• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi program keluarga harapan di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "implementasi program keluarga harapan di"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS METODE PENELITIAN ADMINISTRASI

“IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KABUPATEN KEBUMEN”

Tugas ini disusun sebagai

Syarat kelulusan mata kuliah Metode Penelitian Administrasi

Rabu, 14 Januari 2015

Disusun oleh

Yulianti F1B012018

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Daftar Isi

Bab 1 ... 3

Pendahuluan ... 3

Latar Belakang ... 3

Rumusan Masalah ... 7

Tujuan Penelitian... 7

Manfaat Penelitian... 7

Bab 2 ... 8

Tinjauan Pustaka ... 8

Konsep Kemiskinan ... 8

Definisi kebijakan Publik ... 10

Siklus kebijakan public (Nugroho, 2004:73) ... 12

Implementasi kebijakan... 13

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) ... 17

Penelitian terdahulu... 21

Hipotesis... 23

Bab 3 Metode Penelitian ... 25

Kerangka pemikiran ... 25

Lokasi penelitian dan waktu penelitian ... 26

Unit analisis... 26

Jenis data ... 26

Instrument pengumpulan data ... 26

Validitas dan reabilitas alat ukur ... 27

Teknik pengambilan sampel... 28

Variable penelitian (definisi konsep dan definisi operasional) ... 28

Teknik analisis data ... 29

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar dikawasan Asia Tenggara dan menduduki urutan ke-4 di dunia. Jumlah penduduk yang besar menjanjikan penawaran tenaga kerja yang tinggi. Jumlah tenaga kerja yang banyak dengan tingkat pendidikan tinggi tentu akan memberikan keuntungan bagi negara. Namun jika jumlah tenaga kerja yang dimiliki tidak memiliki pendidikan yang layak, maka bonus keuntungan yang telah disebutkan tadi tidak akan tercapai. Malahan kemungkinan terburuk adalah, banyak tenaga kerja yang produktif namuan tidak memiiki pekerjaan sehingga mereka mengganggur dan menambah beban anggota keluarga yang bekerja. Ini tentu menghambat kesejahteraan suatu keluarga. Alih-alih menjadi sebuah keluarga yang bahagia sejahtera, namun menjadikan keluarga miskin yang tak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

Jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia per Maret 2014 menurut BPS adalah sebanyak 28.280.010 jiwa tersebar di kota sebanyak 10.507.200 jiwa dan desa 17.772.81 jiwa. Presentase penduduk miskin sebanyak 11,25 persen dengan persebaran 8,34 persen diperkotaan dan 14,17 di desa. Oleh karena itu perlu upaya yang pasti untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia.

Pemerintah membentuk lembaga yang digunakan sebagai wadah koordinasi lintas sector dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk mempercepat penangguangan kemiskinan dengan nama Tim Nasional percepatan penanggulangan kemiskinan. Lembaga ini bertugas untuk menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, melakukan sinergi melalui sinkronisasi dan integritas program-program penanggulangan kemiskinan di kementrian atau lembaga, serta melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.

(4)

kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

Pemerintah menyiapkan program pengentasan kemiskinan melalui tiga klaster program. Klaster I merupakan Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial adalah bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih. Ciri lain dari kelompok program ini adalah mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin. Program dari klaster ini antara lain program beras miskin (raskin), program jamkesmas, program keluarga harapan, dan program bantuan siswa miskin.

Klaster II kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam proses penanggulangan kemiskinan. Pada tahap ini, masyarakat miskin mulai menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar dari kemiskinan. Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, akan tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di daerah. Contoh dari program ini adalah program pnpm mandiri baik perkotaan maupun pedesaan.

(5)

mikro dan kecil adalah program yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan kualitas hidupnya. Program nyatanya adalah kredit usaha rakyat (KUR).

Namun program-program yang ada diatas dirasa masih kurang memberikan dampak yang nyata dalam pengentasan kemiskinan yang ada di Indonesia. Tim Peneliti Pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada dan Pusat Studi Perdesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada (2013:5) menemukan bahwa Sejak 2004 hingga 2011, anggaran pemerintah untuk pengurangan angka kemiskinan tidak pernah mengalami penurunan, bahkan diperkirakan mengalami kenaikan hampir 400 %. Kalau dihitung sejak 2004 sampai 2010, angka kemiskinan hanya turun 3,37 % (BPS 2004-2011). Hal ini berarti hanya terjadi penurunan angka kemiskinan 0,56 % per tahun. Kalau penurunan angka kemiskinan masih berlangsung sama hingga 2015, maka perkiraan angka kemiskinan di Indonesia masih 11,08 %. Angka ini masih jauh dari target pencapaian MDGs sebesar 7,5 % per tahun.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin tahun 2014 di Kebumen mencapai 265.163 jiwa atau 22,4 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Kebumen. Dengan angka tersebut saat ini Kebumen berpenduduk miskin terbanyak kedua di Jawa Tengah setelah Wonosobo.

Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kebumen, Bekti Hidayat SE menjelaskan, masih besarnya angka kemiskinan di Kebumen yang belum beranjak dari angka 20 persen selama 4 tahun terakhir ini. Dari data yang ada menunjukan pengurangan angka kemiskinan di Kebumen setiap tahunnya sangatlah kecil, padahal ditargetkan angka kemiskinan Kebumen di tahun 2015 bisa ditekan menjadi 15,45 persen.

(6)

Pemberantasan kemiskinan dilakukan oleh pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah kabupaten kebumen melalui program keluarga harapan yang ditujukkan kepada keluarga sangat miskin. Program keluarga harapan di kabupaten kebumen mulai berjalan pada pertengahan tahun 2014. Setelah melalui tahapan seleksi yang ketat, sebanyak 113 orang Pendamping dan 5 Operator Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Kebumen dinyatakan lolos seleksi oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia melalui Pengumuman Nomor: 650/LJS.JS.SV/6/2014 Tanggal 19 Juni 2014. Sebelum bertugas, para pendamping dan operator diwajibkan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Diklat bagi pendamping PKH akan dilaksanakan selama satu minggu mulai 30 Juni sampai 6 Juli 2014 di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta. Sedang, diklat untuk operator akan dilaksanakan di Jakarta dalam waktu dekat ini. Dari 113 pendamping yang lolos seleksi, 3 orang mengundurkan diri. Tugas pendamping adalah membantu pemerintah mengentaskan atau memutus mata rantai kemiskinan. Terdapat 35.151 keluarga miskin di Kabupaten Kebumen yang akan mendapatkan pendampingan.

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya

mempercepat pencapaian targetMillennium Development Goals(MDGs). Secara khusus, tujuan PKH adalah:

a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi Peserta PKH b. Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH

c. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, bawah lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)/Keluarga Sangat Miskin (KSM).

(7)

Kedua ahli menghubungkan kebijakan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variable bebas yang saling berkaitan. Variable bebas itu ialah:

• Ukuran dan tujuan kebijakan • Sumber-sumber kebijakan

• Ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana

• Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan • Sikap para pelaksana, dan

• Lingkungan ekonomi, sosial, politik.

Menarik untuk dikaji apakah variable diatas berpengarh terhadap implementasi program keluarga harapan di kabupaten kebumen.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dapat ditarik dari permasalahan diatas adalah:

a. Bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan di kabupaten Kebumen?

b. Faktor apa yang mempengaruhi implementasi Program Keluarga Harapan di Kabupaten Kebumen?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui bagaimana implementasi program Program Keluarga Harapan Di Kabupaten Kebumen

b. Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi Program Keluarga Harapan di Kabupaten Kebumen

MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahaun di bidang administrasi dan kebijakan public, khususnya dalam implemetasi Program Keluarga Harapan..

(8)

Memberikan masukan dan rekomendasi kepada lembaga pelaksana/implementator Program Keluarga Harapan agar program tersebut mampu mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP KEMISKINAN

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan. Akan tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek diluar pendapatan (non-income factors) seperti akses kebutuhan minimum seperti kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi. Lebih lanjut kompleksitas dari kemiskinan bukan saja berhubungan dengan pengertian dan dimensinya saja tetapi juga berkaitan dengan metode pengukuran dan intervensi kebijakan yang diperlukan dalam mengentaskan masalah ini.

