• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN HASIL MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBAHASAN HASIL MAGANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN HASIL MAGANG

Proses Perancangan Lanskap

Dari seluruh proses perancangan yang ada pada oleh BCI yang dimulai dari penerimaan proyek, mobilization, desain (PLMP, CD, dan DD), HWD dan SWD, tender review sampai dengan construction review, sesuai dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Booth (1983) yang dimulai dari penerimaan proyek, riset dan analisis, desain, gambar-gambar konstruksi, pelaksanaan, evaluasi setelah konstruksi dan pemeliharaan. Gambar 51 menunjukkan perbandingan antara proses perancangan menurut Booth (1983) dan proses perancangan pada BCI.

Gambar 51. Proses Perancangan Menurut Booth (1983) dan Proses Perancangan pada BCI

Penerimaan Proyek

Riset dan Analisis

Desain Gambar-gambar Konstruksi Pelaksanaan Evaluasi Pemeliharaan Mobilization Design Process Implementation Maintenace Concept Design Design Development Working Drawing Tender Process Site Supervision Site Maintenance Site defect meeting Menurut Booth (1983) Proses Perancangan pada BCI

(2)

Dalam setiap proyek yang dikerjakan oleh BCI terkadang dilalui dengan proses perancangan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam kasus perancangan Panyu, tahap desain dimulai langsung ke tahap Landscape

Conceptual Design tanpa melalui tahap Preliminary Landscape Master Plan

seperti yang ada pada proses perancangan proyek pada umumnya. Hal ini terjadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki BCI dalam menangani proyek, dimana terdapat tahapan yang dapat dilewati dengan alasan sebagai langkah dalam penghematan waktu dan biaya.

Proses perancangan yang dimulai dari penerimaan proyek sampai dengan tahap concept design umumnya dikerjakan oleh BCI Singapura, sedangkan tahap

design development sampai dengan working drawing dikerjakan oleh BCI Bali,

Indonesia. Hal ini terjadi mengingat lokasi proyek yang dikerjakan oleh BCI umumnya berada di luar Indonesia. Namun pada beberapa proyek yang berlokasi di Indonesia, BCI Bali dapat melakukan proses penerimaan proyek dan

mobilization secara langsung. Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan oleh Manager BCI Bali didampingi Project Manager.

Teknik perancangan lanskap yang dilakukan pada tahap Concept Design dan Design Development antara lain :

 Concept Design

Children Play Area and Sitting Area

Area ini dikembangkan dengan dengan menempatkan lawn area atau tanah lapang beserta mounding lawn sebagai area bermain anak. Hal ini sesuai dengan children play design guidelines yang dikemukakan oleh Bloomberg (2010), yaitu memelihara atau menciptakan tanah lapang alami pada area bermain anak. Karena anak yang bermain pada area tanah lapang memiliki hasil yang lebih baik pada test kemampuan fisik dibandingkan dengan anak-anak yang bermain pada area konvensional.

Reflective Pond and Feature Trees with Deck

Dalam area ini dikembangkan reflective pond untuk mengikutsertakan elemen langit. Dimana menurut Booth (1983), water pond mungkin digunakan untuk menciptakan refleksi langit dan/atau elemen terdekatnya seperti bangunan, pohon, sculpture, dan manusia. Dengan demikian seseorang dapat melihat

(3)

bayangan pantulan dengan cara yang baru dan mempesona yang mungkin hanya dapat dilakukan dengan melihat badan air.

Entry to Basement Car Park

Bagian area ini merupakan area yang berbahaya sebagai area persilangan kendaraan yang keluar/masuk basement car park. Teknik perancangan yang dilakukan adalah dengan melakukan pembedaan material paving. Sesuai yang dikemukakan oleh Booth (1983), area berbahaya seperti persilangan kendaraan dapat ditandai dengan material perkerasan yang berbeda.

Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree

Area ini dikembangkan sebagai sebuah focal point dengan mounding dan dan feature tree. Feature tree inilah yang menjadi sebuah bagian ornamen yang menarik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Booth (1983), bahwa suatu spesimen tanaman mungkin menjadi elemen yang berdiri sendiri sebagai ornamen yang indah.

