• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIASI PERBANKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DAN NASABAH ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEDIASI PERBANKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DAN NASABAH ARTIKEL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIASI PERBANKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

SENGKETA ANTARA BANK DAN NASABAH

(Studi Pada Kantor Bank Indonesia Dan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Padang)

ARTIKEL

LISTYA ATIKA ARDI

1210012111235

BAGIAN HUKUM PERDATA

PROGRAM STRATA SATU

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2015

(2)
(3)

MEDIASI PERBANKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DAN NASABAH

(Studi Pada Kantor Bank Indonesia Padang dan Pada Kantor Otoritas Jasa Keuangan Padang)

Listya Atika Ardi1, Syafril,S.H.,M.H1, Elyana Novira,S.H.,M.H1

1

Legal Studies Program, Faculty of Law, Bung Hatta University E-mail: listyaatikaardi@gmail.com

Abstract

The dispute between bank and it customers can be solved through an alternative dispute resolution which is done by Indonesian Central Bank based on PBI Number 8/5/PBI/2006 regarding Banking Mediation, also through Financial Services Authority based on POJK Number 1/POJK.07/2014 regarding Altenative Dispute in Financial Services Sector. The problem that will be discussed are: (1) What is the cause of dispute emergence between bank and customers? (2) How is the role of Indonesian Central Bank in dispute resolution between bank and customers through banking mediation after the launching of POJK Number 1/POJK.07/2014 regarding Alternative Dispute Resolution in Financial Service Sector? To answer the problems, the writer do the research using juridicial sosiologis method, getting the primary data through interview and secondary data through related document. The data is analyzed qualitatively. It can be concluded that (1) The cause of the dispute between bank and customer come from the customers themselves that do not understand their rights and obligations, and from the bank party who are less transparent, (2) Indonesian Central Bank still do its role in banking mediation, but it focuses on the in payment system. Keyword: Banking Mediation, Alternative Dispute Resolution, Bank and

(4)

Pendahuluan

Salah satu sendi dalam

pembangunan ekonomi Indonesia

terletak pada industri perbankan.

Dalam sistem hukum Indonesia,

apapun bentuk praktek perbankan harus berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila serta Tujuan

Negara yang tercantum dalam

Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Secara yuridis formal pengakuan mengenai eksistensi perbankan sudah ada sejak dilahirkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan dan selanjutnya diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Sebagai badan usaha dalam dunia modern sekarang ini,

peranan bank dalam memajukan

perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan pada masa yang akan datang kita tidak

akan dapat terlepas dari dunia

perbankan, jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau

perusahaan.1

Sebagai suatu lembaga

keuangan, bank memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Dimana bank merupakan suatu

nyawa bagi perekonomian suatu

negara. Oleh karena itu, maju

mundurnya bank pada suatu negara menjadi ukuran kemajuan dari negara yang bersangkutan. Dimana peranan bank dalam pengendalian suatu negara

akan terlihat jika negara yang

bersangkutan mengalami kemajuan. Artinya bahwa keberadaan lembaga perbankan sangat dibutuhkan oleh

masyarakat.2

Dalam rangka menarik minat

nasabah untuk melakukan

penyimpanan dana di bank, bank akan menawarkan berbagai macam hadiah-hadiah, mengadakan berbagai undian, menawarkan berbagai biaya serta

1 Kasmir,2014,Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi 2014,PT.Rajagrafindo

Persada,Jakarta.hlm.3

(5)

bunga yang lebih menarik, serta berbagai cara-cara yang menarik lainnya. Sehingga dengan adanya upaya-upaya untuk menarik minat nasabah tersebut, banyak masyarakat yang akan melakukan penyimpanan dana pada bank yang nantinya dana

tersebut akan disalurkan kepada

masyarakat yang membutuhkan dana

melalui transaksi-transaksi seperti

pemberian kredit, bahkan saat ini masyarakat bisa memanfaatkan sarana-sarana fasilitas bank seperti kartu kredit (credit card), anjungan transaksi mandiri (ATM), surat-surat berharga,

dan lain sebagainya.3Terlihat jelas

bahwa kedudukan bank adalah sebagai

lembaga yang berhubungan erat

dengan masyarakat dan mempunyai

hubungan intermediasi dengan

masyarakat itu sendiri.

