• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN ASPEK SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP NILAI ANAK (Studi Kasus Pada Ibu di Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN ASPEK SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP NILAI ANAK (Studi Kasus Pada Ibu di Kota Malang)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN ASPEK SOSIAL EKONOMI KELUARGA

TERHADAP NILAI ANAK

(Studi Kasus Pada Ibu di Kota Malang)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Christmastuti Destriyani

0910210036

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

TINJAUAN ASPEK SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP NILAI

ANAK

(Studi Kasus Pada Ibu di Kota Malang)

Yang disusun oleh :

Nama

: Christmastuti Destriyani

NIM

: 091021036

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Jurusan

: S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 14 Maret 2013

Malang, 14 Maret 2013

Dosen Pembimbing,

Drs. Mochamad Affandi, SU.

(3)

Tinjauan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Nilai Anak (Studi Kasus pada Ibu di Kota Malang)

Christmastuti Destriyani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

christmastuti_d@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek sosial ekonomi terhadap nilai anak dan jumlah anak yang ingin dimiliki. Informan dari penelitian ini adalah para wanita yang sudah berkeluarga, memiliki anak, dan bertempat tinggal di salah satu kecamatan di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi. Rekaman wawancara kemudian ditranskrip, dokumen-dokumen terkait, dan dokumentasi wawancara dikumpulkan dalam satu folder. Kemudian, data-data tersebut diolah menggunakan analisis isi (content analysis).

Nilai anak merupakan cara pandang orang tua terhadap anak yang dimiliki. Nilai anak yang diteliti diambil dari dua sudut pandang, yakni dari dunia dan akhirat. Nilai anak dalam penelitian ini diantaranya adalah anak sebagai penerus keturunan, pelengkap keluarga, jaminan di hari tua, dan dapat membantu ekonomi keluarga. Selain itu terdapat beberapa faktor penghambat diantaranya biaya finansial, biaya emosional, opportunity cost, dan kesehatan. Sedangkan untuk nilai anak di akhirat adalah anak merupakan anugerah yag harus diasuh, dibesarkan, dan dididik baik dari agama dan duniawi. Selain itu kehadiran anak juga sebagai generasi penerus agama dan memberikan doa bagi orang tua jika sudah tiada.

Para informan memutuskan untuk memiliki dua hingga tiga anak meskipun mereka mengakui nilai positif anak. Jumlah anak yang ingin dimiliki ini terkait dengan ukuran keluarga, yang dibahas mulai dari ukuran ideal, perencanaan hingga ukuran aktual. Aspek sosial ekonomi yang menjadi tinjauan dalam penelitian ini diantaranya pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, dan latar belakang keluarga. Menurut para informan semakin banyak anak akan diikuti semakin banyak biaya dan risiko. Penelitian ini belum bisa digeneralisasi, untuk itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang menjelaskan secara mendalam mengenai hubungan antara aspek sosial ekonomi, nilai anak, dan ukuran keluarga. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode campuran kualitatif dan kuantitatif sehingga hasilnya dapat menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan terkait kependudukan. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi mengenai studi kependudukan.

Keywords: nilai anak, kependudukan, aspek sosial ekonomi, studi kasus, analisis isi (content analysis),

jumlah anak.

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah pendudukan terbanyak di dunia. Tahun 2012, jumlah penduduk Indonesia berjumlah 244.537.338 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,49 persen. Kota Malang merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar di Indonesia dan menduduki urutan kedua sebagai kota besar di Jawa Timur. Kota Malang memiliki jumlah penduduk sebanyak 834.351 jiwa dengan LPP sebesar 0,80 persen.

Tiga aspek yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, diantaranya kematian, kelahiran, dan perpindahan. Kelahiran memiliki keterkaitan dengan fungsi biologis yang menjadi salah satu faktor utama keluarga. Untuk menjalankan fungsi ini terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi, diantaranya aspek sosial ekonomi. Selain itu, aspek ini juga mempengaruhi cara pandang orang tua terhadap nilai dan jumlah anak yang dimilikinya.

(4)

Todaro (2006) menjelaskan bahwa bagi masyarakat miskin, anak dipandang sebagai suatu investasi ekonomi yang nantinya diharapkan akan mendatangkan suatu ‘hasil’ yang baik dalam bentuk tambahan tenaga kerja maupun sebagai sumber finansial orang tua di usia lanjut. Selain itu, di Indonesia ada sebuah anggapan yang menyebutkan bahwa ‘banyak anak banyak rezeki’. Hal ini pun diperkuat oleh pendapat Todaro bahwa di negara-negara berkembang terdapat faktor penentu yang bersifat kultural dan psikologis yang mempengaruhi cara pandang orang tua terhadap anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek sosial ekonomi yang mempengaruhi nilai anak, baik di dunia dan akhirat dan jumlah anak yang ingin dimiliki. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi serta pertimbangan untuk studi terkait ataupun membuat kebijakan kependudukan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dimana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Keluarga dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan, pasangan perkawinan tanpa anak, pasangan nikah yang mempunyai anak, dan satu orang (duda atau janda) yang memiliki anak. Hal tersebut dikemukakan oleh Suhendi dan Wahyu (2001), Narwoko dan Suyanto (2006), dan Horton dan Hurt (1999). Keluarga juga memiliki fungsi, seperti fungsi biologis, afeksi, sosialisasi, ekonomi, proteksi, rekreasi, religi, dan penentu sosial.

Aspek sosial ekonomi adalah segala sesuatu dalam perilaku ekonomi yang menggunakan asumsi bahwa pilihan rasional individu didasari dari kombinasi kondisi ekonomi dan kondisi sosial (emosi, ikatan sosial, keyakinan, harapan, dan moralitas), seperti yang disampaikan oleh Soekanto (1983), Longman (2007), dan Ashford (2007).

Nilai merupakan konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk (Kamus Sosiologi, 1983). Nilai anak diartikan sebagai nilai keseluruhan dari seorang anak yang terdiri dari nilai positif dan negatif (Arnold et al, 1975 dalam Hartoyo, 2011). Hoffman et al (1978) meneliti nilai anak di USA dan merumuskan 9 dimensi nilai anak. Fawcett (1983) pada Miller (2009) melakukan kritik terhadap 9 dimensi nilai anak yang dikemukakan Hoffman et al. Buripakdi (1977) meneliti terkait dengan nilai anak di Thailand. Suckow dan Klaus (2002) juga melakukan telaah mengenai nilai anak di enam negara. Dan Gallup (1995) meneliti nilai ekonomi dari seorang anak di Vietnam.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik penelitian studi kasus seperti yang diungkapkan Babbie (2005), bahwa studi kasus merupakan pengujian secara mendalam tentang satu contoh fenomena sosial. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah para ibu yang bertempat tinggal di salah satu kecamatan di Kota Malang. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis).

D. HASIL Nilai Anak di Dunia dan Akhirat

Nilai anak merupakan cara orang tua memandang keberadaan seorang anak di dalam keluarganya. Hal ini ditunjukan dari anggapan para informan mengenai anak, seperti anak merupakan amanah, dari Tuhan YME, rezeki, harta, dan buah hati. Terdapat dua faktor, yakni faktor pendorong dan penghambat dari nilai anak.

Pada faktor pendorong, para informan menyatakan bahwa anak adalah sebagai penerus keturunan, pelengkap keluarga, jaminan di hari tua, dan dapat membantu ekonomi keluarga. Anak sebagai penerus keturunan ini berkaitan dengan fungsi biologis pada keluarga. Keluarga merupakan lembaga sosial yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak, maka kehadiran anak di dalam suatu keluarga menjadi pelengkap sebuah keluarga.

(5)

Jaminan hari tua yang diharapkan orang tua terhadap anak bukan berbentuk materi, melainkan dalam bentuk kasih sayang dengan perhatian. Sedangkan bantuan ekonomi yang diharapkan pun bukan diberikan pada orang tua, melainkan dengan memenuhi kebutuhan pribadi dan memberikan bantuan kepada saudara sedarah. Adapun faktor penghambat dari nilai anak diantaranya: biaya finansial, biaya emosional, opportunity cost antara kualitas dan kuantitas anak yang dimiliki, dan kesehatan ibu.

Nilai anak di akhirat erat kaitannya dengan ajaran agama yang dianut oleh para informan. Tinjauan ini menggunakan sudut pandangan agama Islam dan Kristen dikarenakan informan pada penelitian beragama tersebut. Pada bagian ini, anak merupakan anugerah yang harus diasuh, dibesarkan, dan dididik baik dari agama dan duniawi secara seimbang. Selain itu kehadiran anak tidak hanya sebagai penerus keluarga, namun juga sebagai generasi penerus agama dan memberikan doa bagi orang tua jika sudah tiada.

“Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami dari istri kami dan keturunan kami (anak cucu) yang menjadi belahan hati, dan jadikanlah kami pemimpin atau imam orang-orang yang bertakwa.” (Q.s. al-Furqan/25:74)

“Kemudian diberkati-Nya mereka dengan ucapan “Beranakcuculah yang banyak, supaya keturunanmu mendiami seluruh muka bumi serta menguasainya. Kamu juga Kutugaskan mengurus ikan-ikan, burung-burung dan semua binatang lain yang liar.” (Kejadian 1:28) “Setelah seseorang meninggal dunia, derajatnya akan ditinggikan, dia pun bertanya: ‘Wahai Tuhanku, kenapa derajatku ditinggikan?’ maka dijawablah: ‘Anakmu telah memohonkan ampunan untukmu.’” (HR. Bukhari)

Jumlah Anak yang Dimiliki

Bagi para informan, anak memiliki nilai positif. Namun nilai positif ini tidak disertai dengan keputusan untuk memiliki anak banyak (lebih dari tiga anak). Sebagian besar informan berasal dari keluarga yang besar, memiliki anak lebih dari tiga. Namun dalam berumah tangga, para informan ini tidak menginginkan untuk memiliki anak banyak. Sedangkan satu informan yang berasal dari keluarga kecil (hanya memiliki dua anak) tidak membatasi diri untuk memiliki anak lebih dari dua.

Anggapan ‘Banyak Anak Banyak Rezeki’ pun kini dianggap mitos atau sekedar pepatah yang berlaku di masyarakat. Para informan sepakat bahwa anak membawa dan memiliki rezekinya masing-masing namun tidak dalam jumlah yang besar. Bagi para informan, semakin banyak anak yang dimiliki maka semakin banyak risiko dan biaya yang mengikuti. Berdasarkan hal itulah para informan memutuskan untuk memiliki dua sampai tiga anak saja.

Pembatasan jumlah anak yang dimiliki dilakukan oleh para informan melalui perencanaan jumlah dan jarak antar anak. Beberapa informan menggunakan bantuan kontrasepsi dan ada juga yang hanya menggunakan perhitungan kalender. Selain itu, kesehatan ibu selama mengandung dan melahirkan menjadi faktor pertama yang mendorong para informan membatasi diri dalam memiliki anak. Kemudian, biaya-biaya ekonomi dalam pengembangan anak, seperti pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan anak, menjadi faktor yang menjadi pertimbangan para informan dalam memiliki anak.

Aspek Sosial Ekonomi terhadap Nilai Anak

Aspek sosial ekonomi yang menjadi tinjauan dalam penelitian ini diantaranya adalah latar belakang pendidikan, pekerjaan, keluarga dan pendapatan keluarga informan. Dari latar belakang pendidikan, mulai dari jenjang SMP sampai dengan Magister. Latar belakang pekerjaan para informan pun berbeda satu sama lain seperti ibu rumah tangga, wirausahawan, guru, dosen, dan PNS. Dari hal itulah, informan memutuskan untuk berusaha memberikan pendidikan yang melebih supaya anak bisa memperoleh pekerjaan yang lebih layak dibandingkan dirinya.

Telah disebutkan di atas, bahwa para ibu ini banyak yang berasal dari keluarga yang memiliki jumlah anak yang banyak. Pengalaman tumbuh dan berkembang di keluarga yang besar menjadikan pembelajaran dan refensi dalam membuat keputusan dalam memiliki anak. Sedangkan pendapatan, keluarga para informan tergolong dalam keluarga dengan pendapatan yang mencukupi. Sadar akan kemampuan diri, serta meningkatnya harga serta biaya pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya juga menjadi pertimbangan dalam memutuskan jumlah anak yang ingin dimiliki.

(6)

Model Konseptual Temuan Penelitian

Buripakdi dan Khanthajai (1977) melakukan penelitian mengenai nilai anak di Bangkok yang juga merupakan proyek kolaborasi lintas kultural studi nilai anak. Penelitian tersebut merupakan hasil dari wawancara pada 360 pasangan menikah di Bangkok. Penelitian ini menjelaskan perbedaan antara alasan untuk memiliki anak dan alasan untuk menginginkan anak. Orang tua memiliki anak untuk berbagai alasan yang tidak berhubungan erat dengan motivasi pribadi dan lebih kepada norma di masyarakat tentang jumlah anak atau kurangnya informasi tentang mencegah kehamilan.

