu :

a. Straight Line

Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen–komponen atau beberapa macam production equipment.

Gambar 1.2 Straight Line

Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan : 1. Jarak yang terpendek antara dua titik.

2. Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus yaitu dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang terakhir.

3. Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total akan kecil karena jarak antara masing–masing mesin adalah sependek-pendeknya

b. Serpentine atau zig zag (S-Shaped).

(10)

panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.

Gambar 1.3 Serpentine/Zig Zag

c. U-Shaped

Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis bahan relatif panjang, maka U-Shaped ini akan tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran bahan tipe zig zag.

(11)

d. Circular.

Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik apabila departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang

bersangkutan.

Gambar 1.5 Circular

e. Odd angle.

Pola aliran berdasarkan odd-angle ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola–pola aliran yang lain. Pada dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi–kondisi seperti :

1. Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.

2. Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.

(12)

4. Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas– fasilitas produksi yang ada.

Odd-angle ini akan memberikan lintasan yang pendek dan terutama akan

merasa kemanfaatannya untuk area yang kecil.

Gambar 1.6 Odd-Angle

2. Tata Letak Berdasarkan Fungsi/macam Proses

Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen.

Karakteristik tipe tata letak ini atara lain:

a. Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil b. Produksi berdasarkan job order

c. Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu departemen

(13)

3. Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix position layout)

Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen utama. Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan operator dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan yang ketat.

4. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (group technology layout)

Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. mesin atau peralatan yang dipakai. Mesin-rnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok dan ditempatkan dalam sebuah ‘manufacturing cell”. Kelebihan tata letak ini adalah dengan adanya penge1ompokan produk sesuai dengan proses pembuatannya maka akan dapat diperoleh pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga lintasan aliran kerja menjadi lebih lancar dan jarak perpindahan material akan lebih pendek. Sedangkan kekurangan dari tipe layout ini yaitu diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengoperasikan sernua faau produksl yang ada. Kelancaran keja sangat tergantung pada kegiatan peigendalian produksl khususnya dalam menjaga keseimbangan kerja yang bergerak.

f. Ukuran Jarak

(14)

pengukuran jarak suatu lokasi terhadap lokasi lain. Ukuran yang dipergunakan banyak tergantung dari adanya personil yang memenuhi syarat, waktu untuk mengumpulkan data, dan tipe-tipe sistem pemindahan material yang digunakan.

a. Jarak Euclidean

Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas lainnya. Untuk menentukan jarak euclidean fasilitas satu dengan fasilitas lainnya menggunakan formula sebagai berikut:

dij

=

[

(x

ixj)2+(yiyj)2

]

1

2……….( 1 )

Gambar 1.7Jarak Euclidean

Dimana : xi = koordinat x pada pusat fasilitas i yi = koordinat y pada pusat fasilitas i xj = koordinat x pada pusat fasilitas j yj = koordinat y pada pusat fasilitas j dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j

b. Jarak Rectilinear

(15)

digunakan formula sebagai berikut.

dij

=

(xixj)+(yiyj)………( 2 )

Gambar 1.7 Jarak Recitiliear

c. Adjacency

Adjacency merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas atau departemen-departemen yang terdapat dalam suatu perusahaan. Kelemahan ukuran jarak Adjacency adalah tidak dapat memberi perbedaan secara riil jika terdapat dua pasang fasilitas dimana satu dengan yang lainnya tidak berdekatan.

g. Analisa Kuantitatif Untuk Menganalisa Aliran Bahan

Dalam melakukan analisa kuantitatif aliran bahan dapat mengunakan beberapa metode sebagai berikut :

a. Peta Dari – Ke (From – To Chart)

(16)

-angka yang terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini

Berikut ini adalah aplikasi from to chart untuk tiga komponen yang diproses dengan urutan- mesin seperti pada tabel 1.1 sebangkan aliran komponen ditunjukan seperti pada gambar 2.5

Tabel 1.1 Kuantitas dan urutan produksi

Komponen kuantitas produksi/hari Urutan proses

1 25 A-B-D-E

2 15 A-C-D-B-E

3 10 A-D-E

Gambar 1.8 Aliran komponen

(17)

Tabel 1.2 Form to chart yang menunjukan jumlah material yang Dipindahkan

Dari Ke

A B C D E

A 25 15 10

B 25 15

C 15

D 15 35

E

b. Inflow dan Outflow

Inflow digunakan untuk mencari dan mengetahui koefisien ongkos

material handling yang masuk ke stasiun kerja dari stasiun kerja yang lain

sedangkan outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain. Perhitungan inflow dan outflow berdasarkan ongkos material handling dan From To Chart sehingga

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.9 Inflow dan Outflow Aliran Material

c. Tabel Skala Prioritas (TSP)

(18)

handling menjadi minimum. Perhitungan inflow dan outflow menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan tabel skala prioritas, dimana prioritas tersebut diurutkan berdasarkan harga koefisien ongkosnya mulai dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil.

