• Tidak ada hasil yang ditemukan

BLOAT PADA TERNAK NUSDIANTO TRIAKOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BLOAT PADA TERNAK NUSDIANTO TRIAKOSO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BLOAT PADA TERNAK

NUSDIANTO TRIAKOSO

BAGIAN KLINIK VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA 2006

(2)

DAFTAR ISI

Fisiologi saluran pencernaan Mekanisme bloat

Feedlot bloat

Predisposisi Pencegahan Pasture bloat

Penyebab dan predisposis Treatment

Tingkat keparahan dan treatment Anti-foaming agent

Bloat pada pedet dan ternak pre-ruminansia lain Perkembangan rumen

Tipe bloat

(3)

FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN

Rumen merupakan bagian unik dari sistem pencernaan yang dipunyai ruminansia. Di dalam rumen teridiri dari berbagai mikroorganisme (bakteri, fungi dan protozoa). Tanpa mikroorganisme tersebut, ruminansia tidak dapat mencerna hijauan, baik rumput ataupun leguminosa. Dalam proses mencerna bahan-bahan tersebut mikroorganisme juga memproduksi gas dalam jumlah yang banyak. Pada proses pencernaan normal, gas tersebut dikeluarkan dari rumen melalui mekanisme eruktasi. Sebagai contoh, alfalfa segar akan menyebabkan produksi gas sebanyak 2 liter per menit.

Pada kondisi normal, produksi gas tersebut akan terpisah dari bahan-bahan padat dan cair, dimana gas akan berada pada bagian paling atas dari rumen (gambar 1).

Eruktasi dirangsang oleh meningkatnya tekanan gas di dalam rumen. Saat hewan bereruktasi, rumen berkontraksi dan menekan gas ke bagian depan rumen, sehingga gas berkumpul di sekitar esophagus. Membukanya esophagus dikendalikan oleh reseptor di dalam dinding rumen yang dapat merasakan, area tersebut berisi gas atau cairan. Bila area tersebut berisi cairan atau busa, esophagus masih akan tertutup dengan erat, mencegah terjadinya eruktasi. Kondisi ini adalah dalam upaya untuk mencegah keluarnya cairan atau busa yang tidak terkontrol kemudian masuk ke dalam paru-paru, menyebabkan terjadinya aspirasi pneumonia.

Eruktasi terjadi bila reseptor merasakan area tersebut berisi gas. Dengan demikian esophagus akan relaksasi, hewan akan bernafas dalam-dalam dan mengeluarkan gas melalui esophagus. Sebagian besar (60%) gas tersebut akan masuk kedalam paru-paru, dan sisanya akan dikeluarkan melalui mulut. Sebagian besar gas yang dieruktasikan masuk ke dalam paru-paru sebelum diekspirasikan, sehingga kita sulit untuk memperhatikan atau mendegar hewan eruktasi. Bila gas yang

(4)

dieruktasikan cukup banyak, kadang-kadang terdengar atau tercium gas yang dieruktasikan.

Eruktasi, akan berlangsung sekali tiap menit selama 10 detik. Volume gas yang diproduksi dalam fermentasi di dalam rumen meningkat setelah makan dan mencapai puncak 2-4 jam setelah makan. Berkaitan dengan itu, maka proses eruktasi juga semakin meningkat 3-4 kali permenit. Hal tersebut merupakan proses yang efisien untuk mengeluarkan gas dari rumen.

MEKANISME BLOAT

Bloat akan terjadi bila mekanisme eruktasi tidak berjalan dengan baik, sehingga gas yang diproduksi dalam proses fermentasi tidak dapat keluar dari rumen. Karena gas diproduksi sangat banyak

Pada kondisi feedlot ataupun bloat akibat konsumsi leguminosa, mekanisme eruktasi terhambat akibat isi rumen yang bersifat frothy atau berbuih (foamy). Gas yang terbentuk terperangkap dalam cairan rumen, dalam bentuk emulsi dengan ukuran diameter buih atau gelembung sekitar 1 mm. Isi rumen yang berbentuk demikian akan menumpuk, mengisi rongga rumen dan menghambat ujung-ujung syaraf yang mengendalikan membukanya esophagus. Kondisi ini dikenal sebagai

frothy bloat.

