• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Belajar,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Belajar,"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Belajar, merupkan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relative permanent pada diri orang yang belajar. Tentu saja, perubahan yang diharapkan adalah perubahan kearah yang positif (Rahadi, 2003).

Kegiatan belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya kaitan itu, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percakapan sehari-hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan ’belajar mengajar’ menjadi satu kesatuan. Sedangkan proses belajar mengajar itu sendiri tidak terlepas dari media pembelajaran yang digunakan.

Istilah media berasal dari bahas Latin yang merupakan bentuk jamak dari ’medium’ yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi (Rahadi, 2003).

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Gagne (dalam Rahadi, 2003) mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkugan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada

(2)

dengan itu, Briggs (dalam Rahadi, 2003) mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.

Media pendidikan pada hakekatnya juga merupakan media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. Apabila kita bandingkan dengan media pembelajaran, makna media pendidikan sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedangkan media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Tidak semua media pendidikan adalah media pembelajaran, tetapi setiap media pembelajaran pasti termasuk media pendidikan.

Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit. Alat bantu adalah alat (benda) yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar. Audio-Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan tujuan yang sama hanya saja penekanannya pada peralatan audio dan visual. Sedangkan alat bantu belajar penekanannya pada fihak yang belajar (pembelajar). Semua istilah tersebut, dapat kita rangkum dalam satu istilah umum yaitu media pembelajaran (Rahadi, 2003).

B. Manfaat media dalam pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp

(3)

dan Dayton (dalam Rahadi, 2003) mengindikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu :

1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

Setiap siswa mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran melalui media yang sama, akan menerima penafsiran yang sama dengan siswa lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa di manapun berada.

2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Dengan media, bahkan materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik mupun emosional. Pendeknya media dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.

1. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arag secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara stu arah kepada siswa.

(4)

Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.

2. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Keluhan yang selama ini sering didengar dari guru adalah selalu kekurangan waktu untuk mencapai target kurikulum. Sering terjadi guru menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini sebenarnya tidak maksimal. Misalkan tanpa media seorang guru tentu saja akan menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan sistem matahari. Padahal dengan bantuan media visual, topik ini akan cepat dan mudah dijelaskan kepada anak. Biarkanlah media menyajikan materi pelajaran yang memang sulit untuk disajikan oleh guru secara verbal. Dengan media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.

3. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan

(5)

kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.

4. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran menggunakan audio visual, termasuk program pemrograman menggunakan komputer, memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyan sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah.

5. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai sumber-sumber ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kehabisan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.

(6)

Dengan mamanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan demikian guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar dan lain-lain.

C. Model pemilihan media

Anderson (dalam Rahadi, 2003) mengemukakan adanya dua pendekatan/model dalam proses pemilihan media pembelajaran, yaitu: model pemilihan tertutup dan model pemilihan terbuka.

Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan ’dari atas’ (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau guru yang memilih, maka yang lebih banyak dilakukan adalah ke arah pemilihan topik/pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media lain? Jadi yang harus dilakukan hádala memilih topik-topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio. Untuk model pemilihan terbuka, lebih rumit lagi.

Model pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup. Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan kebutuhan. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya karena

(7)

benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan. Seorang guru harus bisa melakukan pemilihan media dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan pemilihan tetutup.

D. Bahasa Inggris

1. Belajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing

Di dalam belajar suatu bahasa baru, seseorang pada umumnya akan mempunyai atau menemui banyak macam permasalahan. Hal tersebut dikarenakan seseorang akan mendapatkan permasalahan mengenai sistem bunyi, struktur kalimat, kosa kata baru, dan pelajaran untuk mengatur kata-kata yang asing ke dalam kalimat yang utuh dan komprehensif.

Di Indonesia, Bahasa Inggris diajarkan sebagaia bahasa asing pertama. Bahasa ini diajar kepada anak-anak semenjak mereka masih duduk di sekolah dasar dan biasanya dimulai pada kelas 4. Beajar Bahasa Inggris berbeda dengan belajar bahasa asli mereka sebab bahasa Inggris adalah sesuatu yang baru untuk para siswa.

Dalam rangka mempelajari bahasa Inggris, seorang siswa harus mengetahui unsur-unsurnya. Seperti yang dinyatakan oleh Finocchiaro (1977:11) yang menyatakan bahwa para siswa harus dibantu dalam usaha mengetahui hubungan antar unsur-unsur di dalam) bahasa Inggris.

Bagi para pemula, bahasa pelajaran asing pelajaran seharusnya dipusatkan pada penguasaan kosa kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagaiseorang guru Bahasa Inggris di sekolah dasar, harus memperkenalkan kosa kata

(8)

baru berbahasa Inggris yang berhubungan dengan lingkungan siswa atau kebutuhan untuk percakapan sehari-hari (daily English Conversation).

2. Siswa Sekolah Dasar di Indonesia

Sekolah dasar pada umumnya terdiri dari para siswa yang berusia antara 6 sampai 12 tahun yang mempunyai motivasi dan karakteristik berbeda dengan para siswa di tingkat yang lebih tinggi seperti sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, dan perguruan tinggi. Oleh karena itu, mengajar siswa sekolah dasar tidaklah sama dengan mengajar orang dewasa. Para siswa sekolah dasar mungkin mempunyai motivasi yang rendah di dalam belajar. Dalam hal ini, guru mempunyai tugas yang menantang untuk memotivasi para siswa agar lebih giat belajar.

Berikut ini merupakan beberapa hal mengenai karakteristik anak secara umum menurut Hammer (2001:38):

1. Mereka bereaksi terhadap maksud/arti sekalipun mereka tidak memahami arti perkata,

2. Mereka sering belajar secara tidak langsung dibanding secara langsung,

3. Pemahaman mereka tidak hanya dari penjelasan, tetapi juga dari apa yang mereka lihat dan dengar serta adanya kesempatan untuk bersentuhan dan berhubungan,

4. Mereka biasanya mempunyai keingintahuan untuk belajar dari rasa penasaran tentang dunia di sekitarnya,

5. Mereka memerlukan perhatian dan persetujuan dar guru mereka,

6. Mereka tertarik untuk membicarakan tentang diri mereka dan menanggapi dengan baik untuk mempelajari dirinya sebagai topk utama di dalam kelas,

(9)

"Tim Pengembangan MKDK (Mata Kuliah Dasar Keahlian), sebuah tim pengembangan mata kuliah kemampuan dasar di UNNES" juga mendefisinisikan ciri-ciri umum yang berhubungan dengan siswa sekolah dasar di Indonesia yang tidak jauh berbeda dari ciri-ciri di atas, yaitu:

1. Para siswa Sekolah dasar adalah anak-anak yang berumur antar 7 hingga 12 tahun, 2. Mereka adalah usia-usia yang cerdas, yang berarti bahwa mereka sering

menunjukkan apa yang mereka ketahui dari sekolah dan mereka sungguh bangga akan itu,

3. Ada hubungan yang kuat antara kondisi badan dan prestasi sekolah prestasi, 4. Mereka biasa memuji atau membanggakan diri mereka,

5. Mereka mulai untuk berminat pada masalah khusus

( IKIP Semarang Tekan. 1989: 102).

Berdasarkan pada ciri-ciri di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa para siswa sekolah dasar adalah anak-anak antara usia 6 hingga 12 tahun yang yang sangat tertarik mencari tahu, memahami, dan mempelajari segala hal. Mereka menyukai pelajaran melalui aktivitas yang menarik. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan dan menjaga suatu suasana kelas sepanjang pelajaran dalam rangka memotivasi para siswa dalam belajar Bahasa Inggris, terutama belajar Kosa kata Bahasa Inggris.

E. Belajar dan Mengajar di Sekolah Dasar

Sebagaimana penulis nyatakan sebelumnya, Bahasa Inggris adalah salah satu dari muatan lokal di sekolah dasar. Hal tersebut sejalan dengan program pemerintah wajib belajar sembilan tahun. Sejak para siswa sekolah dasar belajar Bahasa Inggris untuk

(10)

pertama kali, mereka hanya belajar Bahasa Inggris yang sederhana yang mencakup kosa kata, tatabahasa, dan seterusnya.

Fungsi mempelajari Bahasa Inggris di sekolah dasar adalah para siswa diharapkan mampu membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan pengetahuan mereka, teknologi, dan budaya sehingga mereka dapat tumbuh dewasa dengan kepribadian Indonesia, dan mereka diharapkan mampu mendukung pengembangan industri pariwisata. Lebih dari itu, tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar adalah para siswa diharapkan untuk mempunyai ketrampilan berbahasa Inggris sederhana dengan penekanan pada ketrampilan berbicara dengan menggunakan topik terpilih yang berhubungan dengan lingkungan mereka seperti industri pariwiasta (GPPP MULOK SD 2006). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mendukung pengetahuan para siswa tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya para siswa harus menguasai bahasa Inggris terutama kosa kata.

Berdasarkan menjelaskan di atas, para siswa sekolah dasar hanya perlu belajar Bahasa Inggris dengan pola yang sederhana. Mereka tidak harus belajar linguistik, struktur dan aturannya. Hal tersbeut akan menjadi lebih baik jika pelajaran Bahasa Inggris dapat diajarkan dengan menggunakan media permainan, karena Bahasa Inggris adalah suatu mata pelajaran yang baru. Diharapkan dengan penggunaan media permainan, para siswa dapat menikmati pelajaran dan mampu untuk mengungkapkan dalam bentuk pembicaraan. Mereka dapat juga dapat bermain sambil belajar. Mereka tidak akan merasakan bahwa Bahasa Inggris susah untuk dipelajari. Mereka dapat mulai dengan mengembangkan kosa kata nama benda di sekitar mereka dalam Bahasa Inggris.

(11)

Lebih dari itu, hal yang paling utama adalah bahwa para siswa dapat memahami arti dari bahasa baru yang sedang mereka pelajari (Bahasa Inggris). Bahasa yang mereka pelajari berbeda dari bahasa ibu yang mereka pergunakan sehari-hari. Peran guru adalah untuk meyakinkan bahwa para siswa sudah memahami bahasa yang baru, sehingga guru dapat mengatur apa yang akan diajarkan selanjutnya.

F. Mengajar Kosa kata Bahasa Inggris 1. Konsep Kosa kata Umum

Dalam belajar Bahasa Inggris, seorang siswa perlu belajar unsur-unsur bahasa terlebih dahulu. Hal tersebut terdiri dari pengucapan kata-kata, tata bahasa, kosa kata, dan budaya. Seperti dinyatakan sebelumnya, penguasaan kosa kata adalah penting sebab hal tersbeut sangat mendukung dalam komunikasi untuk menyatakan gagasan. Tanpa kosa kata cukup, seseorang tidak bisa memahami informasi dan gagasan yang penting, sehingga dimungkinkan adanya kesalahpahaman dan juga informasi yang salah. Konsekuensinya, penguasaan kosa kata adalah sesuatu hal yang penting di samping penguasaan aturan bersifat tata bahasa, intonasi, bentuk kalimat dan lain lain

Sebelum memberi penjelasan lebih lanjut, penulis bermaksud menyajikan beberapa definisi kosa kata sebagai berikut:

a. Kosa kata adalah daftar kata-kata dengan maksud/arti terutama dalam membantu pemahaman suatu buku yang berbahasa asing ( Hornby, 1995: 1331),

b. Kosa kata adalah suatu daftar atau koleksi kata-kata atau kata-kata dan ungkapan yang pada umumnya diatur berurutan menurut abjad dan menerangkan atau menggambarkan ( Merriam-Webster, 2004: 1400),

(12)

c. Kosa kata adalah sejumlah kata-kata yang digunakan dalam kelompok bahasa, dalam suatu bidang pengetahuan ( Meriam-Webster, 2004: 1400),

d. Kosa kata adalah kata-kata yang secara khas digunakan ketika membicarakan tentang masalah tertentu ( Longman, 2003).

Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan kosa kata itu adalah suatu persediaan kata-kata, tertulis atau dibicarakan yang mempunyai maksud/arti tertentu bagi sekelompok orang.

Berhubungan dengan definisi kosa kata, maka sangat penting bagu kita untuk mengetahui jenis-jenis kosa kata. Kosa kata dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kosa kata pasif dan aktip. Kosa kata aktip adalah kata-kata yang dapat dipahami oleh para siswa, dapat dilafalkan dengan tepat, dan dapat menggunakannya secara konstruktif di dalam berbicara atau menulis. Sedangkan kosa kata pasif adalah kata-kata yang dapat dipahami oleh para siswa berdasarkan konteksnya. Mereka memahaminya ketika mereka mendengar atau membaca, tetapi mereka tidak menggunakan di dalam percakapan atau menulis.

2. Mengajar Kosa kata Bahasa Inggris ke Sekolah Dasar

Mengajar Bahasa Inggris ke anak-anak adalah berbeda dengan mengajar orang dewasa sebab anak-anak mungkin punya motivasi rendah dan dengan mudah merasa bosan ketika belajar. Bahasa Inggris adalah suatu mata pelajaran baru untuk anak-anak sekolah dasar. Oleh karena itu, Guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar mempunyai suatu peran yang penting untuk memperkenalkan Bahasa Inggris dengan pola sederhana serta kosa kata sederhana yang terkait dengan lingkungan siswa atau kebutuhan.

(13)

Hayecraft (1978:72) mengusulkan beberapa petunjuk mengenai pilihan kosa kata yang dapat diringkas sebagai berikut:

a. Kata-Kata paling umum, adalah penting untuk memilih kata-kata yang biasa digunakan atau kata-kata yang biasa dibutuhkan para siswa. Dengan mengajarkan kata-kata yang umum, para siswa akan sering memukannya dan akan lebih mudah untuk memahami dan menghafal.

b. Kebutuhan siswa, jika para siswa ingin mengetahui suatu kata khusus, guru pada umumnya mengajarkannya sebab motivasi akan membantu para siswa untuk mengingat,

c. Bahasa siswa, jika para siswa adalah dari suatu kelompok bahasa, pengetahuan bahasa mereka akan sangat menolong. Kata-kata dalam bahasa mereka yang hampir sama dengan Bahasa Inggris akan dapat dipelajari dengan lebih mudah, sebagai contoh, kata "botle" di bahasa Indonesia menjadi "botol", " glass" menjadi "gelas", dan seterusnya.

d. Membangun kata, hal ini sering berguna untuk memilih suatu kata sebab suatu aturan umum dapat dibentuk, sebagai contoh: work-worker, direct-director, possible-impossible.

e. Cross-Refence, banyak kata-kata dalam suatu situasi berbeda dapat digunakan. Sebagai contoh: guru mengajar kata "bayam" yang lebih baik memilih kata-kata yang lain yang umum untuk menyebut sayur-mayur, seperti " kubis, wortel, buah tomat", dan lain lain

(14)

f. Struktur yang berhubungan, banyak struktur mempunyai kosa kata sendiri; jika guru sedang mengajar " going to" dia harus memperkenalkan kosa kata berhubungan dengan rencana.

Sehingga tidaklah mudah mengajar Bahasa Inggris ke anak-anak, terutama kosa kata Bahasa Inggris. Ada beberapa prinsip dalam mengajar kosa kata ke anak-anak seperti di bawah:

a. Jenis kata-kata yang anak-anak temukan mungkin untuk belajar akan berbeda. b. Pengembangan Kosa kata bukan hanya mempelajari lebih banyak perbendaharaan

kata tetapi lebih penting untuk menembangkan dan memperdalam pengetahuan c. Kata-kata dan pengetahuan kata-kata dapat dilihat sebagai hal yang berhubungan

arti/maksud

d. Kata-kata tingkatan dasar nampaknya akan lebih sesuai dengan anak-anak lebih muda, atau ketika belajar kosa kata untuk konsep yang baru

e. Anak-Anak berubah sebagaimana mereka dapat belajar kata-kata.

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru perlu memilih kosa kata yang sesuai yang akan diajarkan kepada para siswa. Guru perlu menggolongkan kosa kata tersebut ke dalam kelompok, sebagai contoh: makanan, pakaian, angka-angka, dan lain lain dan tidak bergerak ke topik lain sampai topik diajarkan diselesaikan untuk menghindari kebingungan siswa.

3. Teknik di dalam Mengajar Kosa kata Bahasa Inggris

Guru perlu memutuskan teknik atau cara yang terbaik untuk menyampaikan materi, sehingga mampu menciptakan suasana bahwa para siswa perlu menggunakan kata-kata

(15)

yang telah diajarkan. Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk mengajar Kosa kata Bahasa Inggris. Menurut Nagaraj ( 1996: 168-171) menyebutkan:

a. Realia, merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengacu pada benda nyata tertentu dalam suatu kelas. Kata-kata "Pena, penggaris, buku", dan lain lain dapat dengan mudah diterangkan dengan mempertunjukkan kepada para siswa sebuah pena, penggaris, buku, dan lain lain. Hal ini akan dengan jelas dipahami untuk kata-kata tunggal tertentu, hanya saja penggunaan realia terbatas pada berbagai hal yang dapat dengan mudah diambil ke dalam ruang kelas.

b. Gambar, cara lain yang efektif bagi para siswa untuk belajar kosa kata adalah melalui media gambar. Di langkah-langkah pertama, gambar dapat digunakan untuk mengajar kosa kata secara lisan. Kemudian, pelajar diminta untuk menghubungkan kata-kata dengan gambar. Teknik ini sekali lagi sangat efektif pada tingkatan dasar. Pada langkah selanjutnya, gambar berwarna-warni dari surat kabar atau majalah dapat digunakan sebagai masukan untuk mengajar kosa kata.

c. Teks, seringkali menjadi satu-satunya sumber yang dipunyai seorang guru untuk mengajar kosa kata

d. Konteks, mengajar kosa kata akan didapatkan arti sebenarnya ketika digabungkan dalam konteks.

e. Permainan kosa kata dan teka teki silang, bermanfaat untuk perluasan kosa kata. Pelajar akan mencoba untuk berpikir semua kata-kata yang mereka ketahui dan mencoba untuk melengkapi tugas trsebut. Jika mereka tidak mengetahui mereka dapat menebak dan memeriksa kembali jawab mereka.

(16)

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, mengajar Bahasa Inggris, terutama mengajar kosa kata memerlukan teknik yang sesuai. Oleh karena itu, seorang guru dapat menggunakan salah satu dari teknik yang telah tersebut di atas. Salah satu dari teknik yang dapat membuat suasana menyenangkan bagi para siswa di dalam belajar suatu bahasa asing adalah dengan bermain game, sebab game penuh dengan aktivitas yang menyenangkan. Di dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teka teki silang sebagai media mengajar Kosa kata Bahasa Inggris.

G. Teka-teki Silang

Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan bagi para siswa untuk mempelajari suatu mata pelajaran, misalkan pada mata pelajaran bahasa Jawa. Salah satu permainan yang dapat diterapkan untuk mempelajari kosa kata pada tingkat tutur bahasa Jawa untuk karma inggil adalah bentuk teka-teki silang.

Teka-teki silang menurut Hornby, (1995) menyatakan bahwa teka-teki silang merupakan permainan kata yang disikan baik secara mendatar maupun menurun yang disesuaikan dengan jumlah kolom yang biasanya berbentuk diagram kotak. Kata-kata tersebut ditemukan berdasarkan petunjuk permasalahan yang disediakan..

Teka-teki silang membutuhkan waktu untuk mengisinya atau memecahkan permasalahannya. Mereka perlu waktu untuk berfikir, secara idealnya mereka diberikan kesempatan untuk mengerjakannya dalam bentuk kelompok dan cukup waktu untuk menyelesaikannya. .

(17)

Teka-teki silang bentuknya bermacam-macam dari yang mudah sampai pada bentuk yang sangat sulit. Pada tingkat pemula dapat diberikan bentuk teka-teki silang yang mudah, dengan beberapa persyaratan bahwa kosa kata atau struktur kalimat harus dalam acuan kaidah bahasa yang benar sehingga dapat dipahami oleh pebelajar. Pebelajar harus mampu menggunakan kaidah bahasa yang benar, teka-teki silang harus menawarkan berbagai macam keuntungan bagi pebelajar untuk berlatih dan mengulang kalimat yang paten beserta kosa-katanya. Bentuk teka-teki silang ini harus diberikan dalam berbagai macam wariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan dengan permainan ini dan mereka akan selalu termotivasi untuk mengerjakan tiap-tiap tipe dengan berbagai tingkat kesulitannya.

Penemu Teka Teki Silang adalah Arthur Winn, wartawan Amerika Serikat yang bekerja pada World Magazine. Pada mulanya di tahun 1913 merilis rubrik yang disebut "magic square". Rubrik yang tadinya hanya untuk mengisi kekosongan, tanpa diduga menjadi rubrik yang paling digemari para pembaca. Kreasi ini dikembangkan oleh saudaranya, Margareth Phetheridge Farraf yang melengkapinnya dengan gambar yang variatif serta jenis pertanyaan yang lebih luas. (http://www. Rampai tulisan,artikel dan data arsitektural.htm).

Contoh sebuah TTS sederhana 1 2 3 4 5

(18)

Mendatar

1. cukai<BEA> 3. tidak benar<SALAH> 5. Wanita tuna susila Menurun

1. Alat transportasi umum

2. Memperbolehkan (bhs. Inggris) 4. Jenis kertas

Jawaban untuk TTS ini adalah: 1 B 9E 2A . . 9 U . 9L . . 3 S 9A 9L 9A 4H . . 9O . 9V . . 5W 9T 9S

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dengan metode IPA menunjukkan faktor-faktor yang termasuk ke dalam kuadran pertama (prioritas utama) adalah atribut pelayanan kesehatan yang memiliki

Konsep independensi lembaga survei dalam penelitian ini digunakan sebagai pendukung dari teori kepercayaan politik, yaitu untuk melihat independensi yang

Untuk menemukan makna hidup yang benar, maka kita perlu merujuk ke rujukan yang dijamin kebenarannya yang tiada lain adalah Al Quran yang merupakan firman Allah Yang

Kerawanan banjir menggambarkan suatu kondisi banjir yang rawan terhadap faktor bahaya ( hazard ) tertentu. Kondisi kerawanan banjir ini berdasarkan indikator pada Tabel 44

OLEH KERANA MASALAH INI MERUPAKAN MASALAH UTAMA SAHABAT-SAHABAT BUKURESEPI, PIHAK ADMIN BUKURESEPI TELAH MENCARI PENYELESAIAN MASALAH BAGI MEMUDAHKAN SAHABAT-

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi mahasiswa mengenai kompetensi dosen ditinjau dari prestasi belajar; (2) perbedaan persepsi mahasiswa

Rehabilitasi dengan trauma healing oleh psikolog diberikan kepada korban pencabulan dan perkosaan karena korban mengalami tingkat trauma sedang hingga tingkat trauma

Aplikasi Pulsa Bersama ID ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk transaksi jual-beli online berbasis mobile khususnya jual beli id game online. (karakter