182
PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES
PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM
YOGYAKARTA
Samuel Bobby Sanjoto*1), M.Chandra Dewi K2) dan A. Teguh Siswantoro3) 1,2,3)
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Yogyakarta, 55281, Indonesia
Email:SBSanjoto@yahoo.co.id, candra_dewi@mail.uajy.ac.id, tesis@mail.uajy.ac.id
ABSTRAK
SP Alumunium adalah perusahaan pengecoran dan peleburan aluminium terutama untuk peralatan rumah tangga seperti wajan, panci, dll. Penelitian pendahuluan melakukan penyebaran kuisioner Nordic Body Map kepada operator di setiap bagian produksi. Operator pada proses finishing pengikiran wajan mengalami keluhan musculoskeletal yang paling besar dan diperlukan perbaikan postur kerja. Operator pengikiran bekerja selama 7 jam per hari dengan posisi duduk di bawah membungkuk dan kaki menekuk sehingga tidak ergonomis dan menimbulkan keluhan musculoskeletal. Penilaian postur kerja dilakukan dengan penilaian ergonomi REBA. Hasil dari penelitian ini adalah dengan membuat alat yang ergonomis sehingga terdapat perbaikan postur kerja dengan indikasi terdapat penurunan pada resiko cidera yang ditunjukan melalui skor REBA sebelum perbaikan dibandingkan dengan skor REBA setalah perbaikan mengalami penurunan skor.
Kata kunci: Postur Kerja, REBA, Resiko Cidera
1. Pendahuluan
SP Alumunium adalah perusahaan pengecoran, peleburan aluminium, pembuatan kerajinan souvenir aluminium, dan peralatan rumah tangga seperti wajan, panci, dll. Perusahaan ini didirikan Bapak Endro Suharto pada tahun 1963 dengan tenaga kerja sebanyak 50 orang. Perusahaan ini mampu memproduksi sebesar satu ton/hari.
Perkembangan perusahaan SP Aluminium dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dan kompleks. Produk-produknya juga bervariasi mulai dari alat rumah tangga sampai dengan aksesoris baik interior maupun eksterior. Perkembangan ini ditunjukkan dengan bertambahnya kapasitas produksi dari satu ton/hari menjadi empat ton/hari yang didukung oleh 142 karyawan tetap. Saat ini terdapat dua pabrik produksi di wilayah Umbulharjo Yogyakarta.
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan kuisioner Nordic Body Map terhadap 3 sampai 5 pekerja pada setiap proses yang ada di SP Aluminium. Berdasarkan hasil kuisioner Nordic Body Map, proses finishing pengikiran wajan mengakibatkan keluhan musculoskeletal yang paling besar dan memerlukan perbaikan postur kerja segera. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004).
Operator pengikiran memiliki postur tubuh yang tidak ergonomis dibandingkan proses produksi yang lainya dikarenakan proses pengikiran dilakukan dengan posisi operator duduk di bawah sehingga posisi operator membungkuk dan kaki menekuk. Operator melakukan pengikiran sebanyak 600 – 700 buah wajan dalam sehari. Keadaan tersebut beresiko cidera dan perlu pengkajian lebih lanjut.
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429 Surakarta, 8-9 Mei 2017
183
menurunkan penilaian score REBA. Alat yang mendukung untuk postur kerja yang baru dirancang menggunakan CATIA V5R20 dan AutoCAD 2012.
2. Metode
Kuisioner Nordic Body Map (NBM)
Penelitian didahului dengan observasi awal dan penyebaran kuisioner Nordic Body Map (NBM) ke seluruh proses produksi. Observasi awal dilakukan dengan pengamatan dan wawancara dengan operator maupun atasan yang ada di SP Aluminium. Penyebaran kuisioner Nordic Body Map (NBM) dilakukan agar dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan muskuloskeletal. (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004) Keluhan nyeri atau sakit yang dirasakan pada sistem otot rangka disebut juga dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah postur kerja yang terjadi di SP Aluminium Yogyakarta. Dari pengamatan dan hasil kuisioner NBM dapat diketahui postur kerja proses produksi yang perlu untuk diperbaiki dan ditentukan satu operator untuk dianalisis lebih lanjut. Bentuk kuisioner NBM dapat dilihat di Gambar 1. sebagai berikut:
Gambar 1. Nordic Body Map
(Sumber: Widanarko, dkk. 2016. Instrumen Survei Gangguan Otot-Rangka)
REBA
184
Gambar 2. Lembar Kerja REBA
(Sumber: Hignett & McAtamney, 2000)
Membuat usulan perbaikan
Usulan perbaikan berupa desain perbaikan fasilitas kerja yang disesuaikan dengan dimensi tubuh operator. Desain fasilitas kerja menggunakan software Catia V5R20 dan AutoCAD 2012. Software Catia digunakan dalam menggambar fasilitas kerja berupa tiga dimensi dan untuk memodelkan fasilitas kerja yang dirancang dengan model manusia (manikin). Software Autocad 2012 digunakan untuk menggambar detail fasilitas kerja berupa gambar teknik dua dimensi. Analisis setelah perbaikan
Fasilitas kerja yang baru akan menimbulkan postur kerja yang baru pada operator. Postur kerja yang baru kemudian dianalisis kembali menggunakan REBA untuk mengetahui bahwa tujuan dari penelitian tercapai yakni dapat mengurangi resiko cidera pada operator. Resiko cidera operator menurun ditunjukan dengan skor REBA sebelum perbaikan mengalami penurunan skor dibandingkan dengan skor REBA setelah perbaikan.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari Kuisionoer Nordic Body Map
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429 Surakarta, 8-9 Mei 2017
185
Tabel 1. Hasil Kuisioner NBM pada Setiap Proses
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada bagian proses pengikiran paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal dan harus dilakukan perbaikan segera. Bagian tubuh yang paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal adalah bagian leher, bahu, punggung bawah, pergelangan tangan dan paha.
Sedangkan hasil kuisioner NBM pada proses pengikiran sebelum perbaikan dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut:
Tabel 2. Data Keluhan Operator sebelum Perbaikan
No. Keluhan Segmen Tubuh
Operator Jumlah Operator yang
Mengeluhkan Sakit
Pemilihan Sampel Operator yang Diteliti
Data yang diambil adalah data primer didapat melalui pengukuran secara langsung terhadap operator. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dan tinggi tubuh diukur menggunakan meteran. Data pekerja yang diberikan kuisioner NBM di bagian proses pengikiran dapat dilihat di Tabel 3. sebagai berikut:
Tabel 3. Data Operator Pengikiran
No. Nama Usia
Peleburan Cetak Pengecoran Pengikiran Grinding Circle Bubut Packaging
Leher 0 0 1 5 0 0 2 0
186
3 Pitoyo 42 10 50 155
4 Sularno 36 3 61 161
5 Zaenuri 26 3 68 162
Pengukuran postur kerja pada semua operator akan mengganggu proses produksi dan memakan waktu yang lama. Maka dari itu diambil satu orang yang akan dianalisis postur kerjanya. Operator yang diambil sebagai sampel adalah operator nomor urut tiga yang bernama Pitoyo. Pemilihan berdasarkan lama bekerja di bagian pengikiran dan kebersediaan operator untuk diteliti.
Postur Kerja sebelum Perbaikan
Postur kerja sebelum perbaikan yang diambil adalah ketika operator mengambil wajan, melakukan proses pengikiran, dan meletakkan wajan yang sudah dikikir. Pada proses pengikiran dibagi menjadi 4 postur kerja. Postur kerja dilihat dari dua sisi yakni sisi kanan dan kiri. Data postur kerja sebelum perbaikan seperti pada Tabel 4. sebagai berikut:
Tabel 4. Postur Kerja sebelum Perbaikan
No Kegiatan
Postur Tubuh sebelum Perbaikan
Kanan Kiri
1 Mengambil wajan
2 Proses pengikiran 1
Tabel 4. Postur Kerja sebelum Perbaikan (Lanjutan)
No Kegiatan
Postur Tubuh sebelum Perbaikan
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429 Surakarta, 8-9 Mei 2017
187 3 Proses pengikiran 2
4 Proses pengikiran 3
5 Proses pengikiran 4
6 Meletakan wajan
Perbaikan Fasilitas Kerja
188
Gambar 3. Perbaikan Fasilitas Kerja
Berikut adalah bagian – bagian fasilitas kerja perbaikan yang dirancang:
a. Meja kikir
Meja kikir berfungsi sebagai penopang utama dalam melakukan proses pengikiran. Meja dirancang sesuai dengan ketinggian yang sesuai agar postur kerja menjadi lebih baik. Ketinggian meja kikir disesuaikan dengan tinggi siku operator pengikiran.
b. Tempat kikir
Tempat kikir berfungsi untuk meletakkan kikir apabila sudah tidak digunakan. Disediakan tempat kikir agar operator dapat menjangkau dan meletakkan kikir dengan mudah apabila akan digunakan.
c. Meja wajan
Meja wajan berfungi untuk mengambil wajan dan meletakkan wajan yang digunakan. Disediakan meja wajan agar opertor dapat mengambil dan meletakkan wajan dengan postur tubuh yang baik tanpa harus membungkuk. Tinggi meja wajan disesuaikan dengan tinggi ujung jari operator.
Analisis Anthropometri
Menurut Kuswana (2013) antropometri sangat penting sebagai kajian dan pemecahan masalah ergonomi. Analisis antropometri bertujuan agar postur kerja operator dapat diperbaiki dengan disesuaikan antara fasilitas kerja yang dirancang dengan ukuran dimensi tubuh operator. Dimensi tubuh operator yang digunakan adalah tinggi siku dan tinggi ujung jari. Dimensi tersebut dapat dilihat di Tabel 5. Sebagai berikut:
Tabel 5. Data Antropometri Operator
No. Dimensi Tubuh Operator (cm) Persentil 5
(cm)
Persentil 95 (cm)
1 2 3 4 5
1 Tinggi Siku 91 100 93 98 99 91.4 99.8
2 Tinggi Ujung Jari 52 60 58 58 58 53.2 59.6
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429 Surakarta, 8-9 Mei 2017
189
Tabel 6. Analisis Antropometri
Keterangan Dimensi agar operator dengan dimensi tubuh yang
musculoskeletal dan alasan pemilihan agar operator dengan dimensi tubuh yang
Postur Kerja setelah Perbaikan
Postur kerja setelah perbaikan digambarkan menggunakan manekin dalam software Catia dapat dilihat di Tabel 7. sebagai berikut:
Tabel 7. Postur Tubuh setelah Perbaikan
No Kegiatan Postur Tubuh
setelah Perbaikan No Kegiatan
190
Tabel 7. Postur Tubuh setelah Perbaikan (Lanjutan)
No Kegiatan Postur Tubuh
setelah Perbaikan No Kegiatan
Postur Tubuh setelah
Hasil REBA sebelum perbaikan dibandingkan dengan hasil REBA setelah perbaikan. Hasil REBA dapat dilihat pada Tabel 8. sebagai berikut:
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429 Surakarta, 8-9 Mei 2017
191
4. Kesimpulan
Perbaikan postur kerja perlu untuk dilakukan agar operator dapat berkerja dengan postur tubuh yang nyaman dan dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien.
REBA dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar resiko cidera yang dialami oleh operator.
Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dapat mengurangi score REBA sehingga resiko cidera yang dialami oleh operator menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Hignett, S., & McAtamney, L. (2000). Rapid Entire Body Assessment (REBA). Elsevier. Kuswana, W. S. (2013). Antropometri Terapan untuk Perancangan Sistem Kerja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Bandung.
Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta - Indonesia: UNIBA PRESS.