• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah... 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah... 5"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 5

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 5 1.5. Tujuan Penelitian ... 7 a. Tujuan Umum ... 7 b. Tujuan Khusus ... 7 1.6. Manfaat Penelitian ... 8 a. Manfaat Teoritis ... 8 b. Manfaat Praktis ... 8 1.7. Landasan Teori ... 8 1.8. Metode Penelitian ... 15 a. Jenis Penelitian ... 15 b. Jenis Pendekatan ... 16

(2)

d. Tehnik Pengumpulan Data ... 19

e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 19

f. Tehnik Analisis Data ... 20

BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tanggung Jawab ... 21

2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab ... 21

2.1.2 Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab ... 23

2.2 Pengangkutan ... 24

2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Pengangkutan ... 24

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Pengangkutan ... 26

2.2.3 Para Pihak Dalam Pengangkutan ... 28

2.3 Barang ... 31

2.3.1 Pengertian Barang ... 31

2.3.2 Jenis-Jenis Barang ... 32

2.3.3 Ciri-Ciri Barang ... 33

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM AKIBAT TERJADINYA RESIKO PENGANGKUTAN BARANG DI DARAT 3.1 Hak dan Kewajiban Perusahaan Jasa Angkutan Barang ... 34

3.2 Hak dan Kewajiban Pengirim Barang ... 37

3.3 Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Apabila Terjadi Resiko Dalam Pengangkutan ... 38

BAB IV TANGGUNG JAWAB APABILA TERJADI KERUGIAN DALAM PROSES PENGANGKUTAN BARANG DI DARAT 4.1 Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut ... 46

4.2 Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengangkut Barang di Darat Dalam Hal Hilang atau Rusaknya Barang ... 49

(3)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 54 5.2 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA ... 56

(4)

ABSTRAK

Resiko pada saat proses pengangkutan barang melalui darat bisa saja terjadi sehingga diperlukan perlindungan hukum serta tanggung jawab apabila terjadi resiko. Permasalahan yang terjadi yaitu Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pihak akibat terjadi risiko pada saat proses pengangkutan barang melalui darat? dan Siapakah yang bertanggungjawab apabila terjadi kerugian yang timbul dari risiko pada saat proses pengangkutan barang di darat? Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian hukum empiris.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara empiris dapat diketahui bahwa (1) Perlindungan hukum bagi para pihak akibat terjadi risiko pada saat proses pengangkutan barang melalui darat yaitu Perlindungan hukum secara preventif untuk mencegah terjadinya sengketa dapat dilihat dari perjanjian pengangkutan yang sebelumnya telah disepekati antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Perlindungan hukum secara represif sebagai upaya untuk menyelesaikan sengketa dalam hal ini resiko yang terjadi dalam pengangkutan barang dapat dilihat dari adanya Lembaga atau institusi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil alih resiko pihak lain adalah lembaga asuransi dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan asuransi. (2) perusahaan-perusahaan angkutan barang bertanggungjawab untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pihak konsumennya apabila kerugian tersebut memang diakibatkan kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan pengangkutan barang. Pihak perusahaan angkutan barang tidak akan bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh konsumen apabila kerugian tersebut diakibatkan oleh kesalahan dari konsumen itu sendiri karena tidak mempacking barang dengan sempurna dan tidak mensertakan asuransi dalam pengiriman barang tersebut walaupun perusahaan angkutan barang telah menyarankan hal tersebut kepada pihak konsumen.

(5)

ABSTRACT

Risks during the process of transport of goods by road could happen so that the necessary legal protections and responsibilities in the event of risk. What problems occurred that legal protection for the parties as a result of risk occurs during the process of transport of goods by road? and Who is responsible in case of losses arising from risk during the process of transporting goods on land? The research method used in this research is the method of empirical legal research.

Based on the results of research conducted empirically known that (1) Legal protection for the parties as a result of risk occurs during the process of transport of goods by road is legal protection preventively to prevent disputes can be seen from the agreement haulage previously disepekati between the shipper with the shippers. Protection of repressive laws in an attempt to resolve the dispute in this case the risk incurred in transporting goods can be seen from any institution or institutions which have the ability to take over the risk of the other party is an insurance agency in this case is the insurance companies. (2) cargo company responsible for replacing the loss suffered by the consumer if the loss was caused by negligence or errors made by the haulage company. Party goods transportation company will not be liable for losses suffered by the consumer if the loss is caused by the fault of the consumer itself for not mempacking goods perfectly and no insurance mensertakan in the delivery of the goods despite cargo company had suggested the matter to the consumer.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan pengangkutan telah menjadi suatu kebutuhan masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pengangkutan dibagi menjadi tiga macam yaitu; pengangkutan darat, pengangkutan perairan, dan pengangkutan udara yang ketiganya dapat mengangkut orang, barang, maupun jasa.Pengangkutan menurut H.M.N Poerwosutjipto adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, di mana pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang dari satu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. Dari pengertian tersebut memiliki sifat adanya suatu hubungan timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang, namun keduanya memiliki tanggungjawab sendiri – sendiri.1

Adanya pengangkutan merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam menunjang pembangunan ekonomi, demikian juga halnya dengan pengangkutan yang dilakukan di darat.Banyak peristiwa hukum yang berkaitan dengan perjanjian pengangkutan khususnya yang berkaitan dengan tanggungjawab pihak jasa pengiriman barang terhadap rusaknya atau hilangnya barang kiriman tersebut. Pengangkutan merupakan bidang yang vital dalam kehidupan masyarakat,

1

H.M.N Poerwosutjipto, 1995, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 3,

(7)

dengan adanya pengangkutan berbagai kesulitan yang ditemui manusia dapat diselesaikan. Pentingnya pengangkutan dalam kehidupan masyarakat, maka diperlukan hukum pengangkutan dalam hal ini adalah hukum pengangkutan niaga.2

Perlindungan Hukum Pengangkutan bertujuan untuk melindungi kepentingan para pihak yang melakukan kegiatan Pengangkutan Barang Angkutan Darat.Perlindungan Hukum pengangkutan umumnya diatur dalam suatu perjanjian.Berdasarkan perjanjian itu,kedua pihak dapat mengetahui kewajiban dan hak timbal balik pihak-pihak yang timbul karena peristiwa hukum.

Pengangkutan barang merupakan rangkaian kegiatan (peristiwa) pemindahan barang atau penumpang dari satu tempat pemuatan ke tempat tujuan sebagai tempat penurunan pembongkaran barang muatan.3Peristiwa penyelenggaraaan pengangkutan barang terjadi karena adanya perjanjian. Terjadinya perjanjian pengangkutan didahului oleh serangkaian perbuatan penawaran (ofter) dan penerimaan (acceptance) yang dilakukanoleh pengangkut dan pengirim secara timbal balik. Serangkaian perbuatantersebut dilakukan atas “persetujuan” bersama antara pengangkut danpengirim.

Menurut Pasal 1313 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih meningkatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.Selanjutnya Wiryono Prodjodiko, merumuskan perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai

2

Abdulkadir Muhammad, 2013, Hukum Pengangkutan, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 48

3

(8)

harta benda antara dua pihak dalam mana satu pihak berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksaan janji itu.4 Hukum perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata, menganut sistem terbuka hal ini ditunjukan dari bunyi Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyebutkan “Semua Perjanjian yang dibuat, secara sah berlaku sebagai Undang –Undang bagi mereka yang membuatnya.”

Perjanjian Pengangkutan di Indonesia diatur dalam KUH Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUHDagang (KUHD) pada Buku II titel ke V. Selain itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UULLAJ) sebagai Pengganti UU No. 14 Tahun 1992. Menurut Abdulkadir Muhammad perjanjianpengangkutan niaga adalah persetujuan dengan mana pengangkutmengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang ataubarang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat danpengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan.Perjanjianpengangkutan selalu diadakan secara lisan tetapi didukung oleh dokumenpengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi.5

Masalah risiko sering juga terjadi dalam suatu perjanjian.Persoalan risiko ini sering berpokok pangkal pada terjadinya suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian. Setiap terjadinya wanprestasi dan risiko tentu

4

Wirjono Prodjodikoro, 1999, Asas – Asas Hukum Perjanjian, Cet. Kesepuluh, Sumur, Bandung, h.9.

5

(9)

akan menyebabkan timbulnya kerugian.Risiko dalam pengangkutan darat bisa terjadi akibat dari kelalaian pihak pengangkut sendiri maupun karena mengalami kecelakaan atau terjadinya kejahatan sehingga menimbulkan kerugian.

Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan. Dari hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pengangkut maka akan menimbulkan tanggung jawab pengangkut. Maka, segala hal yang mengganggu keselamatan penumpang atau barang tersebut atau yang merugikan penumpang atau barang, pengangkut berkewajiban menanggung segala kerugian yang diderita oleh penumpang atau barang yang diangkutnya tersebut.Wujud tanggung jawab tersebut adalah ganti rugi (kompensasi).6

Terkait dengan tanggungjawab pengangkut menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 468 KUHD “Jika barang rusak pada saat pengiriman yang bertanggungjawab adalah pengangkut.Hal ini dikecualikan oleh keadaan overmacht, maka pengangkut lepas dari tanggungjawab akibat kelalaiannya.”Adapun contoh kasus yang akan dikaji yaitu pada beberapa perusahaan pengangkutan yang beroperasi di Bali. Kasus yang terjadi yaitu berupa hilang atau rusaknya barang saat proses pengangkutan yang terjadi karena mengalami kecelakaan atau terjadinya kejahatan sehingga menimbulkan kerugian. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini dengan mengangkat judul TanggungJawab Perusahaan Jasa Pengangkutan Barang di

6

Ridwan Khairandi dan Machsun Tabroni, dkk, 1999, Pengantar Hukum Dagang Indonesia I,

(10)

Darat Dalam Hal Terjadi Risiko Pada Saat Proses Pengangkutan di Kabupaten Negara.

1.2 Rumusan masalah

Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pihak akibat terjadi risiko pada saat proses pengangkutan barang melalui darat?

2. Siapakah yang bertanggungjawab apabila terjadi kerugian yang timbul dari risiko pada saat proses pengangkutan barang di darat?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut: Pada permasalahan pertama dibahas mengenai perlindungan hukum bagi para pihak akibat terjadi risiko pada saat proses pengangkutan barang melalui darat dan pada permasalahan kedua membahas mengenai pihak yang bertanggungjawab apabila terjadi kerugian yang timbul dari risiko pada saat proses pengangkutan barang di darat.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Tanggungjawab Perusahaan Jasa Pengangkutan Barang di Darat Dalam Hal Terjadi Risiko Pada Saat

(11)

Proses Pengangkutan di Bali adalah sepenuhnya hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan 3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

No NAMA & NIM JUDUL RUMUSAN MASALAH

1. Dinda Adistya Nugraha NIM : 090200395 Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kelalaian Yang Menyebabkan Rusak Atau Hilangnya Barang Pengiriman Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen

(Studi Kasus PT. TIKI Cabang Gelugur Medan)

1. Bagaimanakah tanggung jawab perusahaan PT. TIKI akibat

kelalaian yang

menyebabkan rusaknya atau hilangnya barang?

2. Bagaimanakah perlindungan konsumen dalam perjanjian pengiriman barang?

3. Bagaimanakah penyelesaian perselisihan dalam perjanjian pengiriman barang?

(12)

2. Louis Adi Putra B 111 08 333 Tanggungjawab Pengangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara Negara

1. Bagaimanakah ketentuan yang mengatur fungsi pesawat udara negara berdasarkan Undang -Undang No. 1 tahun 2009 terhadap

pengangkutan barang dan

bagaimana dalam

pelaksanannya?

2. Bagaimana tanggung jawab penyedia jasa titipan kepada

konsumen yang

barang/kargonya dimuat

menggunakan pesawat

udara negara memintakan ganti kerugian akibat hilang, musnah

atau rusak selama dalam pengawasan pengangkut? 3 Daeng Mahardika 050710101160 Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Pengangkutan Barang Angkutan Darat Pada Pa. Karya Marga Di Kota Madya Probolinggo

1. Apa bentuk perlindungan hukum terhadap Pengguna Jasa Pengangkutan Barang Angkutan Darat?

2. Apa akibat Hukum dari perjanjin Jasa Pengangkutan Barang Angkutan Darat? 3. Apa upaya yang dilakukan

apabila pemilik barang mengalami kerugian?

(13)

Berdasarkan penelusuran dari skripsi dengan judul dan pokok permasalahan seperti yang dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa penelitian dengan judul TanggungJawab Perusahaan Jasa Pengangkutan Barang di Darat Dalam Hal Terjadi Risiko Pada Saat Proses Pengangkutan di Bali belum ada yang membahasnya, sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah orisinalitas atau keasliannya.

1.5 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process

(ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam penggaliannya atas kebenaran dalam bidang hukum perdata, khususnya yang berkaitan dengan tanggungjawab perusahaan pengangkut apabila terjadi risiko dalam proses pengangkutan yang mengakibatkan kerugian baik pada pihak pengangkut maupun pihak pengirim.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut mengenai perlindungan hukum bagi para pihak akibat terjadi risiko pada saat proses pengangkutan barang melalui darat.

(14)

bertanggungjawab apabila terjadi kerugian yang timbul dari risiko pada saat proses pengangkutan barang di darat.

1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Perdata di bidang Hukum Pengangkutan terkait dengan tanggungjawab dalam pengangkutan barang di darat.

b. Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi pihak Pelaku Usaha

Bagi pihak pelaku usaha khususnya pengusaha angkutan barang di darat penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran mengenai aspek-aspek hukum yang berkaitan dengan pengangkutan barang di darat terutama apabila terjadi kecelakaan atau terjadinya kejahatan pada saat pengiriman barang tersebut berlangsung yang mengakibatkan kerugian baik bagi pihak pengangkut dan juga pihak konsumen selaku pengirim barang.

2. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi masyarakat terutama mahasiswa ilmu hukum sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut di bidang pengangkutan.

(15)

1.7 Landasan teori

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau menganalisis tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau permasalahan secara kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan metode sinskripsi saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan teori hukum tidak cukup dijawab secara "otomatis" oleh hukum positif karena memerlukan argumentasi atau penalaran.7 Landasan teoritis merupakan dukungan teori, konsep, asas, dan pendapat-pendapat hukum dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan analisis.8 Untuk membahas permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya yaitu:

a. Teori Perlindungan Hukum

Hukum merupakan sarana untuk mewujudkan teori perlindungan hukum. Perlindungan hukum merupakan hak mutlak bagi setiap warga Negara dan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah mengingat Indonesia merupakan Negara hukum. Upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum tentunya yang diinginkan oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari hukum yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum meskipun pada umumnya dalam praktek ketiga nilai dasar tersebut

7

Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka, Yogjakarta,, h. 87.

8

Bahder Johan Nasutiom, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h. 141

(16)

bersitegang, namun haruslah diusahakan untuk ketiga nilai dasar tersebut bersamaan. Teori perlindungan hukum Fitzgerald bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.9 Satijipto Rahardjo juga mengemukakan bahwa “perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.”10

Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.11

Upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum tentunya yang diinginkan oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari hukum yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum. Perlindungan

9

Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Badung, h. 53.

10

Ibid, h. 54.

11

(17)

Hukum menurut C.S.T Kansil adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan hukum manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.12

Menurut Philipus M. Hadjon dalam bukunya “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia” mengemukakan bahwa perlindungan hukum dalam kepustakaan hukum berbahasa Belanda dikenal dengan sebutan “rechtbescheming van de

burgers”. 13 Pendapat ini menunjukkan kata perlindungan hukum merupakan

terjemahan dari bahasa Belanda. Kata perlindungan mengandung pengertian terdapat suatu usaha untuk memberikan hak-hak pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah dilakukan. Ada dua macam bentuk perlindungan hukum yaitu perlindungan hukum yang bersifat preventif dan represif. Preventif artinya perlindungan yang diberikan sebelum terjadinya sengketa, artinya perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, sedangkan sebaliknya perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang muncul

12

C.S.T. Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum an Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Hakarta, h. 23.

13

Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, h. 25

(18)

apabila terjadi suatu pelanggaran terhadap norma-norma hukum dalam peraturan perundang-undangan.14

Teori perlindungan hukum dalam skripsi ini dipergunakan untuk mengkaji permasalahan pertama terkait dengan yang dapat diberikan kepada para pihak akibat terjadi risiko pada saat proses pengangkutan barang melalui darat. Sebagaimana perlindungan hukum yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo perlindungan hukum disini maksudnya agar dapat memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum, begitu juga perlindungan kepada pihak pengangkut yang mengalami risiko pada saat proses pengangkutan dan juga kepada konsumen selaku pihak pengirim barang.

b. Teori Tanggung Jawab

Terdapat dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab

14

(19)

atas undang-undang yang dilaksanakan.Liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.15

Pada hakikatnya subjek hukum (orang maupun kelompok) bertanggung jawab terhadap segala perbuatan hukum yang dilakukannya sehingga apabila seseorang melakukan suatu tindak pidana yang mengakibatkan orang lain menderita kerugian (dalam arti luas), orang tersebut harus bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkannya, kecuali ada alasan yang membebaskannya. Tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan keseluruhan perilaku manusia dalam hubungannya dengan masyarakat ataupun instansi.Suatu tanggung jawab bahkan mempunyai kekuatan dinamis untuk mempertahankan keseimbangan dalam masyarakat.

Tanggung jawab dalam arti hukum adalah tanggung jawab yang benar-benar terkait dengan hak dan kewajibannya.Terdapat 3 (tiga) prinsip atau teori mengenai tanggungjawab, yaitu:

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas adanya unsur kesalahan (fault liability, liability based on fault principle).

2. Prinsip tanggungjawab berdasarkan atas praduga (presumption of liability principle)

15

(20)

3. Prinsip tanggung jawab mutlak (no fault liability/ absolute liability principle).16

Sidharta menguraikan lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip yang berkaitan dengan tanggungjawab dalam memberikan perlindungan hukum yang dapat diuraikan sebagai berikut: 17

1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan

Prinsip tanggungjawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability atau

based on fault) adalah prinsip yang umum dianut. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawaban secara hukum jika terdapat unsur kesalahan yang dilakukan. Berdasarkan prinsip ini konsumen diberikan tanggungjawab untuk membuktikan adanya unsur kesalahan pelaku usaha, yang tentunya berdampak memberatkan konsumen.18

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggungjawab

Prinsip ini menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggungjawab (presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian diletakkan pada tergugat (pelaku usaha). 3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggungjawab

16

E. Saefullah Wiradipradja, 1999, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional, Liberty, Yogjakarta, h. 19

17

Sidharta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, h. 52

18

Erman Rajagukguk, et.al., 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, CV Mandar Maju, Bandung,

(21)

Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip sebelumnya, dimana pihak yang dibebankan untuk membuktikan kesalahan itu terdapat pada konsumen. Konsumen dianggap selalu bertanggungjawab, sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

4. Prinsip Tanggungjawab Mutlak

Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) adalah prinsip tanggungjawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan, tetapi masih terdapat suatu pengecualian yang memungkinkan dibebaskannya dari tanggungjawab, yaitu keadaan force majeure. Prinsip tanggungjawab mutlak ini secara umum dipergunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya pelaku usaha yang memasarkan produk dan merugikan konsumen. Dalam perlindungan konsumen penerapan prinsip tanggungjawab mutlak ini dikenal dengan product liability.

5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan

Prinsip tanggungjawab dengan pembatasan ini (limitation ability principle) sangat disenangi pelaku usaha, karena pelaku usaha dapat membatasi secara maksimal tanggungjawabnya.

6. Product Liability, Professional Liability

Tanggungjawab produk (produk liability) merupakan tanggungjawab produsen untuk produk yang dibawanya kedalam peredaran, yang

(22)

menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut. Melalui prinsip ini, dasar gugatan untuk tanggungjawab produk dapat dilakukan atas landasan adanya:

1) pelanggaran jaminan; 2) kelalaian; dan 3) tanggungjawab mutlak. Dalam kaitannya dengan permasalahan dalam skripsi ini maka teori tanggungjawab dipergunakan untuk membahas rumusan masalah kedua.Tanggung jawab perusahaan pengangkut atas kerugian yang diderita oleh pihak konsumen selaku pengirim barang.

1.8 Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Penelitian hukum terdiri dari dua jenis, yaitu penelitian hukum normatif penelitian hukum empiris.19Peter Mahmud Marzuki memberi pengertian mengenai penelitian hukum sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.20 Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melihat permasalahan dari kenyataan yang ada dalam masyarakat dan dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang objek kejadiannya meliputi ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum

19

Mukti Fajar Nd. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153.

20

(23)

normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau kontrak). Secara in action/in abstracto

pada setiap peristiwa hukum yang telah terjadi dalam masyarakat (in concreto).21

b. Jenis Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.22Sebelum mengemukakan jenis pendekatan yang dipergunakan dalam skripsi ini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai jenis-jenis pendekatan yang terdapat dalam penelitian hukum empiris yaitu :

1. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif adalah suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu data yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Peneliti harus dapat menentukan data atau bahan hukum mana yang memiliki kualitas sebagai data atau bahan hukum yang diharapkan atau diperlukan dan data atau bahan hukum mana yang tidak relevan dan tidak ada hubungannya dengan penelitian. Analisis dengan pendekatan kualitatif ini mementingkan kualitas data. Peneliti yang menggunakan metode analisis kualitatif tidak semata-mata bertujuan mengungkapkan kebenaran saja, tetapi juga memahami

21

Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 134.

22

(24)

kebenaran tersebut.23 2. Pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif adalah melakukan analisis terhadap data berdasarkan jumlah data yang terkumpul. Analisis dengan pendekatan kuantitatif tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus statistik. Hal itu karena dalam proses pengumpulan data menggunakan kuesioner yang masing-masing item jawabannya telah diberi skala. Analisis dengan pendekatan kuantitatif ini akan sangat diperlukan apabila peneliti akan mencari korelasi dari dua variabel atau lebih.24

Dalam penulisan karya ilmiah ini, akan dibahas menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh di lapangan yaitu pada PT. Bali Baja Utama (Negara), PT. Satria Perkasa Transport (Denpasar), dan UD Mekar Sari(Tabanan) dan juga bahan-bahan hukum yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur-literatur terkait dengan topik bahasan yaitu berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam pengangkutan barang melalui darat.

c. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum ini data yang digunakan adalah data primer (lapangan) dan data sekunder (kepustakaan) yaitu sebagai berikut:

1. Data primer

23

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op. cit, h. 192.

24

(25)

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pemilik dan karyawan dari PT. Bali Baja Utama (Negara), PT. Satria Perkasa Transport (Denpasar), dan UD Mekar Sari (Tabanan) ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan dan responden yang ada pada lokasi penelitian tersebut. Informan, adalah orang atau individu yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang diketahuinya dan responden, adalah seseorang atau individu yang mengetahui dan mengalami langsung suatu kejadian.25

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara studi dokumen terhadap bahan-bahan hukum yang terdiri dari :

i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :

(a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(c) Kitab Undang-Undang hukum Dagang;

(d) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

(e) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

25

(26)

ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku, makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan masalah yang dibahas yaitu tentang hukum pengangkutan.

iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan ensiklopedia.26 Kamus yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara dengan mewawancarai para responden maupun informan yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara adalah pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.27

e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara

Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu

26

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 119.

27

Lexy J. Moleong, 2013, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Cet. XXXI, Bandung, h. 186.

(27)

kasus yang terjadi pada PT. Bali Baja Utama (Negara), PT. Satria PerkasaTransport (Denpasar), dan UD Mekar Sari (Tabanan) yang ketiganya terletak di Kabupaten Negara.

f. Teknik Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.28 Setelah data dikumpulkan kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang bersifat saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data, setelah data terkumpul maka langkah penting selanjutnya adalah analisis data.29 Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan maupun kepustakaan di olah dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif sesuai dengan hasil penelitian lapangan dan kepustakaan untuk memperoleh kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.30

28

Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 72.

29

Ibid, h. 19.

30

(28)

Referensi

Dokumen terkait

- BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

Berdasarkan uraian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa, komposisi yang tepat pada produk ini adalah dengan volume tepung jagung yang lebih banyak

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Teori instanton ini secara matematik bisa digunakan pada berbagai teori dikarenakan potensial pada aksi Euklidean tidak dimasukkan secara eksplisit harus bagaimana,

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan yang bergerak di bidang Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan data yang digunakan dalam penelitian ini

Pada dimensi mutu bukti fisik (Tangible), atribut yang menjadi prioritas untuk diintervensi adalah kelengkapan peralatan kesehatan untuk menunjang pelayanan rawat

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Oleh itu pendekatan yang di ambil oleh Majlis Agama Islam Negeri Pulau Pinang (MAINPP) berkerjasama Jabatan Wakaf, Zakat dan Haji (JAWHAR) mengambil inisiatif