• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Hasil dan Pembahasan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV.1 Analisis XRD

Hasil analisis XRD sampel Montmorilonite ditunjukan oleh gambar berikut

Gambar IV.1 Difraktogram XRD (a)montmorillonite, (b)H-montmorillonite, (c)PILC- montmorillonite

Hasil XRD untuk ketiga sampel menunjukan perbedaan yang tidak begitu signifikan. Secara umum pada ketiga difraktogram terdapat puncak-puncak pada 2θ disekitar 20,

a b c 9,6Ǻ 8,9Ǻ 10Ǻ

(2)

35 dan 620 yang merupakan puncak-puncak karakteristik untuk montmorillonite.16 Jarak antar bidang lembaran (basal spacing) d(001) dalam struktur montmorillonite ditunjukkan oleh puncak pada 2θ 9,20 atau setara dengan d(001) sebesar 9,6 A. Hal ini sesuai dengan data literatur yang menyebutkan bahwa jarak antar bidang lembaran montmorillonite adalah sekitar 0,96 nm atau 9,6 Ǻ.

Puncak d(001) bergeser ke 2θ 9,90 pada H-montmorillonte yang setara dengan jarak antar bidang lembaran d(001) 8,9 Ǻ. Penurunan jarak jarak antar bidang lembaran setelah pengasaman monmtmorillonite mengindikasikan terjadinya penyempitan lapisan interlayer akibat penggantian ion Na+ oleh ion H+ dari asam.

Pada montmorillonite hasil pilarisasi ditemukan indikasi perbesaran jarak antar bidang lembaran dari 9,6 Ǻ menjadi 10 Ǻ yang ditunjukkan oleh puncak pada 2θ 8.750. Namun perbesaran yang hanya 0,4 Ǻ tidak diakibatkan oleh interalasi ion Keggin. Berdasarkan beberapa literatur, jarak antar bidang lembaran (basal spacing) d(001) yang diakibatkan oleh pilarisasi ion Keggin berada pada rentang 15-20 Ǻ.1,5 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terbentuknya spesi ion Al yang lain atau terbentuknya ion Keggin yang cacat. Pilarisasi montmorilonite dengan ion Keggin sangat tergantung pada kontrol pH, rasio OH/Al, temperatur dan waktu “aging”.5

IV.2 Analisis SEM

Fotograf hasil analisis SEM ditunjukan oleh Gambar IV.2. Baris pertama menunjukan foto SEM dengan perbesaran 3500 kali, sedangkan baris kedua menunjukkan foto SEM dengan perbesaran 1500 kali. Berdasarkan foto-foto tersebut terlihat jelas bahwa montmorillonite yang belum mendapatkan perlakuan apa-apa membentuk agregat-agregat yang lebih besar bila dibandingkan dengan montmorillonite hasil pengasaman maupun pilarisasi. Pada montmorillonite setelah pengasaman, agregat-agregat tersebut mengecil akibat terjadinya delaminasi lapisan-lapisan silika-alumina oleh asam.

(3)

serupa. Agregat-agregat mengecil akibat terbentuknya pilar-pilar pada antar ruang lapisan silika alumina yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi agregat-agregat montmorillonite hasil pilarisasi terlihat lebih renggang bila dibandingkan dengan montmorilonite hasil pengasaman. Hal ini terjadi karena rongga yang dihasilkan oleh pilar-pilar ion Keggin jauh lebih besar dari rongga-rongga yang dihasilkan oleh delaminasi oleh asam. Ukuran ion Keggin jauh lebih besar bila dibandingkan dengan proton. Akan tetapi dengan ukuran proton yang lebih kecil tersebut, delaminasi terjadi dengan cukup mudah dan lebih merata. Sedangkan ion Keggin yang ukurannya besar tidak terlalu mudah masuk ke lapisan antar ruang dari montmorillonite, sehingga tidak seluruh bagian montmorillonite yang berhasil dipilar. Hal tersebut menjelaskan fenomena lain yang terlihat pada gambar, bahwa agregat-agregat montmorillonite hasil pengasaman terlihat lebih homogen dibandingkan dengan montmorillonite hasil pilarisasi.