Tujuan pembuatan TSP antara lain adalah untuk memperpendek

jarak tempuh material handling, meminimasi ongkos material handling dan memperbaiki tata letak produksi menjadi lebih optimal.

h. Pengertian Material Handling

Salah satu masalah penting dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan Material Handling. Terdapat banyak definisi mengenai atau pengertian yang

diberikan untuk material handling. Berikut ini ada dua definisi secara umum, yaitu : 1. Material Handling adalah seni dan ilmu pengetahuan dari

perpindahan, penyimpanan, perlindungan, dan pengawasan material. i. Seni

Material handling dapat dinyatakan sebagai seni, karena masalah-masalah material handling tidak dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau model matematika. Material handling membutuhkan sebuah ‘penilaian’ benar atau salah, dimana di perusahaan- perusahaanbenar-benar berpengalaman di bidang material handling akan menilainya.

(19)

Material handling dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuanb

karena menyangkut metode engineering. Mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat alternatif solusi, evaluasi alternatif, memilih dan mengimplementasikan alternatif terbaik merupakan bagian integral dari penyelesaian masalah material handling dan proses perancangan sistem. Analisis model matematis dan teknik– teknik kualitatif sangat berarti sebagai bagian dari proses ini.

iii. Perpindahan

Perpindahan material membutuhkan waktu dan memerlukan penggunaan tempat (yaitu penanganan material digunakan pada waktu yang tepat dan tempat yang benar). Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara ukuran, bentuk, berat, dan kondisi material dengan lintasannya dan analisis frekuensi gerakan.

iv. Penyimpanan

Penyimpanan material sebagai penyangga antar operasi, memudahkan dalam pekerjaan manusia dan mesin. Yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan material antara lain adalah ukuran, berat, kondisi dankemampuan tumpukan material,

keperluan untuk mengambil dan menempatkan material, kendala-kendala bangunan seperti misalnya beban lantai, kondisi lantai, jarak antar kolom, dan tinggi bangunan.

v. Perlindungan

(20)

melindungi kerusakan dan kehilangan material. Perlindungan material sebaiknya menggunakan alat pengaman yang dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk perlindungan terhadap material yang salah penanganan, salah penempatan, salah pengambilan, dan urutan proses yang salah. Sistem material handling harus dirancang untuk meminimasi keperluan pengawasan, dan untuk menurunkan biaya. vi. Pengawasan

Pengawasan material terdirir dari pengawasan fisik dan pengawasan status material. Pengawasan fisik adalah pengawasan yang berorientasi pada susunan dan jarak penempatan antar material. Pengawasan status adalah pengawasan tentang lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian, dan jadwal material. Ketelitian harus dilakukan untuk menjamin bahwa jangan sampai terlalu banyak pengawasan yang dilakukan pada sistem material handling. Melakukan pengawasan yang tepat merupakan suatu tantangan, karena pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya organisasi dan orang yang mengatur dan menjalankan fungsi penanganan material.

vii. Material

Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair, dan gas. Sistem penanganan diantara bentuk material mempunyai perlakuan yang berbeda diantara bentuk material.

(21)

yang benar.

i. Aspek-aspek biaya pemindahan barang ( Material Handling )

Secara umum biaya material handling akan terbagi dalam tiga klasifikasi : a. Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya

menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen yang membutuhkannya. Biaya transportasi di sini merupakan fungsi yang berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat di mana sumber material berada serta lokasi pada tujuannya.

b. In - Plant Receiving and Storage, yaitu biaya-biaya yang diiperlukan untuk pemindahan material dari satu proses ke proses berikutnya sampai ke pengiriman produk akhir.

c. Handling materials yang dilakukan oleh operator pada mesin kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja perakitan.

