• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Konsumen Atas Penyimpanan Barang Di Safe Deposit Box (Studi Pada PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Konsumen Atas Penyimpanan Barang Di Safe Deposit Box (Studi Pada PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu produk jasa bank dan peranan bank adalah penyimpanan barang-barang berharga. Dalam hal ini masyarakat dapat menyimpan barang-barang-barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa. Melihat perkembangan ekonomi yang semakin pesat membuat bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.1

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya ditulis Undang-Undang Perbankan). Pasal 1 angka 2 disebutkan “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, yaitu:2

1

Ismail, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm.3.

2Ibib

(2)

1. Penciptaan uang.

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran

lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Di

menciptakan uang giral adalah bank umum sela umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral. 2. Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran.

Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3. Menghimpun dana simpanan masyarakat.

Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan yang terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Menyalurkan Dana (Lending)

Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi : kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit profesi, dan lain-lain.3

5. Mendukung kelancaran transaksi nasional.

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.4

6. Menyimpan barang-barang berharga.

3Ibid

., hlm. 5.

4Ibid

(3)

Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.5

7. Pemberian jasa-jasa lainnya.

Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya.

Melihat fungsi bank itu sendiri maka bank sering disebut sebagai lembaga kepecayaan masyarakat. Kebutuhan masyarakat dalam rangka keamanan barang-barang berharga menjadi salah satu bentuk kepercayaan yang diperlihatkan masyarakat terhadap lembaga ini adalah dengan adanya jasa penyimpanan barang-barang berharga dan surat berharga didalam kotak yang biasa disebut Safe Deposit Box. Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Perbankan, bahwa “ Penitipan adalah penyimpanan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara Bank Umum dan penitip, dengan ketentuan Bank Umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut”.

Safe Deposit Box mulai hadir di Indonesia ketika situasi politik Indonesia mulai tidak stabil yang tentunya akan berujung pada situasi keamanan yang tidak kondusif. Kekhawatiran tersebut membuat banyak masyarakat merasa penting untuk memiliki tempat meletakan barang berharga mereka dengan aman, tanpa terbebani dengan ketakutan akan hilangnya barang tersebut. Melihat hal ini bank

5ibid

(4)

memanfaatkannya dengan menyediakan sarana berupa kotak penyimpanan yang dapat digunakan oleh nasabah untuk menyimpan barang berharga milik mereka. Kotak penyimpanan tersebut diberi nama Safe Deposit Box. Sebagai timbal balik dari penyediaan kotak Safe Deposit Box tersebut, bank mendapatkan imbalan (fee) berupa biaya sewa yang dapat digunakan untuk menunjang pendapatan bank, selain dari bunga kredit.6

Layanan Safe Deposit Box muncul karena adanya permintaan dari masyarakat yang menginginkan tempat khusus untuk menyimpan harta benda mereka yang berharga. Layanan Safe Deposit Box ini terinspirasi dari kegiatan serupa yang dilakukan oleh tukang perhiasan emas dimasa lampau, yaitu menerima dan menjaga keamanan logam berharga dan benda-benda beharga lainnya yang dipercayakan kepada mereka.7

Adanya Safe Deposit Box ini akan membantu masyarakat dalam melindungi barang, perhiasan, dokumen surat berharga, logam mulia, dan barang-barang berharga lainya. Melihat begitu banyak tindak kejahatan yang terjadi maka penyimpanan barang-barang berharga dan surat berharga akan lebih aman jika ditempatkan dalam

Safe Deposit Box.

6

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, cetakan 3, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 319.

7

(5)

Pihak perbankan maupun nasabah dalam membuat perjanjian penyimpanan dengan Safe Deposit Box harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:8

1. Adanya biaya yang dibebankan kepada penyewa, antara lain uang sewa, uang jaminan kunci dan denda keterlambatan pembayaran sewa.

2. Tidak menyimpan barang-barang yang dilarang dalam Safe Deposit Box.

3. Menjaga agar kunci yang disimpan nasabah tidak hilang atau disalah gunakan pihak lain.

4. Memperhatikan barang yang disimpan bila sewaktu-waktu diperlukan oleh bank.

5. Jika kunci yang dipegang penyewa hilang, maka uang jaminan kunci akan digunakan sebagai biaya penggantian kunci dan pembongkaran Safe Deposit Box yang wajib disaksikan sendiri oleh penyewa.

