• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mengenai Susutnya Sawah Karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Mengenai Susutnya Sawah Karena"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Mengenai Susutnya Sawah Karena Dampak Dari

Keserakahan Manusia

Ando Tri Kurniawan 8111416102

andotrikurniawan @gmail.com

Abstrak

Program ketahanan pangan di Kota Tasimalaya, Jawa Barat terancam, karena lahan pertanian yang terus menerus tergerus. Banyak lahan sawah diwilayah ini sudah berubah menjadi pasar, lahan perumahan, gudang, mini market, warung dan infrastruktur lain. Saat ini lahan pertanian yang tersisa didaerah ini hanya 5990 hektare. Penyusutan lahan pertaniantidak terhindarkan karena para petani pemilik lahan tidak bisa bisa menolak dana yang ditawarkan investoryang akan membangun perumahan atau pertokoan. Hal tersebut tentunya banyak pertentangan dari masyarakat yang mempunyai lahan didekatnya. Karena akan mengganggu proses panen. Jika sawah di daaerah ini semakin berkurang, mata pencaharian petanipun terancam hilang pula. Sebagaimana yang kita tahu, asupan makan kita sebagian besar berasal dari pertanian. Padi contohnya, yang dipanen dari sawah. Jika sawah susut, tentunya padipun berkurang. Jika padi berkurang tentu saja langkah selanjutnya adalah impor, mau tidak mau harus impor dikarenakan stok padi menipis dan tentu saja harganya yang melambung tinggi.hal tersebut tentunya trelihat aneh jika melihat negara kita Indonesia adalah negara agraris. Semua bahan pertanian bisa kita temukan disini dengan kekayaan alamnya. Maka dari itulah hukum lingkungan dibuat untuk mengkaji tentang lingkungan dan dampaknya untuk kehidupan sekarang dan kehidupa pada masa yang akan datang. Kembali lagi pada permasalahan di Tasikmalaya, disini masyarakat setempat dan pemerintah lokal harus digaris bawahi, pasalnya merekalah yang merupakan andil terbesar dan memiliki tanggung jawab besar karena harus menjaga lingkungannya sendiri. Jangan semata mata tergiur dengan uang seorang investor yang akan membangun infrastuktur demi ekonomi mereka sendiri dan tidaka memikirkan kehidupan yang akan datang.

Kata kunci: (pertanian, ekosistem, ekonomi, pangan, masyarakat)

PENDAHULUAN

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang teberntuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mepengaruhi1. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu siklus.

Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana dan monokultur berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan vegetasinya. Sebenarnya merupakan hubungan komponen yang membentuk sistem. Ini berarti baik dalam struktur maupun fungsi komponen-komponen tadi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Sebagai konsekwensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen

(2)

lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini disebut yang basah atau dengan pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk. Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah yang dijadikan sawah.Lahan untuk sawah bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang rendah dan sangat rendah. Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya volkan tua dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan basa rendah bahkan sangat rendah.

Padi (Oryza sativa L) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu- waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah.

Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk perumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat kemasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia. Karakteristik ekosistem sawah ditentukan oleh penggenangan, tanaman padi, dan tanaman budidaya lainnya. Sawah tergenang biasanya merupakan lingkungan air sementara yang dipengaruhi oleh keanekaragaman sinar matahari, suhum pH, konsentrasi O2, dan unsur hara.

Penyiapan tanah sawah menyebabkan sifat-sifat fisik, kimia, biologi dan morfologi tanah berubah, keadaan tanah alami berubah menjadi keadaan tanah buatan dan menyimpang dari keadaan yang dikehendaki oleh pertanaman yang lain. Untuk dapat melaksanakan pergiliran tanaman dengan pertanaman lain, biasanya palawija, maka sehabis pertanaman padi, keadaan tanah harus diubah kembali sehingga sesuai dengan yang diperlukan pertanaman palawija. Pengubahan keadaan tanah secara bolak-balik berarti memanipulasi sumber daya tanah secara mendalam, guna tanah, tata guna air, dan tata guna lingkungan, sehingga dapat menghambat pencapaian kemaslahatan penggunaan lahan yang berkelanjutan

(3)

teknologi, efisien secara ekonomi, dan berkelanjutan menurut wawasan lingkungan2.