Sedangkan orang tua juga ingin memiliki anak untuk alasan yang erat hubungannya dengan kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi seperti memberi dan menerima cinta, pemenuhan hubungan perkawinan, sebagai validasi status dewasa, rasa pencapaian yang terhubung dengan kesuburuan, dan mendapatkan keamanan ekonomi dan emosional di usia tua.

Gambar 1: Model Konseptual Studi Nilai Anak

Sumber:Buripakdi dan Khanthajai (1977)

Gambar 1 merupakan model konseptual studi nilai anak dalam penelitian Buripakdi. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat intervensi dari faktor sosio-demografi (latar belakang dan variabel situasional) dan orientasi sosio-psikologis. Di sisi lainnya, variabel perencanaan keluarga dan ukuran keluarga menjadi bagian yang terintervensi. Penelitian ini mengkaji nilai anak dari nilai positif dan negatif. Pada akhirnya, faktor sosio-demografi dan orientasi psikologis dan sosial mempengaruhi nilai anak yang juga mempengaruhi fertilitas dan perencanaan keluarga.

Model konseptual studi nilai anak yang disampaikan Buripakdi menjadi pembanding pada penelitian ini. Mengacu pada model tersebut, pada penelitian ini meninjau aspek sosial ekonomi yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, latar belakang keluarga informan, dan pendapatan keluarga. Aspek sosial ekonomi ini ditemukan memiliki pengaruh terhadap nilai anak yang terdiri dari faktor pendorong (anak sebagai penerus keturunan, pelengkap keluarga, jaminan di hari tua, dan dapat membantu ekonomi keluarga) dan faktor penghambat (biaya finansial, biaya emosional, opportunity cost antara kualitas dan kuantitas anak yang dimiliki, serta kesehatan). Aspek sosial ekonomi yang meniliki pengaruh terhadap nilai ini juga mempengaruhi penentuan jumlah anak yang ingin dimiliki. Hal ini tergambar pada kolom ukuran keluarga yang terdiri dari ukuran ideal (menurut BKKBN melalui program KB), perencanaan, dan ukuran aktual. (Gambar 2)

(7)

Gambar 2: Model Konseptual Nilai Anak pada Temuan Penelitian

Sumber: Hasil Penelitian (2013)

E.IMPLIKASI

Aspek sosial ekonomi pada penelitian ini meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Bagaimanapun terdapat aspek sosial ekonomi lainnya yang belum ditinjau lebih mendalam, seperti budaya dan lingkungan. Tinjauan tersebut dapat lebih mendalam guna membentuk nilai anak yang lebih utuh.

Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan terhadap pembentukan kebijakan terkait masalah kependudukan di Indonesia. Selain itu dapat juga menjadi acuan dalam membuat strategi-strategi dalam melaksanakan program Keluarga Berencana, guna mengendalikan jumlah dan meningkatkan kualitas penduduk.

F.PENUTUP

Aspek sosial ekonomi memiliki pengaruh terhadap nilai anak dan jumlah anak yang ingin dimiliki. Aspek sosial ekonomi diantaranya adalah pendidikan, pekerjaan, latar belakang informan, dan pendapatan keluarga. Nilai anak yang diteliti diambil dari dua sudut pandang, yakni dari dunia dan akhirat. Nilai anak dalam penelitian ini diantaranya adalah anak sebagai penerus keturunan, pelengkap keluarga, jaminan di hari tua, dan dapat membantu ekonomi keluarga. Selain itu terdapat beberapa faktor penghambat diantaranya biaya finansial, biaya emosional, opportunity cost, dan kesehatan. Sedangkan untuk nilai anak di akhirat adalah anak merupakan anugerah yag harus diasuh, dibesarkan, dan dididik baik dari agama dan duniawi. Selain itu kehadiran anak juga sebagai generasi penerus agama dan memberikan doa bagi orang tua jika sudah tiada.

Para informan memutuskan untuk memiliki dua hingga tiga anak meskipun mereka mengakui nilai positif anak. Jumlah anak yang ingin dimiliki ini terkait dengan ukuran keluarga, yang dibahas mulai dari ukuran ideal, perencanaan hingga ukuran aktual. “Banyak anak banyak rezeki” merupakan anggapan yang mulai tergeser. Semakin banyak anak yang dimiliki maka akan diikuti oleh risiko dan biaya. Semakin sedikit anak yang dimiliki maka orang tua dapat memfokuskan diri untuk meningkatkan kualitas hingga anak diharapkan dapat memberikan jaminan di hari tua dan bantuan ekonomi keluarga.

G. SARAN

Penelitian dengan tema serupa dapat diteliti lebih lanjut guna menjelaskan secara lebih mendalam mengenai hubungan antara aspek sosial ekonomi, nilai anak, dan ukuran keluarga dengan menggunakan metode campuran, kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan bantuan asisten peneliti untuk membantu proses pengambilan data di lapangan.

(8)

DAFTARPUSTAKA

____. 2007. Longman Advanced American Dictionary. US: Pearson

Ashford, Robert. 2007. Socio-Economics – An Overview. Collage of Law Faculty Scholarship. Paper 14. http://surface.syr.edu/lawpub Syracuse University.

Babbie, Earl. 2005. The Basics of Social Research, Thrid Edition. Canada: Thomson Wadsworth. Badan Pusat Statistik. 2011. Sensus Penduduk Indonesia. www.bps.go.id diakses pada November

2012.

Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2011. Malang Dalam Angka 2011. Malang: BPS.

Buripakdi, Chalio dan Nathabol Khanthajai. 1977. The Value of Children, a cross-national study

(Volume Four).Hawaii: University Press of Hawai.

Fuaduddin, TM. 1999. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. Jakarta: diterbitkan atas kerja sama Lembaga Kajian Agama dan Jender, Perserikatan Solidaritas Perempuan, dan The Asia

Foundation.

Gallup, John Luke. 1995. The Economic Value of Children in Vietnam. Vietnam: Institutes of Economics and Sociology.

Hartoyo, Melly Latifa dan Sri Rahayu Mulyani. 2011. Studi Nilai Anak, Jumlah Anak yang Diinginkan, dan Keikutsertaan Orang Tua dalam Program KB. Jurnal Ilmiah Keluarga dan

Konsumen, Vol.4, (No.1): 37-45

Hoffman, Lois Wladis. Arland Thornton dan Jean Denby Manis. 1978. The Value of Children to

Parents in the United States. Michigan: Human Sciences Press.

Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. 1999. Sosiologi, Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Miller, Warren B. 2009. The Reason People Give for Having Children (Chapter 1).

http://www.tfri.org/TFRI.org/The_Reproductive_Mind__Chapters_files/The%20Reasons%20 People%20Give%20for%20Having%20Children.pdf diakses pada 30 November 2012 pukul 23.47 WIB.

Mundiharno. Tanpa Tahun Beberapa Teori Fertilitas. www.akademika.or.id/arsip/FER-T-WD.PDF diakses pada tanggal 06 November 2012 pukul 14.25 WIB.

Narwoko, J. Dwi. dan Suyanto, Bagong. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.

Soekanto, Soerjono.1983. Kamus Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali.

Suckow, Jana dan Daniela Klaus. 2002. Value of Children in Six Cultures. Faculty of Social Studies, Masaryk University Brno.

Suhendi, Hendi dan Ramdani Wahyu. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: CV Pustaka Setia.

Gambar

Gambar 1: Model Konseptual Studi Nilai Anak
Gambar 2: Model Konseptual Nilai Anak pada Temuan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian analisa profil protein selama proses fermentasi tepung singkong dengan biakan angkak dari berbagai lama fermentasi (hari) dapat dilihat

Untuk mengetahui dosis terbaik dari media tanam tanah dengan bahan. organik sabut kelapa terhadap pertumbuhan

Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang

Menurut (Sugiyono, 2010:60), hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa

Adapun hasil uji T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara pekerja anak laki-laki dan perempuan pada nilai ekonomi anak masa depan..

Bakteri Lactobacillus sp yang secara alami terdapat pada sayuran sangat berperan dalam pembuatan sayur asin melalui proses fermentasi. Sayur asin yang dihasilkan

Pada waktu diberikan surat keterangan ini yang bersangkutan tidak mempunyai pinjaman buku pada. Ruang Baca Fakultas Sains dan Teknologi