Dalam usaha menganalisa biaya material handling, maka faktor- faktor berikut ini seharusnya sangat diperhatikan, yaitu :

a. Material

1. Harga pembelian dari mesin/peralatan 2. Biaya seluruh material yang digunakan 3. Maintenance cost dan repair – part inventory

4. Direct power cost (kilo watt hour, bahan bakar dan lain-lain) 5. Biaya untuk oli

6. Biaya untuk peralatan bangku (pelengkap)

(22)

dan pengaturan kembali.

b. Salary dan Wages

1. Direct Labor Cost (seluruh personel yang terlibat di dalam pengoperasian peralatan-peralatan material handling)

2. Training Cost untuk menjalankan peralatan material handling tersebut. 3. Indirect Labor Cost (staff dan service departemens) dan lain-lain.

c. Financial Charge

1. Interest untuk investasi peralatan material handling 2. Biaya asuransi, depresiasi dan lain-lain.

j. Tujuan Material Handling

Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa

tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, 1993) :

a. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material.

b. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.

c. Meningkatkan produktivitas :

1. Material akan mengalir pada garis lurus

(23)

5. Otomasi penanganan material

d. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas 1. Meningkatkan penggunaan bangunan

2. Pengadaan peralatan serbaguna

3. Standardisasi peralatan material handling

4. Menjaga dan menempatkan seluruh peralatan sesuai kebutuhan

dan mengembangkan program pemeliharaan preventif

5. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem e. Mengurangi bobot mati

f. Sebagai pengawasan persediaan

k. Biaya Material Handling

Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Tujuan dari pemindahan bahan adalah sebagai berikut:

1. Manaikkan kapasitas

2. Memperbaiki kondisi kerja

3. Memperbaiki pelayanan pada pelanggan

4. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan 5. Mengurangi ongkos

(24)

pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Dengan demikian, jika jarak tempuh sudah ditentukan dan frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka bngkos material handling dapat diketahui, dimana :

Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi )………( 3 ) IV. Metedologi Penelitian

A. Diagram Penelitian

Mulai

Studi

Lapangan

Studi

Pustaka

Latar Belakang

Masalah

Tujuan

Penelitian

Pengambilan Data dan

Pengolahan Data

Pengukuran Performansi

Tata Letak Awal

(25)

Diagram alur penyusunan Tugas akhir

a. Tahapan Penelitian

Tahap penelitian terdiri dari empat langkah yaitu: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta studi literatur. Adapun penjelasan yang lebih lengkap dari tiap langkah adalah sebagai berikut:

1. Studi Lapangan

Studi lapangan yang dilakukan selama penelitian di Kerajinan Alumunium “ED” Yogyakarta. dalam tahap ini dilakukan pengenalan dan pemahaman mengenai lingkungan perusahaan

2. Latar Belakang Masalah

Latar belakang penelitian ini adalah kondisi tata letak fasilitas produksi Kerajinan Alumunium “ED” Yogyakarta yang belum mengacu pada aliran material yang tepat. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya perpotongan aliran bahan yang dapat mempengaruhi tingkat keamanan dan performansi pekerja.

3. Metode Pengumpulan Data

A

Pembuatan Tata Letak

Usulan

Pengukuran Performansi Tata

Letak Usulan

Analisa Hasil

Kesimpulan dan

(26)

Setelah pengamatan awal, tahap selanjutnya adalah

pengumpulan data. Metode-metode yang digunakan dalam

pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

i. Observasi

Pengumpulan data dari dokumen atau

catatan-catatan yang ada di perusahaan seperti sejarah, misi

dan tujuan perusahaan, struktur organisasi dan lain

sebagainya.

ii. Dokumentasi

Pengumpulan data dari dokumen atau

catatan-catatan yang ada di perusahaan seperti sejarah, misi

dan tujuan perusahaan, struktur organisasi dan lain

sebagainya.

iii. Wawancara

Pengumpulan data diperoleh secara langsung, dengan jalan melakukan wawancara. Tipe wawancara yaitu studi kasus, metode yang digunakan adalah openended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci yang berfungsi sebagai informan tentang fakta suatu peristiwa disamping opini mengenai peristiwa yang ada. Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada kepala bagian produksi, dan operator bagian produksi.

4. Tahap Pengolahan Data

(27)

A. Penentuan Kapasitas Produksi

Dalam menentukan kapasitas produksi menggunakan data produkyang sering di pesan dan diproduksi dalam jumlah yang besar (produk acuan). Dari data produksi, akan didapat produk yang paling sering di produksi, sehingga produk tersebut akan menjadi acuan dalam menghitung biaya material handling.

B. Pengukuran Performansi Tata Letak Awal dan Penentuan Biaya Material Handling Awal.

Dalam pengukuran performansi tata letak yang menjadi parameternya adalah Biaya Material Handling. Untuk mencari biaya total material handling adalah sebagai berikut :

i Penentuan jarak antar fasilitas tata letak awal

Jarak antar stasiun kerja dapat diketahui dengan melakukan menentukan pusat antara stasiun kerja. Jarak antar stasiun kerja dihitung dalam satuan meter.

ii Analisa Kuantitatif Pada Aliran Bahan

Analisa ini menghasilkan frekwensi atau jumlah perpindahan barang dari setiap stasiun produksi yang ada pada layout awal. iii Penentuan Biaya Material Handling

(28)

Parameter yang digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi layout adalah biaya total material handling. Biaya total material handling dapat dicari dengan rumus :

Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi )

C. Pembuatan dan Pengukuran Performansi Layout Usulan

Dalam pembuatan tata letak usulan, langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

a) Penentuan Tipe Tata Letak

Dalam penentuan tipe tata letak yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan.

2. Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu.

3. Minimisasi pemakaian area tanah.

4. Pola aliran produksi yang terbaik.

5. Keseimbangan penggunaan area tanah.

6. Keseimbangan di dalam lintasan.

7. Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang.

b) Penentuan Biaya Total Material Handling

Variable yang dipakai dalam menentukan biaya total sama dengan layout awal, yaitu ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi ).

V. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dari hasil pengolahan data yang terdiri dari :

(29)

b) Analisis hasil perancangan ulang tata letak produksi atau layout

usulan

c) Perbandingan tata letak awal dengan tata letak usulan.

d) Interpretasi hasil.

VI. Kesimpulan & Saran

Dari analisis yang sudah dilakukan maka langkah berikutnya adalah menarik kesimpulan untuk menjawab tujuan dari penelitian serta memberikan saran pada perusahaan demi perkembangan penelitian ini lebih lanjut.

VII. Jadwal Kegiatan

Rencana pelaksanaan penelitian tugas akhir ini akan dilaksanakan pada Oktober 2013 sampai dengan bulan Desember 2013. Adapun rencana pelaksanaan tugas akhir ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah.

Rencana Kegiatan Minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8

Pembuatan proposal Pengajuan proposal Mencari literatur

Pengumpulan dan Pengolahan data Penyusunan Laporan Tugas Akhir

(30)

Daftar Pustaka

Apple, J. M., 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Institut Teknologi Bandung.

Dewi, Fitria (2006). Perancangan tata letak fasilitas produksi dengan pendekatan modular layout ( thesis ). ITS, Surabaya.

Francis, R.L., McGinnis, Jr. L.F., White, J.A., 1992, Facility Layout and Location: An Analytical Approach, edisi kedua, Prentice Hall, Inc., New Jersey

Hadiguna, R. A. dan Heri, S., 2008,Tata Letak Pabrik, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.

Purnomo, Hari (2004). Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tompkins, J. A. et. al. 1996. Facilities Planning. Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.

Wahyudi, ES.(2010). perancangan ulang tata letak fasilitas produksi di cv. dimas rotan gatak sukoharjo ( thesis ). UNS, Surakarta.

Gambar

Gambar 1.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik
Gambar 1.6 Odd-Angle
Gambar 1.7 Jarak Recitiliear
Gambar 1.8 Aliran komponen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan harga pokok per unit atau per kilo dilakukan dengan cara membagi jumlah biaya yang dikorbankan pada periode tertentu dibagi dengan jumlah unit barang

Adapun parameter toko tersebut, adalah: kapasitas toko pertama sebanyak 32 buah, jumlah stok barang di dalam toko sebanyak 15 buah, biaya penyimpanan sebesar 15000 rupiah per

Alat bantu Jig ini terdiri dari 2 bagian, bagian pengukur dan bagian gagang. Bagian pengukur dibuat dengan bahan besi. Material besi merupakan salah satu material yang kuat dan

Contoh penentuan nilai FMEA ke dalam nilai fuzzy untuk jenis defect kotor hitam dengan penyebab defect kurang perhatikan komposisi material yaitu anggota tim pertama

Direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi dengan memperhitungkan biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan

Tahapan awal penelitian melakukan penentuan karakteristik produk yang diamati. Karakteristik produk merupakan atribut dari spesifikasi atau dimensi dari produk

Ringkas atau pemilihan dilakukan dengan menentukan barang-barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan pada gudang. Langkah ini bertujuan untuk memberi

untuk SOP, tidak adanya penjadwalan pergantian Roll, kurang koordinasi, mesin tetap berproduksi meskipun terjadi kecacatan, kurang pengalaman (karyawan baru) sehingga