• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PELESTARIAN BUDAYA LOKAL

DALAM MEWUJUDKAN IKON PARIWISATA KABUPATEN MADIUN

Bambang Sulistiono1) & Zulin Nurchayati2)

,2 Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun

Abstract

Dongkrek art is the potential for governments Madison County, dongkrek art can be popularized icons for the local government in Indonesia and even in foreign countries. Dongkrek art is an art that is both sacred and ritual displayed / performed in the form of a mask dance mask consisting of parents, princess mask, mask devils, as well as the public mask and sling. But in its development dongkrek art is less popular in the eyes of the local community, this is due to the absence of a serious touch of the local government in fostering and development. With the development of promotional strategy model is expected to be an attempt to preserve the arts dongkrek and also to realize the Madison County tourism icons.

keywords: Art Dongkrek, Wildlife, Tourism, Promotion. LATAR BELAKANG

Madiun merupakan daerah sejarah dan kaya akan kebudayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyak monumen dan bangunan sejarah di daerah Madiun seperti candi dan bangunan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda. Bukti peninggalan sejarah dan kebudayaan jaman dulu. Madiun mempunyai Budaya asli Madiun yaitu Kesenian Dongkrek. Dongkrek diangkat dari cerita rakyat Madiun di Desa Mejayan. Cerita kesenian dongkrek berawal masyarakat Desa Mejayan Kabupaten Madiun dahulu diserang wabah penyakit mematikan yaitu sekitar tahun 1879. Kemudian Raden Ngabei Lo Prawirodipura seorang palang (kepala desa) di daerah Caruban berhasil mengusir roh jahat yang

membawa wabah penyakit di daerah tersebut. Yang kemudian berkembang menjadi sebuah kesenian yang diberi nama “Dongkrek”.

Seni dongkek merupakan kesenian sakral dan ritual yang dipertunjukkan dalam bentuk tarian topeng terdiri dari topeng orang tua, topeng putri, topeng gendruwo, juga topeng masyarakat dan gendongan. Peralatan musik sebagai pengiring terdiri dari: bedug, korek, kentongan, kenong, gong besi, gong kempul, dan kendang. Perkembangan, komponen alat musik lain berupa gong, kenong, kentongan, kendang, dan gong sebagai perpaduan budaya Islam, budaya Cina, dan budaya Jawa. Tarian mengenakan topeng menurut Macgowan dan Melnizt merupakan pertunjukan tari tertua dijagad (Narawati dan Soedarsono, 2011:1).

(2)

Sedyawati (1981:52) mengemukakan seni pertunjukan di Indonesia berangkat dari suatu keadaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik, adat, atau kesepakatan bersama yang turun-temurun mengenai perilaku yang sangat besar untuk menentukan kebangkitan kesenian. Seni dongkrek bermula dari bunyi yang ditimbulkan oleh paduan dua alat musik tradisional yang mengiringi, yakni bunyi “dong” berasal dari beduk atau kendang dan “krek” dari alat musik disebut korek. Alat musik korek berupa kayu berbentuk bujur sangkar, di satu sisi ada tangkai kayu bergerigi yang bila digesek berbunyi krek. Perpaduan dua bunyi itulah kemudian masyarakat menyebut kesenian ini dengan nama Dongkrek. Akan tetapi sangat disayangkan kesenian Dongkrek kurang populer. Jangankan di tingkat nasional Indonesia, di tingkat lokal Madiun sendiri kesenian Dongkrek tidak populer di masyarakat. Banyak masyarakat Madiun yang tidak tahu dengan kesenian Dongkrek. Padahal kesenian asli Madiun yang diangkat dari cerita rakyat Madiun sendiri demi kesenian ini satu-satunya di dunia.

Dengan usaha pengembangan dari Kantor Pendidikan Kabupaten Madiun maka sejak tahun 1977 dongkrek telah muncul di tengah masyarakat guna untuk memperkuat eksistensi seni doingkrek dengan pengusulan dongkrek sebagai hak paten/cipta Kabupaten Madiun (seni khas Kabupaten Madiun serta penetapan Perda dongkrek Kesenian Khas Kabupaten Madiun) maka pada tahun 2009 pemerintah mengesahkan Surat Keputusan Bupati Madiun Nomor: 188.45/677/KPTS/402.031/2009 Tentang Penetapan Kesenian dongkrek sebagai Kesenian Khas dan aset Wisata Budaya Kabupaten Madiun. Hal ini mulai tumbuh perkumpulan dongkrek yang belum terarah

dan belum dapat disebut sebagai perkumpulan atau organisasi tetap karena keterbatasan pengenalan dongkrek kepada masyarakat. Dimana masyarakat Madiun belum begitu mengenal kesenian tradisional dongkrek masih tetap bertahan di Kabupaten Madiun dijadikan daya dukung bagi pengembangan pariwisata. Kesenian dongkrek sebagai salah satu ikon pariwisata Kabupaten Madiun, maka perlu dipersiapkan adalah merancang strategi promosi efektif dalam upaya melestarikan kesenian agar banyak dikenal oleh masyarakat tidak hanya di sekitar Kabupaten Madiun saja tapi diseluruh dunia.

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya data hasil penelitian untuk bahan pertimbangan efektifitas promosi dongkrek

2. Tersedianya sebuah rancangan model strategi prornosi dongkrek sebagai upaya optimalisasi pelestarian budaya lokal dalam mewujudkan ikon pariwisata Madiun

3. Untuk dijadikan masukan dan pem-banding atas strategi promosi dongkrek yang telah di implementasikan selama ini. TINJAUAN PUSTAKA

Kesenian Dongkrek

Seni dongkrek lahir sekitar tahun 1867 di Kecamatan Caruban yang saat ini nama berganti menjadi Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Kesenian itu lahir di masa kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro yang menjadi demang (jabatan setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa. Kesenian dongkrek hanya mengalaml

(3)

masa kejayaan antara 1867-1902. Setelah itu, perkembangan mengalami pasang surut seiring pergantian kondisi politik di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, kesenian dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan Belanda dijadikan pertunjukan kesenian rakyat. Saat masa kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian genjer-genjer yang dikembangkan PKI untuk memperdaya masyarakat umum. Sehingga kesenian dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik.

Konon rakyat desa Mejayan terkena wabah penyakit, ketika siang sakit sore hari meninggal dunia atau pagi sakit malam hari meninggal dunia, dalam kesedihannya, Raden Prawirodipuro sebagai pemimpin rakyat Mejayan mencoba merenungkan metode atau solusi penyelesaian atas wabah penyakit yang menimpa rakyatnya, Renungan, meditasi dan bertapa di wilayah gunung kidul Caruban. Ia mendapatkan wangsit untuk membuat semacam tarian atau kesenian yang bisa mengusir balak tersebut. Dalam cerita wangsit menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan gondoruwo menyerang penduduk Mejayan dapat diusir dengan menggiring mereka keluar desa mejayan, maka dibuatlah semacam kesenian melukiskan fragmentasi pengusiran roh halus membawa pagelebuk. Komposisi para pemain tragmen satu babak pengusiran roh halus terdiri dari barisan buto kolo, orang tua sakti dan kedua perempuan tua separuh baya. Para perempuan disimbulkan posisi lemah sedang dikepung oleh para pasukan buto kala dan mematikan perempuan, maka muncul sesosok lelaki tua dengan tongkat mengusir para barisan roh halus menjauh dari para perempuan tersebut. Selanjutnya, melalui peperangan sengit, pertarungan antar rombongan buto

kolo dengan orang tua sakti, dan dimenangkan orang tua. Pada episode selanjutnya, orang tua tersebut dapat menyelamatkan kedua perempuan dari ancaman para buto kolo tersebut dan rombongan buto kolo itu mengikuti dan patuh terhadap kehendak orang tua sakti tersebut, kemudian orang tua didampingi dua perempuan menggiring pasukan buto koio keluar desa Mejayan sehingga sirnalah pagebluk yang menyerang rakyat desa Mejayan dan tradisi menjadi ciri kebudayaan masyarakat Caruban, dengan sebutan Dongkrek.

Masyarakat pada waktu mendengar musik dari kesenian dongkrek berupa bunyian “dung” berasal dari beduk atau kendang dan “krek” ini dan alat musik yang disebut korek. Alat korek ini berupa kayu berbentuk bujur sangkar, di satu ujungnya ada tangkai kayu bergerigi yang saat digesek berbunyi krek. Dari bunyi dung pada kendang dan krek pada korek itulah muncul nama kesenian Dongkrek. Dalam perkembangan gunakan pula kornponen alat musik lain berupa gong, kenung, kentongan, kendang dan gong berry sebagai perpaduan antar budaya yang dialiri kebudayaan Islam, kebudayaan Cina dan kebudayaan masyarakat Jawa. Pementasan dongkrek, ada tiga topeng digunakan para penari. Ada topeng raksasa atau “buto” dalam bahasa Jawa dengan muka seram. Ada topeng perempuan sedang mengunyah kapur sirih serta topeng orang tua lambang kebajikan. Dan kalau ditarik kesimpulan, maksud jahat akhirnya akan lebur dengan kebaikan dan kebenaran sesuai dengan sesanti atau moto surodiro joyoningrat, ngasto tekad darmastuti. Dalam islam istilahnya, Ja’al haq wa zahaqal bathil. Innal Bathila kaana zahuqa.

(4)

Nilai-nilai Terkandung dalam Seni

Nilai adalah suatu pengertian atau pensifatan digunakan untuk memberikan penghargaan tehadap barang atau benda. Manusia menganggap sesuatu bernilai, karena ia merasa menghargai. Akal dan budi manusia menilai dunia dan alam sekitar memperoleh kepuasan diri baik dalam arti memperoleh apa diperlukan, apa menguntungkan, apa menimbulkan kepuasan batin.

Berkaitan dalam pementasan seni dongkrek, nilai terkandung didalamnya me-liputi: nilai budaya, nilai pendidikan, nilai moral, nilai religius, nilai kepemimpinan, nilai kepahlawanan, dan nilai estetika. Ditinjau dari unsur alat musik, tata rias topeng dan busana (memberikan makna simbol dalam perwatakan peran), nilai pendidikan moral mengartikan bahwa sebuah kejahatan akan terkalahkan dengan suatu kebaikan dalam pikiran manusia dilukiskan dengan suara. 1. Nilai Budaya : Koentjaraningrat (1990:90)

salah satu bagian adat paling tinggi dan paling abstrak adalah nilai budaya. Sistem nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai apa mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman dapat memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat.

2. Nilai Pendidikan : Ali dkk. menyatakan bahwa konsep pendidikan dapat berarti proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam rangka untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, dan perbuatan (Soepratno, 2010:370).

3. Nilai Moral : Konsep moral menurut Ali dkk. dapat berarti suatu ajaran tentang

baik buruknya diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti atau susila (Supratno, 2010:394). Seni dongkrek mengandung pendidikan nilai moral menggambarkan tentang suatu kejahatan akan terkalahkan oleh kebenaran.

4. Nilai Religius : Ali dkk. dapat berarti bersifat religi, bersifat keagamaan ber-sangkut paut dengan religi (Supratno, 2010:373). Sedangkan nilai religius adalah ada hubungan dengan masalah religi yang terdapat dalam seni dongkrek. Kesakralan seni dongkrek dapat dikatakan sebagai suatu kepercayaan, dan mengandung unsur keagamaan. Soedarsono (2002:126) berpendapat seni pertunjukan ritual memiliki ciri-ciri khas, yaitu: (1) diper-lukan tempat pertunjukan terpilih, biasa dianggap sakral; (2) diperlukan pemilihan hari serta saat terpilih biasa juga dianggap sakral; (3) diperlukan pemain terpilih, biasa mereka dianggap suci/membersihkan diri secara spiritual; (4) diperlukan seperangkat sesaji, yang kadang-kadang sangat banyak jenis dan macam; (5) tujuan lebih dipentingkan daripada penampilan secara estetis; dan (6) diperlukan busana yang khas.

5. Nilai Kepemimpinan : Ali dkk. dapat berarti perihal pemimpin atau cara memimpin (Supratno 2010:376). Nilai kepemimpinan dalam seni dongkrek adalah sesuatu baik dan benar, dimiliki seorang pemimpin agar dapat memimpin anak buah dengan atau rakyat secara baik, jujur, adil, arif, dan bijaksana terdapat dalam seni dongkrek. Nilai ke pemimpinan dalam seni dongkrek digambarkan oleh eyang palang sebagai pemeran R. Tumenggung Prawirodipoero

(5)

yang memimpin rakyat Desa Mejayan dengan arif, penuh tanggung jawab, dan bijaksana.

6. Nilai Kepahlawanan : Ali dkk. dapat ber arti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanan membela kebenaran, pejuang gagah berani (Supratno 2010:380). Kepahlawanan se-suatu baik dan benar yang dimiliki oleh seseorang tokoh yang menonjol karena keberanian dan pengorbanan dalam membela kebenaran yang terdapat dalam seni dongkrek. Nilai kepahlawanan dalam kesenian Dongkrek digambarkan oleh eyang palang sebagai pemeran tokoh Raden Tumenggung Prawirodipoero berani berjuang melawan buto/gendruwo untuk menyelamatkan rakyat dari pageblug.

7. Nilai Estetika : filsafat tentang ke indah-an baik terdapat dialam maupun dalam aneka benda seni buatan manusia. Estetika muncul dilingkungan kebuda-yaan Barat, dimulai sejak zaman Yunani kuno, yakni sejak Plato, Aristoteles, dan Sokrates (Sumardjo, 2000:33). Nilai estetika sesuatu yang indah, dapat di-nikmati dan dapat menghibur. Nilai estetika dalam kesenian Dongkrek dapat dilihat dan di dengar lewat suara alat musiknya, bentuk alat musiknya, tata rias dalam topeng, tariannya dan unsur drama/cerita yang terkandung dalam kesenian dongkrek.

Fungsi Seni Dongkrek

Seni dari aspek psikologi memiliki arti luas yaitu menunjukkan setiap cara sesuai untuk mengekspresikan diri, berupa tindakan atau sikap yang disampaikan secara lengkap dan jernih dari mental, ide, dan emosi. Seni

membantu mengidentifikasi “siapa kita” dan “apa potensi kita”. Menurut Bascom seni memiliki fungsi: (1) sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif; (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan; (3) sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device); dan (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyaraat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya (Danandjaja, 1997). Selain ke empat fungsi, Dundes juga menambahkan: untuk mempertebal perasaan solidaritas suatu kolektif (Sudikan, 1995:13).

Semua bentuk karya seni sangat ber-gantung kepada proses pemberian aksi dan reaksi. Seniman pencipta karya seni akan memanfaatkan seni untuk berbagai tujuan, tetapi paling menonjol adalah untuk mencapai kesenangan dan untuk pemenuhan kebutuhan psikologis yakni memenuhi kebutuhan emosi (Jazuli, 2008:65). Fungsi seni dongkrek dalam pertunjukan dapat dibedakan berdasarkan pada fungsinya yakni: (1) dongkrek yang berdasarkan Pakem (sakral); (2) dongkrek kreasi baru (untuk hiburan); (3) tarian seni dongkrek untuk karnaval; (4) dongkrek tak gendong (untuk pawai); dan (5) dongkrek dalam bentuk kolosal (untuk bisnis). Seni dongkrek juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat betapa penting persatuan dan kesatuan melalui peragaan kesenian dongkrek, mewujudkan pengabdian terhadap masyarakat dibidang kebudayaan, menjaga dan mempertahankan agar kesenian dongkrek tetap menjadi ciri khas budaya asli milik Kabupaten Madiun, dan dapat membantu proses penyembuhan penyakit. Kesenian ini dapat juga menjadi saran pendidikan moral siswa agar dapat memahami tentang kejahatan

(6)

dan kebaikan dilambangkan dengan busana dan tata rias topengnya.

Berdasarkan konsep fungsi tersebut, maka kesenian dongkrek memiliki beberapa fungsi, yakni:

1. Sebagai cara untuk pemenuhan kebutuhan psikologis.

Pertunjukan kesenian dongkrek. Ke-puasan psikologis ditunjukkan dengan baik dari segi pemain kesenian dongkrek. Keunikan dari kesenian dongkrek yang terdiri dari peralatan musiknya, tata rias topeng, dan busananya juga sangat mendukung.

2. Sebagai cara untuk mengekspresikan diri. Mengekspresikan diri melalui seni musik, tari, seni rupa, dan seni drama. Kesenian dongkrek dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri terhadap kesenian daerah setempat terutama dalam mata pelajaran seni budaya. Berdasarkan perspektif fungsionalisme, komunikasi emosi dalam musik menunjukkan kekhususan melalui proses komunikasi nonverbal. Oleh sebab itu perspektif fungsionalisme memiliki implikasi penting. Implikasi lain adalah pendengar dapat mengingat dengan baik sesuai hasil yang diharapkan dari karakter emosi, tanpa perlu memperhatikan pengetahuan musikalnya (Djohan, 2009:105-106). 3. Sebagai cara untuk melepas ketegangan

Musik adalah salah satu cara untuk melepaskan ketegangan. Dengan mendengarkan alunan musik, seseorang akan merasa lebih rileks. Musik apa saja baik yang berirama cepat ataupun lambat, keduanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manusia (Djohan, 2009:164).

4. Seni sebagai bagian dari ritus religi atau kepercayaan dan medium komunikasi produksi antara sesama manusia

Bila ditinjau dari awal mula dan asal-usulnya, sesungguhnya kegiatan kesenian dimaknai dengan pangkal tolak yang sama dimanapun dia berada. Kesenian pada mulanya adalah bagian dari aktivitas sosial dalam modus hubungan antar manusia atau dengan lingkungan kosmosnya (Hardjana, 2005:122). Seni dapat digunakan untuk bermacam-macam aktivitas, diantaranya adalah untuk kepentingan religi. Demikian juga dengan pertunjukan kesenian dongkrek, sering disajikan dalam acara religi dan ritual.

5. Seni sebagai alat komunikasi

Brandon (2003:414) menyatakan seni pertunjukan selalu dianggap sebagai alat komunikasi. Para artis pertunjukan menampilkan sajian yang telah disusun sedemikian rupa dengan harapan agar para penonton dapat memahami apa yang dipentaskan di depan mereka. Seperti dalam pertunjukan kesenian dongkrek, para pemain menampilkan dengan menginterpretasikan dan meng-ekspresikan sesuai alur ceritanya dan dapat dimengerti dari apa yang disajikan. Pakem kesenian dongkrek seni ini tidak dapat dicampur aduk supaya generasi muda penerus dapat memahami isi, maksud dan tujuan pertunjukan kesenian dongkrek.

Konsep Promosi

Tjiptono (2004:219) ”promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran”. Betapapun berkualitas suatu produk, bila konsumen belum pernah

(7)

mendengar dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi, maka konsumen tidak akan pernah membelinya. Tjiptono (2004:220) menyebutkan bahwa ”tiga unsur pokok proses komunikasi pemasaran yaitu pelaku komunikasi, material komunikasi dan proses komunikasi.” Pelaku komunikasi mencakup pengirim atau komunikator menyampaikan pesan dan penerima atau komunikan pesan. Material komunikasi adalah berupa gagasan, pesan, media, respon, feedback dan gangguan yang menghambat kelancaran proses komunikasi. Sedangkan proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan.

Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama yaitu untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang. Tujuan utama promosi menurut Kotler (2007:122) adalah ”menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan’ konsumen sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.” Menginformasikan dapat berupa mengenai keberadaan suatu produk baru, cara pemakaian, perubahan harga, jasa-jasa yang tersedia, dan membangun citra perusahaan. Dalam membujuk pelanggan sasaran, promosi bertujuan untuk membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi konsumen terhadap atribut produk, mendorong pembelian dan mendorong pembeli menerima kunjungan wiraniaga.

Sedangkan mengingat bertujuan untuk mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan pembeli akan tempat-tempat penjualan produk, membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan dan

menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. Tjiptono (2004:222) menyatakan bahwa ”tujuan dari promosi dari sudut pandang ilmu ekonomi adalah menggeser kurva permintaan akan produk perusahaan ke kanan dan membuat permintaan menjadi inelastic (dalam kasus harga naik) dan elastis (dalam kasus harga turun).”

Menurut Prayitno (2009:93) meng-klasifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut:

a. Menumbuhkan persepsi konsumen terhadap suatu kebutuhan (category need). b. Memperkenalkan dan memberikan

pemahaman tentang suatu produk kepada konsumen (brand awareness).

c. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude).

d. Membujuk konsumen untuk membeli suatu produk (brand purchase intention). e. Mengimbangi kelemahan unsur bauran

pemasaran lain (purchase facilitation). f. Menanamkan citra produk dan

perusahaan (positioning).

Lebih lanjut Tjiptono (2004:224) menyatakan bahwa ”secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya yang disebut dengan bauran promosi. Bauran promosi yang dimaksud adalah personal selling, mass selin’g (publisitas), promosi penjualan, public relation dan direct marketing.” Personal selling adalah komunikasi langsung tatap muka antara penjual dan calon konsumen untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon konsumen dan membentuk pemahaman konsumen terhadap keinginan mencoba dan membeli produk. Mass selling (publisitas) merupakan pendekatan yang menggunakan

(8)

media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Metode ini memang tidak se-fleksibel personal selling namun merupakan alternatif yang lebih murah untuk menyampaikan informasi ke khalayak (pasar sasaran) yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar luas (Kotler, 2007:129). Assauri (2003:269) mengatakan bahwa ”periklanan adalah bauran promosi yang paling banyak digunakan oleh perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, sehingga menimbulkan rasa menyenangkan akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian.” Publisitas (Kotler, 2007:129) adalah ”bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk itu. Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera”. METODE PENELITIAN.

Objek penelitian adalah strategi promosi kesenian Dongkrek. Karena dalam penelitian menjelaskan bagaimana strategi promosi kesenian Dongkrek oleh pemerintah dan seniman Dongkrek dalam melestarikan dan mewujudkan kesenian Dongkrek sebagai ikon pariwisata Kabupaten Madiun. Sedangkan key informan yang peneliti pilih adalah Pemerintah Kabupaten Madiun khususnya Dinas pariwisata dan seniman Dongkrek, serta berbagai unsur lapisan masyarakat : Mahasiswa, Karyawan, ibu Rumah Tangga dan lain sebagainya.

Tehnik pengumpulan data yang dig-unakan dalam penelitian ini adalah interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan document (dokumentasi). Sedangkan untuk melakukan analisis data dengan ”Analisis In-teraksi”, artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaksi pada tiga komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. PEMBAHASAN

Pelaksanaan promosi kesenian tradisional dongkrek sebagai upaya optimalisasi pelestarian budaya lokal dalam mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun.

Kesenian tradisional yang berkembang di masyarakat merupakan bagian dari gagasan atau ide sebuah kelompok masyarakat yang dikemas secara artistik dan mengandung nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Sebagai bagian dari penyusun Budaya Nasional Indonesia, kesenian tradisional perlu dijaga dan dilestarikan. Di era globalisasi seperti saat ini masuknya budaya asing tidak dapat dihindari. Masuknya budaya asing tersebut tentunya menimbulkan dampak yang berupa benturan dengan budaya tradisional yang bersifat lokal. Perkembangan kesenian tradisional dari tahun ke tahun dituntut untuk bertahan ditengah kuatnya arus budaya modern.

Tari dongkrek merupakan tarian asli dari rakyat Madiun. Sejarah singkat nama tari dongkrek bermula dari adanya bunyi dua alat musik yaitu dung berasal dari alat musik kendang dan krek berasal dari alat musik yang bernama korek. Wujud alat musik korek berupa kayu yang berbentuk bujur sangkar di salah satu sisinya terdapat tangkai kayu yang apa bila di gesek berbunyi krek. Dari asal usul kedua bunyi itu maka rakyat Madiun menyebutnya tari dongkrek. Perpaduan kedua

(9)

bunyi tersebut di gunakan oleh Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro untuk mengusir setan yang menimbulkan pagebluk atau penyakit yang disebarkan kepada penduduk dan bencana alam pada tahun 1867 di Mejayan. Di kala itu para warga yang terkena penyakit meninggal dunia dalam singkat lebih singkat, terjadi musim paceklik yang menyebabkan gagal panen dan kekeringan. Namun seiring perkembangannya waktu kesenian tari dongkrek juga menggunakan alat seperti gong, kempul, kenon, kentongan dan kendang. Penggunaan alat ini juga di pengaruhi oleh Islam, Cina, dan kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya. Setiap pementasan kesenian dongkrek di gunakan tiga topeng oleh para penari ada topeng buto bisa juga disebut raksasa dalam istilah Jawa ini adalah bermuka seram. Ada topeng perempuan yang mulutnya mengunyah kapur sirih yang melambangkan pencibiran dan topeng orang tua yang melambangkan kebajikan. Karena dalam seni ini semua tokoh mempunyai karakter masing-masing, Ada lakon baik dan jahat, bijak, patuh dll. Sedangkan semua musik melambangkan harmoni, keserasian dan mencegah hawa negatif umat manusia. Dalam Pertunjukannya,  Seni Dongkrek Madiun  disajikan dengan memiliki dua fungsi yakni sebagai sajian ritual tolak balak diadakan tahunan pada tanggal 10 di bulan Sura berupa arak-arakan Dongkrek dan Upacara penyerahan Topeng, disamping itu Dongkrek juga bersifat hiburan yang berfungsi sebagai seni penyambutan, peresmian melalui arak-arakan dan pentas tari dongkrek.

Pada awal perkembangannya, Seni Dongkrek hidup dan berkembang dengan begitu pesat dan menjadi Kesenian Rakyat paling populer di masa itu, namun masa kejayaannya tidaklah berlangsung lama,

berangsur tapi pasti Dongkrek surut dan tak lagi diminati, sebab kemundurannya pun tidak jelas, mungkin karena sifatnya yang statis yang menimbulkan kejenuhan peminatnya atau masuknya beberapa kesenian lain terutama dari Jawa Tengah yang hingga saat ini pun masih sangat diminati oleh Masyarakat Caruban. Selain Perkiraan tersebut, adapula kemungkinan yang mengatakan bahwa susutnya minat terhadap Seni Dongkrek masih ada hubungannya dengan meninggalnya sang pencipta yang memang semasa hidupnya terkenal sebagai orang sakti dan mempunyai kewibawaan yang besar. Jadi surutnya Dongkrek karena ditinggalkan oleh pencipta dan mungkin sekaligus sebagai satu-satunya pembina yang tangguh, ampuh dan berwibawa.

Sementara itu menurut Jaecken (2011:3), Kesenian ini mengalami masa kejayaan pada rentang tahun 1867-1902 dan setelah itu, perkembangannya mengalami pasang surut seiring pergantian kondisi politik di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan rakyat. Hal ini dikarenakan mereka kawatir apabila dongkrek terus berkembang, bisa digunakan sebagai media penggalang kekuatan untuk melawan pemerintahan Belanda. Saat masa kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian “genjer-genjer” yang dikembangkan PKI untuk memperdaya masyarakat umum. Sehingga kesenian dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik. Tahun 1973, dongkrek digali dan kembali dikembangkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupeten Madiun bersama Propinsi Jawa Timur (Jaecken, 2011: 3).

(10)

Agar kesenian Dongkrek ini tidak tergerus oleh perkembangan jaman dengan kesenian modern yang diikuti dengan kecanggihan tehnologi, maka diharapkan kesenian ini mampu bertahan. Untuk mempertahankan kesenian Dongkrek ini diperlukan promosi dengan strategi dan manajemen yang matang agar tepat sasaran. Promosi yang diharap kan adalah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu mengoptimalisasikan peles-tarian budaya lokal untuk mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun. Namun demikian pihak Pemerintah Kabupaten Madiun kurang melakukan promosi kesenian Dongkrek sehingga kesenian ini kurang di kenal dan diminati oleh masyarakat, seperti pepatah mengatakan ‘hidup segan mati tak mau’. Menurut Siti Munawaroh (2007), pada dasarnya produk seni pertunjukan tradisional dapat “dijual” baik kepada para peminat yang terdiri dari atas masyarakat kita sendiri maupun kepada orang asing sebagai wisatawan. Hal inilah tujuan dari penelitian ini adalah bahwa kesenian tradisional Madiun Dongkrek diharapkan dapat “dijual” tidak hanya untuk masyarakat Madiun sendiri tetapi bisa dikenal secara nasional dan dijadikan sebagai ikon Kabupaten Madiun, seperti Reog Ponorogo yang merupakan ikon Kabupaten Ponorogo. Oleh karena itu dibutuhkan promosi yang langsung dapat dinikmati oleh masyarakat yaitu melalui seni pertunjukan. Perlu diketahui seni pertunjukan merupakan hasil dari kebudayaan. Agar kebudayaan dapat lestari, dan dan mempertahankan eksistensinya, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk menjamin keberlanjutannya antara lain melalui perlindungan, pengembangan, dan revitalisasi.

Perlindungan

Kesenian tradisional Dongkrek harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Hal ini sudah dilakukan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Bupati Madiun Nomor: 188.45/677/KPTS/402.031/2009 Tentang Penetapan Kesenian dongkrek sebagai Kesenian Khas dan aset Wisata Budaya Kabupaten Madiun. Perlindungan tersebut memberikan keleluasaan kesenian Dongkrek untuk mengeksplor kemampuannya agar dikenal oleh lebih banyak kalangan masyarakat pada umumnya. Hal ini bisa dilakukan melalui seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang menyangkut pengembangan konten, produksi pertunjukan, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. Dengan demikian maka pertunjukkan tari dongkrek akan disajikan secara utuh melalui jalan cerita, bentuk tarian, tata busana, tata panggung dan pencahayaan panggung. Diharapkan bila seni pertunjukkan Dongkrek bisa dilaksanakan maka tujuan untuk menjadikan kesenian tradisional Dongkrek sebagai kesenian nasional benar-benar menjadi Ikon Kabupaten Madiun bisa tercapai. Apalagi bila seni pertunjukkan ini secara berkala ditampilkan pada hari-hari besar nasional dan ditampilkan pada Hari Jadi Kabupaten Madiun.

Pengembangan

Kesenian tradisional kesenian dongkrek yang masih tetap bertahan di Kabupaten Madiun sebenarnya dapat dijadikan daya dukung bagi pengembangan pariwisata. Namun demikian untuk menjadikan kesenian dongkrek ini sebagai daya tarik wisata, maka yang perlu dipersiapkan adalah memberikan

(11)

unsur intertainment dan manajemen pertunjukan kepada para senimannya. Yang perlu menjadi perhatian, apabila masyarakat semakin jarang mementaskan kesenian dongkrek bisa saja terjadi senimannya ikut meninggalkan kesenian ini dan semakin giat mencari penghidupan di bidang lainnya, seperti bidang pertanian, wirausaha, dan bekerja di pabrik. Dengan semakin sedikitnya pesanan untuk pentas ini jelas tidak bisa dijadikan pegangan hidup bagi para senimannya. Padahal bayaran untuk pentas pada kesenian dongkrek sangat jauh lebih murah dibandingkan dengan bayaran pementasan kesenian lain, seperti reyog misalnya. Dengan perbandingan harga pementasan ini, maka potensi kesenian dongkrek untuk dikembangkan sebagai daya dukung pariwisata cukup potensial. Masalahnya yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan kreativitas para seniman sehingga dapat menarik penonton lebih banyak. Hubungan antara tingkat kreativitas seniman dengan tetap mapannya seni pertunjukan tradisional kesenian dongkrek memang mutlak diperlukan. Dewasa ini penonton seni pertunjukan tradisional sudah tidak lagi menganggap seni sebagai bentuk ritual mengandung pesan sosial dan moral, melainkan sudah dianggap sebagai tontonan dan hiburan semata. Adanya perubahan pandangan tentang fungsi kesenian tradisional mengharuskan para seniman untuk tetap berkreasi dan menemukan gaya-gaya baru yang disukai oleh masyarakat sesuai dengan trend yang berkembang saat ini.

Dalam pengembangan kreativitas dibutuhkan waktu, pikiran dan dana tidak sedikit. Oleh sebab itu perlu suatu profesionalisme dalam mengelola suatu perkumpulan agar tetap servive. Namun hal ini masih sulit dilakukan karena dalang kesenian

Dongkrek sendiri masih sangat minim penghasilannya, padahal di sisi lain kesenian ini perlu kreativitas. Untuk menutupi kekurangan dalam kebutuhan hidup keluarga para seniman ini mereka mencari tambahan di luar bidang seni daripada harus terus menerus berkreasi namun dengan segala keterbatasan. Seniman kesenian dongkrek dalam mengembangkan kreativitas saja mengalami kesulitan, apalagi untuk mengembangkan profesionalisme, maka masih jauh dari jangkauan. Apabila dalam pementasan itu sang seniman meminta imbalan, tidak dianggap sebagai upah semata, melainkan hanya sekedar untuk menutup ongkos jalan dan uang konsumsi bagi anggota kelompoknya. Pandangan semacam ini jelas sulit menumbuhkan sikap profesional dalam berkesenian. Padahal untuk menjadikan kesenian dongkrek sebagai daya dukung pengembangan wisata pedesaan di Kabupaten Madiun perlu ditumbuhkan sikap profesionalisme dan kreativitas. Untuk itu perlu dilakukan pemberdayaan melalui usaha pengembangan kesenian yang sifatnya mengemas, peningkatan kualitas sajian, memperhatikan durasi waktu pementasan, dan tampilan fisik kesenian dongkrek serta senimannya. Semua kondisi seperti inilah yang perlu mendapat perhatian sebelum menjadikan kesenian dongkrek sebagai daya dukung bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Madiun.

Revitalisasi

Proses revitalisasi merupakan salah satu usaha pemerintah Kabupaten Madiun dalam menjadikan kesenian Dongkrek menjadi Ikon Kabupaten Madiun.

Model Strategi Promosi Kesenian Dongkrek Upaya pemerintah Kabupaten Madiun dan masyarakat dalam pelestarian kesenian

(12)

tradisional dongkrek dapat dilakukan me-lalui restrukturisasi kelembagaan kesenian tradisional dongkrek dan pelatihan mana-jemen bagi anggota kesenian tradisional dongkrek. Sedangkan peningkatan efektivitas kesenian tradisional dongkrek dapat dilakukan melalui penataan struktur akses dan kontrol Sumber Daya Manusia kesenian tradisional dongkrek, serta pengawasan manajemen kesenian tradisional dongkrek. Berbagai lang-kah pembaharuan di atas diharapkan mam-pu membawa promosi kesenian tradisional dongkrek dan upaya pelestarian budaya lokal dalam mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun. Untuk menjadikan kesenian Dongkrek dapat lestari dan dapat meningkatkan daya tarik pariwisata perlu kerjasama dari semua komponen masyarakat antara lain pemerintah, para seniman, pelaku usaha pariwisata dan akademisi. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Madiun dalam rangka mengembangkan kesenian Dongkrek antara lain:

1. Memotivasi dan memberi fasilitas bagi seniman yang ingin berlatih meningkatkan keterampilannya.

2. Meningkatkan wawasan, kreativitas penampilan (pemakaian topeng, gending, dan musik) para seniman dongkrek melalui acara sarasehan.

3. Pemerintah daerah menfasilitasi pagelaran dan festival kesenian dongkrek, seperti pada acara peringatan hari besar nasional dan hari jadi Kabupaten Madiun.

4. Mempermudah pengurusan ijin tontonan bagi masyarakat yang akan mementaskan kesenian dongkrek.

5. Menjadikan kesenian dongkrek sebagai kesenian khas Madiun, sehingga setiap

ada acara festival kesenian rakyat, baik di tingkat propinsi maupun nasional yang dikirimkan untuk mewakili Kabupaten Madiun adalah kesenian Dongkrek ini, seperti Festival Kesenian Rakyat Jawa Timur di Surabaya, dan acara Ruwatan Nasional di Taman Mini Indonesia Indah. 6. Mengadakan Festival Kesenian Dongkrek

untuk tingkat Kabupaten Madiun. 7. Mewajibkan setiap sekolah dasar hingga

sekolah menengah agar memiliki grup kesenian dongkrek yang ditunjang dengan pemberian bantuan peralatan kesenian Dongkrek.

Strategi promosi yang dapat dilakukan dalam rangka merevitalisasi kesenian Dongkrek sebagai penguatan identitas daerah melalui pengembangan pariwisata di Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas penampilan dan

pementasan kesenian dongkrek melalui berbagai institusi pendidikan seni baik formal maupun nonformal.

2. Menyediakan alternatif atraksi wisata di berbagai obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Madiun.

3. Mengembangkan wisata minat khusus berbasis atraksi kesenian dongkrek.

4. Memelihara dan mengembangkan berbagai ragam penampilan dongkrek yang berkembang di masyarakat, serta menghindari usaha-usaha penyeragaman yang tidak produktif dan mematikan kreatifitas.

5. Melakukan pengelolaan gedung kesenian sebagai pusat pengembangan kesenian dongkrek.

6. Memanfaatkan media masa baik elektronik maupun cetak antara lain me-lalui upaya pengelolaan website tentang

(13)

kesenian dongkrek dengan segenap kom-ponen pementasan dan latar belakang sejarahnya sebagai media pemasaran yang efektif.

7. Melaksankan pergelaran seni pertunjukan tradisional di pusat-pusat seni dan budaya di kota-kota, daerah serta negara strategis yang merupakan sumber wisatawan. 8. Menyelenggarakan even pariwisata

dengan melibatkan kesenian Dongkrek secara terintegrasi.

9. Melakukan pengemasan kesenian Dongkrek sebagai atraksi budaya Kabupaten Madiun dengan mengedepan-kan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.

Upaya-upaya tersebut digunakan sebagai hasil-hasil budaya guna berbagai keperluan, seperti untuk menguatkan citra identitas daerah, untuk pendidikan kesadaran budaya, untuk dijadikan muatan industri budaya, dan untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata. Dengan demikian, revitalisasi hasil-hasil budaya melalui pembangunan pariwisata merupakan salah satu langkah untuk menjaga agar kebudayaan dan hasil-hasilnya dapat lestari. Revitalisasi juga diberikan kepada para seniman melalui keikut sertaan dalam seminar budaya, program diklat dan kegiatan yang relevan dengan pemberdayaan kesenian Dongkrek.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kesenian tradisional dongkrek sebagai upaya optimalisasi pelestarian budaya lokal telah memberikan pengaruh positif ter-hadap ikon pariwisata Kabupaten Madiun.

Namun demikian dalam implementasinya promosi kesenian tradisional Dongkrek yang merupakan bagian dari kesenian tradisional Dongkrek sebagai upaya optimalisasi pelestarian budaya lokal dalam mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun belum efektif, hal ini dipengaruhi faktor belum diimplementasikannya program promosi kesenian tradisional Dongkrek dengan baik, rendahnya peran pemerintah Kabupaten Madiun dan masyarakat yang belum maksi-mal, serta belum luasnya jaringan kerjasama. Kapasitas pemerintah Kabupaten Madiun dan masyarakat dalam pelestarian kesenian tradisional Dongkrek masih rendah terutama melalui Focus Group Discussion (FGD) dilaku-kan penyusunan program strategi promosi kesenian tradisional dongkrek sebagai upaya optimalisasi pelestarian budaya lokal.

1. Upaya pemerintah Kabupaten Madiun dan masyarakat dalam pelestarian kesenian tradisional dongkrek dapat dilakukan melalui restrukturisasi kelem-bagaan kesenian tradisional dongkrek dan pelatihan manajemen bagi anggota kesenian tradisional Dongkrek. Se-dangkan peningkatan efektivitas kesenian tradisional dongkrek dapat dilakukan melalui penataan struktur akses dan kontrol Sumber Daya Manusia kesenian tradisional dongkrek, serta pengawasan manajemen kesenian tradisional Dongkrek. Berbagai langkah pembaharuan di atas diharapkan mampu membawa promosi kesenian tradisional dongkrek dan upaya pelestarian budaya lokal dalam mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun.

2. Respon masyarakat pada promosi ke-senian tradisional dongkrek sebagai upaya pelestarian budaya lokal dalam

(14)

mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum.

3. Agar kebudayaan dapat lestari, dan dan mempertahankan eksistensinya, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk menjamin keberlanjutannya antara lain melalui perlindungan, pengembangan, dan revitalisasi.

Saran

1. Melihat adanya kesadaran masyarakat yang ingin membangun kembali kesenian tradisional Dongkrek, merupakan tahab awal yang baik untuk upaya pelestarian budaya lokal karena itu seyogyanya pihak Pemerintah secara terus menerus mengadakan sosialisasi promosi kesenian tradisional Dongkrek sebagai upaya pelestarian budaya lokal dalam mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun kepada masyarakat dengan mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

2. Untuk pelaksanaan promosi kesenian tradisional Dongkrek sebagai upaya pelestarian budaya lokal dalam mewujudkan ikon pariwisata Kabupaten Madiun perlu adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Baik itu, pemerintah, masyarakat maupun kelompok-kelompok masyarakat pelaku kesenian tradisional Dongkrek yang ada di Kabupaten Madiun.

DAFTAR PUSTAKA

Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher

Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Kotler. P.. & Armstrong. G.. 2004. Principles of Marketing. 10th ed. Published of Prentice

Hall. New Jersey

Narawati, T., dan Soedarsono. 2011. Drama Tari di Indonesia: Kontinuitas dan Perubahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumardjo, J. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB. Sedyawati, E. 1981. Pertumbuhan Seni

Pertunjukan. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

Supratno, H. 2010. Sosiologi Seni Wayang Sasak Lakon Dewi Rengganis dalam Tjiptono. Fandy. 2004. Manajemen Jasa.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tentang pengaruh pembangunan industri besar terhadap perubahan mata pencaharian petani tambak di kecamatan manyar, diketahui bahwa responden yang

Sehubungan dengan uraian tersebut, maka penulis merancang sistem informasi perwira tugas belajar di kementerian pertahanan dengan menggunakan metode RAD yang

selanjutnya disebut dengan pola 4P. Pengendalian massa yang selanjutnya disebut Dalmas adalah kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Polri dalam menghadapi massa pengunjuk rasa.

Apabila terjadi kejadian bencana alam, atau terorisme, atau hal berbahaya lainnya yang dapat membahayakan jiwa pengunjung Candi Borobudur, Kepala Balai Konservasi

Sebuah batang dengan panjang 8 meter disandarkan pada dinding yang licin dan permukaan lantai kasar.. Pada saat itu batang dalam

Evaluasi penggunaan antibiotik dengan metode ATC/DDD diperoleh nilai total DDD/100 hari rawat inap sebesar 83,25 dan antibiotik yang memiliki nilai DDD/100 hari rawat inap

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH-Pidana) yang ada pada saat ini, sebagian kasusnya tergolong kekerasan terhadap perempuan memang dapat dijaring dengan

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti ingin meneliti strategi pengembangan bisnis yang bisa diterapkan dalam manajemen perusahaan, dengan menggunakan