Guardhouse

Pada pengembangan area guardhouse, dan sebagian besar sirkulasi pada tapak dikembangkan dengan sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki dengan pembedaan material paving antara keduanya. Hal ini dijelaskan oleh Booth (1983), bahwa perkerasan dan pergantiannya dari satu ruang ke ruang lainnya dapat digunakan di ruang luar untuk menandakan penggunaan dan fungsi yang beragam pada suatu halaman. Selain itu Booth menambahkan, metode umum untuk membedakan antara sirkulasi pejalan kaki dengan kendaraan yaitu dengan menggunakan material perkerasan yang relatif halus untuk jalan pejalan kaki dan material perkerasan yang relatif kasar untuk jalan kendaraan.

 Design Development

Children Play Area and Sitting Area

Sampai dengan tahap ini, courtyard 1 masih mengalami beberapa revisi berdasarkan feedback yang diterima dari klien. Dalam tahap ini area courtyard 1 dikembangkan menjadi lebih spesifik dan detil yang dilengkapi dengan gambar tampak potongan. Fitur-fitur yang dikembangkan antara lain reflective pond,

(4)

desain minimalis kontemporer. Pengembangan feature tree dilakukan dengan menambah elemen planter box yang didesain hingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat duduk. Terdapat juga feature tree yang dilengkapi dengan feature bench dan loose pebles sebagai penutup muka tanah (Gambar 52).

Material yang digunakan sebagai perkerasan yaitu berupa granite dark

grey dengan pola rectangular yang berukuran besar, hal ini ditujukan untuk

memberikan kesan yang luas terhadap tapak. Selain sebagai sitting area, pada tapak ditempatkan lawn dan mounding sebagai zona aktif.

Gambar 52. Children Play Area and Sitting Area Final Design Development

Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree

Area ini dikembangkan sebagai sebuah focal point dengan mounding dan dan feature tree (Gambar 53). Feature tree inilah yang menjadi sebuah bagian ornamen yang menarik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Booth (1983), bahwa suatu spesimen tanaman mungkin menjadi elemen yang berdiri sendiri sebagai ornamen yang indah.

(5)

Gambar 53. Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Final Design

Development Guardhouse

Pada pengembangan area guardhouse, pengembangan yang dilakukan yaitu pelebaran pada bagian kiri dan kanan jalan area masuk. Sepanjang jalan ini dihiasi dengan flower trees dan dilengkapi dengan flower bed. Terdapat guard

room berupa pos jaga yang dikelilingi dengan water feature yang terletak di

bagian median jalan dan gate dengan tinggi 4,5 m. Tepat di depan pintu masuk terdapat signage yang menunjukkan area masuk kawasan townhouse (Gambar 54).

Pembedaan material dilakukan pada area gate dan driveway. Untuk perkerasan driveway menggunakan material berupa concrete light brown, sedangkan perkerasan gate berupa granite dark grey. Selain itu terdapat material transisi antara keduanya yaitu berupa concrete.

(6)

Gambar 54. Guardhouse Final Design Development

Setelah tahap design development sebenarnya masih ada tahap selanjutnya yaitu pembuatan gambar konstruksi berupa hardscape working drawing (HWD) dan softscape working drawing (SWD) sebagai gambar kerja dan acuan penerapan desain di lapang nantinya. Sesuai dengan yang kemukakan oleh Booth (1983), setelah menyelesaikan fase proses perancangan, desainer mempersiapkan gambar konstruksi. Gambar-gambar tersebut dinyatakan dalam gambar CAD yang berisi komponen-komponen dalam drawing package. Namun, karena keterbatasan waktu dalam kegiatan magang mahasiswa tidak dapat mengikuti proses perancangan selanjutnya.

Untuk tahap konstruksi, tidak ditangani secara langsung oleh BCI. BCI biasanya bekerjasama dengan kontraktor dan berperan sebagai pengawas (supervisi) dalam pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan desain yang telah dibuat.

Tahap selanjutnya setelah pelaksanaan konstruksi adalah site review. Dalam tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil pembangunan jika ada hal kurang sesuai dengan hasil perancangan. Dalam masa ini masih ada kemungkinan adanya perbaikan terhadap masalah yang timbul selama dalam masa kontrak.