Gambar IV.2 Fotograf SEM, baris pertama dengan perbesaran 3500 kali, dan barisan kedua dengan perbesaran 1500 kali, untuk (a) montmorillonite, (b) H-montmorillonite, (c)

PILC-montmorillonite

(4)

IV.3 Analisis BET (Luas Permukaan)

Hasil pengukuran luas permukaan montmorillonite dengan menggunakan BET ditunjukan oleh table dibawah ini

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa baik metode pengasaman maupun pilarisasi dapat memperbesar luas permukaan montmorillonite. Perbesaran luas permukaan tersebut melalui mekanisme yang berbeda.antara pengasaman dan pilarisasi. Pada pengasaman, terjadi delaminansi dimana asam tersebut seolah-olah melucuti ion logam yang ada di kisi-kisi mntmorillonite sehingga ikatan antar lembaran-lembaran oksida dalam struktur kristal montmorillonite menjadi lebih lemah. Hal ini meningkatkan luas permukaan eksternal montmorillonite dan menciptakan mesopori permanent. Sedangkan proses pilarisasi meningkatkan luas permukaan montmorillonite melalui pembentukan pilar-pilar (penyangga) yang terjadi akibat penggantian

exchangeable cation seperti Na dengan ion polioksokation (ion Keggin) yang

ukurannya jauh lebih besar. Berdasarkan beberapa literatur, proses pilarisasi dapat meningkatkan luas permukaan montmorilonite antara 250 hingga 600 m2/gr.1,5,15

Rendahnya luas permukaan montmorillonite hasil pilarisasi pada penelitian menandakan hanya sebagian ion Keggin yang berhasil mejadi penyangga. Hal ini

Tabel IV.1 Analisis luas permukaan montmorillonite (BET) Sampel Luas Perm (m2/gr)

montmorillonite 101,58 H-montmorillonite 148,87 PILC-montmorillonite 131,91

(5)

pengadukan. Kondisi yang terlalu asam atau basa menyebabkan ion tersebut gagal terbentuk.

IV.4 Uji Keasaman

Kekuatan asam montmorillonite dilambangkan dengan jumlah mmol basa yang dapat dinetralkan oleh setiap 1 gr sample montmorillonite. Berikut adalah hasil analisis kekuatan asam montmorillonite murni dan montmorillonite yang sudah dimodifikasi.

Tabel IV.2 Uji keasaman montmorillonite Sampel mmol NaOH/gr sampel

montmorillonite 0,2 H-montmorillonite 0,54 PILC-montmorillonite 0.18

Berdasarkan tabel diatas, kuantitas NaOH yang dapat dinetralkan oleh H-montmorillonite lebih dari dua kali montmrillonite awal. Hal ini mengindikasikan bahwa metode pengasaman meningkatkan keasaman permukaan montmorillonite. Hal ini disebabkan oleh penggantian ion Na+ pada lapisan interlayer oleh H+ dari asam serta terjadinya delaminasi. Akan tetapi pilarisasi tidak memberikan efek yang signifikan terhadap keasaman katalis.

IV.5 Uji Aktifitas

Aktifitas katalitik montmorillonite diuji untuk mengkatalisis reaksi esterifikasi.PFAD. Berikut adalah konversi yang dicapai oleh masing-masing sampel montmorillonite.

(6)

Tabel IV.3 Uji aktivitas montmorillonite Katalis PFAD (%) Konversi montmorillonite 41.7

H-mont 53.5 PILC-mont 50.3 Asam Sulfat 97.9

Berdasarkan Tabel IV.3 dapat disimpulkan bahwa montmorillonite hasil modifikasi baik melalui pilarisasi maupun pengasaman memiliki aktifitas katalitik yang lebih baik bila dibandingkan dengan montmorillonite semula. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan konversi yang dicapai. Montmorillonite hasil pengasaman menunjukan aktivitas katalitik yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena pengasaman selain meningkatkan luas permukaan spesifik juga meningkatkan keasaman montmorillonite. Sebagai pembanding, uji aktivitas katalitik juga dilakukan untuk katalis yang sudah umum dipakai yaitu asam sulfat dengan kondisi operasi yang sama. Asam sulfat yang digunakan adalah asam sulfat 98% dengan jumlah disesuaikan dengan keasaman montmorillonite sebelum dimodifikasi. Berdasarkan perhitungan, konversi reaksi esterifikasi dengan asam sulfat mencapai 98%. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan konversi yang dicapai oleh montmorillonite, sekalipun sudah mengalami modifikasi.

Ada 2 faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya konversi dengan menggunakan katalis montmorilonite bila dibandingkan dengan katalis asam sulfat. Pertama, tidak semua pusat aktif yang bisa disinggahi oleh reaktan terutama PFAD. Seperti yang telah dikemukakan pada bagian pendahuluan, PFAD disusun oleh asam-asam lemak rantai panjang seperti asam palmitat yang memiliki atom karbon 16 dan asam stearat, asam oleat dan asam linoleat yang memiliki atom karbon 18. Berdasarkan hasil analisis BET, diperoleh data bahwa montmorillonite juga memiliki pori-pori yang berukuran mikro

(7)

berukuran mikro, sehingga pusat-pusat asam yang terdapat pada bagian dalam mikropori jadi tersia-siakan. Kendala ini tentunya tidak akan ditemukan bila katalis yang digunakan adalah katalis homogen seperti asam sulfat, dimana semua molekul asam sulfat dapat menjalankankan fungsinya sebagai katalis. Faktor yang kedua adalah diduga bahwa hanya pusat-pusat asam Bronsted yang bermanfaat mengkatalisis reaksi esterifikasi. Hal ini sesuai dengan mekanisme reaksi esterifiksi yang selalu didahului oleh tahap protonasi seperti yang ditunjukan oleh Gambar IV.2.

Gambar IV.2 Mekanisme reaksi esterifikasi

Pada tahap protonasi, diperlukan sumbangan proton dari katalis untuk mengaktifkan karbokation yang berada pada gugus karboksilat asam lemak. Karbokation inilah yang kemudian diserang oleh oksigen dari alkohol. Berdasarkan mekanisme yang dipaparkan tersebut, disimpulkan bahwa katalis yang mengandung asam-asam Bronsted lebih pantas untuk menginisiasi reaksi esterifikasi. Di sisi lain, montmorillonite mengandung pusat asam Lewis maupun pusat asam Bronsted. Jadi, meskipun digunakan masing-masing montmorillonite dan asam sulfat dengan tingkat keasaman yang sama untk mengkatalisis reaski esterifikasi PFAD, aktivitas katalitik asam sulfat tetap lebih tinggi karena semua molekul asam sulfat bertindak sebagai asam Bronsted yang menginisiasi reaksi teesebut.4 Pengasaman dengan asam sulfat meningkatkan keasaman tipe Bronsted, sedangkan pilarisasi dengan ion Al lebih cenderung meningkatkan keasaman tipe Lewis pada montmorillonite.

Gambar

Gambar IV.2 Fotograf SEM, baris pertama dengan perbesaran 3500 kali, dan barisan kedua  dengan perbesaran 1500 kali, untuk (a) montmorillonite, (b) H-montmorillonite, (c)
Tabel IV.1 Analisis luas permukaan montmorillonite (BET)  Sampel  Luas Perm (m 2 /gr)
Tabel IV.2 Uji keasaman montmorillonite Sampel  mmol NaOH/gr
Tabel IV.3 Uji aktivitas montmorillonite  Katalis  Konversi  PFAD (%)  montmorillonite 41.7  H-mont 53.5  PILC-mont 50.3  Asam Sulfat  97.9
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam karya seni rupa unsur-unsur tersebut disusun menjadi desain atau komposisi berdasarkan prinsip-prinsip seperti proporsi, keseimbangan, kesatuan, variasi,

Galur-galur murni yang terpilih tersebut dapat langsung masuk pada uji daya hasil, atau perlu perbaikan lagi dengan mengumpulkan sebanyak mungkin sifat yang diinginkan pada satu

“International Custom, as evidence International Custom, as evidence of a general practice accepted as of a general practice accepted as law..

Peneliti pada penelitian ini mengambil judul Berdasarkan penyampaian diatas maka peneliti memandang perlu untuk dilakukannya penelitian untuk melakukan komparasi efektivitas

Pada halaman admin menggunakan struktur navigasi campuran, karena pertama admin login terlebih dahulu, maka akan masuk ke halaman index admin yang didalamnya terdapat menu

permasalahan Kekuatan/ potensi Kelemahan/ permasalahan  pendorong perkembangan perekonomian berupa pertanian/perkeb unan, peternakan dan wisata sejarah  Secara umum,

Jadi kesimpulannya adalah adanya perbedaan tidak nyata penambahan ekstrak daging buah mahkota dewa sebagai pengawet alami terhadap aroma cuko pempek selama

Komunitas Bisnis Tangan Di Atas (TDA) adalah komunitas wirausaha terbesar di Indonesia, wadah bergabungnya para wirausahawan di Indonesia. Beberapa program banyak dilakukan