Hewan masih dapat mentolerir kondisi menumpuknya buih gas yang tidak terlalu banyak tanpa terjadi bloat, atau hewan dapat mengeluarkan gas dari kondisi menumpuknya gas sehingga tidak terjadi bloat. Bila kondisi frothy bloat sangat berat, tekanan rumen akan menghambat kontraksi rumen. Kondisi yang demikian dikenal sebagai atoni rumen.

Adanya buih-buih atau gas dapat diketahui dengan memasang stomach tube ke dalam rumen. Bila isi rumen berbuih, stomach tube akan terisi buih dan gas tidak dapat keluar. Bila isi rumen berupa gas, maka gas akan mudah keluar melalui stomach tube dan dengan segera rumen tidak mengalami distensi.

FEEDLOT BLOAT

Penyebab feedlot bloat utamanya adalah akibat pemberian grain atau konsentrat tinggi dan rendah serat. Dibanding pasture bloat, kondisi feedlot bloat lebih kental, bersifat kronis dan pH rumen menurun (asidik). Viskositas cairan rumen yang tinggi atau kental ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri akibat pemberian pakan dengan ukuran partikel yang sangat halus. Ukuran yang sangat halus akan memperluas permukaan bahan yang bisa didigesti mikroba rumen dan mempercepat pencernaan serta membuat kondisi rumen berubah dan mengakibatkan kematian bakteri. Sel-sel bakteri yang mati tersebut mendorong meningkatnya viskositas isi rumen.

Bloat yang terjadi pada sapi yang dikandang terdiri dari dua macam bloat yaitu frothy bloat dan free-gas bloat. Free-gas bloat umumnya terjadi secara sporadik, dan menyerang pada sejumlah kecil sapi. Kasus ini berkisar 10 persen dari feedlot bloat.

(5)

Penyebabnya adalah pemberian pakan yang tidak teratur, hambatan pada syaraf yang mengendalikan eruktasi atau obstruksi fisik pada esophagus.

Gejala klinis yang biasanya ditemukan adalah

Feedlot bloat dapat dikontro dengan menambahkan 4 persen garam (NaCl) dalam bahan pakan. Hal ini karena garam akan meningkatkan rasa hasus dan bersifat mengikat air sehingga isi rumen menjadi lebih encer. Garam juga bersifat menurunkan intake pakan.

PASTURE BLOAT

Pasture bloat terjadi pada sapi-sapi yang digembalakan atau merumput. Faktor predisposisi terjadinya pasture bloat adalah jenis hijauan, umur hijauan, kelembaban, cuaca, tanah dan geografis dan kepekaan hewan.

Hijauan pakan terdiri dari hijauan yang mudah menyebabkan bloat dan hijauan yang tidak mudah menyebabkan bloat. Pada prinsipnya bloat yang disebabkan hijauan adalah hijauan yang mudah tercerna atau cepat tercerna, seperti rumput atau legum yang terlalu muda. Semakin tua, potensi menyebabkan bloat semakin kecil. Selain itu memang ada hijauan tertentu yang banyak menimbulkan gas.

Kepekaan hewan terhadap kondisi bloat ini bergantung pada genetik yang diturunkan.

Pencegahan pasture bloat adalah memilih hijauan, field management, grazing mananjemen, antifoaming agent, penggunaan antibiotika. Bloat tidak tejadi bila mikroba rumen tidak dalam jumlah sangat banyak dan aktif. Pemberian antibiotika yang digunakan dalam kasus bloat adalah bertujuan mengurangi aktifitas mikroba rumen. Penicilline merupakan antibiotika pilihan pada kasus bloat akibat konsumsi legum, namun segera dihentikan karena mudah terjadi resistensi mikrobial.

TREATMENT Tingkat keparahan dan treatment

Terapi pada kasus bloat bergantung pada berat ringannya kasus. Gambar 2 menunjukkan derajat bloat pada sapi.

Pada kasus ringan, flank kiri tampak distensi, namun hewan tidak dalam kondisi tertekan. Kulit di atas flank tersebut masih dapat di pegang dan diangkat.

Pada kasus sedang, distensi tampak lebih besar. Akibat membesarnya rumen, abdomen bagian kanan juga mulai mengalami distensi. Hewan akan merasa tidak nyaman. Kulit di atas flank kiri biasanya sangat ketat, tapi masih dapat dipegang. Pada kasus berat, distensi akan terjadi pada kedua sisi abdomen, terutama di sebelah kiri. Hewan akan mengalami kesulitan bernafas, biasanya tampak mulutnya terbuka dengan lidah dikeluarkan. Hewan merasa tidak nyaman. Kulit di atas flank kiri sangat ketat dan tidak bisa dipegang bahkan diangkat. Kondisi ini merupakan kondisi gawat darurat, dan bila tidak segera ditolong maka sapi akan mati.

(6)

Anti-foaming agent

Minyak non toksik, khususnya minyak mineral adalah bloat treatment yang efektif.

Sapi 450 kg dapat diberikan 300-500 mL sekali dosis. Terapi dapat diulang beberpa

kali dalam beberapa jam bila diperlukan. Minyak emulsi atau minyak yang mengandung detergen seperti dioctyl sodium sulfosuccinate juga dianjurkan karena dapat tercampur dengan baik dengan isi rumen. Anti-foaming agent dapat diberikan melalui stomach tube atau syring besar langsung ke dalam rumen dari flank. Bisa juga diberikan melalui drenching.

Tingkat keparahan bloat berpengaruh juga terhadap langkah-langkah terapi yang harus dilakukan. Tujuan utama adalah mengeluarkan gas dari rumen melalui

stomach disertai pemberian antifoaming agent untuk mencegah atau mengurangi pembentukan gas selanjutnya. Hewan biasanya akan mengalami eruktasi dalam

10-15 menit dan segera pulih sekitar satu jam kemudian.

Metode trokarisasi atau emergency rumenotomy seyogyanya merupakan langkah terakhir, bila bloat tidak dapat diatasi dengan stomach tube.

(7)

A

B

Gambar 3. A. Trokar yang menyatu dengan canula.

(8)

Gambar 4. Memasukkan stomcah tube

A

B

Gambar 6. A. Frick speculum, digunakan untuk membantu

memasukkan stomach tube melalui mulut. Speculum ini mencegah hewan menggigit stomach tube

(9)

BLOAT PADA PEDET DAN TERNAK PRE-RUMINANSIA LAIN

Bloat pada hewan muda atau bahkan pre ruminansia akan sangat berpengaruh pada perkembangan berikutnya, bersifat kronis dan bahkan fatal. Namun demikian, beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab dapat dikendalikan untuk meminimalisasi kejadian bloat pada pre-ruminansia.

Perkembangan rumen

Perut pre-ruminansia sudah tersusun atas beberapa bagian sebagaimana pada hewan dewasa atau ruminansia. Namun demikian ukuran dari masing-masing bagian atau kompertemen berbeda-beda dan berkembang sesuai fungsinya, hingga mencapai ukuran optimal pada saat dewasa. Gambar 7 menunjukkan perkembangan struktur perut dan masing-masing bagiannya sejak lahir hingga dewasa.

Saat dewasa abomasun hanya berkisar 10% dari total volume perut ruminansia. Persentase kapasitas masing-masing bagian perut dapat dilihat pada tabel 1.

(10)

Tabel 1. Ukuran Relatif Bagian Perut Sapi dari Lahir Hingga Dewasa

Umur Persentase Kapasitas Perut

Abomasum Rumen/Retikulum/Omasum Lahir- 2 minggu 70 30 8 minggu 50 50 3-4 bulan 25 75 dewasa <10 >90 Tipe Bloat

Bloat yang umumnya terjadi pada pedet atau ternak pre-ruminan lain adalah bloat

abomasal. Bloat abomasal ini biasanya berlangsung sangat cepat dan bersifat fatal.

Proses yang menyebabkan terjadinya bloat abomasal ini belum diketahui dengan jelas.

Pertumbuhan atau proliferasi organisme yang cepat akan menimbulkan produksi gas yang berlebihan yang tidak dapat keluar dari abomasum. Kondisi ini akan menyebabkan distensi dan menekan abdominal serta organ-organ vital seperti paru-paru dan jantung serta pembuluh darah. Selanjutnya akan menyebabkan asfiksia dan gagal jantung.

Bedah bangkai akan menunjukkan terjadinya distensi abomasum yang berisi gas, susu atau milk replacer. Terapi bloat abomasal sangat sulit dilakukan. Upaya mengeluarkan gas melalui stomach sulit dilakukan. Kemungkinan kecil dapat dilakukan penusukan jarum suntik pada daerah abomasum untuk mengelurkan gas. Faktor utama terjadinya bloat abomasal adalah over feeding atau makan yang terlalu cepat. Sebab lain adalah impaksio abomasum atau intestinal yang disebabkan bahan lain seperti alas kandang (bedding) atau hairballs.

Tipe yang lain adalah bloat ruminal. Bloat ruminal terjadi bila terjadi akumulasi gas akibat fermentasi di dalam rumen dan tidak bisa keluar. Gas terperangkap di atas area rumenoretikulum. Kontraksi rumen akan menurun dan mekanisme eruktasi terganggu sehingga gas akan terakumulasi. Selanjutnya abdominal akan mengalami distensi. Kondisi ini dapat diketahui atau tampak menggembungnya perut sebelah kiri di belakang iga (daerah flank). Kondisi ini dapat bersifat fatal sehingga membutuhkan penanganan segera.

Terapi yang dilakukan adalah memasukkan stomach tube ke dalam rumen. Pemberian sedikit minyak mineral akan membantu keluarnya gas. Pada kondisi yang berat, diperlukan trokarisasi menggunakan jarum suntik ukuran besar atau trokar pada flank kiri pedet. Selanjutnya perlu dilakukan terapi untuk mencegah terjadinya peritonitis.

Manajemen Faktor Penyebab Bloat

Manajemen kolostrum

Pastikan pedet atau anak hewan ruminansia mendapatkan kolostrum yang baik dan cukup segera setelah lahir. Hal ini karena anak hewan ruminansia dilahirkan dalam kondisi agamaglobulinemia, sehingga anak ruminansia wajib memperoleh kolostrum akan mendapatkan kekebalan dari induknya.

(11)

Waktu pemberian pakan

Lakukan pemberian pakan pada waktu yang sama setiap hari. Pemberian pakan yang berubah-ubah akan menyebabkan pedet menjadi sangat lapar. Akibatnya pedet akan makan sangat lahap dalam jumlah yang besar dan cepat. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada sistem pencernaannya. Jumlah dan bahan pakan yang diberikan seharusnya konsisten, bila dilakukan perubahan lakukan secara bertahap.

Temperatur susu

Susu atau susu pengganti (milk replacer) hendaknya diberikan sesuai suhu tubuh. Suhu susu yang dingin akan menggangu. Susu yang dingin juga akan meningkatkan pertumbuhan Sarcina di dalam abomasum. Sarcina adalah bakteri gram positif anaerob. Bacteri ini mampu memproduksi gas dalam jumlah besar termasuk dalam family Micrococcaceae.

