• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Winarni Pengawas TK, SD, SDLB Kecamatan Boyolangu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Winarni Pengawas TK, SD, SDLB Kecamatan Boyolangu"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KINERJA GURU KELAS V MENERAPKAN METODE

JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SIFAT

BAGUAN DATAR DAN RUANG MELALUI SUPERVISI KELAS DI 10 SD

BINAAN KECAMATAN BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG

SEMESTER I TAHUN 2016/2017

Oleh: Winarni

Pengawas TK, SD, SDLB Kecamatan Boyolangu

Abstrak. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di sekolah binaan peneliti sebagai supervisor sekolah di Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung, yaitu yang berjumlah 10 SD Binaan. Subyek penelitian adalah 1 (satu) orang guru Kelas V pada mata pelajaran matematika dari masing-masing sekolah, sehingga jumlahnya seba-nyak 10 orang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa supervisor dalam melakukan su-pervisi kelas adalah dengan memberikan bimbingan kepada 10 guru kelas V di SD Binaan dalam menyusun RPP, membuat format evaluasi pembelajaran serta mempersiapkan media yang diperlukan. Supervisor juga memberikan teknik pemberian mtoivasi kepada siswa agar selalu aktif dalam pembelajaran. Melalui proses pembelajaran dengan menerapkan Jigsaw ternyata meningkatkan kinerja guru dan prestasi hasil belajar serta keaktifan siswa. jika dibandingkan dengan kondisi PTS siklus I, maka hasil PTS siklus II ini semakin meningkat dengan tajam, yaitu PTS siklus I yang tuntas sebanyak 150 siswa (61,82%), sedang setelah PTS siklus II yang tuntas sebanyak 239 siswa (98,13%), yang berarti ada peningkatan sebanyak 89 siswa (36,32%). Kenaikan persentase ini semakin tampak signifikan jika dibandingkan antara kondisi awal sebelum PTS dengan setelah siklus II, yaitu kondisi awal sebelum PTS sebanyak 98 siswa (40,13%) sedang setelah siklus II sebanyak 239 siswa (98,13%) atau naik sebanyak 141 anak (58,00%). Sehingga penelitian tindakan sekolah ini adalah berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan.

Kata Kunci: Supervisi Kelas, Kinerja Guru, Jigsaw

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru me-rupakan salah satu faktor penentu tinggi ren-dahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha pening-katan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.

Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang ber-makna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pen-didikan dan (3) memberi teladan dan

(2)

men-jaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Disisi lain kinerja guru pun diper-soalkan ketika memperbicangkan masalah peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sis-tem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dila-pangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam ten-tang faktor penyebab munculnya dilema ter-sebut, sebab hanya dengan memahami fak-tor yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahan-nya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan men-dorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan peri-laku dapat meningkat dari waktu ke waktu.

Menurut Purwanto (1987), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang diren-canakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan peker-jaan secara efektif. Kegiatan supervisi dahu-lu banyak dilakukan adalah Inspeksi, peme-riksaan, pengawasan atau penilikan. Super-visi masih serumpun dengan inspeksi, peme-riksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan (orang yang berposisi di atas, pim-pinan) terhadap hal-hal yang ada dibawah-nya. Orang yang melakukan supervise dise-but supervisor. Dibidang pendidikan disedise-but supervisor pendidikan.

Supervisor memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dan bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa

dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sedangkan yang termasuk wewe-nang supervisor sekolah adalah antara lain memilih dan menentukan metode kerja un-tuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, mencipta-kan tingkat kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang mem-pengaruhi, dan menentukan dan atau me-ngusulkan program pembinaan serta mela-kukan pembinaan.

Sesuai dengan tugas pokoknya, salah satu rincian tugas supervisor sekolah dasar adalah memberikan contoh pelaksanaan tu-gas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar/bimbingan siswa. Namun demiki-an dalam praktek di lapdemiki-angdemiki-an, jardemiki-ang sekali supervisor sekolah memberikan contoh pe-laksanaan tugas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar/bimbingan.

Disamping itu, guru sendiri dalam menjalankan tugas pokoknya melaksanakan pembelajaran belum banyak yang berusaha mengikuti perkembangan ilmu pendidikan, termasuk masalah pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan saat ini adalah metode jig-saw. Dalam kegiatan belajar mengajar metode jigsaw dimaksudkan bahwa pembe-lajaran ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian diharapkan dalam proses belajar mengajar ini didapatkan hasil belajar yang optimal.

Dalam organisasi pendidikan (dalam hal ini sistem sekolah), istilah supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan. Istilah “supervisi kelas” mengacu kepada misi uta-ma pembelajaran, yaitu kegiatan yang ditu-jukan untuk memperbaiki dan meningkatkan

(3)

mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain, supervisi kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan pe-ningkatan proses dan hasil pembelajaran di sekolah. Dalam konteks profesi pendidikan, khususnya profesi mengajar, mutu pembela-jaran merupakan refleksi dari kemampuan profesional guru. Karena itu, supervisi kelas berkepentingan dengan upaya peningkatan kemampuan profesional guru yang berdam-pak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dengan demikian fungsi supervisi kelas adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kemampuan profesi-onal guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik pula. Dalam analisis terakhir, keefektifan supervisi kelas indikatornya adalah peningkatan hasil bela-jar peserta didik.

Fatah (1996) Menegaskan bahwa ki-nerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu peker-jaan. Dan yang dimaksud Kinerja guru ada-lah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan-nya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi: (1). Unjuk kerja, (2). Penguasaan Materi, (3). P-enguasaan profesional keguruan dan pendi-dikan, (4). Penguasaan cara-cara penyesuai-an diri, (5). Kepribadipenyesuai-an untuk melakspenyesuai-ana- melaksana-kan tugasnya dengan baik (Sulistyorini, 2001).

Kinerja guru sangat penting untuk di-perhatikan dan dievaluasi karena guru me-ngemban tugas profesional artinya tugas-tu-gas hanya dapat dikerjakan dengan

kom-petensi khusus yang diperoleh melalui pro-gram pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dike-lompokkan yaitu: (1). Guru sebagai penga-jar, (2). Guru sebagai pembimbing dan (3). Guru sebagai administrator kelas. (Danim S, 2002).

Jigsaw adalah tipe pembelajaran ko-operatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada ke-lompoknya. Pada model pembelajaran jig-saw ini keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya ke-lompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

Dalam Pembelajaran Kooperatif Mo-del Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa ke-lompok belajar yang heterogen yang berang-gotakan 3-5 orang dengan menggunakan po-la kelompok asal dan kelompok ahli. Ke-lompok asal adalah keKe-lompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan kera-gaman dan latar belakang. Guru harus tram-pil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelom-pok ahli, yaitu kelomkelom-pok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan

(4)

membahas materi yang ditugaskan pada ma-sing-masing anggota kelompok serta mem-bantu satu sama lain untuk mempelajari to-pik mereka tersebut. Disini, peran guru ada-lah mefasilitasi dan memotivasi para ang-gota kelompok ahli agar mudah untuk me-mahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi penge-tahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga penge-tahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terha-dap anggota tim yang memberikan infor-masi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan meme-cahkan masalah yang diberikan.

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di sekolah binaan peneliti se-bagai supervisor sekolah di Kecamatan Bo-yolangu Kabupaten Tulungagung, yaitu yang berjumlah 10 SD Binaan.

Subyek penelitian adalah 1 (satu) orang guru Kelas V pada mata pelajaran ma-tematika dari masing-masing sekolah, se-hingga jumlahnya sebanyak 10 orang. Na-ma-nama subyek penelitian dan masing-ma-sing sekolah di 10 SD Binaan Kecamatan Boyolangu, ditampilkan pada Tabel 1.

Penelitian yang dilakukan ini merupa-kan Penelitian Tindamerupa-kan Sekolah (PTS) di 10 SD Binaan Kecamatan Boyolangu

Kabu-paten Tulungagung, sehingga jenis pene-litiannya akan dirancang dengan mengguna-kan penelitian tindamengguna-kan (Action Researh). Penelitian tindakan adalah suatu pengkajian terhadap suatu permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang ber-kaitan dengan perilaku seseorang atau ke-lompok orang tertentu, disertai dengan pene-laahan yang diteliti terhadap suatu perlakuan tertentu dan mengkaji sejauh mana dampak perlakuan itu terhadap perilaku yang sedang diteliti (Nata Wijaya, 1997).

Fokus dalam penelitian ini adalah penyempurnaan kegiatan pembelajaran de-ngan penerapan Metode jigsaw di kelas yang dilakukan oleh guru. Selain itu juga untuk melihat perkembangan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran meng-gunakan Metode jigsaw baik dari segi kemampuan kognitif, afektif maupun psiko-motornya. Jadi penelitian tindakan ini ber-upaya untuk membina dan memotivasi ke-mampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan Metode jigsaw di kelas, serta berupaya meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi, sehingga kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas juga dapat meningkat dengan baik.

Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas, maka penelitian ini diawali dengan kunjungan peneliti ke sekolah subyek penelitian untuk memberikan informasi kepada kepala sekolah dan guru Kelas V tentang konsep metode jigsaw di kelas yang dilakukan melalui penelitian tindakan, dan peneliti mengajak untuk dapatnya dilakukan upaya perbaikan kegiatan pembelajaran, sehingga ada peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan Metode jigsaw, yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan prestasi belajar siswa.

(5)

Tabel 1 Data Guru Sebagai Subyek Penelitian

No Nama Sekolah Nama guru sebagai subyek penelitian

1 SDN 1 Gedangsewu KARDJANI, S.Pd

2 SDN 1 Waung SUPANGAT, S.Pd

3 SDN 1 Pucungkidul SUNARMIATI, S.Pd

4 SDN 1 Tanjungsari LENA WARASTUTIK, S.Pd.SD

5 SDN 1 Sobontoro NURUL EKOWATI, S.Pd

6 SDN 2 Sobontoro LIS SUWARTI, S.Pd

7 SDN 2 Serut NUNIK SUSIANI, S.Pd

8 SDN 3 Bono SUNARTI, S.Pd

9 SDN 2 Karangrejo EDI WITANTO, S.Pd

10 SDN 2 Wajakkidul MARTIAH, A.Ma.Pd

Dalam penelitian ini, untuk mendapat-kan data peneliti menggunamendapat-kan isntrumen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa, lembar soal pre-test dan post test, daftar hadir siswa, dan daftar nilai pre-test/pos-test.

Teknik pengumpulan data yang digu-nakan dalam penelitian ini, sesuai dengan desain penelitian yang telah diuraikan mela-lui observasi dan lembar soal tes.

Penelitian ini menggunakan perpaduan antara teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif karena seba-gian data yang diperoleh berupa data kuan-titatif. Analisis data kualitatif dari penelitian ini akan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: (1) reduksi data, adalah proses penyeder-hanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data men-tah menjadi informasi yang bermakna; (2) paparan data, adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk naratif, re-presentasi tabulasi termasuk dalam format matrik, grafis, dsb; (3) penyimpulan, adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang-telah diorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

Sedangkan analisis data kuantitatif da-lam penelitian ini akan menggunakan ana-lisis data dengan jenis statistik Preskritif karena adanya data- data prestasi siswa yang

dihitung berdasarkan hasil pengamatan yang berupa skala nilai dan dimasukkan dalam tabel-tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Awal

Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan kelompok kerja guru yang dilaku-kan secara rutin oleh UPTD Pendididilaku-kan Kecamatan Boyolangu. Dari hasil KKG ini peneliti menampung semua keluhan guru kelas V dalam melaksanakan kegiatan pem-belajaran di kelas. Permasalahan yang menonjol dari guru kelas V adalah belum adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran matamtika materi sifat bangun datar dan ruang.

Setelah melihat dna mendengar per-masalahan yang dialami oleh guru kelas V, peneliti melakukan kegiatan observasi awal. Dari haisl observais guru dalam pembelajar-an belum menggunakpembelajar-an media pembelajarpembelajar-an yang tepat dan pembelajaran maish berpusat pada guru. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap haisl evaluasi pembelajar-an ypembelajar-ang dilakukpembelajar-an oleh guru. Data awal siswa di 10 SD Binaan dapat disajikan pada Tabel 2.

Dari data Tabel 2, terlihat jelas bahwa kemampuan siswa terhadap penguasaan materi sebelum diterapkan model jigsaw masih sangat rendah, yaitu rata-rata 61,18

(6)

Tabel 2 Data rata-rata awal siswa di 10 SD Binaan

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Rata-rata

1 SDN 1 Gedangsewu 15 62.67 2 SDN 1 Waung 17 57.06 3 SDN 1 Pucungkidul 21 60.48 4 SDN 1 Tanjungsari 23 63.04 5 SDN 1 Sobontoro 27 62.59 6 SDN 2 Sobontoro 20 60.00 7 SDN 2 Serut 40 60.25 8 SDN 3 Bono 17 61.76 9 SDN 2 Karangrejo 22 63.18 10 SDN 2 Wajakkidul 41 60.73 Jumlah 243 611.77 Rata-rata 61.18

Di samping itu, dilihat dari jumlah siswa yang belajarnya mencapai ketuntasan atau mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan (nilai 70), persentasenya tergambar sebagaimana dalam Tabel 3.

Tabel 3 Data Ketuntasan Belajar Hasil Pre Test Siklus I Di 10 SD Binaan

No Nama Sekolah Tuntas % Tidak Tuntas % 1 SDN 1 Gedangsewu 6 40.00 9 60.00 2 SDN 1 Waung 6 35.29 11 64.71 3 SDN 1 Pucungkidul 10 47.62 11 52.38 4 SDN 1 Tanjungsari 9 39.13 14 60.87 5 SDN 1 Sobontoro 11 40.74 16 59.26 6 SDN 2 Sobontoro 7 35.00 13 65.00 7 SDN 2 Serut 16 40.00 24 60.00 8 SDN 3 Bono 7 41.18 10 58.82 9 SDN 2 Karangrejo 9 40.91 13 59.09 10 SDN 2 Wajakkidul 17 41.46 24 58.54 Jumlah 98 401.33 145 598.67 Rata-rata 40.13 59.87

Dari data di atas, terlihat jelas bahwa ketuntasan individual siswa terhadap pengu-asaan materi sebelum diterapkan pendekatan

Metode jigsaw masih sangat rendah, yaitu

hanya 98 dari 243 siswa atau hanya 40,13%.

SIKLUS I

Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan supervisi kelas adalah sebagai berikut: (a)

memper-siapkan format penyusunan rencana pe-laksanaan pembelajaran yang sesuai dengan jigsaw; (b) mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan media pembelajaran; dan (c) mempersiapkan for-mat observasi aktivitas guru.

Pelaksanaan (Acting)

Dalam melaksanakan supervis kelas di 10 SD Binaan guru memberikan bimbingan kepada guru dalam menyusun rencana pe-laksanaan pembelajaran yang sesuai dengan metode jigsaw, membantu mempersiapkan media pembelajaran serta soal evaluasi tentang sifat bangun datar. Peneliti mem-berikan pengarahan dalam menerapkan jigsaw.

Keesokan harinya peneliti datang le-bih awal untuk mengetahui kesiapan guru dalam pembelajaran. Peneliti melakukan su-pervisi terhadap RPP dan media yang di-gunakan oleh guru dalam pembelajaran. Setelah persiapan yang dilakukan selesai, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Berikut dis-kripsi pembelajaran matematika di kelas: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Guru membuka pelajaran diawali dengan salam dan doa; (b) Guru memeriksa kehadiran siswa; (c) Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai tentang sifat bangun datar. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk membentuk ke-lompok yang anggotanya 4-5 orang siswa secara heterogen; (b) Guru memberikan tu-gas kelompok tentang sifat bangun datar; (c) Siswa dalam kelompok asal berdiskusi untuk membagi soal pada lembar tugas ke-lompok kepada masing-masing anggota un-tuk menjadi ahli; (d) Setiap ahli dari ma-sing-masing kelompok berkumpul untuk mendiskusikan permasalahan yang

(7)

diberi-kan oleh kelompok asal; (e) Setelah selesai berdiskusi, semua ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan hasil diskusi yang dilakukan oleh kelompok ahli; (f) Kelompok asal diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya, siswa lain memberikan tang-gapan; (g) Guru memberikan penguatan; (h) Guru memberikan tugas individu. (3) Kegia-tan penutup, meliputi: (a) Guru melakukan refleksi; (b) Guru menutup pembelajaran dengan doa.

Pengamatan (Observing)

Pada tahapan ini, peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran Mate-matika dengan sub pokok bahasan “Sifat bangun datar”, melalui kegiatan model jig-saw, yang mencakup pengamatan terhadap aktivitas guru.

Dari aktivitas guru yang terekam diketahui bahwa guru masih terbawa dengan gaya pembelajaran yang lama, sehingga aktivitas yang diberikan tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Guru belum dapat beradaptasi secara maksimal terhadap me-tode pembelajaran yang baru sehingga di-perlukan waktu yang relatif lama untuk menyesuaikan diri. Persentase aktivitas guru berdasarkan pengamatan sebesar 61,50%.

Hasil test yang dilakukan terhadap siswa, pada siklus I ini belum menunjukkan perubahan yang maksimal. Persentasenya ditampilkan pada Tabel 4. Data pada Tabel 4 dibandingkan dengan tes awal atau pre-test belum menggambarkan kenaikan yang berarti, dan belum sesuai harapan penelitian tindakan dalam penerapan model jigsaw.

Di samping itu, dilihat dari jumlah siswa yang belajarnya mencapai ketuntasan atau mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan (nilai 70), persentasenya tergambar sebagaimana dalam Tabel 5.

Tabel 4 Data Hasil Test Siswa di 10 SD Binaan Pada Siklus I

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Rata-rata

1 SDN 1 Gedangsewu 15 66.00 2 SDN 1 Waung 17 69.41 3 SDN 1 Pucungkidul 21 69.52 4 SDN 1 Tanjungsari 23 67.83 5 SDN 1 Sobontoro 27 69.26 6 SDN 2 Sobontoro 20 68.50 7 SDN 2 Serut 40 66.75 8 SDN 3 Bono 17 68.82 9 SDN 2 Karangrejo 22 68.18 10 SDN 2 Wajakkidul 41 66.34 Jumlah 243 680.62 Rata-rata 68.06

Tabel 5 Data Ketuntasan Belajar Hasil test di 10 SD Binaan Pada Siklus I

No Nama Sekolah Tuntas % Tidak Tuntas % 1 SDN 1 Gedangsewu 9 60.00 6 40.00 2 SDN 1 Waung 11 64.71 6 35.29 3 SDN 1 Pucungkidul 13 61.90 8 38.10 4 SDN 1 Tanjungsari 15 65.22 8 34.78 5 SDN 1 Sobontoro 18 66.67 9 33.33 6 SDN 2 Sobontoro 12 60.00 8 40.00 7 SDN 2 Serut 24 60.00 16 40.00 8 SDN 3 Bono 9 52.94 8 47.06 9 SDN 2 Karangrejo 15 68.18 7 31.82 10 SDN 2 Wajakkidul 24 58.54 17 41.46 Jumlah 150 618.15 93 381.85 Rata-rata 61.82 38.18

Dari data di atas, jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum PTS, maka hasil PTS siklus I ini sudah ada peningkatan, yaitu sebelum PTS yang Tuntas sebanyak 98 siswa (40,13%), sedang setelah PTS siklus I yang tuntas sebanyak 150 siswa (61,82%) yang berarti ada peningkatan sebanyak 52 anak (21,68%).

Penilaian dari observer pada putaran I ini, ternyata masih banyak nilai yang kurang. Nilai hasil belajar yang ditunjukkan masih berada dibawah nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Langkah-langkah pada option tersebut diharapkan lebih ditingkatkan pada putaran II, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

(8)

Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dilaksanakan setelah pe-laksanaan tahap observasi. Caranya yaitu dengan mengumpulkan data yang berupa hasil observasi, penilaian (secara langsung dan hasil test siswa). Kemudian data-data ini diinterprestasikan apakah hasil tindakan berhasil atau tidak.

Berdasarkan hasil refleksi lembar observasi oleh pengamat, dan lembar pe-nilaian kemampuan penguasaan materi pem-belajaran setelah siklus I ini berakhir, maka dapat disimpulkan yaitu bahwa ternyata masih banyak kekurangan yang dilakukan oleh guru pelaksana, baik sebelum kan model jigsaw maupun sesudah melaku-kan kegiatan model jigsaw. Kekurangan yang harus diperbaiki antara lain: (a) Pada waktu proses model jigsaw berlangsung, gu-ru hendaknya memberikan penguatan-pe-nguatan melalui pujian-pujian seperti ‘ba-gus’, ‘betul’, ‘hebat’, serta memotivasi ke-pada siswa agar siswa tertarik untuk meng-ikuti setiap pembahasan; (b) Pada saat pro-ses pembelajaran berlangsung, guru hendak-nya lebih memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan lamanya pencapai-an kompetensi dasar ypencapai-ang telah ditentukpencapai-an.

Dalam menerapkan metode model jig-saw, hendaknya guru menjelaskan target yang diharapkan dalam pembelajaran itu.

Siklus II

Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan supervisi kelas adalah sebagai berikut: (a) mempersi-apkan format penyusunan rencana pelaksa-naan pembelajaran yang sesuai dengan jig-saw; (b) mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan media pembelajaran; (c) mempersiapkan format

observasi aktivitas guru; (d) memperbaiki metode pemberian motivasi guru kepada siswa.

Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan supervisi kelas pada si-klus II adalah supervisor memberikan bim-bingan kepada guru dalam menyusun ren-cana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan metode jigsaw, membantu memper-siapkan media pembelajaran serta soal eva-luasi tentang sifat-sifat ruang. Peneliti mem-berikan pengarahan dalam menerapkan jig-saw. Supervisor membantu guru dalam memperbaiki teknik pemberian motivasi ke-pada siswa. Kali ini tidak hanya dengan menggunakan kata hebat. Guru hendaknya dapat memberikan reward kepada siswa dalam bentuk pin yang dibuat guru, missal-kan lencana bintang dari kertas emas.

Keesokan harinya peneliti datang le-bih awal untuk mengetahui kesiapan guru dalam pembelajaran. Peneliti melakukan supervisi terhadap RPP dan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Setelah persiapan yang dilakukan selesai, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Berikut dis-kripsi pembelajaran matematika di kelas: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Guru membuka pelajaran diawali dengan salam dan doa; (b) Guru memeriksa kehadiran sis-wa; (c) Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai tentang pe-nyelesaian masalah sifat-sifat bangun ruang dalam. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang siswa secara heterogen; (b) Guru datar dan ruang; (c) Sis-wa dalam kelompok asal berdiskusi untuk membagi soal pada lembar tugas kelompok kepada masing-masing anggota untuk

(9)

men-jadi ahli; (d) Setiap ahli dari masing-masing kelompok berkumpul untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh kelompok asal; (e) Setelah selesai berdiskusi, semua ahli kembali ke kelompok asal untuk men-jelaskan hasil diskusi yang dilakukan oleh kelompok ahli; (f) Kelompok asal diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya, siswa lain memberikan tanggapan; (g) Guru memberikan penguatan; (h) Guru memberi-kan tugas individu; (i) Guru memberimemberi-kan re-ward. (3) Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru melakukan refleksi; (b) Guru menutup pembelajaran dengan doa.

Pengamatan (Observing)

Pada saat tahapan ini dilakukan, pene-liti melakukan pengamatan kepada guru dalam kegiatan pembelajaran Matematika melalui model jigsaw.

Pengamatan dimulai ketika guru telah memberikan penjelasan dan melaksanakan prinsip-prinsip model jigsaw yang menyang-kut materi Matematika. Hasil dari penga-matan yang dilakukan pada siklus II adalah Guru mampu menerapkan metode pembela-jaran secara maksimal. Indikator ini menun-jukkan aktivitas yang diberikan termasuk dalam kategori “sangat baik” sebesar 76,00 %. Hasil yang dilakukan terhadap siswa, pa-da siklus II ini juga menunjukkan perubahan yang sangat menonjol. Persentasenya ditam-pilan pada Tabel 6.

Di samping itu dilihat dari jumlah sis-wa yang belajarnya mencapai ketuntasan atau mencapai standar ketuntansan minimal yang ditentukan (nilai 70) persentasenya tergambar sebagaimana dalam Tabel 7.

Dari data pada Tabel 7, jika diban-dingkan dengan kondisi PTS siklus I, maka hasil PTS siklus II ini semakin meningkat dengan tajam, yaitu PTS siklus I yang tuntas

sebanyak 150 siswa (61,82%), sedang sete-lah PTS siklus II yang tuntas sebanyak 239 siswa (98,13%), yang berarti ada peningkat-an sebpeningkat-anyak 89 siswa (36,32%). Kenaikpeningkat-an persentase ini semakin tampak signifikan ji-ka dibandingji-kan antara kondisi awal sebelu-m PTS dengan setelah siklus II, yaitu kondi-si awal sebelum PTS sebanyak 98 kondi-siswa (40,13%) sedang setelah siklus II sebanyak 239 siswa (98,13%) atau naik sebanyak 141 anak (58,00%).

Tabel 6 Data Hasil Test Siswa di 10 SD Binaan Pada Siklus II

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Rata-rata 1 SDN 1 Gedangsewu 15 83.33 2 SDN 1 Waung 17 82.35 3 SDN 1 Pucungkidul 21 87.14 4 SDN 1 Tanjungsari 23 82.17 5 SDN 1 Sobontoro 27 83.33 6 SDN 2 Sobontoro 20 82.00 7 SDN 2 Serut 40 85.50 8 SDN 3 Bono 17 85.88 9 SDN 2 Karangrejo 22 82.73 10 SDN 2 Wajakkidul 41 85.61 Jumlah 243 840.06 Rata-rata 84.01

Tabel 7 Data Ketuntansan Belajar Hasil test di 10 SD Binaan Pada Siklus II

No Nama Sekolah Tuntas % Tidak Tuntas % 1 SDN 1 Gedangsewu 15 100.00 0 0.00 2 SDN 1 Waung 17 100.00 0 0.00 3 SDN 1 Pucungkidul 20 95.24 1 4.76 4 SDN 1 Tanjungsari 22 95.65 1 4.35 5 SDN 1 Sobontoro 27 100.00 0 0.00 6 SDN 2 Sobontoro 19 95.00 1 5.00 7 SDN 2 Serut 40 100.00 0 0.00 8 SDN 3 Bono 17 100.00 0 0.00 9 SDN 2 Karangrejo 21 95.45 1 4.55 10 SDN 2 Wajakkidul 41 100.00 0 0.00 Jumlah 239 981.34 4 18.66 Rata-rata 98.13 1.87

(10)

Refleksi

Selama proses ini berlangsung banyak ditemui kemajuan-kemajuan antara lain: (a) Jumlah siswa yang aktif bertanya jawab se-makin meningkat; (b) Perasaan senang sis-wa terhadap pembelajaran ini meningkat; (c) Kemampuan dan prestasi hasil belajar siswa meningkat; (d) Siswa yang mampu meng-analisis, membedakan, menggeneralisasik-an, serta menghipotesis permasalahan me-ningkat cukup signifikan. Peme-ningkatan kete-rampilan siswa ini nampak karena adanya u-paya peneliti dan guru yang konsisten, yaitu dengan memanfaatkan hasil refleksi pada si-klus sebelumnya yang digunakan untuk pe-rencanaan dan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Selama proses ini berlangsung banyak ditemui kemajuan-kemajuan antara lain: (a) Jumlah siswa aktif meningkat; (b) Siswa tidak lagi menunjukkan rasa takut dan minder; (c) Siswa sudah menunjukkan ter-motivasi untuk belajar bagaimana belajar.

Pengamatan untuk siklus II yang dapat dilihat dari hasil penilaian oleh observer, bahwa model jigsaw dengan menekankan kepada terbentuknya sikap kritis siswa terhadap berbagai permasalahan, dan moti-vasi, serta langkah-langkahnya yang dibuat oleh guru pelaksana, perlu dipertahankan dan diterapkan pada pokok bahasan berikut-nya. Sedangkan hasil prestasi belajar siswa dapat dilihat pada nilai post-tes.

Hasil penilaian pada lembar observasi di siklus II, makin menunjukkan peningkat-an ypeningkat-ang speningkat-angat berarti, baik dari segi ke-mampuan berpikir kritis (menganalisis, membedakan, menggeneralisasikan, meng-hipotesis), maupun hasil dari post-test. Se-bagai gambaran untuk memperjelas keber-hasilan PTS ini, dapat kita lihat data dan grafik perbandingan antara kemampuan siswa sebelum PTS ini dan setelah siklus II

pada Gambar 1. Untuk lebih memperjelas meningkatnya keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran model jigsaw dan juga meningkatnya motivasi berprestasi siswa, berikut ini juga ditampilkan tabel perbandingan kondisi sebelum PTS dengan kondisi setelah PTS siklus II, yaitu disajikan pada Tabel 8.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan analisis da-ta secara keseluruhan mulai siklus I dan sik-lus II tersebut, dapat ditarik suatu kesimpul-an bahwa supervisor dalam melakukkesimpul-an su-pervisi kelas adalah dengan memberikan bimbingan kepada 10 guru kelas V di SD Binaan dalam menyusun RPP, membuat for-mat evaluasi pembelajaran serta mempersi-apkan media yang diperlukan. Supervisor juga memberikan teknik pemberian mtoivasi kepada siswa agar selalu aktif dalam pembe-lajaran. Melalui proses pembelajaran dengan menerapkan Jigsaw ternyata meningkatkan kinerja guru dan prestasi hasil belajar serta keaktifan siswa. jika dibandingkan dengan kondisi PTS siklus I, maka hasil PTS siklus II ini semakin meningkat dengan tajam, yai-tu PTS siklus I yang yai-tuntas sebanyak 150 siswa (61,82%), sedang setelah PTS siklus II yang tuntas sebanyak 239 siswa (98,13%), yang berarti ada peningkatan sebanyak 89 siswa (36,32%). Kenaikan persentase ini se-makin tampak signifikan jika dibandingkan antara kondisi awal sebelum PTS dengan se-telah siklus II, yaitu kondisi awal sebelum PTS sebanyak 98 siswa (40,13%) sedang setelah siklus II sebanyak 239 siswa (98,13 %) atau naik sebanyak 141 anak (58,00%). Sehingga penelitian tindakan sekolah ini adalah berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan.

(11)

Tabel 8 Perbandingan Prestasi siswa Dalam Menerapkan model jigsaw dan Kemampuan Siswa di 10 SD Binaan

No Jenis Kemampuan Sebelum Siklus Siklus I Siklus II

1 Prestasi belajar 61.18 68.06 84.01

2 Ketuntasan Belajar 40.13 61.82 98.13

Gambar 1 Perbandingan Prestasi hasil Belajar Siswa

Gambar 2 Perbandingan Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa Siklus I dan II 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Sebelum PTS Setelah PTS I setelah PTS II

61.18 68.06 84.01 40.13 61.82 98.13 Prestasi belajar Ketuntasan Belajar 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 siklus I siklus II 61.50 76.00 60 80.00 aktivitas guru aktivitas siswa

(12)

Saran

Meskipun penelitian ini telah selesai bukan berarti selesai pula upaya supervisor dalam memberikan contoh-contoh kepada guru. Upaya memberi contoh-contoh kepada guru perlu terus dikembangkan oleh super-visor sekolah yang lain dan dengan subyek yang berbeda. Studi mengenai metode jigsa-w harus lebih ditingkatkan dalam penelitian-penelitian model pembelajaran yang lain ya-ng muya-ngkin lebih dapat menumbuhkan mo-tivasi yang lebih besar lagi, untuk itu peneli-ti ingin memberikan saran-saran yang mu-ngkin dapat bermanfaat bagi semua kompo-nen pendidikan, yaitu: (1) Hasil penelitian i-ni hendaknya semakin memacu supervisor sekolah untuk lebih mengintensifkan dalam

memberi contoh-contoh Pembelajaran yang lebih memungkinkan dapat meningkatkan keaktifan siswa serta meningkatkan prestasi hasil belajar siswa; (2) Dalam upaya menu-mbuhkan motivasi berprestasi siswa hendak-nya tiap melaksanakan pembelajaran meng-gunakan metode yang sesuai dengan ka-rakter mata pelajarannya; (3) Hasil peneli-tian ini sangat bermanfaat pada pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan ber-basis sekolah. Oleh karena itu perlu dilakuk-an perbaikdilakuk-an-perbaikdilakuk-an pada proses KBM yang ada di sekolah diantaranya pendekatan pembelajaran yang diterapkannya; (4) Pem-belajaran dengan metode jigsaw dapat me-ningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga prestasi siswa meningkat.

DAFTAR RUJUKAN

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Na-sional, Jakarta: Depdiknas.

Nanang Fattah. 1996. Landasan Manajemen

Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosda-karya.

Purwanto. 1987. Psikologi Pendidikan. Re-madja Karya, Bandung.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti

kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Sulistyorini, 2001. Hubungan antara

Kete-rampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1) 62-70.

Rochman, Natawijaya. 1997. Konsep Dasar

Penelitian Tindakan (Action Rese-arch). Bandung: IKIP Bandung.

Gambar

Tabel 1 Data Guru Sebagai Subyek Penelitian
Tabel 3 Data Ketuntasan Belajar Hasil Pre Test  Siklus I Di 10 SD Binaan
Tabel 4 Data Hasil Test Siswa di 10 SD Binaan  Pada Siklus I
Tabel 7 Data Ketuntansan Belajar Hasil test di 10  SD Binaan Pada Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan kegiatan pendampingan oleh pengawas sekolah dalam akreditasi sekolah (2) Mendeskripsikan faktor pendukung

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian analisis butir soal pilihan ganda pada Ujian Akhir Sekolah (UAS) genap tahun pelajaran 2014/2015 pada

1. Subyek yang menguasai atau memahami medan aktifitas yang menjadi sasaran penelitian. Dalam hal ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan

Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) untuk kepala sekolah, karena dengan penggunaan media balon angka, dapat

Penjelasan kepala sekolah SDN Prampelan Sayung Demak di atas memberikan informasi bahwa yang menjadi sasaran dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah semua

Dari kesimpulan diatas disarankan sebaiknya pengawas TK/SD di Kecamatan Tigo Nagari hendaknyamelakukanPengawas melakukan pengawasan secara individu terhadap personil di

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan