Perbandingan Sifat Fisika Plastik Biodegradabel dari Limbah Plastik
Polipropilena dan Pati Tandan Kosong Kelapa Sawit yang Dicampur
dengan Alat Ekstruder dan Alat Rheomix
Elda Pelita1,*, Tengku Rachmi Hidayani2 , Gusfiyesi3
1,2,3 Politeknik ATI Padang, Jalan Bungo Pasang Tabing Padang 25171 *Penulis Korespondensi. Telp: (0751-7055053)/081361906746
e-mail: elda726@gmail.com
ABSTRAK
Pembuatan plastik biodegradabel dapat dihasilkan dari pencampuran limbah plastik sintesis dengan polimer alam. Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan plastik biodegradabel dari limbah plastik polipropilena dan pati dari tandan kosong kelapa sawit. Limbah polipropilena yang digunakan dimodifikasi dengan agen pengikat silang maleat anhidrida sebanyak 1% dengan bantuan inisiator benzoil peroksida sebanyak 1%. Metode pencampuran bahan dilakuakan dengan dua metode yang berbeda yaitu metode ekstruder dan metode rheomix dengan variasi bahan yang ditambahkan dengan perbandingan tertentu yaitu PP-g-MA:Pati (60:40). Dilihat dari hasil analisa terhadap sifat mekanik, sifat termal dan sifat morfologinya, plastik biodegradabel dengan metode ekstruder dan metode rheomix memiliki sifat fisika yang tidak jauh berbeda yaitu nilai kekuatan tarik metode ekstruder 18,278 N/m2 , kekuatan tarik metode rheomix 18,953 N/m2, nilai kemuluran dengan metode ekstruder adalah 2,93% sedangkan dengan metode rheomix adalah 2,87 %. Sifat termalnya dapat dilihat dari titik lebur metode ekstruder pada suhu 152,5oC dan dengan metode rheomix pada suhu 153,3oC, titik terdekomposisi dengan metode ekstruder pada suhu 495,11oC dan dengan metode rheomix pada suhu 496,25oC, residu karbon pada uji TGA metode ekstruder 4,21% dan pada metode rheomix yaitu 3,45%. Dari analisa sifat morfologi dapat dilihat pada uji SEM dimana plastik biodegradabel yang dibuat dengan metode rheomix memiliki campuran yang sama rata dengan metode ekstruder, namun pembiayaan alat rheomix jauh lebih tinggi dibandingkan dengan alat ekstruder.
Comparison of Physical Properties of Plastic Biodegradable from
Polypropylene Plastic Waste and Starch from Palm Empty Fruit Bunch
with Extrruder and Rheomix Method
Elda Pelita1,*, Tengku Rachmi Hidayani2 , Gusfiyesi3
1,2,3 Politeknik ATI Padang, Jalan Bungo Pasang Tabing Padang 25171 * Corresponding author. Telp. (0751-7055053)/081361906746
e-mail: elda726@gmail.com
ABSTRACT
Biodegradable plastics can be produced from mixing synthetic plastic waste with natural polymers. In this research, biodegradable plastic from polypropylene waste and starch from empty palm oil bunches was made. The polypropylene wastes used were modified with 1% maleic anhydride as crosslinking agent with the help of 1% benzoyl peroxide as initiator. The method of mixing the material was done with two different methods, namely the extruder method and the rheomix method
with the variation of the ingredients added with a certain ratio of PP-g-MA : Starch (60:40).
Conclusion from the analysis of the mechanical properties, thermal properties and morphological properties, biodegradable plastics with extruder method and rheomix method have physical properties that are not much different that is the value of tensile strength of 18,278 N / m2 extruder method, tensile strength of rheomix method 18,953 N / m2, value elongation with extruder method is 2.93% while with rheomix method is 2.87%. The thermal properties can be seen from the melting point of the extruder method at 152.5 ° C and by the rheomix method at 153.3 ° C, the decomposition point by the extruder method at 495.11 ° C and by the rheomix method at 496.25 ° C, the carbon residue in the TGA test method extruder 4,21% and at rheomix method that is 3,45%. From the analysis of morphological properties can be seen in the SEM test in which biodegradable plastics made by the rheomix method have a more uniform mixture than the extruder method, but
the financing of the rheomix tool is much higher than that of the extruder..
PENDAHULUAN
Di Indonesia, penelitian dan pengembangan teknologi plastik biodegradabel sedang
berkembang pesat. Plastik telah menjadi kebutuhan hidup yang terus meningkat jumlahnya. Plastik
yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetik, terbuat dari minyak bumi (non-renewable)
yang tidak dapat terdegradasi mikroorganisme di lingkungan. Kondisi demikian ini menyebabkan
komposit plastik sintetik tersebut tidak dapat dipertahankan penggunaannya secara meluas karena
akan menambah persoalan lingkungan dan kesehatan dimasa mendatang. Berdasarkan fakta dan
kajian ilmiah yang ada serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan
lingkungan lestari, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang
bersifat biodegradabel (Surudzic, 2016).
Kemasan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam melindungi produk dari
kerusakan. Ada lima syarat yang dibutuhkan kemasan yaitu penampilan, perlindungan, fungsi,
bahan dan biaya, serta penanganan limbah kemasan. Saat ini terdapat beberapa bahan yang
digunakan sebagai bahan kemasan, diantaranya adalah jenis plastik, kertas, gelas dan aluminium
(Liao, 2016).
Plastik masih menjadi salah satu bahan utama pembuatan berbagai peralatan disamping besi,
kayu dan kertas. Plastik dinilai mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan bahan lain yatiu lebih
ringan, praktis, tahan lama dan tahan air sehingga menjadikannya banyak dipilih konsumen
(Abdelrasoul, 2016).
Permintaan plastik kemasan terutama didorong oleh pertumbuhan makanan, minimum 60%
dan fast moving consumer good (FMCG) lainnya. Industri pengguna plastik yang juga cukup besar
adalah industri komponen (otomotif dan elektrik), konstruksi (pipa, kabel) dan peralatan rumah
tangga. Omzet industri kemasan nasional tahun 2011 mencapai Rp 40 triliun dimana 51% dari
omzet tersebut berasal dari kemasan plastik. Omzet kemasan tahun 2012 diperkirakan tumbuh 10%.
Konsumsi plastik kemasan di Indonesia tahun 2015 sekitar 2,35 juta ton per tahun (Hidayani, 2017).
Penelitian tentang pembuatan plastik biodegradabel pada saat ini masih terus berkembang
dengan berbagai variasi bahan pengisi yang merupakan polimer alami. Penelitian tentang
pembuatan plastik biodegradabel dari limbah plastik polipropilena dengan pati dari biji durian telah
dilakukan oleh Hidayani (2015) dengan mencampurkan limbah plastik polipropilena dengan pati
biji durian dengan metode refluks dengan pelarut xilena dimana plastik biodegradabel yang
dihasilkan hanya sedikit mengandung pati yaitu maksimum 2% dengan sifat morfologi campuran
mencampurkan limbah plastik polipropilena dengan pati biji durian dengan memodifikasi limbah
plastik polipropilena dengan agen pengikat silang berupa maleat anhidrida sebanyak 1% dengan
bantuan inisiator benzoil peroksida sebanyak 1%. Hasil plastik biodegradabel yang didapatkan pada
kondisi optimum mengandung 4% pati biji durian dan dapat berinteraksi secara kimia berdasarkan
data uji FT-IR. Kelemahan dari hasil penelitian ini adalah homogenitas antara pati dan plastik yang
belum optimum mengakibatkan sifat morfologi plastik yang kurang baik. Disamping itu, pati dari
biji durian dianggap sulit didapatkan kontiniuitasnya untuk jangka waktu yang lama. Hidayani
(2016) melakukan perkembangan penelitian dengan mengganti sumber plastik yang digunakan
dalam pembuatan plastik biodegradabel menjadi LDPE yang memiliki titik leleh yang rendah yaitu
110oC dimana diharapkan suhu tersebut tidak jauh berbeda dengan titik lebur dari pati. Pati yang
digunakan juga digantikan dengan sumber yang lebih banyak tersedia di alam yaitu pati dari tandan
kosong sawit. Kondisi optimum dari hasil penelitian ini adalah dengan variasi penambahan pati
sebanyak 40%, namun yang menjadi kelemahan adalah penampakan fisik dari plastik biodegradabel
yang dihasilkan berwarna hitam seperti hangus. Berdasarkan komposisi pati yang cukup banyak
yang dapat ditambahkan sebagai bahan pengisi pada pembuatan plastik biodegradabel pada
penelitian tahun sebelumnya, maka Elda (2017) melakukan perubahan bahan dasar plastik yang
digunakan yaitu menggunakan limbah plastik HDPE. Metode pencampuran limbah plastik dengan
plastik yang selama ini dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut, diganti menjadi
dengan metode pencampuran kering dengan alat rheomix. Limbah plastik HDPE diharapkan
memiliki sifat mekanik yang jauh lebih baik dibandingkan LDPE, dengan ketahanan panas yang
lebih baik pula. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kondisi optimum dari plastik biodegradabel
yang dihasilkan adalah pada variasi pati tandan kosong sawit 40% dengan penampakan fisik yang
merata, namun warna plastik biodegradabel masih kecoklatan. Kelemahan dari alat rheomix adalah
ketersediaan alat yang mahal sehingga tidak ada di semua tempat dan menggunakan daya listrik
yang besar, sehingga biaya produksi plastik biodegradbel menjadi terlalu tinggi (Hidayani, 2017).
Berdasarkan penelitian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan
menghasilkan plastik biodegradabel dengan sifat fisika yang baik, yang dilakukan dengan
mencampurkan limbah plastik polipropilena yang digrafting dengan maleat anhidrida dengan
bantuan inisiator benzoil peroksida, dan pati pengisi plastik biodegradable dari tandan kosong
kelapa sawit dengan metode pencampuran plastik dilakukan dengan dua metode pencampuran
kering yaitu dengan metode ekstruder dan metode rheomix. Keunggulan dari metode ekstruder
adalah dilakukan dengan alat rakitan yang berharga lebih terjangkau, sedangkan kelemahannya
dilakukan dengan alat produksi pabrik yang keterukuran suhunya lebih baik, metode
pencampurannya lebih digital, namun kelemahannya adalah harga alat yang melebihi 1 Milyar
rupiah. Pencetakkan sampel plastik biodegradable dengan metode kempa tekan dan karakterisasi
dari plastik biodegradabel yang dihasilkan dilakukan dengan analisis sifat mekanik dengan uji tarik
dan kemuluran, analisis sifat termal dengan uji DTA (Differential Thermal Analysis) dan TGA
(Thermal Gravymetric Analysis), analisis sifat morfologi dengan Uji SEM.
BAHAN DAN METODE
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Limbah Polipropilena dari
gelas air mineral, benzoil peroksida PA Merck, maleat anhidrida PA Merck, Tandan Kosong Sawit
(TKS), dan akuades.
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Neraca Analitis dengan merk Mettler
Toledo, Oven listrik merk Memmert, Alat Cetak Tekan merk Torsee SC-2DE,Alat-alat gelas merk
Pyrex, Seperangkat alat uji tarik Type SC-2DE, CAP 2000 kgf, Seperangkat alat SEM tipe
JSM-6360LA, Seperangkat Alat ekstruder rakitan, Haake Rheomix 141, Termometer, Blender merk
National, Ayakan 100 mesh merk Tantalum 3N8 Purity, Seperangkat alat DTADT-30 Shimatzu Japan.
Metode Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian:
1. Metode pencampuran dengan ekstruder
2. Metode pencampuran dengan rheomix
Variabel tetap dalam penelitian:
1. Bahan pencampuran: limbah plastik PP dan Pati
2. Grafting Polipropilena dengan maleat anhidrida dengan inisiator benzoil peroksia
3. Penambahan maleat anhirida adalah 1% dan benzoil peroksida 1%
4. Perbandingan PP-g-MA dan pati TKS adalah 60:40
Varibel terikat dalam penelitian:
1. Uji DTA dan TGA
1. Ekstraksi Pati dari Tandan Kosong Sawit (TKS)
Tandan kosong sawit (TKS) dibelah dipisahkan dari kulit kerasnya. Serbuk TKS dibersihkan
dari pengotor dan dicuci dengan air. Serbuk TKS direndam dengan akuadest sampai terendam
keseluruhannya, lalu diaduk selama 1 jam sambil diremas-remas kemudian disaring. Ampas serbuk
TKS dibuang, air diendapkan sampai pati terpisah pada bagian bawah lalu disaring sehingga
didapatkan pati basah. Pati TKS basah dipanaskan pada suhu 50oC selama 6 jam. Kemudian diayak
100 mesh sehingga didapatkan pati TKS yang halus dan kering (Hidayani, 2017)
2. Grafting Limbah Plastik Polipropilena
Limbah plastik polipropilena yang bersumber dari limbah kemasan air mineral gelas yang
beredar dipasaran dibersihkan dan dipotong kecil dengan ukuran 0.5 x 0,5 cm. Limbah PP yang
sudah berukuran kecil dimasukkan ke dalam alat ekstruder dan diputar dengan kecepatan 40 rpm
pada suhu 157oC selama 30 menit. Ditambahkan maleat anhidrida dan benzoil peroksida kedalam
alat ekstruder sesuai perbandingan dan diputar kembali selama 30 menit. Poliblend PP-g-MA
(polipropilena grafting maleat anhidrida) dikeluarkan dan dikeringkan serta dihaluskan sehingga
menjadi poliblend PP-g-MA.
3. Pencampuran PP-g-MA dan Pati TKS dengan Alat Ekstruder
PP-g-MA dan pati TKS dipersiapkan sesuai komposisi yang diinginkan (60:40). Bahan
dicampurkan secara manual (dry mixing) dengan total setiap campuran bahan adalah 10 gram.
Pencampuran dilanjutkan dengan alat ekstruder dengan kondisi operasi yang telah diatur terlebih
dahulu yaitu pemanasan alat dan penyalaan rotor. Kondisi suhu yang digunakan adalah pada 157oC
dengan kecepatan 40 rpm dan waktu pencampuran selama 5 menit
4. Pencampuran PP-g-MA dan Pati TKS dengan Alat Rheomix
PP-g-MA dan pati TKS dipersiapkan sesuai komposisi yang diinginkan (60:40). Bahan
dicampurkan secara manual (dry mixing) dengan total setiap campuran bahan adalah 10 gram.
Pencampuran dilanjutkan dengan alat rheomix dengan kondisi operasi yang telah diatur (155oC)
terlebih dahulu yaitu pemanasan alat dan penyalaan rotor. Kondisi suhu yang digunakan adalah
pada 157oC dengan kecepatan 40 rpm dan waktu pencampuran selama 5 menit (Ibrahim, 2012).
5. Proses Kempa Tekan Plastik Biodegradabel
Serbuk Plastik biodegradabel dengan berbagai variasi dan komposisi massa yang telah
dihasilkan dimasukkan ke dalam alat cetak tekan dan ditekan pada alat tekan hidrolik dengan
tekanan 150 kg/cm2 pada temperatur 150oC selama 15 menit. Hasil yang diperoleh didinginkan pada
6. Karakterisasi Fisika Plastik Biodegradabel yang Dihasilkan
Analisis yang dilakukan untuk plastik biodegradabel yang dihasilkan adalah dengan analisis
sifat mekaniknya dengan uji kuat tarik dan kemuluran, analisis sifat morfologinya dengan Uji
Scanning Electron Microscopy (SEM), uji sifat termalnya dengan uji DTA dan TGA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Plastik biodegradabel yang dibuat dengan metode ekstruder
Gambar 2. Plastik biodegradabel yang dibuat dengan alat rheomix
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan sudah cukup merata
dan warnanya baik, namun masih ada perbedaan keadaan permukaan yang mungkin disebabkan
oleh terkepungnya udara didalam plastik. Sedangkan pada gambar 2, dimana plastik biodegradabel
dibuat dengan metode rheomix dengan sistem pencampuran satu tahap, dan tidak ada intervensi dari
luar, hasil plastik biodegradabel menjadi lebih merata secara penampakan visual.
1. Karakterisasi Sifat Mekanik dengan Uji Tarik dan Kemuluran
Analisa kekuatan tarik dan kemuluran dari plastik biodegradabel yang dihasilkan dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji Mekanik Plastik Biodegradabel
Nilai kuat tarik dan kemuluran dari plastik biodegradabel dari kedua metode ini tidak
menunjukan hasil yang sangat signifikan, dikarenakan perbandingan yang digunakan adalah tetap
sama sedangkan yang berbeda hanya metode pencampuran. Namun, nilai kuat tarik dan kemuluran
dengan metode rheomix sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan metode rheomix yaitu kekuatan
tariknya 18,953 N/m2 dan nilai kemuluran 2,87 %.
2. Analisis Sifat Termal dengan Uji DTA dan TGA
Uji DTA dan TGA dilakukan terhadap plastik biodegradabel dengan perbandingan (60:40)
dari dua metode pembuatan yaitu metode ekstruder dan metode rheomix yang dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Data Hasil Analisa DTA dan TGA
Karakterisasi Plastik Biodegradabel
Metode Ekstruder
Plastik Biodegradabel Metode rheomix
Titik Lebur (oC) 152,5 153,3
Titik Terdekomposisi (oC) 495,11 496,25
% residu (TGA) 4,21 3,45
Dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan dalam
penelitian dengan metode ekstruder maupun dengan metode rheomix tidak memiliki perbedaan
yang berarti, namun memiliki keunggulan dengan metode rheomix dimana hasil suhu titik leburnya
153,3oC dimana suhu awal polipropilena ke suhu setelah pencampuran tidak menurun drastis yang
menandakan sifat plastiknya masih menonjol dan suhu titik terdekomposisinya 496,25oC. Suhu
tersebut sesuai dengan perpaduan antara suhu Limbah Polipropilena keadaan awal dan pati TKS
dimana pada suhu titik lebur mengalami penurunan yang menunjukan berkurangnya sifat plastik
Polipropilena dari 157oC menjadi 153,3oC yang mengindikasikan bahwa sifat plastik Polipropilena
masih menonjol namun telah terpengaruh bahan pengisi lain yaitu pati, maleat anhidrida dan
benzoil peroksida. Suhu titik terdekomposisi mengalami kenaikan dimana suhu terdekomposisi
Limbah Polipropilena adalah 490 oC dan setelah penambahan pati menjadi 496,25oC yang
menunjukan adanya pengaruh penambahan zat lain dalam hal ini pati yang meningkatkan ketahanan
termal dan adanya interaksi langsung dari plastik biodegradabel.
Dari data TGA dapat dilihat bahwa pada plastik biodegradabel perbandingan (60:40) dengan
metode rheomix menghasilkan residu dalam persentase yang lebih rendah yakni 3,45%, yang
mungkin terjadi dikarenakan pati TKS mengandung atom karbon organik yang paling akhir terurai,
sehingga ikatan kimia yang terjadi pada metode rheomix lebih kuat karena pencampurannya lebih
3. Analisis Sifat Morfologi dengan Uji SEM
Hasil dari analisis SEM dapat memberikan informasi tentang bentuk dan perubahan
permukaan dari Limbah Polipropilena dan plastik biodegradabel yang dihasilkan. Pada prinsipnya
bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan, lekukan, dan perubahan struktur maka
bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat
dipancarkan, dipantulkan, dan diserap serta diubah menjadi gelombang elektron yang dapat di
tangkap dan dibaca hasilnya pada foto SEM.
Gambar 3. Hasil SEM Plastik biodegradabel metode ekstruder dengan perbesaran 100x
Gambar 4. Hasil SEM Plastik Biodegradabel metode rheomix dengan perbesaran 100x
Dari kedua gambar diatas terlihat permukaan plastik biodegradabel yang dihasilkan pada
perbandingan (60:40) dengan metode rheomix memiliki karakteristik permukaan yang sama dengan
hasil SEM pada metode ekstruder. Dari gambar hasil SEM dapat dilihat bahwa pati TKS yang
ditambahkan tersebar secara merata pada permukaan plastik biodegradabel yang dihasilkan.
Interaksi yang terjadi keduanya merupakan interaksi kimia dan fisika yaitu pencampuran dua bahan
KESIMPULAN
Pada umumnya, kedua metoda pencampuran bahan yang digunakan yaitu metode ekstruder
dan metode rheomix menghasilkan plastik biodegradabel yang baik. Dilihat dari kekuatan tarik
metode ekstruder 18,278 N/m2 , kekuatan tarik metode rheomix 18,953 N/m2, nilai kemuluran
dengan metode ekstruder adalah 2,93% sedangkan dengan metode rheomix adalah 2,87 %. Sifat
termalnya dapat dilihat dari titik lebur metode ekstruder pada suhu 152,5oC dan dengan metode
rheomix pada suhu 153,3oC, titik terdekomposisi dengan metode ekstruder pada suhu 495,11oC dan
dengan metode rheomix pada suhu 496,25oC, residu karbon pada uji TGA metode ekstruder 4,21%
dan pada metode rheomix yaitu 3,45%. Dari analisa sifat morfologi dapat dilihat pada uji SEM
dimana plastik biodegradabel yang dibuat dengan metode rheomix memiliki campuran yang sama
rata dengan metode ekstruder. Keunggulan metode ekstruder yang paling signifikan adalah dari segi
pembiayaan dimana alat ekstruder merupakan alat rakitan yang dapat dimiliki berbagai kalangan
dengan sistem operasi yang mudah, sedangkan alat rheomix merupakan alat dari pabrik yang
memiliki spesifikasi tertentu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segala pihak yang telah membantu
terselenggaranya penelitian ini, dari pihak Politeknik ATI Padang yang telah mendukung baik
secara moril maupun materil mulai dari tahap awal hingga dapat terselenggaranya penelitian ini.
Kepada pihak laboratorium terpadu Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi pengujian
sampe penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelrasoul,G.N.2016. Nanocomposite Scaffold Fabrication By Incorporating Gold Nanoparticles Into BiodegradablePolymer Matrix: Synthesis, Characterization, and Photothermal Effect.
Materials Science and Engineering C 56. Elsevier Ltd. 305-310
Ibrahim,A.F.2012. Preparasi Nanokomposit Biodegradabel Masterbatch Pati. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta
Junaidi.2015.Pengembangan Papan Komposit Dari Serat Tandan Kosong Sawit (TKS) Berperekat
Gambir Berlapis Anyaman Bambu. Disertasi Doktor. Politeknik Negeri Padang
Liao,J. 2016. Preparation, Characterization and Properties of Nano-hydroxyapatite/Polypropylene Carbonate Biocomposite. Material Science and Engineering C 63. Elsevier Ltd. 285-291
Hidayani,R, Pelita,E, Gusfiyesi. 2017. Analisis Sifat Fisika Pemanfaatan Pati Tandan Kosong Sawit dan Limbah Plastik LDPE Sebagai Bahan Pembuatan Plastik Biodegradabel. Majalah Kulit, Karet dan Plastik. Vol 33. No.1 Juni 2017. ISSN 1829-6971 (29-34)
Hidayani,R., Pelita,E, Gusfiyesi. 2017. Effect Of Starch Number Using Palm Empty Fruit Starch Of Physical Properties On Biodegradable Plastics With The Basic Materials LDPE Waste. Jurnal
Kimia Kemasan (akses online : http://ejournal.kemen perin.go.id/jkk/author /index/completed)
Pelita,E., Nirmala,D., Hidayani,R.2015. Pengaruh Penambahan Maleat Anhidrida dan Benzoil Peroksida Sebagai Agen Pengikat Silang Pada Plastik Biodegradabel dari Limbah
Polipropilena dengan Bahan Pengisi Pati Biji Durian.Laporan Hasil Penelitian. Politeknik
ATI Padang
Surudzic,R. 2016. Physico-Chemical and Mechanical Properties and Antibacterial Activity of Silver/Poly(vinyl alcohol)/Graphene Nanocomposites Obtained By Electrochemical Method.