• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS TE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS TE (1)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS TERHADAP

MOTIVASI KERJA KARYAWAN : STUDI REGRESI PADA

PT. PILAR BINA CAKRAWALA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan oleh :

Nama

: Muhammad Mizan Al Fathan

NIM

: 16130203530

Konsentrasi

: Public Relations

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi

(2)

Tanda Persetujuan Proposal Skripsi

Judul Proposal Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis

terhadap Motivasi Kerja Karyawan :

Studi Regresi pada PT. Pilar Bina Cakrawala

Nama : Muhammad Mizan Al Fathan

NIM : 16130203530

Konsentrasi : Public Relations

Tanggal : 15Maret 2018

Menyetujui, Mengetahui,

Dosen Pembimbing Thesis Counselor

(3)

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ...iv

DAFTAR TABEL ...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Akademis ... 9

1.4.2. Manfaat Praktis ... 10

1.5. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Penelitian Sebelumnya ... 12

2.1.1. Jurnal Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja : Studi pada Karyawan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya ... 13

(4)

ii

Motivasi Berprestasi Bawahan : Studi pada Karyawan BCA Kantor

Cabang Alam Sutera...15

2.2. Gaya Kepemimpinan ... 20

2.3. Gaya Kepemimpinan Demokratis ... 22

2.3.1. Definisi Gaya Kepemimpinan Demokratis ... 22

2.3.2. Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis ... 23

2.3.3. Dimensi Gaya Kepemimpinan Demokratis ... 25

2.4. Komunikasi Organisasi ... 27

2.5. Motivasi Kerja ... 29

2.5.1. Definisi Motivasi Kerja ... 29

2.5.2. Teori Motivasi Kerja ... 30

2.5.3. Prinsip Motivasi Kerja ... 32

2.5.4. Dimensi Motivasi Kerja ... 34

2.5.5. Teori Existence, Relatedness and Growth Needs... 34

2.6. Kerangka Kerja Penelitian ... 39

2.7. Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 41

(5)

iii

3.2.1. Populasi ... 42

3.2.2. Sampel ... 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.3.1. Data Primer ... 44

3.3.2. Data Sekunder ... 44

3.4. Teknik Analisis Data ... 45

3.4.1. Skala Pengukuran ... 45

3.4.2. Uji Regresi Linear ... 48

3.4.3. Uji Hipotesis ... 49

3.4.4. ANOVA ... 50

3.4.5. Tabel Distribusi Frekuensi ... 51

3.5. Operasionalisasi Variabel ... 52

3.6. Uji Instrumen... 57

3.6.1. Uji Validitas ... 57

3.6.2. Uji Reliabilitas ... 58

3.7. Waktu dan Tempat Penelitian ... 60

3.8. Keterbatasan Penelitian ... 61

(6)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Data Penetrasi Pengguna Internet Indonesia ... 2

Gambar 2. Jenis Komunikasi Organisasi dari Lunenburg dan Ornstein ... 28

Gambar 3. Hierarki Kebutuhan Maslow ... 32

Gambar 4. Kerangka Kerja Penelitian... 39

Gambar 5. Rumus Rentang Skala Simamora ... 46

Gambar 6. Rumus Rentang Skala Peneliti ... 47

Gambar 7. Garis Rentang Skala Likert ... 47

Gambar 8. Rumus Persamaan Regresi Linier Sederhana ... 48

Gambar 9. Rumus Uji Hipotesis ... 49

Gambar 10. Rumus Sistematis Uji Anova ... 50

Gambar 11. Rumus Pearson ... 58

Gambar 12. Rumus Alpha Cronbach ... 59

(7)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tabel Perbandingan Jurnal dan Penelitian Skripsi... 18

Tabel 2. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 46

Tabel 3. Variabel X, Gaya Kepemimpinan ... 53

Tabel 4. Variabel Y, Motivasi Kerja Karyawan ... 54

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah kegiatan yang sangat penting bagi seluruh umat

manusia. Manusia melakukan komunikasi dari semenjak mereka dilahirkan

bahkan sekalipun mereka belum bisa berbicara, mereka sudah berkomunikasi

melalui komunikasi nonverbal. Komunikasi adalah proses penyampaian

informasi dari komunikator kepada komunikan. Adapun yang dimaksud

komunikator adalah pihak yang mencoba mentransmisikan pesan dan

komunikan adalah pihak yang menginterpretasikan pesan.

Seperti apa yang dikemukakan oleh Judy C. Pearson dan Paul E.

Nelson, bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum, yang pertama yaitu

untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: membentuk keselamatan

fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada

orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Fungsi kedua adalah untuk

kelangsungan hidup masyarakat yang meliputi: memperbaiki hubungan sosial,

mengembangkan keberadaan suatu masyarakat, dan mempengaruhi orang

lain agar berpikir, merasa, ataupun bertingkah sesuai apa yang diharapkan.

Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu kegiatan yang paling penting bagi

(9)

2

Indonesia merupakan salah satu dari empat negara dengan jumlah

penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh

Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) dijelaskan bahwa

lebih dari setengah penduduk Indonesia telah terhubung dengan internet.

Adapun hasil survei tersebut mengungkapkan bahwa 132,7 juta dari 256,2 juta

atau sebanyak 51,8% orang Indonesia telah terhubung dengan internet.

Gambar 1. Data Penetrasi Pengguna Internet Indonesia, dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2017

Pertumbuhan ini didukung dengan data dalam sebuah artikel di

Beritasatu.com (Rabu, 9 November 2016) yang diperoleh dari Menkominfo

yang menyebutkan bahwa nilai transaksi e-commerce pada tahun 2014 sudah

mencapai sekitar 150 triliun rupiah.

Berdasarkan Data Sensus Ekonomi 2016 dari Badan Pusat Statistik

(10)

tahun terakhir tumbuh sekitar tujuh belas persen dengan total jumlah usaha

e-commerce mencapai 26.2 juta unit. Sedangkan riset global dari Bloomberg

memperkirakan pada 2020 lebih dari separuh penduduk Indonesia akan

terlibat di aktivitas e-commerce (Liputan 6, 2017).

Pada 2020, nilai bisnis e-commerce ditargetkan mencapai US$ 130

miliar atau sekitar 1500 triliun rupiah karena paling tidak terdapat pertumbuhan

8-10% per tahunnya (Beritasatu, 2016).

Perdagangan elektronik atau yang disebut juga e-commerce, adalah

penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk melaksanakan proses

bisnis. Pandangan populer dari e-commerce adalah penggunaan internet dan

komputer dengan web browser untuk membeli dan menjual produk (McLeod

& Schell, 2008, p. 59).

Pertumbuhan pesat pangsa e-commerce di Indonesia membuat

peluang bisnis bagi industri pembayaran elektronis, salah satunya adalah PT.

Pilar Bina Cakrawala (sebelumnya bernama PBC Technology). PT. Pilar Bina

Cakrawala atau yang akrab disapa Paybill Indonesia didirikan oleh Arief

Rohman Yulianto pada tanggal 16 Oktober 2012. Paybill Indonesia adalah

perusahaan jasa pembayaran elektronis yang menyediakan kemudahan untuk

mempercepat proses payment collection dengan user-experience yang

berkesan.

Saat ini Paybill Indonesia memiliki empat macam produk yang

ditawarkan, diantaranya ATM Bersama, Paybill, Smartbill, dan Smartpay.

(11)

4

membayarkan segala jenis tagihan pelanggan melalui aplikasi berbasis online

(web-based application).

Sebagai perusahaan startup yang bergerak di pasar e-commerce,

Paybill Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang.

Namun, tentunya dibutuhkan pemimpin yang visioner untuk bisa membawa

perusahaan tersebut berkembang. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Negara

Amerika Serikat Eleanor Roosevelt bahwa seorang pemimpin yang baik akan

menginspirasi orang-orang untuk memiliki kepercayaan diri dalam diri mereka.

Setiap organisasi terbentuk dengan satu tujuan yang sama. Dalam

mencapai tujuan, seringkali organisasi tidak memperhatikan hal yang sangat

berpengaruh dalam penentuan keberhasilan organisasi, yaitu hubungan

komunikasi yang baik antara individu dalam organisasi. Komunikasi yang baik

dapat membuat keharmonisan dan keserasian yang pada akhirnya bisa

memperkecil terjadinya konflik ataupun kesalahpahaman dalam organisasi.

Tanpa adanya dukungan yang baik dari karyawan akan berdampak pada

sulitnya pencapaian tujuan perusahaan.

Setiap organisasi pasti melakukan kegiatan komunikasi, baik pada

bagian internal maupun eksternal organisasi tersebut. Komunikasi organisasi

pada bagian internal biasanya terdapat kompleksitas yang tinggi, yaitu

bagaimana penyampaian dan penerimaan informasi menjadi hal yang

berpotensi menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Komunikasi

organisasi juga mempunyai proses yang rumit karena melibatkan seluruh

(12)

aliran informasi yang tidak hanya mengalir secara satu arah dari atas ke

bawah, namun juga dari bawah ke atas, dan diagonal. Selain itu, komunikasi

organisasi terjadi melalui berbagai cara penyampaiannya, yaitu melalui kata –

kata lisan yang diucapkan, tulisan, komunikasi non-verbal, angka, infografis,

gambar visual, dan berbagai media lainnya.

Hubungan komunikasi yang baik diantara setiap individu dalam

organisasi akan sangat berpengaruh sebagai jembatan untuk menciptakan

peningkatan. Karyawan merupakan salah satu elemen dalam organisasi yang

bisa menentukan keberhasilan sebuah organisasi untuk mencapai

tujuan-tujuannya. Tidak adanya dukungan yang baik dari karyawan menyebabkan

organisasi kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas akan selalu membantu untuk mempertahankan

kelangsungan hidup organisasi, mereka membantu organisasi mencapai

tujuan-tujuannya dan menghindari masalah-masalah yang mungkin akan

merugikan organisasi.

Keberhasilan organisasi perusahaan dalam mencapai tujuan tidak

terlepas dari peran karyawan. Dengan gaya kepemimpinan yang baik

perusahaan bisa memaksimalkan peran karyawan. Karyawan bukan hanya

sebagai obyek untuk mencapai tujuan organisasi, namun juga menjadi subyek

atau pelaku. Karyawan dapat menjadi perencana dan pelaksana yang

berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi perusahaan serta

mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat mempengaruhi

(13)

6

Salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja kerja karyawan dalam

perusahaan adalah pemimpin. Sebagai pengarah, pemimpin harus bisa

menciptakan dan memberikan harapan bagi para bawahannya. Harapan yang

dimaksud, termasuk kemampuan pemimpin dalam memahami perasaan

orang yang dibawahinya, dan komitmen untuk membantu karyawan yang

membutuhkan. Sebagai penentu arah, pemimpin harus memiliki keberanian

dalam bersikap untuk menentukan jalan mana yang dituju sehingga tidak

membingungkan para bawahannya.

Selanjutnya seorang pemimpin dituntut untuk menetapkan paradigma

yang diyakini kebenarannya dan memberikan manfaat bagi organisasi dan

seluruh pengikutnya, meskipun terkadang mengandung resiko (menjadi tidak

populer) bagi kepemimpinannya (Suta, Agung, Widjaja, Situmeang, & Musa,

2011, p. 22).

Pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh

hasil-hasil yang diinginkan dengan salah satu caranya ialah memotivasi

mereka (Pace & Faules, 2006, p. 276). Pemimpin harus memiliki kemampuan

untuk menggerakkan orang lain untuk mencapai sasaran. Kepemimpinan

yang sukses merupakan visi yang dikombinasikan dengan ketepatan hati,

keberanian, dan ketahanan untuk mencapai sasaran dan melakukan secara

terus menerus sampai berhasil. Menurut Sutarto (2010, p. 222) keberhasilan

atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak

(14)

Gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

motivasi, karena seorang pemimpin yang berhasil adalah orang yang mampu

menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan

dengan cara memotivasi dirinya sendiri dan bawahannya.

Dalam buku bisnis yang ditulis oleh Ekaterina Walter yang berjudul

“Think Like Zuck: The Five Business Secrets of Facebook’s Improbably

Brilliant CEO Mark Zuckerberg”, Mark mengatakan bahwa gaya

kepemimpinan yang dibutuhkan seorang pemimpin yaitu bersemangat,

memimpin dengan tujuan, membangun tim yang hebat, dan berusaha keras

menjaga produk dan jasanya. Hal tersebut merupakan mentalitas yang

mendorong pemimpin hebat dalam membangun sebuah bisnis yang sukses

(Walter, 2013).

Arief Rohman Yulianto sebagai pendiri sekaligus CEO Paybill Indonesia

merupakan pemimpin yang berani melahirkan sebuah layanan jasa yang

inovatif. Dirinya memiliki tujuan untuk menciptakan layanan pembayaran

elektronis yang mudah diakses dan juga dapat menjadi solusi bagi masyarakat

di Indonesia. Selain itu dirinya juga memiliki tujuan untuk menambah jumlah

lapangan pekerjaan serta meningkatkan pendapatan warga Indonesia.

Sebagai sebuah perusahaan startup dengan jumlah karyawan Paybill

Indonesia yang masih terbatas, diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat

agar memotivasi setiap karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Perusahaan-perusahaan startup cenderung tidak memiliki pembagian

(15)

8

membantu untuk menyelesaikan segala pekerjaan yang bahkan seharusnya

tidak dikerjakan oleh divisinya. Arief R. Yulianto selaku CEO Paybill Indonesia

sering turun langsung dalam memberikan arahan kepada karyawannya.

Sebagai pemimpin yang turun langsung dalam menghadapi karyawannya,

Arief R. Yulianto selalu turut serta untuk membantu bawahannya apabila

mengalami kesulitan dalam pekerjaannya.

Sebagian besar karyawan Paybill Indonesia sepakat bahwa CEO Arief

R. Yulianto merupakan tipe pemimpin yang selalu senantiasa berkomunikasi

dua arah kepada bawahannya, melibatkan karyawan dalam pengambilan

keputusan, dan menghargai setiap pekerjaan yang dilakukan karyawannya.

Begitupun dengan hasil pra-riset wawancara yang dilakukan oleh

peneliti kepada Head of Human Resource Department (HRD) Paybill

Indonesia yang mengatakan bahwa direktur Paybill Indonesia merupakan

seorang pemimpin yang tidak segan untuk ikut serta berpartisipasi dalam

suatu departemen atau bahkan bekerja langsung bersama karyawannya.

Sering diadakannya kegiatan di luar perusahaan dalam rangka membangun

sebuah hubungan yang harmonis di dalam internal perusahaan juga menjadi

suatu bukti konkrit yang menyatakan bahwa direksi Paybill Indonesia

merupakan orang yang dapat bersahabat dan memperlakukan bawahannya

sesuai dengan harkat kemanusiaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis suatu permasalahan agar

dapat ditemukan titik cerah dan solusi pemecahannya. Berdasarkan latar

belakang masalah yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja

karyawan di PT. Pilar Bina Cakrawala?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian adalah :

Untuk mengetahui apakah pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

motivasi kerja karyawan di PT. Pilar Bina Cakrawala.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan studi

public relations pada khususnya, serta dapat memberikan wawasan ilmu

pengetahuan bagi para mahasiswa jurusan komunikasi tentang pentingnya

komunikasi serta gaya kepemimpinan di dalam suatu perusahaan terhadap

(17)

10

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

motivasi kerja karyawan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemimpin di

PT. Pilar Bina Cakrawala dalam menjalin hubungan dan berkomunikasi

kepada karyawan untuk menciptakan motivasi yang tinggi bagi

karyawannya di perusahaan tersebut.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar uraian di tiap bab yang

dibahas lebih lengkap. Sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari lima

bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian yang terdiri dari

manfaat akademis dan praktis, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORETIS

Bab ini menguraikan mengenai teori komunikasi organisasi, teori

gaya kepemimpinan, dan teori motivasi kerja yang bersumber

dan literatur serta konsep-konsep pemikiran dari landasan teori

(18)

dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan sumber yang di

kutip.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan suatu masalah dengan menggunakan

data-data dan uji instrumen dengan metode analisis data-data, uji

normalitas, uji linieritas, uji regresi sederhana, uji korelasi, dan

tabel distribusi frekuensi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi gambaran umum objek penelitian, deskripsi

temuan lapangan, dan analisis inferensial penelitian ini.

