• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEK ARUN DALAM KONTEK SYARIAT ISLAM DI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEK ARUN DALAM KONTEK SYARIAT ISLAM DI A"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEK ARUN DALAM KONTEK SYARIAT ISLAM DI ACEH Oleh: Dr. Munadi Usman, MA1

A. PENDAHULUAN

Aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang diberi wewenang penuh

untuk melaksanakan syariat Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, tidak

terkecuali dibidang ekonomi. Wewenang ini diberikan atas dasar desakan masyarakat Aceh

kepada pemerintah pusat melalui berbagai upaya massif seperti diplomasi, demontrasi bahkan

perang mengangkat senjata. Lalu secara bertahap pemerintah pusat menyetujui permintaan

tersebut dengan memberikan wewenang terbatas pelaksanaan syariat Islam dalam bidang

tertentu, dan terakhir disetujui pelaksanaan secara total (kaffah).

Sebagai payung hukum pelaksanaan syariat Islam di Aceh, pemerintah telah

menerbitkan beberapa regulasi seperti Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1991 Tentang

Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Pada Pasal 4 ayat 1

undang-undang ini disebutkan: “Penyelenggaraan kehidupan beragama di Daerah diwujudkan

dalam bentuk pelaksanaan syariat Islam bagi pemeluknya dalam bermasyarakat.” Kemudian

pada Pasal 6 disebutkan: “Daerah dapat menetapkan berbagai kebijakan dalam upaya

pemberdayaan, pelestarian, dan pengembangan adat serta lembaga adat di wilayahnya yang

dijiwai dan sesuai dengan syariat Islam.”

Pada tahun 2001, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada pasal 25 ayat 1-3 undang-undang ini

disebutkan;

1

(2)

2

(1) Peradilan Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai bagian dari sistem peradilan nasional dilakukan oleh Mahkamah Syar‟iyah yang bebas dari pengaruh pihak mana pun.

(2) Kewenangan Mahkamah Syar‟iyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan

atas syariat Islam dalam sistem hukum nasional, yang diatur lebih lanjut dengan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

(3) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan bagi pemeluk agama Islam.

Terakhir pada tahun 2006 pasca penandatanganan MOU Helsinki, pemerintah

menerbitkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh. Pada Bab

XII undang-undang ini secara khusus di atur tentang pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Pada

Pasal 125 ayat 1-2 disebutkan:

(1) Syari‟at Islam yang dilaksanakan di Aceh meliputi aqidah, syar‟iyah dan akhlak.

(2) Syari‟at Islam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ibadah, ahwal al

-syakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum pidana), qadha‟ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar, dan pembelaan Islam.

Melalui tiga undang-undang tersebut, pelaksanaan syariat Islam di Aceh secara sah

berlaku dalam berbagai bidang, termasuk bidang muamalah (hukum perdata). Dengan

sendirinya provinsi Aceh menjadi wilayah dengan basis hukum Islam, sebagai hukum positif

yang berlaku bagi masyarakat dan para pihak yang melakukan aktivitasnya di Aceh.

Pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe dalam wilayah

hukum Provinsi Aceh perlu mempertimbangkan aspek syariat Islam. KEK dan syariat Islam

sebenarnya tidak saling bertentangan, bahkan keduanya memiliki kolerasi yang erat satu

sama lain. Perekonomian merupakan salah satu subtansi hukum Islam yang harus dipahami

dan diamalkan oleh umat Islam untuk mewujudkan kesejahteraan hidup. Namun hukum

Islam memandang kegiatan perekonomian bukanlah suatu yang bebas nilai, melainkan ada

etika dan moral yang harus diterapkan supaya setiap usaha yang dilakukan dapat

(3)

3 B.Asas Hukum Islam Tentang Ekonomi

Islam sebagai agama rahmatan lil‟alamin (rahmat bagi alam semesta) merupakan

seperangkat aturan yang mengatur setiap aspek kehidupan manusia. Secara umum hukum

Islam mengatur dua hal, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan („ubudiyyah) dan hubungan

manusia dengan manusia lain serta lingkungan (muamalah). Islam mengatur kedua persoalan

tersebut supaya dapat berjalan dengan semestinya dan tidak menimbulkan ketimpangan

sehingga merugikan manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Hukum Islam memiliki dua sumber utama yaitu Alquran dan Hadist yang memuat

nilai-nilai universal yang menjadi pedoman dalam berinteraksi sesama manusia, termasuk

dalam bidang muamalah (perekonomian). Daya jangkau teks Alquran dan Hadis yang luas

selalu tepat untuk diimplikasikan dalam kehidupan nyata. Dalam bidang perekonomian, sejak

awal umat Islam diwajibkan mencari harta yang halal melalui usaha-usaha yang sah. Allah kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari pada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah (2) : 188)

Ayat di atas menegaskan bahwa umat Islam harus mengusahakan harta secara sah,

bukan secara bathil dan menghalalkan segala macam cara untuk memperoleh harta. Wahbah

Zuhaili menjelaskan bahwa usaha harta secara bathil adalah tindakan menyimpang seperti

mencuri, menipu, merampas dan lain sebagainya. Ayat tersebut juga melarang tindakan

menyogok hakim agar memenang dirinya atas kasus harta (perdata) yang diperselisihkan

(4)

4 bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2) : 168)

Melalui ayat ini Allah Swt memerintahkan kepada manusia supaya mencari harta

yang halal dan baik (untuk dikonsumsi atau digunakan), tidak semua harta yang halal itu

berarti baik dikonsumsi, akan tetapi harta yang paling baik adalah yang halal sekaligus tidak

menimbulkan dampak negatif jika mengkonsumsinya, seperti muncul penyakit, merusak

fisik, gangguan akal, dan lain sebagainya.

Melalui ayat tersebut, Allah juga memerintahkan kepada manusia mencari karunia

Allah di muka bumi ini dengan berbagai bentuk usaha, seperti bertani, nelayan, berdagang,

membuka industri, ekplorasi sumber daya alam dan lain sebagainya. Setiap usaha tersebut

harus dilakukan secara halal dan sah. Manusia jangan terpedaya dengan ajakan dan bisikan

setan untuk mencari harta dengan jalan yang haram.

Dalam beberapa hadis juga ditemukan tentang ketentuan untuk mencari harta yang

halal. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah bersabda:

َقْيِلَخ ُنْسُح َو ،ٍثْيِدَح ُقْد ِص َو ،ٍةَناَمَأ ُظْف ِح :اَيْنُّدلا َنِم َلَتاَف اَم َلْيَلَع َلاَف َلْيِف َّنُم اَذِإ ٌعَب ْرَأ

ٍةََََْْ ِف ٌةَّفِع َو ،ٍة

Artinya: “Empat perkara bila keempatnya ada padamu maka tidak mengapa yang

terlewatkanmu dari perkara duniawi: menjaga amanah, ucapan yang jujur, akhlak

yang baik, dan menjaga (kehalalan) makanan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani)

Hadis di atas menjelaskan bahwa ada empat hal yang sangat berharga dalam

(5)

5

selalu berkata jujur, mempunyai akhlak yang baik dan memiliki harta dan makanan yang

halal. Jadi harta yang halal merupakan barang berharga bagi setiap mukmin, yaitu harta yang

diperoleh lewat usaha yang halal dan sah. Harta yang halal tersebut jauh lebih berharga

dibandingkan perhiasan dunia yang lain.

Dalam mengusahakan harta yang halal, motivasi dan dorongan dari isteri sangat

penting dilakukan. Isteri sebagai konco winking bagi suami dalam keluarga harus mampu

mencegah suaminya berusaha yang haram. Hal ini sebagaimana dilakoni oleh para isteri dari

para salafusshalih. Bila suami mereka keluar dari rumah untuk bekerja, merekapun berpesan:

ِراَّنلا َىلَع ُرِبْصَن َلا َو ِع ْوُجْلا ىَلَع ُرِبْصَن اَّنِإَف ،ِماَرَحْلا َبْسَم َو َكاَّيِإ

Artinya: Jauhi olehmu penghasilan yang haram, karena kami mampu bersabar atas rasa

lapar tapi kami tak mampu bersabar atas neraka.”

Pelajaran seperti ini penting dan patut dipedomani oleh umat Islam zaman sekarang,

khususnya para isteri. Mereka harus senantiasa mendorong suaminya supaya berusaha secara

halal, bukan sebaliknya mendorong dan mendesak suami untuk mengumpulkan harta

sebanyak-banyaknya tanpa peduli sumbernya halal atau haram. Perilaku isteri yang seperti ini

akan menjerumuskan suami dan keluarganya ke dalam api neraka.

Berdasarkan ketentuan yang terkandung dalam dalil di atas dapat dipahami bahwa

mencari harta yang halal merupakan kewajiban untuk setiap muslim, tentu melalui

usaha-usaha yang halal dan sah. Mereka akan disiksa oleh Allah jika mengabaikan masalah ini,

karena memakan harta yang haram mengakibatkan tubuhnya dibakar api neraka.

Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw bahwa setiap daging yang tumbuh dari harta

haram, maka neraka yang lebih patut baginya. (HR. Ahmad).

Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul Qashidin menjelaskan tentang

ketentuan mencari harta, bahwasanya mencari yang halal adalah fardhu ain atas setiap

(6)

6

yang halal setiap waktu, dan tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu datangnya tanpa

usaha. Para nabi merupakan orang paling dekat dengan Allah, namun mereka juga bekerja

untuk memperoleh harta yang halal.

Diriwayatkan bahwa Nabi Daud As bekerja sebagai tukang besi untuk bisa menafkahi

keluarganya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadis; Tidak

ada seorangpun memakan makanan yang lebih bagus dari memakan dari hasil kerja

tangannya sendiri dan Nabiyyullah Dawud dahulu memakan dari hasil kerja tangannya

sendiri.” (HR. Al-Bukhari). Dalam hadis yang lain beliau juga mengisahkan tentang

pekerjaan Nabi Zakariyya sebagai tukang kayu. Beliau bersabda:

ا ًراَّجَن ُءاَّي ِرَم َز َناَم

Artinya: Zakariyya adalah seorang tukang kayu.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Menurut Imam Nawawi, hadis tersebut menjelaskan tentang keutamaan Nabi Zakaria

yang memakan hasil kerjanya sendiri. Keadaannya sebagai nabi tidak menghalangi untuk

berprofesi sebagai tukang kayu. Bahkan dengan itu, beliau memberi contoh kepada umat

tentang kewajiban berusaha mencari harta. Dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw

menegaskan bahwa salah seorang di antara manusia yang mencari seikat kayu bakar dan

mengangkat ke atas punggungnya lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang lain, lalu

orang memberi atau (mungkin) tidak memberinya. (HR. Malik, Al-Bukhari, Muslim,

At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i dari Abu Hurairah).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bekerja dalam Islam merupakan suatu

hal yang mulia. Manusia dapat mengusahakan harta lewat berbagai bentuk usaha baik micro

maupun makro, tergantung kemampuan seseorang dari segi skill dan modal. Agama Islam

membuka peluang seluas-luasnya untuk memilih suatu pekerjaan atau profesi asalkan tidak

(7)

7

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun, Lhokseumawe sebagaimana tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2017 yang terdiri dari 5 zona yaitu pengolahan ekspor,

logistik, industri, energi dan pariwisata, merupakan suatu peluang pekerjaan dan

pengembangan ekonomi umat. Semua zona tersebut secara lahiriah tidak bertentangan

dengan ketentuan Islam, sejauh sistem pengelolaan dan produk yang dihasilkan berstatus

halal dan sah. Hukum Islam hanya membatasi usaha-usaha yang mengandung unsur

manipulasi, produksi barang haram yang membahayakan bagi lingkungan dan masyarakat.

Pemanfaatan lokasi strategis untuk perekonomian dalam pandangan Islam justeru perlu

dilakukan supaya memperoleh hasil yang maksimal dan signifikan.

C.Etika Investasi Dalam Islam

Setelah membahas asas hukum Islam tentang ekonomi, maka pada bagian ini penulis

akan menjelaskan tentang etika investasi dalam Islam. Permasalahan ini urgen disinggung

dan dibahas dalam kontek pemberlakuan KEK Arun Lhokseumawe, karena program tersebut

secara geofrafis berada di wilayah hukum Propinsi Aceh yang telah mendeklarasikan diri

sebagai negeri Syariat Islam. Maka setiap investasi di Aceh, apapun bentuknya tidak boleh

mengabaikan aspek etika dan moral agama yang dianut masyarakat setempat.

Pertimbangan terhadap kondisi masyarakat merupakan wujud dari penghormatan

terhadap kearifan lokal yang harus dilakukan oleh pihak manapun, demi menjaga dan

menghindari gejolak dari masyarakat yang sewaktu-waktu bisa bergerak secara massif bila

aspirasi mereka diabaikan. Di samping itu, perubahan paradigma dan motivasi investasi

dewasa ini juga telah terjadi. Investasi tidak saja dipandang sebagai kegiatan yang

memberikan kepuasan finansial atau tingkat pengembalian yang tinggi, namun juga kepuasan

(8)

8

investasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, karena menggunakan

pertimbangan etika (ethical screening). (Nafis Irkami: 3).

Terjadinya beberapa kali krisis ekonomi dunia, oleh banyak pihak menyakini adanya

pengaruh oleh unsur spekulasi dalam perilaku investasi konvensional. Sebagai contoh, great

depression pada tahun 1930-an diawali dengan spekulasi besar-besaran di wall street. Selain

itu, devaluasi poundsterling pada tahun 1967dan krisis mata uang Frank pada tahun 1969, dan

terakhir devaluasi Bath Thailand menyebabkan penarikan investasi besar-besaran di pasar

modal yang kemudian menimbulkan krisis ekonomi. Hal-hal tersebut, menurut Esta,

membawa kesadaran bagi investor akan pentingnya investasi yang lebih etis. (Esta Lestari,

2008: 171).

Filosofi perilaku investasi ekonomi konvesional yang pada mulanya lebih dituntun

oleh kekuatan pasar memiliki perbedaan mendasar dengan filosofi ethical investment yang

lebih mengedepankan etika. Pilihan-pilihan serta bentuk-bentuk penilaian investasi

seharusnya tidak hanya didasarkan kepada dua pertimbangan pokok, yaitu risiko dan

pengembalian (return), namun juga karakteristik dari perusahaan yang diinvestasikan. Hal

ini meliputi bentuk barang dan jasa yang diproduksi, lokasi bisnis, dan cara bagaimana

kegiatan perusahaan dioperasikan.

Kriteria ethical investment secara umum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu

positif dan negatif. Kriteria positif dimaksudkan sebagai kegiatan investasi yang ramah atau

peduli lingkungan. Sedangkan investasi etis yang negatif dimaksudkan bahwa perusahaan

tidak bergerak dalam industri atau sektor yang tidak diperbolehkan secara moral, seperti

minuman keras, tembakau, perjudian, atau pornografi.

Sekalipun sama-sama memiliki konsep ethical investment dalam versi Barat

dan Islam, namun keduanya memiliki epistemologi yang berbeda. Secara normatif

(9)

9

berbasis keuntungan materi, namun juga immateriil. Di samping itu, fiqh tentang lingkungan

(ekologi) dan fiqh ekonomi-sosial (ekososial) juga telah menjadi pembahasan sejak lama.

Hanya saja, harus diakui bahwa dunia Islam masih tertinggal jauh dalam tataran praktis.

Atas dasar itu, maka konsep Islamic ethical investment yang berkaitan dengan

konstruksi analisis ethical investment perlu dipertimbangkan sebagai instrumen dalam proses

screening investasi, serta mengenai konsep analisis investasi Islami terhadap risiko dan

pengembalian. Pola investasi semacam ini sudah marak pada pasar modal syariah semenjak

tahun 1970-an. (Rodney Wison, tt: 1325). Konsep ini awalnya datang dari negara-negara

Barat yang mengembangkan investasi khusus bagi konsumen atau investor yang sangat

spesifik, di mana mereka sangat peduli pada bentuk investasi yang dapat

dipertanggungjawabkan secara sosial.

Islamic ethical investment merupakan bagian dari kegiatan investasi yang

mempertimbangkan nilai-nilai etika dan agama. Sebagaimana ethical investment, investasi ini

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan memperoleh

pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih yang dapat dipertanggungjawabkan

secara religius. Dengan demikian, pemenuhan nilai-nilai syari’ah menjadi tujuan utama.

Perbedaan pokok Islamic ethical investment dengan investasi konvensional adalah

dalam operasionalnya, dan yang paling mendasar adalah pada proses screening dalam

menyusun portofolio. Filterisasi berdasarkan syari’ah ini mencakup aspek kualitatif dan

kuantitatif. Screening pada aspek kualitatif meliputi penilaian terhadap content assets; 1)

apakah perusahaan bergerak dalam sektor yang dilarang atau tidak; 2) apakah dalam

prakteknya menggunakan unsur-unsur riba; 3) apakah prakteknya mengandung maysir dan

gharar. Proses ini akan menyingkirkan berbagai saham yang memiliki aktifitas haram seperti

(10)

10

Sedangkan screening pada aspek kuantitatif mempertimbangkan hal-hal seperti debt

and equity ratio dan valuasi atas hasil appraisal bisnis yang bersangkutan. (Esta Lestari,

2008: 175). Selain kedua proses screening tersebut, proses filterisasi dengan Islamic ethical

investment masih dilanjutkan dengan pemenuhan kewajiban moralitas lainnya seperti charity

(derma). Karena itu konsep islamic ethical investment seringkali disejajarkan dengan Social

Responsible Investment (SRI). Penyejajaran tersebut setelah mempertimbangkan tujuan

utama dari kedua kegiatan yang sama-sama menggabungkan antara orientasi keuntungan dan

moralitas. Umumnya SRI berkaitan dengan saham di perusahaan. Secara tradisional, fund

manager akan memilih saham-saham murni berdasarkan atas kinerja keuangan perusahaan.

Namun akhir-akhir ini, mereka mulai memasukkan pertimbangan lingkungan dan sosial

dalam putusan-putusan investasinya. (Nafis Irkhami, tt: 6)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi syari’ah memiliki

pertimbangan etika yang kuat dalam menjalankan investasi terkait produk yang dihasilkan

maupun prosesnya. Sistem investasi syari’ah harus melalui screening dan filterisasi terhadap

kegiatan investasi supaya tidak mengabaikan aspek moralitas. Maka model investasi seperti

ini yang relevan dilakukan dalam program KEK Arun Lhokseumawe dalam kontek

pemberlakuan syari’at Islam di Aceh.

D. Kesimpulan

Dalam perspektif Islam, kegiatan investasi merupakan suatu perintah untuk

mewujudkan kesejahteraan umat. Namun dalam prakteknya setiap bentuk investasi harus

melalui proses screening dan filterisasi terkait content asset dan proses produksi yang

dilakukan supaya tidak bertentangan dengan nilai etika atau moral Islam. Dalam pandangan

(11)

11

usahakan yang dilakukan, namun yang lebih penting adalah usaha tersebut berstatus halal dan

sah.

Terkait status KEK Arun Lhokseumawe yang telah disetujui oleh pemerintah

merupakan suatu peluang investasi yang cukup besar bagi pengembangan ekonomi umat.

Sektor yang ingin dikembangkan berupa industri minyak dan gas, pelabuhan, petrokimia, dan

pariwisata merupakan bentuk-bentuk investasi yang secara lahiriah tidak bertentangan

dengan syariat Islam, namun demikian terkait sistem operasional dan produksi harus

diperhatikan supaya tidak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam. Dengan

demikian keberadaan KEK Arun, Lhokseumawe akan mendapat apresiasi dan dukungan dari

masyarakat Aceh.

DAFTAR BACAAN

Esta Lestari, Perbandingan Kinerja Pasar Modal Syari‟ah dan Konvensional di Indonesia: Pendekatan Volatilitas,” dalam Jusmaliani (ed.), Investasi Syari‟ah, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008.

Ibnu Qudamah, Mukhtashar Minhajul Qashidin, Beirut: Dar al Kutub, 2001.

Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.

Mustafa Kamal, Wawasan Islam dan Ekonomi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997.

Nafis Irkhami, Investasi dalam Perspektif Etika Islam, tt

Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib, Jakarta: Pustaka Sahifa, tt.

Qadri, Azizy A. Membangun Pondasi Ekonomi Umat, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004.

Rodney Wison, Islamic Finance and Ethical Investment, dalam International Journal of Social Economics, 24 (11)

Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid 2, 2010, Damsyiq: Dar Al-Fikr

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan model sistem dinamik diharapkan dapat menentukan preskripsi pengaturan hasil pada hutan tidak seumur yang optimal dipandang dari aspek kelestarian produksi, dan aspek

Menurut Liggio (1974) dalam Ramdhani (2012) “ expectation gap adalah perbedaan persepsi antara akuntan independen dengan pemakai laporan keuangan auditan mengenai

Dalam kasus pesan Anda telah ditolak dengan “550 restricted characters in address” dalam pesan penolakan itu berarti alamat penerima berisi karakter yang tidak diterima

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah kombinasi ekstrak metanolik daun kenikir ( Cosmos caudatus Kunth.) dan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

kesesuaian antara pilihan karir dengan jurusan/prodi yang ditempuh oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNESA, sebagian besar responden memilih untuk bekerja,

l Peliput: Rachmi WARGA di empat RW di Kelurahan Ulujami, Jakarta Se- latan yang lahannya terkena normalisasi Kali Pesanggrahan mendesak Dinas PU DKI Jakarta segera

Pemerintah Kota Tangerang melihat peluang makin banyaknya urban dari warga tetapi terkendala dengan lahan untuk tempat hunian, oleh sebab itu pemerintah Kota Tangerang