Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 165 KONTRIBUSI PERUSAHAAN MNCs SEKTOR PERMINYAKAN
TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh Dea Triana Fauzi dan Dewi Astuti Mudji
Mahasiswa dan Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung
Abstrak
Sejak Perang Dunia I, minyak sebagai sumber energi yang sangat penting, dan telah menjadi semakin bertambah penting untuk industri dan perang. Bahkan minyak mentah pun telah menjadi salah satu sumber energi dan menjadi barang yang dapat mempengaruhi kebijakan domestik dan luar negeri suatu negara. Begitu pula perjalanannya hingga masa sekarang, minyak tetap menjadi instrumen penting dalam gejolak perekonomian suatu negara disertai dengan munculnya akor-aktor non-state yang ikut berpengaruh dalam peta perpolitikan suatu negara mengenai langkah kebijakan suatu Pemerintah. Di Indonesia, banyaknya perusahaan asing yang masuk, khususnya di sektor migas, menjadi dinamika tersendiri, dalam perekonomian Indonesia. Di satu sisi hal ini fenomena yang tidak dapat ditolak oleh negara-negara berkembang, namun di sisi lain, fenomena ini justru meperburuk perekenomian negara-negara berkembang tersebut.
Kata kunci: minyak, sumber energi, perusahaan asing, perekonomian.
Pendahuluan
Minyak merupakan sumber energi yang sangat penting di dunia.
Minyak mentah dapat digunakan sebagai alat yang dapat mempengaruhi
kebijakan suatu negara baik itu domestik maupun kebijakan luar negerinya.
Sebagai contoh, berbagai kejadian-dunia seperti Perang Dunia I, Perang
Dunia II, serta perang-perang yang terjadi di panggung internasional sangat
membutuhkan minyak mentah (crude oil) sebagai sumber energi yang
menggerakkan persenjataan militer negara-negara di dunia pada saat itu.
Kemudian adanya Embargo negara-negara Arab kepada Amerika Serikat
dan Eropa pada tahun 1970-an semakin membuktikan Sumber Daya Alam
ini merupakan komoditas utama yang dapat menggerakkan politik luar
negeri, keamanan, dan interaksi antar Negara.46
46
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 166
Minyak bumi juga
merupakan sumber energi utama
untuk industri, transportasi, rumah
tangga dan merupakan sumber
devisa bagi negara. Sebagai
sumber energi, minyak bumi
memiliki banyak sekali manfaat
dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan terhadap bahan bakar
ini tiap tahun mengalami
peningkatan.
Indonesia merupakan
negara yang kaya akan sumber
daya alamnya, termasuk di sektor
migas. Namun, potensi minyak
yang dimiliki Indonesia untuk saat
ini memang belum signifikan. Hal
ini juga disertai dengan Jumlah
ketersediaan energy bahan bakar
Indonesia yang mengkhawatirkan,
terutama ketersediaan Bahan
Bakar Minyak (BBM). Hal ini
terkait ketersediaan cadangan
sumber daya minyak Indonesia
sejak tahun 1995 sudah semakin
menipis. Data tahun 2002
menunjukkan cadangan minyak
bumi sekitar 5 miliar barel dan
dengan tingkat produksi minyak
tahun 2007 sekitar 500 juta barel.
Pada tahun 2009 secara
keseluruhan sekitar 950.000 bph,
dan cadangan sisa seluruh
lapangan minyak di Indonesia
tahun 2009 sekitar 5 Milyar barel.47
Hal ini kemudian diperparah
dengan munculnya
perusahan-perusahaan asing di sektor migas
yang masuk ke Indonesia, dan
menjalin kerjasama dengan
Pemerintah Indonesia, namun
nyatanya makin memperburuk
cadangan minyak di Indonesia
yang harusnya dimanfaatkan oleh
pemerintah. Hal ini juga yang
mempengaruhi kebijakan domestik
dan luar negeri pemerintah
indonesia dan berimplikasi
terhadap perekonomian Indonesia.
Kondisi perekonomian
suatu negara sangat menentukan
tingkat kesejahteraan masyarakat
suatu negara, yang berarti bahwa
suatu negara menginginkan
negaranya memiliki suatu
pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan berkesinambungan.
Pertumbuhan ekonomi yang stabil
merupakan salah satu prasyarat
keberhasilan pembangunan suatu
negara, terutama bagi negara
berkembang. Suatu Negara ketika
sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan primer dalam
47
Bataviase, Saudi Aramco
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 167
negaranya, untuk keperluan
penduduknya maka Negara
tersebut harus memenuhi
kebutuhannya dengan melakukan
kerjasama dengan negara lain.
Dan dalam perkembangannya pola
hubungan tersebut menjadi pola
hubungan antara state-non state,
wlauapun unsur negara lain masih
kental dibelakangnya.
Perusahaan-perusahaan
multinasional dianggap sebagai
ancaman bagi di negara tempat ia
berada. Namun, meskipun
demikian, pemerintah
negara-negara tersebut tetap saja saling
berlomba-lomba (bidding wars)
untuk menarik investor agar mau
menanamkan modalnya di negara
mereka dalam bentuk Foreign
Direct Investment. Kehadiran
Perusahaan Multi Nasional atau
MNC khususnya dalam hal pada
bidang migas, terkadang memang
membawa keuntungan dan
kerugian. Hal inilah yang menjadi
perdebatan antara pihak-pihak
yang pro dan kontra atas
kehadiran Perusahaan
Multinasional di negara mereka.48
48
Anissa Mardiana, Pengaruh Kehadiran Perusahaan Multinasional Dunkin’Donuts di Indonesia, dalam
http://annisamardiana.wordpress.com/2011/01
/25/pengaruh-kehadiran-perusahaan-Pihak yang kontra
berpendapat bahwa Perusahaan
Multinasional dalam praktiknya
membawa lebih banyak kerugian
daripada keuntungan bagi negara
mereka. Salah satu isu yang paling
kontroversial mengenai kehadiran
MNC, terutama di negara-negara
berkembang, adalah isu mengenai
outsourcing. Selain itu, terkadang
kedaulatan nasioal juga
tergadaikan dengan adanya upaya
MNC untuk masuk ke dalam
negara tersebut. Upaya alih
teknologi yang pada mulanya
diisukan sebagai keunggulan dari
masuknya perusahaan
multinasional di negara-negara
berkembang ternyata tidak
terbukti. Di samping itu, masih
banyak lagi reaksi-reaksi negatif
lainnya yang bermunculan akibat
masuknya perusahaan
multinasional di negara-negara
dunia ketiga.49
Oleh karena itu, penulis
mencoba untuk menganalisis
perusahan-perusahaan asing atau
MNC yang berada di Indonesia
serta pengaruhnya terhadap
kebijakan-kebijakan Pemerintah
multinasional-dunkindonuts-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 5 Maret 2012.
49
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 168
yang dalam hal ini berimplikasi
terhadap perekonomian Indonesia.
Tinjauan Teoritis
Globalisasi adalah suatu
proses menjadikan sesuatu (benda
atau perilaku) sebagai ciri dari
setiap individu di dunia ini tanpa
dibatasi oleh wilayah. Sebenarnya,
globalisasi belum memiliki definisi
yang pasti karena mencakup
banyak aspek dan kekomplekan
sifatnya, sehingga bergantung dari
sisi mana orang melihatnya.50
Sebagai bukti, ada yang menyebut
globalisasi di bidang budaya atau
di bidang ekonomi, atau di bidang
informasi dan sebagainya.
Dampak dari adanya globalisasi ini
amat banyak dan beragam. MNC
atau multinational corporationyang
di dalam bahasa Indonesia dikenal
sebagai perusahaan multinasional
adalah salah satunya.
Perusahan Multinasional
atau Multi National Corporation
adalahperusahaan yang memenej
pembangunan produksi atau
meyampaikan layanan di paling
50
Adi Nugroho, Dampak-Dampak Negative Perusahaan Multinasional (MNC) Serta Penanggulangannya, dalam
http://adinugroho5.wordpress.com/2010/11/18 /dampak-dampak-negative-perusahaan-multinasional-mnc-serta-penanggulangannya/. Diakses tanggal 5 maret 2012.
tidak dua negara.Perusahaan ini
sangat besar dan memiliki
anggaran yang melebihi anggaran
banyak negara.Mereka mampu
memiliki pengaruh kuat dalam
hubungan internasional, memiliki
pengaruh ekonomi besar di distrik
perwakilan para politisi, maupun
sumber daya keuangan luas yang
tersedia untuk hubungan
masyarakat dan lobi politik.51MNC
tersebut mempunyaibeberapa
karakteristik, yaitu adalah:52
a) Membentuk afiliasi di luar
negeri.
b) Visi dan strategi mendunia
(global).
c) Kecenderungan memilih
jenis kegiatan bisnis
tertentu.
d) Menempatkan afiliasi di
negara-negara maju.
Dalam perkembangannya,
disamping memberikan manfaat
bagi perekonomian suatu negara
ternyata perusahaan multinasional
juga turut berperan sebagai
penghambat karena dampak
negatif yang
51
Ade Priangani, Bahan Ajar Mata Kuliah Politik Bisnis Internasional Hand Out 3, Hubungan Internasional FISIPUniversitas Pasundan, Bandung. Hlm.2
52
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 169
ditimbulkannya.Indonesia sebagai
salah satu negara yang berdaulat
yang berusaha memakmurkan
rakyatnya juga tidak bisa menutup
mata terhadap adanya perusahaan
multinasional ini. Apalagi di sektor
migas, dimana minyak merupakan
merupakan sumber energi yang
penting, sehingga
perusahaan-perusahaan asing tersebut datang
ke Indonesia untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya.
Bahwa minyak merupakan
sumber dayaa lam yang sangat
potensial menggerakkan politik
suatu Negara dan menjadi sumber
konflik. Lebih jauhd ijelaskan pula
bahwa politik kontemporer yang
dikarenakan oleh minyak bukan
merupakan hal sederhana yang
menunjukkan kepada actor Negara
tetapi meluas pada ekonomi yaitu
gabungan aktor non negara
(perusahaan raksasa).53 Sehingga
oil politics tersebut mempengaruhi
empat bidang secara luas yaitu :
kebijakan politik luar negeri suatu
negara, lingkungan hidup,
pembangunan dan konflik.54
53
St. Anthony’s International Review Vol. 2 No. 1 May 2006. The International Politics of Oil.Dalamhttp://repository.unhas.ac.id/bitstrea m/handle/123456789/189/SKRIPSI%20perbai kan%20bu%20seni.doc?sequence=2
54
Ibid.
Kedudukan kritis minyak
dalam keseimbangan energy dunia
serta ketidak merataan distribusi
sumber-sumbernya, membuat
minyak tampil sebagai satu jenis
komoditi yang baik secara
ekonomis, politis bahkan stategis
sedemikian pentingnya. Minyak
dunia merupakan sesuatu hal yang
kompleks karena selain tingkat
kebutuhannya yang tinggi, para
pemain di sektor ini termasuk
skala besar baikd itingkat bisnis
(perusahaan minyak raksasa)
maupun kekuatan geopolitik suatu
negara. Hal ini menimbulkan
beberapa model analisa dengan
melihat minyak sebagai dasar
penggerak suatu perpolitikan.
Qystein Noreng dalam
bukunya“Minyak Dalam Politik”
berpendapat: Didalamnya terdapat
politik penentuan harga dan
kendali pengadaannya (baca
:minyak) sering kali menjadi
sumber ketegangan internasional
yang begitu eksplosif. Singkatnya,
minyakmempunyai satu hubungan
fungsional dengan berbagai issue
penting dalam tertib kehidupan
manusia. Sejak hamper semua
negara di dunia menjadi pengimpo
rminyak sekaligus
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 170 konsumsi dan kebutuhan energi
mereka pada minyak impor, tak
dapat dihindarkan bahwa harga
dan proses pengendaliannya telah
mempengaruhi kemandirian
ekonomi dan kebijaksanaan politik
luar negeri semua Negara
tersebut.55
Faktor-faktor inilah yang
menyebabkan banyaknya
perusahaan asing khususnya di
sektor perminyakan, sangat
mempengaruhi kebijakan domestik
maupun luar negeri suatu negara,
dalam kasus ini adalah Indonesia,
dan secara langsung berimplikasi
terhadap perekonomian Indonesia.
Pembahasan
Pada era 1979, Indonesia
disebut negara boom
minyak,dimana pada saat itu
Indonesia memiliki banyak minyak,
dan juga ditandaidengan pecahnya
revolusi Iran. Pada Januari 1981,
harga minyak mencapai titik
tertinggi pada masanya yakni di
atas US$ 35/barel dan kemudian
merosot. 1982 perekonomian
global mulai mengalami stagnasi
dan memasuki resesi memilukan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
55
QysteinNoreng. Op. Cit. Hlm. 33.
terpukul oleh dua kekuatan, yakni
penurunan konsumsi energi
secara global yang berakibat
turunnya permintaan akan minyak
Indonesia dan menyusutnya pasar
dunia bagi komoditas
non-migasnya.56 Selama dekade boom
minyak, Pertamina
mengimplementasikan sistem
pajak minyak yang efektif melalui
sebuah sistem yang di kenal
sebagai “pembagian produksi”
yang menjamin bahwa sebagian
besar keuntungan pendapatan dari
harga tinggi masuk ke Indonesia.
Perusahaan minyak diberi hak
eksploitasi sebagai imbalan atas
kontrak dimana pendapatan dibagi
berdasarkan atas perjanjian
sebelumnya, yakni 15 % untuk
Pertamina dan selebihnya
perusahaan asing.57Inilah yang
menjadi awalnya masuknya
orang-orang asing yang justru lebih
menguntukan terhadap pihak
perusahaan asing dibanding
dengan pertamina yang beralasan
tidak mampu mengelola kilang
minyak yang ada di Indonesia.
56
Radius Pramiru, Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi. (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004). Hlm. 324
57
Hal Hill, Ekonomi Indonesia Edisi ke 2,
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 171
Ada banyak hal yang perlu
diperiksa terkait politik energi
nasional, sebuah wilayah gelap
yang menyimpan begitu banyak
rahasia. Di dalamnya tersembunyi
relasi-relasi kepentingan
perusahaan-perusaahan migas
asing, negara-negara kaya,
lembaga-lembaga keuangan
dunia, para broker minyak, dan
pemerintah.Meskipun negeri kita
kaya minyak, kenyataannya
pemodal asing lah yang
menguasai sumur-sumur minyak
yang tersebar dinegeri ini.
Sebanyak 85,4% konsesi
pengelolaan migas nasional
dikuasai perusahan asing. Yang
terbesar dikuasai Exxon Mobil,
Vico, Conoco Philips, Chevron dan
British Petroleum. Keenam
perusahan itu menguasai 90
persen total produksi minyak
Indonesia.
Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut
menguasi minyak Indonesia lewat
skenario kontrak bagi hasil atau
production sharing contract (PSC).
Selama ini pemerintah mengklaim
mendapat bagian yang lebih besar
dalam kontrak bagi hasil migas,
yaitu sebesar 85%, sementara
perusahaan swasta (kontraktor
kontrak kerja sama/KKKS) yang
mayoritas perusahaan migas asing
hanya mendapat 15%.58
Dalam hal ini, negara justru
mendapat porsi lebih kecil.
Contohnya pada produksi minyak
tahun 2005. Sebelum dipotong
cost recovery, BP-MIGAS
mencatat angka lifting minyak
2005 adalah 364.376.000 barel.
Dengan harga rata-rata minyak
mentah di tahun itu 60 dollar AS
per barel, total pendapatan dari
lifting minyak 2005 sebesar 21,8
miliar dollar AS. Setelah dipotong
cost recovery untuk KKKS sebesar
4,19 miliar dollar AS, sisa
pendapatan migas yang harus
dibagi hasil 17,61 miliar dollar AS.
Dari bagi hasil di tahun itu,
pemerintah mendapat 10,6 miliar
dollar AS dan KPS 7,04 miliar
dollar AS. Dengan demikian,
sistem bagi hasilnya pemerintah
mendapat 48,62 persen,
sementara KKKS mendapat 51,5
persen.59
Terdapat sejumlah
kontraktor migas asing, seperti
Total, Conoco Philips, ExxonMobil
58
George Hormat, 2008,
KontraktorAsingMinyakBagiHasil,
dalam http://nttzine.com/articles/energi- ecology/79-kontraktor-minyak-asing-bagi-hasil-cost-recovery.html.diakses 07 Maret 2012.
59
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 172
Oil, Cevron Pacific Indonesia, BP
dan Cynox Oil Company, yang
ditemukan oleh Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK),
membuat negara merugi Rp 27
triliun. Kerugian dihasilkan oleh
penggelembungan biaya produksi
minyak yang ditagihkan sebagai
Cost Recovery.60 Misalnya, salah
satu kontraktor mengklaim biaya
sewa mesin generator ke anak
usahanya sendiri senilai 80 juta
dollar AS per tahun. Dari situ
negara rugi 30 juta dollar AS per
tahun. Dari pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) di Depkeu, sejak
2005 hingga 2007, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK)
menemukan ada dana sebesar Rp
39,9 triliun yang tidak dibayarkan
perusahaan asing kepada
pemerintah dan diklaim sebagai
cost recovery. Temuan lain berupa
penerimaan migas yang tidak
tercatat dan dibelanjakan tanpa
melalui mekanisme APBN.
Jumlahnya mencapai Rp 120,3
triliun.61
60Cost Revovery
adalah pembebanan biaya produksi yang dikeluarkan kontraktor migas kepada pemerintah. Jadi setelah produksi minyak mulai berjalan, sebagian hasilnya menjadi jatah kontraktor sebagai ganti biaya yang telah dikeluarkan selama eksplotiasi.
61
Ibid.
Melalui skenario bagi hasil
dengan cost recovery-nya, para
pemodal asing itu meraup
keuntungan besar dari lonjakan
harga minyak. Beberapa contohs
eperti Chevron, Exxon Mobil,
British Petroleum dan Total
meraup keuntungan
masing-masing 18,6 miliar dollar AS, 40,6
miliar dollar AS, 31,3 miliar dollar
AS, dan 17,7 miliar dollar AS.
Ironisnya, hal itu terjadi ketika
pada saat yang sama, dan oleh
sebab yang sama, APBN
mengalami defisit, industry dalam
negeri kembang-kempis dan
rakyat harus berhadapan dengan
kenaikan harga BBM dan kenaikan
harga berbagai kebutuhan hidup
sebagai dampakl anjutan.
Simpulan
Masuknya perusahaan
asing ke Indonesia khususnya di
sektor perminyakan ternyata cukup
memberikan dampak terhadap
perekonomian Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah
yang selama ini diterapkan justru
memberikan keleluasaan bagi
perusahaan asing tersebut di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dengan keuntungan yang sangat
perusahaan-Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 173
perusahaan asing tersebut
dibanding dengan pendapatan
yang didapat oleh negara untuk
kesejahteraan rakyat.
Disatu sisi Pemerintah juga
tidak dapat menutup mata dan
menolak kehadiran
perusahaan-perusahaan asing tersebut karena
memang keadaan ini merupakan
efek dari berkembangnya
perekonomian dunia yang
cenderung kapitalis. Adanya
ancaman pengucilan dari dunia
internasional apabila Indonesia
melarang masuknya
perusahaan-perusahaan asing ini masuk ke
Indonesia juga menjadikan hal
yang dilematis bagi Indonesia
dalam mengambil kebijakan
tersebut. Selain itu, Perusahaan
asing juga memberikan
dampak-dampak positif terhadap Indonesia
walaupun tidak sebesar dampak
negatif yang di timbulkan oleh
perusahaan asing tersebut.
Oleh karena itu, perlu
diambil sebuah kebijakan yang
terukur dan jelas serta tegas oleh
Pemerintah dalam mengatur
dominasi perusahaan asing atau
MNC tersebut.
Kebijakan-kebijakan tersebut harus dapat
menanggulangi dan
meminimalisasi dampak-dampak
negatif yang ditimbulkan. Ada
beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan pemerintah dalam
mengambil kebijakan yang tepat
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 174 DAFTAR PUSTAKA
Hill, Hal. 2002. Ekonomi Indonesia Edisi ke 2.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Noreng, Qystein. 1983.
Minyak Dalam Politik.
Jakarta: CV Rajawali.
Pramiru, Radius. 2004.Pergulatan Indonesia
Membangun Ekonomi.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Bataviase.Saudi Aramco diajak bangun kilang,
dalam
http://repository.unha s.ac.id/bitstream/hand le/123456789/189/SK RIPSI%20perbaikan %20bu%20seni.doc? sequence=2diakses
tanggal 5 Maret 2012
Mardiana, Annisa.Pengaruh Kehadiran
Perusahaan
Multinasional Dunkin’ Donuts di Indonesia,
dalam
http://annisamardiana .wordpress.com/2011
/01/25/pengaruh-
kehadiran- perusahaan- multinasional- dunkindonuts-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 5 Maret 2012
Nugroho, Adi. Dampak-Dampak Negative Perusahaan
Multinasional (MNC) Serta
Penanggulangannya, dalam
http://adinugroho5.wo rdpress.com/2010/11/ 18/dampak-dampak- negative-perusahaan- multinasional-mnc-
serta-penanggulangannya/. Diakses tanggal 5 maret 2012
St. Anthony’s International Review Vol. 2 No. 1 May 2006. The
International Politics of Oil. Dalam