PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PIPA
PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI
LAPANGAN MINYAK LEPAS PANTAI WEST SENO
Untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Strata satu Bidang Ilmu Teknik- Jurusan Teknik Mesin
DISUSUN OLEH :
NAMA : DIDUT IVAN CHRISTANTO NIM : 4130.611.0021
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PIPA
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PADA LAPANGAN LEPAS PANTAI WEST SENO
WEST SENO FIELD
DISUSUN OLEH
NAMA : DIDUT IVAN CHRISTANTO N.I.M : 4130.611.0021
DOSEN PEMBIMBING : DR.Ir ABDUL HAMID M.Eng
Disusun untuk menyelesaikan persyaratan kurikulum program Srata Satu Bidang Ilmu Teknik – Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mercubuana,guna memperoleh gelar Sarjana Teknik ( S1)
Tugas akhir ini dapat di setujui untuk diajukan dalam sidang Ujian Skripsi
Jakarta, Desember 2008 Menyetujui, Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, dimana atas segala Rahmat dan karunia-Nya maka pada akhirnya Tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu persyaratan akademis untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Mesin ( Strata Satu ), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercubuana.
Topik Tugas Akhir ini adalah Perencanaan system Instalasi Pipa pemadam Kebakaran pada Lapangan lepas pantai West Seno, yang mana studi pengamatannya dilakukakan langsung pada lapangan lepas pantai tersebut di Selat Makassar.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu di dalam memyelesaikan tugas akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan ini secara khusus saya sampaikan kepada :
1. Bapak Dr.Ir Abdul Hamid M.Eng selaku dosen pembimbing atas segala saran dan bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir Rully Nutranta M.Eng, selaku ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana
3. Bapak Ir Yuriadi Kusuma M.Sc selaku Dekan dari Fakultas teknik Industri 4. Bapak Ir T.Fajar H selaku Site Operation West Seno Field
5. Semua rekan-rekan dari Chevron Indonesia Company dan Chevron Makassar Ltd
6. Istriku (Santi Rosmalina) dan putraku tercinta (Rasyad Affan Ch) yg selalu menemani penulis dalam menyelesaikan Tugas akhir ini.
7. Kedua Orang tua yang selalu mengingatkan penulis agar cepat menyelesaikan Tugas Akhir ini
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat di harapkan. Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan juga semua rekan yang membacanya. Serta memberi wawasan tentang system penanggulangan kebakaran di lapangan lepas pantai .
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas terselesaikannya Tugas Akhir ini.
Jakarta , Januari 2009
ABSTRAK
A. Nama : Didut Ivan Christanto B. Nim : 4130.611.0021
C. Judul : Perencanaan system pencegahan kebakaran pada lapangan lepas pantai West Seno Field.
D. Jumlah hal 115 , table 10 dan gambar 24 E. Kata Kunci : Instalasi Pipa
F. Abstrak
Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan instalasi perpipaan dan sprinkler yang mengikuti Standar National Fire Protection Association ( NFPA ) dan persyaratan yang di tetapkan oleh Pemerintah Indonesia sehingga system ini dapat di andalkan dan bekerja denga efektif.
Pemilihan jenis pompa, diameter pipa dan peralatan pipa harus menggunakan peraturan dari NFPA karena hal tersebut sangat penting dalam menan
ggulangi masalah, seperti : kerugian akibat tekanan tinggi, kecepatan air, dan sebagainya. Denga instalasi yang memenuhi syarat dan perawatan yang benar dan intensif, maka kualitas dari sistem akan terjaga.
Tugas Akhir ini mengunakan teori dan perhitungan data yang ada untuk memilih jenis pompa, diameter pipa, tekanan air di dalam pipa dengan mempergunakan data yang ada di lapangan sehingga dapat di gunakan untuk instalasi pencegahan kebakaran pada Lapangan lepas pantai West Seno.
Dari hasil analisa Tugas Akhir diperoleh data-data sebagai berikut: - Diameter header pipa sprinkler untuk 2 mata sprinkler = 25 mm - Diameter header pipa sprinkler untuk 3 mata sprinkler = 31,75 mm - Diameter header pipa sprinkler untuk 4 mata sprinkler = 38 mm
- Diameter header pipa hose station untuk 2 box fire hose reel = 75 mm - Diameter header pipa hose station untuk 3 & 4 box fire hose reel = 100
mm
- Head kerugian Total pada pipa Tekan ( discharge ) Sprinkler head kerugian total = 18,966 m
Hose Station Head kerugian total = 18,966 m
- Perhitungan Head kerugian total pada pipa hisap ( suction ) = 5,23 m - Perhitungan daya pompa :
Untuk pompa listrik di peroleh daya sebesar = 17,27 kW Untuk pompa Diesel engine di peroleh daya = 237,27 kW
G. Daftar Pustaka : 4 buku dan informasi dari website resmi H. Dosen Pembimbing : Dr Ir Abdul Hamid M.Eng
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAAN ………. i
KATA PENGANTAR………ii
ABSTRAK ……….iv
DAFTAR ISI ………...vi
DAFTAR GAMBAR ………xi
DAFTAR TABEL ……….xiii
DAFTAR DIAGRAM ………...xiv
DAFTAR NOTASI ……… xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………..… ..1
1.2 Tujuan penulisan………..……2
1.3 Batasan Perencanaan………....3
1.4 Sistematika Penulisan……….4
1.5 Kontribusi Perencanaan……….……4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa dan Sistem Pemipaan………...5
2.1.1.1 Diluar Gedung...5 2.1.1.2 Didalam Gedung...6 2.1.2 Sistem Pemipaan...6 2.1.2.1 Pipa...6 2.1.2.2 Pompa………..8 2.1.2.3 Katup ...9
2.1.2.4 Penyambungan Pipa (Fitting) ………..…….13
2.1.2.5 peralatan bantu Utama...18
2.2 Pengertian Kebakaran………... 20
2.2.1 Teori Dasar Terjadinya Api... 21
2.2.2 Penyebab Kebakaran ...24
2.2.3 Klasifikasi Kebakaran ...26
2.3 Prinsip Dasar Pengamanan kebakaran...27
2.4 Sistem penyediaan air...30
2.4.1 Jaringan Kota...31
2.4.2 Tangki Gravitasi...31
2.4.3 Tangki Bertekanan ...32
2.5 Perencanaan Instalasi Fire Protection System ……….33
2.5.1 Sprinkler System ……….33
2.6 Rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan...39
2.7 Pengujian Instalasi Pipa Pencegahan dan penggulangan kebakaran………45
2. 8 Pemeliharaan Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran ...48
2.8.1 Pemeriksaan Pipa ...46
2.8.2 Pemeriksaan Pipa ...47
2.8.3 Pemeliharaan Sprinkler System dan Hydrant System ...47
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Objek perencanaan...48
3.2 Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa pencegahan dan Penanggulangan pada Bangunan lepas pantai...48
3.3 Teknik pengumpulan Data ...50
3.4 Diagram alir perhitungan ...50
3.4.1. Diagram Alir Perhitungan diameter Pipa Sprinkler ...51
3.4.2 Diagram Alir Perhitungan Tebal Pipa ...52
3.4.3 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer ...52
3.4.4 Diagram Alir perhitungan Head kerugian dalam Jalur Pipa ...53
3.4.5 Diagram Alir Perhitungan Head kerugian Gesek dalam Pipa ...54
3.4.6 Diagram Alir perhitungan Head Kerugian total pada Pipa tekan ( discharge ) ...54
3.4.7 Diagram Alir perhitungan Head Kerugian Total pada Pipa Hisap ( Suction ) ...55
3.4.8 Diagram Alir perhitungan head total Pompa ...55
3.4.9 Diagram Alir perhitungan Efisiensi Pompa ...57
3.4.10 Diagram Alir Perhitungan Tekanan ...57
BAB IV PERENCANAAN DI LAPANGAN
4.1 Data-data gedung ... 59
4.2 Data perencanaan Gedung ...59
BAB V PERHITUNGAN DAN ANALISA PERENCANAAN 5.1 Perencanaan pendahuluan ...62
5.2 Perhitungan Diameter ...64
5.2.1 perhitungan Diameter pipa sprinkler ...64
5.2.2 Perhitungan diameter pipa hose station ...68
5.3 Perhitungan Head kerugian ...72
5.3.1 Konsep dasar head kerugian ...72
5.3.2 Perhitungan Head kerugian pada pipa sprinkler ...72
5.3.2.1 Head kerugian reducer ( hc ) pada pipa sprinkler ...72
5.3.2.2 Head kerugian dalam jalur pipa sprinkler ( he ) ...73
5.3.2.3 Head kerugian gesek pada pipa sprinkler ( hf ) ... 73
5.3.3 perhitungan Head kerugian pada pipa Hose Station ( Discharge )...75
5.3.3.1 Head kerugian reducer ( hc ) pada pipa hose station ...75
5.3.3.2 Head kerugain dalam jalur pipa hose station ( he ) ...76
5.3.3.3 Head kerugain gesek pada pipa sprinkler ( hf ) ... 76
5.3.4 perhitungan Head kerugian Total pada pipa Tekan ( discharge )...78
5.3.5 Perhitungan Head kerugian pada pipa tekan ( suction )...79
5.3.5.2 Head kerugian gesek pada pipa Suction ( hf )...79
5.3.6 perhitungan Head kerugian total pada pipa hisap ( suction )...81
5.4 Pemilihan Jenis pompa...81
5.4.1 Jenis-jenis pompa...81
5.4.2 perhitungan Kapasitas Pompa...82
5.4.3 Perhitungan Head Total pompa...82
5.5 Perhitungan tekanan...86
5.5.1 Konsep dasar tekanan...86
5.5.2 Perhitungan tekanan untuk sprinkler Head dan Hose station box...87
5.6 Pehitungan Daya pompa...90
BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan...92
B. Saran ...94
DAFTAR PUSTAKA ...
96DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Pipa ………..7
Gambar 2.3 Gate Valve ...10
Gambar 2.4 Glove Valve ...11
Gambar 2.5 Check Valve ...11
Gambar 2.6 Foot Valve ...12
Gambar 2.6 Control Valve ...13
Gambar 2.8 Shocked ...14
Gambar 2.9 Ukuran Standart Knee ………14
Gambar 2.10 Tee jenis standart ……….15
Gambar 2.11 Tee – Y ………...16
Gambar 2.12 Reducer ...16
Gambar 2.13 Flange ...17
Gambar 2.14 Plug or Blind flange ...17
Gambar 2.15 Flexible joint...18
Gambar 2.16 Strainer ...19
Gambar 2.17 penyangga Pipa ...19
Gambar 2.18 penggantung Pipa ...20
Gambar 2.1 Segi tiga Api ( fire triangle oc combution ) ...22
Gambar 2.19 Gambar Sprinkler Pancaran atas, bawah dan kesamping ... 35
Gambar 2.21 metode ¼ S dan ½ D ...35
Gambar 2.22 Metode distribusi untuk Sprinkler ...36
Gambar 5.1 Grafik Efisiensi Pompa ...86
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ukuran Diameter pipa yang di gunakan di Offshore ……….7
Tabel 2.2 Macam Kepala sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap suhu...34
Tabel 3.1 lambang-lambang yang di gunakan dalam diagram alir...49
Tabel 5.1 Area Proteksi dan Jarak Maksimal antara Sprinkler...63
Tabel 5.2 Hasil perhitungan diameter pipa cabang sprinkler ... 68
Tabel 5.3 Hasil perhitungan diameter Pipa Hose station...71
Tabel 5.4 Head kerugian gesek pada pipa sprinkler ( hf ) ... 75
Tabel 5.5 Head kerugian gesek pada pipa Hose station ( hf ) ...78
Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Tekanan sprinkler head pada tiap lantai ...89
Tabel 6.1 perbedaan Perhitungan teoritis dengan praktek pemasangan di lapangan ...92
DAFTAR DIAGRAM
3.4.1. Diagram Alir Perhitungan diameter Pipa Sprinkler ...51
3.4.2 Diagram Alir Perhitungan Tebal Pipa ...52
3.4.3 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer ...52
3.4.4 Diagram Alir perhitungan Head kerugian dalam Jalur Pipa ...53
3.4.5 Diagram Alir Perhitungan Head kerugian Gesek dalam Pipa ...54
3.4.6 Diagram Alir perhitungan Head Kerugian total pada Pipa tekan ( discharge ) ...54
3.4.7 Diagram Alir perhitungan Head Kerugian Total pada Pipa Hisap ( Suction ) ...55
3.4.8 Diagram Alir perhitungan head total Pompa ...55
3.4.9 Diagram Alir perhitungan Efisiensi Pompa ...57
3.4.10 Diagram Alir Perhitungan Tekanan ...57
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
High Risk itu adalah kata utama bila kita berbicara tentang industri perminyakan, apalagi bila posisinya di lepas pantai yang notabene jauh dari mana-mana, bantuan yang di harapkan bila terjadi kebakaran membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan bahan baku yang di olah merupakan gugus ( light and heavy ) hydrocarbon, merupakan penyebab utama terjadinya kebakaran bila salah menanganan.
Di lapangan operasi Chevron Indonesia Co ( East Kal ) untuk devisi laut dalam dimana kedalaman air laut lebih dari 1,0 Km dan jarak dari daratan sekitar 60 km. di butuhkan waktu sekitar 12 jam bila mempergunakan tag boat ( fire rescue ). Waktu yang sangat lama untuk bantuan bila terjadi kebakaran, untuk itu di setiap lapangan minyak di sediakan system pencegahan kebakaran sendiri agar bisa menghandle bila terjadi kebakaran.
Mengingat besarnya kerugian yang di timbulkan akibat kebakaran dan terbatasnya kemampuan peralatan serta akses masuk, maka di perlukan system perlengkapan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran sendiri dan harus memenuhi persyaratan pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang telah di tetapkan BP Migas, seperti pemasangan alat pemadam kebakaran portable, sprinkle system, deluge system, alarm
system, signal system dan alat deteksi. Oleh sebab itu, perlu dipelajari suatu system instalasi pemadam kebakaran secara terpadu. Bagian yang akan di bahas dalam perencanaan instalasi pemahdam kebakaran adalah :
¾ Menentukan jenis kabakaran pada lapangan minyak sesuai dengan peruntukannya
¾ Merencanakan instalasi pipa system sprinkle dan instalasi pada rumah pompa
¾ Menentukan peletakan Hose station ( hose reel ) ¾ Menghitung diameter pipa
¾ Menentukan spesifikasi jenis pompa yg di pergunakan
1.2 Tujuan penulisan
Perencanaan instalasi pipa pemadam kebakaran ini bertujuan untuk membuat suatu tindakan pencegahan ( fire protection ) agar dapat menghindari kerugian, baik asset maupun jiwa, serta mencari dasar-dasar perencanaan system instalasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang baik sesuai dengan ketentuan oleh BP Migas dan mengikuti ketentuan yang di keluarkan olah National Protection Fire Association ( NPFA )
Dengan adanya perencanaan system ini, diharapkan dapat di peroleh piping system seefisien mungkin dengan tidak mengurangi mutu sehingga mendapatkan kinerja pemadaman kebakaran yang efektif
1.3 Pembatasan Masalah
Pada penulisan tugas akhir ini perlu dilakukan pembatasan masalah yang bertujuan untuk memperjelas dan sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. perancanaan instalasi pipa untuk sprinkle system dan outdoor hydrant ( hose station ), perhitungan diameter pipa, perhitungan tekanan, pemilihan jenis pompa, pemilihan material pipe rating dan spesifikasi pipa berdasarkan data-data yang tersedia.
2. Instalasi pipa untuk sprinkle system dan Hose station system, perhitungan diameter dan tabel pipa, perhitungan tekanan, pemilihan jenis pompa, pemilihan material pipe rating yang di rencanakan dan di rancang hanya pada main floor ( production deck )
3. jumlah floor /lantai yang di pergunakan perhitungan adalah 3 lantai 4. tinggi barge yang di gunakan untuk perhitungan tugas akhir ini
adalah 10 meter
5. Pembahasan hanya di batasi pada bidang teknik mesin saja dan tidak menyinggung masalah instrumentasi dan mengabaikan bidang-bidang yang tidak begitu mempengaruhi perhitungan perencanaan instalasi pipa
6. Pemilihan fitting connection, katup / valve penyangga, kapasitas serta tekanan yang telah di sesuaikan dengan standart NFPA 13.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN BAB II : LANDASAN TEORI
BAB III : METODOLOGI PERENCANAAN BAB IV : PERENCANAAN DI LAPANGAN
BAB V : PERHITUNGAN DAN ANALISA PERENCANAAN BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
1.5 Konstribusi Perencanaan
Diharapkan dengan perencanaan instalasi pipa ini dapat menambah pengetahuan penulis mengenai perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang baik dan benar untuk kemudian dapat di di bandingkan dengan keadaan perencanaan yang sudah ada di lapangan.
BAB
II
LANDASAN TEORI
2.1 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa dan Sistem Pemipaan 2.1.1 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa
Bila ditunjau dari segi lokasi, perencanaan instalasi pipa secara umum dibagi menjadi 2(dua) jenis perencanaan, antara lain :
1. Perencanaan instalasi pipa diluar gedung 2. Perencanaan instalasi pipa didalam gedung
Kedua jenis perencanaan instalasi pipa tersebut memiliki perbedaan, untuk lebih jelasnya akan ditinjau berikut ini.
2.1.1.1 Diluar Gedung
Pada perencanaan instalasi pipa diluar gedung, fluida yang dialirkan tidak hanya berupa air dan gas saja, tetapi dapat juga berupa minyak atau cairan-cairan kimia.
Sistem perencanaan instalasi pipa diluar gedung dapat dibagi menjadi 1. perencanaan instalasi pipa dinas PDAM
2. Perencanaan instalasi pipa di bidang Perminyakan dan Gas 3. Perencanaan instalasi pipa di bidang industri kimia
2.1.1.2 Didalam Gedung
Perencanaan instalasi pipa didalam gedung sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sistem perencanaan instalasi pipa didalam gedung dibagi menjadi :
1. Perencanaan instalasi pipa distribusi air bersih 2. Perencanaan instalasi pipa air kotor
3. perencanaan instalasi pipa air buangan
4. Perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penaggulangan kebakaran 5. Perencanaan instalasi pipa central air conditioning
2.1.2 Sistem Pemipaan
Peralatan-peralatan yang terpasang untuk sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut : 2.1.2.1 Pipa
Pipa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan fluida. Dalam hal ini yang disalurkan adalah fluida cair, yaitu air. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan harus disesuaikan dengan tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida. Pipa yang digunakan untuk instalasi pipa pemadam adalah jenis Bondstrand thickness 4.6 mm. Panjang standart pipa Bondstrand adalah 6 meter. Pipa Bondstrand dipakai sebagai instalasi pipa pencegahan dan penggulangan kebakaran di offshore karena alasan sebagai berikut :
• Memiliki ketahanan terhadap panas. • Memiliki ketahan karat yang baik.
• Dapat menahan tekanan tinggi sampai 16 bar untuk kelas Fiber • Ringan dan mudah dalam instalasi
Gambar 2.2 Pipa
Tabel 2.1 ukuran Diameter pipa yang di gunakan di Offshore Di
Dd L
2.1.2.2 Pompa
Pompa yang digunakan untuk instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi adalah pompa jenis centrifugal. Ada 3 (tiga) macam pompa yang digunakan antara lain adalah
1. Electric Motor Pump
Digunakan untuk mengalirkan sea water menuju header pipa dan menuju instalasi sprinkler system dan Hose station.dan menjaga tekanan dalam pipa tetap stabil
2. Diesel Engine Pump
Digunakan untuk pompa pencegahan dan penanggulangan kebakaran sebagai pengganti electric pump yang kemungkinan pada saat kebakaran tidak berfungsi karena aliran listrik padam. 3. Jockey Engine Motor Pump
Digunakan untuk menambah tekanan air dalam pipa pada saat electric pump sedang beroperasi.
Rumah pompa merupakan salah satu pokok yang diatur dalam standat dengan persyaratan :
• Dalam bangunan khusus terpisah.
• Dalam Bangunan yang bersebalahan / bersatu dengan bangunan yang dilindungi yang dipisahkan oleh dinding dengan ketahanan api minimal 2 jam.
2.1.2.3 Katup
Katup yang digunakan pada instalasi pipa bangunan tinggi antara lain adalah :
1. Gate valve
Gate valve berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air pada pipa.
Gambar 2.3 Gate Valve
2. Globe Valve
Fungsi dari globe valve pada dasarnya sama dengan gate valve, yaitu untuk membuka dan menutup aliran air pada pipa. Tetapi bila melewati globe valve, aliran air akan membentuk pola huruf S. Hal ini akan menahan aliran air sehingga tekanan yang terjadi tidak meningkat.
Gambar 2.4 Glove Valve
3. Check Valve
Check Valve berfungsi untuk menahan aliran balik apabila tiba-tiba
pompa berhenti beroperasi.
4. foot Valve
Foot Valve berfungsi sebagai saringan agar kotoran tidak terbawa
masuk ke dalam pompa. Apabila kotoran masuk ke dalam pompa, kotoran tersebut dapat merusak sudu-sudu dalam pompa. Foot valve dipasang pada ujung suction pipe. Selain itu, fungsi dari foot
valve adalah menahan aliran baik pada saat pompa berhenti
beroperasi sehingga air tidak perlu dipancing lagi pada saat pompa kembali beroperasi.
Gambar 2.6 Foot Valve
5. Pressure Reducer Valve
Pressure Reducer Valve (PRV) berfungsi untuk mengurangi tekanan air dalam pipa agar air yang mengalir pada pipa mempunyai tekanan yang konstant. PRV ini dipasang pada cabang
pipa dari shaft yang masuk ke tiap lantai. Gambar PRV dapat di lihat dibawah ini.
Gambar 2.6 Control Valve
2.1.2.4 Penyambungan Pipa (Fitting)
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara :
• Sambungan ulir, untuk Galvanized Iron Pipe dan Black Steel kadang juga PVC.
• Sambungan las, untuk Black Steel dengan diameter ≥ Ø 2 “
• Sambungan dengan menggunakan lem, untuk pipa PVC dan Bondstrand
Macam-macam penyambungan pipa antara lain adalah :
1. Shocked → untuk menyambung pipa lurus dengan diameter sama.
Gambar 2.8 Shocked
2. Knee/Siku/Elbow → Untuk menyambung pipa yang membelok. Dibawah ini ditunjukan bermacam jenis Knee.
3. Tee → Untuk menyambung 3(tiga) buah pipa. Sambungan jenis ini memiliki 2(dua) macam bentuk, antara lain :
• Tee
Tee jenis ini mempunyai 2(dua) jenis bentuk, yaitu : a. d1 = d2 =d3
b. d1 = d2 ≠ d3
Gambar 2.10 Tee jenis standart
• Tee – Y
Tee jenis ini mempunyai 2(dua) jenis bentuk, yaitu : c. d1 = d2 =d3
Gambar 2.11 Tee – Y
4. Reducer → Untuk menyambung pipa lurus dengan diameter berbeda.
5. Flange → Untuk menghubungkan 2(dua) buah pipa yang disambungkan dengan cara pengelasan dan dihubungkan dengan baut.
Gambar 2.13 Flange
6. Plug → Untuk menutup ujung pipa agar tidak dilalui air.
2.1.2.5 perlatan bantu Utama
Peralatan Bantu utama pada instalasi pipa dalam gedung antara lain adalah :
1. Flexible Joint → Berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi pada saat pompa dioperasikan. Getaran yang terlalu kencang dapat merusak sambungan pipa. Flexible Joint dipasang pada suction pipe dan dishcarge
pipe.
Gambar 2.15 Flexible joint
2. strainner → Berfungsi untuk menyaring kotoran kecil berupa pasir, kerikil dan lain sebagainya agar tidak masuk ke dalam pompa. Kotoran tersebut dapat merusak sudu-sudu pompa. Strainner dipasang pada suction pipe.
Gambar 2.16 Strainer
3. Manometer → Berfungsi untuk mengukur tekanan air di dalam pipa, Manometer dipasang pada discharge pipe. 4. Penyangga dan Penggantung Pipe
Penyangga pipa digunakan untuk meletakan pipa di atas tanah. Gambar penyangga pipa dapat dilihat di bawah ini.
Penggantung pipa digunakan tepat diatas ruangan atau dibawah langit-langit. Gambar penggantung pipa dapat dilihat dibawah ini.
Gambar 2.18 penggantung Pipa
2.2 Pengertian Kebakaran
Dalam suatu batasan tertentu, api merupakan teman manusia. Api dapat memberikan bagi kehidupan manusia, antara lain dapat digunakan untuk memasak, menghangatkan ruangan pada daerah temperatur udaranya rendah, untuk peleburan logam dan lain-lain. Tetapi api juga dapat menjadi ancaman yang sangat berbahaya, jika dalam penggunaannya, api tidak dapat dikendalikan lagi dan dalam hal ini di sebut kebakaran.
2.2.1 Teori Dasar Terjadinya Api
Api merupakan suatu reaksi kimia (reaksi Oksidasi) yang bersifat eksotermis diikuti oleh pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Untuk memulai suatu proses terjadinya api diperlukan 3(tiga) unsur yaitu bahan/benda, oksigen dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam suatu konsetrasi yang memenuhi syarat, timbulah reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses kebakaran. Kehadiran ketiga unsur tadi (dalam konsentrasi yang seimbang), mengakibatkan reaksi-reaksi kimia sebagai proses pembakaran menimbulkan terjadinya api awal. Sebagian panas akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas yang dapat menyala berganti-ganti bercampur dengan oksigen di udara. Nyala ini akan berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang seimbang.
Bilamana keadaan suhu telah sampai pada titik nyala suatu bahan, maka ketiga unsur tersebut akan memproduksi api, yang tergabung membentuk segitiga yang dikenal dengan Segi Tiga Api. (Fire Triangle of Combution)
Gambar 2.1 Segi tiga Api ( fire triangle oc combution )
Sekali proses pembakaran dimulai dan bahan bakr serta oksigen tersedia dalam jumlah yang besar maka panas yang timbul akan lebih besar lagi. Dengan adanya penambahan panas akan meningkatkan jumlah bahan bakar dan juga kebutuhan oksigen. Selanjutnya karena adanya oksigen, panas pembakaran lebih meningkat lagi dan melibatkan lebih banyak lagi bahan bakar.
Selanjutnya apabila suhu mencapai titik nyalanya, akan timbul lagi proses pembakaran, demikian seterusnya. Reaksi ini terus berlangsung hingga semua bahan bakar habis dan panas telah terbuang semua ataupun oksigen terpakai habis, sehingga suhu bakar berkurang dibawah titik nyalanya dan proses pembakaran berangsur-angsur terhenti.
A.Panas (Heat/Energy)
Sumber-sumber panas yang dapat menimbulkan api antara lain adalah : 1. Api terbuka.
Benda-benda yang suhu penyalaannya rendah dapat terbakar karena panasnya sinar matahari
3. Energy Mechanic
Misalnya gesekan dan benturan antara dua benda, dapat menimbulkan panas dan bahkan bunga api.
4. Kompresi (Compression)
Misalnya pemampatan udara atau gas seperti pada pompa sepeda, motor bakar, kompressor dan lain-lain.
5. Listrik.
6. Proses Kimia.
B. Oksigen (O2)
Oksigen adalah suatu unsur/zat yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Demikian pula api. Tanpa kehadiran oksigen, api tidaj akan terjadi. Dalam proses pembakaran , oksigen merupakan alat oksidasi.
C. Benda/Bahan Bakar
Benda yang mudah terbakar adalah benda yang mempunyai suhu penyalaan rendah. Sebaliknya, benda-benda yang mempunyai suhu penyalaan tinggi akan sulit terbakar.
2.2.2 Penyebab Kebakaran
Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyidikan dan analisa dari setiap kebakaran, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran adalah karena manusia, penyalaan sendiri dan gerakan alam.
A. Faktor Manusia
1. Kurangnya pengertian terhadap penanggulangan bahaya kebakaran.
Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau hanya Sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran, misalnya :
a. Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber panas/api, seperti :
• Meletakan kompor yang sedang menyala di dekat dinding papan yang mudah terbakar.
• Meletakan lap-lap yang mengandung bahan bakar di atas mesin (generator) yang sedang bekerja
• Meletakan lampu, obat nyamuk, pedupaan dan lain-lain yang sedang menyala di tempat yang mudah menyala.
• Menyimpan bahan bakar di dekat sumber panas
b. Memadamkan api/kebakaran yang sedang terjadi dengan menggunakan peralatan pemadam/media pemadam yang bukan pada
tempatnya,seperti : memadamkan api yang berasal dari kebakaran benda cair (bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain) dengan menggunakan air.
2. Kelalaian
Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran, hanya saja ia malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya:
• Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengadakan pengontrolan secara rutin terhadap alat-alat yang akan dan sedang dipakai (kompor, Generator, instalasi listrik, alat-alat listrik dan lain-lain).
• Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan/situasi setempat sewaktu akan meninggalkan ruangan.
• Membiarkan anak-anak bermain api.
• Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan pemadam kebakaran.
• Tidak pernah mau mematuhi larangan-larangan yang terdapat pada suatu tempat ( ditempat-tempat yang berbahaya biasanya terdapat tanda-tanda peringatan seperti: “DILARANG MEROKOK” dan lain-lain).
3. Sabotase
Adalah suatu kebakaran yang benar-benar di sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab guna mencari keuntungan sendiri, balas dendam atau menghilangkan jejak kejahatan. B. Penyalaan Sendiri
1. Pada penyimpanan-penyimpanan tembakau di gudang. 2. Pada timbunan sampah.
C. Kejadian Alam
1. Gunung meletus dengan menimbulkan awan pijar, batu-batuan pijar, lahar panas, gas-gas panas, gempa bumi.
2. Kilatan petir 3. Sinar matahari 4. kebakaran hutan 2.2.3 Klasifikasi Kebakaran
Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran ialah penggolongan kebakaran berdasarkan pada jenis banda-benda/bahan-bahan yang terbakar.
Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut diharapkan akan lebih mudah, lebih cepat dan lebih tepat memilih media pemadam yang akan digunakan untuk melaksanakan pemadaman.
Klasifikasi Kebakaran :
1. Bahaya kebakaran ringan ialah mempunyai nilai kemudahan terbakar dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, menjalarnya api lambat.
2. Bahaya Kebakaran Rendah Kelompok I yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah penimbunan bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, penjalaran api sedang.
3. Bahaya kebakaran Sedang kelompok II yakni mempunyai nilai kemudahan tebakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya ap sedang.
4. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat.
5. Bahaya Kebakaran Berat yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan penjalaran api cepat.
2.3 Prinsip Dasar Pengamanan kebakaran
Pada dasarnya tujuan tindakan pengamanan bahay kebakaran adalah sebagai berikut :
2. Perlindungan harta benda termasuk bangunan. 3. Perlindungan informasi/proses yang berlangsung. 4. Perlindungan lingkungan hidup terhadap kerusakan.
Sebagai realisasi dari tindakan tersebut, maka sistem pengamanan terhadap kebakaran meliputi sekurang-kurangnya adalah :
1. Mencegah timbulnya ignition api. 2. Membuat prosedur pertolongan. 3. membatasi penjalaran api.
4. mendeteksi dan melakukan pemadaman dini.
5. Meminimalisasikan kerusakan bila kebakaran terjadi.
Sistem pengamanan tersebut perlu direalisasikan dalam perancangan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sistem dengan manajemen sistem yang baik.
Metode Pemadaman
Prinsip pemadaman adalah merusak keseimbangan campuran antara unsur-unsur/faktor-faktor penunjang terjadinya api. Telah diuraikan terdahulu bahwa dalam proses kebakaran untuk menimbulkan terjadinya api, dibutuhkan 3(tiga) faktor tersebut tidak ada, maka api tidak akan terjadi. Penghilangan/pengurangan salah satu dari keempat faktor tersebut akan membuat api menjadi sirna.
Dengan demikian untuk menghilangkan/memberantas api dapat dilakukan dengan cara :
1. SMOTHERING-Penutupan/Penyelimutan
Cara metode ini biasa dikenal dengan sistem pemadaman isolasi / lokalisasi.Yaitu: memutuskan hubungan udara luar dengan benda/bahan yang terbakar agar perbandingan udara (oksigen) dengan adanya yang terbakar berkurang.
Misalnya :
• Menutupi/menyelimuti benda yang terbakar dengan menggunakan karung basah.
• Menutupi/menyelimuti benda yang terbakar dengan menggunakan lumpur, pasir atau tanah.
• Memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam kebakaran jenis busa.
Sekaligus pula dalam hal ini melokalisir atau membatasi areal kebakaran agar api tidak membesar/meluas ketempat lain.
2. COOLING-Pendinginan
Yaitu : mengurangi/menurunkan panas hingga benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya.
Misalnya :Disiram/disemprot dengan air (mengingat air mempunyai daya serap panas yang baik).
• Dipadamkan dengan alat pemadam api jenis CO2.
3. STARVATION
Yaitu : mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar atau menutup aliran bahan (cair atau gas) yang terbakar.
Misalnya :
• Memisah-misahkan benda yang terbakar.
• Menjauh-jauhkan benda-benda yang belum terbakar.
• Menutup kran pada instalasi aliran minyak atau gas yang terbakar.
