BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah Kepemimpinan merupakan topik menarik yang sering dibicarakan
oleh kalangan orang banyak, baik dalam organisasi yang kecil maupun dalam
organisasi yang besar. Setiap satuan organisasi, baik formal maupun informal selalu
ada pemimpin yang memimpinnya. Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan,
dan menggerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan
serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat
dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu
organisasi sangat tergantung pada pimpinannya. Dewasa ini banyak terdapat kegiatan,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh swasta yang berkaitan
dengan kepemimpinan, misalnya simpasium, seminar serta pelatihan-pelatihan yang
bertujuan untuk membahas bagaimana kepemimpinan itu.
Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi
pada penyiapan secara berencana, melatih calon-calon pemimpin. Semuanya
dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan, percobaan/eksperimen, analisis,
supervisi, dan penggemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat
pemimpin yang unggul, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.
Untuk itu didalam meningkatkan suatu produktivitas kerja para pegawainya,
baik lembaga maupun organisasi dipengaruhi oleh seorang pemimpin, dimana
pemimpin sangat berperan aktif dalam meningkatkan produktivitas. Pada tingkat
nasional, produktivitas yang meningkat melengkapi posisi untuk meningkatkan
standar hidup atau paling tidak mempertahankannya sambil melakukan upaya
peningkatan kualitas hidup.
Produktivitas bukanlah hanya satu masalah teknis maupun menejerial tetapi
merupakan satu masalah yang kompleks, merupakan masalah yang berkenaan dengan
badan-badan pemerintahan, serikat buruh dan lembaga-lembaga sosial lainnya, yang
semakin berbeda tujuannya akan semakin berbeda pula definisi produktivitasnya.
Namun jika semua pihak setuju terhadap tujuan-tujuan umumnya tersebut dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, maka definisi produktivitas itu diharapkan
dapat memberikan gambaran yang lebih umum bagi negara maupun bagi bagian
ekonomi yang berbeda-beda.
Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian dari organisasi
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang melayani masyarakat dibidang
pertanahan, dalam mengelola pertanahan harus dapat memberikan kontribusi secara
nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru
kemakmuran rakyat, untuk itu dalam melaksanakan setiap tugas dan fungsi dibidang
pertanahan harus mengacu pada terciptanya Catur Tertib Pertanahan, yaitu : tertib
hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah dan tertib
kelestarian alam dan lingkungan hidup.
Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang masih terdapat perbedaan yang
cukup besar antara kinerja karyawan yang satu dengan kinerja karyawan yang
lainnya. Perbedaan tersebut bisa terjadi karena banyak karyawan dalam bekerja hanya
untuk memenuhi kebutuhan standar minimal yang menjadi budayanya, sementara ada
karyawan yang lainnya dapat bekerja secara aktif, antusias mengabdikan dirinya
untuk kepentingan organisasi. Untuk menghasilkan kinerja yang produktif dari setiap
karyawan tersebut maka seorang pemimpin perlu memberikan motivasi yang dapat
mengarah terciptanya budaya kerja yang kuat artinya setiap karyawan harus mampu
secara mandiri, kreatif dan dinamis dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
pimpinan dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Oleh sebab itu, kepemimpinan saat ini harus mampu menuntun organisasi
sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus bersedia memberikan
kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas. Karena itu
keberhasilan pemimpin dapat dinilai dari produktivitas dan prestasi yang dicapainya,
juga harus dinilai dari kebaikannya.
Menurut penelitian yang terdahulu pada jurnal yang ditulis oleh Giri Yani Djaja
Sudardajt (2009) menyimpulkan hasil bahwa pengaruh kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja adalah relatif rendah apabila dibandingkan dengan faktor lain.
Berdasarkan kondisi latar belakang kepemimpinan pada Kantor Pertanahan
Kabupaten Deli Serdang tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul :
“ Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada
Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang”.
1.2Perumusan Masalah
Rumusan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar
pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor
Pertanahan Kabupaten Deli Serdang?”.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan pada Kantor Pertanahan
Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk mengetahui bagaimana produktivitas kerja pegawai pada Kantor
Pertanahan Kabupaten Deli Serdang.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang kepemimpinan dan
produktivitas kerja dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam
menyelesaikan penelitian ini.
b. Bagi instansi terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi perusahaan
khususnya mengenai kepemimpinan dan produktivitas kerja pegawai.
c. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
pengetahuan mengenai kepemimpinan.
1.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu
kerangka teori. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstrak defenisi dan
proporsi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep. Kerangka teori ini diharapkan memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.
1.5.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat penting dan sangat diperlukan dalam meningkatkan
kualitas kerja perusahaan atau instansi pemerintah. Menurut Kartini Kartono
(2006:50), kepemimpinan adalah kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh
kelompoknya dan memiliki khusus yang tepat bagi situasi khusus.
Kepemimpinan tersebut juga harus melibatkan orang lain di dalamnya dan
adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya
berinteraksi, didalam kepemimpinan juga terjadi pembagian kekuasaan dan proses
mempengaruhi bawahan oleh pemimpin dan adanya tujuan bersama yang harus
dicapai.
Menurut George R. Terry ‘Leardership is activity of influencing people to
strive willingly for mutual objectives’ (kepemimpinan adalah keseluruhan
kegiatan/aktivitas untuk mempengaruhi kemauan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama).
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok, maka terdapat 3
(tiga) implikasi penting yaitu:
a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau pengikut.
Kesediaan menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok
membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses
kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat kepemimpinan seorang manajer
menjadi tidak relevan.
b. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara
pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok itu bukan tanpa kuasa;
mereka dapat dan bias membentuk kegiatan kelompok dengan berbagai cara.
Kekuasaan manajer dapat bersumber dari kekuasaan imbalan (reward power),
kekuasaan paksaan (coercive power), kekuasaan sah (legitimate power).
kekuasaan referensi (referent power), dan kekuasaan ahli (expert power).
c. Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk
kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara.
Para pemimpin telah mempengaruhi pegawai untuk melakukan pengorbanan
pribadi demi organisasi, sehingga diharapkan para pemimpin mempunyai
kewajiban khusu untuk mempertimbangkan etika dari keputusan mereka.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di
dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin
untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk,
memotivasi, dan mengkoordinasi.
1.5.2 Fungsi kepemimpinan
Menurut P. Siagian (2003:46) terdapat 5 (lima) fungsi kepemimpinan, yakni:
a. Fungsi Penentu Arah
Setiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah ataupun kecil
semuanya pasti dibentuk dalam rangka mencapai suatu tujan tertentu.
Tujuan itu bisa bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka
pendek yang harus dicapai dengan melalui kerja sama yang dipimpin oleh
seorang pemimpin. Keterbatasan sumber daya organisasi mengharuskan
pemimpin untuk mengelolanya dengan efektif, dengan kata lain arah yang
hendak dicapai oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa
sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasaarana
yang ada.
b. Fungsi Sebagai Juru Bicara
Fungsi ini mengharuskan seorang pemimpin berperan sebagai
penghubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang
berkepentingan seperti pemilik saham, pemasok, penyalur, lembaga
keuangan. Peran ini sangat penting karena disadari bahwa tidak ada
satupun organisasi yang dapat hidup tanpa bantuan dari pihak lain.
c. Fungsi Sebagai Komunikator
Suatu komunikasi dapat dinyatakan berlangsung dengan efektif apabila
pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan
diartikan oleh sasaran komunikasi. Fungsi pemimpin sebagai komunikator
disini lebih ditekankan pada kemampuannya untuk mengkomunikasikan
sasaran-sasaran, strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh
bawahan.
d. Fungsi Sebagai Mediator
Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan
kepentingan dalam organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin
dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Kiranya sangat mudah
membayangkan bahwa tidak aka nada seorang pemimpin yang akan
membiarkan situasi demikian berlangsung dalam organisasi yang
dipimpinnya dan akan segera berusaha keras untuk menanggulanginya.
Sikap yang demikian pasti diambil oleh seorang pemimpin, sebab jika
tidak citranya sebagai seorang pemimpin akan rusak, kepercayaan
terhadap kepemimpinan akan merosot bahkan mungkin hilang. Jadi
kemampuan menjalankan fungsi kepemimpinan selaku mediator yang
rasional, objektif dan netral merupakan salah satu indicator efektifitas
kepemimpinan seseorang.
e. Fungsi Sebagai Integrator
Adanya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana dan tenaga, serta
diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat
menimbulkan sikap, perilaku dan tindakan berkotak-kotak dan oleh
karenanya tidak boleh dibiarkan berlangsung terus-menerus. Dengan
perkataan lain diperlukan integrator terutama pada hirarki puncak
organisasi. Integrator itu adalah pimpinan. Setiap pemimpin. Terlepas dari
hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah integrator,
hanya saja cakupannya berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam hirarki kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting
pula makna peranan tersebut.
1.5.3 Gaya kepemimpinan
Menurut P. Siagian (2003:27) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
pada dasarnya dikategorikan menjadi 5 (lima) tipe yakni:
1. Gaya Kepemimpinan Otokratik
Pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan
bertindak sendiri dan memberitahukan bawahannya bahwa ia telah mengambil
keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana
karena tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan.
Memelihara hubungan dengan para bawahannya, manajer yang otokratik
biasanya dengan menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan
dan statusnya dalam organisasi dan kurang mempertimbangkan apakah
kepemimpinannya dapat diterima dan diakui oleh para bawahannya atau tidak.
Seorang pemimpin yang otokratik biasanya memandang dan memperlakukan
para bawahannya sebagai orang-orang yang tingkat kedewasaan dan
kematangannya lebih rendah dari pimpinan yang bersangkutan. Oleh karena
itu, dalam interaksi yang terjadi tidak mustahil bahwa ia akan menonjolkan
gaya memerintah dan bukan gaya mengajak.
2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Pemimpin paternalistic menunjukkan kecenderungan-kecenderungan
bertindak sebagai berikut: Pengambilan keputusan, kecenderungannya
menggunakan cara mengambil keputusan sendiri dan kemudian berusaha
menjual keputusan itu kepada para bawahannya. Dengan menjual keputusan
itu diharapkan bahwa para bawahan akan mau menjalankan meskipun tidak
dilibatkan didalam proses pengambilan keputusan.
3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Teori kepemimpinan belum dapat menjelaskan mengapa seseorang
dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik, sedangkan yang lain tidak.
Artinya, belum dapat dijelaskan secara ilmiah faktor-faktor apa saja yang
menjadi seseorang memiliki kharisma tertentu.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire
Karakteristik yang paling kelihatan dari seorang pemimpin
laissez-faire terlihat pada gayanya yang santai dalam memimpin organisasi. Dalam
hal pengambilan keputusan, misalnya, seorang pemimpin ini akan
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada bawahannya, dengan pengarahan yang
minimal atau bahkan sama sekali tanpa pengarahan sama sekali.
5. Gaya Kepemimpinan Demokratik
Pengambilan keputusan pemimpin demokratik pada tindakannya
mengikutsertakan para bawahannya dalam seluruh pengambilan keputusan.
Seorang pemimpin demokratik akan memilih model dan teknik pengambilan
keputusan tertentu yang memungkinkan para bawahannya ikut serta dalam
pengambilan keputusan.
1.5.4 Pengertian Produktivitas Kerja
Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok
harus lebih baik dari hari ini.
Sikap yang demikian membuat seorang selalu mencari perbaikan-perbaikan
dan peningkatan-peningkatan. Orang yang mempunyai sikap tersebut terdorong untuk
menjadi dinamis, kreatif, inovatif serta terbuka, tetapi kritis terhadap ide-ide baru dan
perubahan-perubahan.
Beberapa pengertian mengenai produktivitas menurut beberapa pakar akan
dikemukakan sebagai berikut:
Menurut Dr. Sedarmayanti, M.Pd (2001 : 57 – 58) yang dikutip dari Paul
Mali, mengemukakan bahwa:
“Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil
barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien.
Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan
masukan dalam satuan waktu tertentu”.
Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai
pandangn bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan
esok harus lebih baik dari hari ini. secara umum produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja
satuan waktu. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
peningkatan produktivitas karena amnusia bersifat dinamis. Sedangkan alat produksi
dan kemajuan teknologi lebih bersifat statis yang hanya dapat digerakkan oleh
manusia. Tingkat produktivitas yang tinggi merupakan harapan bagi setiap
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja, banyak sekali faktor yang
mempengaruhi, seperti pemberian upah atau gaji yang adil dan layak, suasana dan
lingkungan kerja yang menyenangkan, kesempatan berkarir, kesempatan untuk maju,
fasilitas yang mendukung, dan lain-lain.
1.5.5 Faktor Produktivitas Tenaga Kerja
Secara ringkas menurut Dr. Sedarmayanti, M.Pd. (2001 : 72 – 76),
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1. Sikap Mental
Sikap mental berupa motivasi kerja. Motivasi adalah daya dorong yang
dimiliki, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang membuat karyawan
mau dan rela untuk bekerja sekuat tenaga menggunakan seluruh
kemampuannya dalam mencapai tujuan.
a. Motivasi kerja, pada umumnya orang yang mempunyai motivasi kerja
yang tinggi akan bekerja dengan rajin, giat, sehingga dengan begitu
akan dapat mencapai satu prestasi kerja yang tinggi.
b. Disiplin kerja, orang yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan
bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja dan akan
mendukung terwujudnya tujuan perusahaan. Sebab kedisiplinan adalah
kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya dan
produktivitas kerja pun akan meningkat.
c. Etika kerja, pada umumnya orang mempunyai etika yang baik akan
Nampak dalam penampilan kerja sehari-hari berupa kerjasama,
kehadiran, antusias, inisiatif, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan
kreativitas. Wujud tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap pencapaian produktivitas kerja karyawan yang optimal
dan mampu memenuhi harapan atau bantuan pencapaian tujuan
perusahaan.
2. Pendidikan
Pada umumnya organisasi yang mempunyai pendidikan (formal atau non
formal) yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan lebih luas akan arti
penting produktivitas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas
dapat mendorong pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan yang
produktif.
3. Keterampilan
Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih
mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai
akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan (Ability) dan
pengalaman (Experience) yang cukup.
4. Manajemen
Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang
diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta
mengandalkan staf atau bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka
akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong
pegawai untuk melakukan tindakan yang paling produktif.
5. Hubungan Industrial Pancasila (H.I.P)
Dengan penerapan Hubungan Industrial Pancasila maka akan:
a. Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara
produktif sehingga produktivitas dapat meningkat.
b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga
menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan
produktivitas.
c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong
diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan
produktivitas.
6. Tingkat Penghasilan
Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produktivitas.
7. Gizi dan Kesehatan
Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat,
maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat yang
tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
8. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya
dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.
Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat
menimbulkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan
kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.
9. Lingkungan dan Iklim Kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar
senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas.
10.Sarana dan Prasarana
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas
apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat
menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.
11.Teknologi
Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya maka
akan memungkinkan:
a. Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi.
b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu.
c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penerapan teknologi dapat
mendukung peningkatan produktivitas.
12.Kesempatan Berprestasi
Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karir atau
pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat bagi
dirinya maupun bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk
berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk
meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
1.5.6 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja
Seperti kita ketahui bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dimana
seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk
mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri.
Seseorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada kemampuan pemimpin
tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinan pada situasi kerja yang
dihadapinya.
Tannanbaum dan Schmidt yang dikutip oleh Gibson (2001:285) mengatakan
bahwa:
“ Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan yang
tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya yang paling
cocok bagi waktu tertentu dan benar-benar mampu bertindak demikian”.
Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang
efektif, dimana dengan kepemimpinannya itu dapat mempengaruhi bawahannya
untuk membangkitkan motivasi kerja mereka agar berprestasi terhadap tujuan
bersama.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai
peranan yang besar dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.
Peranan faktor manusia senantiasa memperhatikan keinginan dan kemampuan
setiap karyawan. Setiap karyawan didalam perusahaan harus senantiasa dipelihara
dan dikembangkan kemampuannya untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan
kerja karyawan adalah tugas pemimpin dalam mengidentifikasi dan mengaktifkan
motivasi karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang akhirnya akan
menimbulkan produktivitas perusahaan.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana
kebenarannya perlu untuk diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengetengahkan suatu hipotesis
yang dilandaskan pada teori yang relevan, yaitu dengan adanya kepemimpinan maka
diharapkan produktivitas kerja pegawai dapat meningkat.
Adapun hipotesisnya adalah:
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja pegawai.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap produktivitas
kerja pegawai.
1.7 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah atau definisi yang dipergunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi puat
perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33). Sehingga dengan konsep maka peneliti
bisa memahani unsur-unsur yang ada dalam penelitian, baik variabel, indikator,
parameter maupun skala pengukuran yang dikehendaki dalam penelitian. Untuk dapat
menemukan batasan yang lebih jelas maka dapat menyederhanakan pemikiran atas
masalah yang sedang penulis teliti.
1. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu organisasi, memotivasi perilaku
pengikutnya atau karyawannya untuk mencapai tujuan tertentu,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
2. Fungsi Kepemimpinan ialah menuntun, membimbing, membangun,
memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, manjalin
jaringan-jaringan komunikasi yang baik, dan membawa para pengikutnya kepada
sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan
perencanaan.
3. Produktivitas kerja merupakan peningkatan kerja secara efisien dengan
memanfaatkan sumber daya dan meningkatkan hasil barang dan jasa.
1.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana caranya
mengukur variabel melalui indikator-indikatornya.
Variabel bebas (X) Kepemimpinan indikatornya :
a. Pengarahan terhadap pegawai.
b. Komunikasi antara atasan dan bawahan
c. Pengambilan keputusan
d. Motivasi
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja dengan
indikatornya sebagai berikut:
a. Motivasi kerja
b. Disiplin kerja
c. Etika Kerja
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi
konsep, definisi operasional, sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memuat bagaimana latar dan lokasi yang akan diteliti.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi yang akan dianalisa, serta memuat pembahasannya atau
interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh dari
lapangan.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan