• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MAN 2 JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MAN 2 JAKARTA"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

M. Fadhil Mu’ammar NIM. 11150110000149

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

M. Fadhil Mu’ammar (NIM: 11150110000149). Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Jakarta.

Pada Kurikulum 2013 digunakan pendekatan saintifik untuk mengasah keterampilan siswa dalam memahami materi. Selain itu siswa juga diajarkan tentang pentingnya pembelajaran elaborasi dan kerjasama. Implementasi pendekatan saintifik yang dilaksanakan di MAN 2 Jakarta adalah Sejarah Kebudayaan Islam. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang mencakup pada aspek perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan kendala serta solusi didalamnya. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian ini merupakan kegiatan studi lapangan, mengumpulkan data melalui kegiatan observasi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian hanya dilakukan di kelas X dan XI MAN 2 Jakarta. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan mereduksi data, triangulasi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik kurikulum 2013 di MAN 2 Jakarta sudah berjalan cukup baik. Implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 dilakukan dengan langkah-langkah, diantaranya yaitu: 1) Mengamati, 2) Menanya, 3) Mengumpulkan, 4) Mengaosiasi/menalar, 5) Mengkomunikasikan. Solusi dari kendala yang ada diantaranya: 1) Mengirim guru dalam kegiatan MGMP, 2) Guru dapat melakukan tutor sejawat, 3) Meningkatkan minat membaca siswa, 4) Siswa harus mempersiapkan diri sebelum belajar.

(7)

ABSTRACT

M. Fadhil Mu'ammar (NIM: 11150110000149). Implementation Scientific

Approach of 2013 Curriculum in History of Islam in MAN 2 Jakarta.

The 2013 Curriculum used a scientific approach for hone student skills in understanding material. Moreover, the student is taught about the importance of elaboration and cooperation learning. Implementation scientific approach in MAN 2 Jakarta is a History of Islam. Because History of Islam is a record development travel human Muslim life from time to time of worship, muamalah, moral and life system development or spread the doctrine of Islam based on faith.

This research aims to know the implementation scientific approach of the 2013 curriculum in History of Islam embrace planning aspect, learning execution and obstacles and solution inside it. This research implemented at MAN 2 Jakarta. Methode used in this research is qualitative research with descriptive analysis. This research is a field study, collection of data via observation. Only research do 10th class and 11th class at MAN 2 Jakarta. The technique of data collection is used data reduction, data triangulation, data display and drawing conclusions and verification.

Research result shows that learning implementation with a scientific approach of the 2013 curriculum at MAN 2 Jakarta already worked passably. Implementation scientific approach of curriculum 2013 with steps, including: 1) Observing, 2) Asking, 3) Gathering, 4) Associating, and 5) Communicating. Solutions of existing problems between: 1) Send teacher of MGMP activities, 2) Teacher do peer tutor, 3) upgrade interest read of a student, 4) students already preparing my self before learning.

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama dan yang paling utama, saya panjatkan puji serta syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena berkat rahmat, hidayah serta kekuatan dari-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semoga sampai kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga hari akhir nanti.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini begitu banyak hambatan dan kesulitan sehingga tak lepas dari bimbingan dan arahan berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, MA, selaku Dosen Penasihat Akademik, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing saya selama saya kuliah di kampus ini.

5. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah membimbing saya dalam proses pembuatan skripsi dari awal hingga akhir.

6. Orang tua saya, Aba Faisal dan Mamah Hasunah yang selalu mendukung, mendoakan, memberi motivasi serta memberi bantuan moril maupun materil sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Abang saya Aziz Faisal Balfas dan Kedua Adik saya, Maulida Balfas dan Muhammad Fadhlan Nawawi, yang telah memberi support dan semangat dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Teman-teman perjuangan Pendidikan Agama Islam kelas A 2015 yang telah menemani, memberikan dukungan, memberikan warna dalam

(9)

kehidupan saya serta memberikan nasihat dalam proses perkuliahan saya hingga saat ini.

9. Sahabat-sahabat teman seper-gamean dan perjuangan hidup selama di Ciputat “Asiyaaap Up” : Alif, Rifqi, Gojel, Ali, Dwiky, Riza, Nival, Sundus, Tapleng.

10. TEAM KUY, yang diisi oleh orang-orang hebat yang menemani penulis berproses di himpunan dalam berdinamika di Ciputat dari akhir semester 1 sampai saat ini, dan telah memberikan dukungan, motivasi, kritik dan saran kepada saya dalam menjalani proses kehidupan.

11. Warga-warga Hadroh, yang diisi oleh teman-teman saya dari UKM HIQMA: Nunuk, Amel, Isna, Zahro, Rika, Aldi, Saogi, Roby, Nugi yang telah menemani saya berproses dalam menyelami hobi saya sampai ke tingkat Nasional, dan telah mendukung, memberikan doa, serta motivasi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak yang membaca untuk kebaikan di masa mendatang.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas semua kebaikan kalian. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 15 April 2020 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 12 C. Fokus Masalah ... 13 D. Rumusan Masalah ... 13 E. Tujuan Penelitian ... 13 F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Kajian Teori... 14

1. Pendekatan Saintifik ... 14

a. Pengertian Pendekatan ... 14

b. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 15

c. Tujuan Pendekatan Saintifik ... 17

d. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik ... 17

e. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ... 18

f. Tinjauan Kritis Terhadap Pelaksanaan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 ... 25 2. Kurikulum 2013 ... 30 a. Pengertian Kurikulum 2013 ... 30 b. Tujuan Kurikulum 2013 ... 31 c. Prinsip-prinsip Kurikulum 2013 ... 31 d. Konsep Kurikulum 2013 ... 32

(11)

a. Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam Pada Madrasah Aliyah ... 33

b. Tujuan Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 42

c. Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam43 B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

B.Metode Penelitian ... 49

C.Sumber Data ... 50

D.Instrumen Penelitian... 50

E.Teknik Pengumpulan Data ... 51

F.Teknik Analisis Data ... 53

G.Pengecekan Keabsahan Data... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A.Deskripsi Data ... 59