Bapennas mendefinisikan Kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.

(9)

penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada dibawah suatu batas yang disebut sebagai batas garis kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan nonmakanan.

Sajogyo (Kuncoro, 2004, p. 144) mendefinisikan garis kemiskinan sebagai tingkat komsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras. Dengan kata lain,garis kemiskinan versi Sajogyo adalah nilai rupiah yang setara dengan 20 kg beras untuk daerah perdesaan dan 30 kg beras untuk perkotaan. Karena garis kemiskinan berdasarkan harga berasa adalah lebih rendah dibanding garis kemiskinan BPS maka presentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan akan lebih rendah setiap tahunnya.

Astrid Susanto (Soetomo, 2009, p. 112) berpendapat bahwa kondisi kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan terbentuknya suatu budaya kemiskinanan sebagai suatu

Sartono Kartodirjo (Soetomo, 2009, p. 112) mengemukakan adanya dua jenis sindrom sebagai permasalahan pokok yang perlu dipecahkan dalam usaha pembangunan. Kedua sindrom tersebut adalah sindrom kemiskinan dan inertia. Sindrom kemiskinan mempunyai kompleks dimensi-dimensi yang saling berkaitan dan saling memperkuat: produktivitas rendah, pengangguran, tuna tanah, kurang gizi, mordibitas tinggi, buta huruf, dan sebagainya. Sedangkan sindrom inertia berakar pada passivisme, fatalism, terarah kedalam, serba patuh, ketergantungan dan seterusnya.

Kemiskinan menurut Kartasasmita terjadi karena:

1. Rendahnya taraf pendidikan. 2. Rendahnya derajat kesehatan. 3. Terbatasnya lapangan kerja. 4. Dan kondisi yang terisolasi.

BPS membuat standar penduduk yang masuk ke dalam kriteria miskin yaitu:

1. Luas lantai bangunan kurang dari 8 meter persegi per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bamboo/kayu murahan.

(10)

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan tidak berasal dari listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.

14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan primernya (makanan, sandang, papan). Kemiskinan berkaitan dengan dimensi-dimensi yang lain yang ada didalam masyarakat. Oleh karena itu, kemiskinan harus diputuskan karena kemiskinan merupakan mata rantai yang tidak akan mampu terselesaikan apabila tidak melakukan upaya yang menyeluruh dalam penganggulangannya.

DEFINISI KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan public oleh Chandler dan Plano (1988: 107 dalam (Pasolong, 2007, p. 38) didefinisikan sebagai pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah public atau pemerintah. Bahkan mereka beranggapan bahwa hal tersebut adalah investasi pemerintah yang bersifat kontinum demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

(11)

pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas kepemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energy, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaaan dan lain-lain.

Carl Friedrick (Winarno, 2007, p. 17)menyatakan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang –peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh kelompok maupun individu. Kebijakan public juga mencakup perilaku yang mempunyai maksud yang layak mendapatkan perhatian dan sekaligus dapat dilihat maksud atau tujuan dari tindakan-tindakan pemerintah.

William N. Dunn (Wibawa , 2011, p. 7) menetapkan proses kebijakan public kedalam delapan tahapan sebagai berikut:

1) Penetapan agenda (agenda setting) yaitu usaha untuk memasukkan masalah ke dalam agenda pemerintah.

2) Perumusan kebijakan yaitu masalah yang telah masuk ke dalam agenda pemerintah dicari alternative pemecahannya dengan pertimbangan-pertimbangan keuntungan dan kerugian yang telah diketahui.

3) Penerimaan kebijakan yaitu alternative-alternatif yang telah dibahas oleh para perumus kebijakan dipilih yang terbaik. Terjadi kesepakatan antara para kelompok kepentingan yang terlibat didalamnya.

4) Pelaksanaan kebijakan yaitu kebijakan yang telah dipilih dilaksanakan oleh actor yang bertugas melaksanakan kebijakan tersebut (implementator).

5) Pengkajian kebijakan yaitu kebijakan yang telah dilakukan dikaji apakah ada kelemahan yang membuat kebijakan tidak dapat mencapai tujuan dalam waktu yang telah ditetapkan.

(12)

8) Pengakhiran kebijakan yaitu kebijakan yan dianggap tidak mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan maka kebijakan tersebut diakhiri/dicabut.

Sedangkan Anderson (Kusumanegara , 2010, p. 11) lebih menyederhanakan proses kebijakan public menjadi lima tahapan yaitu:

1) Formulasi masalah (problem formulation): Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersbut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah?

2) Formulasi kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternative-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan?

3) Penentuan kebijakan (adoption): Bagaimana alternative ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan?

4) Implementasi kebijakan (implementation): Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

5) Evaluasi kebijakan (evaluation): Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan?

Siklus kebijakan public (Nugroho, 2004:73)

Isu/masalah public

Perumusan kebijakan publik

Implementasi kebijakan publik

Evaluasi kebijakan public Output

(13)

Implementasi kebijakan

Setelah proses legislasi kebijakan selesai, maka kebijakan public diimplementasian. Dalam tahap implementasi, isi kebijakan dan akibat-akibatnya mungkin akan mengalami modifikasi dan elaborasi bahkan mungkin akan dinegasikan. Bernadine R. wijaya dan Susilo Supardo (2006:81 dalam (Pasolong, 2007, p. 57) mengatakan bahwa implementasi adalah proses mentransformasikan suatu rencana ke daam praktik.

Orang sering menganggap bahwa implementasi hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang diputuskan legislative atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahap ini kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataan dapat dilihat sendiri bahwa baiknya rencana yang telah dibuat tidak ada gunana apabila tidak dilaksanakan dengan baik dan benar. Ia membutuhkan pelaksana yang benar-benar jujur, untuk menghasilkan apa yang menjadi tujuannya, dan benar-benar memperlihatkan rambu-rambu pemerintah yang berlaku. Sayangnya, implementasi sering digunakan sebagai ajang melayani kepentingan kelompok, pribadi dan bahkan kepentingan partai. Implementasi pada dasarnya operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai tujuan.

(14)

Ada beberapa model implementasi yang dikemukan oleh beberapa ahli antara lain:

a. Model Kerangka Analisis Implementasi

Pendekatan ini menggunakan logika berfikir dari atas kemudian memetakan ke bawah untuk melihat keberhasilan atau kegagalan suatu program. Model yang dibangun oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (Wahab, 2008, p. 81) menggunakan 17 variabel yang dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

a) Mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan, meliputi variable • kesukaran-kesukaran teknis,

• keragaman perilaku kelompok sasaran,

• prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah penduduk, • dan ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan.

b) Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi, meliputi variable • kejelasan dan konsistensi tujuan,

• digunakannya teori kausal yang memadai, • ketepatan alokasi sumber dana,

• keterpaduan hirarkis dalam dan di antara lembaga pelaksana, • aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana,

• rekruitmen pejabat pelaksana, • dan akses formal pohak luar

c) variable diluar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi, meliputi variable • kondisi sosial ekonomi dan teknologi

• dukungan public

• sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-kelompok • dukungan dari pejabat atasan

• komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat pelaksana. b. Model Pendekatan Top Down

(15)

• Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

• Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai.

• Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.

• Kebijakan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan kausalitas yang handal

• Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya

• Hubungan saking ketergantungan harus kecil

• Pemahamanan yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan • Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. • Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

• Pihak-pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaam dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

c. Model proses implementasi kebijakan

Model ini dikembangkan oleh van Meter dan van Horn. Van Meter dan Van Horn dalam teorinya berargument bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan kebijakan denga prestasi kerja (performance). Kedua ahli ini menegaskan bahwa perubahan, control, dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep yang pentng dalam prosedur-prosedur implementasi.

Kedua ahli menghubungkan kebijakan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variable bebas yang saling berkaitan. Variable bebas itu ialah:

• Ukuran dan tujuan kebijakan • Sumber-sumber kebijakan

• Ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana

(16)

• Sikap para pelaksana, dan

• Lingkungan ekonomi, sosial, politik.

