• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSENTRASI VFA TOTAL DAN AMONIA PADA ONGGOK YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSENTRASI VFA TOTAL DAN AMONIA PADA ONGGOK YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONSENTRASI VFA TOTAL DAN AMONIA PADA ONGGOK YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO

(VFA TOTAL CONCENTRATION AND AMMONIA ON FERMENTED TAPIOCA WASTE WITHAspergillus nigerBY IN VITRO)

Kasman Suherman*, Suparwi dan Titin Widiyastuti

Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto *kasuherman@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan level terbaik penggunaan

Aspergillus niger pada fermentasi onggok terhadap konsentrasi VFA total dan konsentrasi

amonia.Penelitian dilakukan secara in vitro dengan rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan penelitian adalah O0 = Onggok tanpa difermentasi O1 = Onggok difermentasi

dengan level Aspergillus niger 2 % + urea 2 % + mineral 6 % O2 = Onggok difermentasi dengan level

Aspergillus niger 4 % + urea 2 % + mineral 6 % O3 = Onggok difermentasi dengan level Aspergillus

niger 6 % + urea 2 % + mineral 6 %. Konsentrasi VFA total dan amonia memiliki rataan 228,35 mM

dan 6,23 mM. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa fermentasi onggok dengan Aspergillus

nigerberpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsentrasi VFA total dan amonia

onggokfermentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Aspergillus

niger dalam fermentasi onggok berpengaruh sangat nyata terhadap konsentrasi VFA total dan

konsentrasi amonia. Level terbaik penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi onggok untuk meningkatkan konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia yaitu pada level 1,7-2,3 % karena pada level tersebut mampu meningkatkan konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia lebih tinggi dari pada penambahan level Aspergillus niger lainnya.

Kata kunci: onggok, Aspergillus niger, fermentasi, konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia

ABSTRACT

The aim this research was to knowing effect and the best level of additionAspergillus niger on fermentation tapioca waste about VFA total concentration and ammonia concentration. Research of in vitro with a completely randomized design (CRD) of four treatments and five replications. Treatments research is O0 = Tapioca waste not fermented O1 = Fermented tapioca

waste with level Aspergillus niger 2% + urea 2 % + minerals 6 % O2 = Fermented tapioca waste with

level Aspergillus niger 4% + urea 2 % + minerals 6 % O3 =Fermented tapioca waste with level

Aspergillus niger 6% + urea 2 % + minerals 6 %. VFA total concentration and ammonia

concentrationown average value were 228,35 mM and 6,23 mM.The results of the Analysis of Variance showed that fermentation by Aspergillus niger on tapioca waste were highly significant (P<0.01) from VFA total concentration and ammonia concentration of fermented tapioca waste. Based on the results of research can be concluded that the use of Aspergillus niger in fermentation tapioca waste affected highly significant on concentration vfa total and concentration ammonia. The best level of addition of Aspergillus niger fermentation in tapioca waste for increase the VFA total concentration and ammonia concentration was at the level 1,7-2,3 % because at the level was able to increase the concentration VFA total and concentration ammonia higher than of the addition level of Aspergillus niger other.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia adalah dengan pemberian pakan yang bermutu. Sejauh ini, pola pemberian pakan belum sesuai dengan kebutuhan ternak. Dengan kata lain, masalah utama upaya peningkatan produksi ternak ruminansia adalah sulitnya penyediaan pakan yang berkesinambungan baik dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik (Chen et al., 1990). Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mencari sumber pakan alternatif.

Indonesia merupakan salah satu penghasil ubi kayu terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian (2011) produksi ubi kayu pada Desember 2011 mencapai 20.924.159 ton. Onggok merupakan limbah pabrik tepung tapioka yang belum termanfaatkan secara optimal. Ketersediaan onggok terus meningkat sejalan meningkatnya produksi tapioka. Peningkatan produksi onggok sejalan dengan peningkatan produksi tapioka, hal ini dikarenakan setiap ton ubi kayu menghasilkan 250 kg tapioka dan 114 kg onggok.

Onggok sebagai hasil sampingan pembuatan tepung tapioka selain harganya murah, tersedia cukup, mudah didapat, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Menurut Rasyid et al. (1996), onggok merupakan bahan sumber energi yang mempunyai kadar protein kasar rendah, tetapi kaya akan karbohidrat yang mudah dicerna (BETN) bagi ternak.

Aspergillus niger merupakan kapang yang cocok hidup pada substrat yang mengandung sumber pati tinggi, sehingga pati pada onggok dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan kapang tersebut. Pertumbuhan yang baik dari kapang diharapkan memproduksi enzim selulase dalam jumlah yang banyak sehingga dapat digunakan untuk merombak dan menurunkan serat kasar (Nurhayati et al., 2011). Pemanfaatan kapang

Aspergillus niger sebagai starter dalam proses fermentasi ini dirasa paling cocok dan sesuai dengan

tujuan fermentasi, yaitu untuk menurunkan kadar serat dan sekaligus dapat meningkatkan kadar protein kasar onggok (Tampoebolon, 2009).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai level

Aspergillus niger pada fermentasi onggok terhadap konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia

dan mengetahui level terbaik penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi onggok yang dapat meningkatkan konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia secara invitro. Manfaat penelitian ini untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah agroindustri yaitu onggok sebagai sumber bahan pakan ternak ruminansia dan sebagai informasi ilmiah mengenai taraf penggunaan Aspergillus

niger pada proses fermentasi onggok ditinjau dari konsentrasi VFA total dan amonia.

METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah500 g onggok, 500 ml cairan rumen sapi, 15 g

Aspergillus niger, 10 g urea, 25 g mineral mix, 500 ml air panas, 500 ml larutan McDougall’s,

gasCO2, 50 ml H2SO4 pekat, 600 ml pepsin HCl, 100 ml asam borat, 100 ml Na2CO3, 100 ml H2SO4

0,1 N, 100 ml H2SO4 15 %, 250 ml NaOH 0,5 N, 100 ml HCl 0,5 N dan 5000 ml aquadest.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah penggiling onggok, kantong plastik, nampan plastik, kompor listrik, timbangan analitik, oven, termos, kain blacu, erlenmeyer, sentrifuge,

shakerwaterbath, kertas saring Whatman 41, cawan conwey, destilator, gelas ukur, pipet ukuran

(3)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental secara in vitro(Tilley dan Terry, 1963). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan terdiri atas:

O0 = Onggok tanpa difermentasi

O1 = Onggok difermentasi dengan level Aspergillus niger 2 % + urea 2 % + mineral 6 %

O2 = Onggok difermentasi dengan level Aspergillus niger 4 % + urea 2 % + mineral 6 %

O3 = Onggok difermentasi dengan level Aspergillus niger 6 % + urea 2 % + mineral 6 %

Pembuatan onggok fermentasi, 100 gr onggok yang telahdigiling dimasukan ke dalam baskom ukuran sedang, onggok selanjutnya ditambah urea 2 % dan mineral mix 6 %kemudian diaduk sampai rata, 100 ml air hangat ditambahkan pada campuran tadi kemudian diaduk sampai rata dan dibiarkan sebentar sampai temperatur campuran kira-kira 37°C,kemudian ditambahkan (inokulum) dengan Aspergillus niger dan diaduk kembali, apabila sudah rata dipindahkan ke dalam baki plastik dan diinkubasi pada suhu ruang selama 4-5 hari, jika sudah terbentuk miselium, maka onggokfermentasi tersebut dihancurkan dengan cara diremas-remas selanjutnya dikeringkan pada oven temperatur 600C kemudian digiling, untuk dilanjutkan dengan uji in vitro.

Percobaan in vitro, 2 g sampel onggok fermentasi dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambah 24 ml larutan Mc Dougall’s dengan pH 6,8 kemudian ditutup rapat dan didiamkan selama 10 menit dalam shaker waterbath agar temperaturnya 39°C, selanjutnya ditambahkan 32 ml cairan rumen, kemudian gas CO2 dialirkan kedalam erlenmeyer secukupnya, erlenmeyer

ditutup kembali dan dimasukkan lagi kedalam shaker waterbath, pengaliran gas CO2 ini diulang

setiap 4 jam sekali; (4) inkubasi dilakukan selama 24 jam pada temperatur 38°C-39°C, setelah inkubasi ditetesi HgCl2 atau H2SO4 pekat untuk menghentikan aktivitas fermentasi oleh mikroba;

(5) Kemudian disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 5.000 rpm untuk memisahkan supernatan dan residu; (6) Supernatan dimasukkan ke dalam tempat supernatan dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin sebelum dianalisis konsentrasi VFA dan N-NH3.

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah Konsentrasi VFA total dengan menggunakan metode destilasi uap (Departemen of Dairy Sciences, 1966) dan konsentrasi amonia dengan menggunakan metode mikro difusi conwey (Departemen of Dairy Sciences, 1966). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diuji, maka dilanjutkan dengan uji orthogonal polynomial (Steel dan Torie, 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Nutrien Onggok Fermentasi Aspergillus niger

Hasil analisis proksimat menunjukkan komposisi nutrien onggok yang mengalami perubahan setelah difermentasi dengan Aspergillus niger. Komposisi nutrien onggok sebelum dan sesudah fermentasi tersaji pada Tabel 1. Kandungan bahan kering (BK) dari masing-masing perlakuan mengalami penurunan dari 85,31 % menjadi 58,08 %, 71,46 % dan 65,09 %. Penurunan BK pada masing- masing perlakuan juga diikuti dengan penurunan kadar serat kasar dari 21,29 % menjadi 10,50%, 13,80 % dan 10,04 %. Sedangkan kandungan protein dan abu mengalami peningkatan setelah fermentasi. Kandungan protein mengalami peningkatan dari 2,38 % menjadi 8,34 %, 7,46 % dan 9,31 %. Kandungan abu meningkat dari 2,35 % menjadi 5,29 % , 6,09 % dan 6,56 %.

(4)

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Onggok yang Difermentasi dengan Aspergillus niger

Perlakuan Air (%) BK (%) % BK

Protein Lemak Serat Abu BETN

O0 14,69 85,31 2,38 12,63 21,29 2,35 61,35

O1 41, 92 58,08 8,34 1,21 10,50 5,29 74,66

O2 28,54 71,46 7,64 0,07 13,80 6,09 72,40

O3 34,91 65,09 9,31 2,56 10,04 6,56 71,54

Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto (2013)

Konsentrasi VFA Total Onggok Fermentasi Aspergillus niger

VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan prekursor sumber energi utama ruminansia. Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut difermentasi oleh mikroba rumen. Seperti dinyatakan oleh Hartati (1998) bahwa produksi VFA di dalam cairan rumen dapat digunakan sebagai tolok ukur fermentabilitas pakan. Konsentrasi VFA total hasil penelitian ini tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Konsentrasi VFA Total Onggok Fermentasi Aspergillus niger

No Perlakuan Rataan konsentrasi VFA total (mM)

1 O0 217,8

2 O1 259,2

3 O2 225,6

4 O3 210,8

Rataan 228,35

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsentrasi VFA total masing-masing perlakuan adalah O0 (217,8 mM); O1 (259,2 mM); O2 (225,6 mM); dan O3 (210,8 mM). Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan rataan konsentrasi VFA total dari 217 mM (O0) menjadi 259

mM (O1) dan 225,6 mM (O2), pada O3 terjadi penurunan yaitu menjadi 210,8 mM, namun

demikian masih diatas kisaran normal untuk mendukung pertumbuhan mikroba rumen karena menurut Sutardi (1980) kisaran normal VFA cairan rumen normal yang mendukung pertumbuhan mikroba adalah 80-160 mM. Menurut Enari (1983) Aspergillus niger telah diketahui dapat menghasilkan enzim pendegradasi serat. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Purwanti (2012) yang menyatakan Aspergillus niger mampu menghasilkan enzim-enzim ekstraseluler sepertiselulase, amylase, pektinase, amiloglukosidae, glukosaoksidase dan katalase. Enzim yang berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi VFA total dari onggok fermentasi Aspergillus niger yaitu enzim selulase. Enzim tersebut dapat merombak karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) menjadi gula yang lebih sederhana. Sehingga karbohidrat yang lebih sederhana tersebut didalam rumen akan lebih mudah difermentasi oleh mikroba rumen menjadi VFA.

Peningkatan terjadi pada onggok perlakuan yang difermentasi dengan Aspergillus niger pada level 2 % dan 4 %. Sedangkan pada level 6 % terjadi penurunan konsentrasi VFA total. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan level Aspergillis niger yang semakin tinggi tidak meningkatkan konsentrasi VFA total. Penurunan konsentrasi VFA total pada level 6 % dimungkinkan ada hubungannya dengan sintesis protein mikroba. Hal tersebut di dukung oleh pernyataan Sinaga (2002) bahwa penurunan VFA diduga berhubungan dengan kecernaan zat

(5)

makanan, dimana VFA tersebut digunakan sebagai sumber energi mikroba untuk mensintesis protein mikroba dan digunakan untuk pertumbuhan sel tubuhnya. Sedangkan pada level 2 % penggunaan VFA sebagai sumber energi mikroba lebih sedikit karena konsentrasi amonianya lebih rendah dibanding pada level 6 % yang merupakan salah satu faktor dari tingginya kandungan VFA pada level 2 %, karena menurut Ranjhan (1977) hasil fermentasi karbohidrat (VFA) digunakan oleh mikroba sebagai sumber energi dan kerangka karbon dari asam amino protein mikroba, sehingga semakin tinggi konsentrasi amonia dalam rumen maka akan semakin banyak VFA yang digunakan sebagai kerangka karbon dari asam amino protein mikroba.

Hasil analisis variansi (Tabel 5) menunjukkan bahwafermentasi onggok dengan Aspergillus

nigerberpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsentrasi VFA total onggok, yang dapat

diartikan bahwa semakin tinggi level Aspergillus nigeryang digunakan untuk fermentasi onggok mempengaruhi perubahan konsentrasi VFA total dengan kecenderungan terjadi penurunan konsentrasi VFA total seiring dengan bertambahnya level penggunaan Aspergillus nigerpada proses fermentasi. Penambahan Aspergillus niger pada level 6 % mengakibatkan penurunan konsentrasi VFA total.Berdasarkan uji orthogonal polynomial pengaruh tersebut bersifat kubik dengan persamaan garis Y = 217.8 + 55.083333 X - 21.1 X2 + 1.9541667 X3 (r2 = 77,88 % dan r = 0,88), titik maksimumnya terjadi pada level penambahan Aspergillus niger 1,7 % dengan konsentrasi VFA total sebesar 260,1 mM dan titik beloknya pada level penambahan Aspergillus

niger 5,4 % dengan konsentrasi VFA total sebesar 207,6 mM. Titik maksimum level penambahan Aspergillus niger 1,7 % menunjukkan bahwa pada level tersebut merupakan titik puncak level

penambahan Aspergillus niger terbaik yang dapat meningkatkkan konsentrasi VFA total onggok, setelah mencapai titik tersebut cenderung terjadi penurunan konsentrasi VFA total. Walaupun level penambahan Aspergillus niger 1,7 % tidak digunakan dalam perlakuan pada penelitian ini namun berdasarkan kurva respon kubik menunjukkan bahwa level tersebut merupakan level terbaik untuk meningkatkan konsentrasi VFA total karena enzim selulolitik yang dihasilkan

Aspergillus niger bekerja dengan efektif pada level tersebut sehingga mampu mendegradasi lebih

banyak serat kasar dan mampu meningkatkan konsentrasi VFA total onggok lebih tinggi. Kemudian titik beloknya terjadi pada level penambahan Aspergillus niger 5,4 %, setelah titik belok terjadi peningkatan konsentrasi VFA total walaupun kecenderungan naiknya sangat kecil sekali yaitu 207,6 mM pada titik belok (level 5,4 %) naik menjadi 210,8 mM pada level 6 %. Koefisien korelasi (r) adalah 0,88 menunjukkan keeratan hubungan antara tingkat konsentrasi VFA total onggok dan Aspergillus nigeryaitu sebesar 88 % dan memiliki sifat hubungan dimana semakin tinggi level Aspergillus nigermenyebabkanpenurunan konsentrasi VFA total onggok (Gambar 1).

Konsentrasi Amonia Onggok Fermentasi Aspergillus niger

Protein bahan pakan yang masuk ke dalam rumen akan mengalami proteolisis oleh enzim-enzim protease menjadi peptida, lalu dihidrolisis menjadi asam amino yang kemudian secara cepat dideaminasi menjadi amonia. Kemudian akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein mikroba (Sinaga, 2002). Produksi konsentrasi amonia pada penelitian ini tersaji pada Tabel 3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsentrasi amonia masing-masing perlakuan adalah O0 (1,64 mM); O1 (7,72 mM); O2 (6,82 mM); dan O3 (8,74 mM). Hasil penelitian

(6)

(O1) dan 6,82 mM (O2) dan 8,74 mM (O3). Peningkatan konsentrasi amonia ini berbanding lurus

dengan meningkatnya kandungan protein onggok terfermentasi Aspergillus niger karena amonia merupakan hasil hidrolisis protein pakan oleh mikroba rumen yang dideaminasi menjadi amonia. Hasil dari analisis proksimat onggok terfermentasi Aspergillus niger menunjukkan terjadinya peningkatan kadar protein onggok dari 2,38 % (O0) menjadi 8,34 % (O1), 7,64 % (O2) dan 9,31 %

(O3). Menurut Noferdiman (2008) peningkatan kandungan protein onggok sejalan dengan

pertumbuhan kapang (jamur) dikarenakan tubuh jamur terdiri dari elemen yang mengandung nitrogen. Selain itu, enzim yang dihasilkan oleh jamur juga merupakan protein.

Gambar 1. Hubungan Antara Penambahan Level Aspergillus niger dengan Konsentrasi VFA Total Onggok

Tabel 3. Rataan Konsentrasi Amonia Onggok Fermentasi Aspergillus niger

No Perlakuan Rataan konsentrasi amonia (mM)

1 O0 1,64

2 O1 7,72

3 O2 6,82

4 O3 8,74

Rataan 6,23

Hasil penelitian menunjukkan bahwa level Aspergillus niger yang optimal untuk proses fermentasi adalah 2 % yaitu dapat meningkatkan konsentrasi amonia menjadi 7,72 mM. Pada penambahan level Aspergillus niger 2 % sudah dapat meningkatkan konsentrasi amonia walaupun pada level Aspergillus niger 6 % terjadi peningkatan konsentrasi amonia yang lebih tinggi karena pada level 6 % akan membutuhkan starter Aspergillus niger lebih banyak sehingga kurang efisien. Selain itu pada level 4 % terjadi penurunan konsentrasi amonia menjadi 6,82 mM. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan Aspergillus niger dengan level 2 % pada onggok perlakuan itu sudah cukup.