(7)

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Booth (1983), bahwa evaluasi setelah konstruksi diperlukan untuk mengetahui berbagai masalah yang timbul dari suatu perancangan yang telah dibuat dan mencari solusi penyelesaiannya selama dalam masa kontrak. BCI selalu mengambil pelajaran dari apa yang telah dikerjakan dan pengalaman yang baik dapat diterapkan pada perancangan di masa yang akan datang dan aspek yang buruk dapat diperbaiki.

Menurut Booth (1983), untuk menghasilkan desain yang sukses, sebuah desain tidak hanya diwujudkan dalam kertas dan dibangun dengan perhatian penuh dan kualitas, namun juga perlu dipelihara dengan baik untuk mempertahankan keberadaanya. Antisipasi ini dilakukan oleh BCI dengan membuat rencana pemeliharaan dalam tahap perancangan softscape.

Proses perancangan tidak lepas dari adanya masalah dan hambatan. Beberapa masalah yang dihadapi oleh BCI dalam melakukan proses perancangan, khususnya pada proyek Panyu Agile Residence, antara lain:

1. Fase/tahapan proyek yang berbeda antara arsitek dan arsitek lanskap 2. Permintaan dan tuntutan dari klien terhadap ide dan pilihan desain

Klien umumnya banyak melakukan perubahan terhadap desain yang telah diajukan. Klien banyak mengajukan permintaan dan kritik terhadap hasil rancangan. Demi kepuasan klien, BCI harus bekerja keras untuk memenuhi keinginan klien tersebut, namun kadang permintaan klien yang kurang bisa diterima biasanya didiskusikan kembali untuk mencari jalan yang terbaik sebagai solusinya.

3. Deadline pelaksanaan (deadline dari paket desain)

Klien menginginkan jadwal konstruksi proyek berjalan sesuai rencana, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang yang terjadwal, karena itu selesainya paket desain sangat mempengaruhi proses dan waktu pekerjaan.

4. Keadaan tapak yang sangat sensitif

Kondisi eksisting sangat mempengaruhi proses dan hasil desain, karena dalam penerapan desain harus memperhatikan keadaan tapak yang ada, termasuk kondisi yang berada di bawah tanah/lahan. Pada lahan proyek Panyu ini banyak terdapat area basement berupa lahan parkir, karena itu tidak semua jenis tanaman yang dapat ditanam di lahan bagian atasnya, dan

(8)

akhirnya hal ini yang membuat lebih hati-hati dalam perancangan dan berpengaruh terhadap desain. Dalam upaya mengatasi setiap permasalahan dalam proses perancangan suatu proyek, BCI memiliki beberapa strategi yang diterapkan, yaitu:

a. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat).

Strategi SWOT ini mungkin dikenal dan biasa digunakan hanya pada desain lanskap dimana setiap hambatan pada tapak dijadikan sebagai kesempatan dan kelemahannya dijadikan sebagai kekuatan dalam bentuk desain, kemudian lanskap dibuat tampak estetis dan fungsional oleh arsitek lanskap. Selain dalam proses perancangan, BCI juga menggunakan strategi ini dalam manajemennya. SWOT berperan dalam koordinasi dengan klien, pihak-pihak lain yang berkaitan dalam proyek (ahli-ahli lain, seperti arsitek, structural engineer, dan contractor). Segala kritik dan permintaan dari klien terhadap desain BCI dijadikan pelajaran yang berharga dan semua informasi dari ahli-ahi terkait dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan desain yang lebih baik dan sesuai dengan standar untuk mencapai hasil yang optimal pada tahap lebih lanjut.

b. Melakukan studi dan penelitian lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan klien.

Setiap konsep desain pada proyek, BCI senantiasa berusaha memahami dan mengetahui tentang konsep apa yang mereka gunakan sampai akhirnya hasil desain benar-benar menggambarkan konsepnya. Studi biasa dilakukan untuk memahami konsep secara filosofis, minimal konsep tergambar dari elemen bentuk, warna, ukuran dan jenis material dalam desain yang dibuat. Dalam perancangan Panyu ini, staf BCI melakukan pengembangan desain dengan melakukan pencarian image referensi terlebih dahulu. Dari referensi yang terkait dengan konsep modern yang telah ditentukan, barulah desainer melakukan pengembangan desain. Timbulnya beberapa masalah dalam proses perancangan yaitu karena adanya miss communication antara BCI dengan klien dan ahli terkait lainnya. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam desain dan proses dalam proyek, diperlukan adanya komunikasi yang baik dengan klien dan ahli

(9)

terkait lainnya. Komunikasi yang baik ini penting dilakukan pada awal penerimaan proyek dan pada setiap proses perancangan dengan sistem koordinasi yang tetap terjaga. Pertemuan (meeting) dengan klien dan ahli terkait lainnya juga menjadi bagian penting dalam merumuskan solusi dalam setiap hambatan yang dihadapi.

Sistem Manajemen Perusahaan

Belt Collins International (BCI) Asia berpusat di Singapura, dengan cabang di Bangkok (Thailand) dan Bali (Indonesia). BCI Thailand sebagai cabang yang juga memiliki beberapa arsitek lanskap, namun manajemen pusat tetap berada pada BCI Singapura. Posisi BCI Bali ialah bertanggung jawab dalam pengerjaan design development dan penyempurnaan gambar kerja dalam

hardscape working drawing, dan softscape working drawing serta menyiapkannya

dalam drawing package. Dalam setiap proyek BCI, ketiga area tersebut berkoordinasi secara langsung. Secara umum alur koordinasi pada BCI Asia dapat dilihat pada Gambar 55.

Gambar 55. Alur Koordinasi pada BCI Asia

Manajemen operasi yang dilakukan BCI dalam menghasilkan produk desain lanskap antara lain:

1. Penggunaan teknologi dan metode untuk peningkatan kualitas.

Pekerjaan desain BCI didukung dengan penggunaan komputer dan

software-software yang terkait dalam perancangan. Untuk BCI Bali sendiri

BCI SINGAPURA Pusat Administrasi dan Pembuatan Konsep Desain BCI BALI, INDONESIA BCI THAILAND

(10)

perlengkapan hardware tidak selengkap seperti yang ada pada BCI Singapura. BCI Singapura memiliki peralatan besar seperti plotter, dan

scanner berukuran besar, namun tidak pada BCI Bali sebagai kantor

cabang.

2. Pendayagunaan fasilitas dan ruang, seperti perbaikan layout ruang kerja. Ruang kerja pada BCI Bali di-layout sedemikian rupa untuk menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang nyaman dan mempermudah dalam koordinasi antar staf. Saat penulis melakukan proses magang, BCI Bali berencana melakukan revitalisasi pada taman kantor dalam waktu dekat ini. Penulis juga dilibatkan langsung dalam membantu proses usulan desainnya. Hal ini menunjukkan perhatian BCI yang besar akan suasana dan kualitas lingkungan kerja.

3. Isu strategis dan benchmarking. Hal ini senantiasa dilakukan oleh

manajerial BCI, dimana selalu melihat adanya peluang proyek baru dan memahami cara menempatkan perusahaan dalam proyek tersebut. BCI pun selalu menjaga kualitas produk dan kinerjanya.

4. Pembentukan tim seperti leadership, komunikasi, dan pembangunan tim.

Manager melakukan pengaturan dan senantiasa memberikan motivasi

kepada timnya dalam melakukan proses desain agar tercapai hasil perancangan yang sesuai target.

5. Layanan terhadap klien, BCI senantiasa berusaha memeberikan layanan yang maksimal kepada klien. Setelah proses perancangan selesai BCI masih melakukan site review untuk menganalisa jika ada desain yang kurang sesuai. Dengan respon dari klien, BCI akan memperbaikinya namun masih sesuai tujuan desain awal.

6. Kualitas produk dan informasi. BCI selalu menjaga kulaitas hasil perancangannya untuk kepuasan klien. Oleh sebab itu BCI memberlakukan standar dan audit terhadap output desain. BCI pun senantiasa berusaha menciptakan desain yang unik, kreatif, dan inovatif dengan melakukan studi terhadap ide desain dalam setiap proyeknya. 7. Penghematan strategis seperti pemfokusan pekerjaan dan sebagainya.

(11)

terhadap waktu mapun biaya. Seperti pada design development Panyu,

draft dan revisi dari klien terhadap gambar lebih dahulu dibuat dengan drawn sebagai efisiensi terhadap waktu dan tenaga. Dengan hand-drawn yang terlibat hanya desainer, sedangkan drafter tidak dan proses

gambar pun dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan gambar CAD yang cenderung memerlukan waktu yang lebih lama.

8. Analisa produk

Dalam menghasilkan produk rancangan, pekerja BCI selalu melakukan yang terbaik untuk memperkecil kesalahan agar desain yang diajukan dapat diterima dengan baik oleh klien.

9. Produktivitas, merupakan hal yang senantiasa perlu ditingkatkan untuk menghasilkan kinerja dan produk desain yang berkualitas dan mempertahankan reputasi perusahaan. Produktivitas didukung oleh motivasi dan fasilitas yang diberikan dalam perusahaan.

Rangkaian manajemen tersebut dilakukan oleh BCI sebagai kontrol dalam menjaga reputasi perusahaan yang telah dikenal sebagai konsultan lanskap yang profesional dibidangnya yang mengerti dengan baik proyek apa yang sedang dijalani, siapa orang-orang yang dapat dipercaya yang mampu melaksanakan proyek tersebut, dan bagaimana menangani proyek agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas.

Dengan pengalaman dan kekuatan analisis yang dimiliki oleh BCI, selain berhak menerima kritikan dan masukan dari klien, sudah seharusnya BCI juga mampu untuk menolak suatu proyek jika proyek tidak sesuai dengan kondisi tapak dan tidak layak untuk dilaksanakan. Hal inilah yang perlu dipegang oleh BCI sebagai konsultan lanskap dan lingkungan yang profesional.

(12)

Studi Pendekatan Desain

Salah satu kelebihan BCI sebagai konsultan lanskap internasional yaitu ciri khas yang dimiliki BCI dalam setiap desainnya. BCI senantiasa mempelajari filosofi desain dan mengangkat budaya lokal yang ada. Lanskap residensial didesain berdasarkan berdasarkan filosofi dan karakter lokal khas Panyu. Hasilnya diharapkan menjadi kompleks lanskap yang memperkuat tradisi regional sehingga Guangzhou dapat diakui oleh mata internasional. Tema desain lanskap yang diusung dalam proyek Panyu berkaitan dengan Chinese Architecture yang didekatkan dengan gaya modern.

Gaya arsitektur modern ditandai dengan penyederhanaan bentuk dan pengurangan dari ornamen dari struktur dan tema bangunan. Varian pertama dipelopori pada awal abad ke-20. Arsitektur modern diadopsi oleh banyak arsitek dan pendidik arsitektur, mendapatkan popularitas setelah Perang Dunia Kedua, dan terus berkembang sebagai arsitektur yang dominan untuk bangunan kelembagaan dan perusahaan di abad ke-21. Gambar 56 menunjukkan contoh arsitektur dan lanskap dengan gaya modern.

Beberapa hal penting yang harus diketahui tentang arsitektur modern yaitu arsitektur modern pada umumnya ditandai dengan:

1. Adopsi dari prinsip bahwa bahan dan persyaratan fungsional menentukan hasil

2. Adopsi dari estetika mesin

3. Penekaan garis horisontal dan vertikal

4. Ciptaan ornamen menggunakan struktur dan tema bangunan, atau penolakan terhadap ornamen

5. Penyederhanaan bentuk dan penghapusan detil yang tidak perlu 6. Adopsi struktur disajikan

(13)

Gambar 56. Arsitektur dan Lanskap Modern

Terkait dengan desain lanskap Panyu Agile Residence yang mengadopsi

Chinese gardens dalam bentuk modern, terdapat beberapa hal yang harus

diketahui. Chinese gardens memiliki sejarah yang panjang, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu imperial yuanlin dan private yuanlin, yang dikembangkan dari ting yuan.

Teori konstruksi atau prinsip dalam pembuatan taman dalam Chinese

gardens yaitu:

1. Situasi (pemilihan site) site antara hutan gunung, perkotaan, pedesaan, desa berpenghuni, site di samping perumahan, tepi sungai dan tepi danau. Panduan untuk pemilihan dan penggalian dari setiap jenis site.

2. Layout (posisi bangunan dan artificial mountains) peletakkan pondasi untuk balai besar, menara, menara gerbang. Posisi, skala, dan karakteristik bangunan dengan lingkungan taman.

3. Bangunan seperti menara gerbang, balai, kapel, ruang tamu, penginapan, menara, teras, belvederes, trotoar tertutup, dan lainnya dengan dimensi dan karakternya masing-masing. Lima struktur pilar, tujuh struktur pilar dengan prinsip struktural.

(14)

4. Fittings (penyesuaian), deskripsi dan ilustrasi diagramatik decoratif features semua tipe bangunan, termasuk kisi-kisi, jendela, dan lainnya.

Sedangkan Teori Scenic Features dan Struktural seperti: 1. Pintu masuk dan jendela

2. Dinding (dinding luar dan pagar): whitewashed walls, dinding bata yang disemir, dinding batu mentah, dan tipe dinding luar lain dengan atributnya 3. Paving (perkerasan dekoratif): jalur taman ideal, material paving, dan ilustrasi

diagramatik paving patterns.

4. Raising mountains (artificial mountain), mountain in private gardens,

mountain in courtyards, mountain beside tower, mountain beside ponds.

5. Pemilihan batu, dengan berbagai karakteristik dan tipe batu

6. Borrowed scenery: jarak scenery dengan berbagai cara penggunaan dari

borrowed view dan efek yang dihasilkan.

Adapun elemen feng shui dalam kepercayaan Cina, terdiri dari lima elemen yaitu bumi, logam, kayu, api, dan air (Gambar 57) yang berhubungan dengan aspirasi hidup, alur hidup, musim, dan aspek lain dalam kehidupan. Objek umum tertentu dapat menandakan dan mewakili elemen-elemen tersebut, seperti tanah dalam pot sebagai bumi, perkakas kebun sebagai logam, mebel taman untuk kayu,

barbeque untuk api, dan kolam untuk air.

Gambar 57. Lima Elemen Feng shui

Gambar 58 menunjukkan beberapa gambaran Chinese Element yang diantaranya merupakan turunan dari lima elemen feng shui. Seperti kolam untuk air, sculpture untuk logam, lentera untuk api, dan pot planting untuk bumi.

(15)

Gambar 58. Chinese Element and Feature

Melalui pendekatan desain antara gaya modern dan Chinese element, dituangkan ke dalam desain lanskap Panyu Agile Residence. Fitur elemen seperti batu, kayu, air, logam, dan bumi diikutsertakan dalam desain. Elemen batu yang merupakan gubahan dari batu dalam Chinese element dituangkan ke dalam tapak sebagai outdoor artwork untuk pelengkap fitur lanskap. Elemen-elemen artwork yang digunakan merupakan perpaduan antara desain modern dengan Chinese

element, sehingga dengan bentuk yang lebih sederhana, warna maupun material

masih memiliki sense art yang sama.

Beberapa pendekatan dan gubahan elemen tersebut di tranformasikan ke dalam desain lanskap Panyu. Dimana dalam desain Panyu juga mengikutsertakan elemen-elemen seperti elemen batu sebagai bagian dari bumi (Gambar 59), elemen kayu seperti penerapan dek pada townhouse dan bagian elemen taman (Gambar 60), elemen air yang diterapkan sebagai kolam pada halaman townhouse dan water feature pada area-area taman (courtyard) (Gambar 61), elemen logam sebagai sculpture dalam taman dan interior artwork (Gambar 62), dan elemen api

(16)

sebagai penerangan seperti lentera pada taman privat townhouse dan feature

lighting pada taman-taman courtyard (Gambar 63).

Gambar 59. Elemen Batu sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence

Gambar 60. Elemen Kayu sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence

(17)

Gambar 62. Elemen Logam sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence

(18)

Pencapaian Kegiatan Magang

Waktu kegiatan magang di PT. Belt Collins Internasional Bali bertepatan dengan proses perancangan Panyu Agile Residence pada tahap design

development. Area-area yang dkembangkan dalam tahap design development

antara lain adalah Guardhouse, Courtyard area 1, Boundary Wall & Water Edge, taman unit-unit Townhouse, South Area Courtyard. Dalam proses perancangan ini mahasiswa magang dilibatkan dalam pembuatan desain alternatif beberapa area seperti courtyard area 1 dan pocket park di sekitarnya, serta unit townhouse type

A1. Namun, dalam pengembangan area tersebut mahasiswa magang diminta

membuat alternatif dengan konsep berbeda, yaitu konsep Cina kuno. Hal ini yang mengharuskan mahasiswa magang untuk melakukan studi lebih lanjut mengenai konsep desain Cina Kuno. Studi dilakukan dengan mencari gambar-gambar referensi dari internet, library milik BCI dan studi pustaka. Kegiatan ini dibimbing oleh beberapa staf BCI Bali. Dilibatkannya mahasiswa dalam pengembangan desain bukan untuk mempermudah pekerjaan desain yang dilakukan BCI, namun sebagai bahan pembelajaran mahasiswa magang dalam mengembangkan ide desain, karena pengembangan ini juga dilakukan oleh staf ahli BCI lainnya.

Pada pengembangan beberapa area seperti courtyard area 1 mahasiswa magang diminta untuk mengembangkan area ini dengan konsep yang berbeda dari konsep umum sebelumnya. Konsep yang digunakan yaitu Cina klasik, dimana unsur-unsur Cina asli lebih ditonjolkan. Penggunaan elemen-elemen khas cina seperti air, batu, paving dengan pola geometrik (Gambar 64 dan Gambar 65).

(19)

Gambar 64. Site Plan, Section dan Ilustrasi Courtyard 1 Alternative Design oleh Mahasiswa Magang

(20)

Gambar 65. Ilustrasi Courtyard 1 Alternative Design oleh Mahasiswa Magang

Area pengembangan lainnya yang masih berdekatan dengan area

courtyard 1 adalah pocket park. Mahasiswa magang juga diminta untuk

mendesain area ini sebagai alternatif pengembangan desain. Desain lebih diarahkan kepada karakter Cina dengan elemen-elemen seperti batuan alam, water

(21)

Gambar 66. Site Plan dan Ilustrasi Pocket Park Alternative Design oleh Mahasiswa Magang

(22)

Townhouse Unit Type A1

Pengembangan desain yang dilakukan oleh mahasiswa pada unit type A1 ini adalah material paving yang lebih ditujukan untuk memberikan kesan Cina.

Lighting yang digunakan berupa lantern yang lebih memberikan kesan therapi.

Dilakukan beberapa material batuan alami pada water feature. Pada halaman depan ditambahkan dengan area duduk dengan deck yang menghadap kepada

water feature (Gambar 67). Penambahan water feature pada halaman depan yang

menghadap ke arah muka bangunan sebagai bagian dari feng shui Cina yang dipercaya dapat memperlancar aliran rezeki bagi penghuninya. Ilustrasi desain dapat dilihat pada Gambar 68 dan Gambar 69.

(23)

Gambar 68. Ilustrasi Frontyard Townhouse Unit Type A1 oleh Mahasiswa Magang

Gambar

Gambar  51. Proses Perancangan Menurut Booth (1983)  dan Proses Perancangan  pada BCI
Gambar 52. Children Play Area and Sitting Area Final Design Development
Gambar  53.  Roundabout  with  Mounded  Lawn  and  Feature  Tree  Final  Design  Development
Gambar 54. Guardhouse Final Design Development
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya, terutama bagi yang tertarik untuk meneliti

Film tersebut diawali cerita sejarah bisnis properti yang dimotori bank di Amerika Serikat, di mana ada seorang pengamat keuangan bernama Michael Burry (Christian Bale)

Secara umum, keragaman corak perencanaan yang ada dalam praktek saat ini, yaitu: (1) perencanaan komprehensif (comprehensive planning); (2) perencanaan induk (master planning);

buah jambu biji merah dengan sari buah sirsak dan konsentrasi gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dan memberikan pengaruh

Penelitian lain yang serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Harshita Pabhakaran yaitu dengan memberikan penyuluhan terhadap ibu akan menghasilkan perbedaan signifikan antara

Grabagan Gesikan Ngandong Waleran Banyubang Dahor Pakis Dermawuharjo Menyunyur Ngarum

Berdasarkan habitatnya dari 29 jenis burung yang ditemukan di kampus Universitas Negeri Yogyakarta, terdapat 25 jenis (86 %) penghuni daerah pohon, 3 jenis (10 %)

Satu lagi Tuan Yang di-Pertua, saya melihat bahawa akhir-akhir ini ramai residen ataupun penduduk-penduduk yang berminat untuk tinggal di kawasan-kawasan perumahan