Peralatan pakan

Peralatan yang digunakan untuk pedet seyogyanya bersih dan steril. Hal ini akan mencegah berkembangnya bakteri yang tidak diinginkan. Bila menggunakan nipple sebaiknya tidak melubangi ujungnya terlalu besar karena akan menyebabkan pedet akan minum lebih cepat dengan jumlah besar yang selanjutnya akan mengganggu proses pencernaannya.

Antibiotika

Milk replacer biasanya mengandung antibiotika Oxytetracycline atau Neomycin Base yang berguna untuk mencegah insidensi bloat.

Kandungan bahan pakan

Bahan pakan pedet seharusnya mudah dicerna dan palatable. Kandungan protein kasar sebaiknya 18-20%. Kandungan bahan lain harus dipertimbangkan keseimbangan dan ukuran partikelnya agar membantu perkembangan dan menstimulasi fungsi rumen. Protein nabati yang paling banyak digunakan adalah tepung kedelai. Pada keadaan normal, bahan ini mengandung faktor anti-nutritional yang dapat menyebabkan inflamasi intestinal. Sementara itu stress dapat menggangu fungsi digesti, sehingga penggunaan bahan tersebut dapat memicu terjadinya bloat.

Stress

Stress akan berdampak pada respon fisiologis dan perilaku. Perubahan tatalaksana dan lingkungan akan memicu terjadi stress. Vaksinasi, dehorning, perubahan pakan dan kandang merupakan stressor bagi pedet. Perubahan cuaca juga akan berpengaruh pada kondisi tubuh dan status kesehatan.

Kesehatan

Secara umum status kesehatan akan berpengaruh terhadap kejadian bloat pada pedet. Pedet yang sering mengalami diare atau gangguan respirasi kemungkinan tidak memperoleh cukup kolostrum, untuk selanjutnya juga akan mudah

(12)

mengalami bloat. Sementara itu, pedet yang sedang tahap pertumbuhan cepat bila tidak memperoleh air yang cukup akan mempunyai pola makan dan minum yang mana akan memicu pertumbuhan bakteri dengan cepat dan produksi gas. Pemberian antibiotika akan menekan populasi bakteri saluran pencernaan. Begitu juga pada pedet yang menerima larutan elektrolit dalam jumlah besar melalui esophageal feeder. Volume cairan yang masuk ke rumen dalam jumlah besar akan membilas mikroba rumen. Meski terapi berjalan efektif, namun pedet masih dalam kondisi berisiko sampai populasi mikroba rumen mencapai normal.

Gambar

Gambar 1. Susunan isi rumen. Gas berada pada posisi paling atas.
Gambar 2. Tiga derajat bloat. A-ringan, B-sedang, C-berat
Gambar 3. A. Trokar yang menyatu dengan canula.
Gambar 4. Memasukkan stomcah tube
+3

Referensi

Dokumen terkait

Populasi penelitian seluruh lansia yang mengalami keterbatasan rentang gerak pada lutut dan ankle yang berada di Kota Bengkulu sebanyak 60 lansia yang terdiri dari 3 kelomok

Lokakarya Nasional (Loknas) Pendidikan Tinggi Teologi (PTT) tentang Kurikulum Program Studi (Prodi) Teologi dalam Bingkai KKNI telah terlaksana pada tanggal 27-31

b) Klik Finish --&gt; Hasil dapat dilihat pada jendela Project --&gt; sbg berikut:.. c) Buat Package dengan nama com.stmik.royal dengan cara klik kanan project CRUD --&gt; Pilih

Bersihkan dan serap tumpahan menggunakan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar seperti pasir, tanah, atau majun .Masukkan dalam wadah tertutup yang berada di luar area dan

Content provider diimplementasikan sebagai sebuah subclass dari class ContentProvider dan harus mengimplementasikan set standard API yang memungkinkan aplikasi lain

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan dan secara parsial antara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kompetensi, profesionalisme dan pengalaman berpengaruh terhadap professionaljudgment auditor Badan Pemeriksa Keuangan

Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar