• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah Kepemimpinan merupakan topik menarik yang sering dibicarakan

oleh kalangan orang banyak, baik dalam organisasi yang kecil maupun dalam

organisasi yang besar. Setiap satuan organisasi, baik formal maupun informal selalu

ada pemimpin yang memimpinnya. Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan,

dan menggerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan

serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat

dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu

organisasi sangat tergantung pada pimpinannya. Dewasa ini banyak terdapat kegiatan,

baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh swasta yang berkaitan

dengan kepemimpinan, misalnya simpasium, seminar serta pelatihan-pelatihan yang

bertujuan untuk membahas bagaimana kepemimpinan itu.

Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi

pada penyiapan secara berencana, melatih calon-calon pemimpin. Semuanya

dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan, percobaan/eksperimen, analisis,

(2)

supervisi, dan penggemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat

pemimpin yang unggul, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.

Untuk itu didalam meningkatkan suatu produktivitas kerja para pegawainya,

baik lembaga maupun organisasi dipengaruhi oleh seorang pemimpin, dimana

pemimpin sangat berperan aktif dalam meningkatkan produktivitas. Pada tingkat

nasional, produktivitas yang meningkat melengkapi posisi untuk meningkatkan

standar hidup atau paling tidak mempertahankannya sambil melakukan upaya

peningkatan kualitas hidup.

Produktivitas bukanlah hanya satu masalah teknis maupun menejerial tetapi

merupakan satu masalah yang kompleks, merupakan masalah yang berkenaan dengan

badan-badan pemerintahan, serikat buruh dan lembaga-lembaga sosial lainnya, yang

semakin berbeda tujuannya akan semakin berbeda pula definisi produktivitasnya.

Namun jika semua pihak setuju terhadap tujuan-tujuan umumnya tersebut dengan

segala kekurangan dan kelebihannya, maka definisi produktivitas itu diharapkan

dapat memberikan gambaran yang lebih umum bagi negara maupun bagi bagian

ekonomi yang berbeda-beda.

Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian dari organisasi

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang melayani masyarakat dibidang

pertanahan, dalam mengelola pertanahan harus dapat memberikan kontribusi secara

nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru

(3)

kemakmuran rakyat, untuk itu dalam melaksanakan setiap tugas dan fungsi dibidang

pertanahan harus mengacu pada terciptanya Catur Tertib Pertanahan, yaitu : tertib

hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah dan tertib

kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang masih terdapat perbedaan yang

cukup besar antara kinerja karyawan yang satu dengan kinerja karyawan yang

lainnya. Perbedaan tersebut bisa terjadi karena banyak karyawan dalam bekerja hanya

untuk memenuhi kebutuhan standar minimal yang menjadi budayanya, sementara ada

karyawan yang lainnya dapat bekerja secara aktif, antusias mengabdikan dirinya

untuk kepentingan organisasi. Untuk menghasilkan kinerja yang produktif dari setiap

karyawan tersebut maka seorang pemimpin perlu memberikan motivasi yang dapat

mengarah terciptanya budaya kerja yang kuat artinya setiap karyawan harus mampu

secara mandiri, kreatif dan dinamis dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

pimpinan dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Oleh sebab itu, kepemimpinan saat ini harus mampu menuntun organisasi

sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus bersedia memberikan

kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas. Karena itu

keberhasilan pemimpin dapat dinilai dari produktivitas dan prestasi yang dicapainya,

juga harus dinilai dari kebaikannya.

(4)

Menurut penelitian yang terdahulu pada jurnal yang ditulis oleh Giri Yani Djaja

Sudardajt (2009) menyimpulkan hasil bahwa pengaruh kepemimpinan terhadap

produktivitas kerja adalah relatif rendah apabila dibandingkan dengan faktor lain.

Berdasarkan kondisi latar belakang kepemimpinan pada Kantor Pertanahan

Kabupaten Deli Serdang tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul :

“ Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada

Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang”.

1.2Perumusan Masalah

Rumusan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar

pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Deli Serdang?”.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan pada Kantor Pertanahan

Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui bagaimana produktivitas kerja pegawai pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap

produktivitas kerja pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang.

(5)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang kepemimpinan dan

produktivitas kerja dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam

menyelesaikan penelitian ini.

b. Bagi instansi terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi perusahaan

khususnya mengenai kepemimpinan dan produktivitas kerja pegawai.

c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan

pengetahuan mengenai kepemimpinan.

1.5 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu

kerangka teori. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstrak defenisi dan

proporsi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep. Kerangka teori ini diharapkan memberikan

pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

(6)

1.5.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan sangat penting dan sangat diperlukan dalam meningkatkan

kualitas kerja perusahaan atau instansi pemerintah. Menurut Kartini Kartono

(2006:50), kepemimpinan adalah kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau

mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh

kelompoknya dan memiliki khusus yang tepat bagi situasi khusus.

Kepemimpinan tersebut juga harus melibatkan orang lain di dalamnya dan

adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya

berinteraksi, didalam kepemimpinan juga terjadi pembagian kekuasaan dan proses

mempengaruhi bawahan oleh pemimpin dan adanya tujuan bersama yang harus

dicapai.

Menurut George R. Terry ‘Leardership is activity of influencing people to

strive willingly for mutual objectives’ (kepemimpinan adalah keseluruhan

kegiatan/aktivitas untuk mempengaruhi kemauan orang lain untuk mencapai tujuan

bersama).

Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi

aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok, maka terdapat 3

(tiga) implikasi penting yaitu:

(7)

a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau pengikut.

Kesediaan menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok

membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses

kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat kepemimpinan seorang manajer

menjadi tidak relevan.

b. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara

pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok itu bukan tanpa kuasa;

mereka dapat dan bias membentuk kegiatan kelompok dengan berbagai cara.

Kekuasaan manajer dapat bersumber dari kekuasaan imbalan (reward power),

kekuasaan paksaan (coercive power), kekuasaan sah (legitimate power).

kekuasaan referensi (referent power), dan kekuasaan ahli (expert power).

c. Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk

kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara.

Para pemimpin telah mempengaruhi pegawai untuk melakukan pengorbanan

pribadi demi organisasi, sehingga diharapkan para pemimpin mempunyai

kewajiban khusu untuk mempertimbangkan etika dari keputusan mereka.

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan

tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di

(8)

dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin

untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk,

memotivasi, dan mengkoordinasi.

1.5.2 Fungsi kepemimpinan

Menurut P. Siagian (2003:46) terdapat 5 (lima) fungsi kepemimpinan, yakni:

a. Fungsi Penentu Arah

Setiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah ataupun kecil

semuanya pasti dibentuk dalam rangka mencapai suatu tujan tertentu.

Tujuan itu bisa bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka

pendek yang harus dicapai dengan melalui kerja sama yang dipimpin oleh

seorang pemimpin. Keterbatasan sumber daya organisasi mengharuskan

pemimpin untuk mengelolanya dengan efektif, dengan kata lain arah yang

hendak dicapai oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa

sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasaarana

yang ada.

b. Fungsi Sebagai Juru Bicara

Fungsi ini mengharuskan seorang pemimpin berperan sebagai

penghubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang

berkepentingan seperti pemilik saham, pemasok, penyalur, lembaga

keuangan. Peran ini sangat penting karena disadari bahwa tidak ada

satupun organisasi yang dapat hidup tanpa bantuan dari pihak lain.

(9)

c. Fungsi Sebagai Komunikator

Suatu komunikasi dapat dinyatakan berlangsung dengan efektif apabila

pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan

diartikan oleh sasaran komunikasi. Fungsi pemimpin sebagai komunikator

disini lebih ditekankan pada kemampuannya untuk mengkomunikasikan

sasaran-sasaran, strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh

bawahan.

d. Fungsi Sebagai Mediator

Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan

kepentingan dalam organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin

dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Kiranya sangat mudah

membayangkan bahwa tidak aka nada seorang pemimpin yang akan

membiarkan situasi demikian berlangsung dalam organisasi yang

dipimpinnya dan akan segera berusaha keras untuk menanggulanginya.

Sikap yang demikian pasti diambil oleh seorang pemimpin, sebab jika

tidak citranya sebagai seorang pemimpin akan rusak, kepercayaan

terhadap kepemimpinan akan merosot bahkan mungkin hilang. Jadi

kemampuan menjalankan fungsi kepemimpinan selaku mediator yang

rasional, objektif dan netral merupakan salah satu indicator efektifitas

kepemimpinan seseorang.

(10)

e. Fungsi Sebagai Integrator

Adanya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana dan tenaga, serta

diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat

menimbulkan sikap, perilaku dan tindakan berkotak-kotak dan oleh

karenanya tidak boleh dibiarkan berlangsung terus-menerus. Dengan

perkataan lain diperlukan integrator terutama pada hirarki puncak

organisasi. Integrator itu adalah pimpinan. Setiap pemimpin. Terlepas dari

hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah integrator,

hanya saja cakupannya berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan

seseorang dalam hirarki kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting

pula makna peranan tersebut.

1.5.3 Gaya kepemimpinan

Menurut P. Siagian (2003:27) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan

pada dasarnya dikategorikan menjadi 5 (lima) tipe yakni:

1. Gaya Kepemimpinan Otokratik

Pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan

bertindak sendiri dan memberitahukan bawahannya bahwa ia telah mengambil

keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana

karena tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan.

Memelihara hubungan dengan para bawahannya, manajer yang otokratik

(11)

biasanya dengan menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan

dan statusnya dalam organisasi dan kurang mempertimbangkan apakah

kepemimpinannya dapat diterima dan diakui oleh para bawahannya atau tidak.

Seorang pemimpin yang otokratik biasanya memandang dan memperlakukan

para bawahannya sebagai orang-orang yang tingkat kedewasaan dan

kematangannya lebih rendah dari pimpinan yang bersangkutan. Oleh karena

itu, dalam interaksi yang terjadi tidak mustahil bahwa ia akan menonjolkan

gaya memerintah dan bukan gaya mengajak.

2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Pemimpin paternalistic menunjukkan kecenderungan-kecenderungan

bertindak sebagai berikut: Pengambilan keputusan, kecenderungannya

menggunakan cara mengambil keputusan sendiri dan kemudian berusaha

menjual keputusan itu kepada para bawahannya. Dengan menjual keputusan

itu diharapkan bahwa para bawahan akan mau menjalankan meskipun tidak

dilibatkan didalam proses pengambilan keputusan.

3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Teori kepemimpinan belum dapat menjelaskan mengapa seseorang

dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik, sedangkan yang lain tidak.

Artinya, belum dapat dijelaskan secara ilmiah faktor-faktor apa saja yang

menjadi seseorang memiliki kharisma tertentu.

(12)

4. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Karakteristik yang paling kelihatan dari seorang pemimpin

laissez-faire terlihat pada gayanya yang santai dalam memimpin organisasi. Dalam

hal pengambilan keputusan, misalnya, seorang pemimpin ini akan

mendelegasikan tugas-tugasnya kepada bawahannya, dengan pengarahan yang

minimal atau bahkan sama sekali tanpa pengarahan sama sekali.

5. Gaya Kepemimpinan Demokratik

Pengambilan keputusan pemimpin demokratik pada tindakannya

mengikutsertakan para bawahannya dalam seluruh pengambilan keputusan.

Seorang pemimpin demokratik akan memilih model dan teknik pengambilan

keputusan tertentu yang memungkinkan para bawahannya ikut serta dalam

pengambilan keputusan.

1.5.4 Pengertian Produktivitas Kerja

Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai

pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok

harus lebih baik dari hari ini.

Sikap yang demikian membuat seorang selalu mencari perbaikan-perbaikan

dan peningkatan-peningkatan. Orang yang mempunyai sikap tersebut terdorong untuk

menjadi dinamis, kreatif, inovatif serta terbuka, tetapi kritis terhadap ide-ide baru dan

perubahan-perubahan.

(13)

Beberapa pengertian mengenai produktivitas menurut beberapa pakar akan

dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Dr. Sedarmayanti, M.Pd (2001 : 57 – 58) yang dikutip dari Paul

Mali, mengemukakan bahwa:

“Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil

barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien.

Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan

masukan dalam satuan waktu tertentu”.

Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai

pandangn bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan

esok harus lebih baik dari hari ini. secara umum produktivitas mengandung

pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja

satuan waktu. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses

peningkatan produktivitas karena amnusia bersifat dinamis. Sedangkan alat produksi

dan kemajuan teknologi lebih bersifat statis yang hanya dapat digerakkan oleh

manusia. Tingkat produktivitas yang tinggi merupakan harapan bagi setiap

perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja, banyak sekali faktor yang

mempengaruhi, seperti pemberian upah atau gaji yang adil dan layak, suasana dan

lingkungan kerja yang menyenangkan, kesempatan berkarir, kesempatan untuk maju,

fasilitas yang mendukung, dan lain-lain.

(14)

1.5.5 Faktor Produktivitas Tenaga Kerja

Secara ringkas menurut Dr. Sedarmayanti, M.Pd. (2001 : 72 – 76),

faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut:

1. Sikap Mental

Sikap mental berupa motivasi kerja. Motivasi adalah daya dorong yang

dimiliki, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang membuat karyawan

mau dan rela untuk bekerja sekuat tenaga menggunakan seluruh

kemampuannya dalam mencapai tujuan.

a. Motivasi kerja, pada umumnya orang yang mempunyai motivasi kerja

yang tinggi akan bekerja dengan rajin, giat, sehingga dengan begitu

akan dapat mencapai satu prestasi kerja yang tinggi.

b. Disiplin kerja, orang yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan

bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja dan akan

mendukung terwujudnya tujuan perusahaan. Sebab kedisiplinan adalah

kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya dan

produktivitas kerja pun akan meningkat.

c. Etika kerja, pada umumnya orang mempunyai etika yang baik akan

Nampak dalam penampilan kerja sehari-hari berupa kerjasama,

kehadiran, antusias, inisiatif, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan

(15)

kreativitas. Wujud tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat

besar terhadap pencapaian produktivitas kerja karyawan yang optimal

dan mampu memenuhi harapan atau bantuan pencapaian tujuan

perusahaan.

2. Pendidikan

Pada umumnya organisasi yang mempunyai pendidikan (formal atau non

formal) yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan lebih luas akan arti

penting produktivitas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas

dapat mendorong pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan yang

produktif.

3. Keterampilan

Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih

mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai

akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan (Ability) dan

pengalaman (Experience) yang cukup.

4. Manajemen

Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang

diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta

mengandalkan staf atau bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka

akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong

pegawai untuk melakukan tindakan yang paling produktif.

(16)

5. Hubungan Industrial Pancasila (H.I.P)

Dengan penerapan Hubungan Industrial Pancasila maka akan:

a. Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara

produktif sehingga produktivitas dapat meningkat.

b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga

menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan

produktivitas.

c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong

diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan

produktivitas.

6. Tingkat Penghasilan

Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan

konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan produktivitas.

7. Gizi dan Kesehatan

Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat,

maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat yang

tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

8. Jaminan Sosial

Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya

(17)

dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.

Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat

menimbulkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan

kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.

9. Lingkungan dan Iklim Kerja

Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar

senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan

pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas.

10.Sarana dan Prasarana

Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas

apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat

menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.

11.Teknologi

Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya maka

akan memungkinkan:

a. Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi.

b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu.

c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.

Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penerapan teknologi dapat

mendukung peningkatan produktivitas.

(18)

12.Kesempatan Berprestasi

Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karir atau

pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat bagi

dirinya maupun bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk

berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk

meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk

meningkatkan produktivitas kerja.

1.5.6 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja

Seperti kita ketahui bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dimana

seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk

mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri.

Seseorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada kemampuan pemimpin

tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinan pada situasi kerja yang

dihadapinya.

Tannanbaum dan Schmidt yang dikutip oleh Gibson (2001:285) mengatakan

bahwa:

“ Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan yang

tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya yang paling

cocok bagi waktu tertentu dan benar-benar mampu bertindak demikian”.

(19)

Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang

efektif, dimana dengan kepemimpinannya itu dapat mempengaruhi bawahannya

untuk membangkitkan motivasi kerja mereka agar berprestasi terhadap tujuan

bersama.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai

peranan yang besar dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.

Peranan faktor manusia senantiasa memperhatikan keinginan dan kemampuan

setiap karyawan. Setiap karyawan didalam perusahaan harus senantiasa dipelihara

dan dikembangkan kemampuannya untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan

kerja karyawan adalah tugas pemimpin dalam mengidentifikasi dan mengaktifkan

motivasi karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang akhirnya akan

menimbulkan produktivitas perusahaan.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana

kebenarannya perlu untuk diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan,

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.

Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengetengahkan suatu hipotesis

yang dilandaskan pada teori yang relevan, yaitu dengan adanya kepemimpinan maka

diharapkan produktivitas kerja pegawai dapat meningkat.

(20)

Adapun hipotesisnya adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap

produktivitas kerja pegawai.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap produktivitas

kerja pegawai.

1.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau definisi yang dipergunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi puat

perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33). Sehingga dengan konsep maka peneliti

bisa memahani unsur-unsur yang ada dalam penelitian, baik variabel, indikator,

parameter maupun skala pengukuran yang dikehendaki dalam penelitian. Untuk dapat

menemukan batasan yang lebih jelas maka dapat menyederhanakan pemikiran atas

masalah yang sedang penulis teliti.

1. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan yang ingin dicapai dalam suatu organisasi, memotivasi perilaku

pengikutnya atau karyawannya untuk mencapai tujuan tertentu,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

2. Fungsi Kepemimpinan ialah menuntun, membimbing, membangun,

memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, manjalin

jaringan-jaringan komunikasi yang baik, dan membawa para pengikutnya kepada

(21)

sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan

perencanaan.

3. Produktivitas kerja merupakan peningkatan kerja secara efisien dengan

memanfaatkan sumber daya dan meningkatkan hasil barang dan jasa.

1.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur variabel melalui indikator-indikatornya.

Variabel bebas (X) Kepemimpinan indikatornya :

a. Pengarahan terhadap pegawai.

b. Komunikasi antara atasan dan bawahan

c. Pengambilan keputusan

d. Motivasi

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja dengan

indikatornya sebagai berikut:

a. Motivasi kerja

b. Disiplin kerja

c. Etika Kerja

(22)

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi

konsep, definisi operasional, sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat bagaimana latar dan lokasi yang akan diteliti.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang akan dianalisa, serta memuat pembahasannya atau

interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh dari

lapangan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini, kemampuan mereka untuk bermandiri akan lebih terserlah kerana tidak bergantung kepada peluang pekerjaan yang disediakan oleh pihak lain.. Selama ini

Dalam konstruksi berkelanjutan tidak cukup hanya tiga aspek tersebut, namun harus dipikirkan pula aspek lain yaitu sumberdaya yang digunakan dalam proyek konstruksi, emisi

Fitur utama pada aplikasi ini antara lain: menjalankan perintah SQL, membuat tabel dan pengguna, melakukan backup dan recovery basisdata, menulis dan menjalankan bahasa prosedural

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

otoritas nasional dalam mengelola dinamika politik dan melindungi hak asasi warganya sebagaimana yang terjadi di wilayah-wilayah Myanmar, Angola, Afghanistan, Somalia, lrak dan

Ketika kalor diberikan kepada air, maka suhu air bertambah. Semakin banyak kalor yang diberikan semakin banyak pula perubahan pada suhu air. Bila kalor terus diberikan, lama

ada taraf signifikansi 5% maka diketahui nilai p<0,05 maka dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara peran guru terhadap sikap remaja dalam pencegahan

proses penyembuhan. tahap ini biasanya terdiri atas fase stabilisasi, antara 3 - 12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan fase sosialiasi dalam masyarakat,