Selanjutnya bab ini akan membahas lebih dalam mengenai

objek penelitian, hasil analisis objek penelitian serta menilai hasil

yang didapat untuk dikaitkan dengan teori yang digunakan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas kesimpulan yang didapat selama

penelitian, guna menjawab pertanyaan dari tujuan penelitian

yang telah dibuat serta saran yang bisa diberikan baik untuk

(19)

12

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang digunakan oleh peneliti untuk membantu

penyusunan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian yang

diambil dari jurnal yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap

Motivasi Kerja : Studi pada Karyawan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Kantor Pusat Surabaya. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 43 No. 1 yang

ditulis oleh Rizki Dwi Setyawan, M. Al Musadieq, dan Mochammad Djudi ini

diterbitkan di Malang pada Februari 2017.

Jurnal kedua yang digunakan penulis berjudul Pengaruh Komunikasi

Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Jambi. Jurnal Online Mahasiswa FISIP Vol. 3 No. 1 yang ditulis oleh

Nevi Ariessetyawati ini diterbitkan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Riau pada Februari 2016.

Jurnal ketiga yang digunakan penulis berjudul Pengaruh Persepsi Gaya

Kepemimpinan Atasan terhadap Motivasi Berprestasi Bawahan : Studi pada

Karyawan BCA Kantor Cabang Alam Sutera. Jurnal Psikologi Vol. 13 No.2

yang ditulis oleh Safitri Debby Rosiana ini diterbitkan di Fakultas Psikologi

(20)

2.1.1. Jurnal Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja : Studi pada Karyawan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya

Latar belakang dari penelitian ini mengenai Pengaruh Gaya

Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Karyawan. Pemimpin merupakan

agen perubahan (agent of changes), yaitu seorang pengatur jalannya suatu

organisasi yang mampu mengubah seseorang dengan mempengaruhi orang

lain sehingga dapat melakukan kegiatan demi mencapai tujuan yang

ditentukan.

Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan biasanya disiapkan

begitu matang dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepemimpinan.

Proses kepemimpinan yang dipakai seorang pemimpin haruslah disesuaikan

dengan jenis perusahaan dan karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut.

Banyak faktor yang dapat menentukan keberhasilan pemimpin dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya adalah gaya

kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang

lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada

sikap pemimpin tersebut dalam menciptakan motivasi di dalam dirinya sendiri

maupun pada bawahannya. Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi dalam

(21)

14

banyak karyawan yang bermotivasi tinggi, maka tujuan yang telah ditetapkan

oleh perusahaan dapat dengan cepat terlaksana.

PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya

merupakan perusahaan BUMN yang besar di Jawa Timur. Perusahaan ini

memiliki 17 kantor cabang perusahaan yang tersebar di 7 provinsi di Indonesia

Timur. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN). Fokus

pada penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap motivasi kerja yang meliputi gaya kepemimpinan direktif, gaya

kepemimpinan suportif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya

kepemimpinan berorientasi prestasi pada PT. Pelabuhan Indonesia III

(Persero) Kantor Pusat Surabaya. Berdasarkan hasil analisis regresi, gaya

kepemimpinan yang diterapkan pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Kantor Pusat Surabaya secara simultan memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Selanjutnya secara parsial gaya

kepemimpinan suportif, gaya kepemimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan

berorientasi prestasi berpengaruh nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja

karyawan, namun pada variabel gaya kepemimpinan direktif secara parsial

berpengaruh secara tidak nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja

karyawan.

2.1.2. Jurnal Online Mahasiswa Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi

Latar belakang dari penelitian ini mengenai Pengaruh Komunikasi

(22)

Pratama Jambi. Kepemimpinan memiliki pengaruh besar bagi pegawai di

semua perusahaan, kepemimpinan merupakan upaya mempengaruhi orang

lain untuk mencapai tujuan. Cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau

perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon

dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang

memotivasi dan mengkoordinasi organisasi dalam rangka mencapai tujuan,

kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan di antara

bawahan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Sesuai dengan Stimulus

Response Theory mengasumsikan kepemimpinan dapat dikatakan sebagai

cara dari seorang pimpinan dalam mengarahkan, mendorong, dan mengatur

seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai

suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja

pegawai yang maksimal.

2.1.3. Jurnal Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Motivasi Berprestasi Bawahan : Studi pada Karyawan BCA Kantor Cabang Alam Sutera

BCA terus meningkatkan pelayanan dan inovasi terbarunya dengan

membuka Kantor Cabang Utama Alam Sutera yang memiliki konsep

“Individual Banking Mall” di mana terdapat layanan one-stop-solution untuk

seluruh kebutuhan finansial mulai dari informasi, pembukaan rekening,

pengajuan kredit, cicilan kartu kredit, inquiry, perubahan data, dan customer

care. Pembukaan Kantor Cabang Utama Alam Sutera merupakan salah satu

(23)

16

membuka akses perbankan yang lebih besar bagi masyarakat. BCA KCU

Alam Sutera merupakan cabang pertama dengan fokus memberikan

pengalaman perbankan yang berbeda bagi nasabah BCA dan nasabah

non-BCA, baik dari ambience maupun service yang diberikan.

Karyawan BCA KCU Alam Sutera telah mampu menunjukkan

kekompakkan di dalam tim maupun individu. Setiap unit kerja di BCA KCU

Alam Sutera bekerja dengan saling mendukung dan melengkapi, sehingga

mampu membuat BCA KCU Alam Sutera mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bina Aprilita (2012) pemimpin

yang sukses adalah pemimpin yang mampu menjadi pendorong bagi

bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat

memacu pertumbuhan dan memotivasi karyawannya, serta memiliki

kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya untuk

melakukan pekerjaan sesuai dengan arahan dan tujuan yang ingin dicapai.

BCA KCU Alam Sutera menorehkan beberapa prestasi yang

membanggakan, salah satunya adalah diberikannya nominasi BCA Award

untuk tim prioritas terbaik juara ketiga se-Indonesia. Kemudian pada tahun

2014 BCA KCU Alam Sutera menjadi Juara pertama terbaik nasional untuk

tim prioritasnya. Hal tersebut dikarenakan BCA KCU Alam Sutera

mendapatkan nilai Gallup yang baik untuk CE (Customer Engagement), BSQ

(Banking Service Quality), dan TE (Team Engagement), serta mendapatkan

(24)

BCA KCU Alam Sutera dipimpin oleh para pemimpin baru yang

diantaranya Kepala KCU, Kepala Operasi, Kepala Pengembangan Bisnis

Cabang, serta seluruh Kepala Bidang dan Kepala Bagian yang baru. Meskipun

BCA KCU Alam Sutera merupakan sebuah kantor cabang baru dengan

seluruh struktur organisasi yang baru, namun para karyawannya bisa

menunjukkan prestasi yang gemilang.

Meningkatnya TE (Team Engagement) BCA KCU Alam Sutera

disebabkan karena tiap anggota tim yang saling membantu, hal ini dilihat dari

partisipasi aktif setiap adanya event yang diadakan di BCA KCU Alam Sutera.

Karyawan saling membantu walaupun mereka tidak terdaftar dalam

kepanitiaan. Tidak sekedar membantu kegiatan, namun karyawan BCA KCU

Alam Sutera juga ikut serta untuk mengisi acara di event yang diadakan.