Hasil analisis variansi (Tabel 9) menunjukkan bahwafermentasi onggok dengan Aspergillus

nigerberpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsentrasi amonia onggok yang dapat

diartikan bahwa semakin tinggi level yang digunakan untuk fermentasi onggok mempengaruhi perubahan konsentrasi amonia dengan kecenderungan terjadi peningkatan konsentrasi amonia

150 170 190 210 230 250 270 0 1 2 3 4 5 6 K on se n tr asi VF A ( m M )

Level Aspergillus niger (%)

Y = 217.8 + 55.083333 X - 21.1 X2 + 1.9541667 X3

r2 = 77.88 %

(1,7%; 260,1 mM)

(7)

seiring dengan bertambahnya taraf penggunaan Aspergillus nigerpada proses fermentasi. Namun cenderung terjadi penurunan pada penambahan level 4 % dan meningkat kembali pada level 6 %. Berdasarkan uji orthogonal polynomial pengaruh tersebut bersifat kubik dengan persamaan garis Y = 1.64 + 6.4183333 X - 2.0975 X2 + 0.20416667 X3 (r2 = 97,35% dan r = 0,9866), titik maksimumnya terjadi pada level penambahan Aspergillus niger 2,3 % dengan konsentrasi amonia sebesar 7,79 mM dan titik beloknya terjadi pada level penambahan Aspergillus niger 4,5 % dengan konsentrasi amonia sebesar 6,65 mM. Titik maksimum level penambahan Aspergillus niger 2,3 % menunjukkan bahwa pada level tersebut merupakan titik puncak penambahan Aspergillus niger terbaik yang dapat meningkatkkan konsentrasi amonia onggok, setelah mencapai titik tersebut tingkat konsentrasi amonia cenderung menurun pada level penambahan Aspergillus niger 4 % dan cenderung terjadi kenaikan kembali pada level penambahan Aspergillus niger 6 % (Gambar 2). Walaupun level penambahan Aspergillus niger 2,3 % tidak digunakan dalam perlakuan pada penelitian ini namun berdasarkan kurva respon kubik menunjukan bahwa level tersebut merupakan level terbaik untuk meningkatkan konsentrasi amonia karena pada level tersebut

Aspergillus niger dapat tumbuh secara optimal sehingga mampu meningkatkan kandungan protein

onggok lebih besar karena enzim yang dihasilkan dan sebagian besar tubuh Aspergillus niger merupakan protein. Protein tersebut didalam rumen akan dihidrolisis menjadi asam amino kemudian dideaminasi oleh mikroba rumen menjadi amonia sehingga peningkatan protein onggok dapat meninggkatkkan konsentrasi amonia onggok. Kemudian titik beloknya terjadi pada level penambahan Aspergillus niger 4,5 %, setelah titik belok cenderung terjadi kenaikan konsentrasi amonia yaitu 6,65 mM pada titik belok (level 4,5 %) dan 8,74 mM pada level 6 %. Koefisien korelasi (r) adalah 0,9866 menunjukkan keeratan hubungan antara tingkat konsentrasi amonia onggok dan level penambahan Aspergillus nigeryaitu sebesar 98,66 % dan memiliki sifat hubungan dimana semakin tinggi level Aspergillus niger dapat menyebabkanpenurunan konsentrasi amonia onggok, tetapi peningkatan level tertentu dapat meningkatkkan kembali konsentrasi amonia akan tetapi cenderung lambat.

Gambar 2. Hubungan Antara Penambahan Level Aspergillus niger dengan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 K on se n tr asi Am on ia (m M )

Level Aspergillus niger (%)

Y = 1.64 + 6.4183333 X - 2.0975 X2 + 0.20416667 X3

r2 = 97.35 %

2,3%; 7,79 mM

(8)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Aspergillus niger dalam fermentasi onggok berpengaruh sangat nyata terhadap konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia. Level terbaik penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi onggok untuk meningkatkan konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia yaitu pada level 1,7-2,3 % karena pada level tersebut mampu meningkatkan konsentrasi VFA total dan konsentrasi amonia lebih tinggi dari pada penambahan level Aspergillus niger lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, C. P.1990. Management of Forage for Animal Production Under Tree Crops. In; proc, Integrated Tree Croping and Small Ruminant Production System. INIQUES L. C and M. D.

SANCHEZ (Eds). SR-CRSP. University California Davis. USA. Pp. 10-23.

Departemen of Dairy Sciences. 1966. General Laboratory Procedures. University of Wisconsin. USA. Pp. 36-70.

Departemen Pertanian. 2011. Data komoditas produksi ubi kayu nasional. www.deptan.go.id. Diakses tanggal 16 Oktober 2012.

Enari, T. M. 1983. Microbial Cellulase: W.M. Fogarty (Ed.). Microbial Enzymes and Biotechnology. Applied Science Pub. New York.

Noferdiman, Y. Rizal, Mirzah, Y. Heryandi, dan Y. Marlida. 2008. Penggunaan Urea Sebagai Sumber Nitrogen pada Proses Biodegradasi Substrat Lumpur Sawit Oleh Jamur Phanerochaete

chrysosporium. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. XI(4):175-181.

Nurhayati, C. U. Wirawati dan D. D. Putri. 2011. Kajian Fermentasi Campuran Bungkil Inti Sawit dan Onggok dengan Lama Fermentasi dan Level Penambahan Mineral Berbeda. Seminar

Nasional Sains dan Teknologi IV (Prosiding). Politeknik Negeri Bandung. Lampung.

Purwanti, F. W. 2012. Kualitas Nutrien Onggok yang Difermentasi Aspergillus niger dengan Penambahan Level Urea dan Zeolit Yang Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Ranjhan., S. M. 1980. Animal Nutritition and Feeding practice in India. 2nd Ed. Vikas publishing House put Ltd. New Delhi. PP. 93-104.

Rasyid, G., A. B. Sudarmadji, dan Sriyana. 1995. Pembuatan dan Pemanfaatan Onggok sebagai

Pakan Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Karangploso. Malang.

Sinaga, J. I. 2002. Pengaruh Penggunaan Onggok Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Peformance Itik Peking Umur 1 hari - 8 minggu. Skripsi. Jurusan Peternakan USU. Medan. (Tidak dipublikasikan).

Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1996. Principles and Procedures of Statistics, a Biometrical

Approach. Mc Graw-Hill Book Company. New York.

Tampoebolon, B. I. M. 2009. Kajian Perbedaan Aras dan Lama Pemeraman Fermentasi Ampas Sagu dengan Aspergillus niger Terhadap Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar. Seminar

Nasional Kebangkitan Peternakan (Prosiding). Universitas Dipenogoro. Semarang.

Tilley, J. M. and R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for The In Vitro Degistion of Forage Crops. Journal of British Grassland Society. 18 (2): 104.

Gambar

Tabel 2. Rataan Konsentrasi VFA Total Onggok Fermentasi Aspergillus niger
Gambar 1. Hubungan Antara Penambahan Level  Aspergillus niger dengan  Konsentrasi VFA Total Onggok
Gambar 2. Hubungan Antara Penambahan Level  Aspergillus niger dengan

Referensi

Dokumen terkait

Namun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kriteria religiusitas fikih kita harus mengetahui dahulu apa-apa yang diwajibkan, disunahkan, dimakruhkan, dan

Hal ini sesuai dengan pernyataan teori diatas bahwa pada kenyataannya pelaku PNS (Penyimpangan Norma Sosial) yang ada di Desa Benua Jingah, yaitu para eks narapidana ini

Pelaku dapat menagih atau menagih secara berlebihan kepada perusahaan dengan menggunakan faktur vendor, juga mencegat cek untuk faktur atau mengirim cek kepada vendor

Peningkatan persediaan garam beryodium di tingkat masyarakat, yang termasuk di dalamnya monitoring terhadap peningkatan kandungan yodium dalam garam yang dilakukan

3.2 Total waktu aktual pengerjaan komponen yang diperoleh dari SAP Data mengenai waktu aktual yang terjadi pada proses maintenance wheel dan brake terekam dalam SAP selama

Menurut Sugiyono (2012:192) menjelaskan bahwa, “Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan

Pulau Lombok sebagai salah satu pulau yang termasuk dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah salah satu destinasi wisata yang semakin banyak dilirik,

Semenjak Fakultas Dakwah mengembangkan program studi baru, seperti Pengembangan Masya- rakat Islam dan Managemen Dakwah, maka di saat itu pastilah akan berkembang pendekatan