• Tidak ada hasil yang ditemukan

Power Point Konsep Dasar Ekonomi Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Power Point Konsep Dasar Ekonomi Islam"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonomi Islam

Ekonomi Islam

Sekilas Pengenalan

Sekilas Pengenalan

Disampaikan oleh

Setiawan Budi Utomo

(2)

I. Definisi

Definisi ekonomi dalam mainstream

economics

(3)

I. Definisi

Mainstream economics

Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam

memenuhi kebutuhannya yang tak terbatas

menggunakan faktor-faktor produksi yang

terbatas.

Masalah utama ekonomi adalah kelangkaan

(scarcity) dan pilihan (choices)

(4)

I. Definisi

Islamic economics

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin.” (Lukman: 20)

“Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan kecukupan.” (An Najm: 48)

(5)

I. Definisi

Wants vs. needs

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok

kehidupan…” (An Nisaa: 5)

(6)

I. Definisi

Definisi ekonomi dalam Islam

Ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang

mempelajari segala perilaku manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan

(7)

I. Definisi

Definisi ekonomi dalam Islam

S.M. Hasanuzzaman, “ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran dan aturan-aturan syariah yang

mencegah ketidakadilan dalam pencarian dan pengeluaran sumber-sumber daya, guna memberikan kepuasan bagi manusia dan memungkinkan mereka melaksanakan

kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah dan masyarakat.” M.A. Mannan, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu

pengetahuan social yang mempelajari permasalahan ekonomi dari orang-orang memiliki nilai-nilai Islam.”

Khursid Ahmad, ilmu ekonomi Islam adalah “suatu upaya

sistematis untuk mencoba memahami permasalahan ekonomi dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan

(8)

I. Definisi

Definisi ekonomi dalam Islam

Aktivitas ekonomi adalah bertujuan untuk

menjamin berputarnya harta diantara manusia,

sehingga manusia dapat memaksimalkan fungsi

hidupnya sebagai hamba Allah untuk mencapai

falah

di dunia dan akherat (

hereafter

). Aktivitas

ekonomi adalah suatu bentuk aktivitas yang

(9)

II. Konsep Utilitas dan Maslahat

Utilitas sebagai dasar motivasi

(10)

II. Konsep utilitas dan maslahat

Utilitas sebagai dasar motivasi

Setiap tindakan yang diambil oleh seseorang

akan selalu memiliki dasar manfaat bagi orang

tersebut.

Setiap manusia akan selalu cenderung untuk

meningkatkan (memaksimalkan) tingkat

kepuasan bagi dirinya.

Teori kemanfaatan yang muncul hanya memiliki

ruang lingkup yang bersifat material dan

(11)

II. Konsep utilitas dan maslahat

Contoh:

Orang pergi ke kantor naik angkutan umum

yang berjejal dengan harapan mendapatkan

gaji untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Orang mau bekerja-keras di kantor dengan

harapan promosi (i.e. mendapatkan tingkat

pendapatan yang lebih tinggi).

Orang mau bepergian jauh untuk mendapatkan

popularitas (i.e. dikenal dan mendapatkan

(12)

II. Konsep utilitas dan maslahat

Konsep maslahat

Lima tonggak maslahat: kehidupan, harta

benda, keimanan, akal dan keturunan,

sebagai dasar preferensi.

Preferensi dalam syariah bersifat

transcendent yang bertujuan sebagai alat

penyeimbang antara indivisual dan social

needs yang diharapkan dapat

(13)

II. Konsep utilitas dan maslahat

Pilihan untuk membeli

makanan dengan

(14)

II. Konsep utilitas dan maslahat

Optimasi

(15)

II. Konsep utilitas dan maslahat

Optimasi

M M

NM NM

(16)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

Konsep (S)iddiq, (F)athonah, (A)manah dan

(T)abligh

Investasi dan transaksi halal

(17)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

1. Warna dalam konsep mikro

 Shiddiq, memastikan bahwa aktivitas ekonomi dilakukan

dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai

kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan dana masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan cara-cara yang diperkenankan (halal);

 Fathanah, memastikan bahwa kegiatan usaha dilakukan

secara profesional dan kompetitif sehingga

menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat risiko telah dihitung. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan kecermatan dan

(18)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

1. Warna dalam konsep mikro

 Amanah, menjaga dengan ketat prinsip

kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal)

sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib);

Tabligh, mendorong prinsip-prinsip transparansi, sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai

(19)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

2. Larangan riba (dan kewajiban zakat)

Pelarangan riba memiliki implikasi makro dan mikro:

 Secara mikro, pelarangan riba akan lebih

memberikan peluang bagi enterpreneur untuk menghadapi risiko secara lebih kuat;

 Secara makro, pelarangan riba dan kewajiban zakat

merupakan suatu mekanisme insentif untuk

mendorong cash-in hand untuk selalu terdorong ke dalam kegiatan investasi dan perdagangan

(20)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

2. Larangan riba (dan kewajiban zakat)

 Sejalan dengan larangan riba, konsep ekonomi

Islam sangat mendorong implementasi prinsip bagi hasil dalam kegiatan investasi yang diharapkan

akan dapat meningkatkan kestabilan dalam sistem perekonomian;

 Beberapa pengalaman menunjukkan potensi

(21)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

2. Larangan riba (dan kewajiban zakat)

Walaupun menjanjikan manfaat, terdapat potensi permasalahan dalam konsep bagi hasil;