Kesuksesan prestasi tersebut, tidak terlepas dari peran serta bawahan

dan juga pemimpin yang mampu mempengaruhi bawahannya. Regina (2010)

mengatakan gaya kepemimpinan yang mengutamakan kerja dan kekompakan

tinggi, baik digunakan dalam pembentukan kelompok. Pemimpin perlu

menjadi model untuk kelompok dengan menunjukkan perilaku yang membuat

kelompok efektif dan puas. Seperti kekompakkan dan keberhasilan BCA KCU

Alam Sutera di tahun pertamanya tidak lepas dari peran pemimpin. Sebagai

pemimpin yang membawahi karyawan diharapkan mampu memberikan

contoh yang baik, mengayomi bawahannya, memotivasi dan tidak hanya

(25)

18

Berdasarkan uraian tersebut, fokus dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan atasan terhadap motivasi

berprestasi bawahan.

Tabel 1. Tabel Perbandingan Jurnal dan Penelitian Skripsi

Ukuran Penelitian I Penelitian II Penelitian III Penelitian Sekarang

Judul Pengaruh

Gaya

Peneliti Rizki Dwi

Setyawan,

Teori Kepemimpinan,

Gaya

(26)

Perbedaan Penelitian ini

Hasil Hasil analisis

uji F (simultan)

dan uji t

al dengan nilai

(27)

20

indikator lain di

luar penelitian

ini

transaksional

dengan nilai sig

0.000 (p<0.05)

Sumber : Data Olahan Peneliti, 2018

2.2. Gaya Kepemimpinan

Menurut Amirullah (2015), kepemimpinan adalah seseorang yang

memiliki wewenang untuk memberikan tugas, memiliki kemampuan untuk

membujuk atau mempengaruhi orang lain melalui pola hubungan yang baik

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Gaya kepemimpinan menurut Rivai, Darmansyah, dan Mansyur (2014),

adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi

bawahan supaya sasaran organisasi bisa tercapai. Selain itu, dikatakan pula

bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang sering

(28)

kemampuan bawahannya ditunjukkan oleh gaya kepemimpinan yang

digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Suradji dan Martono (2014), apabila gaya kepemimpinan

digambarkan totalitas perilaku pemimpin, ciri-ciri perilaku yang menjadikan

totalitas gaya kepemimpinan tersebut disebut tipe kepemimpinan. Tipe

kepemimpinan yang seringkali ditemukan di beberapa perusahaan swasta

ataupun pemerintahan dibagi menjadi empat tipe, yaitu Tipe Kepemimpinan

Otoriter atau Otokratis, Tipe Kepemimpinan Demokratis, Tipe Kepemimpinan

Kendali Bebas atau Laissez Faire, dan Tipe Kepemimpinan Birokrasi.

Thoha (2013), menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu

norma perilaku yang digunakan oleh seseorang ketika orang tersebut

mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihatnya. Adapun

dua kategori yang membagi gaya kepemimpinan yaitu Gaya Kepemimpinan

Otokratis dan Gaya Kepemimpinan Demokratis.

Berdasarkan definisi gaya kepemimpinan menurut para ahli di atas,

bisa diartikan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu kemampuan

pemimpin dalam mengendalikan, menggerakkan, memberikan pengaruh dan

arahan kepada bawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan untuk

(29)

22

2.3. Gaya Kepemimpinan Demokratis

2.3.1. Definisi Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang

menempatkan manusia sebagai faktor utama di dalam suatu organisasi.

Pemimpin selalu mencoba menempatkan dirinya sebagai partisipan yang

bersifat aktif, dinamis, dan terarah. Pemimpin mengambil keputusan dengan

menggunakan cara yang musyawarah. Segala macam keinginan, kehendak,

ide-ide, opini, kreatifitas, dan inisiatif seluruh anggota yang berbeda-beda

dapat disampaikan secara wajar (Zainal, Hadad, & Ramly, 2014).

Sedangkan menurut Thoha (2013), gaya kepemimpinan demokratis

berkaitan dengan kekuatan personal dan keaktifan dalam ikut sertanya

anggota dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan sering disebut

sebagai tipe kepemimpinan. Sutikno menyebutkan bahwa tipe kepemimpinan

demokratik merupakan salah satu dari beberapa tipe kepemimpinan yang luas

dan diakui keberadaannya. Seorang pemimpin yang memilki tipe

kepemimpinan demokratik bukan dikategorikan berdasarkan seseorang yang

terpilih secara demokratis, melainkan lebih kepada cara memimpin. Tipe

demokratik adalah tipe dimana seorang pemimpin selalu terbuka untuk

menerima dan menghargai saran, pendapat, dan nasihat dari staf bawahan

dengan melalui cara yang musyawarah untuk mencapai kesepakatan

bersama. Pemimpin yang demokratik adalah pemimpin yang aktif, dinamis,

(30)

bertanggung jawab. Pembagian tugas disertai pelimpahan wewenang dan

tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi

secara aktif (Sutikno, 2014).

Berdasarkan definisi dari para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa gaya kepemimpinan demokratis adalah cara atau perilaku seorang

pemimpin yang turut serta berbaur sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam

melibatkan karyawannya pada proses pengambilan keputusan.

2.3.2. Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis

Menurut Suradji dan Martono (2014), gaya kepemimpinan demokratis

digambarkan dengan perilaku pemimpin yang sangat menjunjung tinggi

derajat dan harkat manusia yang dipimpinnya. Pemimpin memandang

bawahannya sebagai kekuatan yang mendukung keberhasilan pekerjaannya.

Pemimpin demokratis mengajak bawahannya ikut serta secara aktif dan kreatif

untuk mencapai visi dan misi perusahaan dengan membangun hubungan

yang harmonis dengan bawahannya. Seorang pemimpin dengan gaya

kepemimpinan demokratis dapat dikenali melalui caranya memimpin, yaitu:

a. Perilaku pemimpin demokratis dalam memimpin:

1. Komunikasi dua arah (two-way communication)

2. Pengawasan kepada karyawan tidak mengintimidasi

3. Saran, pendapat, dan pertimbangan dari bawahan bersifat

terbuka

(31)

24

1. Mementingkan kesadaran dalam menjalankan tugas daripada

memberikan instruksi dan memerintah

2. Kepatuhan bawahan atas dasar kesadaran dan bukan sekedar

kepatuhan semu atas rasa takut

3. Menghormati cipta, rasa, karsa, dan karya bawahannya

4. Fleksibel dan dapat bersikap bersahabat ketika mengendalikan

bawahannya

5. Pandai bergaul dan supel

6. Mempercayai bawahannya dengan saling menghargai satu

sama lain

7. Menekankan tanggung jawab, dan bahwa keberhasilan adalah

hasil kerja pemimpin dan bawahan

8. Memperlakukan bawahannya sesuai dengan martabat dan

harkat kemanusiaan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas,

dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang demokratis akan

cenderung melibatkan pendapat karyawan dan menggunakan saran serta

gagasannya sebelum mengambil keputusan dalam pemecahan masalah.

Selain itu seorang pemimpin yang demokratis juga memberikan kesempatan

kepada karyawan untuk ikut serta dalam menetapkan tujuan, membuat

(32)

2.3.3. Dimensi Gaya Kepemimpinan Demokratis

Seorang pemimpin bukanlah seorang yang hanya dapat memimpin

saja, namun harus memiliki kekuatan dan semangat untuk mengubah sikap

sehingga membuat pegawai menjadi patuh terhadap pemimpinnya. Menurut

Robbins (2013, p. 187) gaya kepemimpinan memiliki beberapa dimensi,

diantaranya :

1. Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

dapat diamati langsung ataupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses dimana suatu ide diarahkan dari

sumber kepada penerima atau dari pimpinan kepada bawahan

begitupun sebaliknya dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

penerima

3. Kemampuan

Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melakukan suatu

aktivitas

4. Kualitas

Kualitas merupakan suatu nilai yang melekat pada seseorang

5. Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah pengembangan potensi diri dan kepribadian

(33)

26

Sedangkan menurut Siagian (2011, p. 121), beberapa indikator gaya

kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan dilakukan secara wajar

2. Menghargai ide dari bawahan

3. Memperhitungkan perasaan bawahan

4. Perhatian pada kenyamanan kerja bawahan

5. Menjalin hubungan baik dengan bawahan

6. Bisa beradaptasi dengan kondisi

7. Teliti dengan keputusan yang akan diambil

8. Bersahabat dan ramah

9. Memberikan pengarahan pada tugas-tugas yang diberikan

10. Komunikasi yang baik dengan bawahan

11. Pengambilan keputusan bersama

12. Mendorong bawahan meningkatkan keterampilan

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa suatu gaya kepemimpinan demokratis akan tampak apabila pemimpin

tersebut mampu menggunakan cara-cara yang musyawarah agar membuat

(34)

2.3. Komunikasi Organisasi

Organisasi terbentuk karena adanya kesamaan dalam penentuan visi,

misi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh sekelompok orang. Setiap unsur yang

ada di dalam organisasi secara langsung ataupun tidak langsung harus

memegang teguh apa yang menjadi tujuan dan prinsip di dalam organisasi

tersebut sehingga organisasi dapat mencapai visi dan misi yang sudah

ditetapkan sebelumnya.

Setiap organisasi tentunya mempunyai atasan dan bawahan, bawahan

atau yang sering disebut pegawai adalah orang yang bekerja di sebuah

perusahaan atau lembaga dengan mengharapkan gaji atas pekerjaan yang

dilakukannya sesuai dengan kontrak awal dengan atasan.

Menurut Wiryanto komunikasi organisasi adalah segala macam

pengiriman dan penerimaan pesan organisasi di dalam kelompok formal

ataupun informal dari suatu organisasi (Romli, 2011).

Komunikasi dalam organisasi dapat terjadi dalam bentuk kata-kata

yang ditulis ataupun yang diucapkan, gerakan tubuh, dan simbol-simbol visual

yang menghasilkan perubahan pola dan tingkah laku di dalam organisasi baik

antar sesama pemimpin, antar karyawan, dan semua anggota yang terlibat

dalam kegiatan komunikasi tersebut. Struktur dari sebuah organisasi harus

memiliki cara berkomunikasi dalam tiga arah yang berbeda: komunikasi ke

bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal (Lunenburg & Ornstein,

(35)

28

Gambar 2. Jenis Komunikasi Organisasi, dari Lunenberg dan Ornstein, 2012

Redding dan Sanborn mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai

pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks yang

di dalamnya terdapat komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan

persatuan pengelola, keterampilan komunikasi, komunikasi evaluasi program,

downward communication atau komunikasi dari atasan ke bawahan, upward

communication atau komunikasi dari bawahan ke atasan, dan horizontal

communication atau komunikasi diantara orang-orang dengan level tingkatan

yang sama (Arni, 2009).

Komunikasi organisasi diperlukan untuk membantu kelancaran proses

penyampaian pesan dari pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi

organisasi yang baik akan memperkuat hubungan internal dalam perusahaan,

sehingga memperkecil adanya miss communication yang berdampak pada

kinerja karyawan.

Upward Communication Downward

Communication

(36)

2.4. Motivasi Kerja

2.4.1. Definisi Motivasi Kerja

Motivasi kerja merupakan suatu alasan yang mendorong seorang

karyawan dalam bekerja di suatu perusahaan. Mengenal motivasi kerja

karyawan akan membantu dalam membuat sebuah kebijakan pada

perusahaan. Karena kebijakan perusahaan yang didasarkan pada motivasi

semangat kerja karyawan akan berdampak positif pada hasil kerja karyawan.

Motivasi kerja karyawan berfungsi untuk mendorong gairah kerja

karyawan agar bekerja keras dengan menggunakan seluruh kemampuan dan

keterampilan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Motivasi

kerja perlu dibentuk untuk membuat karyawan antusias mencapai

produktivitas kerja yang tinggi.

Menurut Wexley & Yuki, motivasi merupakan the process by which

behavior is energized and directed atau dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan sesuatu yang memberikan semangat atau dorongan dalam

bekerja (Romli, 2011, p. 73).

Menurut Malayu (2010, p. 141), motivasi berasal dari bahasa latin

“movere” yang berarti dorongan pada diri seseorang untuk bertindak atau

berperilaku. Pengertian motivasi memiliki hubungan erat dengan kata

kebutuhan “needs” atau keinginan “want”. Kebutuhan merupakan sebuah

potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau di respon.

Robbins (2013, p. 213), mendefinisikan motivasi sebagai proses yang

(37)

30

usaha mencapai tujuan. Meski motivasi berkaitan erat dengan upaya ke arah

sasaran apapun, namun Robbins menyempitkan fokus pada tujuan organisasi

agar mencerminkan minat terhadap perilaku yang berkaitan dengan

pekerjaan.

Kebutuhan merupakan suatu kesenjangan atau pertentangan yang

dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada di dalam diri.

Kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan kekecewaan pada diri

karyawan. Begitupun sebaliknya, apabila kebutuhannya telah terpenuhi maka

karyawan akan menunjukkan sikap yang gembira.

2.4.2. Teori Motivasi Kerja

Abraham Maslow (1954), mengemukakan hierarki kebutuhan manusia

dalam lima tingkatan, yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis

Merupakan kebutuhan atas perlindungan fisik, kebutuhan untuk

makan, minum, bernapas, dan seksual. Kebutuhan fisiologis adalah

kebutuhan yang paling mendasar atau kebutuhan yang ada di

tingkat paling bawah. Karyawan akan merasa kebutuhan fisiknya

terpenuhi apabila diberikan gaji yang cukup untuk keberlangsungan

hidupnya.

2. Kebutuhan Rasa Aman

Merupakan kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman,

(38)

dirinya dan keluarganya terlindungi apabila diberikan asuransi

ketenagakerjaan, keselamatan, kesehatan, dan asuransi lainnya.

Selain itu, fasilitas keamanan di sekitar lingkungan kerja perlu

diperhatikan demi meningkatkan kebutuhan rasa aman karyawan,

seperti halnya fasilitas parkir yang aman, alat pemadam api yang

memadai, dan fasilitas keselamatan kerja lain yang sekiranya

diperlukan.

3. Kebutuhan Rasa Memiliki (Sosial)

Merupakan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi,

berinteraksi, serta kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.

Karyawan akan merasa kebutuhan sosialnya terpenuhi apabila

dirinya dianggap sebagai bagian dari perusahaan dan memiliki

relasi yang baik dengan rekan kerjanya.

4. Kebutuhan akan Harga Diri (Penghargaan)

Merupakan kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.

Karyawan akan merasa kebutuhan akan harga dirinya terpenuhi

apabila karyawan tersebut dapat mencapai suatu tingkat jabatan

yang diimpikannya. Karyawan juga akan merasa kebutuhan ini

terpenuhi apabila memiliki reputasi yang baik selama bekerja.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Merupakan kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan

potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan

(39)

32

Pendidikan, Agama, Hobi, Pengembangan Diri

Kesempatan untuk pelatihan, peningkatan skill, pengembangan diri, dan kreatifitas

Dianggap oleh keluarga,

Rekan Kerja, Klien, Lingkungan Sosial Kerja, Supervisor

Kebebasan dari Peperangan, Polusi, dan Kerusuhan Udara Bersih, Gaji Pokok

Fisiologis

Kepuasan Diluar Pekerjaan Kepuasan Didalam Pekerjaan

Hierarki Kebutuhan Maslow

diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide-ide, gagasan, dan

kritik dalam pengembangan produk, jasa, dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan perusahaan akan merasa kebutuhan aktualisasi

dirinya terpenuhi.

Gambar 3. Hierarki Maslow, dari Daft, Kendrick, dan Vershinina, 2010

Berdasarkan teori tersebut dapat didefinisikan bahwa kebutuhan

manusia sesuai hierarki kebutuhan maslow adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja. Apabila kebutuhan sudah terpenuhi, maka

karyawan akan melakukan kerja yang maksimal sehingga tujuan dari

perusahaan akan tercapai.

2.4.3. Prinsip Motivasi Kerja

Mangkunegara (2010, p. 100), menyebutkan beberapa prinsip yang

(40)

1. Prinsip Partisipasi

Sebagai salah satu cara dalam memotivasi kerja, karyawan harus

dilibatkan untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan

perusahaan.

2. Prinsip Komunikasi

Pemimpin menyampaikan segala sesuatu yang memiliki hubungan

dengan pencapaian tugas dengan informasi selengkap-lengkapnya

agar karyawan lebih mampu diberikan motivasi.

3. Prinsip Mengakui Andil Bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (karyawan) memiliki andil di

dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan. Pengakuan yang

diberikan pemimpin akan membentuk motivasi kerja pada karyawan

tersebut.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang

Pemimpin memberikan otoritas atau wewenang kepada karyawan

untuk dapat ikut dalam pengambilan keputusan terhadap pekerjaan

yang dilakukan. Karyawan yang bersangkutan akan menjadi

termotivasi untuk mencapai target yang diberikan oleh pemimpin.

5. Prinsip Memberi Perhatian

Pemimpin memberikan perhatian terhadap suatu hal yang

diinginkan pegawai bawahan dengan tujuan agar karyawan

(41)

34

2.4.4. Dimensi Motivasi Kerja

Menurut Hasibuan (2010, p. 162) teori motivasi mempunyai subvariabel

yang meliputi:

1. Motif

Motif adalah suatu merangsang keinginan dan daya penggerak

kemauan bekerja seseorang.

2. Harapan

Harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan dan terjadi

karena perilaku untuk tercapainya tujuan.

3. Insentif

Insentif adalah cara merangsang bawahan dengan memberikan

hadiah atau imbalan kepada karyawan yang berprestasi.

2.4.5. Teori Existence, Relatedness and Growth Needs (ERG Clayton Alderfer)

Menurut Clayton Alderfer (dalam Daft, Kendrick, & Vershinina, 2010, p.

610), terdapat tiga dasar kebutuhan manusia yang meliputi:

1. Existence Needs yaitu kebutuhan untuk eksistensi atau

keberadaan. Kebutuhan ini mencakup bentuk kebutuhan fisik dan

keamanan, seperti bonus kerja, gaji tambahan, dan kebutuhan

(42)

2. Relatedness Needs yaitu kebutuhan untuk hubungan. Kebutuhan ini

mencakup semua kebutuhan yang melibatkan hubungan sosial dan

hubungan antar pribadi.

3. Growth Needs yaitu kebutuhan untuk terus berkembang atau

bertumbuh. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan yang melibatkan

orang-orang yang membuat usaha kreatif diri mereka dan

meningkatkan kompetensi diri. (Daft, Kendrick, & Vershinina, 2010,

p. 610)

Pada dasarnya Teori ERG Clayton Alderfer dan hierarki kebutuhan

Maslow hampir serupa karena keduanya ada di sebuah bentuk hierarki dan

mengungkapkan bahwa seorang individu akan naik ke tingkat berikutnya

seiring berjalannya waktu.

Karyawan yang ada di dalam proses produksi atau jasa tentunya

memiliki identifikasi tersendiri antara lain : kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan

kepentingan lainnya yang terbentuk oleh keadaan lingkungan dan

pengalaman karyawan tersebut. Setiap karyawan juga memiliki identifikasi

yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman,

dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam, maka ini akan terbawa

juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan

tingkah laku karyawan tersebut ketika melaksanakan tugasnya.

Begitupun seperti seorang pengusaha yang mempunyai latar belakang

budaya, cara pandang, dan pengalaman yang berbeda dalam menjalankan

(43)

36

kerja dengan karyawan. Pada hakikatnya motivasi karyawan dan pengusaha

berbeda karena adanya perbedaan kepentingan, oleh karena itu motivasi yang

searah perlu diciptakan untuk bisa mencapai tujuan bersama dalam rangka

keberlangsungan usaha dan kenyamanan dalam bekerja, sehingga apa yang

menjadi kehendak dan cita-cita kedua belah pihak dapat diwujudkan.

Karyawan harus mengetahui fungsi, peranan, dan tanggung jawab di

lingkungan kerjanya dan pengusaha perlu menumbuhkan iklim kerja yang

sehat dimana hak dan kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa sehingga

dapat mendorong motivasi kerja karyawan untuk ikut berpartisipasi terhadap

perusahaan. Iklim kerja yang sehat juga dapat menciptakan ketentraman kerja

dan keberlangsungan usaha ke arah peningkatan produksi dan peningkatan

produktivitas kerja.

Motivasi adalah suatu model yang menggerakkan dan mengarahkan

diri karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya untuk mencapai sasaran

dengan penuh kesadaran, bergairah, dan bertanggung jawab. Motivasi

mengandung makna yang lebih luas daripada sekedar pergerakan dan

pengarahan atau komando untuk menjuruskan para karyawan. Melainkan

motivasi merupakan bidang pengkajian manajemen yang banyak melibatkan

aspek-aspek psikologis, karena motivasi bisa membuat dorongan pada diri

seseorang melalui kondisi psikis yang ada di dalam dirinya. Dorongan yang

terjadi cenderung menjurus ke arah yang positif seperti halnya dorongan untuk

bersedia bekerja dengan baik, kesadaran dalam menuntaskan tugas, rasa

(44)

Perilaku seseorang seringkali tampak dari adanya ketergantungan dari

unsur-unsur motif yang ada pada dirinya. Namun secara pokok unsur motivasi

dan tujuan merupakan hal yang tidak terpisahkan. Perilaku seseorang

umumnya berorientasi pada tujuan yang senantiasa dirangsang dan didorong

untuk bisa dicapai. Oleh karena itu memahami latar belakang, kemampuan,

kebutuhan, dan harapan dari karyawan merupakan hal yang mutlak bagi

seorang pemimpin.

Menurut Herzberg (dalam Daft, Kendrick, & Vershinina, 2010, p. 613,

sistem kebutuhan yang mendasari motivasi seseorang terbagi menjadi dua

golongan diantaranya:

1. Hygiene Factors

Meliputi status, hubungan antar manusia, supervisi,

peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan,

kondisi kerja, gaji, dan unsur-unsur lainnya yang berhubungan

dengan kehidupan pribadi.

2. Motivational Factors

Meliputi kebanggaan pekerjaan sendiri, hasil (achievement),

kemungkinan untuk terus berkembang, tanggung jawab, kemajuan

dalam jabatan, dan pengakuan.

Kebutuhan-kebutuhan dalam faktor hygiene yang tidak terpuaskan akan

menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja. Sebaliknya, apabila kebutuhan

(45)

38

faktor motivational atau yang disebut motivators yang terpenuhi akan

menimbulkan motivasi kerja yang tinggi.

Motivators ini akan memberikan kepuasan dalam bekerja,

kebutuhan-kebutuhan ini berkaitan erat dengan sifat hakiki manusia yang menginginkan

tercapainya hasil. Kesuksesan dalam pencapaian suatu hasil akan membuat

perkembangan pada kepribadiannya. Rangsangan ini akan menimbulkan

kebutuhan perkembangan dan pemuasan yang diperoleh dari tugas dalam

pekerjaan seseorang. Sedangkan rangsangan yang timbul dari

kebutuhan-kebutuhan seseorang akan mendapatkan pemuasan dari lingkungan

kerjanya.

Oleh karena itu peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa gaya

kepemimpinan merupakan hal yang berkaitan erat dengan motivasi kerja

(46)

Komunikasi Organisasi

Gaya Kepemimpinan

Gaya Kepemimpinan

Demokratis Motivasi Kerja

Pengaruh

Existence Needs

Relatedness Needs

Growth Needs

• Perilaku pemimpin dalam memimpin

• Perilaku pemimpin dalam menghadapi bawahannya

Variabel Y Variabel X

variabel dependen variabel independen

dimensi variabel Y dimensi variabel X

2.5. Kerangka Kerja Penelitian

(47)

40

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan hasil kesimpulan sementara atau pre-posisi

tentatif tentang hubungan atau pengaruh yang berada diantara dua variabel

atau lebih. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang ditentukan dalam bentuk

rumusan yang harus dapat diuji dan dapat menjelaskan bentuk hubungan atau

pengaruh yang ada diantara dua variabel atau lebih dan pernyataan tersebut

masih dianggap sebagai jawaban sementara atas suatu permasalahan

penelitian. Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah

kebenarannya, karena itu perlu diuji kebenarannya (Siregar, 2013, p. 38).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis pada

penelitian ini sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh antara gaya kepemimpinan demokratis

terhadap motivasi kerja karyawan PT. Pilar Bina Cakrawala.

Ha : Terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan demokratis

(48)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Sugiyono (2014, p. 7), mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen peneliti, analisis data bersifat

kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Menurut Sugiyono (2014, p. 55), penelitian asosiatif adalah suatu

pertanyaan penelitian yang bersifat mempertanyakan hubungan antara dua

variabel atau lebih. Peneliti perlu melakukan kegiatan berteori untuk

menghasilkan dugaan awal (hipotesis) antara variabel satu dengan yang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa metodologi kuantitatif adalah

penelitian yang ditujukan pada sejumlah sampel atau populasi tertentu dengan

suatu masalah yang akan diteliti sehingga dapat disimpulkan dengan metode

pengujian hipotesis.

Peneliti menggunakan metode penelitian asosiatif dengan analisis

regresi karena bertujuan untuk mempelajari pengaruh variabel gaya

kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan yang menggunakan

pengujian hipotesis dengan pendekatan kuantitatif. Variabel independent yang

(49)

42

dependent (yang terpengaruh) oleh variabel gaya kepemimpinan adalah

variabel motivasi kerja.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah

tertentu dan pada waktu yang tertentu pula. Sugiyono (2014, p. 80),

mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Populasi bukan hanya sebatas manusia, melainkan seluruh objek dan

benda-benda alam lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada

objek / subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat

yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut.

Pemilihan karakteristik populasi pada penelitian ini adalah seluruh

karyawan yang pernah atau sedang bekerja di PT. Pilar Bina Cakrawala pada

tahun 2017 yang berjumlah 43 orang. Pemilihan karakteristik populasi ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa karyawan yang dipilih merupakan

kelompok atau individu yang memiliki masa kontrak minimum 1 tahun kerja

dan pernah atau sedang menjadi bawahan dari direksi PT. Pilar Bina

(50)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Populasi yang besar membuat peneliti tidak memungkinkan

untuk mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana,

tenaga, dan waktu. Oleh karena itu peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2014, p. 81). Sedangkan menurut Siregar

(2013, p. 30), sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya

sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan

sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel

berdasarkan nonprobability sampling yang mana tidak memberikan peluang

atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang

digunakan adalah Sampling Jenuh atau teknik penentuan sampel dimana

setiap anggota populasi dipilih menjadi sampel. Teknik ini bisa digunakan

apabila jumlah populasi relatif kecil. Sampel jenuh sering disebut dengan

istilah sensus, dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel.

Berdasarkan jumlah karyawan yang pernah atau sedang bekerja di PT. Pilar

Bina Cakrawala yang berjumlah 43 orang, peneliti menggunakan sampel

(51)

44

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh

suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Pengumpulan data

tersebut dilakukan secara khusus untuk mengatasi masalah riset yang sedang

diteliti. Proses pengumpulan data yang bersifat primer ini dapat menggunakan

angket atau kuesioner, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi, dan

sebagainya (Suryani & Hendryadi, 2015, p. 171).

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa data primer

merupakan data pokok atau utama dalam penelitian yang diperoleh melalui

riset lapangan. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner kepada

karyawan PT. Pilar Bina Cakrawala. Metode survey dilakukan dengan cara

pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner yang berisi daftar

pernyataan kepada responden yang telah ditentukan.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung dalam penelitian. Data

sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh pihak lain (Purwanto & Sulistyastuti, 2007, p. 20). Menurut

Siregar (2013, p. 16) data sekunder adalah data yang diterbitkan atau

digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya.

Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari

hal-hal yang berkaitan dengan materi atau data kepegawaian yang sesuai dengan

(52)

3.4. Teknik Analisis Data

Menurut Wina Sanjaya (2013, p. 106), analisis data adalah suatu

proses mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk

mendapatkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki

makna.

Dapat dikatakan bahwa analisis data adalah cara peneliti dalam proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkapkan fenomena untuk mencapai

tujuan pokok peneliti.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah statistik dengan

menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for the Social

Sciences). SPSS merupakan program komputer statistik yang mampu

memproses data statistik dengan cepat dan tepat. Pemilihan menggunakan

program SPSS ini ditujukan untuk memudahkan perhitungan dan kecepatan

penyajian data hasil pengolahan sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.

3.4.1. Skala Pengukuran

Skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis adalah skala yang paling

sering digunakan dalam penelitian survei dimana orang mengekspresikan

sikap atau tanggapan setuju atau tidak setujunya terhadap suatu pertanyaan

(Neuman, 2006, p. 207). Sedangkan skala likert menurut Sugiyono (2014, p.

(53)

46

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur untuk menyusun

item-item instrument penelitian yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan. Jawaban dari setiap item instrumen mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata. Penelitian

ini menggunakan skala likert dengan enam angka penilaian dan diurutkan dari

angka terendah hingga tertinggi, sebagai berikut:

Tabel 2. Skor Jawaban Kuesioner

Keterangan Skor Positif Skor Negatif

Sangat Setuju 6 1

Setuju 5 2

Ragu-Ragu Mungkin Setuju 4 3

Ragu-Ragu Mungkin Tidak Setuju 3 4

Tidak Setuju 2 5

Sangat Tidak Setuju 1 6

Sumber : Sugiyono, 2014

Data yang didapat dari penyebaran kuesioner tersebut akan diolah

dengan menggunakan aplikasi program komputer SPSS (Statistical Package

for the Social Sciences). Selanjutnya dihitung rentang skala dengan rumus

yang dijelaskan oleh Sinamora sebagai berikut :

Gambar 5. Rumus Rentang Skala, dari Simamora, 2008

Rs = m – n

(54)

Keterangan :

Rs : Rentang Skala

m : Bobot Terbesar

n : Bobot Terkecil

b : Banyaknya Kategori Bobot

Berdasarkan rumus tersebut, maka rentang skala yang di dapat pada

penelitian ini adalah :

Gambar 6. Rumus Rentang Skala, dari Data Olahan Peneliti 2018

1 STS 1.83 TS 2.66 MTS 3.49 MS 4.32 S 5.15 SS 6

Gambar 7. Garis Rentang Skala Likert, dari Data Olahan Peneliti 2018

Dengan penjelasan sebagai berikut :

a. 1 – 1.85 : Menunjukkan sangat tidak setuju

b. 1.9 < Xi ≤ 2.7 : Menunjukkan tidak setuju

c. 2.8 < Xi ≤ 3.55 : Menunjukkan ragu-ragu mungkin tidak setuju

d. 3.6 < Xi ≤ 4.4 : Menunjukkan ragu-ragu mungkin setuju

e. 4.5 < Xi ≤ 5.25 : Menunjukkan setuju

f. 5.3 < Xi ≤ 6 : Menunjukkan sangat setuju

Rs = 6 – 1 = 0.83

(55)

48

3.4.2. Uji Regresi Linear

Menurut Mustikoweni (2002, p. 1), regresi ditujukan untuk mencari

bentuk hubungan dua variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau

persamaan. Menurut Kriyantono (2008, p. 181), analisis regresi dilakukan jika

korelasi antara dua variabel mempunyai hubungan kausal (sebab-akibat) atau

hubungan fungsional.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis regresi untuk

mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang mempunyai hubungan

fungsional atau sebab-akibat. Rumus persamaan regresi liner sederhana

yaitu:

Gambar 8. Rumus Persamaan Regresi Linier Sederhana, dari Sugiyono,

2014

Keterangan :

Y = Variabel Terikat (Dependent Variable)

X = Variabel Bebas (Independent Variable)

a = konstanta regresi

(56)

3.4.3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk menguji kebenaran antara variabel X

dan variabel Y yang ada pada penelitian. Pengertian hipotesis menurut

Sugiyono (2007, p. 377), adalah dugaan atas jawaban sementara mengenai

suatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris untuk mengetahui

apakah ada pernyataan atau dugaan jawaban itu dapat diterima atau tidak.

Sedangkan menurut Iskandar (2008, p. 56), hipotesis merupakan pernyataan

yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris.

Oleh karena itu peneliti ingin menguji pernyataan yang telah dibuat

melalui uji hipotesis untuk mengetahui apakah pernyataan tersebut dapat

diterima atau tidak.

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain:

a. Hipotesis Nol (Ho) : Berarti tidak ada pengaruh antara variabel X dan Y

b. Hipotesis Alternatif (Ha) : Berarti terdapat pengaruh antara variabel X

dan Y

Rumus :

Gambar 9. Rumus Uji Hipotesis, dari Sugiyono, 2014

Ζ

=

(57)

50

Keterangan :

M : rata-rata populasi

: rata-rata sampel

: deviasi standar populasi

: jumlah sampel

3.4.4. ANOVA

Menurut Unaradjan (2013, p. 243), analysis of variance (Anova) adalah

tergolong analisis komparatif dari dua variabel atau lebih dari dua rata-rata

yang digunakan untuk melihat data sampel dapat mewakili populasi. Margono

menyebutkan analisis varian digunakan untuk menguji hipotesis yang

berkenaan dengan perbedaan dua mean atau lebih (Sinambela, 2014).

Sedangkan Hidayat (2012), mengemukakan bahwa Anova merupakan

salah satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan mean

(rata-rata) data yang lebih dari dua kelompok. Dapat dikatakan bahwa Anova

digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) data dua kelompok atau

lebih. Untuk melakukan uji Anova, harus dipenuhi beberapa asumsi yaitu:

1. Sampel berasal dari kelompok yang independen

2. Varian antar kelompok harus homogen

(58)

Uji Anova dikenal dengan uji-F (Fisher Test), sedangkan arti Variansi berasal

dari konsep “Mean Square” atau Kuadrat Rerata (KR), sehingga rumus

sistematisnya adalah:

Gambar 10. Rumus Sistematis Uji Anova, dari Unaradjan, 2013

Keterangan :

JK : jumlah kuadrat (some of squire)

dk : derajat kebebasan (degree of freedom)

Menurut Sujarweni (2014, p. 115), untuk dasar pengambilan keputusan

dalam uji Anova adalah:

1. Jika nilai signifikan < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

2. Jika nilai signifikan > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak

3.4.5. Tabel Distribusi Frekuensi

Hasibuan mengatakan bahwa distribusi frekuensi merupakan

penyusunan data dalam bentuk kelompok mulai dari terkecil sampai terbesar

berdasarkan kelas-kelas interval dan kategori tertentu. Alat penyajian data

statistik berbentuk kolom dan lajur, yang di dalamnya dimuat angka yang

dapat melukiskan atau menggambarkan pencaran atau pembagian frekuensi

dari variabel yang sedang menjadi objek penelitian (Anas, 2009, p. 38).

��

=

JK

(59)

52

Dengan demikian tabel distribusi frekuensi adalah penyusunan data

dengan alat penyajian data statistik dalam kelas-kelas interval dan kategori

tertentu.

Deskripsi profil responden termasuk di dalam tabel distribusi frekuensi.

Peneliti menggunakan tabel distribusi frekuensi agar data yang telah

dikumpulkan dalam jumlah banyak dapat disajikan dalam bentuk yang lebih

jelas.

3.5. Operasionalisasi Variabel

Definisi Operasional Konsep menurut Hamidi (2007, p. 142), adalah

petunjuk bagaimana sebuah variabel dapat diukur. Cara mengukur suatu

variabel mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan variabel (konsep) apa yang akan diukur

2. Membuat definisi konseptual (pengertian variabel)

3. Menetapkan jenis dan jumlah variabel yang telah dibuat

berdasarkan definisi konseptual variabel yang telah dibuat

sebelumnya, indikator merupakan konsep-konsep internal,

tanda-tanda, gejala, dari variabel tersebut

4. Membuat kuesioner, berdasarkan indikator-indikator tersebut

Penelitian ini menggunakan Gaya Kepemimpinan Demokratis (X)

sebagai variabel bebas dan Motivasi Kerja sebagai dan Motivasi Kerja sebagai

(60)

suatu daftar pertanyaan (kuesioner) untuk memperoleh data yang akan

digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini.

Operasional dapat dijabarkan sebagai proses mentransfer

konstruk-konstruk abstrak ke dalam indikator-indikator konkrit yang diamati dan diukur.

Operasional konsep dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Operasionalisasi Variabel X, Gaya Kepemimpinan

Variabel Dimensi Indikator Skala

Gaya

a. Pimpinan senang

menerima saran,

pendapat, dan

kritikan-kritikan dari

bawahan.

b. Pimpinan selalu

(61)

54

dengan baik tanpa

adanya rasa takut

atau canggung

a. Mementingkan

kesadaran dalam

menjalankan tugas

dibandingkan

memberikan

perintah

b. Menghormati karya

yang telah

dikerjakan bawahan

c. Mengendalikan

bawahan dengan

cara yang

bersahabat

d. Mempercayai

bawahan dan

menghargai antara

satu sama lain

e. Memperlakukan

bawahan sesuai

dengan martabat

dan harkat

kemanusiaan

Likert

(62)

Tabel 4. Operasionalisasi Variabel Y, Motivasi Kerja

Variabel Dimensi Indikator Skala

Motivasi Kerja

(Y)

Existence Needs a. Perasaan tenang

dalam bekerja

karena tersedianya

jaminan kesehatan

dari kantor.

b. Perasaan tenang

karena kantor

memberikan jaminan

hari tua.

c. Gaji yang diberikan

sesuai dengan

ekspektasi.

d. Bonus diberikan

ketika bekerja

yang nyaman dalam

bekerja.

Gambar

Gambar 1. Data Penetrasi Pengguna Internet Indonesia, dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2017
Tabel 1. Tabel Perbandingan Jurnal dan Penelitian Skripsi
Gambar 2. Jenis Komunikasi Organisasi, dari Lunenberg dan Ornstein, 2012
Gambar 3. Hierarki Maslow, dari Daft, Kendrick, dan Vershinina, 2010
+6

Referensi

Dokumen terkait

Seringkali tujuan dari intervalometer pada timelapse fotografi adalah untuk mengurangi sumber daya yang dibutuhkan baik untuk mengambil gambar ataupun post process

Silakan Anda pelajari dengan baik teknik pencahayaan yang tepat, sehingga Anda nanti tak akan perlu lagi repot – repot untuk menggunakan flash yang terlalu

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd). pada Program Studi Pendidikan Seni

Model ini digunakan apabila terdapat indikasi perubahan nilai parameter setelah nilai tertentu pada variabel bebas.Pada metode ini, garis regresi tidak lagi disajikan dalam satu

Berdasarkan hasil pengamatan saya dan yang saya alami terhadap keadaan yang saat ini sudah dipengaruhi oleh kecanggihan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penggunaan

Khalayak sasaran dari kegiatan pengabdian msayarakat ini adalah petani desa Pudak Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo. Kegitan pengabdian masyarakat dengan tema budidaya

Proses pengembangan instrumen penelitian terdiri dari dua bagian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas yang digunakan untuk menguji tiap item pernyataan yang terdapat

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah