• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2010"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

DI KABUPATEN PASAMAN

TAHUN 2010

Artikel

Oleh :

REFKI MUKHLIZA

0910018412019

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

ABSTRAK

Refki Mukhliza¹, Lis Febrianda², Yuslim¹

¹Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Program studi Ilmu hukum, Universitas Eka Sakti

Email: refkimukliza@yahoo.co.id

Tugas dan wewenang Panitia Pengawas Pilkada diatur dalam pasal 66 ayat (4) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pasal 108 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah bahwa; Masa persiapan pemilihan meliputi pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah, pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS, dan KPPS, dan pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilih. Sistem pemilihan kepala daerah secara langsung sebagai perwujudan demokratisasi pemerintahan. pemerintah daerah juga bertujuan memberikan landasan demokratisasi dalam proses demokrasi, termasuk didalamnya adalah proses Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), sehingga penulis tertarik meneliti Penegakan Hukum Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Pasaman Tahun 2010 dengan rumusan masalah berikut : (1) Bagaimanakah penegakan hukum oleh Panwaslu dalam proses pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010?(2)Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010?(3)Upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan oleh Panwaslu dalam proses pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010?

(3)

ABSTRACT

Refki Mukhliza¹, Lis Febrianda², Yuslim¹

¹Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Program studi Ilmu hukum, Universitas Eka Sakti

Email: refkimukliza@yahoo.co.id

Duties and powers of the Supervisory Committee of the elections provided for in pasal 66 ayat ( 4 ) of Undang-Undang 32 tahun 2004 , pasal 108 ayat ( 1 ) of Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 . Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005 on the Election, Endorsements, Appointment, and Dismissal Regional Head that; election preparation period include notification to the Head of the Regional Council of the expiration of the term of office of planning implementation, including the establishment of procedures and schedule phase of local elections and representative Regional Head , the formation of supervisory committee, PPK, PPS, and KPPS, and notification and monitoring voter registration. System of direct local elections as the embodiment of democratic governance. local government also aims to provide a foundation of democratization in the democratic process, including the process of Regional Head General Election ( Election ), so the authors are interested in researching the Law Enforcement In regional election in Pasaman in 2010 with the formulation of the following issues ( 1 ) How law enforcement by the Supervisory Committee in the process of election of regional heads in Pasaman in 2010? ( 2 ) what are the factors that influence the elections of regional heads in Pasaman in 2010? ( 3 ) What are the efforts made by the Supervisory Committee in the process of election of regional heads in Pasaman in 2010 ?

Keyword : Law enforcement, supervisory committee elections, refkimukhliza, graduate

studies

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dengan bergulirnya Era Reformasi yang menuntut perubahan di segala bidang dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, maka salah satunya adalah dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Adapun maksud ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut adalah untuk merespon ketentuan dalam UUD 1945 yang mengatur tentang pemerintahan daerah, dimana salah satu substansi mendasar

dalam Pasal 18Undang-Undang Dasar 1945;

Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratandalam

sistempemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yangbersifat istimewa.

(4)

praktek-praktek demokrasi yang benar dan baik, maka masyarakat daerah terbiasa dengan demokrasi sehingga akan menjadi pilar bagi pengembangan demokrasi dalam pemerintahan nasional.1

Dengan demokrasi yang dikembangkan dari

buttom up, maka akan tercipta mekanisme

pola hubungan yang seimbang antara pemerintah pusat dengan daerah, karena masyarakat di daerah akan memiliki peluang untuk menyampaikan aspirasi yang mereka miliki, baik yang menyangkut rekrutmen pemilihan kepala daerah, maupun perencanaan pembangunan di daerah.Selain itu dengan adanya masyarakat di daerah juga akan mampu

memberikan kontrol terhadap

pemerintahan, sehingga terbentuk sebuah pemerintahan yang sehat dan seimbang. Namun masyarakat di daerahlah yang berhak dan harus mampu menyatakan dengan tegas bahwa tidak semua yang ditentukan dari pusat itu benar dan sesuai dengan kehendak masyarakat di daerah. Dengan adanya otonomi daerah saat ini, harus dipahami sebagai lahirnya penyelenggaraan pemerintahan daerah yang demokratis dan transparan, baik dalam proses pengisian jabatan maupun pembentukan kebijakan di daerah. Implementasi prinsip-prinsip demokrasi harus tercermin dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak terkecuali dalam proses pemilihan kepala daerah. Sehubungan dengan hal ini maka dalam Pasal 18 ayat (4) Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan bahwa Gubernur, Bupati dan Walikota

masing-masing sebagai kepala

pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Di Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm 14.

yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

Pengesahan Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dijelaskan bahwa dalam proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diatur mengenai persiapan pemilihan, penyelenggaraan pemilihan, penetapan pemilih, pendaftaran dan penetapan pasangan calon, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, penetapan calon terpilih, pengesahan pengangkatan, dan pelantikan, pengawasan dan pemantauan pemilihan, serta pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah. Adapun yang dimaksud dengan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara bersamaan adalah bahwa calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah dipilih secara berpasangan. Pemilihan secara bersamaan ini dimaksudkan untuk menjamin kerja sama yang harmonis antara kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dengan demikian proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia diarahkan dalam suatu pemilihan yang demokratis yang dilakukan oleh rakyat.

Mengingat kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka pengembangan

kehidupan demokrasi, keadilan,

pemerataan, kesejahteraan masyarakat, memelihara hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta antar daerah untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka diperlukan figur kepala daerah yang

mampu mengembangkan inovasi,

berwawasan ke depan dan siap melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

(5)

Bupati oleh DPRD Kabupaten Pasaman sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah bahwa :

Masa persiapan pemilihan meliputi pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa

jabatan perencanaan

penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah, pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS, dan KPPS, dan pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilih.

Tugas dan wewenang Panitia Pengawas Pilkada diatur dalam pasal 66 ayat (4) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pasal 108 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 :

1. Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

2. Menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

3. Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

4. Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada Instansi yang berwenang; dan

5. Mengatur hubungan koordinasi antar Panitia Pengawas pada semua tingkatan.

Dalam hal meneruskan temuan dan laporan yang termaktum dalam tugas dan wewenang Panwas Pilkada pada poin 4 kemudian dapat dibagi menjadi 3 kategori yakni :

1. Temuan dan laporan yang

mengandung unsur pidana,

diteruskan kepada penyidik;

2. Temuan dan laporan yang

mengandung pelanggaran

administrasi diteruskan kepada KPUD

3. Temuan dan laporan yang bukan mengandung unsur pidana dan bukan pelanggaran administrasi, diteruskan kepada Instansi yang berwenang.

Dengan telah ditentukannya secara jelas dan tegas tugas dan wewenang Panwas tersebut maka bagi Panwas pada tiap tingkatan ada pedoman yang dijadikan pegangan dalam pelaksanaan tugas pengawasan Pilkada.

Dalam pemilihan umum Kepala Daerah di Kabupaten Pasaman yang dilaksanakan pada tahun 2010, hasilnya diketahui bahwa pasangan Benny Utama dan Daniel telah dinyatakan sebagai pemenang. Namun dalam penyelenggaraan pemilukada tersebut masih terdapat beberapa penyimpangan atau pelanggaran, seperti penetapan jumlah pemilih, mencuri star kampanye, tata cara pencoblosan, dan penghitungan suara, seperti dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1

Jenis Pelanggaran Pemilukada Kabupaten PasamanTahun 2010

NO Nama

(6)

5.

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

2. pemilih yang terdaftar dalam

(7)

DPS.

2. pemilih yang terdaftar dalam DPS yang tidak

mempunyai NIK.

Sumber : Laporan Tahapan Panwaslu Kabupaten Pasaman Tahun 2010

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa 12 (dua belas) kecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman melakukan pelanggaran pemilihan umum kepala daerah pada tahun 2010 antara lain banyaknya masyarakat yang belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan pemilih yang terdaftar dalam DPS tetapi tidak mempunyai Nomor Induk Kependudukan (NIK) dari yang semula berjumlah 170.906 orang menjadi 172.086 orang dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), sehingga mengakibatkan penambahan jumlah pemilih.

Mengingat bahwa pemilihan umum kepala daerah merupakan masalah yang krusial, maka perlu dilakukan upaya yang sungguh-sungguh dalam penegakan hukum pada penyelenggaraan pemilihan kepala daerah tersebut dan dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul PENEGAKAN HUKUM

OLEH PANWASLU DALAM

PEMILIHAN UMUM KEPALA

DAERAH DI KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2010.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penegakan hukum oleh Panwaslu dalam proses pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi pemilihan umum kepala

daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010?

3. Upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan oleh Panwaslu dalam proses pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum dalam proses pemilihan kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis

faktor-faktoryang memengaruhi

pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya-upaya yang dilakukan oleh Panwaslu dalam proses pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1). Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu hukum, khususnya pengembangan studi hukum tata negara. Melalui penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk kajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum dalam pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman.

2). Manfaat Praktis

(8)

bagi pemerintah dalam merancang kebijakanmengenai proses pemilihan kepala daerah dan bagi masyarakat dapat dilakukan pendidikan politik.

E. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

a. Kerangka Teoritis

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menganut asas demokrasi. Dalam hubungannya dengan pembagian kekuasaan ke dalam berbagai lembaga, maka dapat dikatakan bahwa adanya kekuasaan yang dibagi-bagikan menurut fungsi, wewenang dan kedudukannya atau pemerintahan diktator2. Demokrasi menurut Diamond harus dipandang sebagai fenomena yang berkelanjutan.3 Dari perspektif ini, masa depan demokrasi tiada henti.Elemen-elemen demokrasi akan muncul dan berkembang dalam berbagai tingkatan dan tahapan dengan tingkat kecepatan yang berbeda-beda disetiap negara.4

Dalam perkembangannya yang berkaitan dengan masyarakat, negara dan demokrasi muncul filsuf Thomas Hobbes yang mengatakan bahwa keteraturan masyarakat berasal dari otoritas negara. Negara berasal dari kontrak sosial masyarakat primer yang melimpahkan kedaulatan, kekuasaan untuk mengatur masyarakat. Pendapat ini mengilhami pemikir J.J. Rousseau dalam mengkontruksikan ide kontrak sosial, untuk menyebutkan sebuah konsep negara yang dilandasi perjanjian antara pemerintah dan

2

Moh. Mahfud.MD, 2001, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia,Rineka Cipta, Yokyakarta,halaman. 83.

3

http://rechtboy.wordpress.com/2007/08/24/des entralisasi-pilkada-dan-konsolidasi-demokrasi-lokal/,diakses hari senin tanggal 10 maret 2012 4

Noveri Suman Masayarakat Sipil dan Konsolidasi Demokrasi Daerah,http://cocial peace wordpres-d 2003, diakses Hari Kamis Tanggal 29 Maret 2012.

yang diperintah, atau negara dengan rakyat.5

Untuk memperkaya pemahaman tentang demokrasi, Samuel Huntington yang menyatakan bahwa :

Prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimipin secara kompetitif oleh rakyat yang mereka pimpin. Selanjutnya dikemukakan juga oleh Huntington bahwa sebuah sistem politik disebut demokratis bila para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.6

Dengan menggunakan teori Samuel Huntington diatas, maka tahapan pelaksanaan Pilkada langsung di Indonesia berdasarkan dari pengalaman negara-negara sebelumnya yang telah melaksanakan. Tahapan pelaksanaan Pilkada langsung di Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut;7

1) Pendaftaran dan Penetapan Calon 2) Kampanye

3) Penetapan Daftar Pemilih 4) Pemungutan Suara 5) Penghitungan Suara

6)Penetapan Pasangan Calon

Terpilih, Pengesahan dan

Pelantikan

5

Abdul Bari Azed dan Makmur Amir, 2005, Pemilu & Partai Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, halaman 3.

6

Samuel P. Huntington, 2001,Gelombang Demokratisasi Ketiga, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, halaman. 4-5.

(9)

Perkembangan dari teori politik modern, kontrak sosial kemudian diterjemahkan dalam bentuk dan mekanisme pemilihan umum (pemilu), sehingga pada dasarnya pemilu adalah sebuah kontrak sosial antara pemilih dan kandidat tentang berbagai hal yang akan diamanatkan oleh pemilih pada para kandidat apabila mereka terpilih. Para kandidat terpilih ini kemudian akan mengelola sebuah struktur kekuasaan tertentu serta memproduksi berbagai keputusan politik. Keputusan politik tersebut akan berimbas secara langsung pada masyarakat pemilih baik dampak positif maupun dampak negatif.8

Selanjutnya Rousseau menyatakan bahwa :

Kedaulatan rakyat merupakan fiksi belaka, karena rakyat dapat mewakilkan kekuasannya dengan berbagai cara yaitu kepada seorang raja atau beberapa orang, suatu korps pemilih, bahkan dapat juga turun temurun. Jadi kedaulatan ini sebenarnya tidak terletak lagi pada rakyat secara utuh dan bulat, tetapi yang penting dalam ajaran itu adalah kedaulatan dinyatakan dalam bentuk pernyataan kehendak yang dapat diwujudkan dalam pernyataan untuk menyampaikan kehendak rakyat.9

Dalam sistem pemerintahan kekuasaan oleh rakyat, baik yang bersifat langsung (direct

democracy), maupun demokrasi dengan

sistem perwakilan (representative

democracy), sebagai sistem yang lahir dari

teori kedaulatan rakyat (volkssoenreinileitis

theorie),dimanademokrasi meletakkan

rakyat dalam posisi sentral dalam negara. Rakyat merupakan pemegang kadaulatan, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam negara. Kehendak rakyat

8

Ahmad Nadir, 2005, Pilkada Langsung dan Masa Depan Demokrasi, Averroes Press, Malang, halaman 27.

9Ibid

. halaman 279.

merupakan satu-satunya sumber kekuasaan bagi setiap pemerintahan.10

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa, hukum dan masyarakat merupakan dua gejala yang tidak terpisahkan. Pada

dasarnya hukum juga merupakan

masyarakat, bila dipandang dari sudut telaah tertentu. Demikian juga halnya

dengan kebudayaan, hukum juga

merupakan kebudayaan kalau dipandang dari sudut telaah tertentu. Secara sosiologis hukum merupakan suatu lembaga sosial

(social institution; sociale institutie),

artinya hukum merupakan kaidah-kaidah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia pada segala tingkatan, dengan harapan agar tercapainya kedamaian dalam masyarakat.11

Salah seorang penganut teori sosiologi hukum adalah Eurgen Ehrlich12 yang memandang hukum sebagai kenyataan (law

of fact), hukum sebagai gejala masyarakat.

Demikian pula halnya dengan pendapat Von Savigny13 yang menyatakan bahwa pusat perkembangan dari hukum terletak pada badan-badan legislatif ataupun ilmu hukum, tetapi justru terletak di dalam masyarakat itu sendiri yang dapat dilihat dari berbagai kebiasaan mereka.

b. Kerangka Konseptual

Dalam rangka mengetahui dan memahami makna penegakan hukum maka perlu ditelaah secara konseptual, dimana penegakan hukum merupakan salah satu persoalan yang serius bagi bangsa Indonesia. Penegakan hukum sebagai usaha semua kekuatan bangsa, menjadi kewajiban kolektif semua komponen bangsa dan

10

Jimly Asshiddiqie, 1994, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, halaman11.

11

Soerjono Soekanto, 1988, Pendekatan Sosiologi Hukum, Bina Aksara, Jakarta, halaman 9.

12

Ibid, halaman 19. 13Ibid

(10)

sekaligus merupakan alat bahwa hukum hanya tidak boleh ditegakkan oleh golongan-golongan tertentu saja.

Adapun menurut Jimly Asshiddiqie

penegakan hukum adalah proses

dilakukannya upaya hukum untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.14

Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun dalam kenyataannya di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer. Selain itu kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Pendapat yang agak sempit tersebut

mempunyai kelemahan, apabila

pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan-keputusan hakim tersebut mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup.15

Aparatur penegak hukum mencakup mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat danaparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atauperannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.16

14

Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum, http://www.docudes.com, diakses , Hari Selasa Tanggal 27 Maret 2012 .

15

Soerjono Soekamto, op.,cit., halaman 5

16

Satjipto Raharjo, 1980, Hukum dan Masyarakat, cetakan terakhir, Angkasa Bandung, halaman 15.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen penting yang memengaruhi,17 yaitu: (i) institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (ii) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan (iii) perangkat peraturan

yang mendukung baik kinerja

kelembagaannya maupunyang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistemik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

Berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, maka dalam Pasal 1 UU No 10 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD bahwa pemilihan umum (pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Pemilu merupakan arena kompetensi untuk mengisi jabatan-jabatan politik di pemerintahan yang didasarkan pada pilihan formal dari warga negara yang memenuhi

17

(11)

syarat. Peserta pemilu dapat berupa perseorangan dan partai politik tetapi yang paling utama adalah partai politik. Partai politik mengajukan kandidat dalam pemilu untuk kemudian dipilih oleh rakyat. Sedangkan menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim Pemilu merupakan instrumen penting dalam negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan yang berfungsi sebagai alat penyaring bagi

“politikus-politikus” yang akan mewakili dan membawa suara rakyat di dalam lembaga perwakilan.18

Pada zaman moderen ini pemilu menempati posisi penting karena terkait dengan beberapa hal diantaranya:19

a. Pemilu menjadi mekanisme terpenting bagi kelangsungan demokrasi perwakilan.

b. Pemilu menjadi indikator negara demokrasi, bahkan tidak ada satupun negara yang mengklaim

dirinya demokratis tanpa

melaksanakan pemilu sekalipun negara itu pada hakikatnya adalah otoriter.

c. Pemilu penting dibicarakan juga terkait dengan implikasi-implikasi yang luas dari pemilu.

Adapun menurut Sigit Pamukas, pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah merupakan pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah adalah gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 47 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Konsultasi Calon Gubernur dan Wakil

18

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 60.

19

Sigit Pamukas, Perihal Pemilu, Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Gajahmada, Yogyakarta, 2009, hlm. 3.

Gubernur, Pengesahanan dan Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (1)20. Selanjutnya menurut Sigit Pamukas, pemilihan umum adalah pemungutan suara dengan sistem e-voting pada pelaksanaan pemilu memang lebih efisien, tapi harus disiapkan secara matang baik sumberdaya

manusia, infrasruktur maupun

teknologinya.21

Dalam prakteknya, demokrasi dapat melahirkan mekanisme liberal dengan dasar bahwa negara dan pemerintahan itu betul-betul, oleh dan untuk rakyat. Tetapi demokrasi dapat juga melahirkan sistem yang otoriter dan bahkan totaliter dengan alasan bahwa sistem tersebut diciptakan untuk kemanfaatan bagi rakyat dengan kontrol penuh dari negara. Dengan demikian, perkataan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sebagai makna terdalam dari demokrasi bisa dipakai dalam suatu pemaknaan yang utuh, tetapi dapat pula dipenggal-penggal menjadi unsur yang berbeda-beda dan hanya diambil salah satunya untuk diterapkan sesuai kebutuhan

pemerintah dan negara yang

bersangkutan.22

Selanjutnya Usep Ranawijaya menyatakan pengaruh kadaulatan rakyat dalam sistem demokrasi dilembagakan melalui kaidah hukum, yaitu:

a. Jaminan mengenai hak-hak asasi dan kebebasan manusia, syarat dapatberfungsinya kedaulatan rakyat.

b. Penentuan dan pembatasan wewenang pejabat Negara.

c. Sistem pembagian tugas antar lembaga yang bersifat saling

membatasi danmengimbangi

(check and balance).

20

HAW. Wijaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi, Rajawali Pers, Jakarta, 2002, hlm. 188. 21Pemilihan Umum Secara Langsung

Powered by Fai@antarasumu.com, diakses tanggal 27 Maret 2012

22Ibid

(12)

d. Lembaga perwakilan sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat

dengan

tugasperundang-undangan dan mengendalikan badan eksekutif.

e. Pemilihan umum yang bebas dan rahasia.

f. Sistem kepartaian yang menjamin kemerdekaan politik rakyat (multi atauduapartai). g. Perlindungan dan jaminan bagi

kelangsungan oposisi mereka sebagaipotensialternatif

pelaksanaan kedaulatan rakyat. h. Desentralisasi teoritik kekuasaan

negara untuk memperluas partisipasirakyatdalam

pengelolaan Negara.

i. Lembaga perwakilan yang bebas dari kekuasaan badan eksekutif23.

Berdasarkan uraian di atas, penilaian terhadap suatu sistem politik yang demokratis tidak dapat hanya disandarkan pada definisi yang telahdiuraikan di atas. Namun harus ada definisi-definisi lain yang dapat lebih memudahkan penilaian terhadap demokratis tidaknya suatu sistem politik, dan juga diperlukan adanya suatu batasan yang jelas yang berguna untuk menguji sistem yang bersangkutan.

F. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata/lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati, atau dapat juga didefenisikan sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergabung pada pengamatan manusia dalam wawasan sendiri dan

23

Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Dasar-Dasarnya, Ghalia Indonesia,Jakarta, 1983, hlm 13.

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dalam peristilahannya.24

b. Metode Pendekatan

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis fakta-fakta yang berkaitan dengan penegakan hukum dalam pemilihan umum Kepala Daerah Di Kabupaten PasamanTahun 2010. Oleh karena itu, metode pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis-sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan melalui perundang-undangan yang ada dan dihubungkan dengan fakta-fakta terhadap masalah yang diteliti.25

c. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Data Sekunder adalah data yang dikutip dari sumber-sumber tertentu yang digunakan sebagai pendukung data primer. Dengan demikian data yang akan disajikan sebagai sumber data adalah buku-buku, perundang-undangan, makalah, arsip, laporan serta catatan yang berkaitan dengan faktor penelitian. Pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pasaman Tahun 2010 antara lain Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang

Sudarwan Danim,Menjadi Penelitian Kuantitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm 40

25

Soerjono Soekanto, Pengantar Penetilian Hukum,

(13)

mengumpulkan sejumlah keterangan melalui wawancara secara terarah dan sistematis dengan objek penelitian.

d. Lokasi Penelitian

Untuk mempersempit ruang lingkup serta mempertajam permasalahan, penetapan lokasi penelitian merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Pasaman dengan pertimbangan bahwa dari seluruh kota dan kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat, hanya Kabupaten Pasaman yang mempunyai dua pasang calon dalam pemilihan Kepala Daerahnya, sehingga hal ini rentan terhadap pelanggaran.

e. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai perencana, pelaksana, dalam pengumpulan data, dan melakukan analisis, menafsirkan data, dan menyusun laporan penelitian. Pada langkah berikutnya berusaha mencatat dan mewawancarai informan yang berkaitan dengan pemilihan umum kepala daerah di Kababupaten Pasaman.

f. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan tujuan penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :26

1. Studi Dokumen yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari bahan-bahan yang ada di kepustakaan. Dalam hal ini peraturan perundang-undangan dan buku-buku literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

26ibit

, hlm, 12.

2. Wawancara mendalam (indepth

interview) yang dilakukan scara

terbuka dan diberikan kebebasan kepada informan untuk berbicara secara luas dan mendalam. Adapun

key informan yang dimaksud adalah

Ketua KPU, Ketua Panwaslu, Ketua Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan.

G. Pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diolah dengan melakukan pengklasifikasian data dan dianalisis secara kualitatif deskriptif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati atau dapat juga didefenisikan sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam wawasan sendiri dan hubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya,27 sehingga penemuan dalam penelitian ini akan dirumuskan menjadi kesimpulan dalam penelitian.

A. Gambaran Umum Kabupaten Pasaman

1. Keadaan Geografis Kabupaten Pasaman

Kabupaten Pasaman merupakan salahsatudari19Kabupaten/Kota yang adadiPropinsiSumateraBarat,denganluaswil ayah3.947,63Km2 yang terdiri dari 12kecamatan dan 32Nagari. Secara geografis dilintasi khatulistiwa dan beradapada0055'LintangUtarasampaidengan 0006'LintangSelatandan 99045' BujurTimursampaidengan100021'BujurTim ur.Ketinggianantara50metersam-

paidengan2.912meterdiataspermukaanlaut.

27

(14)

Tabel 4

Jenis Pekerjaan Penduduk Kabupaten Pasaman

No Pekerjaan

Jumlah

Orang Perse

ntase

1. Petani/Peternak 88.956 67,05 2. Pedagang 8.792 6,63

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Panwaslu Dalam Proses Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pasaman Tahun 2010

Sebagaimana telah diuraikan diatas, faktor – faktor penghambat dalam pelaksanaan kewenangan Panitia Pengawas Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Pasaman, berdasarkan rekapitulasi laporan pelaksanaan Panitia Pengawasan Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Pasaman tahun 2010 , Panwaslu Kabupaten Pasaman telah melakukan monitoring dan pengawasan setiap tahapan mulai dari penetapan Daftar Pemilih Sementara sampai pada hari pencoblosan penghitungan suara ada beberapa pelanggaran. Dari sejumlah pelanggaran itu diselesaikan secara :

1. Menegur secara lisan, pihak-pihak yang melakukan pelanggaran Pemilu.

2. Menegur secara tertulis melalui surat kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran Pemilu. 3. Melakukan musyawarah dan

mufakat antara kedua pihak yang bersengketa untuk berdamai.

4. Selain itu agenda lain yang dilakukan adalah melaksanakan investigasi terhadap laporan – laporan masyrakat terkait

pelanggaran – pelanggaran, pelanggaran dimaksud antara lain, pemasangan atribut, money politik

dan lain-lain. Kemudian

memfasilitasi kesepakatan antara tim sukses pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mengenai atribut kampanye.

Untuk mengatasi masalah

pelanggaran/penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kewenangannya Panwaslu lebih baik mencegah secara

preentif dan preventif. Preentif yaitu

mencegah melalui selebaran, spanduk dan kesepakatan, sedangkan preventif adalah melalui tindakan langsung, yaitu secara lisan menegur langsung; dan secara tertulis melalui surat resmi kepada pihak-pihak yang terbukti melanggar peraturan-peraturan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Kabupaten Pasaman Tahun 2010.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penegakan Hukum Oleh Panitia Pengawas Pemilu Kepala Daerah di Kabupaten Pasaman Periode 2010-2015 ;

a. Pelanggaran administrasi berdasarkan Surat tentang hasil Verifikasi Izajah dari Kepala Dinas pendidikan Kabupaten Pasaman bernama YAHYA ditemukan bahwa ijazah dari SD, SMP, SMA tidak sinkron dimana tempat kelahirannya berbeda.

b. Terjadinya Praktek Money Politic bahwa selama proses Pemilukada Kabupaten Pasaman tahun 2010 telah terjadi praktik politik uang yang mazif, terstruktur dan sistimatis dengan jumlah yang cukup bervariasi di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Pasaman, yang dilakukan oleh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Nomor urut 2 dan atau tim suksesnya.

(15)

Kepala Daerah di Kabupaten Pasaman periode 2010-2015;

a. Terbatasnya personil Panwaslu mulai dari Kabupaten sampai ke Nagari dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Pasaman.

b. Anggaran yang disediakan oleh APBD Kabupaten Pasaman dalam rangka menunjang kegiatan kepengawasan sehingga proses Pemilukada tidak berjalan dengan optimal.

c. Sumber daya manusia sebagai Panwaslu Kecamatan dan pengawas pemilu di tingkat Nagari (PPL) kurang memadai. d. Sarana dan prasarana yang ada kurang

mencukupi untuk mendukung proses pengawasan pemilukada

3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Panwaslu dalam rangka penegakan hukum pemilihan Kepala Daerah;

a. Panwaslu Kabupaten Pasaman

bekerjasama dengan Komisi Pemilihan

Umum (KPU) untuk melakukan

klarifikasi.

b. Panwaslu Kabupaten Pasaman dalam

melakukan pengawasan beserta

jajarannya melakukan monitoring untuk mencegah terjadinya Money Politic dalam wilayah kerjanya masing-masing.

c. Panwaslu Kabupaten Pasaman

melakukan proses terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh peserta Pemilukada baik yang dilaporkan oleh masyarakat atau salah satu pasangan calon dan melakukan investigasi lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Amad Subagyo (Pengantar),

Manajemen Pengawasan

Terhadap Proyek-proyek

Pemerintah di Daerah,

LP3ES, Jakarta, 2004.

A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam

Pembangunan Masyarakat

Indonesia,

Kanisius,Yogyakarta: 1990.

A. Sofyan Said Soeharto, Lembaga

Pengawasan Indonesia,

Gramedia, Jakarta, 2003.

Berdasarkan Pengamatan Penulis sebagai Kasubag Hukum pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasaman

Diah Restuning Maharani, Teori

Kewenangan, http :

//www.blogspot.com/2009, Minggu 8 Oktober 2009.

Dennis Kavanagh, Political Science and Political Behavior, London: George Allen & Unwin, 1983

Gaffar, Afan, Javanese Voters. A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992.

Gaffar, Afan, Politik

Indonesia:Transisi Menuju

Demokrasi, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005.

HAW. Wijaya, Otonomi Daerah

dan Daerah Otonomi,

Rajawali Pers, Jakarta, 2002.

Ikhwankiri, Teori Sosiologi Hukum,

http://ikhwan-kiri.blogspot.com/2010/12/

(16)

Jimly Asshiddiqie, Penegakan

Hukum,

http://www.docudes.com, diakses , Hari Selasa Tanggal 27 Maret 2012

---,Penegak

Hukum,http://www.docudes.c

om, Hari Kamis, Tanggal 24 Mei 2012.

Juan J. Linz & Stepan,

Mendefinisikan dan

Membangun Demokrasi

dalam Juan Linz et al., Menjauhi Demokrasi Kaum

Penjahat: Belajar dari

Kekeliruan Negara-negara

lain (Bandung: Mizan-LIPI

&Ford Foundation).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008, Ed. Ketiga, Cetakan Kelima), hlm. 249. 12 Held, David,

Model of Democracy,

Stanford University Press, Cambridge, 1996.

King, Dwight Y, Half-Hearted Reform: Electoral Institutions

and the Struggle for

Democracy in Indonesia,

(Westport: Praeger, 2003), Chapter 6. 32).Liddle, R. William dan Saiful Mujani, Leadership, Party and Religion: Explaining Voting Behavior in Indonesia. Lihat www. Isi.or.id.

Lawrence M Friedman dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu

Hukum, PT Citra Aditiya

Bakti, Bandung, 1991.

Miriam Budiardjo dan Ibrahim Ambong (Editor) Fungsi

Legislatif Dalam Sistem

Politik Indonesia, Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1993.

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar

Ilmu Politik, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 1998.

M. Solly Lubis, Pergeseran Garis

Politik dan

Perundang-undangan Mengenai

Pemerintah Daerah, Alumni,

Cetakan ke-2, Bandung, 1978.

M.Rifqinizamy Karsayuda, Krisis Pemilukada:Tinjauan

Terhadap Polemik Keabsahan

Panwaslukada Pada

Pemilukada 2010 di

Indonesia,http://rifq

l.wordpress.com/page/4/?archi

ves-list&archives-type=monts,22 mei

2011,hlm.7,diakses terakhir tanggal 10 Januari 2012 pukul 11.21 wib.

---, Krisis Pemilukada:Tinjauan

Terhadap Polemik Keabsahan

Panwaslukada Pada

Pemilukada 2010 di

Indonesia,http://rifq

l.wordpress.com/page/4/?archi

ves-list&archives-type=monts,22 mei

2011,hlm.7,diakses terakhir tanggal 10 Januari 2012 pukul 11.21 wib.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam Moh. Mahfud

(17)

Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.

Pemilihan Umum Secara Langsung

Powered by

Fai@antarasumu.com , tanggal 27 Maret 2012.

Philipus M. Hadjon, Tentang

Wewenang, Makalah,

Universitas Airlangga, Surabaya, tanpa tahun.

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu

Politik, Cetakan Ketujuh,

Grasindo, Jakarta:2010.

Robert A. Dahl, Perihal Demokrasi, terj. A. Rahman Zainuddin (Jakarta: Yay. Obor Indonesia, 2001).

Rusadi Kantaprawira, Hukum dan

Kekuasaan, Makalah,

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta:, 1998.

Soerjono Soekanto, Pengantar

Penetilian Hukum,

UI-Pres,Jakarta,1986.

---,Sosiologi Suatu

Pengantar, Rajawali Pers,

Jakarta, 2010.

---,Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum, PT Raja

Grafindo Persada,Jakarta, 1983.

Sigit Pamukas, Perihal Pemilu, Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Gajahmada, Yogyakarta, 2009.

Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan

dan Tanggung Jawab

Presiden Republik Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi

Teoritik dan Yuridis

Pertanggungjawaban

Kekuasaan, Universitas

Airlangga, Surabaya,1990.

Sudarwan Danim, Menjadi

Penelitian Kuantitatif, Pustaka

Setia, Bandung, 2002.

Samuel P. Huntington, Gelombang

Demokratisasi Ketiga, terj.

Asril Marjohan (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1995).

Usep Ranawijaya, Hukum Tata

Negara Dasar-Dasarnya,

Jakarta, Ghalia Indonesia, 1983.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu (UU KPU)

Undang-Undang Pemilu Nomor 10

Tahun 2008 tentang

Pelanggaran Pemilu

(18)

Pemberhentian Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah.

Peraturan Pemerintah RI No. 49 Tahun 2008 tentang Perubahan

Ketiga Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan,

Pengesahan Pengangkatan,

Dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala

Daerah, Eko Jaya, Jakarta,

2008.

Keputusan Mahkamah Konstitusi RI

Nomor 17/PUU-VI/2008

tentang Pengujian Undang-undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang

Pedoman Beracara dalam

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah.

Surat Keputusan Ketua KPU Kabupaten Pasaman Nomor

05/Kpts/KPU-Kab-003.435064/2010 tentang

Program dan Jadwal

Penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pasaman

Surat Keputusan Ketua KPU Kabupaten Pasaman Nomor

06/Kpts/KPU-Kab-003.435064/2010 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasaman

Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasaman

Nomor

87/Kpts/KPU-KAB-003.435064/2010 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Tahun 2010 tertanggal 6 Juli 2010.

Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 87/PHPU.D-VIII/2010 perihal Perkara Pemilihan Umum Kepala Daerah Pasaman Tahun 2010

C. Website

http://socialpeacewordpres-d 2003, diakses hari kamis, 2012

http://www.docudes.com, diakses hari selasa, 2012

http://jimly.com/makalah/namafile/5 6/Penegakan_Hukum.Pdf, diakses hari rabu, 2012

http://damang.web.id

demokrasi-dan-pemilu.diakses tanggal 10

februari 2014

Gambar

Tabel 4 pelanggaran dimaksud antara lain,

Referensi

Dokumen terkait

variabel motivasi belajar dan iklim komunikasi kelas terhadap hasil belajar kimia. Dari hasil pengolahan dengan program SPSS 10.0 dapat disusun rumus sebagai. berikut:..

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB

9 ALUMNI ITB kandidat testimoni SMK Gw adalah orang yang taun kemaren udah berkali2 gagal, gw juara 1 nem untuk jurusan teknik di SMK gw, ranking 1 3 taun berturut2 dll dah..

Keuntungan ini bisa berupa penyembuhan luka, teknik, kecepatan, biaya, Length of Stay (LOS) maupun informasi yang baru. Namun pada aplikasinya semua keuntungan

Berdasarkan hasil optimasi yang ada, dan telah dipilih hasil perhitungan yang paling optimum dari semua alternatif awal musim tanam yang ada, langkah selanjutnya adalah

Berita yang dinilai tidak netrak dimungkinkan karena pendapat narasumber yang mendiskreditkan pihak tertentu, sehingga pemberitaan menjadi dianggap tidak netral, meskipun

Persyaratan penerbitan KTP karena pindah datang bagi penduduk WNI maupun Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap, dengan melampirkan:.. 

Strategi Kognitif ”Transfer Bahasa” (O xford, 1994:47) tidak dilakukan sama sekali oleh murid Universitas Darma Persada dan sesuai dengan pernyataan Ibu Yasuko M orita bahwa