• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. diberbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu diberbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen termasuk menyediakan sarana peradilannya. Sejalan dengan itu, berbagai negara telah pula menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan perlindungan kepada konsumen.1

Hak dasar konsumen yang berkaitan dengan minuman kadaluwarsa tersebut yaitu hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety). Hak atas keamanan dan keselamatan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila mengkonsumsi suatu produk khususnya produk minuman.2 Sikap konsumen di Indonesia terhadap suatu produk seperti minuman dalam kenyataannya sangatlah peka ketika produk minuman yang dikonsumsinya atau beredar di masyarakat ada indikasi tidak memenuhi standar sebagai produk yang tidak layak. Hal ini disebabkan karena konsumen pada umumnya kurang memperoleh informasi lengkap mengenai produk yang dibelinya.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada Pasal 8 ayat (1) huruf g mengamanatkan bahwa “pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau

1

Shidarta, 2000, Huk um Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, h. 16 2

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2010, Huk um Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers, Jakarta, h. 41 1

(2)

jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu”. Pencantuman tanggal kadaluwarsa ini harus dilakukan oleh pelaku usaha agar konsumen mendapat informasi yang jelas mengenai produk yang dikonsumsinya akan tetapi tanggal yang biasanya tercantum pada label produk tersebut tidak hanya masa kadaluwarsanya tapi tanggal-tanggal lain.3

Berbagai masalah yang muncul akibat minuman beralkohol sangat meresahkan masyarakat, sehingga kenyamanan masyarakat terganggu. Minuman beralkohol saat ini tidak hanya dikonsumsi oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak. Peredaran minuman beralkohol yang tidak terkendali akan menimbulkan efek negatif di masyarakat. Minuman beralkohol menjadi salah satu faktor tingginya angka kriminalitas dan penyakit masyarakat. Salah satu masalah yang sangat memprihatinkan dan harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah ialah masalah minuman keras yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan sangat besar pengaruhnya terhadap sikap dan tindakan pelaku yang mengarah kepada deviasi, seperti kebut-kebutan di jalan raya yang dapat mengganggu lalu lintas, membuat keributan dan kekacauan, dan mengganggu ketenangan masyarakat lainnya. Hal itu disebabkan kontrol diri menjadi berkurang karena mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan.

Penyalahgunaan minuman keras dengan mengkonsumsinya di luar batas kewajaran, disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan diri sendiri, selain itu yang lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat. Kebiasaan minum-minuman keras yang melebihi batas yang wajar dapat menyebabkan sikap seseorang menjadi anti sosial dan cenderung merugikan kepentingan orang lain. Disisi lain kebiasaan minum-minuman keras

3

(3)

secara berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan menjadi ketergantungan terhadap minuman keras.

Dapat dilihat belakangan ini banyak jatuh korban meninggal dunia yang diakibatkan karena minuman keras oplosan yang selain dikonsumsi secara berlebihan juga dicampur dengan zat-zat kimia yang mematikan yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia. Keadaan yang demikian itu apabila tetap dibiarkan akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat juga rusaknya generasi muda yang akan datang.

Minuman beralkohol merupakan jenis minuman dengan potensi ekonomi tinggi tetapi memiliki kandungan ethanol yang dapat membahayakan kesehatan pemakainya, sehingga mengganggu ketertiban masyarakat. Di Bali pengaturan mengenai peredaran minuman beralkohol diatur dalam Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol Di Provinsi Bali. Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 8 Perda No. 5 Tahun 2012 menyatakan bahwa :

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol.

Setiap peredaran minuman beralkohol di masyarakat harus terlebih dahulu mendapatkan izin edar dari Gubernur. Peraturan daerah ini juga melarang pengedaran dan atau menjual minuman beralkohol ditempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan di tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Tempat tertentu yang dimaksud yaitu tempat peribadatan, sekolah, rumah sakit atau lokasi tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

(4)

Distributor minuman beralkohol juga memiliki kewajiban untuk menggunakan label yang mengacu pada Perda No. 5 Tahun 2012. Pengaturan minuman beralkohol di Bali dimungkinkan diatur melalui Perda didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota yang mengamanatkan perdagangan minuman beralkohol merupakan urusan pemerintahan daerah.

Pasal 10, bab VI Peredaran Minuman Beralkohol, bagian ke satu tentang Peredaran, Perda Bali No 5 Tahun 2012 menguraikan :

1. Minuman Beralkohol produksi luar negeri (impor) dan produksi dalam negeri yang diedarkan oleh distributor, sub distributor pengecer, dan penjual langsung wajib dikemas, menggunakan pita cukai dan label edar.

2. Minuman beralkohol produksi tradisional yang dikonsumsi dan diedarkan oleh kelompok usaha atau koperasi wajib dikemas dengan menggunakan label edar

3. Minuman beralkohol produksi tradisional yang tidak untuk dikonsumsi dan diedarkan oleh kelompok usaha atau koperasi peredarannya dengan menggunakan label untuk upacara (tetabuhan) dan label edar.

Menurut ketentuan pasal di atas dapat diketahui bahwa apabila sebuah minuman berakohol sudah memiliki kemasan, pita cukai dan label edar untuk minuman beralkohol impor dan produksi dalam negeri, dan bagi minuman beralkohol untuk produksi tradisonal cukup hanya mencantumkan label edar maka sudah dapat diedarkan di Bali tanpa perlu mencantumkan nomor pendaftaran pangan pada label pangan olahannya. Pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan menyatakan : “Terhadap produksi baik dalam maupun luar negeri yang dimasukan ke dalam wilayah Indonesia, pada label pangan olahan yang bersangkutan harus mencantumkan nomor pendaftaran Pangan.”

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 382/MENKES/PER/VI/1989 tentang Pendaftaran Makanan, nomor pendaftaran pangan tersebut barulah bisa diperoleh bila para produsen, distributor mendaftarkan minuman beralkohol tersebut kepada Badan Pengawas Obat

(5)

dan Makanan. Sehingga peranan BPOM diperlukan untuk melakukan penegakan hukum dan memberikan perlindungan hukum apabila terdapat konsumen yang dirugikan akibat peredaran minuman beralkohol ilegal ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka menarik untuk dibahas lebih lanjut dalam skripsi ini dengan mengangkat judul Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang hendak diangkat dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tanggung jawab perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap peredaran minuman beralkohol ilegal?

2. Bagaimanakah upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol yang ilegal oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut: Pada permasalahan pertama dibahas mengenai tanggung jawab perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap peredaran minuman beralkohol ilegal dan pada permasalahan kedua membahas mengenai upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol yang ilegal oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan.

(6)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Peranan Balai Pengawas Obat Dan Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

adalah sepenuhnya hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan 3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

No NAMA & NIM JUDUL RUMUSAN MASALAH

1 I Komang Yogi

Triana Putra 0910110038

Penegakan Hukum Terhadap Peredaran Minuman Beralkohol Tanpa Label Edar (Studi Di

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bali)

1. Bagaimana upaya Dinas

Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bali

dalam melakukan

penegakan hukum terhadap

peredaran minuman

beralkohol tanpa label edar?

2. Apa kendala Dinas

Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bali dalam penegakan hukum

terhadap peredaran

minuman beralkohol tanpa label edar?

2. Dewi Maharani

Ismitania 1006816205

Analisis Kebijakan Pelekatan

Pita Cukai Minuman

Mengandung Etil Alkohol

Buatan Dalam Negeri

1. Bagaimanakah perubahan sistem pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada minuman mengandung etil alkohol buatan dalam negeri?

(7)

kebijakan pelekatan pita

cukai atas minuman

mengandung etil alkohol buatan dalam negeri?

3 M. Khalil Qibran B 111 08 138

Tinjauan Kriminologis Terhadap

Penyalahgunaan Minuman

Beralkohol Oleh Anak Di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012)

1. Faktor apa yang menjadi

penyebab sehingga

terjadinya penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh Anak di Kab. Mamuju Provinsi Sulawesi Barat?

2. Upaya apakah yang

ditempuh oleh aparat

penegak hukum untuk

menanggulangi terjadinya penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh Anak di Kab. Mamuju Provinsi Sulawesi Barat?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus :

1.5.1 Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process (ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam penggaliannya atas kebenaran dalam bidang

(8)

perlindungan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian tujuan umum penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tanggung jawab perusahan penyalur minuman alkohol terhadap peredaran minuman alkohol ilegal.

b. Untuk mengetahui upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol ilegal oleh BPOM

1.5.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memahami mengenai tanggung jawab perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap peredaran minuman beralkohol ilegal.

2. Untuk memahami dan menganalisa lebih lanjut mengenai upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol yang ilegal oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoiris yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:

a. Manfaat positif

Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Perlindungan Konsumen terutama yang berkaitan dengan Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan Terhadap

(9)

Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

b. Manfaat bagi pihak Pemerintahan

Bagi pihak pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran agar lebih tegas untuk menindak pelaku usaha yang dengan sengaja mengedarkan minuman beralkohol oplosan di masyarakat sehingga dapat membahayakan masyarakat sebagai konsumen yang mengkonsumsinya.

c. Manfaat bagi masyarakat

Bagi masyarakan pada umumnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi masyarakat pada umumnya sebagai konsumen agar lebih berhati-hati dalam membeli minuman beralkohol agar tidak merugikan dirinya sendiri

1.6.2 Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut: untuk lebih memahami mengenai aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan peredaran minuman beralkohol ilegal dan juga untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada konsumen akibat kerugian yang ditimbulkan karena mengkonsumsi minuman beralkohol ilegal.

1.7 Landasan Teoritis

Menurut pendapat Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.4 Untuk meneliti mengenai suatu permasalahan hukum, maka pembahasan adalah relevan

(10)

apabila dikaji menggunakan teori-teori hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum. Teori hukum dapat digunakan untuk menganalisis dan menerangkan pengertian hukum dan konsep yuridis, yang relevan untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian hukum.5

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau menganalisis tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau permasalahan secara kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan metode sinskripsi saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan teori hukum tidak cukup dijawab secara “otomatis” oleh hukum positif karena memerlukan argumentasi atau penalaran.6

Landasan Teoritis atau Kerangka Teori adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Untuk membahas permalasahan yang diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya yaitu:

1. Teori perlindungan hukum

Pada hakikatnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban. Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik

4

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Huk um Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 134

5

Salim H.S., 2010, Perk embangan Teori Dalam Ilmu Huk um, Rajawali, Jakarta, h. 54 6

(11)

untuk memperoleh keadilan sosial.7 Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut harus dilindungi oleh hukum, sehingga anggota masyarakat merasa aman dalam melaksanakan kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang bersangkutan merasa aman.

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo, menjelaskan teori pelindungan hukum bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.8 Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.9

Teori perlindungan hukum dalam penelitian ini tentunya didasari oleh teori perlindungan hukum yang dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, dimana perlindungan hukum yang dilakukan dalam wujud perlindungan hukum preventif, artinya ketentuan hukum dapat dihadirkan sebagai upaya pencegahan atas tindakan pelanggaran hukum. Upaya pencegahan ini diimplementasikan dengan membentuk aturan-aturan hukum yang bersifat normatif.10 Ada dua macam bentuk perlindungan hukum, yaitu perlindungan hukum yang bersifat preventif dan represif. Preventif artinya perlindungan yang diberikan sebelum terjadinya sengketa, sedangkan sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang

7

Sunaryati Hartono, 1991, Politik Huk um Menuju Satu Sistem Huk um Nasional, Alumni, Bandung, h. 55 8

Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Huk um, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 53 9

Ibid, h. 54 10

(12)

muncul apabila terjadi suatu pelanggaran terhadap norma-norma hukum dalam peraturan perundang-undangan. Dalam kaitannya dengan penelitian dalam skripsi ini, teori perlindungan hukum dipergunakan untuk membahas permasalahan pertama terkait dengan perlindungan hukum bagi masyarakat dari bahaya minuman beralkohol oplosan yang beredar di pasaran. Perlindungan hukum tentunya diperlukan dari segi prefentif untuk mencegah peredaran minuman beralkohol oplosan tersebut, sedangkan secara represif memberikan perlindungan hukum bagi konsumen yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi minuman beralkohol oplosan tersebut.

2. Teori tanggung jawab

Menunjuk pada pertanggungjawaban terdapat dua istilah yang berkaitan dengan tanggung jawab dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kajahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.11

Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek

11

(13)

hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.12 Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan Unsur Kesalahan yaitu prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannnya. Pasal 1365 KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu :

a. Adanya perbuatan; b. Adanya unsur kesalahan; c. Adanya kerugian yang diderita;

d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.13

Kesalahan yang dimaksud adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Pengertian hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini menyebutkan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab, sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Kata “dianggap” dalam prinsip ini sangat penting karena ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia dapat membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua tindakan yang diperlukan

12Ridwan H.R., 2006, Huk um Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 335-337.

13

(14)

untuk menghindarkan terjadinya kerugian, dalam prinsip ini, beban pembuktiannya ada pada si tergugat.

3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua yang telah disebutkan tadi. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas.

4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak disamakan dengan absolute liability, dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab, kecuali apabila kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang dirugikan sendiri.

5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle) ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian strandar yang dibuatnya.14

Sebagai pelaku usaha yang menjual produk yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat secara luas tentunya pelaku usaha juga bertanggungjawab atas keamanan dari produk yang dijual kepada masyarakat tersebut. Dalam kaitannya dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, teori pertanggungjawaban dipergunakan untuk membahas permasalahan kedua .

1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau

14 ibid

(15)

kontrak) secara in action/in abstracto pada setiap peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat (in concreto).15

Penelitian ini dilakukan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum

in concreto itu telah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang atau kontrak telah

dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak, sehingga para pihak yang berkepentingan mencapai tujuannnya. Penelitian yuridis empiris harus dilakukan di lapangan dengan metode dan teknik penelitian lapangan yaitu mengadakan kunjungan dan berkomunikasi dengan para pihak yang berkaitan langsung.

1.8.2 Jenis pendekatan

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum empiris terdapat beberapa pendekatan yaitu :

a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.

b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.

c. Pendekatan fakta (the fact approach)

d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach) e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)

15

(16)

f. Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi yang diteliti.

g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia dengan satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain. 16

Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah, serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan dibahas menggunakan jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach), pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach).

1.8.3 Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,17 maka dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang terjadi pada Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam hal melakukan pengawasan minuman beralkohol ilegal di Provinsi Bali.

1.8.4 Data dan sumber data

Dalam penelitian hukum empiris data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

16

Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Huk um Normatif & Empiris, Pustak a

Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190.

17 Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Huk um, UI press, Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto II) h. 10.

(17)

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh terutama dari penelitian yang dilakukan langsung didalam masyarakat.18 Sumber data primer yang diperoleh dari penelitian ini dengan melakukan penelitian yang berlokasi di Provinsi Bali, yaitu dengan melakukan penelitian pada Balai Pengawas Obat dan Makanan mengenai peredaran minuman beralkohol ilegal. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan dan responden yang ada pada lokasi penelitian tersebut. Informan, adalah orang atau individu yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang diketahuinya. Informan diperlukan didalam penelitian empiris untuk mendapatkan data secara kualitatif. Responden, adalah seseorang atau individu yang akan memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden ini merupakan orang atau individu yang terkait secara langsung dengan data yang dibutuhkan.19

2. data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan bahan-bahan hukum20 sebagai berikut:

i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :

(a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

18 Ibid, h. 156 19 Ibid, h. 174 20

Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metodologi Penelitian Huk um, Cetakan I, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 24.

(18)

(d) Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol;

(e) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol Di Provinsi Bali.

ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku, makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.

iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan ensiklopedi.21

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara dengan mengambil sampel secara Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali dengan mewawancarai para informan dan responden yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Tehnik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini menggunakan tehnik studi dokumen melalui kepustakaan dipergunakan dengan cara mencatat

data-data yang bersumber pada bahan hukum primer maupun dari bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku tulisan dari para sarjana dan bahan hukum tersier yang berupa kamus dan ensiklopedi.

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

21

(19)

Adapun lokasi Penelitian dalam penyusunan penelitian ini pada Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali. Terpilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali mempunyai wewenang untuk mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di masyarakat.

Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara Non Random

Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk

sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan tesis ini maka dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali.

Penentuan informan dilakukan dengan teknik penentuan informan dengan menggunakan metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu dengan mencari informan kunci, kemudian informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi yang diberikan oleh informan kunci. yang diawali dengan menunjuk sejumlah informan yaitu informan yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai dengan objek penelitian ini yakni Pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali.

1.8.7 Teknik pengolahan data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.22 Setelah data dikumpulkan kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang bersifat saling menunjang antara teori dan praktik.

1.8.8 Teknik analisis data

22

(20)

Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan tersebut, digunakan metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.23Dalam metode analisis deskriptif, setelah data dianalisis kemudian disusun kembali secara sistematis sehingga mendapatkan kesimpulan tentang permasalahan hukum dalam penelitian ini.

23

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memberikan batasan dalam penulisan Laporan Akhir ini agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ada, maka ruang lingkup pembahasannya adalah

Sesuai dengan lingkup masalah yang telah ditentukan maka untuk menghindari agar jangan sampai timbul suatu pembahasan yang nantinya keluar dari pokok permasalahan

Agar dalam penulisan proposal skripsi ini permasalahan yang penulis bahas tidak melebar kepermasalahan yang lebih luas, maka penulis membatasi permasalahan pada pengaruh

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu jauh dari materi dalam membahas permasalahan dan keluar jalur dari tujuan penulisan yang ingin dicapai, maka penulis

Penulis memberikan Batasan-batasan agar pembahasan laporan yang akan dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang dibahas, maka penulis membatasi ruang

Untuk menghindari perluasan pada analisa permasalahan, maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu pengambilan data hanya dilakukan pada pengaruh jumlah anggota

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih akurat, penulis pada bab II menjelaskan juga hal-hal yang berdekatan dengan: sistem kepercayaan masyarakat Jepang, pengertian drama

Sesuai dengan lingkup masalah yang telah ditentukan maka untuk menghindari agar jangan sampai timbul suatu pembahasan yang nantinya keluar dari pokok permasalahan