• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Jabatan 2.1.1 Pengertian Promosi Jabatan - Pengaruh promosi jabatan dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN (Divisi Sumber Daya Manusia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Jabatan 2.1.1 Pengertian Promosi Jabatan - Pengaruh promosi jabatan dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN (Divisi Sumber Daya Manusia)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Jabatan

2.1.1 Pengertian Promosi Jabatan

Manajemen bukan hanya memperhatikan kepentingan perusahaan tapi juga harus memperhatikan kepentingan karyawannya. Salah satunya yakni dengan melakukan promosi jabatan, Menurut Hasibuan (2002,106) promosi adalah perpindahan yang memperbesar autority dan responbility ke jabatan yang lebih tinggi didalam suatu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilan semangkin besar.

(2)

Menurut beberapa pendapat ahli ini dapat disimpulkan bahwa promosi jabatan adalah perpindahan seorang karyawan dari suatu bidang pekerjaan kebidang pekerjaan yang lain, yang diikuti oleh naiknya tanggung jawab, dan juga diikuti oleh naiknya penghasilan. Dengan diberlakukannya promosi jabatan didalam perusahaan akan membuat setiap karyawan merasa termotivasi dan merasakan bahwa kemampuannya dipercayai oleh perusahaan.

2.1.2 Asas-Asas Promosi Karyawan

Asas promosi harus dituangkan dalam program promosi secara jelas sehingga karyawan mengetahui dan perusahaan mempunyai pegangan untuk mempromosikan karyawan. Menurut Hasibuan (2002:107), asas-asas promosi :

a. Kepercayaan

Promosi hendaknya berasaskan pada kepercayaan atau keyakinan mengenai kejujuran, kemampuan, dan kecakapan karyawan bersangkutan dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik pada jabatan tersebut. Karyawan baru akan dipromosikan, jika karyawan itu menunjukkan kejujuran, kemampuan, dan kecakapannya dalam memangku jabatan.

b. Keadilan

(3)

like and dislike. Karyawan yang mempunyai peringkat (rangking) terbaik hendaknya mendapat kesempatan pertama untuk dipromosikan tanpa melihat suku, golongan, dan keturunannya. Promosi yang berasaskan keadilan akan menjadi alat motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan prestasinya.

c. Formasi

Promosi harus berasaskan kepada formasi yang ada, karena promosi karyawan hanya mungkin dilakukan jika ada formasi jabatan yang lowong. Untuk itu harus ada uraian pekerjaan/jabatan (job description) yang akan dilaksanakan karyawan. Jadi, promosi hendaknya disesuaikan dengan formasi jabatan yang ada di dalam perusahaan.

2.1.3 Syarat-Syarat Promosi

Dalam mempromosikan karyawan, harus sudah dipunyai syarat-syarat tertentu yang telah direncanakan dan dituangkan dalam program promosi perusahaan. Syarat-syarat promosi harus diinformasikan kepada semua karyawan, agar mereka mengetahuinya secara jelas. Hal penting yang harus dimiliki karyawan dan berusaha mencapai syarat-syarat promosi tersebut. Menurut Hasibuan (2002:110), syarat-syarat promosi pada umumnya meliputi hal-hal berikut:

a. Kejujuran

(4)

b. Disiplin

Karyawan harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya, serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun kebiasaan. Disiplin karyawan sangat penting karena hanya dengan kedisiplinan memungkinkan perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal.

c. Prestasi Kerja

Karyawan itu mampu mencapai hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas maupun kuantitas dan bekerja secara efektif dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dapat memanfaatkan waktu dan mempergunakan alat-alat dengan baik.

d. Kerja Sama

Karyawan dapat bekerja sama secara harmonis dengan sesama karyawan baik horizontal maupun vertikal dalam mencapai sasaran perusahaan. Dengan demikian, akan tercipta suasana hubungan kerja yang baik di antara semua karyawan.

e. Kecakapan

Karyawan itu cakap, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan tugas-tugas pada jabatan tersebut dengan baik. Dia bisa bekerja secara mandiri dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, tanpa mendapat bimbingan yang terus-menerus dari atasannya.

(5)

Karyawan harus loyal dalam membela perusahaan atau korps dari tindakan yang merugikan perusahaan atau korpsnya. Ini menunjukkan bahwa dia ikut berpartisipasi aktif terhadap perusahaan atau korpsnya.

g. Kepemimpinan

Dia harus mampu membina dan memotivasi bawahannya untuk bekerja sama dan bekerja secara efektif dalam mencapai sasaran perusahaan. Dia harus menjadi panutan dan memperoleh personality authority yang tinggi dari para bawahannya. h. Komunikatif

Karyawan itu dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima atau mempersepsi informasi dari atasan maupun dari bawahannya dengan baik, sehingga tidak terjadi miskomunikasi.

i. Pendidikan

Karyawan harus telah memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai dengan spesifikasi jabatan.

2.1.4 Tujuan Promosi

Promosi di perusahaan bertujuan untuk memberikan kepuasan dan pengakuan atas pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh karyawan. Hasibuan (2005:113) menjelaskan tujuan dari promosi adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan pengakuan, jabatan dan imbalan jasa yang semakin besar kepada karyawan yang berprestasi kerja tinggi.

(6)

3. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi dan memperbesar produktivitas kerjanya.

4. Untuk menjamin stabilitas keKaryawanan dengan direalisasikan promosi kepada karyawan dengan dasar dan pada waktu yang tepat serta penilaian yang jujur.

5. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai (multilier effect) dalam perusahaan karena timbulnya lowongan berantai.

6. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal perusahaan.

7. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan serta pengalaman kerja para karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan lainnya.

8. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti. Agar jabatan itu tidak lowong maka dipromosikan karyawan lainnya.

9. Karyawan yang dipromosikan kepada jabatan yang tepat, semangat, kesenangan dan ketenangannya dalam bekerja semakin meningkat sehingga produktivitas kerjanya juga meningkat.

10.Untuk mempermudah penarikan pelamar, sebab dengan adanya kesempatan promosi merupakan daya dorong serta perangsang bagi pelamar-pelamar untuk memasukkan lamarannya.

11.Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan sementara menjadi karyawan tetap setelah lulus dalam masa percobaannya.

(7)

Menurut Hasibuan (2005:114) jenis promosi sebagai berikut: 1. Promosi Sementara

Seorang karyawan dinaikkan jabatannya untuk sementara karena adanya jabatan yang kosong, dan harus segera diisi, misalnya jabatan Personalia. 2. Promosi Tetap

Seorang karyawan dipromosikan dari suatu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi karena karyawan tersebut telah memenuhi syarat untuk dipromosikan. Sifat promosi ini adalah tetap.

3. Promosi Kecil

Menaikkan jabatan seorang karyawan dari jabatan yang tidak sulit dipindahkan ke jabatan yang sulit, yang membutuhkan keterampilan tertentu, tetapi tidak disertai dengan kenaikan gaji atau upah.

4. Promosi Kering

Seorang karyawan dinaikkan ke jabatan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan pangkat, wewenang dan tanggungjawab, tetapi tidak disertai dengan kenaikan gaji atau upah.

2.1.6 Efek Sampingan Dalam Pelaksanaan Promosi

Menurut Nitisemito (2002:190), ada beberapa efek samping yang mungkin akan timbul didalam melaksanakan promosi jabatan. Untuk itu perusahaan harus dapat mencegah atau setidaknya memperkecil efek samping tersebut.

(8)

Meskipun kita sudah mengusahakan ketentuan yang tegas dan jelas tentang syarat-syarat promosi dan berusaha melaksanakan sebaik-baiknya, tapi kemungkinan kekeliruan dapat saja terjadi. Faktor-faktor subjektif dalam penilaian siapa yang perlu dipromosikan sering terjadi. Disini kemungkinan pertimbangan bakat dan kemampuan dapat terkalahkan.

b. Rasa Iri Hati

Meskipun perusahaan/instansi tersebut dalam melaksanakan promosi telah melaksanakan prosedur dengan seobjektif mungkin, tetapi kemungkinan hal ini tetap dirasakan oleh Karyawan lain yang kebetulan belum mendapatkan kesempatan sebagai tindakan yang kurang objektif. Hal ini akan dapat menimbulkan rasa iri hati dari para karyawan lainnya.

c. Pelaksanaan Promosi yang Dipaksakan

Karyawan yang dipilih untuk dipromosikan adalah merupakan pilihan yang tepat, meskipun demikian karyawan tersebut belum dapat memenuhi syarat-syarat untuk promosi. Hal ini dapat menyebabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada karyawan tersebut akan kurang berhasil.

2.2 Lingkungan Kerja

2.2.1 Pengertian Lingkungan Kerja

(9)

segi pisikis yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap Karyawan.

Simamora (2001;81) lingkungan kerja adalahsuatu lingkungan internal atau pisikologis suatu organisasi. Dengan tersedianya berbagai fasilitas diharapkan Karyawan akan berprilaku yang dikehendaki, yang pada akhirnya dapat memberikan dorongan untuk bekerjasama, disiplin dan loyalitas yang tinggi

2.2.2. Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Soedarmayanti (2001:21) secara garis besar lingkungan kerja terbagi menjadi 2 (dua): lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik.

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik dapat di bagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

a. Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan karyawan (seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya).

b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur atau suhu udara, kelembapan, sirkulasi udara, pencahayaanya, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain lain.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

(10)

kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. Membina hubungan yang baik antar sesama rekan kerja, bawahan maupun atasan harus dilakukan karena kita saling membutuhkan hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Menurut Soedarmayanti (2001:21) factor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya kondisi lingkungan kerja yang dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah:

1. Penerangan/cahaya di tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat memberi manfaat yang besar bagi karyawan guna mendapatkan keselamatan dan kelancaran dalam bekerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan yang terang dan tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas dapat memperlambat pekerjaan dan akan menimbulkan banyak kesalahan sehingga akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam menjalankan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

Cahaya dapat dibedakan menjadi 4 (empat) bagian yaitu : a. cahaya langsung

(11)

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia akan selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan yang normal dengan sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi keadaan yang terjadi di luar tubuh. Namun kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri memiliki batas yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.

3. Kelembapan tempat kerja

Kelembapan adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembapan ini dipengaruhi oleh temperatur udara dan secara bersama sama antara temperatur, kelembapan, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembapan tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karna sistem penguapan.

4. Sirkulasi udara di tempat kerja

(12)

kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah yang ditimbulkan setelah bekerja.

5. Kebisingan di tempat kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki terutama dalam besar/kecilnya frekuensi bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran,dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Bahkan menurut penelitian kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktifitas kerja meningkat.

Ada 3 (tiga) aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :

a. Lamanya kebisingan. b. Itensitas kebisingan. c. Frekwensi kebisingan.

(13)

6. Getaran mekanis di tempat kerja

Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umunya sangat mengganggu tubuh karna ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekwensinya. gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alat ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis.

Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal : a. Konsentrasi bekerja.

b. Datangnya kelelahan.

c. Timbulnya beberapa penyakit diantaranya karna gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang dan lain-lain.

7. Bau-bauan di tempat kerja

Adanya bau-bauan ditempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menggangu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “Air Conditioner ” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menggangu disekitar tempat kerja.

8. Tata Warna di Tempat Kerja

(14)

perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain. Karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.

9. Dekorasi di Tempat Kerja

Dekorasi ada hubunganya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruangan kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. 10. Musik di Tempat Kerja

Menurut para pakar musik, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan menggagu konsentrasi kerja.

11. Keamanan di Tempat Kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).

2.2.4 Indikator-Indikator Lingkungan Kerja

Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2001: 46) adalah sebagai berikut:

(15)

3. Suara bising

4. Bau-bauan di tempat kerja 5. Ruang gerak yang diperlukan 6. Keamanan kerja

7. Hubungan karyawan

2.3 Semangat Kerja Karyawan

2.3.1 Pengertian Semangat Kerja Karyawan

Peruhaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan produktivitas dari karyawannya, agar produktivitas tersebut meningkat maka perusahaan harus terlebih dahulu meningkatkan semangat kerja dari para karyawannya. Menurut Hasibuan (2003,94) semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan lebih baik serta disiplin untuk prestasi kerja yang maksimal.

Menurut Westra (2000:72) semangat kerja adalah sikap dari individu ataupun sekelompok orang yang terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap

yang dimiliki individu untuk mampu menyelesaikan pekerjaannya, mampu menjalan

komunikasi yang baik untuk setiap orang yang terlibat dilingkungannya bekerja,

sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal dalam menyelesaikan

(16)

Menurut Westra (2000:95) Tinggi rendahnya semangat kerja dapat diukur melalui Presensi, Kerjasama, Kegairahan Kerja, dan HubunganYang Harmonis Dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Presensi

Presensi merupakan kehadiran karyawan yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya suatu instansi/organisasi selalu mengharapkan kehadiran karyawannya tepat waktu dalam setiap jam kerja sehingga pekerjaannya akan mempengaruhi kinerja karyawan, sehingga suatu organisasi akan mencapai tujuannya secara optimal. Presensi/kehadiran karyawan dapat diukur melalui:

1. Kehadiran Karyawan ditempat kerja 2. Ketepatan karyawan datang/pulang kerja

3. Kehadiran karyawan apabila mendapat undangan mengikuti kegiatan/acara dalam suatu organisasi.

b. Kerjasama

(17)

kepentingan pribadi dengan cara yang dapat merugikan orang lain. Untuk mengukur adanya kerjasama dalam kantor digunakan kriteria sebagai berikut: 1. Kesediaan karyawan untuk bekerjasama yang baik dengan teman sejawat

maupun pimpinan berdasarkan kesadaran untuk mencapai tujuan.

2. Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Adanya kemauan untuk memberi kritik atau menerima kritik dan saran sehingga diperoleh cara yang baik.

4. Cara mengatasi kesulitan didalam menyelesaikan pekerjaan. c. Kegairahan kerja

Setiap karyawan yang memiliki kesenangan yang mendalam (minat) terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, pada umumnya memiliki semangat kerja yang positif atau tinggi. Karena beban kerja, jenis, sifat dan volume pekerjaannya sesuai dengan minat dan perhatian yang akan menimbulkan rasa senang dan bergairah dalam arti tidak maerasa terpaksa dan tertekan dalam bekerja.

d. Hubungan yang Harmonis

(18)

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Menurut Westra (2000:105) faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja dapat diurakan sebagai berikut:

a. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan

Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara pimpinan dan bawahan sehingga dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Kepuasan para karyawan pada tugas dan pekerjaannya

Adanya rasa percaya diri pada karyawan untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya secara maksimal mungkin demi tercapainya tujuan organisasi.

c. Terdapatnya sesuatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-anggota lain dalam organisasi.

Tercapainya suatu kondisi yang dapat memberikan semangat kerja dan mendukung terselesainya tugas dan pekerjaannya dengan rasa senang dengan rasa senang kondisi semacam ini akan tercipta jika hubungan kerja terjalin semestinya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab serta hal dan kewajibannya masing-masing.

d. Adanya tingkat kepuasan ekonomi sebagai imbalan uuntuk jerih payahnya.

Adanya upah yang sesuai dengan pekerjaan yang diberikan sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan nyaman yang mampu memenuhi kebutuhannya secara layak.

(19)

Adanya tujuan yang jelas yang ingin dicapai yang pada akhirnya akan berguna untuk kepentingan bersama.

f. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan dari organisasi Adanya perlindungan kerja dan jaminan keselamatan pada setiap kecelakaan yang terjadi pada karyawan saat dia menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga karyawan merasa aman dan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

g. Adanya lingkungan fisik suatu kantor

Adanya suatu fisik dimana karyawan melaksanakan tugas dan kewajiban serta mempengaruhi dirinya dalam memberikan tugas yang diberikan kepadanya.

Menurut Nitisemito (2001:161) ada 7 (tujuh) indikasi penurunan semangat kerja,yaitu:

a. Turun/rendahnya prduktivitas kerja

Produktivitas kerja yang menurun ini dapat terjadi karena kemalasan, penundaan pekerjaan, dan sebagainya. Tapi, apabila produktivitas kerja tidak turun, belum tentu semangat dan kegairahan kerja tinggi, karena bisa jadi yang tejadi pada kenyataannya adalah produktivitas kerja memang rendah. Untuk mengetahui rendahnya produktivitas kerja, maka perusahaan harus membuat standar kerja. b. Tingkat absensi yang naik/tinggi

(20)

boleh melihat naiknya tingkat absensi ini secara perseorangan melainkan secara rata-rata.

c. Labour Turnover (tingkat perpindahan karyawan) yang tinggi

Bila dalam perusahaan terjadi peningkatan tingkat keluar masuk karyawan terutama disebabkan karena ketidaksenangan mereka bekerja pada perusahaan tersebut, maka sebetulnya hal ini merupakan kondisi turunnya semangat kerja karyawan.

d. Tingkat kerusakan yang naik/tinggi

Indikasi lain yang menunjukkan turunnya semangat adalah bilamana ternyata tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi maupun peralatan yang digunakan meningkat.

e. Kegelisahan

Kegelisahan dimana-mana akan terjadi bilamana semangat dan kegairahan kerja menurun. Kegelisahan-kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidaksenangan kerja, keluh kesah serta hal-hal yang lain. Kegelisahan pada tingkat tertentu yang dibiarkan begitu saja dapat merugikan perusahaan dengan segala akibatnya yang tidak diinginkan.

f. Tuntutan yang sering kali terjadi

(21)

g. Pemogokan

Tingkat indikasi yang paling kuat mengenai turunnya semangat dan kegairahan kerja adalah bilamana terjadi pemogokan. Hal ini disebabkan karena pemogokan adalah merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan, dan lain sebagainya. Pemogokan dapat menimbulkan kelumpuhan bagi perusahaan dengan segala akibatnya. Meskipun pemogokan yang terjadi itu akhirnya dapat diatasi tetapi ketegangan yang mempengaruhi terhadap hubungan antara atasan dan bawahan dapat berlangsung cukup lama.

2.4Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 dan Promosi Jabatan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada Kantor Divisi Regional I PT.

Terdapat pengaruh antara variabel Pengembangan Karir dan Promosi

(22)

Anwar kantor inigrasi kelas I kota samarinda diperhatikan atau terjadi peningkatan nilai lingkungan kerja maka semangat kerja

Karyawan akan mengalami perubahan atau peningkatan nilai sebesar 0,357 dalam ukuran kualitatif. Dengan demikian analisis ini menunjukan bahwa variabel lingkungan kerja (X) berpengaruh terhadap variabel semangat kerja (Y).

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Hasibuan (2002:106) promosi adalah perpindahan yang memperbesar autority dan responbility ke jabatan yang lebih tinggi didalam suatu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilan semangkin besar. Pelaksanaan promosi jabatan akan membawa pengaruh pada semangat kerja karyawan secara umum, terutama promosi jabtan yang dilaksanakan dengan adil dan objektif maka akan sangat berpengaruh besar pada semangat kerja karyawan. Karena dengan dipromosikannya seorang karyawan akan membuat karyawan merasakan bahwa dirinya dan kemapuannya telah diakui dan dipercaya oleh perusahaan.

(23)

semangat kerja yang tinggi dan membawa pengaruh pada produktivitas karyawan tersebut. Berarti promosi jabatan sangat berpengaruh bagi semangat kerja karyawan karena promosi jabatan dapat meningkatkan semangat kerja dan promosi jabatan itu sendiri merupakan hasil dari semangat kerja yang tinggi dari karyawan.

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dalam suatu perusahaan untuk mendukung semangat kerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik (Sarana dan prasarana yang baik) atau buruk (tidak tersedianya sarana dan prasarana penunjang) dalam suatu organisasi suatu perusahaan secara langsung atau pun tidak langsung akan dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Soedarmayanti (2001:1) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

(24)

membawa dampak negatif pada produktivitas kerja karyawan yang disebabkan menurunnya semangat kerja dari karyawan.

Menurut Westra (2000:72) Semangat kerja adalah sikap dari individu ataupun sekelompok orang yang terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. Tinggi rendahnya semangat kerja dapat diukur melalui Presensi, Kerjasama, Kegairahan Kerja, dan Hubungan Yang Harmonis (Westra, 2000:95).

Berdasarkan teori dan penjelasannya, maka dibuat kerangka konseptual yang menunjukkan hubungan antara variabel Xterhadap Y pada Gambar 2.1, yaitu sebagai berikut:

Sumber : Hasibuan (2002:106), Soedarmayanti (2001:1), Westra (2000:72) Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Promosi Jabatan (X1)

Lingkungan kerja ( X2 )

(25)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Satu bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas (21-06-2012), panitia pengadaan barang dan jasa pada Bagian Administrasi

The literature (Gönen and Alpaydin, 2011) points out that combining kernels in a nonlinear or data-dependent way seems more promising than linear combination when

Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa siswa santri yang mengambil progam tahfidz atau subjek dalam penelitian ini pada dasarnya memiliki perilaku atau aspek yang terdapat

Panjang dawai bisa dipendekkan tanpa mengubah tegangan akan mengubah frekuensi yang lain, seperti terjadi pada dawai gitar saat dipetik... Jelaskan frekuensi dawai

Dalam pelaksanaan pembuatan penulisan ilmiah ini diperlukan suatu teknik komputerisasi yang baik dan bertujuan untuk memberikan suatu informasi yang cepat serta tepat dengan

penginapan hotel, karena dengan merasakan manfaat langsung yang didapat konsumen maka para konsumen akan lebih mengenal hotel Surabaya Plaza Hotel.. (SPH) lebih jauh dan

Kemudian kekurangan yang ada dalam buku ini adalah tidak adanya bagian yang memaparkan tentang kesalahan pemerintah daerah, sebab mereka juga merupakan bagian dari

The Ninth International Symposium on Mitigation o{Ceo-disasters in Asia Yogyakarta, 19-20 December 20 II Flash Flood Flow Simulation, the Case of Situ Gintung Dam