• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman Nyeri - Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kenyamanan; Nyeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman Nyeri - Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kenyamanan; Nyeri"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman Nyeri

Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap

individu memiliki karakteristik fisiologis, social, spiritual, psikologis dan kebudayaan

yang mempengaruhi cara mereka menginterprestasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba

(1992), mendefenisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan

dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan

yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan

transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri) (Potter & Perry,

2005).

Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya

mengidentifikasi empat konteks (Potter & Perry, 2006), antara lain:

1. Fisik: berhubungan dengan sensasi tubuh.

2. Sosial: berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial.

3. Psikospiritual: berhungan dengan kewaspadaan internal dalam diri, seksualitas

dan makna kehidupan.

4. Lingkungan: berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia:

cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur - unsur alamiah

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.

Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi nyeri berbeda

dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat

dalam mengatasi nyeri pada klien (Asmadi, 2008).

Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul bila mana jaringan

sedang dirusakkan dan menyebab individu tersebut beraksi untuk menghilangkan atau

mengurangi rasa nyeri (Depkes RI, 1997)

Faktor yang mempengaruhi rekasi nyeri antara lain: makna nyeri bagi individu,

tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan

fisik dan mental, sikap orang tua terhadap nyeri, lokasi nyeri, perasaan takut/cemas,

upaya untuk mengurangi respon terhadap stessor, dan usia (Priharjo, 1992).

Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.

1. Nyeri akut adalah nyeri yang suatu pengalaman emosional yang tidak

(2)

maupun potensial, dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat,

dapat di prediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan (NANDA,

2001).

2. Nyeri kronis adalah suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

sebagai akibat kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan

waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat di prediksi untuk

berakhir dan durasi lebih dari enam bulan (NANDA, 2001).

Tabel 2.1 Perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Tujuan Memperingatkan klien terhadap

adanya cedera/masalah

Memberikan alasan pada klien

untuk mencari informasi

berkaitan dengan perawatn

dirinya

Awitan Mendadak Terus menerus/intermittent

Durasi Durasi singkat (dari beberapa

detik sampai 6 bulan.

Durasi lama, 6 bulan atau

lebih

Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat

Respon otonom - Frekuensi jantung meningkat

- Tekanan darah meningkat

- Dilatasi pupil meningkat

- Tegangan otot meningkat

- Tidak terdapat respon

otonom

- Vital sign dalam batas

normal

Respon

psikologis

Ansitas - Depresi

- Keputasaan

- Mudah tersinggung/marah

- Menarik diri

Respon

fisik/perilaku

- Menangis/ mengerang

- Waspada

- Mengerutkan dahi

- Mengeluh sakit

- Keterbatasan gerak

- Kelesuan

- Kelelahan/kelemahan

- Mengeluh sakit hanya

ketika dikaji/di Tanya

Contoh - Nyeri bedah

- Trauma

- nyeri kanker

- arthritris

(3)

1. Pengkajian

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan

perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnose keperawatan

yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat

dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan (Sigit, 2010).

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang

efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secar

berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua faktor yang

mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan

sosiokultural (Mubarak, 2007).

Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri

akut adalah (Sigit, 2010):

1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).

2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.

3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien

dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha

untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji

kuantitas persepsi klien terhadap nyeri (Sigit, 2010).

Untuk klien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik

adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi prilaku, afektif, kognitif (NIH,

1986; McGuire, 1992 dalam Sigit, 2010).

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat didalam

memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donova & Girton (1984),

mengidentifikasi komponen-komponen tersebut diantaranya:

a. Penentuan Ada Tidaknya Nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika

klien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak

menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien

adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru

(4)

b. Karakteristik Nyeri (Metode P,Q,R,S,T)

1) Faktor pencetus (P: Provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien,

dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian yang

mengalami cidera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik

maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan

perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri (Sigit, 2010).

2) Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan klien,

seringkali klie mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul,

berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertintih, perih, tertusuk dan lain-lain,

di mana tiap-tiap klien mungkin berbedda-beda dalam melaporkan kualitas

nyeri yang dirasakan (Sigit, 2010).

3) Lokasi (R: Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.

Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien

untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini

akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar) (Sigit,

2010).

Dalam mendokumentasikan hasil pengkajian tentang nyeri, perawat

menggunakan bahasa anatami atra istilah yang deskriptif. Sebagai contoh

pernyataan “nyeri terdapat di kuadran abdomen kanan atas” adalah

penyataan yang lebih spesisik dibandingkan “klien mengatakan bahwa nyeri

terasa pada abdomen” (Sigit, 2010).

4) Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan klien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling

subjektif. Pada pengkajian ini klien di minta untuk menggambarkan nyeri

yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun

kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dank

lien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang membedakan antara

nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena

(5)

Skala numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti

alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan skala 0 – 10.

Angka 0 dikatakan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10

mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif

untuk mengkaji intentitas contoh: pada hari pertama post operasi klien

mengatakan skala nyeri yang ia rasakan pada angka 8, kemudian hari kedua

post operasi saat dilakukan pengkajian klien melaporkan adanya penurunan

nyeri yang ia rasakan pada angka 4 (Sigit, 2010).

Gambar. Skala nyeri numerik

5) Durasi (Time)

Perawat menanyakan pada klien untuk menentukan durasi dan rangkaian

nyeri. Perawat dapt menanyakan: “kapan nyeri mulai dirasakan?”, “sudah

berapa lama nyeri dirasakan?”, “apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada

waktu yang sama setiap hari?”, “seberapa sering nyeri kambuh?” atau

dengan kata-kata lain yang semakna (Sigit, 2010).

6) Faktor yang memperberat/ memperingan nyeri

Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri klien,

misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stress dan yang lainnya,

sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan tindakan yang tepat

untuk menghidari peningkatan respon nyeri pada klien (Sigit, 2010).

c. Respon Fisiologis

Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan

thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon

stress. Stimulus pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan

(6)

Tabel 2.2. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri

Respon fisiologis terhadap nyeri

Respon simpatik Peningkatan frequensi pernafasan

Dilatasi saluran bronkiolus

Peningkatan frequensi denyut jantung

Vasokontriksi perifer (pucat,peningkatan tekanan

darah )

Diaphoresis

Peningkatan tegangan otot

Dilatasi pupil

Penurunan motilitas saluran cerna

Respon parasimpatik Pucat

Ketegangan otot

Penurunan denyut jantung atau tekanan darah

Pernafasan cepat dan tidak teratur

Mual dan muntah

Kelemahan atau kelelahan

d. Respon Perilaku

Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon perilaku tersebut untuk

memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah nyeri yang di

rasakan klien. Respon perilaku yang biasa di tunjukkan adalah merubah posisi

tubuh, mengusap bagian yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan

ekspresi wajah meringis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung (Sigit,

2010).

e. Respon Afektif

Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat di dalam

melakukan pengkajian terhadap klien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas

(kecemasan) perlu di gali dengan menanyakan pada klien seperti: “Apakah anda

saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga ada depresi, ketidak tertarikan

terhadap aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu di

(7)

f. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Kita

Klien yang merasakan nyeri setiap hari pasti akan mengalami gangguan dalam

kegitan sehari-harinya. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap

kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat

membantu dalam program aktivitas pasien (Sigit, 2010).

g. Persepsi Klien Tentang Nyeri

Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana

klien menghubungkan antara nyeri yang di alami dengan proses penyakit atau

hal lain dalam diri dan lingkungan di sekitar nya (Sigit, 2010).

h. Mekanisme Adaptasi Klien TerhadapNyeri

Terkadang individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi terhadap

nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien

gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara

tersebut dan apakah bisa di gunakan saat klien menjalani perawatan di rumah

sakit. Apabila cara tersebut dapat di gunakan, perawat dapat memasukkannya

dalam rencana tindakan (Sigit,2010).

2. Analisa Masalah

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan

secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan

kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses

keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, di dapat data dasar tentang

masalah-masalah yang di hadapin klien. Selanjutnya data dasar itu di gunakan untuk

menentukan diagnosis kerawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan

kerawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data di mulai sejak

klien masuk rumah sakit, selama klien di rawat secara terus menerus, serta pengkajian

ulang untuk menambah/melengkapi data (Sigit,2010).

a. Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klian mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil

konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.

b. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya erta hal-hal yang mencakup tindakan yang

(8)

Tujuan Pengumpulan Data

a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.

b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.

d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah

berikutnya:

Tipe data:

a. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi

dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa di tentukan oleh perawat, mencakup

persepsi, perasaan, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,

kecemasan, mual, perasaan malu (Sigit,2010).

b. Data Objektif

Adalah data yang dapat di observasi dan di ukur, dapat di peroleh menggunakan

panca indera (lihat,dengar,cium,sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya

frequensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran

(Sigit,2010).

Karakteristik Data a. Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien

yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus

mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan

hal-hal sebagai berikut: apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsumakan atau

disengaja?, apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang

patologis?, bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan (Sigit, 2010).

b. Akurat dan Nyata

Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir akurat dan nyata

untuk membuktikan benar tidaknya apa yang di dengar, di lihat, di amati dan di

ukur melalui pemeriksaan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang

mengerti terhadap data yang telah di kumpulkan, maka perawat harus

berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti.

c. Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data

(9)

seperti ini bisa di antisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan

jelas. Dengan mencatat data relevan sesuai dengan masalah klien, yang

merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus

(Sigit, 2010).

3. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan rasa nyaman nyeri

(NANDA dalam Potter & Perry, 2006):

a. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik/trauma.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis, pirah baring/imobolitas.

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

4. Perencanaan

Tabel 2.3. Perencanaan Keparawatan No.

Dx

Perencanaan Keperawatan

1.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

− Pasien akan menunjukkan tehnik relaksasi secara individual yang aktif

untuk mencapai kenyamanan.

− Pasien akan mempertahankan nyeri pada 4 atau kurang.

− Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mecegah nyeri.

Rencana tindakan Rasional

Pengkajian:

− Lakukan pengkajian nyeri meliputi

lokasi, karakteristik, durasi atau

faktor presipitasinya

Observasi/monitoring:

− Kendalikan faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi respon klien

terhadap ketidaknyamanan

− Membantu dalam

mengidentifikasi derajat

ketidaknyamanan dan kebutuhan

untuk keefektifan analgesik.

− Menurunkan reaksi terhadap

stimulus dari luar dan

meningkatkan istirahat atau

(10)

− Pantau tanda-tanda vital

Mandiri:

− Bantu klien dalam menentukan posisi

yang nyaman

− Gunakan tindakan pengendalian

nyeri sebelum menjadi berat

− Bantu klien untuk mengidentifikasi

tindakan memenuhi kebutuhan rasa

nyaman telah berhasil dilakukan

seperti relaksasi atau kompres

hangat/dingin.

Kolaborasi:

− Perawat kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat anti nyeri

Pendidikan kesehatan:

- Berikan informasi tentang nyeri,

seperti penyebab nyeri, seberapa

lama akan berlangsung dan antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur

− Nyeri yang berkelanjut akan

berdampak pada peningkatan

tanda-tanda vital. Merupakan

indikator/derajat nyeri tidak

langsung yang dialami.

− Membantu menurunkan

ketidaknyamanan lebih lanjut

− Jika kondisi nyeri, keluhan nyeri

masih menunjukkan tahap awal,

baiknya berikan langsung terapi

awal pengendalian nyeri

(misalnya: nafas dalam)

− Akan mempermudah proses

perawatan selanjutnya

− Mungkin diperlukan pemberian

analgesik untuk mendukung

proses penurunan nyeri

− Pasien mendapat penjelasan

tentang nyeri akan lebih sedikit

mengalami stress dibandingkan

dengan pasien yang tidak

mendapat penjelasan.

2. Tujuan dan Kriteria hasil:

− Pasien akan mengidentifikasi aktivitas dan situasi yang menimbulkan

kecemasan berkontribusi pada intoleransi aktivitas

− Pasien akan menampilkan aktivitas kehidupan sehari – hari dengan

(11)

− Pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan

dengan peningkatan yang memadai, tanda – tanda vital dalam batas

normal

Rencana tindakan Rasional

Pengkajian:

− Kaji respon emosi, sosial dan

spiritual terhadap aktivitas

− Evaluasi dan motivasi keinginan

pasien untuk meningkatkan aktivitas

Monitoring/Observasi:

− Tentukan penyebab keletihan

− Pantau pola istirahat klien dan lamanya waktu tidur

− Pantau asupan nutrisi

Mandiri:

− Bantu dengan aktivitas teratur

sesuai kebutuhan (misalnya

berubah posisi).

− Batasi rangsangan lingkungan

(seperti: cahaya dan kebisingan)

kolaborasi:

− Berikan pengobatan nyeri

sebelum aktivitas.

Pendidikan Kesehatan:

− Ajarkan tentang pengaturan

aktivitas dan teknik menejemen

waktu

− Membantu dalam

mengidentifikasi derajat

kemampuan pasien terhadap

aktivitas

− Mampu memberi semangat pada

klien agar bisa melakukan

aktivitas seperti dahulu

− Mampu mempermudah proses

perawatan selanjutnya

− Mengidentifikasi penyebab

terjadinya intoleransi aktivitas.

− Untuk memastikan keadekuatan

sumber-sumber energi.

− Akan mempermudah pasien

dalam beraktivitas.

− Untuk memfasilitasi relaksasi

− Pemberian anti nyeri akan

mempermudah aktivitas klien.

− Untuk mencegah terjadinya

kelelaha, diperlukan

manajemen waktu dan

(12)

3. Tujuan dan Kriteria Hasil:

− Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien

Menunjukkan kenyamanan psikologis.

− Klien akan menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai

kebutuhan.

− Klien akan mengekspresikan perasaan yang positif tentang

hubungan yang penting bagi klien.

Rencana Tindakan Rasional

Pengkajian:

− Kaji dukungan orang yang penting

bagi pasien

− Tentukan sumber ansietas.

Monitoring/Observasi:

− Pantau tanda dan gejala ansietas

Mandiri:

− Berikan kenyamanan fisik dan

keamanan.

− Membina hubungan saling percaya

antara perawat dan pasien

Pendidikan Kesehatan:

− Memberikan informasi tentang

prosedur yang dilakukan

− Dengan mendapat dukungan dari

orang yang penting bagi pasien

akan mampu mengurangi tingkat

kecemasan.

− Membantu dalam mengidentifikasi derajat

kecemasan pasien

− Membantu dalam

mengidentifikasi derajat

kecemasan pasien

− Akan mampu mengurangi tingkat

kecemasan klien.

− Meningkatkan rasa percaya pasien

pada perawat

(13)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.E

Jenis kelamin : laki-laki

Umur : 63 tahun

Status perkawinan : sudah menikah

Agama : Protestan

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Jalan. Dorowati Lorong Gereja no 28

Kecamatan Medan Perjuangan.

Tanggal masuk : 28 Mei 2014

No. Register : 00-55-93-55

Ruangan/kamar : Dahlia 1/ kamar 12

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 02 juni 2014

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Chephalgia

II. KELUHAN UTAMA

Tn.E mengatakan nyeri di daerah kepala seperti tertusuk – tusuk dan nyeri

bertambah jika melakukan banyak aktivitas, skala nyeri 6.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

(14)

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Pasien biasanya tidur untuk mengurangi rasa nyeri, pengaturan posisi

yang nyaman yaitu semi fowler.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Nyeri datang mendadak dan berdurasi 5 – 10 menit (nyeri akut) seperti

tertusuk – tusuk, skala nyeri 6.

2. Bagaimana dilihat

Pasien meringis kesakitan, wajah terlihat pucat jika diberikan terapi oleh

petugas kesehatan.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Pasien mengatakan lokasi nyerinya pada kepala dan leher.

2. Apakah menyebar

Pasien mengatakan nyeri menyebar dari kepala hingga leher.

D. Severity

Pasien mengatakan bahwa keaadaan ini menganggu aktivitasnya

E. Time

Pasien mengatakan nyeri yang dialaminya timbul jika melakukan banyak

aktivitas

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Pasien mengatakan belum pernah mendapat tindakan medis sebelumnya.

C. Pernah dirawat/operasi

Pasien mengatakan belum pernah dirawat maupun operasi sebelumnya

D. Lama dirawat

Pasien tidak mendaptkan perawatan sebelumnya, sebab klien belum

pernah di rawat di rumah sakit.

E. Alergi

(15)

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan saat ini sangat mengganggu

aktivitasnya dan selalu takut jika diberikan terapi pengobatan.

B. Konsep diri

a) Gambaran diri

Pasien mengatakan kepalanya susah digerakkan dan takut tidak

bisa kembali seperti semula lagi.

b) Ideal diri

Pasien mengatakan aktivitasnya menjadi terbatas

c) Harga diri

Pasien merasa bahwa dirinya tidak maksimal menjalani

aktivitasnya

d) Peran diri

Setelah sakit pasien mengatakan ia merasa terganggu dengan

perannya sebagai kepala keluarga.

e) Identitas

Pasien berperan sebagai seorang suami dan seorang ayah.

C. Keadan Emosi

Keadaan emosi pasien stabil, seperti masih bisa mengontrol emosinya.

D. Hubungan Sosial

a) Orang yang berarti

orang yang berarti adalah istri

b) Hubungan dengan keluarga

hubungan dengan keluarga baik-baik saja

c) Hubungan dengan orang lain

Pasien berhubungan baik dengan orang lain

d) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain

Pasien mengatakan tidak memiliki hambatan dengan orang lain.

E. Spiritual

a) Nilai dan kenyakinan

Pasien beragama protestan,dan dalam kehidupan sehari-hari

pasien melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran dari

(16)

b) Kegiatan ibadah

Sejak mendapat perawatan di rumah sakit, pasien melakukan

kegiatan ibadah yaitu berdoa.

VI. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Compos Mentis

B. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : 36,5°C

Tekanan darah : 160/90 mmhg

Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 22x/menit

Skala nyeri : 6

TB : 170 cm

BB : 76 kg

C. Pemeriksaan Head To Toe

1) Kepala dan rambut

a) Bentuk : bentuk kepala pasien simetris dan ovale.

b) Ubun – ubun : tepat di tengah.

c) Kulit kepala : kulit kepal bersih, dan sedikit berbau.

2) Rambut

a) Penyebaran dan keadaan rambut

Penyebaran rambut pasien merata dan bewarna hitam.

b) Bau

Rambut sedikit berbau,seperti bau keringat.

c) Warna kulit

Warna kulit kepala dalam keadaan normal.

3) Wajah

a) Warna kulit : sawo matang.

b) Struktur wajah : Struktur wajah berbentuk ovale dan simetris

4) Mata

a) Kelengkapan dan Kesismetrisan

(17)

b) Palpera

Tidak ada oedema

c) Konjungtiva dan sclera

Konjungtiva bewarna merah muda dan sclera bewarna putih.

d) Pupil

Isokor pada mata kanan dan kiri

e) Kornea dan iris

Tidak ada pengapuran katarak

f) Tekanan bola mata

Tidak ada tekanan pada bola mata

5) Hidung

a) Tulang hidung dan posisi septum nasi

Tulang dan hidung dalam keadaan normal, dan sputum nasi

berada di tengah

b) Lubang hidung

Lubang hidung ada, simetris dan terdapat rambut hidung.

c) Cuping hidung

Tidak terdapat pernafasan cuping hidung

6) Telinga

a) Bentuk telinga

simetris antara telinga kanan dan kiri

b) Ukuran telinga

simetris antara telinga kanan dan kiri

c) Lubang telinga

Telinga bersih, tidak ada sekret.

d) Ketajaman pendengaran

Pasien mampu mendengar dengan baik

7) Mulut dan faring

a) Keadaan bibir

Mukosa bibir lembab, tidak sianosis

b)Keadaan gusi dan gigi

tidak ada radang gusi dan karang gigi

c) Keadaan lidah

(18)

d)Orofaring

Tidak ada peradangan.

8) Leher

a) Posisi trachea : posisi medial/normal

b)Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

c) Suara : tidak terdapat kelainan pada suara

d)Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

e) Vena jugularis : tidak ada distensi vena jugularis

f) Denyut nadi karotis: teraba, kuat dan teratur

9) Pemeriksaan integument

a) Kebersihan : kebersihan kulit pasien terpelihara

b)Kehangatan : teraba hangat

c) Warna : sawo matang

d)Turgor : turgor kulit kembali < 2 detik

e) Kelembapan : kulit lembab

f) Kelainan pada kulit : tidak ada alergi pada kulit

10) Pemeriksaan thorak/dada

a) Inspeksi thoraks : simetris kanan dan kiri

b)Pernapasan : 24x/menit

c) Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas

11)Pemeriksaan paru

a) Palpasi dan getaran suara : tidak dilakukan.

b)Perkusi : Resonan

c) Auskultasi : Dalam keadaan normal

12) Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : Tidak ada pembengkakan jantung

b)Palpasi : midclavicula sinistra dan dextra teratur

c) Perkusi : dullness

d)Auskultasi : bunyi jantung lup- dup dan frekuensi 84x/menit

13) Pemeriksaan abdomen

a) Inspeksi : simetris, tidak terdapat benjolan

b)Auskultasi : Terdapat peristaltic usus 5x

c) Palpasi : tidak ada nyeri tekan

(19)

14)Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

a) Genitalia : Terdapat rambut pubis, simetris,

b)Anus dan perineum : normal tidak ada kelainan

15)Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas

Ekstrimitas tampak simetris, terpasang infuse ringer laktat 20tpm

pada ekstrimitas atas.

16)Fungsi sensorik

Tidak terdapat kelainan pada fungsi sensorik

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

a) Frekuensi makan/hari

3x/hari di tambah dengan makanan selingan.

b) Nafsu/selera makan

Sejak masuk rumah sakit, nafsu makan mulai berkurang.

c) Nyeri ulu hati

Tidak ada nyeri ulu hati

d) Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi pada makanan

e) Mual dan muntah

Tidak ada mual dan muntah.

f) Waktu pemberian makan

09.00 wib, 12.00 wib, 20.00 wib

g) Jumlah dan jenis makan

1 porsi nasi

h) Waktu pemberian cairan

Sesuai dengan kebutuhan pasien

i) Masalah makan dan minum

Pasien merasa tidak ada masalah dalam makan dan minum

II Perawatan diri/personal hygiene

a) Kebersihan tubuh

Pasien tampak bersih dan terawat

b) Kebersihan gigi dan mulut

(20)

c) Kebersihan kuku kaki dan tangan

Kuku sedikit panjang dan bersih

III Pola kegiatan/aktivitas

a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti,

pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total:

Selama masa perawatan, pasien tidak mampu makan secara

mandiri, dan eliminasi urine klien membutuhkan bantuan baik

dari keluarga maupun petugas kesehatan. Pasien tidak bisa

secara mandiri, sebab pasien hanya terbaring di atas tempat

tidur, sehingga pasien membutuhkan bantuan dalam

memenuhui kebutuhan dasar, begitu juga dalam hal berpakaian.

b. Uraikan aktivitas ibadah pasien selama di rawat/sakit:

Selama masa perawatan pasien tampak melaksanakan kegiatan

ibadah yaitu berdoa.

VIII POLA ELIMINASI 1. BAB

a) Pola BAB : 1 – 2x/hari

b) Karakter feses : encer.

c) Riwayat perdarahan : kilen mengatakan tidak pernah

mengalami perdarahan saat BAB

d)Diare : klien tidak pernah mengalami diare hebat

e) Penggunaan laktasif : klien tidak menggunakan laktasif

2. BAK

a) Pola BAK : 7 – 8 x/hari

b) Karakter urine : kuning, berbau khas

c) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan : pasien tidak mengalami nyeri saat

berkemih

d) Riwayat penyakit ginjal : pasien tidak menderita penyakit

berkemih

e) Penggunaan diurepetik : pasien tidak menggunakan

direupetik

f) Upaya mengatasi masalah : tidak terdapat masalah dalam

(21)

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

Keperawatan

1 DS:

Tn.E mengatakan nyeri di daerah

kepala dan leher seperti tertusuk –

tusuk

DO :

1. Tn.E terlihat meringis kesakitan

2. Tn.E tampak lemah

3. Tanda-tanda vital

TD : 160/90 mmhg

HR : 82X/menit

RR : 22x/menit

T : 36,5°C

4. Skala nyeri 6

Trauma fisik Nyeri

2 DS :

Tn.E mengatakan jika melakukan

banyak aktivitas nyerinya akan

bertambah

DO :

1. Tn.E terbaring di atas tempat

tidur

2. Tn.E mengalami kesulitan

dalam melakukan gerakan

3. Tn.E tampak lemah

4. Tanda-tanda vital

TD : 130/80mmhg

HR : 84x/menit

RR : 22x/menit

T : 36,8°C

5. Skala nyeri 5

Nyeri kepala Intoleransi

(22)

3 DS:

Tn.E selalu takut jika dilakukan terapi

pengobatan, dan selalu bertanya

tentang penyakitnya.

DO:

1. Pasien tampak cemas dan

Selalu bertanya jika diberikan

terapi pengobatan

2. Pasien tampak gelisah

Kurangnya

pengetahuan klien

tentang

penyakitnya

Ansietas

3. Rumusann Masalah

MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri

2. Intoleransi Aktivitas

3. Ansietas

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

a) Nyeri berhubungan dengan trauma fisik ditandai dengan wajah meringis

kesakitan, keadaan umum lemah, skala nyeri 6.

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan pasien

tampak lemah.

c) Ansietas berhubung kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien selalu

(23)

4. Perencanaan

Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari/

Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Senin/02

juni 2014

1. Tujuan:

− Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan

klien mengatakan nyeri berkurang dan mampu

melakukan aktivitas seperti biasanya.

Kriteria Hasil:

− Klien akan melaporkan nyeri berkurang.

Rencana Tindakan Rasional

Pengkajian:

− Lakukan pengkajian nyeri

meliputi lokasi, karakteristik,

durasi atau faktor

presipitasinya

Observasi/monitoring:

− Kendalikan faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi

respon pasien terhadap

ketidaknyamanan

− Pantau tanda-tanda vital

Mandiri:

− Bantu pasien dalam

menentukan posisi yang

nyaman

− Membantu dalam

mengidentifikasi derajat

ketidaknyamanan dan kebutuhan

untuk keefektifan analgesik.

− Menurunkan reaksi terhadap

stimulus dari luar dan

meningkatkan istirahat atau

relaksasi

− Nyeri yang berkelanjut akan

berdampak pada peningkatan

tanda-tanda vital. Merupakan

indikator/derajat nyeri tidak

langsung yang dialami.

− Membantu menurunkan

(24)

− Gunakan tindakan

pengendalian nyeri sebelum

menjadi berat

Kolaborasi:

− Perawat kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian obat

anti nyeri

Pendidikan Kesehatan:

− Berikan informasi tentang

nyeri, seperti penyebab nyeri,

seberapa lama akan

berlangsung dan antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur

− Jika kondisi nyeri, keluhan nyeri

masih menunjukkan tahap awal,

baiknya berikan langsung terapi

awal pengendalian nyeri

(misalnya: nafas dalam)

− Mungkin diperlukan pemberian

analgesik untuk mendukung

proses penurunan nyeri.

− Klien mendapat penjelasan

tentang nyeri akan lebih sedikit

mengalami stress dibandingkan

dengan klien yang tidak

mendapat penjelasan.

Selasa/

03 juni

2014

1. Tujuan:

− Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

klien

menunjukkan tindakan gerakan yang aktif

Kriteria Hasil:

− Klien akan berpatisipasi dalam aktivitas fisik yang

dibutuhkan dengan peningkatan yang memadai denyut

jantung, frekuensi respirasi, dan tekanan darah dalam

batas normal.

Rencana Tindakan Rasional

Pengkajian:

− Kaji respon emosi, sosial dan

spiritual terhadap aktivitas

− Evaluasi dan motivasi keinginan

klien untuk meningkatkan

aktivitas

− Membantu dalam

mengidentifikasi derajat

kemampuan klien terhadap

aktivitas

− Mampu memberi semangat

pada klien agar bisa melakukan

(25)

Monitoring/observasi:

− Tentukan penyebab keletihan

− Pantau pola istirahat klien dan

lamanya waktu tidur

− Pantau asupan nutrisi

Mandiri:

− Bantu dengan aktivitas teratur

sesuai kebutuhan (misalnya

berubah posisi).

− Batasi rangsangan lingkungan

(seperti: cahaya dan kebisingan)

Kolaborasi:

− Berikan pengobatan nyeri

sebelum aktivitas.

Pendidikan Kesehatan:

− Ajarkan tentang pengaturan

aktivitas dan teknik menejemen

waktu.

− Mampu mempermudah proses

perawatan selanjutnya

− Mengidentifikasi penyebab

terjadinya intoleransi aktivitas.

− Untuk memastikan keadekuatan

sumber-sumber energi.

− Akan mempermudah klien

dalam beraktivitas.

− Untuk memfasilitasi relaksasi

− Pemberian anti nyeri akan

mempermudah aktivitas klien.

− Untuk mencegah terjadinya

kelelaha, diperlukan

manajemen waktu dan

pengaruh aktivitas.

Rabu/04

juni 2014

1. Tujuan:

− Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

klien

Menunjukkan kenyamanan psikologis.

Kriteria Hasil:

− Klien akan menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai kebutuhan.

− Klien akan mengekspresikan perasaan yang positif

tentang hubungan yang penting bagi klien.

Rencana Tindakan Rasional

Pengkajian:

(26)

penting bagi klien.

− Tentukan sumber ansietas.

Monitoring/observasi:

− Pantau tanda dan gejala

ansietas

Mandiri:

− Berikan kenyamanan fisik

dan keamanan.

orang yang penting bagi klien akan

mampu mengurangi tingkat

kecemasan.

− Membantu dalam mengidentifikasi

derajat kecemasan klien.

− Membantu dalam mengidentifikasi

derajat kecemasan klien.

− Akan mampu mengurangi tingkat

kecemasan klien.

(27)

5. Implementasi dan Evaluasi

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

Tanggal No.

Dx

Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

1. Mengganti cairan infus RL, 20

tetes permenit

2. Memberi diet yaitu MB 1

3. Mengkaji identitas

pasien,keluhan

penyakit,riwayat penyakit dan

pola kebiasaan sehari – hari

4. Melakukan pengkajian fisik

5. Mengkaji nyeri pasien

meliputi lokasi, durasi dan

karakteristiknya

6. Mengukur tanda-tanda vital

S:

Pasien mengatakan

nyeri dibagian

kepala dan leher,

seperti tertusuk –

tusuk dan

berdurasi 10 – 15

menit

O:

pasien tampak

meringis kesakitan

tanda – tanda vital:

- TD :140/90

Masalah belum

teratasi

1. Memantau asupan nutrisi

2. Mengkaji keinginan pasien

untuk melakukan aktivitas

3. Mengkaji faktor yang

S:

Pasien mengatakan

takut melakukan

banyak aktivitas

(28)

13.15

13.20

menyebabkan kelelahan pasien

4. Memberikan posisi semi

fowler

menyebabkan

nyerinya

bertambah

O:

Pasien terbaring

ditempat tidur dan

sulit beraktivitas

A:

Masalah belum

teratasi

P:

Intervensi

dilanjutkan

3 13.30

13.35

13.45

1. Mengkaji penyebab ansietas

pada pasien

2. Menjelaskan tentang

penyakitnya

3. Memantau tanda dan gejala

ansietas

S:

Pasien mengatakan

takut dengan terapi

yang diberikan

akan berdampak

negatif

O:

Pasien tampak

cemas jika

diberikan terapi

pengobatan.

A:

Masalah belum

teratasi

P:

Intervensi

(29)

Selasa/

1. Memantau keadaan umum

pasien.

2. Melakukan pengkajian nyeri

3. Mengajarkan teknik relaksasi

tarik nafas dalam

4. Memberi posisi semi fowler

5. Memberi diet ekstra yaitu kue

lapis

S:

Pasien mengatakan

akan melakukan

tarik nafas dalam

jika nyeri kambuh

O:

Skala nyeri 5,

posisi nyaman semi

fowler,

Pasien mengerti

teknik tarik nafas

dalam

A:

Masalah teratasi

sebagian

1. Mengkaji keinginan pasien

melakukan aktivitas

2. Mengkaji kemampuan pasien

melakukan aktivitas

3. Memantau asupan nutrisi

4. Memantau pola istirahat

pasien, yaitu lamanya waktu

tidur

5. Memotivasi pasien melakukan

aktivitas mandiri sesuai

kemampuan

S:

Pasien mengatakan

sudah bisa berdiri

tegak dengan

bantuan istri

O:

Pasien tampak

bersemangat

mencoba berdiri

tegak dengan

bantuan istri, pola

tidur pasien 1 – 2

jam di siang hari.

A:

(30)

12.00 6. Memberi diet, yaitu MB 1 sebagian

1. Mengkaji dukungan orang

yang penting bagi pasien

2. Memantau tanda dan gejala

ansietas

3. Mengkaji tingkat ansietas

pasien.

4. Mengukur tanda – tanda vital S:

Pasien mengatakan

akan mengikuti

terapi pengobatan

karena dukungan

dari istri

O:

Cemas berkurang,

Tanda – tanda vital

TD: 130/90 mmhg

HR: 82x/ menit

RR: 24x/menit

T: 36◦C

A:

Masalah teratasi

sebagian

1. Memantau keadaan umum

pasien

2. Mengkaji nyeri pasien

3. Memberi posisi semi fowler

4. Menganjurkan pasien untuk

istirahat dan memberi

lingkungan tenang untuk

S:

Pasien mengatakan

bila nyeri timbul

pasien segera

melakukan tarik

nafas dalam,

sampai nyeri

berkurang

(31)

mengurangi peningkatan nyeri Skala nyeri 5,

posisi nyaman semi

fowler,

Pasien tidur untuk

mengurangi rasa

nyeri.

A:

Masalah teratasi

sebagian

1. Memberi injeksi

− ranitidin 1 amp/12 jam

− ketorolac 1 amp/ 12 jam

− ceftriaxone 1 amp/ 12 jam

2. Memberi diet yaitu MB 1

3. Mengkaji aktivitas yang sudah

dilakukan pasien

4. Memotivasi keinginan pasien

untuk meningkatkan aktivitas

5. Memantau pola istirahat pasien

yaitu lamanya waktu tidur

S:

Pasien sudah bisa

berjalan dari

tempat tidur ke

kamar mandi

dengan bantuan

istri, dan sudah bisa

berdiri tegak secara

mandiri tanpa

bantuan

O:

Pasien dapat berdiri

tegak secara

mandiri, pasien

tampak

bersemangat

melakukan

aktivitas

A:

Masalah teratasi

(32)

P:

1. Mengukur tanda – tanda vital

2. Memberikan kenyamanan fisik

dan keamanan

3. Memantau tingkat kecemasan

pasien.

S:

Pasien mengatakan

cemas yang

dirasakan

berkurang

O:

Pasien tampak

tenang, cemas

berkurang

Tanda – tanda vital

TD: 130/80 mmhg

HR: 80x/menit

RR: 22x/menit

A:

Masalah teratasi

P:

1. Melakukan pengkajian nyeri

2. Memberi posisi semi fowler

3. Memberikan lingkungan yang

tenang untuk mengurangi

peningkatan nyeri

4. Mengganti cairan infus RL, 20

tetes permenit

5. Menganjurkan pasien untuk

istirahat

S:

Pasien mengatakan

nyeri di kepala dan

leher sudah mulai

berkurang

O:

Skala nyeri 4,

posisi semi fowler.

TD : 130/90 mmhg

HR : 84x/menit

RR : 22x/menit

(33)

A:

Maslah teratasi

sebagian

1. Memberi injeksi

− ranitidin 1 amp/12 jam

− ketorolac 1 amp/ 12 jam

− ceftriaxone 1 amp/ 12 jam

2. Memberi diet yaitu MB 1

3. Memantau aktivitas pasien

4. Memotivasi pasien untuk

melakukan aktivitas sesuai

kemampuan

5. Memantau pola istirahat pasien

dan lamanya waktu tidur

S:

Pasien mengatakan

Tadi pagi sudah

berjalan di sekitar

ruangan dengan

bantuan istri

O:

Pasien tampak

bersemangat,

Pasien tidur ± 1

jam setelah

melakukan

aktivitas

A:

Masalah teratasi

sebagian

1. Menjawab pertanya klien yang

berhubungan dengan

ansietasnya

2. Memberikan kenyamanan fisik

dan keamanan

3. Mengkaji dukungan orang yang

penting bagi klien

S:

Pasien mengatakan

sudah tidak takut

dengan terapi

pengobatan seperti

sebelumnya.

O:

(34)

A:

Masalah teratasi

P:

1. Melakukan pengkajian nyeri

2. Memberikan diet ekstra yaitu

bolu

3. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi tindakan

memenuhi kebutuhan rasa

nyaman yang telah berhasil

dilakukan

4. Menciptakan suasana

lingkungan yang tenang untuk

mengurangi peningkatan

ketidaknyamanan

S:

Pasien mengatakan

nyeri yang

dirasakan sudah

berkurang

O:

Skala nyeri 4,

posisi nyaman semi

fowler

Pasien melakukan

teknik tarik napas

dalam

A:

Masalah teratasi

sebagaian

2. Memantau aktivitas yang

dilakukan pasien

3. Mengukur tanda – tanda vital S:

Pasien mengatakan

karena nyerinya

sudah berkurang,

pasien semangat

melakukan

aktivitas seperti

jalan dari tempat

tidur ke kamar

mandi secara

(35)

O:

Pasien beraktivitas

secara mandiri

TD: 140/80 mmhg

HR: 84x/menit

RR: 22x/menit

T: 36,5 ◦C

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Intervensi

Gambar

Tabel 2.2.  Respon Fisiologis Terhadap Nyeri
Tabel 2.3. Perencanaan Keparawatan

Referensi

Dokumen terkait

Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) -9. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik.. Irrevocable L/C yang

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014. PARTAI

Pada tahun 2015, pihak Kedutaan Australia melalui Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan ( Department of Foreign Affairs and Trade /DFAT) mengundang perwakilan dari Badan

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

Perlu dilakukan penguatan lembaga BSNP sebagai lembaga yang profesional, mandiri, dan independen, supaya BSNP dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal dalam

Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OOO