Kasus bermula pada masalah pembangunan, dimana bangunan tersebut akan berdiri diatas lahan persawahan didaerah kota Tasikmalaya. Mereka tidak memikirkan untuk generasi yang akan datang jika proyek mereka dibangun diatas lahan sawah. Kehidupan masyarakat tersebutpun saya kira juga akan terancam masalah stok ketersediaan pangan. Sawah yang sejatinya adalah tempat dimana makanan pokok kita tumbuh. Jika sawah tidak ada bagaimana kita mengisi energi? Apakah kita harus impor beras jika beras lokal tidak ada ketersediaan stok? Hal ini tentunya tidak wajar mengingat Indonesia adalah negara agraris. Aneh rasanya jika negara agraris harus mengimpor padi.

Dalam kasus diatas saya akan menganalisa untuk dibahas dalam beberapa bagian, yang terdiri dari:

1. Merosotnya kualitas lingkungan hidup

2. Masalah dan dampak yang akan timbul jika luas sawah berkurang

3. Peraturan perundang-undangan mengenai lingkungan

PEMBAHASAN Merosotnya kualitas lingnkungan hidup

Mengingat kompleksnya pengelolaan lingkungan hidup dan permasalahan yang bersifat lintas sektor dan wilayah, maka dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan saling memperkuat satu sama lain. Di dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai fihak, serta ketegasan dalam penaatan hukum lingkungan.

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup sangat berpengaruh untuk mengatahui penilaian dan kriteria kualitas air, udara, dan tutupan yang dipantau selama tahun 2006-2009 itulah yang kemudian menjadi indeksnya3

Diharapkan dengan adanya partisipasi barbagai pihak dan pengawasan serta penaatan hukum yang betul-betul dapat ditegakkan, dapat dijadikan acuan bersama untuk mengelola lingkungan hidup dengan cara yang bijaksana sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan betul-betul dapat diimplementasikan di lapangan dan tidak berhenti pada slogan semata. Namun demikian fakta di lapangan seringkali bertentangan dengan apa yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan menurunnya kualitas lingkungan hidup dari waktu ke waktu, ditunjukkan beberapa fakta di lapangan yang dapat diamati. Hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah dalam era otonomi daerah antara lain sebagai berikut.

-Ego sektoral dan daerah. Otonomi daerah yang diharapkan dapat melimbahkan sebagian kewenangan mengelola lingkungan hidup di daerah belum mampu dilaksanakan dengan baik. Ego kedaerahan masih sering nampak dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan, hidup, demikian juga ego sektor. Pengelolaan lingkungan hidup sering dilaksanakan overlaping antar sektor yang satu dengan sektor yang lain Tumpang tindih perencanaan antar sektor. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam perencanaan program (termasuk

2Ibid., hlm 4

(4)

pengelolaan lingkungan hidup) terjadi tumpang tindih antara satu sektor dan sektor lain.

-Lemahnya implementasi paraturan perundangan. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, cukup banyak, tetapi dalam implementasinya masih lemah. Ada beberapa pihak yang justru tidak melaksanakan peraturan perundangan dengan baik, bahkan mencari kelemahan dari peraturan perundangan tersebut untuk dimanfaatkan guna mencapai tujuannya.

-Lemahnya penegakan hukum lingkungan khususnya dalam pengawasan. Berkaitan dengan implementasi peraturan perundangan adalah sisi pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan. Banyak pelanggaran yang dilakukan (pencemaran lingkungan, perusakan lingkungan), namun sangat lemah didalam pemberian sanksi hukum.

-Pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup. Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup sebagian masyarakat masih lemah dan hal ini, perlu ditingkatkan. Tidak hanya masyarakat golongan bawah, tetapi dapat juga masyarakat golongan menegah ke atas, bahkan yang berpendidikan tinggi pun masih kurang kesadarannya tentang lingkungan hidup.

Kegiatan pembangunan di Indonesia hingga kini masih mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan hidup, sehingga daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam juga terjadi karena kemampuan IPTEK yang rendah4. Dalam dokumen rencana pembangunan jangka panjang

nasional 2005-2025 diakui bahwa sumber daya alam dan lingkungan hidup memililki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan5.

Masalah dan dampak yang akan timbul jika luas sawah berkurang

Dengan julukan Negara agraris yang dijunjungnya, tentu saja Indonesia memiliki banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber perekonomian Negara. Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian serta meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan dalam bidang selain pertanian semakin meningkat pula.

Berdasarkan data statistik tahun 2014, luas lahan pertanian di Indonesia mencapai angka 41.5 juta Hektar. Dari jumlah tersebut, dapat dibagi menjadi tiga kategori yakni hortikultura 567 ribu hektar, tanaman pangan 19 juta hektar, dan terakhir tanaman perkebunan sebesar 22 juta hektar.Berikut beberapa dampak alih fungsi lahan pertanian :

1. Berkurangnya lahan pertanian.

Dengan adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian, maka otomatis lahan pertanian menjadi semakin berkurang. Hal ini tentu saja memberi dampak negatif ke berbagai bidang baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Menurunnya produksi pangan nasional

Akibat lahan pertanian yang semakin sedikit, maka hasil produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai. Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya

4Eko handoyo, “Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Jurnal Pandecta, vol3 : no2, Desember 2009, hlm 9-15.

(5)

sehingga kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin berkurang.

3. Mengancam keseimbangan ekosistem

Dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik sehingga mengurangi resiko penyebab banjir saat musim penghujan.

4. Sarana prasarana pertanian menjadi tidak terpakai

Untuk membantu peningkatan produk pertanian, pemerintah telah menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan prasarana pertanian. Dalam sistem pengairan misalnya, akan banyak kita jumpai proyek-proyek berbagai jenis jenis irigasi dari pemerintah, mulai dari membangun bendungan, membangun drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian. Sehingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka sarana dan prasarana tersebut menjadi tidak terpakai lagi.

5. Banyak buruh tani kehilangan pekerjaan

Buruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga. Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian mereka.

6. Harga pangan semakin mahal

Ketika produksi hasil pertanian semakin menurun, tentu saja bahan-bahan pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para produsen maupun pedagang untuk memperoleh keuntungan besar. Maka tidak heran jika kemudian harga-harga pangan tersebut menjadi mahal

7. Tingginya angka urbanisasi

Sebagian besar kawasan pertanian terletak di daerah pedesaan. Sehingga ketika terjadi alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang tertutup, maka yang terjadi selanjutnya adalah angka urbanisasi meningkat. Orang-orang dari desa akan berbondong-bondong pergi ke kota dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih layak. Padahal bisa jadi setelah sampai di kota keadaan mereka tidak berubah karena persaingan semakin ketat6.

Dari 7 dampak tersebut betapa mengerikannya jika lahan pertanian dialih fungsikan dan untuk pengembalian pada kondisi awal sangatlah sulit karena sudah terlanjur merambat semakin besar tak bisa terelakan.

Faktor Pendorong terjadinya Alih Lahan Pertanian

Sejak dahulu, jumlah lahan pertanian Indonesia sendiri cenderung menurun dari tahun ke tahun akibat adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian. Alih fungsi atau konversi lahan didefinisikan sebagai berubahnya fungsi awal lahan menjadi fungsi lainnya baik dari sebagian maupun keseluruhan lahan akibat adanya faktor tertentu. Berikut ialah faktor-faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian :

(6)

a. Pertumbuhan penduduk yang pesat

Dengan jumlah daratan yang tetap, namun jumlah penduduk yang terus meningkat, tentu dapat menyebabkan berbagai dampak bagi lingkungan tempat tinggal mereka. Salah satunya yakni adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang juga meningkat.

b. Kenaikan kebutuhan masyarakat untuk permukiman

Adanya pertumbuhan demografi tentu saja juga menuntut kebutuhan-kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal. Ketika lahan di daerah permukiman sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan yang diminta, maka konversi lahan pertanian menjadi kawasan rumah menjadi pilihan sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut.

c. Tingginya biaya penyelenggaraan pertanian

Untuk mengolah sawah atau lahan pertanian dari lapisan tanah agar mendapatkan hasil yang optimal tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit, belum lagi jika barang-barang pertanian tersebut mengalami kenaikan seperti pada saat naiknya harga bahan bakar minyak, maka harganya bisa melambung menjadi dua kali lipat. Kenaikan harga pupuk, benih pertanian, biaya irigasi, hingga harga sewa tenaga petani membuat para pemilik sawah mempertimbangkan untuk menjual sawah mereka atau mengalihkan fungsi lahan menjadi bangunan atau tempat wirausaha7.

Cukup 3 faktor saja yang saja perlihatkan, dan itu saja sudah banyak masalah yang ditimbulkan. Belum juga faktor lainnya.

Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lingkungan.

Indonesiapun seperti negara lain baru bangkit memperhatikan lingkungan, setelah dekarasi Srockholm 1972. Bahkan UU tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai peraturan payung untuk lingkungan baru tercipta setelah lewat sepuluh tahun. UU tsb ialah UU Nomor 4 tahun 1982. Sekarang diubah dengan UU Nomor 23 tahun 1997. Bertumpu pada undang-undang ini, seharusnya dilanjutkan dengan penciptaan beberapa undang-undang sektoral dan juga peraturan pelaksanaan berupa peraturan pemerintah. Akan tetapi masih sangat sedikit Undang-Undang dan peraturan pelaksanaan yang tercipta, sehingga banyak ketentuan yang tercantum didalam UU yang tidak dijalankan.

UU yang telah tercipta adalah UU nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang meggantikan monumenten ordonnantie yang berlaku sejak masa kolonial.

Penting juga diketahui tentang dibentuknya Badan Pengendalian Dampak Linglungan (BAPEDAL) berdasarkan keppres no 23 tahun 1990 diubah dengan keppres no 77 tahun 1994. Disamping itu telah diciptakan juga beberapa peraturan yang lebih rendah berupa peraturan menteri.

Di dalam UULH ada bebrapa asas penting dianaranya:

1. Asas Prevensi (prevention priciple)

2. Asas pencemar membayar (polluters pay principples)

3. Asas kerja sama (coorperation principle)

Ketiga asas tersebut secara tersurat dan tersirat terdapat pula didalam UULH pasal 5. Selain ketiga asas tersebut ada juga asas yang lain diantaranya:

(7)

-Asas pembangunan berwawasan lingkungan atau biasa disebut pembangunan berkesinnambungan. Asas ini berarti dalam membangun harus selalu memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Sedapat mungkin dalam pembangunan seutuhnya ini termasuk pembangunan dan pemeliharaan lingkungan apa yang dapat diambil dari sumber yang dapat diperbarui segera dilakukan penggantinya, misal penebangan hutan harus diganti dengan reboisasi dan penanaman tanaman industri. Dan bagi sumber yang tak dapat diperbarui diberikan alternatif.

-Asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan berkalanjutan.8

KESIMPULAN

Dari permasalahan merosotnya kualitas lingkungan hidup dapat diartikan bahwa lingkungan yang sehat, yang baik, yang layak untuk berkembang biak makhluk hidup adalah lingkungan yang dijaga oleh makhluk hidup disekitar daerah tersebut. Lingkungan yang dapat memberikan timbal balik kepada makhluk hidup sekitar, bukan hanya menggunakan, mengambil dan melakukan seenaknya saja, tetapi harus memikirkan untuk generasi yang akan datang pula.

Kemudian kajian tentang menyusutnya luas sawah, itu disebabkan karena siapa? Karena masyarakat dan pemerintah setempat yang terlalu memikirkan ekonomi dan diri sendiri. Kemudian mereka tidak pernah memikirkan bagaimana jika harga pangan lokal naik, pastipun mereka tidak memikirkan pula jika pemerintah tiba-tiba mengimpor bahan pangan karena stok dalam negeri habis. Selanjutnya gerakan mereka hanya mengeluh, lahan pekerjaan tak ada, dan semua itu berakhir pada aksi demonstrasi.

Yang selanjutnya peraturan yang mengatur tentang lingkungan. Pemerintah sudah bagus membuat berbagai peraturan mengenai lingkungan. Dari hal terbesar secara umum lingkungan, sampai dikerucutkan secara details pemerintah juga membuat peraturan tersebut. Pemerintah sudah bagus dalam menjalankan program kerjanya, akan tetapi kembali kepada manusia itu sendiri. Peraturan yang dibuat untuk dipatuhi atau malah untuk dilangar? Kesadaran hukum manusia memang sulit untuk diperbaiki. Tidaklah mudah mengubah mainset seseorang untuk melakukan apa yang kita pikirkan.

Dan terakhir yang menyumbang kerusakan lingkungan paling besar dibumi adalah sampah. Memang masalah ini tidak saya singgung dalam perumusan masalah, agar ini menjadi solusi. Sampah telah menjadi permasalahan yang sedari dulu tidak pernah hilang. Apa sebabnya sampai sampah lebih banyak dari populasi manusia? Mungkin pola pikir kita yang perlu dibenahi, atau gaya hidup kita memang sangat akrab dengan sampah.

Slogan anti sampah harus kita ganti. Kita masih terperangkap dengan pola pikir bahwa sampah harus dibuang. Sejak kecil orang tua dan guru sekolah selalu berpesan bahwa “Buanglah sampah pada tempatnya” mungkin lantaran bahwa yang ada dipikiran kita adalah:

1. Ketika sampah sudah dibuang dari luar rumah maka sudah selesai.

2. Setelah sampah dibuang, kitapun bisa menghasilkan sampah baru. Pola pikir yang seperti inilah yang seharusnya kita hilangkan dan jangan ajarkan pada generasi yang akan datang. Haruslah kita sadari bahwa apa yang terjadi setelah sampah dibuang dari rumah dan kemudian hilang dan bersih

(8)

begitu saja hilang ditelan bumi? Apakah lahan untuk pembuangan sampah dari rumah kita akan mencukupi? Itu saja baru dari rumah kita, belum rumah lainnya, rumah satu desa, bahkan beberapa desa. Dan lahan untuk pembuangan sampah akan habis pada waktunya. Gaya hidup dan pola pikir kita mengenai sampah musti dibenahi dan dirubah. Jangan lagi menuliskan “BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA” tetapi kurangilah sampah dan pikirkan cara menghilangkan sampah tersebut. Perubahan kecil dalam gaya hidup inilah saya yakin bahwa akan memberikan dampak yang signifikan bagi penanganan masalah sampah dan pengelolaan sampah disekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

Akib, Muhammad. 2014. Pergeseran Paradigma Penegakan Hukum Lingkungan. Semarang: Jurnal Masalah-Masalah Hukum. Vol 43, no1 : 124.

Hamzah, Andi. 2008. Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika.

Handoyo, Eko. Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Semarang: Jurnla Pandecta. Vol3, no2, : 7.

Hardati, Puji. 2015. Pendidikan Konservasi, (Semarang: Magnum Pustaka.

Ischak. 2001. Urbanisasi dan Dampaknya Terhadap Lingkungan.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

hal inilah yang menjadi landasan masalah dalam melakukan penelitian yaitu mengenai tingkat suku bunga deposito terhadap jumlah deposito dan kredit pada PT.BPR Prabumegah

Terima kasih atas saran dan kritik yang menambah semangat saya dalam perbaikan Laporan PKL dan seluruh civitas akademik yang ada di Fakultas Perikanan dan Kelautan

lingkungan kabupten, kota dan propinsi dengan materi perkembangan teknologi. Metode Explicit Intructions ini untuk meningkatkan hasil belajar IPS yang dapat

Menurut Patton (1987) triangulasi berdasarkan sumber berarti membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan dari suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

Ada beberapa aspek yang mendapatkan skor 4 diantaranya adalah guru mengecek kesiapan belajar baik ruang kelas, media yang akan digunakan dan penataan posisi

Apakah lama tinggal lebih dari atau sama dengan satu

Untuk itu dilakukan program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Praktik Pengalalaman Lapangan merupakan suatu program akademik yang wajib dilaksanakan setiap mahasiswa

Pemeriksaan tersebut akan kami lakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan mencakup evaluasi terhadap pengendalian internal, uji terhadap catatan pembukuan