4. EMULSIFICATION-Penggumpalan
Misalnya : memadamkan api dari kebakaran plastik dengan menggunakan air.
5. PELARUTAN
Misalnya: memadamkan api dari kebakaran alkohol dengan menggunakan air.
2.4 Sistem penyediaan air
Setiap sistem sprinkler harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup,serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan pemilik bangunan. Apabila pemilik tidak dapat mengendalikannya, harus ditunjuk badan lain yang diberi kuasa penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu bekerjanya sprinkler. Pemakaian air asin tidak diizinkan, kecuali bila tidakada penyediaan air lain pada waktu terjadi kebakaran.
2.4.1 Jaringan Kota
Pipa penyalur untuk sistem sprinkler dapat disambung pada system jaringan kota apabila kapasitas dan tekanan mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi di tempat penyambungan yang di rencanakan atas izin Perusahaan Air Minum.
2.4.2 Tangki Gravitasi
Tangki gravitasi adalah tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik sehingga dapat diterima sebagai system penyediaan air.
Tangki gravitasi untuk melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran dan sistem sprinkler otomatis harus :
1. Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut.
2. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk mpemadam kebakaran dapat dipertahankan.
3. Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.
2.4.3 Tangki Bertekanan
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Tekanan udara pada tangki bertekanan harus dapat diatur secara otomatis.
Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya system penyediaan air. Sistem tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan peringatan apabila tekanan atau tinggi muka air dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan.
Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani system sprinkler dan system slang kebakaran yang dihubungkan pada perpipaan
sprinkler.
Tangki bertekanan harus selalu terisi air 2/3 penuh dan diberi tekanan udara sekurang-kurangnya 5 kg/cm2, kecuali bila ditentukan lain oleh pejabat yang berwenang. Apabilan dasar tangki bertekanan terletak pada ketinggian sedemikian rupa dibawah system sprinkler yang tertinggi, maka tekanan udara yang harus diberikan minimum 5 kg/cm2 dengan 3 x tekanan yang disebabkan oleh berat air pada perpipaan system sprinkler diatas tangki.
2.5 Perencanaan Instalasi Fire Protection System
Pada perencanaan instalasi Fire proctection System, alat-alat yang digunakan antara lain adalah :
2.5.1 Sprinkler System
Sistem pemercik air (Sprinkle System) adalah suatu jaringan instalasi pemipaan yang dapat memancarkan air bertekanan tertentu, secara otomatis berdasarkan sensor panas ke segala arah dalam suatu ruangan.
Macam-macam system Sprinkler antara lain ; 1. Sprinkler System Basah (Wet type System)
Pada sistem ini seluruh jaringan sprinkler (baik dibawah maupun diatas katup kendali/control valve) berisi air bertekanan tertentu yang dihubungkan dengan persediaan air, sehingga memungkinkan sistem sprinkler tersebut dapat bekerja pada saat kepala sprinkler pecah dan langsung memancarkan air.
Sistem sprinkler ini, pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat (retard chamber). Fungsi dari peralatan ini adalah untuk menghindari aktifnya alarm gong akibat terjadinya kelebihan tekanan air sesaat yang dikirm melalui katup pengendali.
Cara Kerja :
Dengan pecahnya kepala Sprinkler karena menerima rangsangan panas sesuai tingkat suhunya, air akan memancarkan keluar. Air yang memancarkan dari kepala sprinkler mengakibatkan tekanan dalam jaringan instalasi turun sampai titik tertentu. Turunnya tekanan akan mengakibatkan Pressure Switch
menggerakan pompa sehingga pompa bekerja. Setelah pompa bekerja, menekan air mengalir melalui jaringan menuju titik-titik sprinkler termasuk mengaktifkan alarm gong.
Macam-macam kepala sprinkler berdasarkan kepekaan suhu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Macam Kepala sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap suhu No Warna cairan dalam tabung gelas Tingkat suhu ( °C )
1 Jingga 57 2 Merah 68 3 Kuning 79 4 Hijau 93 5 Biru 141 6 Ungu 182 7 Hitam 204/260
Berdasarkan arah pancarannya, kepala sprinkler dapat dikelompokan menjadi 3(tiga), yaitu :
1. Kepala Sprinkler dengan arah pancaran ke atas (upright) 2. Kepala Sprinkler dengan arah pancaran ke bawah (pendent) 3. Kepala Sprinkler dengan arah pancaran ke samping (sidewall)
Gambar 2.19 Gambar Sprinkler Pancaran atas, bawah dan kesamping Untuk penempatan kepala sprinkler, terdapat 2(dua) jenis sistem pengaturan, yaitu :
1. Metode ½ S dan ½ D 2. Metode ¼ S dan ½ D
Gambar 2.20 Metode ½ S dan ½ D
S = Jarak antara dua kepala sprinkler. D= Jarak antara dua jalur pipa.
Sx D untuk bahaya kebakaran ringan = 12 -21 m2 Sx D untuk bahaya kebakaran sedang = 9 – 12 m2 Sx D untuk bahaya kebakaran berat = ≤ 9 m2
Disamping dua jenis penempatan tersebut, terdapat pula beberapa metode penempatan untuk kepala sprinkler yang disesuaikan dengan kondisi ruangan yang akan dipasang kepala sprinkler,
seperti gambar dibwah ini :
Siamese Connection
Siamese Connection merupakan kopling masukan (inlet)
bercabang dua yang berfungsi untuk memasukan air kedalam sistem instalasi apabila pompa kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam resevoir telah habis.
Siamese Connection biasanya terletak ditempat yang mudah
dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran, atau pun tag boat bila di laut. Biasanya dipasang pada halaman muka, disamping atau di belakang bangunan.
Gambar Isometri
Setelah penggambaran denah lokasi peralatan instansi pipa, langkah selanjutnya adalah penggambaran isometri denah peletakan instalasi pipa. Tujuan dari penggambaran secara isometri ini adalah mempermudah menghitung jumlah pipa yang dipakai dan mempermudah dalam pembacaan naik turunnya instalasi pipa.
30° 30°
Pada gambar isometri di gambarkan pipa utama, pipa cabang dan plumbing fixtures yg di gambarkan berupa lambang-lambang. Berikut ini di jelaskan lambang-lambang yang di gunakan dalam instalasi pipa pemadam :
2.6 Rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan 1. Debit air ( Kapasitas aliran Fluida )
Q = v . A ... (2.1)
Dimana : Q : kapasitas aliran fluida ( m 3/ s ) v : kecepatan aliran ( m/s )
A : Luas panampang pipa ( m2 )
2. head kerugian Reducer
hc = ( 1/Cc – 1 )2 . v2 / 2g ……….(2.2)
Dimana : hc : Head kerugian reducer ( m )
Cc : koefisien penyempitan untuk air
v : Kecepatan aliran ( m/s )
g : Percepatan gravitasi ( m2/s ) = 9,8 m2/s
3. Head kerugian dalam jalur pipa he = ( K.v2 ) / 2g …..(2.3)
Dimana : he : Head kerugian dalam jalur pipa ( m )
K : factor untuk sambungan dan belokan v : Kecepatan aliran ( m/s )
g : Percepatan gravitasi ( m2/s ) = 9,8 m2/s
(2.1 ) Victor L.streeter,Mek Fliuda, hal 94 (2.2 ) Ibid, hal 211
4. Bilangan Reynold / reynold number Re = ( v.d) / µ ...(2.4 )
Dimana : Re : Bilangan Reynold
d : Diameter dalam pipa ( m ) v : Kec. aliran ( m/s )
µ : Viskositas kinematik air ( m2/s )
5. Kerugian gesek dalam pipa ( aliran bersifat turbulens ) hf = f . L/d. (v2/2g ) ...( 2.5)
Dimana : hf : Kerugian gesek dalam jalur pipa ( m )
f : Koefisien gesekan dalam pipa distribusi L : Panjang total pipa ( m )
d : diameter dalam pipa ( m )
g : Percepatan gravitasi ( m2/s ) = 9,8 m2/s
6. Head Total Pompa
H pompa = ha + Δhp + h1 + ( V2/2g ) …... (2. 6)
Dimana : Hpompa = Head total pompa (m)
Ha = head statis total (m)
Δhp = Head perbedaan tekanan (m)
H1 = Head losses (m)
(2.4) Ir.Bustani Mustafa, M.Sc. Diktat pompa Centrifugal, hal 25 (2.5) Ibid, hal 26
7. Head Tekanan
Δhp = (p2 – p1) /ρ.g ………..(2.7)
Dimana : hp = Head tekanan (m)
P = Tekanan (N/m2) ρ = Rapat massa (kg/m2)
g = Percepatan Gravitasi (m2/s) = 9,81 m2/s
8. Head Kecepatan
hv =( v22 – v12)/2g ...(2.8)
Dimana : hv = Head kecepatan (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m2/s) = 9,81 m2/s
9. Head Statis
ha = z2 – z1 ………(2.9)
Dimana : ha = Head statis total (m) Z1 = Tinggi permukaan air (m)
Z2 =Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung
headnya (m)
(2.7) Ir Bustani Mustafa,M.Sc, Diktat pompa centrifugal, hal 30 (2.8) Ibid, hal 22
10. Head Losses Discharge dan Head Losses Suction h1d = hf + hc + he ………...(2.10)
h1s = hf + he ………(2.11)
Dimana : h1d = Head losses discharge (m)
hf = kerugian gesek dalam pipa (m)
hc = Head kerugian reducer (m)
he = Head kerugian dalam jalur pipa (m)
h1s = Head losses suction (m)
11. Head Losses
hlosses = h1d + h1s ……….(2.12)
Dimana : h1 = head losses (m)
H1d = Head losses discharge (m)
H1s = Head losses suction (m)
12. Putaran Spesifik Pompa n1 = n√Q / (H3/4) ……..…(2.13)
Dimana : ns = Putaran spesifik pompa (rpm) n = Putaran pompa (rpm)
Q = Kapasitas pompa ( m3/s) H = Head total pompa (m)
(2.10) Ir Bustani Mustafa,M.Sc, Diktat pompa centifugal, hal 22 (2.11) Ibid, hal 22
(2.12) Ibid, hal 22 (2.13) Ibid, hal 99
13. Persamaan Energi p1/ ρ.g + ( v1 2 / 2.g ) + Z1 + Hpompa = P2/ ρ.g + ( v2 2 / 2.g ) + Z2 + Hloses ...(2.14)
Dimana : p1/ ρ.g = head tekanan pada sisi isap ( m )
v12 / 2.g = Head kecepatan pada sisi isap ( m )
Z1 = Tinggi permukaan air ( m )
Hpompa = Head pompa (m)
P2/ ρ.g = Head tekanan pada sisi tekan (m)
v22 / 2.g = Head kecepatan pada sisi tekan (m)
Z2 = Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang di hitung headnya
(m)
Hloses = Head losses (m)
14. perhitungan tebal Pipa
t = (ρ.D ) / ( 2.σ ) + C …………..(2.15)
Dimana : t = tebal pipa ( m )
D = diameter dalam pipa ( m ) P = tekanan dalam pipa ( N/M2 )
σ = tegangan tarik yang di ijinkan bahan ( N/M2 ) C = konstanta
(2.14) Ir Bustani Mustafa,M.Sc, Diktat pompa, hal 30
15 . Daya pompa
PP = (ρ. g . H . Q ) / ( η p ) ………..(2.16)
Dengan η p = Ph/Pp
Dimana : Pp = Daya pompa ( watt ) Ph = Daya hidrolik ( Watt 0 η p = Efisiensi pompa
ρ = rapat massa ( kg/m3 ) Q = Kapasitas pompa ( m3/s )
g = percepatan gravitasi ( m2/s ) = 9,81 m2/s
2.7 Pengujian Instalasi Pipa Pencegahan dan penggulangan kebakaran
Pengujian yang dilakukan pada instalasi pipa pencegahan dan penaggulangan kebakaran antara lain adalah :
1. Pengujian Tekanan
Pada pengujian tekanan ini perlu diketahui apakah akan sampai ke semua bagian dari system instalasi pipa pencegahan dan penggulangan kebakaran tersebut. Cara pelaksanaannya, yaitu dengan cara : menjalankan pompa untuk menghantarkan tekanan ke semua pipa cabang dan membuka semua katup. Pengujian dilakukan dengan tekanan Hidrostastik 20 kg/cm2 selama 4 jam terus menerus tanpa penurunan tekanan pada tiap-tiap pipa cabang.
2. Pengujian Tangki
Setelah selesai dibangun,tangki harus dibersihkan secara baik kemudian di isi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran. Selama pengujian tangki harus tidak menunjukan gejala adanya kebocoran sekurang-kurangnya 24 jam.
3. Pengujian Aliran
Pada pengujian ini,aliran harus benar-benar lancar sehingga debit aliran masuk mendekati sama dengan debit aliran keluar.
4. Pengujian Sprinkler System
Pengujian ini dilakukan hanya pada beberapa kepala sprinkler,yaitu dengan cara memanaskan kepala sprinkler, sehingga pada suhu
tertentu tabung kaca kepala sprinkler akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar keluar melalui lubang-lubang kepala sprinkler.
5. Pengujian pompa
Pada pengujian ini, pompa yang digunakan pada Bangunan dinyalakan. Diharapkan pompa tersebut harus dapat bekerja secara otomatis dan manual, dapat menyalurkan air sesuai dengan kebutuhan, dapat berfungsi dengan sumber daya Listrik maupun darurat.
2.8 Pemeliharaan Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran
Aspek pemeliharaan suatu instalasi tidak dapet dipisahkan dari perancangan maupun pemasangan, terlebih pada instalasi pipa pemadam kebakaran ini, karena sistem ini merupakan suatu sistem yang sangat penting yang harus dimiliki suatu bangunan lepas pantai dan jika pemeliharaannya kurang memadai, maka instalasi tersebut tidak dapat diandalkan.
2.8.1 Pemeliharaan Pipa
Pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain adalah : a. Pemeriksaan terhadap kebocoran dan karat.
b. Pemeriksaan terhadap laju aliran dan tekanan air. c. Pemeriksaan penggantung dan penyangga pipa.
2.8.2 Pemeliharaan Pipa
Pada pemeliharaan pompa, yang harus dilakukan antara lain adalah : a. Pembersihan tadah isap dan pipa isap
Jika selama pompa beroperasi ada benda asing. Kotoran atau sampah yang masuk ke dalam pipa isap atau tadah isap, maka pompa akan mengalami gangguan yang serius. Karena itu, pompa harus diperiksa dari benda-benda yang dapat mengganggu dan merusak pompa. Untuk itu perlu sekiranya di injectkan larutan Chlorine ke dalam suction pompa agar dapat menjegah tumbuhnya marine growth
b. Pemeriksaan minyak pelumas
Gemuk dan minyak pelumas harus diperiksa kebersihannya dan jumlahnya.
c. Pemeriksaan kebocoran dari bagian – bagian pipa Diamati secara visual
d. Arus Listrik
Dibaca pada ampere meter.
2.8.3 Pemeliharaan Sprinkler System dan Hydrant System
Kedua alat ini harus berada pada kondisi yang baik, yaitu bebas dari korosi bebas dari kotoran dan debu. Sebaiknya kepala sprinkler dilapisi/diolesi gemuk agar terhindar dari korosi. Pastikan bahwa pintu Hydrant Box dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Berikan gemuk pada engsel – engsel pintu Hose Station
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
Dalam perencanaan sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini, penulis melakukan beberapa cara dalam pengumpulan data-data yang di perlukan. Adapun metodologi perencanaan yang penulis lakukan antara lain adalah studi pustaka, survey lapangan, wawancara dengan instansi yang terkait.
3.1 Objek perencanaan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini yang menjadi objek perencanaan penulis adalah Proyek lepas pantai atau yang lebih di kenal dengan Floating production Unit ( FPU ) yang berada di selat Makassar dengan jarak tempuh dari balikpapan selama 6 jam dengan kapal cepat ± 204 Km.
3.2 Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa pencegahan dan Penanggulangan pada Bangunan lepas pantai.
Prosedur pemasangan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan lepas pantai di jelaskan dalam bentuk diagram alir ( flow diagram ). Diagram alir di gambarkan menggunakan lambang-lambang ,tersebut di buat untuk memudahkan pengertian urutan-urutan pengerjaan.