6. Memiliki daftar isi dari Safe Deposit Box dan menyimpan fotocopy

(salinan) dokumen tersebut di rumah untuk refrensi.

7. Penyewa bertanggungjawab apabila barang yang disimpan menyebabkan kerugian secara langsung maupun tidak terhadap bank dan penyewa lainnya.

Selanjutnya secara tegas dinyatakan dalam situs Bank Indonesia tersebut, bahwa bank tidak bertanggungjawab atas:9

1. Perubahan kuantitas dan kualitas, hilang, atau rusaknya barang yang bukan merupakan kesalahan bank.

2. Kerusakan barang akibat force majeur seperti gempa bumi, banjir, perang, huru hara dan sebagainya.

8

Safe Deposit Box

Maret 2014

(6)

Benda yang dilarang atau sebaliknya tidak disimpan dalam Safe Deposit Box yaitu:10 1. Senjata api/ bahan peledak

2. Macam barang yang diduga dapat membahayakan atau merusak Safe Deposit Box

yang bersangkutan dan tempat sekitarnya.

3. Barang-barang yang sangat diperlukan saat keadaan darurat seperti surat kuasa, catatan kesehatan dan petunjuk bila penyewa sakit, petunjuk bila penyewa meninggal dunia (wasiat).

4. Barang lainnya yang dilarang oleh bank atau ketentuan yang berlaku.

Safe Deposit Box merupakan suatu sistem pelayanan bank kepada masyarakat

dimana bank menyewakan box dengan ukuran dan jangka waktu tertentu dan nasabah menyimpan sendiri kunci kotak pengamanan tersebut. Kotak pengaman (Safe Deposit Box) adalah simpanan dalam bentuk tertutup, dalam arti pejabat bank tidak boleh memeriksa/menyaksikan wujud/bentuk barang yang disimpan.11

Sehingga dalam kenyataan seharusnya, sulit bagi pihak yang tidak berkepentingan melakukan suatu tindakan tertentu terhadap kotak ini. Pengertian Safe

Deposit Box menurut Lukman Dendawijaya Safe Deposit Box adalah jasa penyewaan

kotak penyimpanan harta atau surat-surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam ruang khasanah yang kokoh, tahan bongkar dan tahan api untuk memberikan rasa aman bagi penggunanya.

12

10

Ibid., hlm. 1.

11

Effendy Simanjuntak, Tinjauan Yuridis Atas Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box Pada PT.BNI (persero) TBK Tanjung Balai Asahan, Thesis, Ilmu Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan, USU, 2011, hlm. 17.

12

(7)

Kenyataan bahwa Safe Deposit Box dapat membantu masyarakat dalam melindungi barang-barang berharga ataupun surat-surat berharga sudah mulai pudar. terjadinya kasus hukum yang berhubungan dengan hilangnya benda-benda nasabah penyewa Safe Deposit Box dalam perbankan. Pembongkaran Safe Deposit Box telah banyak terjadi. Contoh kasus pada 10 November 2008, seorang nasabah Bank Internasional Indonesia (BII) yang bernama Ivonne menyimpan perhiasanya di Safe

Deposit Box bank BII, namun ternyata Ivonne kehilangan perhiasan sejumlah Rp.

5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Selain Ivonne hal serupa dialami Ishwar Manwani yang kehilangan barang berharga dengan total kerugian mencapai 1,2 Milyar rupiah.13

Kejadian yang menimbulkan kerugian bagi nasabah ini tentunya harus ada penanggungjawabnya. Namun baik nasabah ataupun perbankan menolak untuk bertanggungjawab atas peristiwa-peristiwa tersebut. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi nasabah. Nasabah telah membayar biaya penggunaan jasa penyewaan, tetapi tidak mendapatkan pertanggungjawaban dari pelaku usaha. Keadaan ini semakin sulit melihat tidak adanya peraturan perundang-undangan yang dengan tegas memberikan bentuk perlindungan yang khusus mengenai nasabah yang menyimpan barang-barang berharganya di Safe Deposit Box. Bentuk peraturan perbankan yang berhubungan dengan Safe Deposit Box hanya ada di dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan “Bank Umum yang

13

(8)

menyelenggarakan kegiatan penitipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf I bertanggungjawab untuk menyimpan harta milik penitip dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontra”. Melihat isi Pasal ini, tentu saja bahwa bank adalah pihak yang bertanggungjawab dalam kerugian yang terjadi yang disebabkan di luar force majeure.

Menurut Satjipto Rahardjo, “bahwa hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang seperti itu yang disebut sebagai hak. Dengan demikian, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat itu dapat disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum kepada seseorang.”14

Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah ini, Marulak Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpanan dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni:15

1. Perlindungan secara implisit (Implicit Deposit Protection); yaitu perlindungan yang diperoleh melalui pengawasan dan pembinaan bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan yang dapat mencegah terjadinya kesulitan yang membahayakan oprasional bank yang diawasi;

2. Perlindungan secara eksplisit (Eksplicit Deposit Protection), yaitu perlindungan diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut akan menggantikan dana nasabah yang telah disimpan pada bank yang gagal tersebut.

14

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum cetakan kelima, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 53.

15

(9)

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam website Bank Indonesia, yang disebarkan sebagai bagian dari Progaram Edukasi Masyarakat dalam rangka Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia, disebutkan keuntungan penyimpanan dengan Safe Deposit Box adalah:16

1. Aman. Ini memaksudkan bahwa tempat penyimpanan Safe Deposit Box ini sangat kokoh yang dilengkapi dengan sistem keamanan secara terus menerus selama 24 (dua puluh empat) jam. Sehingga untuk dapat membukanya dibutuhkan kunci dari para penyewa dan kunci dari pihak bank.

2. Fleksibel. Adanya berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan penyewa baik bagi

penyewa perorangan maupun badan.

3. Mudah. Melihat bahwa Safe Deposit Box ini digunakan setelah adanya perjanjian sewa menyewa, maka persyaratan sewa cukup dengan membuka tabungan di bank ia menyewa Safe Deposit Box tersebut.

Ketentuan hukum yang mengatur mengenai Safe Deposit Box ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Didalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa penitipan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara Bank Umum dan penitip, dengan ketentuan Bank Umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.

Sedangkan dalam Pasal 6 huruf h dan huruf I Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa “bank menyediakan tempat untuk menyimpan barang

16Safe Deposit Box

(10)

dan surat berharga, dan melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.”

Selanjutnya, dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan “bank umum yang menyelenggarakan kegiatan penitipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf I bertanggugjawab untuk menyimpan harta milik penitip dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak. Harta yang dititip dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak. Harta yang dititipkan wajib dibukukan dan dicatat secara tersendiri. Dalam hal bank mengalami kepailitan, semua harta yang dititipkan bank tersebut tidak dimasukkan dalam harta kepailitan dan wajib dikembalikan kepada penitip yang bersangkutan.”17

Melihat tidak adanya spesifikasi bentuk perlindungan yang diberikan didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengenai nasabah yang menyewa Safe Deposit Box, maka bentuk perlindungan dapat mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Perlindungan Konsumen. Sebab nasabah atau penyewa Safe Deposit Box

dapat disamakan sebagai konsumen. Hal ini berdasarkan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa konsumen adalah “setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.”18

Dalam penyimpanan barang di Safe Deposit Box dilakukan dengan adanya perjanjian/kontrak antara nasabah dengan pihak bank maka hukum yang berlaku bagi

17http://bi.go.id

terakhir diakses pada 26 Maret 2014.

18

(11)

kedua belah pihak adalah perjanjian/kontrak tersebut. Hal ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang dapat dianalisa dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sehingga segala sesuatu yang terjadi terhadap Safe Deposit Box tersebut tentu diatur sesuai dengan perjanjian/kontrak yang telah disepakati oleh para pihak.

Perjanjian sewa menyewa termasuk perjanjian timbal balik, yang artinya masing-masing pihak harus berprestasi. Dengan demikian kewajiban yang satu merupakan hak bagi pihak yang lainya. Kewajiban yang menyewa berdasarkan Pasal 1560 KUHPerdata adalah:

1. Memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut persetujuan sewanya, atau jika tidak persetujuan mengenai itu, menurut persetujuan yang dipersangkakan berhubungan dengan keadaan;

2. Membayar harga sewa pada waktu yang ditentukan.

(12)

Didalam KUHPerdata Pasal 1695 terdapat dua jenis penitipan barang, yaitu19

1. Penitipan barang Murni

Penitipan barang murni diatur dalam Pasal 1696 KUHPerdata , yaitu penitipan yang dilakukan dengan cuma-cuma jika tidak diperjanjikan sebaliknya penitipan ini hanya mengenal barang-barang bergerak. Pada perjanjian penitipan barang murni, perjanjian penitipan belum terlaksana sebelum barang yang bersangkutan diserahkan betul-betul atau dianggap sudah diserahkan (Pasal 1697 KUHPerdata). Penitipan barang secara murni dibagi menjadi dua yaitu

a. Penitipan barang dapat terjadi dengan sukarela

Berdasarkan Pasal 1699 KUHPerdata Penitipan barang dengan sukarela terjadi karena ada perjanjian timbale balik antara pemberi titipan dan penerima titipan. Perjanjian penitipan barang dengan sukarela hanya dpat dilakukan dengan orang-orang yang cakap untuk mengadakan perjanjian, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun berdasarkan Pasal 1702 KUHPerdata, Jika penitipan barang dilakukan oleh seorang yang berhak kepada seorang yang belum cakap untuk membuat perjanjian, maka pemberi titipan, selama barang itu masih ditangan penerima titipan, dapat menuntut pengembalian barang itu, tetapi jika barang itu tidak ada lagi di tangan penerima titipan maka pemberi titipan dapat menuntut ganti rugi sejauh penerima titipan mendapat manfaat dan barang titipan tersebut. b. Penitipan barang dapat terjadi dengan terpaksa.

Berdasarkan Pasal 1703 KUHPerdata menjelaskan bahwa Penitipan karena terpaksa ialah penitipan yang terpaksa dilakukan oleh karena terjadinya suatu malapetaka, seperti kebakaran, runtuhnya bangunan, perampokican, karamnya kapal, banjir atau peristiwa lain yang tak terduga datangnya. Dalam melakukan penitipan barang dengan terpaksa ini harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi penitipan dengan sekarela. Sebab Penerima titipan wajib memelihara barang titipan itu dengan sebaik-baiknya seperti memelihara barang-barang kepunyaan sendiri, berdasarkan Pasal 1706 KUHperdata.

Hubungan perjanjian safe deposit box dengan perjanjian pentipan barang mempunyai kesamaan. Hal ini terlihat, dimana didalam perjanjian safe deposit box

barang disimpan didalam sebuah peti besi yang terkunci dan disegel yang sesuai

19

(13)

dangan prosedur dari perjanjian tersebut. Sedangkan perjanjian penitipan barang dalam Pasal 1713 KUHperdata, menyatakan bahwa bila barang yang dititipkan itu tersimpan dalam sebuah peti terkunci atau terbungkus dengan segel, penerima titipan tidak boleh menyelidiki isinya. Sehingga kewajiban dan hak dari si penerima titipan barang atau bank yang menyewakan safe deposit box tersebut dapat diatur dalam pasal-pasal didalam KUHPerdata yang berhubungan dengan pentitipan barang, yaitu:20

1. Si penerima titipan barang diwajibkan menjaga dan merawat barang yang dititipkan sebagai barangnya sendiri Pasal 1706 KUHPerdata.

2. Si penerima titipan barang tidak diperbolehkan mempergunakan barang yang dititipkan untuk keperluan sendiri, tanpa izin orang yang menitipkan barang Pasal 1712 KUHPerdata.

3. Si penerima titipan barang tidak diperbolehkan menyelidiki barang yang dititipkan jika barang tersebut dalam peti tertutup atau disegel Pasal 1713 KUHPerdata.

4. Si penerima titipan hanya wajib mengembalikan barang titipan dalam keadaannya pada saat pengembalian itu Pasal 1715 KUHPerdata.

5. Barang yang dititipkan harus dikembalikan kepada orang yang menitipkan barang atau kepada orang yang ditunjuk untuk menerima kembali barangnya Pasal 1719 KUHPerdata.

6. Si penerima titipan tidak berhak minta bukti bahwa orang yang menitipkan barang tersebut adalah pemilik dari barang yang akan dititipkan Pasal 1720 KUHPerdata.

Adapun kewajiban pihak yang menyewakan berdasarkan Pasal 1550 KUHPerdata adalah:

1. Menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa;

2. Memelihara barang yang disewakan sedemikan barang itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan;

20

(14)

3. Memberikan si penyewa kenikmatan yang tentram dari barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa”

Apabila diterapkan dalam praktek penyelenggaraan Safe Deposit Box oleh perbankan, maka yang terjadi adalah bahwa pihak yang menyewakan (bank), tetap menguasai barang yang disewakan. Dengan perkataan lain, bank sebagai pihak yang menyewakan tidak menyerahkan barang yang disewakan tersebut kepada penyewa, sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 1550 KUHPerdata.

Melihat bahwa didalam pasal 1550 KUHPerdata menyingung bahwa adanya suatu perbuatan penyerahan barang yang dilakukan oleh penyewa dengan pemberi sewa, maka hal tersebut juga dapat dikaitkan dengan sistem perjanjian penitipan barang. Penitipan adalah perjanjian yang nyata yang terjadi ketika ada dilakukanya perbuatan nyata dalam penyerahan barang yang dititipkan, jadi tidak seperti perjanjian-perjankjian lainnya pada umumnya yang biasanya konsensual yaitu sudah dilahirkan pada saat tercapainya kata sepakat tentang hal-hal yang pokok dari perjanjian itu.21

Mencermati bahwa banyak isi dari perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box melimpahkan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada nasabah yang tentunya tidak akan menguntungkan nasabah. Melihat dari kacamata perlindungan hukumnya, tentu hal ini sangat bertentangan dengan prinsip yang tercantum dalam Pasal

1243-21

(15)

1252 KUHPerdata yang menyimpulkan bahwa ganti rugi adalah sanksi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata dikeluarkan oleh kreditur. rugi adalah segala kerugian karena musnahnya atau rusaknya barang-barang milik kreditur.22

Pelaksanaan perjanjian safe deposit box antara bank dengan nasabah, dapat dikatakan bahwa nasabah melakukan dua kegiatan yaitu di satu sisi nasabah melakukan perjanjian sewa-menyewa dalam hal ini menyewa kotak penyimpanan barang berharga milik bank namun ada kejanggalan tanpa adanya penyerahan barang yang disewakan, di sisi lain nasabah melakukan perjanjian penitipan barang dalam hal ini ternyata barang yang disewakan dititipkan ke dalam kotak penyimpanan milik bank. Berdasarkan Pasal 1694 KUHPerdata perjanjian penitipan barang adalah suatu perjanjian dimana satu menerima sesuatu barang dari pihak lain dengan janji untuk menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud aslinya.

Melihat dari pelaksanaannya berbeda maka perlindungan hukum yang diberikan juga berbeda antara perjanjian sewa-menyewa dengan perjanjian penitipan barang. Perjanjian penitipan barang adalah suatu perjanjian “riil”, yang punya arti bahwa perjanjian ini baru terjadi, apabila dilakukannya dengan suatu perbuatan yang

22

(16)

nyata, yaitu berupa penyerahan barang yang dititipkannya.23

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Konsumen Terhadap Nasabah Atas Penyimpanan Barang Di

Safe Deposit Box (Studi pada PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi)”.

PT.Bank Panin Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi merupakan salah satu bank umum yang selain menghimpun dana masyarakat juga melakukan penyewan Safe

Deposit Box terhadap nasabah yang menginginkan. Didalam penyewaan Safe Deposit

Box di PT. Bank Panin Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi terdapat bentuk perjanjian sewa-menyewa yang mengikat antara PT. Bank Panin Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi dengan Nasabah yang hendak melakukan pemakaian Safe Deposit Box.

Penitipan barang juga termasuk suatu perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Pasal 1694 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata “penitipan barang terjadi apabila seseorang menerima barang dari orang lain dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya”.

23

(17)

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggungjawab pihak bank terhadap kerugian yang dialami nasabah jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam

safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah apabila terjadi kehilangan dan kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi?

3. Bagaimana upaya hukum apabila terjadi sengketa antara pihak bank dan nasabah terkait dengan kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

(18)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum bagi nasabah apabila terjadi kehilangan dan kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum apabila terjadi sengketa antara pihak bank dan nasabah terkait hilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis.

a. Memberikan sumbangan kearah pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya.

b. Memperbanyak wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan perbankan, khususnya dalam Undang-Undang 10 Tahun 1998 mengenai Perbankan.

2. Secara Praktis. a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, wawasan dan menambah ilmu bagi masyarakat yang menggunakan jasa pemakaian Safe

Deposit Box pada PT.Bank Panin Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

(19)

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hukum perdata pada khususnya hukum perbankan pada Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan bagi kalangan akademik pada umumnya sehingga dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya terutama dalam lingkup hukum perbankan mengenai Safe Deposit Box.

c. Bagi Pihak Bank

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak bank dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya yang menyewa Safe Deposit Box.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya pada Perpustakaan Pasca Sarjana USU, bahwa penelitian dengan judul “Perlindungan Konsumen Terhadap Nasabah Atas Penyimpanan Barang Di Safe Deposit Box (Studi Pada PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi)” belum pernah dilakukan. Tetapi ada tesis terdahulu yang membahas mengenai Safe Deposit Box yaitu : 1. Nama : Effendy Simanjuntak

NIM : 087011156/MKn

Judul : Tinjauan Yuridis Atas Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box

(20)

Adapun rumusan masalah dari judul tesis tersebut adalah :

1. Bagaimana ketentuan hukum perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box ada Bank?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box pada PT. BNI (Persero) Tbk Tanjung Balai Asahan?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah dalam perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box pada PT. BNI (Persero) Tbk Tanjung Balai Asahan?

F. Kerangka Teori Dan Konsep

1. Kerangka Teori

Teori adalah sesuatu hal untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,24 dan satu teori harus dapat diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukan ketidakbenarannya.25 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis

mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis.26

Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum, Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai negara hukum yang tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi:

24

J.J.J. M.Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas,(Jakarta: FE UI, 1996), hlm. 203.

25Ibid.,

hlm. 16.

26

(21)

Indonesia adalah negara hukum, Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, dengan sendirinya perlindungan hukum menjadi unsur esensial serta menjadi konsekuensi dalam negara hukum. Negara wajib menjamin hak-hak hukum warga negaranya. Perlindungan hukum merupakan pengakuan terhadap harkat dan martabat warga negaranya sebagai manusia. Karena itu Teori Perlindungan Hukum ini menjadi sangat penting.

Dalam merumuskan prinsi-prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rechtstaat

dan ”Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka

berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila.27

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah bertumpu dalam setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau berdasarkan pada legalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan pemerintahan tanapa dasar kewenangan dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan

27

(22)

terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.28

Industri perbankan merupakan salah satu cabang industri yang paling banyak diatur oleh pemerintah. Stabilitas sistem perbankan dan keuangan adalah persyaratan mutlak bagi pertumbuhan dan stabilitas perekonomian secara keseluruhan.29

Berdasarkan pengertian dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyewa Safe Deposit Box merupakan konsumen yang dilindungi oleh Undang-Undang Konsumen. Hal ini dikarenakan bahwa para penyewa merupakan konsumen yang menggunakan jasa yang disediakan oleh perbankan yaitu Safe Deposit Box, yang digunakan untuk kepentingan nasabah itu sendiri yaitu untuk menyimpan surat dan barang-barang berharga. Melihat bahwa penyewa Safe Deposit Box tidak akan dapat menjual hak penggunaan Safe Deposit Box kepada pihak lain maka tidak akan mungkin adanya bentuk perdagangan hak Sehingga penting adanya hukum dalam masyarakat untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang dapat bertentangan satu sama lain. Berkaitan dengan ini, sehingga hal-hal yang berbenturan dengan kepentingan dapat ditekan sekecil-kecilnya. Adanya pengorganisasian kepentingan ini dilakukan dengan membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut. Walaupun dalam keadaan tertentu kepentingan perlindungan terkadang dilakukan dengan membatasi kepentingan pihak lain.

28Ibid.

29

(23)

sewa kepada pihak ketiga, hal ini didasarkan bahwa penyewa atau dengan kata lain konsumen telah mengikatkan diri dalam suatu bentuk perjanjian/kontrak dengan pihak bank.30

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan oprational definition. Definisi oprasional dibutuhkan untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran medua (debius) dari suatu istilah yang dipakai.31

a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakt dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Maka dengan itu dalam menjawab permasalahan didalam penelitian ini penting adanya pendefinisian dari beberapa konsep dasar, agar secara oprasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, sebagai berikut:

32

b. Safe Deposit Box adalah jasa penyewaan yang diberikan oleh bank dalam bentuk

kotak penyimpanan barang-barang atau surat-surat berharga yang memiliki sistem

30

Ronald Honarto, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Analisis Klausula Baku Pada Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box Milik Bank Mega Dan Bank Rakyat Indonesia”, Skripsi, Universitas Indonesia, 2012, hlm. 75.

31

Tan Kamelo, “Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia: Suatu Tinjauan Pustaka Pengadilan dan Perijinan di Sumatera Utara”, (Medan: Disertasi, PPs-USU, 2002), hlm 35.

32

(24)

keamanan yang akurat sehingga memberikan rasa aman bagi pengguna dan pemakaiannya didasari oleh perjanjian antara penyewa dan bank.33

c. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.34

d. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.35

e. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.36

f. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.37

g. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syaratsyarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.38

33

Thomas Suyatno, et al, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 66.

34

Pasal 1 angaka 16 Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

35

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

36

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

37

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

38

(25)

h. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan hukum kepada konsumen.39

i. Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.40

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, maksudnya suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek dari hasik penelitian di lapangan41 perlindungan hukum terhadap nasabah atas penyimpanan barang di safe deposit box pada PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan peraturan perundang-undangan. Jadi, sifat penelitian ini adalah Juridis normatif, yaitu penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya kepada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.42

39

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

40

Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 54.

41

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 63.

42

(26)

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian lapangan. Penelitian kepustakan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.43

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni: 1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tenang Perlindungan Konsumen. 4) Peraturan Bank Indonesia yang terkait dengan Safe Deposit Box

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang terkait dengan masalah penelitian.

c. Bahan hukum tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti kamus esiklopedia atau majalah yang terkait dengan masalah penelitian.

43

(27)

3. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Studi Dokumen yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, berupa dokumen-dokumen maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box.

b. Wawancara yaitu menghimpun data dengan melakukan wawancara yang menggunakan pedoman wawancara (interview guide) untuk mendapatkan data primer dari narasumber yang telah ditentukan, yaitu: Pegawai PT. Bank Panin Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi yang terkait dengan pelaksanaan Safe

Deposit Box, masing-masing 1 Costumer Service dan 1 orang Pemimpin Bidang

Pelayanan/ Wakil Pimpinan Cabang dan nasabah pengguna fasilitas safe deposit box.

4. Analisis Data

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini ialah kesulitan siswa mengungkapkan gagasan pada waktu berbicara dan

Berdasarkan putusan majelis hakim di Pengadilan Militer (DILMIL) II-09 Bandung Nomor 63-K/PM.II-09/AD/III/2013 Tahun 2013 mengenai dijatuhkannya hukuman pidana mati

Penggunaan internet terbanyak untuk tujuan seksual didomisili oleh kalangan remaja, namun remaja mengakses situs porno menjadi salah satu perilaku yang salah dalam

HENDQI. Dosen

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa penambahan antioksidan vitamin C dengan dosis 0,3 mg/ml pada pengencer fosfat kuning telur merupakan dosis

positif terhadap hasil belajar siswa kelas X MIA SMA Negeri 5 Makassar pada materi pokok ikatan kimia Penulis menyarankan untuk guru bidang studi kimia untuk lebih kreatif

Awal dari kegitan keseluruhan penelitian adalah melakukan observasi dan identifikasi masalah yang dipilih sebagai subyek penelitian pada pembelajaran matematika