Potensi terjadinya moral hazard

Industrial

Expected Expected Bargaining

(22)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

3. Larangan maysir

Kegiatan spekulatif yang tidak

dilandasi kegiatan

(23)

III. Pilar-pilar ekonomi Islam

4. Instrumen sosial

Instrumen sosial seperti infaq, shadaqah, hadiah, dan hibah sebenarnya melengkapi pendanaan kesejahteraan sosial bagi golongan masyarakat yang tidak memiliki akses ekonomi yang terlebih dulu dilakukan

pemerintah melalui instrumen regulasinya; zakat, kharaj, jizyah, khums dan ushur atau pajak-pajak kondisional

Wakaf sebagai investasi publik diharapkan mampu menekan biaya-biaya sosial yang harus dikeluarkan masyarakat. Wakaf kemudian secara

langsung atau tak langsung mampu meningkatkan kesejahteraan dan kinerja sektor riil, berupa penekanan biaya ekonomi, menekan

pengangguran dan meningkatkan konsumsi.

(24)

IV. Sistem Ekonomi Islam

Sektor produksi

Sektor rumah tangga

Sektor pemerintah

(25)
(26)

IV. Sistem ekonomi Islam

1. Sektor produksi

Tujuan:

• Memenuhi kebutuhan setiap individu; bahwa aktifitas produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas, bukan terbatas pada orientasi pemaksimalan keuntungan materi saja • Mewujudkan kemandirian ummat; bahwa aktifitas

(27)

IV. Sistem ekonomi Islam

2. Konsumsi

Tujuan - Memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun ruhani sehingga mampu memaksimalkan fungsi

kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat (falah).

Cara - Konsumsi pada barang yang halal & baik; berhemat (saving), berinfak (mashlahat) serta

menjauhi judi, khamar, gharar & spekulasi, konsumsi yang menjauhi kemegahan, kemewahan,

(28)

IV. Sistem ekonomi Islam

3. Negara

a. Pembuat kebijakan dan legislasi. Kebijakan dan legislasi yang menjadi wewenang negara diharapkan mampu menekan inefisiensi dan diskriminasi.

b. Pertahanan negara. Dalam hal ini Islam bukan hanya

mempertahankan negara secara fisik tapi juga mempertahankan risalah dan nilai-nilai Islami secara normative.

c. Pendidikan dan penelitian. Dengan begitu diharapkan keilmuan yang mapan mampu memberikan efek multiplier bagi pembangunan segala bidang yang dilakukan negara. Dengan kata lain program ini bukan hanya meningkatkan pembangunan baik secara kuantitas dan kualitas, tapi juga memperkokoh kewujudannya.

d. Pembangunan dan pengawasan moral-sosial masyarakat.

(29)

IV. Sistem ekonomi Islam

3. Negara

e. Menegakkan hokum, menjaga ketertiban dan menjalankan hudud. Sejalan dengan fungsi negara kategori sebelumnya, bahwa usaha negara dalam mewujudkan ketertiban dan kedisiplinan fisik maupun moral, diperlukan penegakkan hokum yang jelas dan tegas yang bersifat mengikat, beserta dengan konsekwensi dan

pengawasannya.

f. Kesejahteraan publik. Dalam kategori ini, fungsi negara adalah menjadi katalisator bagi warga negara untuk mencapai

kesejahteraannya. Kesemuanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi keimanan warga, dengan begitu tidak ada hambatan-hambatan ekonomi yang dapat memposisikan warga negara pada satu kondisi dimana hubungannya dengan Allah SWT terganggu.

(30)

IV. Sistem ekonomi Islam

4. Lembaga Pendukung Lainnya

a. Lembaga Hizbah. Hisbah merupakan lembaga

pengawas pasar yang berfungsi menjaga aktifitas pasar sejalan dengan prinsip syariah dan

memelihara kelancaran aktifitas pasar melalui

kebijakan dan penyediaan fasilitas-infrastruktur bagi pasar.

b. Baitul Mal. Baitul Mal merupakan institusi negara yang bertujuan mewujudkan misi negara dalam

mensejahterakan warga melalui kebijakan sektor riil dan moneter menggunakan instrumen-instrumen publik yang menjadi wewenangnya, seperti zakat, kharaj-jizyah (pajak), investasi negara

Referensi

Dokumen terkait

prinsip tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum

Praktek implementasi spiritual marketing dalam upaya memasarkan prodi Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Suryakancana sangat dianjurkan,

Sesuatu yang Bisa Diakadkan Sepakat Melakukan Syarikah dalam Urusan Tertentu Sepakat Melakukan Syarikah Sepakat Memberikan Modal Hukum Syarikah dalam Islam Barang Jasa

Menurut ekonomi Islam mengenai penambangan emas di Kecamatan Kuantan Tengah dalam kegiatannya tidak sesuai dengan prinsip ekonomi Islam karena akibat yang disebabkan oleh

Yaitu pada masa keemasan Islam, dunia Islam menjadi sangat kuat secara politik dan ekonomi yang didasari penguasaan terhadap Iptek secara sempurna dimana terjadi

a. Bank Indonesia selaku otoritas moneter diharapkan mampu untuk menjaga kestabilan nilai tukar, karena kestabilan nilai tukar sangat penting untuk menentukan arah

HUKUM DALAM MENDORONG DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN NASIONAL DITINJAU DARI PRINSIP EKONOMI

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BADAN USAHA MILIK DESA BUMDES DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA DITINJAU DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Studi kasus BUMDes Jaya Abadi