Jumlah lambang yang akan dipakai di usahakan seminimal mungkin seperti di bawah ini :
Tabel 3.1 lambang-lambang yang di gunakan dalam diagram alir
LAMBANG NAMA KETERANGAN
Terminal
Untuk menyatakan mulai ( start ), berakhir ( end ), dan berhenti ( stop )
Input
Pernyataan data dan penyusunan disini
Pekerjaan orang
Disini diperlukan pertimbangan seperti pemilihan persyaratan kerja, bahan,perlakuan panas
penggunaan faktor keamanan dll
Pengolahan
Pengolahan di lakukan secara mekanis dengan menggunakan persamaan, tabel dan gambar
Keputusan
Harga di hitung, di bandingkan dengan yang telah di standarkan
Dokumen
Untuk menyatakan pengeluaran dari tempat keputusan ke tempat sebelumnya/berikutnya
penghubung
Garis aliran
Untuk menghubungkan langkah-langkah berurutan
3.3 Teknik pengumpulan Data
Dalam penyusunan penulisan ini menggukana metode pengumpulan data untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut :
1. Penelitain lapangan
Dengan mendatangi dan mengamati serta mengumpulkan data-data pada proyek platform lepas pantai FPU di West Seno field
2. Wawancara
wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang lebih lengkap mengenai segala sesuatu yang belum di ketahui penulis, yaitu dengan wawancara langsung pada Engeneering group dan karyawan yang ada pada proyek tersebut.
3. Riset perpustakaan
Dengan mengumpulkan data-data melalui buku-buku literature,materi perkuliahan Perencanan instalasi Pipa dan buku-buku yang berhubungan dengan materi penulisan serta browsing internet tentang standar international yang di pakai.
3.4 Diagram alir perhitungan
setelah di lakukan penelitian lapangan, penelitian kepustakaan dan pencarian literature di internet, dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut :
3.4.1. Diagram Alir Perhitungan diameter Pipa Sprinkler
Start
End
No
yes
3.4.2 Diagram Alir Perhitungan Tebal Pipa
3.4.5 Diagram Alir Perhitungan Head kerugian Gesek dalam Pipa
3.4.6 Diagram Alir perhitungan Head Kerugian total pada Pipa tekan ( discharge )
3.4.7 Diagram Alir perhitungan Head Kerugian Total pada Pipa Hisap ( Suction )
3.4.9 Diagram Alir perhitungan Efisiensi Pompa
3.4.10 Diagram Alir Perhitungan Tekanan Putaran pompa n; head Pompa, Hpompa ; Debit air Q
Putaran spesifik Pompa
3.4.11 Diagram Alir perhitungan daya pompa
BAB IV
PERENCANAAN DI LAPANGAN
4.1 Data-data gedung
Nama : West Seno Platform
Lokasi : Makassar Strait, West Seno field Sketsa :
1. Terdiri dari 5 lantai untuk tempat tinggal ( living Quarter )
2. Terdiri dari 3 lantai proses Produksi dan 1 lantai di bawah air ( under water elevation )
Dimensi :
- mempunyai Panjang Platform 150 m - mempunyai lebar platform 40 m - mempunyai tinggi barge 10 m
- Jarak basement ( hull ) ke lantai produksi 3 m - Jarak lantai produksi ke top deck 10 m
4.2 Data perencanaan Gedung
Jenis kebakaran pada platform West Seno adalah jenis kebakaran besar, berikut data perencanaan instalasi pemadam kebakaran pada platform West Seno :
1. Sprinkler system
Sprinkler sytem yg di gunakan harus memnuhi persyaratan NFPA 13. jenis sprinkler head yang di gunakan dalam perencanaan platform ini adalah tipe dry pendant dengan spray angel 90° dan 120° . Dengan model sambungan mempergunakan ½ ’’ NPT, jenis pipa yang di pergunakan pada sprinkler adalah Galvanized Sch-40 dan header dari fire water mempergunakan Bondstrand ( glass Fiber )
2. Hose station ( Hose reel )
Hose reel station yang di pergunakan harus memenuhi persyaratan NFPA 13 ( Stand pipe and hose system ) class II service.
Hose reel dan Nozzle
1. Hose pemadam api harus berukuran 1’’ atau 1.5 ’’ diameter dengan panjang max. Dari hose tidak lebih drai 75 feet = 23 m 2. Design hose di rancang tidak dapat collaps,brainded cotton dan
bagian luar terlapisi oleh karet. Minimum test pada 400 psig , confirm NFPA-1961-1992
3. Hose harus sesuai dengan rumah hose ( hose station )
4. Nozzles harus bisa di fungsikan dual porpose kombinasi jet, spray nozzle
3. Pompa
Pompa yang di gunakan harus mengikuti NFPA 20 a. Electric Fire Motor ( utility sea water pump )
Tipe pompa Centrifugal, vertical split case Jenis pemasangan : 2 set
Kapasitas : 757 l/m (200 Gpm) Total Head : 138 m ( 452 ft )
Discharge pompa : 1034213 N/m2 (150 psig) Motor speed : 2945 rpm
Daya pompa : 22,4 kW (30 Hp)
b. Diesel Fire Pump
Tipe pompa centrifugal, vertical split case Jenis pemasangan : 2 set
Kapasitas : 13248 l/m (3500 Gpm) Total head : 130 m (425 ft)
Daya pompa : 492 kW (660 Hp) Engine speed : 1750 rpm
BAB V
PERHITUNGAN DAN ANALISA PERENCANAAN
5.1 Perencanaan pendahuluan
Pada tahap ini yang harus disiapkan adalah dasar-dasar perencanaan dengan menggunakan konsep rencana serta data pada system perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang diperoleh dari penelitian lapangan berupa :
¾ Data bangunan
¾ System penyedian air untuk instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran
¾ Penentuan jenis kebakaran yang sesuai dengan peruntukan area lepas pantai
¾ Penempatan instalasi sprinkler dan sprinkler head yang di pasang ¾ Jumlah dan lokasi penempatan hose station yang akan dipasang ¾ Penentuan jenis pipa dan fitting yang akan di gunakan
¾ Penentuan diameter pipa ¾ Perhitungan tekanan
¾ Pemilihan jenis pompa yang akan di gunakan
Penentuan dan peletakan system instalasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Pengaturan dan peletakan sprinkler head
Sprinkler dengan jenis Standard Pendent and Upright Spray Sprinkler, yaitu sprinkler yang didesain agar pemasangannya sedemikian rupa sehingga air akan menyemprot (spray) dalam arah tegak lurus terhadap deflektor.
a. Maksimal Area Proteksi Jarak Maksimal antara Sprinkler
Jarak maksimal yang diijinkan antara sprinkler dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1 Area Proteksi dan Jarak Maksimal antara Sprinkler
Tipe Konstruksi
Light Hazard Ordinary Hazard Extra Hazard Area Proteksi (m2) Jarak Maks (m) Area Proteksi (m2) Jarak Maks (m) Area Proteksi (m2) Jarak Maks (m) Non Combustible Obstructed Non Combustible Unobstructed Combustible Unobstructed 21 4,5 39,6 4,5 30,5 3,6 Combustible Obstructed 51 4,5 39,6 4,5 30,5 3,6
Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13, 1996 Edition
Dalam berbagai kasus, area maksimal yang dilindungi sprinkler tidak boleh melebihi 21 m2 (225 ft2)
b. Jarak Maksimal Sprinkler ke Dinding
Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler yang diindikasi dalam tabel 5.1 Jarak tersebut harus diukur secara tegak lurus dari sprinkler ke dinding. Jika dinding menyudut atau tidak beraturan, jarak horizontal maksimal antara sprinkler dengan suatu titik pada area lantai yang dilindungi sprinkler, tidak boleh melebihi 0.75 kali jarak antara sprinkler yang diijinkan, serta tidak melebihi jarak tegak lurusnya.
c. Penempatan dan jumlah outdoor hose station
Hose station di letakan tepat di bahu jalan ( walk way ) sehingga mudah di jangkau dan terlihat oleh semua orang. Peletekan hose station harus sesuai dengan ketentaun yang berlaku. Dan rencana pemasangan hose station di setiap module produksi sebagai support dalam proses pemadaman kebakaran berjumlah 21 buah mencakup seluruh module ( 3 module ) .
5.2 Perhitungan Diameter
5.2.1 perhitungan Diameter pipa sprinkler
• Diameter pipa sprinkler dimana terdapat 2 sprinkler head pada
equipment .
Pada Zone 3 & 4:
MBF-1700, PAY-1200 A,B,C , PAY-1060 A,B,C , PAX-1250 A,B,C MBF-1470, CAE-1710, MBD-1000,MBD1010,MBF-1570, MBF-1670 Pada zone 5
MAF-3100, PBE-4950 A,B , PBE-4960 A,B , MBF-4900, MBF-1380 PBE-1390 A,B
Pada zone 7 HBA-1720 Pada zone 8
MBD-1010 MBD-1000 Pada zone 9 MAF-3100 PBE-5600 A,B
Q= 0,001 m3/s ( persprinkler head, sesuai ketentuan NFPA 13 ) v = min 3 m/s
v diambil = 3 m/s terdapat 2 sprinkler head
dengan Q = v . A dimana A= π D2 /4, sehingga Q = v. π . D2 /4
D2 = ( 4.Q ) / (η .v)
D2 = √( 4. 0,001. 2 )/ ( 3,14 . 3 ) = 0.029 m = 29 mm
D di ambil D= 32 mm
Setelah di dapat D = 32, maka di hitung balik untuk mendapatkan v yang baru dengan rumus
v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,001 . 2) / ( 3,14 . ( 0.032)2 ) = 2,49 m/s
Karena v yang di dapat 2,5 m/s ≤ 3 m/s , maka v yang di dapat tidak sesuai dengan ketentaun NFPA 13, maka
Diambil D = 25 mm = 1’’
Dan di hitung balik unutk mendapatkan v dengan rumus v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,001 . 2) / ( 3,14 . ( 0.025)2 ) = 4,07 m/s
Karena v yang di dapat 4,07 m/s ≥ 3 m/s , maka v yg didapat sesuai dengan ketentaun NFPA 13
• Diameter pipa sprinkler dimana terdapat 3 sprinkler head pada
equipment .
Pada Zone 3
MAK-1400, MAK-1430, MAK-1500, MAK-1530, MAK-1600, MAK-1630 Pada Zone 5
MAK-2130, MAK-3200, ZZZ-4200, MBF-4950 Pada Zone 7
HBA-1680, HBA-1650, HBA-1620, ZZZ-5994 Pada Zone 8
HBG-1020, HBG-1030, HBG-1100 Pada Zone 9
HBG-3150, ABJ-5610
Q= 0,001 m3/s ( persprinkler head, sesuai ketentuan NFPA 13 ) v = min 3 m/s
v diambil = 3 m/s terdapat 3 sprinkler head
dengan Q = v . A dimana A= η D2 /4, sehingga Q = v. π . D2 /4
D2 = ( 4.Q ) / (π .v)
D2 = √( 4. 0,001. 3 )/ ( 3,14 . 3 ) = 0.035 m = 35 mm
D di ambil D= 32 mm
Setelah di dapat D = 32, maka di hitung balik untuk mendapatkan v yang baru dengan rumus
v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,001 . 3) / ( 3,14 . ( 0.032)2 ) = 3,73 m/s
Karena v yang di dapat 3.75 m/s ≥ 3 m/s , maka v yg didapat sesuai dengan ketentaun NFPA 13
• Diameter pipa sprinkler dimana terdapat 4 sprinkler head pada
equipment .
Pada Zone 3
CAE-1410A/B/C, CAE-1510A/B/C, CAE-1610A/B/C, Pada Zone 4 MBD-1040, MBK-1050 Pada Zone 5 MBF-4950 Pada Zone 7 HBA-1680,1650,1620 HBA-1580,1560,1520 HBA-1480,1460,1420 Pada Zone 8 ZZZ-1980A,B,C; ZZZ-4000
Q= 0,001 m3/s ( persprinkler head, sesuai ketentuan NFPA 13 ) v = min 3 m/s
v diambil = 3 m/s terdapat 4 sprinkler head
dengan Q = v . A dimana A= π D2 /4, sehingga Q = v. π . D2 /4
D2 = ( 4.Q ) / (π .v)
D2 = √( 4. 0,001. 4 )/ ( 3,14 . 3 ) = 0.041 m = 41 mm
D di ambil D= 40 mm
Setelah di dapat D = 40, maka di hitung balik untuk mendapatkan v yang baru dengan rumus
v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,001 . 4) / ( 3,14 . ( 0.032)2 ) = 3,2 m/s
Karena v yang di dapat 3,2 m/s ≥ 3 m/s , maka v yg didapat sesuai dengan ketentaun NFPA 13
Untuk hasil perhitungan diameter pipa cabang sprinkler lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Hasil perhitungan diameter pipa cabang sprinkler Jumlah sprinkler Q ( m3/s) D didapat (mm) D diambil ( mm) 2 0,002 29 25 ( 1“) 3 0,003 35 32 (1 ¼“) 4 0,004 41 40 (1 ½)
5.2.2 Perhitungan diameter pipa hose station
Dalam perencanaan system instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada Platform West Seno, digunakan 21 hose station dari semua module produksi yang ada.
Perhitungan diameter pipa yang digunakan adalah sebagi berikut :
Diameter Pipa untuk 1 hose station box
Q= 0,019 m3/s ( per hose station, sesuai ketentuan NFPA 13 ) v = min 3 m/s
v diambil = 3 m/s
dengan Q = v . A dimana A= π D2 /4, sehingga Q = v. π . D2 /4 D2 = ( 4.Q ) / (π .v) D2 = √( 4. 0,019. 1)/ (3,14 . 3 ) = 0.089 m = 89 mm di ambil D= 100 mm = 4’’
Setelah di dapat Ø = 100, maka di hitung balik untuk mendapatkan v yang baru dengan rumus
v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,019 . 1) / ( 3,14 . ( 0,100)2 ) = 2,42 m/s ≈ 2,5 m/s
Karena v yang di dapat 2,5 m/s ≤ 3 m/s , maka v yang di dapat tidak sesuai dengan ketentaun NFPA 13, maka
Diambil D = 75 mm = 3’’
Dan di hitung balik unutk mendapatkan v dengan rumus v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,019 . 1) / ( 3,14 . ( 0.075)2 ) = 4,07 m/s
Karena v yang di dapat 4,3 m/s ≥ 3 m/s , maka v yg didapat sesuai dengan ketentaun NFPA 13
Diameter pipa untuk 2 hose station box :
Q= 0,019 m3/s ( per Hose station, sesuai ketentuan NFPA 13 ) v = min 3 m/s
v diambil = 3 m/s
terdapat 2 hose station box
dengan Q = v . A dimana A= π D2 /4, sehingga Q = v. η . D2 /4
D2 = √( 4. 0,019. 2)/ (3,14 . 3 ) = 0.127 m = 127 mm di ambil D= 150 mm = 6’’
Setelah di dapat Ø = 150, maka di hitung balik untuk mendapatkan v yang baru dengan rumus
v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,019 . 2) / ( 3,14 . ( 0,100)2 ) = 2,25 m/s
Karena v yang di dapat 2,5 m/s ≤ 3 m/s , maka v yang di dapat tidak sesuai dengan ketentaun NFPA 13, maka
Diambil D = 100 mm = 4’’
Dan di hitung balik unutk mendapatkan v dengan rumus v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,019 . 2) / ( 3,14 . ( 0.100)2 ) = 4,83 m/s
Karena v yang di dapat 4,83 m/s ≥ 3 m/s , maka v yg didapat sesuai dengan ketentaun NFPA 13
Diameter pipa untuk 3 hose station box :
Q= 0,019 m3/s ( per Hose station, sesuai ketentuan NFPA 13 ) v = min 3 m/s
v diambil = 3 m/s
terdapat 3 hose station box
dengan Q = v . A dimana A= π D2 /4, sehingga Q = v. η . D2 /4
D2 = ( 4.Q ) / (π .v)
D2 = √( 4. 0,019. 3)/ (3,14 . 3 ) = 0.155 m = 155 mm di ambil D= 150 mm = 6’’
Setelah di dapat Ø = 150, maka di hitung balik untuk mendapatkan v yang baru dengan rumus
v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,019 . 3) / ( 3,14 . ( 0,150)2 ) = 3,225 m/s
Karena v yang di dapat 3,225 m/s ≥ 3 m/s , maka v yang di dapat sesuai dengan ketentaun NFPA 13. Tetapi dengan dasar pemikiran bahwa kebakaran tidak mungkin terjadi di beberapa tempat dan sifatnya hanya pertolongan pertama, maka
Diambil D = 100 mm = 4’’
Dan di hitung balik unutk mendapatkan v dengan rumus v = ( 4.Q ) / (π . D2 )
= (4 . 0,019 . ) / ( 3,14 . ( 0.150)2 ) = 7,25 m/s
Karena v yang di dapat 7,25 m/s ≥ 3 m/s , maka v yg didapat sesuai dengan ketentaun NFPA 13.
Untuk hasil perhitungan diameter pipa hose station lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Hasil perhitungan diameter Pipa Hose station Jumlah Hose station Q ( m3/s) D didapat (mm) D diambil ( mm) 2 0,019 89 75 (3“) 3 0,038 127 100 (4“) 4 0,057 155 100 (4“)