SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
MATERI PENDUKUNG – PERTEMUAN 02 – A
Ahmad Kurnia
Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini , masyarakat dan
internasional menerapkan standart acuan terhadap berbagai hal terhadap
industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah
dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta
Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan
terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga
menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk menjawab tantangan tersebut
Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah
menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996. Definisi SMK3 Secara
normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja
yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif. Alasan Penerapan SMK3 Karena SMK3 bukan hanya
tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga
tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi
pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi
industri kita antara lain : Manfaat Langsung : 1. Mengurangi jam kerja yang
hilang akibat kecelakaan kerja. 2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat
kecelakaan kerja. 3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena
tenaga kerja merasa aman dalam bekerja. Manfaat tidak langsung :
a. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
b. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
c. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.
SMK3 yang dilaksanakan di Indonesia sudah cukup representatif dibandingkan
dengan standard internasional seperti OHSAS atau ILO OSH guidelines.
Kekurangan yang ada pada SMK3 dibandingkan dengan Manajemen K3
K3 yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal
ini masih dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh
negara-negara di Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena
memang masih dalam tahap awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat
dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja (Pemerintah) dirasakan kurang
membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan sertifikasi ISO series,
OHSAS, KOHSA (korea), yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta. Dan
yang utama tentunya adalah peran aktif dari pengusaha Indonesia yang masih
belum mengutamakan K3 di Industrinya karena masalah klasik yaitu cost (biaya).
Kesimpulan Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta
standarisasi SMK3 di Indonesia yang cukup representatif bukankah saatnya bagi
Industri Indonesia untuk melaksanakan SMK3 sesuai PER.05/MEN/1996 baik
industri skala kecil, menengah, hingga besar. Sehingga bersama-sama menjadi
industri yang kompetitif, aman, dan Efisien dalam menghadapi pasar terbuka.