Hubungan kebijakan dengan kinerja yang dihasilkan oleh kebijakan public dapat dalam Model Implementasi van Meter dan van Horn digambarkan sebagai berikut:

Variable-variabel kebijakan berhubungan dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal; sedangkan komunikasi antar anggota terkait berdasarkan kegiatan-kegiatan pelaksanaanya mencakup antar hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan dengan kelompok-kelompok sasaran.

Dari ketiga model diatas, peneliti akan menggunakan model van Meter dan van Horn untuk membuktikan apakah implementasi program keluarga harapan di kabupaten kebumen di pengaruhi oleh variable-variabel ukuran dan tujuan kebijakan (X1); sumber-sumber kebijakan (X2); ciri-ciri atau sifat instansi pelaksana (X3); komunikasi dengan organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksana (X4); sikap para pelaksana (X5); dan lingkungan ekonomi, sosial, politik (X6); terhadap keberhasilan implementasi program Keluarga Harapan (Y).

Standar dan sasaran kebijakan

Pemahaman dan kepatuhan

pelaksanan Karakteristik

lembaga pelaksana

sumberdaya

Kondisi sosekpol Komunikasi

(17)

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

a. Pengertian Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajibannya. Program semacam ini secara internasional dikenal sebagai programconditional cash transfers (CCT)atau program Bantuan Tunai Bersyarat. Persyaratan tersebut dapat berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (misalnya bagi anak usia sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas kesehatan (misalnya bagi anak balita, atau bagi ibu hamil).

b. Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian targetMillennium Development Goals(MDGs). Secara khusus, tujuan PKH adalah:

• Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi Peserta PKH • Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH

• Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, bawah lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)/Keluarga Sangat Miskin (KSM).

Sejak tahun 2012, untuk memperbaiki sasaran penerima PKH, data awal untuk penerima manfaat PKH diambil dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011, yang dikelola oleh TNP2K. Sampai dengan tahun 2014, ditargetkan cakupan PKH adalah sebesar 3,2 juta keluarga.Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis Rumah Tangga, terhitung sejak saat tersebut berubah menjadi berbasis Keluarga.

(18)

generasi. Beberapa keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur).

c. Syarat penerima Program Keluarga Harapan

PKH diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Data keluarga yang dapat menjadi peserta PKH didapatkan dari Basis Data Terpadu dan memenuhi sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut, yaitu:

1. Memiliki ibu hamil/nifas/anak balita

2. Memiliki anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra sekolah) 3. Anak usia SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun),

4. Anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (Usia 12-15),

5. Anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk anak dengan disabilitas.

Seluruh keluarga di dalam suatu rumah tangga berhak menerima bantuan tunai apabila memenuhi kriteria kepesertaan program dan memenuhi kewajibannya. Agar memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan anak dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak.

1. Kesehatan

KSM yang sudah ditetapkan menjadi peserta PKH dan memiliki kartu PKH diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan sebagai berikut:

2. Anak usia 0-6 tahun:

a. Bayi baru lahir (BBL) harus mendapat IMD, pemeriksaan segera saat lahir, menjaga bayi tetap hangat, Vit K, HBO, salep mata, konseling menyusui.

b. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali: pemeriksaan pertama pada 6-48 jam, kedua: 3-7 hari, ketiga: 8-28 hari. Anak usia 0-6 bulan harus diberikan ASI ekslusif (ASI saja).

(19)

d. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan Agustus.

e. Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

f. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

3. Ibu hamil dan ibu nifas:

a. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu sekali pada usia kehamilan sekali pada usia 0-3 bulan, sekali pada usia kehamilan 4-6 bulan, dua kali pada kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.

b. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

c. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan mendapat pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan VI setelah melahirkan.

4. Anak dengan disabilitas: Anak penyandang disabilitas dapat memeriksa kesehatan di dokter spesialis atau psikolog sesudai dengan jenis dan derajat kecacatan.

5. Pendidikan

Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan berkaitan dengan pendidikandan mengikuti kehadiran di satuan pendidikan/rumah singgah minimal 85% dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung dengan catatan sebagai berikut:

(20)

b. Bagi anak penyandang disabilitas yang masih mampu mengikuti pendidikan regular dapat mengikuti program SD/MI atau SMP/MTs, sedangkan bagi yang tidak mampu dapat mengikuti pendidikan non reguler yaitu SDLB atau SMLB.

c. Peserta PKH yang memiliki anak usia 15-18 tahun dan belum menyelesaikan pendidikan dasar; maka diwajibkan anak tersebut didaftarkan /terdaftar ke satuan pendidikan reguler atau non-reguler(SD/MI atau SMP/MTs, atau Paket A, atau Paket B).

d. Anak peserta PKH yang bekerja atau menjadi pekerja anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut harus mengikuti programremedialyakni mempersiapkannya kembali ke satuan pendidikan. Programremedialyakni mempersiapkannya kembali ke satuan pendidikan. Programremedialini adalah layanan rumah singgah ataushelteryang dilaksanakan Kementerian Sosial untuk anak jalanan dan Kemenakertrans untuk pekerja anak.

Bila kedua persyaratan di atas, kesehatan dan pendidikan, dapat dilaksanakan secara konsisten oleh Peserta PKH, maka mereka akan memperoleh bantuan secara teratur.

Meski Program Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen. Kepesertaan penerima bantuan PKH selama enam tahun selama mereka masih memenuhi persyaratan yang ditentukan, apabila tidak ada lagi persyaratan yang mengikat maka mereka harus keluar secara alamiah(Natural Exit). Untuk peserta PKH yang tidak keluar alamiah, setelah enam tahun diharapkan terjadi perubahan perilaku terhadap peserta PKH dalam bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan status sosial ekonomi. Pada tahun kelima kepesertaan PKH akan dilakukan Resertifikasi.

Keberhasilan proses implementasi akan menjadikan suatu kebijakan yang telah disusun dengan maksud tertentu dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Implementasi Program Keluarga Harapan merupakan upaya untuk merealisasikan upaya pengurangan kemiskinan yang ada di Indonesia. Program keluarga harapan dimaksud untuk mengurangi tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang masih rendah. Apabila masyarakat menggunakan bantuan tersebut sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang,

(21)

• Sumber-sumber kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan.

• Ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana mencakup birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya akan mempengaruhi implementasi program.

• Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan untuk menyukseskan keberhasilan suatu program.

• Sikap para pelaksana mencakup tiga hal yang penting yaitu: respon implementator terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauanya untuk melaksanakan kebijakan, dan intensitas disposisi implementator yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator.

• Lingkungan ekonomi, sosial, politik mencakup semua sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan program.

PENELITIAN TERDAHULU

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang penulis gunakan sebagai referensi dan bahan perbandingan bagi topic yang sedang penulis teliti:

(22)

Aspek ini tidak mempengaruhi

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptof kualitatif yang

bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan layanan reservasi tiket online. Hasil menunjukkan bahwa dilihat dari enam aspek yakni standar dan sasaran kebijakan; sumber daya (manusia dan non manusia); hubungan antara organisasi; kondisi sosial, ekonomi dan politik; karakteristik agen pelaksana; dan disposisi implementator belum semuanya berjalan baik. Dua aspek kurang berjalan dengan baik yaitu aspek standar dan aspek kebijakan. peventif karena elah disusun agar mengacu pada SPM bidang kesehatan. 4 Nur Amanah, 2011 beberapa hal, dilihat dari aspek yang mempengaruhi implementasi

(23)

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas

sasaran program. Sasaran program Jaminana bagi masyarakat miskin di kecamatan karanglewas meliputi sasaran langsung yakni ibu hamil yang belum memilii jaminan kesehatan untuk perawatan kehamilan, persaliinan, dan perawatan nifas. Sumber daya yang dimiliki dalam pelaksanaan program Jaminan Persalinan di Kecamatan Karanglewas 22 bidan dan 4 perawat yang melayani 13 desa di wilayah Karanglewas. Sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki antara lain alat-alat kesehatan, ambulan, dan ruang perawatan yang cukup memadai. Komunikasi yang terjadi selama pelaksanaan program terjadi secara intensif. Kondisi sosial ekonomi dan budaya mempengaruhi pelaksanaan program jampersal. Struktur organisasi

Ada beberapa hipotesis asosiatif dalam penelitian ini yaitu:

a. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara sumber-sumber kebijakan dengan keberhasilan implementasi program keluarga harapan.

b. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara sifat badan instansi dengan keberhasilan implementasi program keluarga harapan.

c. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara komunikasi dengan keberhasilan implementasi program keluarga harapan.

d. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap para pelaksana dengan keberhasilan implementasi program keluarga harapan.

(24)
(25)

BAB 3 METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan MDG s

Dibentuk TPN2K untuk menangani program pengentasan kemiskinan

Program klaster I Raskin, jamkesmas,program

keluarga harapan

Kluster II

PNPM Mandiri perkotaan dan pedesaan

Kluster III

Kredit Usaha Rakyat (KUR) Meningkatkan akses dan kualitas

pelayanan pendidikan dan kesehatan,

(26)

LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kabupaten Kebumen. waktu penelitian selama tiga bulan dari tanggal 1 Januari 2015 - 31 Maret 2015.

UNIT ANALISIS

Pendamping Program Keluarga Harapan dari semua kecamatan di Kabupaten Kebumen yang berjumlah 110 orang.

JENIS DATA

Jenis data yang digunakan adalah gabungan dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau nara sumber sebagai informan yang langsung berhubungan dengan fokus penelitian. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui laporan-laporan, buku-buku/catatan-catatan yang berkaitan erat dengan

permasalahan yang diteliti, diantaranya data dari segala kegiatan yang berkaitan dengan program keluarga harapan.

INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA

Untuk instrument pengumpulan data yang digunakan melalui:

a. Kuesioner

(27)

gradasi dari sangat positif sampai sangat negative. Instrument penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist dan pilihan ganda.

b. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung dengan mengamati situasi dan kondisi dari berbagai hal terhadap sasaran yang sedang diteliti. c. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi atas aspek yang dieliti atau ide-ide yang disusun berdasarkan studi kepustakaan dan kondisi yang dijumpai pada saat mengadakan observasi di lapangan. Hal ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka agar dapat menangkap kejujuran informan dalam memberikan informasi yang dipandang kebenaranya dan informasi yang dipandang semu.

d. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mencari data pendukung yang diperoleh dari foto, menelaah catatan, arsip, dan dokumen lain yang relevan dengan penelitian ini.

VALIDITAS DAN REABILITAS ALAT UKUR

Hadari Nawawi dan Martini Hadari (2006, p. 178)menyebutkan bahwa validitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan instrument penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Dari sudut instrument, pengukuran adalah kemampuan instrument penelitian untuk mengukur apa yang hendak diukurnya secara tepat dan benar.

Hadari nawawi dan martini hadari (2006, p. 190) menyebutkan bahwa reliabilitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan instrument penelitian untuk mengemukakan data secara tetap dari tingkat sekelompok individu. Instrument yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variable atau unsur-unsurnya, jika diulangi pada waktu berbeda pada sekelompok individu yang sama.

(28)

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling. Nonprobability sampling (Sugiyono, 2002, p. 61) adalah teknik sampling yang memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Untuk penelitian ini digunakan simple random sampling. Teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

Untuk menentukkan jumlah sampel yang akan diambil menggunakan table Krejcie (Sugiyono, 2002, p. 65). Penghitungan sampel didasarkan atas kesalahan 5%, jadi sampel yang diperoleh mendapat kepercayaan 95%. Table Krejcie menunjukkan bahwa apabila jumlah populasi sebanya 110 maka sampelnya 80.

VARIABLE PENELITIAN (DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL)

a. Definisi konsep

Keberhasilan implementasi program keluarga harapan dipengaruhi oleh tujuan kebijakan (X1), sumber-sumber kebijakan (X2), sifat instansi pelaksana (X3), komunikasi (X4), sikap para pelaksana (X5), lingkungan ekonomi, sosial, politik (X6).

b. Definisi operasional

1) Sasaran program meliputi: • Sasaran Langsung • Sasaran tidak langsung • Proses sasaran meliputi:

o Bentuk atau cara

o Frekuensi

o Waktu

o Tempat 2) Sumber daya program

• Sumberdaya manusia

o Jumlah berdasarkan tugas

(29)

o Penyesuaian pelatihan • Sumber daya pendukung

o Jumlah

o Kelengkapan jenis 3) Komunikasi

• Antar pelaksana (pendamping)

o Frekuensi

o Bentuk formal dan informal

o Tindak lanjut dari usulan yang ditimbulkan • Eksternal dengan peserta PKH

o Frekuensi

o Bentuk

o Tindakan

4) Karakteristik badan pelaksana program

• Struktur organisasi pendamping program keluarga harapan. • Tugas pokok dan fungsi pendamping

5) Kondisi sosial ekonomi dan budaya • Kodisi sosial

• Kondisi ekonomi • Kondisi budaya 6) Disposisi pelaksana

• Pemahaman pendamping program

TEKNIK ANALISIS DATA

(30)

Analisis korelasi (Widiyanto, 2013, p. 181) digunakan untuk mencari hubungan antara dua variable atau lebih. Analisis korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat hubungan antara variable-variabel. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur kuat hubungan antara variable, bentuk atau arah hubungan dan besarnya kontribusi variable bebas terhadap variable terikat. Untuk kekuatan hubungan antara variable, besarnya koefisien berkisar diantara -1 sampai +1.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Hadari, N., & Hadari , M. (2006).Instrumen Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Kuncoro, M. (2004).Otonomi dan Pembangunan Daerah.Jakarta: Erlangga.

Kusumanegara , S. (2010).Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gava Media.

Pasolong, H. (2007).Teori Administrasi Publik.Bandung: Alfabeta.

Sarwono, J. (2006).Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetomo. (2009).Pembangunan Masyarakat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2002).Metode Penelitian Administrasi.Bandung: Alfabeta.

Tangkilisan, H. (2004).36 Kasus Kebijakan Publik Asli Indonesia.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Wahab, S. (2008).Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wibawa , S. (2011).Politik Perumusan Kebijakan Publik.Yogyakarta: Graha Ilmu. Widiyanto, M. (2013).Statistika Terapan .Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Winarno, B. (2007).Kebijakan Publik Teori dan Konsep.Yogyakarta: Media Pressindo.

sumber lain:

http://kebumenkab.bps.go.id/indeks.php?hal=tabel&id=17diakses pada Kamis, 23 Oktober 2014

http://www.beritakebumen.info/2014/05/warga-miskin-di-kebumen-terbanyak-kedua.html#ixzz3GwRv2JIdiakses pada Kamis, 23 Oktober 2014

http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/pendahuluan/diakses pada Kamis, 23 Oktober 2014

www.bps.go.id/__sub/view.php?kat=1&daftar=1&id_subyek=23%20&notab=1diakses pada Kamis, 23

Referensi

Dokumen terkait

Pada kasus seperti ini, pemilihan pengaturan posisi pasien saat dilakukan pembedahan, selain untuk mendapatkan akses yang optimal untuk ahli bedah, juga dapat mempengaruhi waktu

[r]

pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Kemantren Kecamatan Jabung Kabupaten Malang menunjukkan bahwa status pekerjaan tidak

Adapun pengertian dari peragian alkoholik itu sendiri yaitu suatu proses pengubahan glukosa menjadi alkohol dan gas karbondioksida melalui suatu rangkaian reaksi

Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit. Bila tubuh

Pada penelitian ini penulis melakukan pengujian pada jaringan distribusi tegangan menengah standar IEEE 69 bus, dengan begitu diharapkan Tugas Akhir “Optimalisasi

Penulis menentukan 5 alternatif dari sekian banyak alternatif yang ada, berikut ini merupakan 5 alternatif untuk pemilihan kolektor, bisa dilihat pada tabel. Dalam hal

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung darah dalam pakan puyuh terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot