BAB
PROFIL SANITASI
WILAYAH
3.1
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene
Pada hakekatnya satu variabel yang acapkali mendapat perhatian khusus
dalam menilai kondisi kesehatan dan pola hidup masyarakat. Faktor perilaku,
pelayanan, kesehatan dan genetik, lingkungan juga turut menentukan baik buruknya
status derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Sinjai. Salah satu tugas Pemerintah
Kabupaten Sinjai dibidang kesehatan adalah melakukan pencegahan penyakit dan
penyehatan lingkungan pemukiman.
Program Penyehatan Lingkungan dilaksanakan secara terpadu baik dengan
lintas program maupun lintas sektor, dengan melakukan intervensi terhadap faktor
resiko lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain itu juga melalui
pemberdayaan melalui partisipasi masyarakat terhadap pengawasan lingkungan.
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah.
Dengan tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang lebih baik, yang pada gilirannya memperoleh kehidupan dan prilaku hidup sehat
dan produktip. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai mengenai sarana sanitasi
dasar.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
2
3.1.1
Tatanan Rumah Tangga
Berdasarkan capaian hasil kegiatan dapat dinilai bahwa upaya yang telah
dilakukan melalui tiga pogram pokok yakni peningkatan pelayanan kesehatan dan
pengembangan desa sehat serta Program Jaminan Kesehatan Daerah berdampak
pada Derajat Kesehatan Masyarakat yakni ; Infant Mortality Rate (Kematian Bayi),
Maternal Mortality Rate (Kematian Ibu) dan Child Mortality Rate (Kematian Balita).
Namun yang paling besar pengaruhnya terhadap ketiga Indikator tersebut adalah
Program Desa Sehat. Program Desa Sehat memuat sepuluh Program Pokok
Pelayanan Kesehatan diantaranya adalah Kesehatan Ibu dan Anak, Pencegahan
Penyakit, Pemberantasan Penyakit, Penyehatan Lingkungan dan beberapa program
lainnnya yang diimplementasikan sebagai kegiatan operasional puskesmas se
Kabupaten Sinjai .
Desentralisasi/otonomi daerah membawa konsekuensi bagi daerah agar
dapat mewujudkan kemandiriannya dalam pembangunan, termasuk pembangunan
bidang kesehatan yang merupakan investasi bangsa di masa mendatang sebagaimana
asas desentralisasi. Pemerintah daerah sesuai fungsinya memiliki kewenangan
sepenuhnya dalam pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud tingkat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Desentralisasi di bidang kesehatan bertujuan untuk mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan
cara memberdayakan, menghimpun dan mengoptimalkan potensi daerah dan nasional.
Untuk melihat kondisi kesehatan lingkungan di Kabupaten Sinjai.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai terdapat 49.752 unit rumah yang
ada dari jumlah rumah yang di periksa 46.540 unit rumah dan diperiksa telah mencapai
93,54%, namun yang termasuk kategori sehat sejumlah 35.051 unit rumah atau
75,31% telah terealisasi. Hal ini diharapkan akan lebih baik untuk mencapai target,
sehingga diperlukan upaya lebih serius dalam mengatasi hal ini , namun jika
dibandingkan dengan target Indonesia Sehat 2010 maka sebesar 65 % maka
Kabupaten Sinjai telah melewati target rumah sehat dalam realitasnya. Tapi jika
mengacu pada MDGS 2015 capaian target rumah tangga sehat masih jauh maka
diiharapkan kerjasama yang baik dari semua pihak bak lintas sektoral,LSM , tokoh
masyarakat, agama untuk memkberikan motivasi dan berkomitmrn bersama dalam
pencapaian target tersebut diatas.
Indikator yang menunjang PHBS di tingkat Tatanan Masyarakat ini antara
lain
1.. Mencuci tangan dengan Sabun dan sabun;
2. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
3. Buang Air Besar Sembarangan
4. Pengelolaan Air limbah Rumah Tangga
5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Berikut data untuk pencapaian Indikator PHBS di Tatanan Masyarakat: di Kabupaten
Sinjai berdasarkan study EHRA ( Enviroment Health Risk Assesment) atau yang biasa
dikenal sebagai study data primer area beresiko sabitasi dalam program PPSP:
1.
Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun
Aktivitas keseharian kita me betapa kotornya tangan kita setelah
bekerja. Seringkali tanpa disadari bahwa sebelum makan kadang
masyarakat lupa untuk mencuci tangannya, kebiasaan inlah yang
mengakibatkan orang sering terkena penyakit. Penyakit yang bisa
ditimbulkan dengan melupakan kebiasaan ini antara lain diare, kolera,
disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu
burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)) . Untuk melihat sampai
sejauh mana masyarakat Kabupaten Sinjai melakukan kebiasaan cuci tangan pakai
sabun dapat kita lihat pada data EHRA berikut ini.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
4
diharapkan kegiatan pemakaian sabun di kabupaten sinjai harus
ditingkatkan.
Tabel.3.1
Penggunaan Sabun di kabupaten Sinjai
Untuk Apa Sabun Digunakan
%
A. Mandi
96,4
B.Memandikan Anak
51,1
C. Menceboki Pantat Anak
44,9
D. Mencuci Tangan Sendiri
68,3
E. Mencuci Tangan Anak
46,5
F. Mencuci Peralatan
83,2
G. Mencuci Pakaian
78,9
H lainnya
0,3
I. Tidak Tahu
0,3
Rata-rata
52,21098
B.
Tempat Mencuci Tangan
Dari hasil analisis data EHRA Kabupaten Sinjai, data menunjukan bahwa dalam
hal tempat mencuci tangan dijelaskan bahwa masyarakat mencuci tangan di tempat
cuci piring sebanyak 74,9 %. Mencuci tangan di kamar mandi sebanyak 46,9 %, di
dekat kamar mandi sebesar 15,3 %, Kebiasaanmencuci tangan di jamban sebesar
11%, mencuci tangan di dekat jamban 8,7 %, mencuci tangan di Sumur sebesar
23,6%. Disekitar penampungan air 13,4 %, di tempat cuci piring sebanyak 74,9 %,
Didapur 38,4 % serta Lainnya tidak tahu. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 3.2
Tabel 3.2
Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun
Tempat Mencuci Tangan Pakai Sabun
%
A. Di Kamar Mandi
46,9
B. Di Dekat Kamar Mandi
15,3
c. Di Jamban
11,0
D. Di Dekat Jamban
8,7
E. Di Sumur
23,6
F. Disekitar Penampungan Air
13,4
G. Ditempat Cuci piring
74,9
H. Di Dapur
38,1
I. Lainnya
0,7
J. Tidak Tahu
0,5
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
6
C.
Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun
Mengacu hasil Analisis kajian Study Ehra maka masyarakat di Kabupaten Sinjai
waktu cuci tangan pakai sabun dalam kesehariannya adalah sebelum ketoilet, setelah
menceboki anak, setelah buang air besar, sebelum makan, setelah makan, sebelum
menyuapi anak makan, sebelum menyiapkan masakan, setelah memegang hewan,
sebelum sholat, dan aktivitas lainnya. Kebanyakan untuk masyrakat kabupaten Sinjai
mencuci tangan sebelum dan setelah makan, kemudian setelah buang air besar. Hasil
ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat cukup tinggi dalam mdncuci tangan
pakai sabun. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun di Kabupaten Sinjai
Waktu CTPS di Kab. Sinjai %
A. Sebelum Ke Toilet 4,8
B. Setelah menceboki anak 30,8
C. Setelah buang air besar 68,4
D. Sebelum makan 78,1
E. Setelah makan 49,8
F.Sebelum menyuapi anak makan 22,8
G. Sebelum menyiapkan masakan 33,2
H. Setelah memegang hewan 39,7
I. Sebelum sholat
25,5
J. Lainnya
0,8
Rata-rata 35,38
2.
Perilaku Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga
Kabupaten Sinjai memiliki banyak sumber air permukaan dan sumber air dalam tanah
karena kondisi geografis kabupaten Sinjai beraneka ragam. Mulai dari pegunungan hingga
daratan. Pengelolaan Air bersih di kabupaten Sinjai dikelola oleh Perusahaan Daerah Air
Minum yang berada di kota Sinjai. Daerah pelayanan PDAM Kabupaten Sinjai belum
menjangkau secara keseluruhan kecamatan. Dari 9 kecamatan hanya 2 Kecamatan yang
terlayani dengan jumlah pelanggan sebanyak 5608 Sambungan. Dari hasil survey EHRA di
Kabupaten Sinjai pemakaian air untuk kebiasaan sehari-hari minum, masak,mencuci piring,
mencuci pakaian, dan menggosok gigi pemakaian air bersih bersumber dari air sumur gali
yang terlindungi. Untuk pemakaian air bersih untuk PDAM hanya sebesar 16,32 % untuk
sambungan rumah, yang memakai air botol kemasan sebesar 1,5 %, pemakaian air isi ulang
hanya untuk minum sebesar 17,9 %, sedangkan untuk aktivitas lainnya di ambil rata-ratanya
sebesar 5,92 % . Untuk Hidrant Umum rata-ratakan 1,68 %, kran Umum 0,94%, sumur
pompa tangan sebesar 8,64 %, sumur gali yang terlindungi 40,72 %, mata air yang
terlindungi sebesar 7 %, untuk mata air yang tidak terlindungi sebesar 1,92 %, air hujan
sebanyak 12,4 %, air sungai sebesar 0,76 %, air waduk sebesar 0,08 %. Berikut hasil secara
terperinci pemakaian air bersih untuk masing-masing sumber mata air di kabupaten Sinjai.
Tabel 3.4
Pemakaian Air botol Kemasan di kabupaten Sinjai
Jenis Kegiatan Memakai Air Botol kemasan %
Minum
4.3
Masak
1.1
Mencuci piring dan gelas
0.8
Mencuci Pakaian 0.7
Menggosok Gigi 0.6
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
8
Tabel 3.5
Pemakaian Air Bersih Isi Ulang
Jenis Kegiatan Memakai Air Isi Ulang %
Minum 17,9
Masak
5,8
Mencuci piring dan gelas 1,9
Mencuci Pakaian 1,8
Menggosok Gigi 2,2
Sumber data: Ehra Kab. Sinjai 2012
Tabel 3.6
Pemakaian Air Bersih bersumber dari Ledeng PDAM
Jenis Kegiatan Memakai Air Ledeng PDAM %
Minum 19,1
Masak 21,4
Mencuci piring dan gelas 13,8
Mencuci Pakaian 13,5
Menggosok Gigi 13,8
Sumber data: Ehra 2012
Tabel 3.7
Pemakaian Air Bersih HU PDAM/ Proyek
Jenis Kegiatan Memakai Air HU PDAM/Proyek %
Minum 2,3
Masak 2,3
Mencuci piring dan gelas 1,3
Mencuci Pakaian 1,3
Menggosok Gigi 1,2
Tabel 3.8
Pemakaian Air Bersih KU PDAM/ Proyek
Jenis Kegiatan Memakai Air KU PDAM/Proyek %
Minum 1,1
Masak 1,3
Mencuci piring dan gelas ,8
Mencuci Pakaian ,7
Menggosok Gigi ,8
Sumber data : Ehra Kab. Sinjai 2012
Tabel 3.9
Pemakaian Air Bersih Sumur Pompa Tangan
Jenis Kegiatan Memakai Air Sumur pompa Tangan %
Minum 8,3
Masak
8,7
Mencuci piring dan gelas 8,8
Mencuci Pakaian 9,0
Menggosok Gigi 8,4
Sumber data : Ehra 2012
Tabel 3.10
Pemakaian Air Sumur Gali Terlindungi
Jenis Kegiatan Memakai Air Sumur gali terlindungi % Minum
35,2
Masak
36,8
Mencuci piring dan gelas 45,8
Mencuci Pakaian 45,9
Menggosok Gigi
39,9
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
10
Tabel 3.11
Pemakaian Air dari Mata Air Terlindungi
Jenis Kegiatan Memakai Mata Air Terlindungi %
Minum 7,5
Masak 7,4
Mencuci piring dan gelas 7,0
Mencuci Pakaian 6,9
Menggosok Gigi 6,2
Sumber data: Ehra kab.2012
Tabel 3.12
Pemakaian Air Dari Mata Air Tidak Terlindungi
Jenis Kegiatan Memakai Mata Air Tidak Terlindungi %Minum 2,0
Masak
1,9
Mencuci piring dan gelas 1,9
Mencuci Pakaian 1,9
Menggosok Gigi 1,9
Sumber data : Ehra kab. Sinjai 2012
Tabel 3.13
Pemakaian Air Hujan
Jenis Kegiatan Memakai Mata Air Hujan %
Minum 12,2
Masak
13,4
Mencuci piring dan gelas 12,4
Mencuci Pakaian 13,2
Menggosok Gigi 10,8
Tabel 3.14
Pemakaian Air Sungai
Jenis Kegiatan Memakai air dari sungai %
Minum 0.7
Masak 0.6
Mencuci piring dan gelas 0.7
Mencuci Pakaian 1,1
Menggosok Gigi 0.7
Sumber data : Ehra 2012
Tabel 3.15
Pemakaian Air Waduk
Jenis Kegiatan Memakai Dari Waduk/ Danau %
Minum ,0
Masak
,0
Mencuci piring dan gelas 0.1
Mencuci Pakaian 0.1
Menggosok Gigi 0.1
Sumber data: Ehra 2012
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
12
3.
Perilaku Buang Air Besar
BAB adalah singkatan dari Buang Air Besar, mengapa indikator ini merupakan
salah satu pilar dari lima STBM karena untuk dikategorikan hidup sehat karena
masyarakat harus memiliki wadah atau tempat untuk buang air besar terfokus.
Alasannya bila tidak terfokus maka bisa menyebabkan kuman ecoli menyebar ke suatu
wilayah yang tanpa sadar bisa menyebabkan kejadian luar biasa. Perilaku BAB suatu
daerah dikatakan baik apabila sudah tidak ada lagi masyarakat di daerah tersebut
berperilaku buang air besar d sembarang tempat. Milenium Development Goalds
mengharapkan bahwa ditahun 2015 nanti sudah tidak ada lagi masyarakat yang buang
air besar sembarangan di kabupaten Sinjai. Target ini bukan hanya untuk program
MDGS saja tetapi juga merupakan program Promosi PHBS masyarakat di kabupaten
Sinjai dengan mencanangkan Stop BABS 2015. Untuk melihat hasil lapangan sudah
sampai sejauh mana BAB d kabupaten Sinjai saat ini maka EHRA akan menjawab hal
tersebut diatas.
A. Tempat Buang Air Besar
Ada beberapa pertanyaan yang dapat timbul untuk perilaku Hidup Bersih dan Sehat
diantaranya adalah dimana masyarakat melakukan buang air besar dan sebesarapa
seberapa besar wadah yang harus disiapkan untuk menempati buang air besar.
Jawabannya adalah tempat terfokus dan memiliki saptic Tank, ukurannya tidak mesti
bagus yang penting bisa ditempati buat BAB terfokus.
Jamban adalah salah satu jawaban dari pertanyaan tersebut diatas, jamban yang baik dimana fasilitas untuk pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas bangunan atas yang terdiri dari atap penutup jamban, kemudian bangunan tengah yang terdiri dari tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi air untuk membersihkannya dan terakhir adalah bangunan bawah yang merupakan unit penampung kotoran yang ank berbentuk cemplung atau ank e tank. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk. Jamban merupakan salah satu ank e or yang menjadi syarat utama dalam perilaku hidup bersih dan sehat, suatu keluarga jika sudah memiliki jamban dapat menjadi cermin bahwa perilaku keluarga yang bersangkutan baik, namun permasalahannya tidak semua jamban keluarga dinyatakan baik dan sehat, baik secara struktur (bahan material, sambungan pipa, syarat ank e tank) dan aspek non teknis seperti pemeliharaan dan pengelolaan/pembuangan akhir.Hasil kajian EHRA menunjukkan, bahwa kepemilikan jamban bagi rumah tangga penduduk di kabupaten Sinjai sudah lumayan tinggi yaitu yang menggunakan jamban pribadi 66,1% dan yang menggunakan MCK/WC Umum sebanyak 6,1%. Untuk data sekunder tingkat kepemilikan jamban di kabupaten mencapai %. Hal yang memprihatinkan dimana menurut survey EHRA Perilaku BAB ke sungai sebesar 10,7 %, yang masih ditemukan prilaku BAB ke kebun/pekarangan sebesar 9,3 %, ke selokan/parit/got sebesar 0,9 %, ank e lubang galian sebesar 7,6 %, yang memakai WC helikopter sebesar 1,6 % . Dengan melihat masih ada Perilaku BAB yang buruk ini, di dapat dari hasil pengamatan di lapangan terjadi pada masyarakat perdesaan terutama masyarakat yang tinggal di pinggir sungai dan masyarakat
peladang. Kenapa mereka masih BAB di kebun atau membuat lubang galian karena setengah hari aktifitas mereka berada di daerah perkebunan yang mana perkebunan tersebut tidak memiliki sarana jamban. Alasan masyarakat sangat jauh bagi mereka untuk pulang dan BAB saat mereka ada di kebun mereka. Untuk masyarakat pantai atau pulau perilaku yang diterapkan adalah ke tepi pantai. Selengkapnya data tersebut diatas dapat dilihat pada tabel beriklu
Tabel 3.16
Tempat BAB Di Kabupaten Sinjai
Tempat Buang Air Besar % A. Jamban Pribadi 66,1B. MCK/ WC Umum 6,1
C. WC. Helikopter 1,6
D. Ke Sungai/ Pantai/ Laut 10,7 E. Kebun/ Pekarangan 9,3
F. Selokan/ Got ,9
G. Lubang Galian 7,6
H. Lainnya 1,9
I. Tidak Tahu ,1
Sumber data : Ehra Kab. Sinjai 2012
B. Kategori Usia Yang BAB di Ruang Terbuka
Data yang dihasilkan oleh study EHRA untuk cakupan layanan jamban di kabupaten
Sinjai menyebabkan kita akan berpikir sampai sebatas mana usia yang BAB sembarang
tempat. Korelasi hasil survey menyebutkan bahwa anak laki-laki umur 5- 12 tahun yang
paling sering melakukan perilaku Buang Air besar Sembarang Tempat sebesar 10,5 %.
Untuk anak perempuan yang berusia 5-12 tahun, Remaja laki-laki sebesar 6,1 %, remaja
perempuan 6,5 % dan Laki-laki dewasa sebesar 8,8 % untuk perempuan dewasa
sebesar 9,3 %. Laki-laki di usia tua didapat data 5,3 %, perempuan tua 6 %. Usia lainnya
0,4 %. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di baqah ini.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
14
Tabel 3.17
Kategori Usia BAB Di Tempat Terbuka
Realitas tersebut diatas menuntut pemikiran khusus mengenai masih adanya perilaku BAB sembarang tempat. Kategori tidak memilih usia untuk melakukan kebiasaan ini. Hal yang bisa di petik adalah bagaimana cara mengkampanyekan PHBS kepada masyarakat khususnya mulai dari usia remaja hingga usia lanjut untuk tidak BAB sembarang tempat.
Pemicuan dengan menimbulkan rasa jijik
akan dapat mengurangi jumlah orang untuk
BAB sembarang tempat. Untukl anak usia
5-12 tahun pendidikan yang bisa
menyentuh langsung adalah dengan
mengadvokasi sekolah untuk promosi
kesehatan di sekolah dan tidak lupa bahwa
kebiasaan ini harus ditunjang dengan fasilitas yang cukup untuk jamban dan air bersih
sebagai penunjang keberfungsian jamban yang telah dibangun.
C. Kepemilikan Jamban
Untuk memenuhi kebutuhan akan buang air besar maka bagaimanakah jamban yang
bersyarat dan baik. Dari hasil EHRA berikut jenis jamban masyarakat di kabupaten Sinjai
dimana untuk jamban kloset leher angsa sebesar 60 %, kloset duduk siram leher angsa
sebesar 2,5 %, plengsengan sebesar 0,8 %, cemplung sebesar 13,1 %. Dan masih belum
memiliki kloset sebesar 23,7 %. Hasil inilah menjadi patokan dasar untuk pemenuhan
jamban bagi yang tidak mempunyai kloset di kabupaten Sinjai.
Tabel 3.18
Kepemilikan Jamban
Sumber data: Ehra 2012
Kategori Usia BAB Di Tempat
Terbuka SeKabupaten Sinjai % A. Anak Laki-Laki umur 5-12
Tahun
10,5
B. Anak Perempuan Umur 5 - 12 Tahun 7,7 C. Remaja Laki-Laki 6,1 D. Remaja Perempuan 6,5 E. Laki-Laki Dewasa 8,8 F. Perempuan Dewasa 9,3 G. Laki-Laki Tua 5,3 H. Perempuan Tua 6,0 I. Lainnya ,4 Kepemilikan Jamban %
Kloset jongkok leher angsa 60,0
Kloset duduk siram leher angsa 2,5
Plengsengan ,8
Cemplung 13,1
D.
Pembuangan Limbah Tinja/ lumpur Tinja
Hasil Ehra menunjukkan bahwa tempat pembuangan Tinja Untuk
Kabupaten Sinjai terbesar di Tangki Septik sebanyak 58,3 %, untuk pipa sewer
sebesar 1,2 %, Sistim Cubluk/ Lobang Tanah 13,7 %, Langsung ke drainase
sebesar 1,3 %, ke sungai atau danau atau pantai sebesar 13,4 %, ke kolam atau
sawah 0,2 %, Ke kebun atau lapangan sebesar 10,7 %.
Tabel 3.19
Tempat Pembuangan Limbah Tinja Masyarakat
Pembuangan Air Limbah
Tinja /Lumpur Tinja %
Tangki septik 58,3 Pipa sewer 1,2 Cubluk/lobang tanah 13,7 Langsung ke drainase 1,3 Sungai/danau/pantai 13,4 Kolam/sawah ,2 Kebun/tanah lapang 10,7 Tidak tahu 1,3
Sumber data : Ehra 2012
Bagaimanakah sistim pengelolaan lumpur tinja di kabupaten sinjai. Hasil Ehra
menilai bahwa periode pengosongan tangki septic adalah sebagai berikut:
a. Periode 0-12 Bulan sebanyak 0,9 %
b. Periode 1-5 Tahun sebanyak 2,1 %
c. Periode 5-10 Tahun sebanyak 0,6 %
d. Periode Lebih dari 10 Tahun sebanyak 0,3 %
e. Tidak pernah melakukan pengosongan lumpur tinja sebanyak 90,7 %
f. Tidak tahu sebanyak 5,4 %
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya masyarakat yang belum
terlayani akan layanan penyedotan limbah tinja, maka sangat diperlukan partisipasi dan
program dari pemerintah dalam mengoptimalkan tingkat pelayanan penyedotan tinja di
kabupaten sinjai. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
16
Tabel 3.20
Periode Pengosongan Tangki Septic
Pengosongan Tangki Septic %
0-12 bulan yang lalu ,9
1-5 tahun yang lalu 2,1
Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
,6
Lebih dari 10 tahun ,3
Tidak pernah 90,7
Tidak tahu 5,4
Sumber data: Ehra 2012
Untuk pelaku pelaksanaan penyedotan limbah tinja di kabupaten sinjai berdasarkan
survey EHRA adalah sebagai berikut:
a. Layanan sedot tinja sebesar 13,8 %
b. Membayar orang sebesar 9,2 %
c. Dikosongkan sendiri sebesar 12,3 %
d. Sedangkan yang tidak tahu mengenai pengosongan septic tank dilakukan oleh siapa
sebesar 64,6 %
Membutuhkan memang sosialisasi yang tinggi untuk pelaku pelayanan sedot tinja di
kabupaten sinjai harapan besar melalui Percepatan Pembangunan Sanitasi inilah perlu
dipikirkan mengenai aktualisasi dan sinkronisasi antara peren pemerintah, swasta, dan
masyarakat untuk memberikan masukan dalam peningkatan sedot tinja untuk kabupaten
sinjai, terlebih lagi dengan di galakkannya Sinjai STOP BABS sembarang tempat 2015 maka
sangat diharapkan masing-masing SKPD sebagai fasilitator , didukung dari kerjasama
swasta dan masyarakat sebagai objek pembangunan daerah saling bahu membahu dalam
peningkatan kegiatan ini. Hasil selengkapnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 3.21
Pelaksana Penyedotan Limbah Tinja Masyarakat
Pelaku Pengelolaan Sedot Tinja % Layanan sedot tinja 13,8 Membayar tukang 9,2 Dikosongkan sendiri 12,3 Tidak tahu 64,6
Sumber data: Ehra 2012
Peran masyarakat sebagai kontrol pembangunan dewasa ini mengkikat
peran dalam pembangunan Jangka Menengah yang berbasis capasity building.
Harapan terbesarnya adalah bahwa pemerintah dalam hal ini hanya bersifat sebagai
fasilitator tetapi masyarakatlah yang berperan dalam pembangunan dari, oleh dan
untuk rakyat. Tidak sepenuhnya masyarakat memberikan tanggung jawab penuh
kepada pemerintah untuk penanganan masalah pembuangan limbah tinja.
Kebiasaan yang tidak baik harus diperangi dengan mempercepat proses sosilisasi,
proses peningkatan kapasitas, proses melekukan pembangunan sendiri dan
memelihara fasilitas yang telah dibangun sehingga hterpeliharanya sarana akan
lebih terjangkau untuk akses pelayanannya dan pemeliharannya.
Ibu-ibu memegang peranan penting dalam pengelolaan sanitkasi, karena
setiap hari ibu beserta anaklah yang tinggaldi rumah memerlukan sosilalisasi dan
pemahaman yang kuat bagi pengelolaan tinja rumah tangga. Hasil EHRA
menyebutkan sisa pembuangan tinja balita dibuang ke WC atau ke kamar mandi
sebesar 34 %, pembungan ke tempat sampah sebesar 6,8 %, ke
kebun/pekarangan/jalan sebesar 12 %, ke sungai/selokan/got sebesar 11,8 %, ke
tempat lainnya sedangkan yang tidak tahu membuang kemana sebesar 32,9 .
Mengingat masih banyaknya tempat buang kotoran balita ke tempat sampah, kebun
dan pekarangan ke sungai/selokan/got, maka sangat besar kemungkinan banyaknya
penyakit yang timbul karena pembungan kotorn tidak di daerah tertutup sehingga
banyaknya lalat, tikus dan masih banyak penyebar penyakit lainnya dapat
menjangkau sumber tersebut.
Tabel 3.22
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
18
Ke tempat sampah 6,8 Ke kebun/pekarangan/jalan 12,0 Ke sungai/selokan/got 11,8 Lainnya 2,4 Tidak tahu 32,9Untuk data penyakit diare kabupaten sinjai berdasarkan EHRA dapt dikategorikan
dalam periode sebagai berikut:
a. 24 jam terakhir sebesar 0,9 %
b. 1 minggu terakhir 0,8
c. 1 bulan terakhir sebesar 5,3 %
d. 3 bulan terakhir sebesar 4,1 %
e. 6 bulan terakhir sebesar 3,4 %
f. Lebih dari 6 bulan lalu sebesar 2,1 %
g. Tidak pernah terkena diare sebesar 5,9 %
Pemerintah berharap untuk kebiasaan membuang kotoran bayi bukan pada daerah
tertutup dapat di berantas dengan melakukan sosialisasi dan pemicuan rasa jijik sehngga
penyebaran penyakit dapat ditekan semakin kecil.
Tabel 3.23
Waktu terkena Diare Terakhir
Periode Terkena Diare %
24 jam terkahir ,9
1 minggu terakhir ,8
1 bulan terakhir 5,3
3 bulan terakhir 4,1
6 bulan terakhir 3,4
Lebih dari 6 bulan yang lalu 2,1
Apakah dampak dari pembuangan kotoran bayi di bukan tempat pembuangannya,
jawabannya bisa berakibat pada timbulnya penyakit diare baik dari tingkat anak-anak
hinggga manusia dewasa. Hasil EHRA menyebutkan bahwa :
a. Untuk anak-anak balita sebesar 27,9 %
b. Untuk anak-anak non balita sebesar 13,0 %
c. Untuk remaja laki-laki sebesar 6,3 %
d. Untuk anak remaja perempuan sebesar 11,2 %
e. Untuk orang dewasa laki-laki sebesar 15,2 5
f. Untuk orang dewasa perempuan sebesar 36,4 %
Laporan selanjutnya dapat dilhat pada tabel. 3.24 dan grafik disamping tabel
sebagai penuntun
Tabel. 3.24
Usia Penderita Diare
Usia Penderita Diare
%
A. Anak-anak Balita 27,9
B. Anak-anak Non balita 13,0
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
20
4.
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga
Perilaku hidup bersih dan sehat berpengaruh besar terhadap kesehatan individu, rumah tangga dan lingkungan. Makin baik perilakunya maka makin baik manfaat yang dirasakan utamanya dalam kesehatan. Hasil kajian di atas diperoleh gambaran jelas bahwa kondisi PHBS dilingkungan rumah tangga dan lingkungan atau individu di kabupaten Sinjai walaupun tidak bisa dikatakan sangat buruk tapi masih sangat memerlukan perbaikan di segala sektor.
Untuk kesinambungan perilaku diatas maka dalam study EHRA Kabupaten Sinjai 2012 mencoba muntuk mengetahui sampai seberapa banyak ketersediaan Sarana Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dan kemana Air Limbah ini dibuang. Dalam EHRA dijelaskan bahwa sistim pengolahan air limbah untuk kabupaten sinjai sudah banyak memiliki Sistim Pengolahan Air Limbah (SPAL) persentase cakupan layanannya sebesar 71,8 % sedangkan untuk masyarakat yang tidak memiliki fasilitas Sistim Pengolahan Air limbah Sebesar 28,2 %.
Tabel 3.25
Ketersediaan SPAL Domestik
Ketersediaan SPAL %
Ya 71,8
Tidak ada 28,2
Dari 75% besaran layanan sistim pengolahan air limbah domestik, maka perlu juga
diketahui kemana masyarakat membuang air limbah buangannya. Untuk pembuangan air
limbah tempat penyalurannya ada beberapa tempat seperti sungai, jalan, halaman, saluran
terbuka, saluran tertutup, lubang galian, pipa saluran, pipa IPAL Sanimas, dll. Sesuai
dengan EHRA hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Sungai sebesar
b. Jalan/ Halaman
c. Saluran terbuka
d. Saluran tertutup
e. Lubang Galian
Tabel 3.26
Tempat Pembuangan Air limbah Dapur
Tempat Pembuangan Air Limbah Dapur %
Sungai 21,0 Jalan/Halaman 17,3 Saluran Terbuka 45,1 Saluran Tertutup 6,0 Lubang Galian 4,8 Pipa Saluran
Pipa IPAL Sanimas
Tidak Tahu
Sumber data : Ehra 2012
Tabel 3.27
Tempat Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi
Tempat Pembuangan Air Limbah
Kamar Mandi % Sungai 18,1 Jalan/Halaman 15,3 Saluran Terbuka 36,8 Saluran Tertutup 7,3 Lubang Galian 4,3 Pipa Saluran 7,5
Pipa IPAL Sanimas ,1
Tidak Tahu ,1
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
22
Tabel3.28
Tempat Pembuangan Air Limbah Cuci Pakaian
Tempat Pembuangan Air Limbah Tempat
Cuci pakaian % Sungai 19,1 Jalan/Halaman 16,2 Saluran Terbuka 43,2 Saluran Tertutup 6,3 Lubang Galian 3,9 Pipa Saluran 5,5
Pipa IPAL Sanimas ,1
Tidak Tahu ,1
Tabel 3.29
Tempat Pembuangan Air Limbah Wastafel
Tempat Pembuangan Air Limbah
Wastefel % Sungai 7,2 Jalan/Halaman 2,8 Saluran Terbuka 10,9 Saluran Tertutup 2,3 Lubang Galian 2,0 Pipa Saluran 2,1
Pipa IPAL Sanimas 0
5.
Pengolahan Sampah Rumah Tangga
Kondisi persampahan setiap kabupaten berbeda-beda. Semua tergantung kepada
kepadatan suatu daerah karena semakin padat suatu daerah maka semakin tinggi juga
hasil sampah rumah tangga yang dihasilkan. Dalam study EHRA Kabupaten Sinjai 2012
ada beberapa yang akan diulas untuk mengupas bagaimana keadaan persampahan
ditingkat masyarakat. Hal-hal yang menjadi acuan antara lain:
A.
Komposisi Sampah Rumah Tangga
B. Pengangkutan SampahC. Kondisi Sampah Rumah Tangga
A. Komposisi Sampah Rumah Tangga
`
Komposisi sampah rumah tangga kabupaten sinjai beraneka ragam, mulai sampah
organik, sampah palstik, sampah gelas, sampah kertas, sampah besi atau logam, dan
lainnya. Untuk sampah organik menurut study EHRA sebesar 20 %, sampah palstik sebesar
40 %, sampah gelas atau kaca sebesar 20 % dan lainnya sebesar 20 %. Hasil akhir dapat
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.30
Komposisi Sampah rumah Tangga
Komposisi Sampah Rumah Tangga % A. Sampah Organik/ Sampah Basah 20,0B. Plastik 40,0 C. Gelas/ kaca 20,0 D. Kertas ,0 E. Besi/ logam ,0 F. Lainnya 20,0 G. Tidak Tahu ,0
Dengan komposisi sampah domestik diatas maka tidaklah salah jika kita
menganalisis bagaimanakah pengelolaan sampah menurut study EHRA du kabupaten
Sinjai. Berikut hasil pengamatan EHRA 2012 Kabupaten Sinjai mengenai pengelolaan
sampah masyarakat :
a. Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sebesar 4 %
b. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 7,8 %
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
24
Untuk data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut dibawah ini:
Tabel 3.31
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah Domestik %
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang
,4
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 7,8
Dibakar 44,7
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
1,7
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah
8,6
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 15,6
Dibiarkan saja sampai membusuk 1,3
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
19,2
Lain-lain ,3
B. Pengangkutan Sampah
Bagaimana sistim pengangkutan sampah di kabupaten sinjai dan berapa lama
pengangkutan sampah berjalan dalam sebulan bahkan seminggu. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut diatas maka baiklah kita melihat hasil analsis EHRA Kabupaten Sinjai.
Periode pengangkutan sampah dengan komposisi sampah yang telah dibicarakan
didepan meliputi beberapa analisis. Untuk analisis periodenya meliputi:
a. Tiap hari sebesar 80 %
b. Beberapakali seminggu sebesar 20 %
Jika dilihat hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa pengangkutan sampah sebagian
besar telah mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah setiap hari. Hanya untuk daerah
yang tidak bisa terjangkau oleh pelayanan kendaraan atau yang memiliki medan sulit yang
Cuma memperoleh pelayanan beberapakali saja dalam seminggu. Tapi secara garis besar
telah terlayani baik untuk kendaraan 4 roda maupun 3 roda. Hasil analisis EHRA kabupaten
Sinjai untuk periode pengangkutan sampah dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 3.32
Periode pengangkutan Sampah
Periode Pengangkutan Sampah %Tiap Hari 80
Beberapa kali seminggu 20
C.
Kondisi Sampah Rumah Tangga
Kondisi sampah rumah tangga di kabupaten sinjai saat ini ada beraneka ragam
kondisinya, ada yang berserakan, banyak menumpuk, kerawanan untuk menjadi sarang
penyebar penyakit , menyumbat saluran drainase dan untuk melihat kondisi riil dari sampah
rumah tangga menurut EHRA dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
26
Tabel 3.33
Kondisi Sampah Masyarakat
Keadaan Sampah di Masyarakat %
A. Banyak sampah berserakan 31,6
B. Banyak lalat disekitar tumpukan sampah 10,0
C. Banyak tikus berserakan 15,9
D. Banyak nyamuk 29,9
E. Banyak kucing dan anjing di tumpukan sampah 7,6
F. Bau busuk yang menganggu 6,3
G. Menyumbat Saluran Dranase 7,8
H. Terdapat anak-anak bermain disekitarnya 8,8
I. Lainnya 3,6
Demikianlah gambaran umum kegiatan realisasi perilaku hidup bersuh sehat di
kabupaten sinjai yang tereklam lewat study data EHRA tahun 2012. Banyak kekurangan
tetapi paling tidak memberikan gambaran secara langsung subsektor mana yang masih
membutuhkan wperhatian lebih serta daerah mana yang sekiranya akan menjadi
sasaran shtrategi pembangunan sanitasi ke depan. Bagaimana dengan realisasi
kegiatan di masing-masing subsektor dan pengelolaan saat ini di Instansi terkait,
marilah kita dapat meneliti lebih dalam sudah sampai mana peran SKPD terkait
melakukan yang terbaik di kabupaten sinjai dalam perannya sebagai pemangku
kepentingan dan pengambil kebijakan dalam pelaksanaan program pembangunan
sanitasi di kabupaten sinjai.
Desentralisasi di bidang kesehatan bertujuan untuk mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan
cara memberdayakan, menghimpun dan mengoptimalkan potensi daerah dan nasional.
Untuk melihat kondisi kesehatan lingkungan di Kabupaten Sinjai.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai terdapat 49.752 unit rumah yang
ada dari jumlah rumah yang di periksa 46.540 unit rumah dan diperiksa telah mencapai
93,54%, namun yang termasuk kategori sehat sejumlah 35.051 unit rumah atau
75,31% telah terealisasi. Hal ini diharapkan akan lebih baik untuk mencapai target,
sehingga diperlukan upaya lebih serius dalam mengatasi hal ini , namun jika
dibandingkan dengan target Indonesia Sehat 2010 maka sebesar 65 % maka
Kabupaten Sinjai telah melewati target rumah sehat dalam realitasnya. Tapi jika
mengacu pada MDGS 2015 capaian target rumah tangga sehat masih jauh maka
diiharapkan kerjasama yang baik dari semua pihak bak lintas sektoral,LSM , tokoh
masyarakat, agama untuk memkberikan motivasi dan berkomitmrn bersama dalam
pencapaian target tersebut diatas. Berikut hasil kepemilikan keluarga akan data sanitasi
dasar di kabupaten Sinjai:
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III -
28
Tabel 3-34Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar dalam Kabupaten Sinjai Tahun 2011
No KECAMATAN PUSKESMAS PENDUDUK JUMLAH
JUMLAH RUMAH JUMLAH KK JMLH RUMAH YG DIPERIKSA % JMLH RUMAH YG DIPERIKSA RUMAH DIPERIKSA MMLKI JAGA % RUMAH DIPERIKSA MMLKI JAGA RUMAH DIPERIKSA MMLKI SPAL % RUMAH DIPERIKSA MMLKI SPAL RUMAH DIPERIKSA MMLKI TPS % RUMAH DIPERIKSA MMLKI TPS RUMAH DIPERIKSA BEBAS JENTIK % RUMAH BEBAS JENTIK RUMAH DIPERIKSA MMNHI SYARAT % RUMAH DIPERIKSA MMNHI SYARAT A B C D E F H I J K L M N O P Q R S
1 Sinjai utara Balangnipa 37586 7936 8940 7908 99.65 7479 94.58 7908 100 7908 100 7574 95.78 7406 93.65
2 Bulu poddo Bulupoddo 15639 3592 4565 3132 87.19 2153 68.74 2200 70.24 2313 73.85 1920 61.30 2704 86.33
3 Pulau-pulau IX Pulau IX 7838 1525 1890 1337 87.96 542 40.54 1382 100 1382 100 1382 100 496 37.10 4 Sinjai timur Samataring 11422 2557 2649 2045 79.05 2045 100 2045 100 2045 100 1645 80.44 1213 59.32 5 Kampala 9694 1987 2428 1987 100 1754 88.27 1987 100 1987 100 1806 90.89 1743 87.72 6 Panaikang 9165 1827 2294 1746 95.57 912 52.23 1338 76.63 1080 61.86 1721 98.57 975 55.84 7
Sinjai selatan Aska 14350 2943 3457 2943 100 2056 69.86 1918 65.17 2093 71.12 2630 89.36 2056 69.86
8 Samaenre 22768 4785 5630 4090 85.48 3849 94.11 3929 96.06 3559 87.02 3705 90.59 3135 76.65
9
Tellulimpoe Lappae 14291 3125 3412 3000 96.00 2373 79.10 2783 92.77 2783 92.77 2940 98 2373 79.1
10 Mannanti 19713 4255 4849 4226 99.32 3126 73.97 2729 64.58 2816 66.64 2775 65.66 2061 48.77
11
Sinjai tengah Lappadata 12231 2875 3217 2332 81.11 2340 100 2332 100 2332 100 2332 100 2115 90.69
12 Manimpahoi 15511 3452 3932 3452 100 2717 78.71 3452 100 3452 100 3336 96.64 2283 66.14
13 Sinjai borong Borong Komp. 16935 3880 4454 3694 95.21 2674 72.39 3408 92.26 3161 85.57 3694 100 2382 64.48 14
Sinjai barat Manipi 6003 1601 1788 3097 91.44 3097 100 3097 100 3097 100 2975 96.06 2940 94.93
15 Tengnga Lmbg. 16106 3386 4062 1551 96.88 1056 68.09 1330 85.75 1182 76.21 1547 99.74 1169 75.37
JUMLAH 229252 49726 57567 46540 93.54 38173 82.02 41838 89.90 41190 88.50 41982 90.21 35051 75.31
Tabel 3.35
Persentase Rumah Tangga Sehat menurut Kabupaten/Kota Dalam
Kabupaten Sinjai Tahun 2011
NO KECAMATAN PUSKESMAS RUMAH TANGGA JMLH RUMAH YG ADA JMLH RUMAH YG DIPERIKSA % DIPERIKSA JMLH RUMAH SEHAT % SEHAT
1 Sinjai utara Balangnipa 7936 7908 99.65 7406 93.65
2 Bulupoddo Bulupoddo 3592 3132 87.19 2704 86.33 3 Pulau IX Pulau IX 1520 1337 87.96 496 37.10 4 Sinjai Timur Samataring 2587 2045 79.05 1213 59.32 5 Panaikang 1827 1746 95.57 975 55.84 6 Kampala 1987 1987 100 1743 87.72 7
Sinjai Selatan Aska 2943 2943 100 2056 69.86
8 Samaenre 4785 4090 85.48 3135 76.65 9 Tellulimpoe Lappae 3125 3000 96.00 2373 79.1 10 Mannanti 4255 4226 99.32 2061 48.77 11 Sinjai Tengah Lappadata 2875 2332 81.11 2115 90.69 12 Manimpahoi 3452 3452 100 2283 66.14
13 Sinjai Borong Borong Komp. 3880 3694 95.21 2382 64.48
14
Sinjai Barat Manipi 3387 3097 91.44 2940 94.93
15 Tengnga Lmbg. 1601 1551 96.88 1169 75.37
JUMLAH 49752 46540 93.54 35.051 75.31
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
30
Tabel 3.36
Tabel Kasus Penyakit Menular yang Diamati Menurut Kecamatan
No Kecamatan Puskesmas
Penderita Terdeteksi
Kusta
DIARE DISENTRI TIFOID PENEUMONIA
PB MB
1 Sinjai Utara Balangnipa 4 6 391 0 360 0
2 Bulupoddo Bulupoddo 1 1 262 0 76 0 3 Pulau IX Pulau IX 0 0 421 28 78 0 4 Sinjai Timur Samataring 0 3 324 0 117 0 5 Kampala 0 2 303 0 139 4 6 Panaikang 0 0 635 23 44 1 7 Sinjai Selatan Aska 1 1 309 56 117 1 8 Samaenre 5 8 134 2 23 1 9 Tellulimpoe Lappae 0 5 233 13 18 0 10 Mannanti 0 6 291 8 72 6 11 Sinjai Tengah Lappadata 0 2 143 0 0 8 12 Manimpahoi 0 0 277 0 24 0
13 Sinjai Borong Borong Kompleks 0 4 212 4 11 0
14
JUMLAH
Tengnga lembang 0 5 57 0 1 0
15 Manipi 0 4 230 0 31 2
JUMLAH 11 47 4222 134 1111 23
3.1.2
Tatanan Sekolah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk kalangan sekolah sangat diperlukan
mengingat masa depan bangsa adalah ditangan generasi muda. Jika diusia dini mereka
telah mengenal hal tersebut maka untuk kedepannya tidak akan perlu susah lagi dalam
mengembangkan Konsep Sanitasi dalam kehidupan kedepan. Dalam Program PPSP faktor
yang menjadi landasan PHBS sekolah di kabupaten Sinjai meliputi :
a. Sarana Jamban Sekolah
b. Sarana Cuci Tangan
c. Sarana Air Bersih Yang Digunakan
d. Sarana Tempat Sampah
e. Sarana Pengolahan Air Limbah
Pendidikan akan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah menjadi penting untuk dilakukan mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat. Sosialisasi di level sekolah ini diharapkan menjadi ujung tombak dalam peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya masalah sanitasi. Selain promosi kesehatan di masyarakat, pendidikan awal di sekolah bisa menjadi sumber informasi kepada masyarakat melalui murid sekolah akan pentingnya permasalahan menyangkut sanitasi di Kabupaten Sinjai
Seberapa besar ruang lingkup PHBS Sekolah dikabupaten Sinjai dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III -
32
Tabel 3.37Rekapitulasi Kondisi Fasilitas Sanitasi di Sekolah/Pesantren
(Tingkat Sekolah:SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (Toilet dan Tempat Cuci Tangan)
Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru PDAM Sumber Air Bersih SPT SGL Jml Toilet/WC Jml Tempat Kencing Fas. Cuci Tangan Persediaan Sabun Siapa yang membersihkan Toilet Siswa Guru Pesuruh
L P L P S K T S K T S K T Guru L P Guru L P Y T Y T L P L P L P
SDN. 206
Keterangan : L = laki-laki P = perempuan S = selalu tersedia air K = kadang-kadang T = tidak ada persediaan air
Y = ya
T = tidak
SPT = sumur pompa tangan SGL = sumur gali
Tabel 3.38
Kondisi Sarana Sanitasi di Sekolah Tingkat Sekolah:SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (Pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)
Nama Sekolah
Apakah pengetahuan ttg higiene dan
sanitasi diberikan Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi /
pend. Higiene
Cara Pengelolaan Sampah Tempat buangan air kotor
Kapan tangki septik dikosongkan Kondisi higiene sekolah Ya, saat pertemuan / penyuluhan tertentu Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas Tidak
pernah Dikumpulkan Dipisahkan kompos Dibuat toilet Dari
Dari kamar mandi Ya Tidak
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
34
3.2
Pengelolaan Air Limbah Domestik
Limbah domestik atau sering juga disebut limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian dan kotoran manusia. Seperti pada limbah pada umumnya limbah rumah tangga merupakan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan peresapan dengan memperhatikan beberapa hal, diantaranya tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya, tidak mengotori permukaan tanah sehingga bisa mengakibatkan tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah, mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lainnya, tidak menimbulkan bau yang mengganggu, konstruksi agar dibuat secara sederhana dan jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Secara umum sarana pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Sinjai masih memiliki permasalahan. Walaupun berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai tahun 2011, dari total penduduk sebesar 59323 KK, terdapat 40.817 unit jamban/WC pribadi dengan persentase kepemilikan jamban mencapai 82,12 % tapi baru 68,81% dari total jumlah KK yang memilki septic tank. Hal itu memperlihatkan masih perlunya penyadaran kepada masyarakat akan arti pentingnya saraan sanitasi yang sesuai standar kesehatan. Oleh karena itu, selain pemicuan kepada masyarakat agar mau membangun jamban pribadi mereka seperti CLTS ataupun pembangunan fasilitas public atau MCK Komunal masih sangat dibutuhkan utamanya pada masyarakat yang tinggal didaerah kepulauan Sembilan. Instalasi pengolahan limbah serta pembangunan sarana pendukung sanitasi lainnya, penyadaran dalam bentuk kegiatan-kegiatan promosi kesehatan merupakan salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sampai saat ini Kabupaten Sinjai belum mempunyai dalam pengolahan limbah domestik pada pusat-pusat pelayanan masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka semakin nyatalah kabupaten Sinjai harus berbenah diri untuk pengolahan limbah yang bersifat terpusat . Sistim pengolahan Instalasi Lumpur Tinja atau biasa dikenal dengan IPLT mau ataupun tidak harus segera dibangun. Pengolahan air limbah (IPAL) tanpa tawar menawar harus juga segera diusulkan, dengan catatan segera membuat Master Plane air limbah untuk kabupaten Sinjai sebagai penuntun dari arah pembangunan pengolahan air limbah Kabupaten Sinjai.
Regulasi maupun koordinasi ditingkat kelembagaan belum nampak koordinasinya
meskipun sudah ada instansi yang memprogramkan namun belum maksimumnya perhatian
pemerintah daerah akan pengolahan limbah mengakibatkan sistim dari masing-masing
SKPD terkait kurang memperhatikan hal tersebut. Progrm yang digalakkkan hingga tahun
2012 hanya bersifat pengawasan kualitas namun tidak di tunjang oleh pembangunan sarana
dan prasarananya. Demikian juga untuk keterlibatan swasta dan masyarakat belum ada
partisipatif yang terlihat sehungga masalah untuk pengolahan limbah begitu besar di
kabupaten Sinjai.
3.2.1 Kelembagaan
Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kabupaten Sinjai merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten Sinjai yang dikelola oleh Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sinjai. Mekanisme kerja dalam penanganan Limbah Cair mencakup kegiatan Pembangunan, Pengelolaan, Pengawasan dan Bimbingan Teknis, sesuai dengan Tupoksi masing-masing.
Dilihat tupoksi SKPD yang ada di Kabupaten Sinjai, SKPD yang menangani air limbah dalam hal pengawasan dan bimbingan teknis adalah Kantor Lingkungan Hidup, yaitu berada dalam seksi pemantauan lingkungan.
Sedangkan SKPD yang menangani air limbah dalam hal perencanaan dan pembangunan sarana pengelolaan limbah adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sinjai, yaitu berada dalam Bidang Cipta Karya seksi perkotaan, perdesaan dan air bersih. Diluar Dinas PU, pembangunan sarana pengelolaan air limbah tidak dibangun secara spesifik tapi merupakan sarana pendukung dari sarana utama yang mereka bangun. Sebagai contoh Dinas Kesehatan pada saat membangun rumah sakit maka dinas ini membangun IPLT sebagai saran pendukung dari rumah sakit tersebut.
Diluar SKPD tersebut umumnya penanganan masih bersifat internal. Perangkat peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan air limbah belum ada, sehingga kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah belum memiliki legalitas yang kuat.
Ditingkat masyarakat dan swasta belum ada upaya yang terfokus terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar pelayanan penyehatan lingkungan. Dengan kedudukan kelembagaan yang masih lemah baik ditingkat masyarakat, swasta dan pemerintah maka upaya pencapaian target pengelolaan air limbah belum ada langkah-langkah nyata, sehingga berpengaruh pada belum tersedianya perangkat peraturan terkait pengelolaan air limbah di tingkat daerah. Berikut struktur organisasi yang menangani pengelolaan limbah di kabupaten Sinjai.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III -
36
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KAB. SINJAI PERDA KABUPATEN SINJAI NOMOR 19 TAHUN 2010 TANGGAL 29 DESEMBER 2010
KEPALA BADAN
SEKRETARIAT
BIDANG Sumber Daya Alam dan
Prasarana Wilayah
BIDANG Sosial dan Ekonomi
BIDANG Pendataan, Penelitian dan
Pengembangan
BIDANG Perencanaan Makro dan
Kerjasama Wilayah
SUB BIDANG Prasarana Wilayah, Perhubungan dan Parpostel
SUB BIDANG Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial
SUB BIDANG Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan
SUB BIDANG Perencanaan dan Kebijakan
Makro SUB BIDANG
Tarkim, SDA dan Lingkungan Hidup
SUB BIDANG Pertanian, Koperasi, UKMK
dan Perindag
SUB BIDANG Penelitian dan Pengembangan
SUB BIDANG Kerjasama Wilayah dan Pembiayaan Pembangunan SUB BAGIAN
PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Lingkungan Hidup Kab. Sinjai sesuai dengan Peraturan Daerah Kab. Sinjai Nomor 19 Tahun 2010
Pasal 51
Kantor Lingkungan hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 52
Kantor Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 51, menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh bupati;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup;
d. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan peralatan;
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III -
38
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS KESEHATAN KAB. SINJAI
PERDA KABUPATEN SINJAI NOMOR 18 TAHUN 2010 TANGGAL 29 DESEMBER 2010
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
BIDANG Bina Pelayanan Kesehatan
BIDANG
Pencegahan dan Penyehatan Lingkungan
BIDANG
Bina Kesehatan Masyarakat
BIDANG
Bina Pelayanan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
SEKSI
Pelayanan Kesehatan Dasar
SEKSI
Pengendalian Penyakit Menular Kesehatan Keluarga SEKSI Pengawasan Makanan dan SEKSI Minuman SUB BAGIAN
PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN UMUM & KEPEG SUB BAGIAN KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI
Pelayanan Kesehatan Rujukan Pengendalian Penyakit Tidak SEKSI Menular
SEKSI
Gizi Masyarakat Pengawasan Obat, Perbekalan SEKSI Kesehatan dan Kosmetik SEKSI
Pelayanan Kesehatan Khusus Penyehatan Lingkungan SEKSI Upaya Kesehatan Berbasis SEKSI Masyarakat dan Promkes
SEKSI Pengujian
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kab. Sinjai sesuai dengan Peraturan Daerah Kab. Sinjai Nomor 18 Tahun 2010
Pasal 7
Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian kewenangan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 8
Dinas kesehatan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 7, menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;
d. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan peralatan;
e. Pengelolaan unit Pelaksana teknis dinas;
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
40
Tabel 3.39
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI Pemerintah PEMANGKU KEPENTINGAN
Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota
Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan saran awal pembuangan air limbah domestik
Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (tangki septik)
Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja)
Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL
PENGELOLAAN
Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja
Mengelola IPLT dan atau IPAL
Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestic
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik
Tidak ada data
Tabel 3.40
Peta peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Sinjai Peraturan
Ketersediaan Pelaksanaan
Keteranga n Ada Tidak Ada DilaksanakaEfektif
n Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanaka n
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestic
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana
pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah
Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha
Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III
-
42
tangki septik
Retribusi penyedotan air limbah domestik
Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran
Tidak ada data
3.2.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan
Sistem dan cakupan layanan air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan sistem pengolahan air buangan rumah tangga. Sistem pengolahan air limbah domestik yang digunakan di Kabupaten Sinjai masih berupa sistem pengolahan secara individu di masing-masing rumah atau sering disebut on-site system. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan baik secara desain maupun dari segi kesehatan menurut standar yang ditentukan.
Sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Sinjai belum berjalan efektif sebagaimana diharapkan. belum dilakukan oleh dunia usaha ataupun masyarakat. Faktor utama adalah masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah dimana hal tersebut didasari oleh ketidaktahuan masyarakat kapan perlu dilakuan penyedotan lumpur tinja. Sarana pengakutan belum ada untuk mengangkut air limbah ke pembuangan akhir.
Pengelolaan air limbah domestik non tinja (jenis buangan mandi, cuci) belum ada unit usaha tertentu yang berminat. Pada umumnya sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui lobang resapan yang disalurkan melalui saluran terbuka yang dialirkan ke sistem drainase atau ke sungai. Sedangkan sistem pengelolaan limbah non tinja untuk konstruksi rumah panggung umumnya dialirkan langsung dikolong rumah dapur yang langsung di permukaan tanah dan tidak ada ada lubang peresapannya.
Akses sanitasi yang berupa jamban yang dimiliki oleh masyarakat miskin di Kabupaten Sinjai pada umumnya kurang layak dan tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk masyarakat yang bertempat tinggal di pinggiran sungai masih memanfaatkan air sungai untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK). Untuk masyarakat di daerah ketinggian masyarakat pada umumnya memiliki akses sanitasi berupa jamban “cemplung” dengan bangunan atas yang non permanen dan membuang tinja di lahan kebun karena sebagian besar waktu mereka di siang hari berada di kebun.
Kondisi prasarana dan sarana sanitasi yang masih kurang layak khususnya di masyarakat miskin diperparah lagi dengan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi lingkungan, khususnya masalah pembuangan limbah domestik. Disamping itu, penanganan pembuangan air limbah domestik belum mendapat dukungan yang signifikan dari berbagai pihak yang berkepentingan sehingga menduduki prioritas yang rendah dalam perencanaan dan pembangunan infrastrukrtur. Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pembuangan air limbah domestik yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah maupun
masyarakat masih belum memadai, dan peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan belum termobilisasikan dengan baik.
Pembuangan limbah domestik yang berupa limbah cair di Kabupaten Sinjai, saat ini menggunakan beberapa cara :
1. Dibuang ke septik tank
Penanganan limbah cair kegiatan rumah tangga salah satunya dilakukan secara on site dengan pembuatan tangki septik di tiap-tiap rumah tangga. Hal ini banyak dilakukan pada kawasan perumahan penduduk. Kelemahan dari kondisi ini adalah seringkali masyarakat tidak mengetahui standar teknis yang telah ditentukan. Selain dimensi septik tank yang tidak sesuai dengan standar, syarat yang kurang diperhatikan oleh masyarakat saat membangun sumur peresapan dari tangki septik adalah letak dan jarak sumur peresapan dengan sumur gali. 2. Dibuang langsung ke sungai
Ada sebagian masyarakat yang masih membuang limbah cair baik yang dihasilkan manusia maupun rumah tangga langsung ke badan air (sungai), dimana sungai tersebut juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mandi dan mencuci.
3. Saluran Terbuka
Sebagian besar masyarakat membuang air limbahnya ke saluran terbuka atau drainase yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
4. Saluran Tertutup
Untuk saluran tertutup hanya sebagian kecil yang memakai sistim ini.
5. Lubang galian
Lubang galian masih diminati untuk pembuangan air limbah tapi hanya sebagian kecil dari wiilayah sinjai yang membuat sistim ini
Untuk melihat dan mengenal lebih jauh berikut diagram sistim pengolahan air limbah di kabupaten sinjai.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai
III -
44
Tabel 3.41Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/ Nama Aliran
Green Water (Mandi dan Cuci)
Kamar Mandi dan
tempat cuci Lubang Saluran Terbuka Belum ada - -
Black Water
(Tinja) Jamban/WC/ Toilet
- Tangki Septik - Cemplung
- Plengsengan
Pipa Tertutup Belum ada - -
Sumber data: Hasil Kajian data primer dan Ehra
Tabel 3.42
Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Sinjai
Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data
User Interface WC Jumlah KK Rumah 49.701 Dinkes 2011
Penampungan Awal Tangki Septic dan lubang WC Jumlah 40.817
Pembuangan / Daur Ulang Sungai dan Saluran Drainase Terdekat Sungai yang terdekat dari masing-masing kecamatan di kabupaten Sinjai
Dinas PU kabupaten Sinjai