1. Sejarah Singkat MAN 2 Jakarta ... 59

2. Identitas Madrasah ... 60

3. Visi MAN 2 Jakarta ... 61

4. Misi MAN 2 Jakarta ... 61

5. Tujuan Madrasah ... 61

6. Jumlah Ruang Kelas dan Rombongan Belajar Tahun Pelajaran ... 62

7. Fasilitas Dan Sarana ... 63

8. Peminatan / Jurusan ... 64

9. Personil Madrasah ... 65

B.Hasil Pembahasan... 77

1. Perencanaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 77

2. Pelaksanaan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A.Kesimpulan ... 85

B.Implikasi ... 85

C.Saran ... 86

(12)
(13)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Secara umum pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara nyata dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar.1

Pendidikan juga pada dasarnya merupakan instrumen pengembangan potensi yang dimiliki manusia, diantaranya moral. Potensi moral yang menjadikan manusia secara esensial dan eksistensial sebagai makhluk religius (homo religious). Hal ini dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang disebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.2 Dengan demikian sasaran pendidikan di Indonesia tidak saja menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual, sehingga pada hakekatnya tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai sesuai dengan konsep dan ajaran Islam.

1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 3. 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

(14)

pendidikan tersebut membutuhkan beragam kreativitas dan inovasi dalam pelaksanaannya, sehingga peserta didik bisa secara nyata mempunyai kompetensi sebagaimana dicitakan. Seiring dengan perkembangan zaman dengan ciri khas mengglobalnya dunia, maka kompetensi output pendidikan tesebut akan berbenturan dengan berbagai kecenderungan yang akan terjadi pada era global ini. Mochtar Buchari dalam Abuddin Nata menyatakan bahwa pada era global akan ditemui setidaknya lima kecenderungan yaitu :

1. Kecenderungan untuk berintegrasi dalam kehidupan ekonomi 2. Kecenderungan untuk fragmentasi dalam kehidupan politik 3. Ketergantungan interdependensi satu kelompok atau bahkan

negara satu dengan yang lain

4. Kecenderungan meningkatnya kemajuan iptek yang akan mengubah situasi pasar kerja, dan

5. Kecenderungan semakin tergesernya kebudayaan dan tradisi oleh tradisi baru yang akan membuat penjajahan baru dalam kebudayaan.4

Beberapa kecenderungan yang terjadi pada era globalisasi tersebut ternyata telah berimplikasi luas terhadap kemajuan dan perkembangan kompetensi peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diajarkan di sekolahnya. Sayangnya, kompetensi output pendidikan (peserta didik) kita justru belum menunjukkan kualitas yang memadahi untuk bisa bersanding terlebih lagi berkompetensi di era global. Pada hampir setiap aspek akademik, utamanya bidang matematika dan sains kompetensi peserta

3 Hendro Widodo, Revitalisasi Pendidikan Humanis Religius di Sekolah Dasar (Jurnal

Al-Bidayah, Vol. 5, No. 2, Desember 2013), h. 222.

4 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

(15)

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan pada kurikulum yang ada. Dalam dunia pendidikan, kurikulum bukanlah kata yang asing. Pendidikan atau pembelajaran tidak lepas dari istilah ini, karena kurikulum adalah salah satu komponen dari pembelajaran. Dengan adanya kurikulum, proses belajar dan pembelajaran akan berjalan secara terstruktur dan tersistem demi mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.5 Kurikulum mempunyai peran penting dalam proses pendidikan. Dan seharusnya berperan dan bersifat antisipatif dan adaptif terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua aspek penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya membahas tentang apa dan bagaimana seharusnya pendidikan tersebut dilaksanakan.6

Seiring dengan perubahan dan perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu seorang pendidik harus dapat memahami dan mengimplementasikannya dengan baik. Agar sesuai dengan apa yang diharapkan perlu adanya pembahasan tentang perkembangan kurikulum dari Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Kurikulum 2013.7

Selama 73 tahun, Indonesia telah melakukan perubahan kurikulum sebanyak 11 kali, dengan dasar penyesuaian kultur masyarakat serta perkembngan pendidikan dan teknologi dunia. Pada dasarnya, gagasan

5 Safitri Mardiana, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Sejarah di SMA

Negeri 1 Metro, Jurnal Historia, Vol. 5, No. 1, 2017.

6 Azkia Muharom Albantani, “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Bahasa

Arab di Madrasah Ibtidaiyah” Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban [Online], Vol.2, No.2, h. 179.

7 Murni Eva Marlina, “Kurikulum 2013 yang Berkarakter” JPIIS : Jurnal Pendidikan

(16)

maupun peserta didik.8

Salah satu komponen yang sering dijadikan faktor penyebab menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum. Kritikan cukup tajam terhadap kurikulum antara lain yaitu kurikulum terlalu padat, tidak sesuai kebutuhan anak, terlalu memberatkan anak, merepotkan guru, dan sebagainya.9 Salah satu kompenen pendidikan yang belum lama diperbaharui dan dikembangkan adalah kurikulum, yang kemudian lebih dikenal dengan Kurikulum 2013. Sebuah kurikulum ideal yang diharapkan mampu menghasilkan insan Indonesia yang berkompetensi produktif, kreatif dan inovatif melalui sikap, pengetahuan, keterampilan yang terintegrasi.10 Oleh karena itu dilakukan inovasi melalui penerapan Kurikulum 2013, yaitu kurikulum sebagai rujukan pengalaman belajar yang diarahkan bagi tercapainya penguasaan kompetensi.

Demi terlaksananya pendidikan yang efektif, aktif dan menyenangkan pemerintah menerapkan kurikulum baru yang dipercaya dapat mengantarkan pendidikan nasional ke arah yang lebih baik. Kurikulum 2013 terlahir sebagai pembaharu yang dipercaya dapat menjawab tantangan zaman di masa yang akan datang. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada

8 Muhamad Rizal Aziz, “Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada Mata

Pelajaran FIKIH Kelas 8 di MTs. Al-Husna Lebak Bulus Jakarta Selatan” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Jakarta, 2018), h. 3-4.

9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 2.

10 Ahmad Salim, “Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(17)

Semenjak diberlakukannya Kurikulum 2013 ini mendapat sorotan dari berbagai pihak sehingga terjadi pro dan kontra. Diantara yang dipersoalkan adalah kesiapan sekolah dan para guru, sarana dan fasilitas yang belum mendukung, besarnya dana yang dikeluarkan yaitu sekitar 2,5 Triliun, kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana dilapangan membuat para guru masih banyak yang kebingungan terhadap Kurikulum 2013 ini.12 Peserta dituntut berperan aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Disamping itu guru sebagai pendidik bertugas mendampingi dan melakukan penilaian secara teliti dengan perhatian secara mendalam sebagai bentuk evaluasi terhadap proses pembelajaran, selanjutnya dituangkan dalam bentuk laporan hasil belajar siswa yang terperinci dan mendetail terkait hasil belajar siswa. Proses pembelajaran sebagai penentu keberhasilan dunia pendidikan, tentu menjadi pusat perhatian dari berbagai sudut pelaku pendidikan.13

Pemerintah menganggap Kurikulum 2013 ini lebih berat dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Guru sebagai ujung tombak implementasi Kurikulum 2013, sedangkan guru yang tidak professional hanya dilatih beberapa bulan saja untuk mengubah pelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Selain penguatan dan pendampingan terhadap guru, siswa juga membutuhkan penguatan dan pendampingan dalam mengembangkan sikap dan karakter siswa yang ditekankan dalam Kurikulum 2013.

Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan saintifik atau pendekatan keilmuan,

11 Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 201, h.4.

12 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013), h. 35-37.

(18)

pada dasarnya bertujuan agar siswa mengikuti pembelajaran secara aktif serta mengembangkan cara berpikir siswa secara ilmiah, sehingga siswa dapat membentuk pemahaman sendiri dan dipahami secara mendalam oleh siswa tersebut. Konstuktivisme¸ siswa membentuk pemahaman tersendiri, mengadopsi dari kejadian sekitar menarik kesimpulan secara mandiri, sehingga penguatan terhadap materi lebih natural dan dapat dipahami oleh siswa sendiri. Peserta didik secara mandiri mengamati bahan ajar dengan menggunakan indra baik membaca, melihat, mendengar, bahkan dengan mengingat kembali kejadian atau pelajaran yang pernah diterima melalui metode pembelajaran aktif. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menuntut perubahan pola pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari teaching centered learning (TCL) kearah student centered teaching learning (SCL).14

Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan proses berpikir secara ilmiah mengambil pelajaran dari lingkungan secara riil, peserta didik akan secara aktif mencari informasi, membentuk cara belajar serta menarik pembelajaran, sehingga proses pembelajaran akan lebih logis, aplikatif dan mudah dipahami. Pada prosesnya, pendekatan saintifik/ilmiah menerapkan teknik investigasi terhadap objek pembelajaran secara mandiri, sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan, dengan teori sebagai penguat hasil pembelajarannya. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.15

Lulusan-lulusan yang cerdas, kreatif dan memiliki sikap yang baik sangat ditentukan oleh proses pendidikan yang dilaluinya, maka pemerintah mengeluarkan aturan terbaru yang mengatur tentang standar

14 E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Rosdakarya, 2014),

h. 48.

15 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Diklat Guru: Konsep Pendekatan Saintifik,

(19)

pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah menggunakan pendekatan scientific (scientific approach) sehingga diharapkan peserta didik menjadi lebih kreatif dan inovatif.

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran yang mempelajari tentang perkembangan peradaban Islam di masa lampau yang diajarkan jenjang pendidikan yang bernafaskan Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Dengan mempelajari sejarah maka seseorang akan mengetahui segala sesuatu yang terjadi di masa lampau yang banyak mengandung pelajaran yang bermanfaat untuk kehidupan. Apalagi Sejarah Kebudayaan Islam, siswa dapat mengetahui peranan dan sumbangan Islam bagi kehidupan umat manusia.

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dengan adanya Kurikulum 2013 diharapkan siswa akan merubah pandangan terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang terkesan hafalan menjadi pembelajaran yang menarik. Dan siswa juga diharapkan dapat mengambil hikmah dari suatu peristiwa yang nantinya akan menginspirasi siswa untuk selalu bersikap positif dan juga sesuai dengan kompetensi inti Kurikulum 2013 yang mengedepankan aspek religius.16

Permasalahan yang muncul pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah siswa yang mengalami kejenuhan saat proses belajar-mengajar berlangsung, suasana belajar yang kurang menyenangkan, dan kelelahan akibat mencatat rangkuman terlalu banyak. Siswa hanya mendengarkan ceramah guru saja, tanpa ada keaktifan, kreatifitas dan inovasi yang berasal dari siswa. Kegiatan belajar mengajar

16 Nur Hidayati, dkk., “Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Berdasarkan Kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar”, Skripsi Pendidikan

(20)

Selain itu, tingkat kecerdasaran yang berbeda antar siswa merupakan salah satu problem dalam pembelajaran SKI. Perbedaan tingkat kecerdasan antara satu peserta didik dengan yang lain yang akan menimbulkan permasalahan bagi peserta didik yang mampu dengan yang tidak mampu sehingga akan sulit bagi pendidik menerapkan tujuan intruksional khusus.17

Kondisi pembelajaran SKI di MI NU Tarsyidut Thullab Kudus Kelas V Singocandi Kudus dalam kegiatan belajar-mengajar diarahkan kepada terwujudnya proses belajar tuntas (mastery learning). Sedangkan strategi pembelajaran diarahkan untuk dapat memacu siswa aktif dan kreatif sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum terpadu (Integrated Currriculum) antara Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (Kurikulum 2013), Kurikulum Departemen Agama, Kurikulum Lokal dan Kurikulum Sekolah. Sedangkan untuk metode belajar yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.18

Berbeda dengan yang terjadi di MA Negeri Karanganyar, implementasi pendekatan saintifik yang terjadi di sekolah tersebut tidak berjalan mulus. Banyak kendala yang dihadapi seperti minimnya tingkat pemahaman istilah asing bagi peserta didik. Tidak semua murid langsung menerima dengan mudah materi yang diberikan oleh guru terutama untuk kata istilah karena kekurangannya dalam membaca. Muhammad Ihsan selaku guru di sekolah tersebut mengatakan, “Pemahaman siswa mengetahui berdasarkan poin bisa, akan tetapi tidak memahami ceritanya,

17 Rasyid, Abdul. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi. Journal of Pedagogy. Vol. 1, No. 1, 2018, h. 24.

18 Tsariy dan Zuhaida. Penerapan Startegi Planted Questions (Pertanyaan Rekayasa)

dalam Meningkatkan Keberanian Siswa Bertanya Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MI NU Tasryidut Thullab Singocandi Tahun Pelajaran 2015/2016, Tesis pada

(21)

minim”.19

Selain itu, motivasi dan minat belajar siswa masih rendah,”Terkadang motivasi belajar siswa masih rendah, dan itu yang menjadi permasalahan selama ini, mau model seperti apapun ketika keinginan siswa untuk berkembang tidak ada ya semua akan menjadi tidak ada hasilnya. Dalam pembelajaran bagaimanapun ketika siswa sudah tidak mempunyai motivasi dan minat belajar maka dengan cara apapun materi yang diberikan sukar untuk dicerna oleh murid itu sendiri.20

Tekanan waktu bagi guru yang membuat guru harus menyampaikan materi dengan singkat. Karena tuntutan guru harus menyelesaikan silabus dan RPP dalam waktu satu semester.21

Model pembelajaran merupakan suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu membuat desain/pm. Dalam mengembangkan RPP, seorang guru harus menggunakan model pembelajaran yang dianggap cocok untuk dikembangkan seperti halnya model pembelajaran inkuiri.22

Model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik seperti disebutkan dalam Lampiran Permendikbud RI Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

19 Wisnu Fachrudin, “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar”, Skripsi pada IAIN Salatiga, Salatiga, 2017, h 51.

20 Ibid. h.52. 21 Ibid., h. 54.

22 I Gede Arnawa Riana, dkk., Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk

Implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 3 Banjar Jawa Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan,

(22)

Studi kasus di MIN Tanggul Wetan Jember yang menggunakan model pembelajaran adalah model inquiry learning. Hal ini terlihat ketika pelaksanaan model inkuiri menggunakan metode diskusi, pengamatan, eksplorasi, percobaan, tanya jawab, penugasan dan ceramah. Guru menggunakan media visual (gambar). Terlihat pada saat observasi metode-metode tersebut mengaktifkan siswa dalam kegiatan saintifik. Selain itu penggunaan media visual tersebut dapat mendukung siswa aktif dalam kegiatan saintifik.24

Evaluasi dari penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran SKI dalam hal perencanaan diperlukan adanya pelatihan mendalam bagi guru terkait penyusunan RPP. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik masih dirasa kurang optimal dikarenakan siswa perlu penyelesaian dengan kurikulum K-13 dan kurangnya media pembelajaran.25

Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan dengan pendekatan saintifik adalah kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dan penentuan metode yang digunakan. Oleh karena itu, kegiatan proses belajar mengajar selain dikembangkan secara sistematis, efektif dan efisien juga perlu variasi kegiatan sebagai alternative untuk menumbuh kembangkan motivasi dan aktivitas peserta didik dalam mengajar. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata

23 Permendikbud RI No. 103 Tahun 2014, hlm. 4.

24 Asih Nurwahyuni, “Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MIN Tanggul Wetan Jember”, Tesis pada Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017, h. 147.

(23)

Dalam jurnal karya Andiana, dkk., pada hasil observasi pendahuluan di SDN 03 Sintang dan SDN 23 Sintang, guru masih sebagai penyampai informasi atau penyampaian materinya masih satu arah, kurang mengaitkan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari peserta didik, pembelajaran hanya mengutamakan ingatan dan hafalan, sedangkan peserta didik lebih baik duduk diam, dan cenderung memperlihatkan dan mendengarkan penjelasan guru. Dengan menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik guru dapat menghidupkan pembelajaran, menghidupkan motivasi peserta didik, dan dapat memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.27

Berbagai permasalahan dalam pembelajaran yang dialami oleh guru sebagai fasilitator dan murid sebagai subjek perlu dicarikan solusi dan tentunya solusi yang diterapkan tergantung pada situasi dan kondisi yang berbeda-beda di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran pendekatan saintifik dalam mengatasi permasalahn itu. Seperti halnya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi peneyelidikan, dan membuka dialog.28 Masalah yang diangkat biasanya menyangkut kehidupan nyata di lingkungan peserta didik, ada yang bersifat kasus nyata yang terjadi di masyarakat dan atau bersifat hopetik yaitu dipilih dan

26 For Andiana, dkk., “Strategi Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

Tematik Di Sekolah Negeri Kota Sintang”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol. 7, No. 4, 2018, h. 2.

27 Ibid.

28 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013,

(24)

mempengaruhi meningkatnya hasil belajar siswa dari aspek kognitif. Begitu pun dengan minat belajar siswa, terjadi peningkatan dari sebelum pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui Problem Based Learning pada kategori rendah, dan setelah diberikan pembelajaran pendekatan saintifik melalui Problem Based Learning berada pada kategori tinggi.30

Salah satu sekolah yang mengalami berbagai permasalahan diatas adalah Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta. Sekolah tersebut menerapkan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 secara bertahap, dimulai dari kelas X pada tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini berdasarkan pengalaman penulis ketika masih duduk di bangku sekolah tersebut, yang saat itu penulis kelas XII. Masih terdapat kendala dalam pelaksanaan pembelajaran SKI yang menerapkan kurikulum 2013, karena masih baru diterapkan di sekolah tersebut.

Setelah menguraikan beberapa permasalahan tersebut, dalam pembahasan proposal skripsi ini penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai “Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut, maka penulis mengidentifikasi adanya beberapa permasalahan yang terjadi, diantaranya sebagai berikut :

1. Salah satu komponen yang sering dijadikan faktor penyebab menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum.

29 Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat, Teori dan Implementasi Pembelajaran Saintifik

Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2018), hal. 71.

30 Loviga, dkk., “Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Problem Based Learning

Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar Matematika”, Jurnal Matematika dan Pendidikan

(25)

merepotkan guru, dan sebagainya

3. Guru kurang kreatif dan menarik dalam menyampaikan pembelajaran SKI di MAN 2 Jakarta

C. Fokus Masalah

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis berusaha memfokuskan terhadap implementasi pendekatan saintifik yang terdapat dalam Kurikulum 2013 pada mata pelajaran SKI di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya :

1. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran SKI di MAN 2 Jakarta ?”.

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran SKI di MAN 2 Jakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran SKI di MAN 2 Jakarta.

2. Mendeksripsikan apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran SKI di MAN 2 Jakarta

F. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis

(26)

dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi. 2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi untuk berbagai pihak untuk mengembangkan kembali proses pembelajaran yang bermutu dan tepat sasaran.

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 19 bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Hidayat berpendapat bahwa “Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).1 Hal ini sesuai dengan Sisdiknas pasal 35 tentang kompetensi lulusan yang merupakan kualifikasi kemampuan lulusan.

Pendapat berbeda tentang Kurikulum 2013 dipaparkan oleh Kurniasih dan Sani bahwa, “Kurikulum akan secara terus menerus mengalami perubahan agar suatu kurikulum mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.2

b. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif dan inovatif dan afektif serta

1 Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.

113.

2 Intan Kurniash dan Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, (Jakarta: Kata

(28)

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.3

Dalam hal ini, pengembangan kurikulum 2013 difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat di demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara konseptual. Selain itu peserta didik menumbuhkan keberanian dalam dirinya dan dilatih kemampuan berlogika dalam memecahkan suatu masalah.

c. Prinsip-prinsip Kurikulum 2013

1) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu

2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi

5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem terpadu

6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenerannya multi dimensi 7) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal

(hardskill) dan keterampilan mental (softskill)

8) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat

9) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing

(29)

madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)

10) Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat 11) Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,

siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas

12) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

13) Pengakuan atas perbedaan individu dan latar belakang budaya bangsa.4

d. Konsep Kurikulum 2013

Konsep kurikulum yang dipaparkan oleh Kemendikbud adalah keseimbangan antara hardskill dan softskill, dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian.5

Dalam penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum, terdapat perbedaan sesuai dengan konsep kurikulum. Berikut adalah tabelnya.6

Tabel 2.1 Perbedaan Konsep Kurikulum

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan

2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi

Lulusan melalui

Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran 3 Pemisahan antara mata pelajaran

pembentuk sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentuk

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan

4 Dokumen Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, h. 8-10.

5 Dokumen Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta, 14 Januari 2014, h. 26.

(30)

pengalaman sikap, keterampilan, dan pengetahuan

4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran

diturunkan dari

kompetensi yang ingin dicapai

5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

2. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan artinya 1) proses, cara, perbuatan mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.7 Pendekatan juga bisa diartikan konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.8

Dari paparan diatas, pendekatan bisa berarti cara-cara atau konsep yang melatari untuk melakukan kegiatan dalam komponen-komponen yang sudah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

Pendekatan (approach), menurut T. Raka Joni, menunjukkan cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak. Ibarat seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-hijaun dan seterusnya.9

Menurut uraian diatas, hal ini berarti bahwa pendekatan itu bagaimana individu menunjukkan point of view atau sudut pandang yang

7 Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI), diakses pada tanggal 13 Februari

2019.

8 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 6.

9 Raka Joni, Strategi Belajar Mengajar: Acuan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Belajar

(31)

digunakannya. Hasil yang didapat tergantung cara sudut pandang yang dipakai dan ini bersifat relatif.

Istilah pendekatan ini juga digunakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (1984) untuk menyebut pendekatan yang berorientasi pada lembaga/guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik.10

Pembelajaran yang berorientasi kepada guru/lembaga pendidikan merupakan sistem pembelajaran konvensional dimana hampir semua kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan (sekolah). Karakteristik pendekatan yang berorientasi pada guru bahwa proses belajar mengajar atau proses komunikasi berlangsung di dalam kelas dengan metode ceramah secara tatap muka.

Sedangkan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik merupaka sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi peserta didik dan guru hanya fasilitator selama pembelajaran. Karakteristik pendekatan ini menggunakan berbagai macam sumber belajar, media, metode, media dan strategi secara bergantian sehingga selama proses pembelajaran peserta didik berpartisipasi aktif.

b. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik diperkenalkan pertama kali dalam dunia pendidikan di Amerika sejak akhir abad ke-1, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengaruh pada fakta-fakta.11 Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.12

10 Fred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, diterjemahkan oleh

Sudjarwo S, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 20.

11 Ika dan Laila, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Teori dan

Praktik, (Yogyakarta: Deepbulish, 2015), h. 1.

12 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013,

(32)

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.13

Pendekatan saintifik dapat disebut pendekatan ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific learning) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Metode ilmiah umumnya menempatkan feomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.14

Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data (menalar), menarik kesimpulan dan mengomunikasikan kesimpulan kepada orang lain.

13 Kemendikbud, Pendekatan, Jenis dan Metode Pendidikan, (Jakarta: T.P. 2013), h. 208. 14 Rista Arivida, “Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam

(33)

c. Tujuan Pendekatan Saintifik

Dalam konsep atau gagasan yang dibuat, pasti terdapat cara-cara yang digunakan agar mempermudah dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dan dalam suatu kegiatan pembelajaran mempunyai tujuan tersendiri, khusunya tujuan pendekatan saintifik yang menjadi landasan bagi guru dalam proses pembelajaran.

Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diantaranya adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan sesuatu masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.15

Berdasarkan penjelasan tersebut, hasil yang didapat dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah peningkatan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi insan yang baik dan memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dari peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

d. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik

Beberapa pendekatan pembelajaran tidak lepas dari pendirian atau prinsip yang menjadi landasan pendekatan tersebut agar tidak menghilangkan esensinya. Dalam hal ini, pendekatan saintifik mempunyai

15 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013,(Yogyakarta: Penerbit

(34)

prinsip-prinsip yang tidak bisa dihilangkan agar nilai-nilai pendekatan ini utuh.

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpusat pada siswa

2. Pembelajaran membentuk students self concept (konsep diri siswa) 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme

4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip 5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa

6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi

8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.16

e. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan peserta

(35)

didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.17

McMillan & Schumacer (2001) menyatakan bahwa pendekatan saintifik terdiri dari empat langkah, yaitu : 1) define problem, 2) state the hypothesis to be tested, 3) collect data, dan 4) interpret the result and draw conlusions about the problem.18

Pertama, define problem atau mengidentifikasi masalah. Pembelajaran diawali dengan sejumlah masalah baik yang disajikan guru maupun masalah yang dirumuskan sendiri oleh peserta didik. Masalah yang digunakan dalam pembelajaran seyogyanya mendorong peserta didik agar tertarik melakukan pengamatan dan membuat pertanyaan atas hasil pengamatan yang dilakukannya.

Kedua, membuat hipotesis. Pada tahap ini, peserta didik menggunakan penalarannya baik secara induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Proses merumuskan hipotesis dilakukan dengan mengoptimalkan pengetahuan awal siswa, sehingga terjadi proses penalaran deduktif. Dalam proses ini kemampuan analisa peserta didik timbul dan diharapkan mampu untuk merumuskan hipotesis dari permasalahan yang ada.

Ketiga, mengumpulkan dan menganalisis data. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan metode eksperimen maupun studi lainnya. Hasil pengumpulan tersebut selanjutnya dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian maupun untuk membuktikan hipotesis.

Terakhir, menginterpretasi data dan membuat kesimpulan. Pada tahap ini, peserta didik dilatih untuk memaknai hasil penelitian sederhana yang sudah dilakukan. Pemberian makna ini dilakukan dengan menghubungkan hasil penelitian dengan teori-teori yang sudah ada. Setelah itu, peserta didik menyimpulkan kemampuan penalaran

17 Kemendikbud, Pendekatan dan Strategi Pembelajaran, (Jakarta: T.P. 2013), h. 1. 18 Ika dan Laila, op.cit, h. 6.

(36)

dari permasalahan yang sedang dikaji sehingga kesimpulan yang dihasilkan memiliki kelogisan yang tinggi.

Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi 5M: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik meliputi lima pengetahuan belajar sebagai berikut:

1) Mengamati (Observing)

Mengamati atau observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi.19 Mengamati menggunakan panca indera, berbentuk menyimak, mengamati, membaca, baik menggunakan media atau tidak. Mengamati bukan hanya berupa pengamatan terhadap objek, tetapi dapat berupa mengingat ulang apa yang pernah kita lihat, sebagai sebuah informasi. Mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dari ingatan jangka panjang.20

Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga peserta didik mendapatkan fakta berupa data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan peserta didik melalui panca indera, dan panca indera peserta didik akan menyerap berbagai hal-hal yang terjadi disekitar dengan merekam, mecatat dan mengingat.21

Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang dan mudah dalam pelaksanaanya. Metode ini sangat tepat untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa, sehingga

19 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, h.

54.

20 Imas dan Berlin, op.cit, h. 61.

21 Hamzah dan Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan Paikem, (Jakarta: Bumi

(37)

menimbulkan proses pembelajaran yang bermakna. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.22

Berdasarkan paparan diatas menunjukkan bahwa mengamati pada dasarnya identifikasi hal-hal yang penting terkait dengan materi pengetahuan yang harus dipelajari. Dalam memulai kegiatan ini guru perlu mengingatkan tujuan pembelajaran atau indikator pencapaian kompetensi yang telah diberikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca sekilas bab yang terdapat di dalam buku siswa dan guru juga bisa memberikan sumber belajar lainnya sebagai objek pengamatan siswa.

2) Menanya (Questioning)

Langkah kedua dalam pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah menanya. Keberhasilan rangsangan pendidik melalui fase mengamati, terlihat dari respon yang keluar dari peserta didik pada fase menanya. Setelah melewati kegiatan mengamati yang merupakan sebuah upaya rangsangan terhadap peserta didik, maka akan timbul rasa ingin tahu lebih mendalam pada diri peserta didik.23 Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai pertanyaan hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

22 Daryanto, op.cit. h. 60.

(38)

pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.24

Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan terkait kegiatan pengamatan tersebut. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pertanyaan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.25

Fungsi bertanya menurut Hosnan adalah mendorong dan menginspirasi peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberikan jawaban secara logis, sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.26

3) Menalar (Associating)

Setelah mencoba mengumpulkan informasi atau data, kegiatan selanjutnya yaitu menalar. Menalar informasi atau data yang sudah dikumpulkan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan Permendikbud Nomor 81a tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan

24 M.. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, h.

49.

25 Daryanto, op.cit, h.65. 26 Hosnan, op. cit, h. 50.

(39)

berfikir induktif serta deduktif dan menyimpulkan. Peserta didik pun di bina untuk memiliki keterampilan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang diterimanya pada hal-hal atau masalah yang baru dihadapinya.27

4) Mencoba (Experimentif)

Dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, aktivitas mencoba yaitu dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang dilakukan melalui ekperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kajian/aktivitas wawancara dengan narasumber, dan sebagainya.28 Kegiatan mencari informasi dilaksanakan dengan cara memberi soal/tugas kepada peserta didik untuk dipecahkan tepat waktu sesuai dengan waktu yang diberikan. Belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan.29

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiiki banyak sumber referensi, seperti al-Qur’an, Hadits, buku-buku sejarah, internet, karya ilmiha, bahkan dengan melalui wawancara dengan beberapa sejarawan. Peserta didik bisa mencari informasi melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik.

5) Mengkomunikasikan (Communication)

Pada tahapan ini, peserta didik sudah mendapat informasi baru hasil analisa peserta didik dan waktunya untuk menyajikan informasi atau data kepada khalayak ramai atau teman-temannya. Dalam kegiatan menyaji ini terjadi

27 Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2010), h. 108.

28 Ibid, h. 57.

(40)

komunikasi, atau dalam tahap ini bisa disebut mengkomunikasikan.

Dalam rangka kegiatan mengkomunikasikan, pendidik diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari. Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.30 Peserta didik diharapkan udah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih terasah. Peserta didik yang lain pun dapat memberikan komentar, saran atau perbaikan mengenai apa yang di presentasikan oleh rekannya.

Kegiatan mengomunikasikan tidak selalu harus berbentuk lisan, presentasi, melainkan dapat berbentuk memajang produk kerja, mempraktekkan hasil temuan, disesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Lampiran Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas mengomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilian oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.31

Berdasarkan paparan diatas, peserta didik diharapkan mampu untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat

30 Daryanto, Op.Cit. h. 80.

31 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:

(41)

dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.32

f. Tinjauan Kritis Terhadap Pelaksanaan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013

Banyak terjadi problem saat menerapkan Kurikulum 2013, mulai dari awal terbentuknya sampai saat ini. Dibawah ini mungkin hanya sebagian kecil masalah yang terjadi saat kurikulum 2013 dicoba untuk diimplementasikan:

Pertama, problem pemahaman. Kurikulum 2013 menawarkan konsep tematik intergratif, sebelumnya per mata pelajaran atau parsial. Sementara pengalaman guru selama berpuluh tahun adalah mengajar secara parsial. Tidak mudah bagi guru untuk shifting paradigm dari parsial menjadi tematik integrative. Diakui atau tidak, model kurikulum integrative cocok untuk sekolah-sekolah maju dan guru-gurunya berkualitas, tapi bila diterapkan pada masyarakat Indonesia dari Merauke sampai Sabang, belum tentu cocok. Boleh jadi, sebagian besar masyarakat kita, terutama yang tinggal di pelosok daerah lebih tepat menggunakan kurikulum parsial. Karena kurangnya pemahaman guru terhadap konsep tematik integratif disebabkan tidak adanya pelatihan kompetensi guru sebelum hal itu dilaksanakan.

Shifting paradigm adalah kemampuan mengembangkan pola, model atau contoh33 berpikir yang sama untuk mendefinisikan pengetahuan-pengetahuannya, dan menstrukturkannya sebagai ilmu pengetahuan yang diterima dan diyakini sebagai “yang normal dan yang paling benar”, untuk kemudian didayagunakan sebagai penunjang kehidupan yang dipandangnya “paling normal dan paling benar” pula. Perpindahan shift (pergeseran) adalah suatu persepsi transformatif. Konsep shifting paradigm membuka kesadaran bersama bahwa para pengkaji ilmu

32 Daryanto, Op.Cit. h. 80.

33 Joyce M. Hawkins, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar, Edisi 3, Cet. II, (Malaysia: Fajar

(42)

pengetahuan itu tak akan selamanya mungkin bekerja dalam suatu suasana “objektivitas” yang mapan, yang bertindak tak lebih kurang hanya sebagai penerus yang berjalan dalam suatu alur progesi yang linier belaka.34 Adanya Shifting paradigm menurut Thomas Kuhn, disebabkan oleh adanya shift (pergeseran) biasanya signifikan determinan dengan kriteria legitimasi antara masalah dan solusi yang dimunculkan.35

Kedua, problem pada penyiapan guru. Para penyusun kurikulum 2013 pada saat rapat membahas masalah implementasi selalu mengingatkan bahwa hanya guru yang terlatih yang berhak melaksanakan kurikulum 2013. Tapi faktanya, belum semua guru mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dan mereka yang telah mengikuti pun tidak selalu memahami kurikulumnya. Bila konsisten pada pedoman yang dibuat sendiri oleh para penyusun kurikulum 2013, maka kurikulum 2013 memang belum dapat diterapkan pada semua sekolah karena tidak semua guru sudah mengikuti pelatihan. Bila memaksakan kurikulum 2013 diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, maka berarti mereka tidak konsisten dengan aturan yang mereka buat sendiri.

Menurut Faridah Alawiyah,36 beberapa program persiapan sudah dilakukan pemerintah, namun masih terdapat beberapa kendala sehingga belum semua guru memiliki kompetensi yang memadai untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Disinilah DPR RI berperan untuk mendorong Pemerintah meningkatkan kinerjanya dalam mempersiapkan guru. Program yang telah diluncurkan Pemerintah seperti pelatihan khusus dan klinik konsultasi pembelajaran sudah diluncurkan untuk

34 Nurkhalis, “Konstruksi Teori Paradigma Thomas S. Kuhn”, Jurnal Ilmiah Islam

Futura, UIN Ar-Raniriy, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniriy, 2012), Vol. IX, No. 2, h. 85.

35 Thomas Khun, The Structure of Scientific Resolutions, (Chicago: University of Chicago

Press, 1970), Edisi 2, h. 169.

36 Seorang peneliti muda studi Pendidikan pada Bidang Kesejahteraan Sosial di Pusat

(43)

mengembangkan kompetensi guru. Pemerintah harus melakukan evaluasi secara teratur untuk meningkatkan kualitas guru.37

Dalam rangka penyiapan guru, setiap guru wajib memiliki kriteria empat standar kompetensi. Terlebih saat ini di Indonesia banyak guru yang sudah memiliki sertifikat sertifikasi, artinya mereka sudah lulus sebagai seorang guru professional yang tentunya empat kompetensi guru tersebut harus selalu dilaksanakan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini diperkuat dengan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang berisi macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik/guru diantaranya kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut harus terintegrasi dalam kinerja guru.

Ketiga, penjurusan di SMA yang dimulai sejak semester awal pada saat anak masuk ke SMA akan menimbulkan persoalan teknis di lapangan. Banyak anak yang memilih jurusan sering tidak didasarkan pada kemampuan, tetapi keinginan. Akhirnya, ditengah jalan terpaksa harus pindah ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan minat. Kurikulum 2013 mengakomodasi kemungkinan pindah jurusan tersebut, tapi ini sesungguhnya merepotkan sekolah terutama dalam kaitannya memepersiapkan ruang dan guru, sehingga muncul usulan agar penjurusan itu dilakukan mulai semester 2 di kelas 1.

Dalam menepatkan individu pada program peminatan/penjurusan harus benar-benar disesuaikan pada 3 hal pokok yang disebutkan dalam lampiran Permendikbud yaitu minat, bakat dan kemampuan akademik. Selain itu, indikator lain yang dikemukakan oleh Ruslan A Gani mengenai kesesuaian suatu jurusan dengan diri siswa meliputi :38

1. Prestasi belajar

37 Faridah Alawiyah, “Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013”, Jurnal Info

Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol. VI, No. 15, 2014, h. 9-12.

(44)

Hasil belajar dari kemampuan akademik siswa selama di jenjang sebelumnya

2. Pengukuran tes psikologis

Tes ini digunakan untuk mengetahui secara tertulis ukuran bakat siswa dan tingkat ketertarikan siswa pada bidang tertentu yang dilakukan oleh lembaga psikotes.

Dengan menerapkan 3 indikator tersebut secara benar dalam penempatan siswa, kecil kemungkinan terjadi kesalahan atau ketidaksesuaian pada program peminatan. Dengan tingkat kemungkinan yang sangat kecil atau rendah tersebut, maka siswa akan merasa cocok dan pas pada program peminatan yang ditempatkan, sehingga siswa secara otomatis merasa semangat, senang dan termotivasi selama mengikuti proses pembelajaran.39

Keempat, beban guru terhadap proses administrasi penilaian. Hal itu mengingat penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dideskripsikan satu per satu. Bila hanya mengajar satu kelas dengan jumlah murid maksimal 40 murid, seperti guru SD, mungkin itu masih menjangkau. Tapi bila mengajar per bidang studi dan murid yang diajar mencapai di atas 200 orang, apalagi 400 orang, tentu saja penilaian deskriptif tersebut amat membebani guru. Tidak mungkin hafal satu per satu, sehingga tidak mungkin membuat deskripsi penilaian secara akurat, akhirnya asal-asalan. Banyak guru sekarang mengeluhkan, kalau tidak mungkin tugasnya akan selesai bila hanya dikerjakan di sekolah saja, terpaksa dirumah pun harus lembur.40

Menurut Retnawati, salah satu aspek yang menjadi hambatan implementasi kurikulum 2013 adalah sistem penilaian yang rumit dan perlu waktu yang lama untuk menyusun laporannya. Hambatan terbesar

39 Khalifatur Rosyida, “Hubungan Kesesuaian Program Peminatan Dengan Motivasi

Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 16 Surabaya” Skripsi pada UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2015, h. 22-23.

40

(45)

dalam penilaian adalah penilaian sikap. Wawasan guru dalam memilih metode yang tepat dan mengembangkan instrument penilaian tersebut masih kurang.41

Dalam kurikulum 2013 ini terdapat kelemahan yang penuh kontradiktif sehingga perlu direvisi. Pertama, ingin melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, dan komunikatif untuk menghadapai kehidupan abad ke-21, tapi pelajaran-pelajaran yang bersifat normative-dogmatis (Agama, PPKN dan Sejarah) justru lebih dominan. Sikap religius itu perlu dikembangkan agar orang tidak pongah terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang hebat dan menyelesaikan persoalan, tetapi substansi pendidikan yang terlalu religius juga belum tentu menyelesaikan persoalan. Artinya perlu ada keseimbangan antara kecakapan ilmu umum dan ilmu agama agar keduanya saling menopang.

Kedua, terlihat dari elemen perubahan yang pada Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013, yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses berubah, tapi Standar Penilaian berubah setengah hati, yaitu yang hariannya memakai penilaian portofolio, tapi penilaian akhir menggunakan Ujian Nasional (UN), alias tidak berubah. Ini jelas inkonsisten. Bagaimana mungkin pendidikan akan melahirkan manusia-manusia yang berfikir dan bersikap secara konsisten, sementara kurikulumnya sendiri tidak konsisten?

Ketiga, Kurikulum 2013 ingin melahirkan masyarakat ilmiah, tapi pendekatan ilmiahnya ustru lemah karena cenderung ke problem solving. Pendekatan problem solvingcocok untuk masyarakat yang sudah memiliki kultur belajar tinggi sehingga apa yang dipelajari di sekolah itu tinggal mensismatisasi apa-apa yang dipelajari di rumah dan masyarakat. Tapi banyak masyarakat di pedalaman yang mengenal buku pun belum, bila mereka sudah diajak berfikir model problem solving jelas sulit.

41 Retnawati, Hambatan Guru Matematika Sekolah Menengah Pertama dalam

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Konsep Kurikulum
Tabel 2.2 Capaian KI dan KD Pada Tingkat MA   Kompetensi Inti Kelas
Tabel 2.7 Langkah-langkah Saintifik  Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014  Langkah
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian  NO  JENIS
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk hasil temuan selama proses ekskavasi/penggalian di kotak gali B1.XX adalah adanya temuan batu lepas, bata dan batu putih tampak seperti pada foto di bawah. Temuan batu

 Jika variabel terikat menentukan nama yang sudah ada atau non -variabel yang ada untuk permintaan ini adalah / akan dapat mengakses karena / tidak akan di MIB melihat

Dengan melihat kelemahan pada pengendalian manajemen di UKM GKTK dan permasalahan yang timbul dari masing-masing komponen yang terdapat dalam Sistem Manajemen Lima

Menjelaskan kepada ibu pengertian perawatan perianal pada bayi adalah perawatan daerah yang tertutup oleh popok atau daerah kemaluan dan sekitarnya yaitu dengan

Pada penelitian ini dilakukan pengenalan jenis tanaman berdasarkan fitur yang menonjol dari daun seperti fisiologis panjang (physiological length), lebar (physiological

Bahwa partai- partai politik yang dibentuk di Indonesia belum bisa lepas dari politik aliran yang menunjukkan tingginya pluralitas spektrum ideologi dan kultur

Puji Syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dengan judul “Kemampuan Berpikir Kritis

Kebiijakan Pemerintah mengeluarkan Perda No. 10 tahun 1956 tentang pemberantasan pelacuran di jalanan dalam Kota Besar Semarang dan penutupan rumah tempat pelacuran