Dalam perspektif

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, baik

perjanjian simpanan maupun

perjanjian kredit, kedudukan nasabah bank merupakan konsumen yang harus

3

Rahmadi Usman,2001,Aspek-Aspek

Hukum Perbankan Indonesia,PT.Gramedia

Pustaka Umum,Jakarta,hlm.14-16

memperoleh perlindungan hukum.

Perlindungan hukum bagi nasabah bank seharusnya sudah dilakukan pada tahap pra-perjanjian sampai dengan

pelaksanaan perjanjian. Ketika

hubungan hukum antara bank dan nasabah mulai tercipta, maka sejak

itulah timbul adanya peluang

terjadinya wanprestasi baik itu dari pihak nasabah maupun dari pihak bank itu sendiri. Dengan adanya wanprestasi dalam suatu perjanjian antara bank dan nasabah, akan menjadi suatu sengketa bagi para pihak yang dalam dunia perbankan disebut dengan sengketa perbankan.

Dalam prakteknya, pada

penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah jarang dijumpai penyelesaian sengketa tersebut dilakukan melalui jalur non-litigasi. Mengingat bahwa perjanjian yang dibuat antara bank dan nasabah tidak mencantumkan klausul bahwa jika adanya sengketa maka

akan diselesaikan melalui jalur

arbitrase, mediasi dan lain sebagainya seperti yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999

(6)

Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.4

Dalam upaya mengurangi

berbagai keluhan nasabah tersebut,

maka Bank Indonesia sebagai

BankSentraldiIndonesia mengeluarkan peraturan yang menjadi dasar hukum bagi nasabah untuk menyatakan ketidakpuasannya dan mengajukan

aduan kepada pihak perbankan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang

Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Melalui ketentuan ini, maka diberikan kesempatan bagi nasabah

untuk menyampaikan segala

ketidakpuasannya terhadap berbagai

jenis transaksi perbankan yang

dilakukan.

Kemudian, jika nasabah merasa kurang puas dengan penyelesaian tersebut, Bank Indonesia mengambil inisiatif untuk mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan.

4Richad Sahat Ritonga,2007,Mediasi Perbankan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank dan Nasabah,USU

Repository,hlm 7

Dengan adanya permasalahan yang menjadi keluhan bagi nasabah bank, baik mengenai permasalahan dari produk perbankan yang dilakukan maupun permasalahan mengenai cara kerja petugas pada perbankan yang tidak simpatik dan kurang professional khususnya petugas service point, seperti teller, customer service, dan satpam.

Namun semenjak dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan pada akhir tahun 2011, Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut OJK mulai efektif tahun 2013 untuk mengawasi lembaga keuangan bukan bank, dan pada tahun 2014 OJK pun efektif mengawasi lembaga keuangan.

Dengan dibentuk OJK, fungsi pengawasan serta pengaturan lembaga perbankan yang sebelumnya dikuasai oleh Bank Indonesia beralih fungsi ke OJK. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan,

Dalam hal penyelesaian

sengketa antara bank dan nasabah yang saat ini menjadi wewenang dari

OJK ,maka OJK mengeluarkan

(7)

perlindungan konsumen sektor jasa keuangan yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 01/POJK.07/2013.

Dimana dengan dikeluarkannya

peraturan tersebut tercapai tujuan daripada OJK dalam hal untuk melindungi kepentingan konsumen industri jasa keuangan. Demikian dalam hal penyelesaian sengketa yang timbul antara bank dan nasabah, OJK juga mengeluarkan suatu peraturan yang mengatur mengenai lembaga alternatif penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan yaitu Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan.

Dalam Ketentuan Pasal 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1/POJK.07/2014 tentang

Lembaga Alternatif Penyelesaian

Sengketa di Sektor Jasa Keuangan tercantum bahwa salah satu bentuk

pelayanan penyelesaian sengketa

antara bank dan nasabah ialah melalui mediasi. Selain mediasi perbankan merupakan wewenang dari Bank Indonesia, mediasi juga merupakan wewenang daripada OJK.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis

skripsi dengan judul “Mediasi

Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah”.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pegumpulan data yang digunakan adalah berupa wawancara.

Sebelum melakukan wawancara,

penulis terlebih dahulu

mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada informan yang dalam hal ini adalah dengan Bapak Agusman Piliang pada bagian Perizinan dan Pengawasan Sistem

Pembayaran pada Kantor Bank

Indonesia Padang dan kepada Ibu

Cristy Rosyemary pada bagian

Edukasi dan Perlindungan Konsumen pada Kantor Otoritas Jasa Keuangan Padang. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan ada pertanyaan baru

yang muncul ketika melakukan

wawancara dengan informan. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif, dimana semua hasil dari penelitian akan diuraikan yang pada

(8)

akhirnya bermuara pada suatu

kesimpulan jawaban atas

permasalahan yang dikemukan. Sebab Timbulnya Sengketa Antara Bank dan Nasabah

Dalam hal menghimpun dana dari masyarakat, bank berdasarkan pada prinsip kepercayaan dimana saat masyarakat percaya kepada bank maka masyarakat akan merasa aman untuk menyimpan dana atau uangnya pada bank. Bank juga harus menjaga tingkat kepercayaan tersebut agar masyarakat menyimpan dana atau uangnya di bank sehingga bank memiliki dana untuk disalurkan kepada masyarakat.

Dalam bentuk interaksi yang begitu intensif antara bank dan nasabah, dimana bank berusaha untuk

menarik nasabah kedalam suatu

perjanjian. Perjanjian antara bank dan nasabah tersebut berupa perjanjian simpanan dan perjanjian kredit yang mengikat bagi bank dan nasabah dan

berujung pada timbulnya suatu

hubungan hukum. Dengan timbulnya suatu hubungan hukum antara bank dan nasabah, maka akan timbul juga peluang terjadinya sengketa akibat

salah satu pihak melakukan

wanprestasi.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 13 November 2015 dengan Ibu Cristy Rosyemary pada bagian edukasi dan perlindungan konsumen pada kantor Otoritas Jasa Keuangan Padang, dan dengan Bapak Agusman Piliang pada bagian perizinan dan pengawasan sistem pembayaran, dapat disimpulkan bahwa:

Penyebab timbulnya sengketa antara bank dan nasabah adalah karena banyaknya pihak nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya. Nasabah hanya mengetahui apa yang menjadi haknya sebagai nasabah suatu bank sebagai pelaku usaha jasa keuangan.

Dalam hal ini, bukan berarti seluruh nasabah tidak mengetahui

kewajibannya, hanya beberapa

nasabah yang tidak melakukan

kewajibannya yang pada akhirnya berujung timbulnya sengketa. Banyak nasabah yang mengalami kerugian akibat dari kelalaian nasabah itu sendiri.

Seperti, nasabah pengguna

produk bank seperti ATM atau Kartu Kredit, dimana ATM atau Kartu Kredit

(9)

mereka digunakan oleh orang lain tanpa sepengetahuannya, yang pada akhirnya pemilik ATM atau Kartu Kredit tersebut menyadari bahwa berkurangnya saldo pada saat men-cek saldo melalui ATM-nya, atau besarnya tagihan yang harus dibayarkan akibat penggunaan Kartu Kredit tersebut dan berujung komplain ke pihak pelaku usaha jasa keuangan atau banknya.

Pihak bank akan menanggapi

komplain tersebut dengan

memperlihatkan bukti yang tercatat pada mesin transaksi yang terdapat pada bank.

Jika pihak nasabah tetap

menentang bahwa ia tidak pernah

melakukan transaksi tersebut

sebagaimana tercatat pada bukti

transaksi pada bank, maka disinilah sengketa itu berawal yang pada akhirnya diselesaikan dulu oleh bank

tersebut dengan nasabah yang

bersangkutan. Jika pada akhirnya tidak

menemukan kesepakatan untuk

perdamaian, makan para pihak bisa melanjutkan sengketa tersebut melalui penyelesaian sengketa baik secara litigasi maupun non-litigasi.

Namun timbulnya sengketa juga tidak terlepas dari pihak pelaku usaha jasa keuangannya atau dari pihak bank yang tidak bersifat terbuka dalam pemberian informasi mengenai berbagai layanan dari berbagai produk bank seperti penggunaan Kartu kredit,

ATM dan lainnya, sehingga

menimbulkan ketidak pahaman secara

utuh pada nasabah terhadap

karakteristik produk atau jasa

perbankan yang ditawarkan dan juga menimbulkan ketimpangan hubungan

antara bank dan nasabah yang

berujung pula pada timbulnya

sengketa.

Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang baik antara bank dan

nasabahnya, bahwa bank wajib

memberikan informasi yang jelas kepada nasabahnya dan nasabah lebih memahami lagi kewajibannya sebagai

nasabah dan tidak hanya

mengedepankan haknya saja sebagai nasabah suatu bank.

Peran Bank Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa Antara Bank dan Nasabah Melalui Mediasi Perbankan Setelah Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(10)

Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Keuangan

Mediasi perbankan merupakan suatu proses penyelesaian sengketa

antara bank dan nasabah yang

melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dari sengketa tersebut.

Semenjak dibentuknya dan

efektifnya lembaga OJK dan

dikeluarkannya Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, maka nasabah akan mendapatkan

perlindungan. Dan dalam hal

penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah, Otoritas Jasa Keuangan mengeljuarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014

Tentang Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan. Jadi, disini terlihat bahwa peran mediasi perbankan di lakukan oleh dua lembaga yaitu oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Menurut hasil wawancara pada tanggal 13 November 2015 dengan Ibu

Cristy Rosyemary pada bagian

edukasi dan perlindungan konsumen pada kantor Otoritas Jasa Keuangan Padang, dan dengan Bapak Agusman Piliang,dapat disimpulkan bahwa:

Mediasi perbankan memang dilakukan oleh dua lembaga yaitu pada Otoritas Jasa Keuangan dan pada Bank

Indonesia, dan hanya terdapat

perbedaan kompetensinya saja. Namun kedua lembaga tersebut berperan sebagai fasilitator untuk memfasilitasi para pihak yang bersengketa.

Pada Otoritas Jasa Keuangan,

lembaga ini melakukan mediasi

terhadap pengaduan nasabah yang

sengketanya diluar dari sistem

pembayaran. Karena untuk pengaduan nasabah mengenai sistem pembayaran

merupakan kompetensi Bank

Indonesia. OJK yang bertindak sebagai

fasilitator dalam penyelesaian

sengketa antara bank dan nasabah yang menyediakan layanan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Dalam hal sebagai fasilitator,

OJK tetap mengarahkan bahwa

pengaduan yang diajukan ke Otoritas

Jasa Keuangan harus melalui

(11)

melalui telepon. Pada kantor OJK, khususnya OJK Provinsi Sumatera Barat belum terdapat mediator yang bersertifikasi, karena mediator masih berkedudukan di OJK Pusat di Jakarta,

namun Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa menyediakan

layanan dengan memanfaatkan

teknologi informasi dengan

menggunakan teknologi teleconference dan/atau video teleconference.

Dengan adanya fasilitas ini,

fasilitator pada OJK yang

berkedudukan di OJK pusat tidak harus mendatangi kantor OJK yang

membutuhkan fasilitator dalam

penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mediasi dilakukan oleh OJK

hanya menangani pengaduan

mengenai sengketa di bidang

perbankan, pasar modal, dan pensiun, asuransi jiwa, pembiayaan, perusahaan gadai, atau pinjaman, dan di bidang asuransi umum sebagaimana terdapat dalam Ketentuan Pasal 41 Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Pelindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan. Dan selain mengenai

sengketa diatas, dalam hal sistem

pembayaran seperti kerugian yang ditimbulkan dalam kegiatan instrument pemindahan dan penarikan dana, kerugian dalam penggunaan Kartu Kredit, Kartu ATM/Debet, transfer dana, uang elektronik, penyediaan dan

penyetoran uang rupiah,

penyelenggaraan sistem pembayaran, dan lainnya, merupakan kompetensi dari Bank Indonesia.

Jika diamati secara cermat, terlihat bahwa Bank Indonesia dan OJK memiliki peran yang sama yaitu sebagai fasilitator dalam penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah, dan hanya terdapat perbedaan dari segi

jenis sengketa yang menjadi

kompetensi masing-masing lembaga

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Otoritas Jasa Keuangan Padang dan pada

Kantor Bank Indonesia Provinsi

Padang, dapat disimpulkan:

a. Bahwa sengketa yang timbul antar

bank dan nasabah disebabkan

karena adanya kelalaian sendiri dari pihak nasabahnya dan juga adanya ketidak terbukaan pihak pelaku

(12)

usaha jasa keuangan atau pihak bank dalam memberikan informasi berbagai karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan oleh pihak pelaku usaha jasa keuangan atau pihak bank.

b. Bahwa mediasi perbankan

dilakukan oleh Otoritas Jasa

Keuangan dalam bidang

perbankan, pasar modal, dan

pensiun, asuransi jiwa, pembiayaan, perusahaan gadai, atau pinjaman, dan di bidang asuransi umum. Sedangkan mediasi perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia khusus untuk sengketa di bidang

Sitem Pembayaran seperti,

Instrument Pemindahan dan

penarikan dana, APMK (Kartu Kredit, Kartu ATM/Debet), transfer dana, uang elektronik, penyediaan

dan penyetoran uang rupiah,

penyelenggaraan sistem

pembayaran dan lainnya. Dan untuk

kedua lembaga tersebut pada

dasarnya bertindak sebagai

fasilitator.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Bambang Sunggono,2013, Metode

Penelitian Hukum,PT.

Rajagrafindo Persada, Jakarta. Gatot Supramono,2009, Perbankan

dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis,PT.

Rineka Cipta, Jakarta.

Jimmy Joses Sembiring,2011,Cara

Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan,Cet-1,Visimedia,Jakarta. Kasmir,2015, Dasar-Dasar Perbankan,Ed.2014,Rajawali Pers,Jakarta.

Lukman Santoso,2011,Hak dan

Kewajiban Hukum Nasabah Bank,Cet-1,Pustaka

Yustisia,Yogyakarta.

Muhammad Djumaha,1996, Hukum

Perbankan Di

Indonesia,PT.Citra Aditya

Bakti,Bandung.

Munir Fuady, 1999, Hukum

Perbankan Modern, Cet-1,

PT.Citra Aditya

(13)

Neni Sri Imaniyati,2008, Hukum

Perbankan untuk Lingkungan

Sendiri, Fakultas Hukum

Unisba,Bandung.

Nurnaningsih Amriani, 2012, Mediasi

Alternatif Penyelesaian

Sengketa Perdata di

Pengadilan,Rajawali

Pers,Jakarta.

Rahmadi Usman,2001,Aspek-Aspek

Hukum Perbankan Indonesia,

PT.Gramedia Pustaka

Umum,Jakarta.

Remy Sjahdeni,1993,Kebebasan

Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut

Bankir Indonesia,Jakarta. Salim H.S,2011, Hukum Kontrak Teori

& Teknik Penyusunan Kontrak,

Cet-8,Sinar Grafika, Jakarta. Soerjono Soekanto, Sri Mamudji,2013,

Penelitian Hukum Normatif,

Rajawali Pers,Jakarta.

Sudiarto,2013, Negosiasi,Mediasi, &

Arbitrase Penyelesaian

Sengketa Alternatif di

Indonesia, Pustaka Reka Cipta,

Bandung.

Syahrizal Abbas, 2011, Mediasi dalam

Hukum Syariah, Hukum Adat, & Hukum Nasional, Ed.1

Cet-2, Kencana, Jakarta.

Takdir Rahmadi,2010, Mediasi

Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,Rajawali

Pers, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 Tentang

Perbankan

Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999

Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesain

Sengketa

Peraturan Bank Indonesia Nomor

(14)

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/7/PBI/2005 Tentang

Penyelesaian Pengaduan

Nasabah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/1/PBI/2008 Tentang

Perubahan Atas Peraturan

Bank Indonesia Nomor

8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1/POJK.07/2013

Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa

Keuangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1/POJK.07/2014

Tentang Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa Di

Sektor Jasa Keuangan C. Sumber Lain

Ali, 2015, Pengertian Mediasi

Menuru Pakar,

http://www.pengertianpakar. com/ 2015/03/pengertian-mediasi-menurut

pakar.html/m=1, diakses pada tanggal 17 September 2015 Asma1981,2012,Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah,http://asma1981. Blogspot.co.id/2012/09/perlind ungan-hukum-terhadap-nasabah.html/m=1,diakses pada tanggal 15 September 2015

Bismar Nasution,2007,Penyelesaian

Sengketa Alternatif Melalui-Mediasi,

http://bismarnasty.files.wordpr ess.com/2007/06/penyelesaian-

sengketa-alternatif-melalui-mediasi.pdf,hlm.5, diakses

pada tanggal 15 September 2015

Ekonomi Holic,2015,Tugas dan

Wewenang Bank Indonesia (Bank

(15)

holic.com/2015/01/tugas-dan- wewenang-bank-indonesia-bank.html?m=1,diakses pada tanggal 4 November 2015 Erna Priliasari,2010, Mediasi

Perbankan Sebagai Wujud Perlindungan Terhadap Nasabah Bank,http://ditjenpp.kemenkum ham.go.id/hukum-perbankan- sebagai-wujud-perlindungan-tehadap-nasabah-bank.html, Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015

Infobankterbaru,2015,Pengertian Bank

Sentral, Beserta Fungsi, Peran, dan Fungsinya,http://infobankterba ru.blogspot.co.id/2015/02/peng ertian- bank-sentral-beserta- fungsi-peran-dan-fungsinya.html/m=1,diakses pada tanggal 28 Oktober 2015

Muliaman D, Hadad, Perlindungan

Dan Pemberdayaan Nasabah Bank Dalam Arsitektur Perbankan

Indonesia,http://www.google.c

om, hlm.1-2, diakses pada tanggal 16 September 2015

Referensi

Dokumen terkait

Catatan: Bila terdapat dokumen, fasilitas, dan atau hal lainnya yang berhubungan dengan kondisi ruang kelas dapat ditulis dalam instrumen kualitatifa. B Laboratorium:

Pekerjaan langit-langit meliputi pemasangan rangka dan penutup plafon. Untuk rangka digunakan kayu minimal kelas kuat 3 dan diberi lapisan pelindung hama

Salah satu metode numerik yang dapat digunakan untuk mencari penyelesaian numerik persamaan diferensial non linear adalah metode Adams-Bashforth- Moulton..

Direktur, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi dan dosen dalam menyelenggarakan kegiatan penilaian penididikan atau kemajuan belajar mahasiswa atau penilaian hasil

Adapun alasan sehingga penelitian ini dilakukan adalah peneliti ingin membahas dan mengungkapkan secara mendalam mengenai kemampuan siswa SMP Negeri 1 Sinjai Selatan dalam

Sesuai tujuan dari penelitian ini, sudah dihasilkan perancangan pembuatan kalkulator fisika pada pokok bahasan Induksi Elektromagnetik dengan menggunakan aplikasi

Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  sistem  kompensasi  yang  diterapkan  di  RS PMI Bogor cukup sesuai dengan  harapan  karyawan dengan skor rataan 3,15. 

[r]