• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA KARPET BILANGAN PADA MATERI OPERASI HITUNG DI KELAS II SDN 121/1 MUARA SINGOAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA KARPET BILANGAN PADA MATERI OPERASI HITUNG DI KELAS II SDN 121/1 MUARA SINGOAN SKRIPSI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1

ARTIKEL ILMIAH

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA KARPET BILANGAN PADA MATERI OPERASI HITUNG DI KELAS II

SDN 121/1 MUARA SINGOAN SKRIPSI OLEH : LESTARI ASTUTI A1D114085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI 2018

(2)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 2

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA KARPET BILANGAN PADA MATERI OPERASI HITUNG DI KELAS II

SDN 121/1 MUARA SINGOAN

Oleh :

LESTARI ASTUTI A1D114085

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRAK

Astuti, Lestari. “Pengembangan Alat Peraga Matematika Karpet Bilangan Pada Materi Operasi Hitung Di kelas II SDN 121/1 Muara Singoan”. Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Jambi. Dosen Pembimbing (I) Dr. Yantoro, M.Pd (II) Suci Hayati, S.Pd, M.Pd.

Kata kunci: Alat peraga, karpet bilangan, operasi hitung.

Berdasarkan observasi pengunaan alat peraga pada proses pembelajaran matematika di kelas II SDN 121/1 Muara Singoan masih sangat terbatas. Khususnya pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Kurangnya pengunaan alat peraga membuat minat belajar siswa rendah sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Fungsi dari alat peraga tersebut untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, serta dapat digunakan untuk mempermudah berjalannya proses pembelajaran sehingga mampu menarik perhatian siswa. Karena itu, peneliti melakukan upaya pengembangan alat peraga karpet bilangan pada materi operasi hitung di kelas II SDN 121/1 Muara Singoan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pengembangan alat peraga matematika karpet bilangan pada materi operasi hitung, mengetahui kevalidan produk dari alat peraga karpet bilangan sebagai media pembelajaran berdasarkan penilaian ahli media dan ahli materi. Mengetahui kepraktisan produk pengembangan berdasarkan penilaian siswa dan guru terhadap alat peraga yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil penelitian prosedur pengembangan alat peraga karpet bilangan menggunakan model ADDIE (analysis, design, development, implementation, dan

evaluation). Hasil akhir validasi ahli media diperoleh nilai rata-rata yaitu 4,87 maka produk

ini termasuk dalam kriteria “sangat baik” dan layak diuji cobakan tanpa revisi. Hasil akhir validasi ahli materi diperoleh nilai rata-rata yaitu 4,84 maka produk ini termasuk dalam kriteris “sangat baik” dan layak diuji cobakan. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan yaitu uji coba perorangan, dan uji coba kelompok kecil, siswa banyak yang memberi respon positif terhadap alat peraga karpet bilangan. Hasil wawancara siswa menunjukkan bahwa alat peraga karpet bilangan menyenangkan dan menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Hasil angket respon guru diperoleh nilai rata-rata yaitu 4,6 maka produk ini termasuk dalam kriteria “sangat praktis”. Maka, alat peraga karpet bilangan layak digunakan sebagai alat peraga matematika pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan kelas II Sekolah Dasar.

(3)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 3

I. PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Namun, sampai saat ini masih banyak siswa yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, bahkan sebagai momok yang menakutkan. Menurut Marti (Sundayana, 2016: 2) bahwa “meskipun matematika dianggap memiliki kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari”. dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak tersebutlah yang merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa dalam mempelajarai matematika.

Matematika penting dan berguna untuk dipelajari bagi siswa. sebab matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Matematika juga bermanfaat bagi siswa yaitu berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian.

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, seorang guru bisa menggunaan pengelolaan alat bantu dalam proses pembelajaran matematika yaitu alat peraga. Hal ini sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual anak SD (Sekolah Dasar) yang masih dalam tahap operasi konkret. “Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan terutama untuk menjelaskan konsep atau materi yang abstrak” (Asyhar, 2011: 12). Alat peraga sendiri dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Menurut Pramudjono (Sundayana,2016: 7) bahwa “Alat peaga adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika”. Jadi, alat peraga merupakan alat bantu yang memiliki ciri atau bentuk dari konsep materi ajar yang dipergunakan untuk memperagakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami siswa.

Berdasarkan observasi yang telah di lakukan di kelas II Sekolah Dasar Negeri (SDN) 121/I Muara Singoan pada tanggal 12-13 September 2017. Terlihat bahwa dalam pembelajaran matematika bab operasi hitung penjumlahan dan pengurangan guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru mengajar menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Saat mengerjakan tugas siswa hanya menggunakan sepuluh jari tangan mereka sebagai alat bantu untuk menghitung. Siswa juga masih kesulitan menghitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan sepuluh jari tangan. Bahkan ada siswa yang menggunakan kalkulator. Saat proses pembelajaran berlangsung, terlihat sebagian siswa masih belum memahami konsep penjumlahan dan pengurangan hal ini terlihat saat guru memberikan soal latihan pengurangan dua angka siswa masih bingung angka mana yang terlebih dahulu dikurangkan.

Salah satu alat peraga yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan yaitu menggunakan alat peraga karpet bilangan matematika. Karpet bilangan matematika adalah alat peraga yang berbentuk karpet yang di dalamnya berisi deretan angka yang digunakan untuk operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan karpet bilangan dapat memudahkan mencari hasil dari operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan boneka yang akan melangkah maju diatas deretan angka untuk operasi hitung penjumlahan dan melangkah mundur untuk operasi hitung pengurangan, dimana langkah boneka tersebut berhenti angka dibawah boneka adalah hasilnya.

Berdasarkan uraian masalah yang telah dipaparkan maka penelitian ini dilaksanakan dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Matematika Karpet Bilangan Pada Materi Operasi Hitung di Kelas II SDN 121/1 Muara Singoan.”

(4)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 4

II. KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian dan Pengembangan (R&D)

Penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah produk. Menurut Tegeh, dkk (2014: xiii) bahwa “Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi pembelajaran di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji materi”. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah penelitian yang tujuan akhirnya menghasilkan suatu produk yang bisa digunakan dalam dunia pendidikan guna menyediakan atau melengkapi sarana dan prasarana dalam pembelajaran.

2.2 Alat Peraga Dalam Pembelajaran

Alat peraga merupakan perangkat pembelajaran. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran dan merupakan alat bantu yang digunakan untuk memperjelas menyampaikan suatu materi. Hal ini senada dengan pendapat Estiningsih (Asyhar, 2011: 12) bahwa “Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari”. Sedangkan menurut Sanaky (Asyhar, 2011: 12) bahwa “Alat peraga sebagai suatu alat bantu yang dipergunakan oleh pembelajar untuk memperagakan materi pelajaran”. Dari kedua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa alat peraga adalah alat bantu yang digunakan untuk menjelaskan atau memeragakan materi pembelajaran tertentu.

2.2.1 Pengunaan Alat Praga Dalam Pembelajaran

Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran. Dalam penggunaannya pada pembelajaran alat peraga memiliki landasan teoritis. Karena alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran. Maka, landasan teoritis penggunaan alat peraga sama dengan landasan teoritis penggunaan media pembelajaran. Beberapa landasan penggunaan media pembelajaran menurut Midun (Asyhar, 2012: 18-24) diuraikan sebagai berikut:

“(1) Landasan Empirik, pemilihan dan pengunaan media hendaknya jangan didasarkan pada kesukaan atau kesenangan, tetapi dilandaskan pada kecocokan media itu dengan karakteristik peserta didik, disamping kriteria lain, seperti kepraktisan dan kemudahan memperolehnya, kualitas teknis penggunaan. (2) Landasan Psikologis, penggunaan media pembelajaran adalah alasan atau rasionalitas pengunaan media pembelajaran ditinjau dari kondisi belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi. (3) Landasan Teknologis, media pembelajaran memiliki manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat ahli yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa landasan teoritis penggunaan alat peraga sama halnya dengan landasan penggunaan media pembelajaran. Adapun yang menjadi landasan dalam penggunaan alat peraga pembelajaran yaitu 1. Landasan Historis, 2. Landasan Psikologis, 3. Landasan Teknologis. 4. Landasan Empirik.

2.2.2 Jenis-jenis Alat Peraga

Alat peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki jenis-jenis sebagai bagian-bagian dari alat peraga. Menurut Sanaky (Asyhar, 2012: 13) Berdasarkan fungsinya, alat peraga dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :

“(1) Alat peraga langsung, yaitu objek sebenarnya (real object) yang dibawa langsung ke kelas atau dikunjungi ke lokasi dan digunakan menjelaskan materi dengan memperagkan/menunjukkannya kepada peserta didik. (2) alat peraga tak langsung, objek tiruan (model, miniatur, foto, dll) yang digunakan untuk memperagakan materi ajar di kelas. (3) peragaan, berupa kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh pengajar di kelas untuk mendemonstrasikan suatu materi ajar yang sifatnya psikomotorik. Contohnya peragaan

(5)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 5

bagaimana orang berwudhu, sholat, gerakan senam, memerankan pengemis, membaca puisi, dan lain-lain”.

Berdasarkan pendapat ahli jenis-jenis alat peraga terbagi menjadi alat peraga langsung, tak langsung, peragaan, alat peraga dua dimensi, tiga dimensi, dan alat peraga yang diproyeksi. Jenis-jenis alat peraga tersebut bisa digunakan sebagai alternatif penggunaan alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar agar mempermudah guru dalam penyampaian suatu materi dan dalam pembelajaran guru bisa mengadakan variasi pembelajaran.

2.2.3 Fungsi Alat Peraga

Saat proses belajar mengajar alat peraga memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Menurut Asyhar (2011: 11) penggunaan alat peraga oleh pembelajar berfungsi untuk “(1) membantu pembelajar dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pembelajar. (2) mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi, dan (3) menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas peserta didik”. Hal yang sama juga dikatakan oleh Raiz, dkk (Asyhar, 2011: 11) “alat peraga digunakan oleh guru untuk memberikan penekanan pada informasi, memberikan stimulasi perhatian, dan memfasilitasi proses pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat ahli yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga sangatlah berperan penting dalam proses belajar mengajar. Karena alat peraga mempunyai fungsi tersendiri dalam pembelajaran yaitu sebagai alat bantu untuk mempermudah pemahaman siswa tentang suatu materi pembelajaran. Materi yang bersifat abstrak biasanya sukar dipahami oleh siswa. Dengan penggunaan alat peraga yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menjelaskan konsep atau materi yang abstrak, tingkat keabstrakan suatu materi akan berkurang. Dengan melihat, meraba melalui penggunaan alat peraga.

2.2.4 Syarat dan Karakteristik Alat Peraga

Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran hendaknya memiliki syarat kelayakan sebagai alat bantu pembelajaran dan memiliki karakteristik tertentu sebagai alat peraga. Rusefendi (Sundayana 2015: 18) menyatakan beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga antara lain :

”(1) Tahan lama. (2) Bentuk dan warnanya menarik. (3) Sederhana dan mudah dikelola. (4) Ukurannya sesuai. (5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau diagram. (6) Sesuai dengan konsep matematika. (7) Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya. (8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi siswa. (9) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga. (10) Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak)”.

2.2.5 Prinsip Penggunaan Alat Peraga

Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga menurut Sudjana (2009: 104) sebagai berikut:

1. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan. 2. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan apakah

penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik.

3. Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan alat peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada. 4. Menempatakan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat.

Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat peraga digunakan.

Saat menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan keempat prinsip yang telah diuraikan. Agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mecapai hasil yang baik dan digunakan tepat pada waktunya.

(6)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 6

2.3. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Karakteristik anak sekolah dasar dapat diartikan “sebagai totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-citanya” (Danim, 2014: 4). Sedangkan menurut Munadi (2010:187) bahwa “karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada sisa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya”.

Pada masa anak sekolah dasar dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu “(1) masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun dan (2) masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 atau 10 sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun” (Djamarah, 2011: 124).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka karakteristik siswa pada masa sekolah berada pada rentang umur 6 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Pada usia ini siswa masuk ke dalam tahap operasional konkret pada tahap ini siswa mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

2.4 Pengertian Matematika

Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. “Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau

mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari” Depdiknas (Susanto, 2013:184). Bidang

studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah perhitung dalam kehidupan.

Matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungannya, pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu selanjutnya. “matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan argumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari” (Susanto, 2013: 185).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan studi ilmu yang penting dalam satuan pendidikan. Matematika dipelajari di semua jenjang pendidikan sejak SD, SMP, SMA hingga Universitas. Matematika merupakan salah satu ilmu yang bersifat abstrak dalam penyelesaiannya, namun matematika juga memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi bagi siswa.

2.4.1 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Menurut Susanto (2013: 186-187) bahwa “pembelajaran matematika adalah salah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika”.

Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk dapat membangun pengetahuan secara mandiri bukan menerima pengetahuan secara pasif. Hal ini sesuai dengan adanya teori belajar konstruktivisme bahwa dalam belajar siswa diarahkan untuk dapat mengkonstuk atau membangun pengetahuannya melalui pengalaman.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan dalam pembelajaran matematika guru berupaya melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran guna membimbing siswa memecahkan masalah dalam matematika dimulai dari yang abstrak menuju konkrit serta menekankan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

(7)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 7

2.4.2 Karakteristik Pembelajaran Matematika

Karakteristik pembelajaran matematika menurut Soedjaji (Sufri,dkk, 2010:3) bahwa “(1) memiliki obyek kajian abstrak. (2) betumpu pada kesepakatan. (3) berpola piker deduktif. (4) memiliki symbol yang kosong dari arti. (5) memperhatikan semesta pembicaraan dan (6) konsisten dalam sistemnya.” Sedangkan Depdikbud (Sufri,dkk, 2010:3) mengemukakan “(1) memiliki obyek yang abstrak. (2) memiliki pola pikir deduktif dan konsisten. (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.”

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran matematika adalah memiliki objek kajian yang abstrak. Karakteristik pembelajaran matematika mengarahkan pada pembelajaran matematika yang hendaknya menganut kebenaran dan konsistensi.

BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation). Pemilihan model ADDIE karena merupakan model yang tersusun secara terprogram dengan urutan kegiatan yang sistematis dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Selain itu, model ADDIE juga berlandaskan filsafat desain pembelajaran constructivisme (konstruktivisme) hal ini mendukung dengan teori belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konstruktivisme.

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian ini akan dilakukan di Kelas II SDN 121/1 Muara Singoan. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini yaitu prosedur mengembangkan alat peraga matematika karpet bilangan dengan menggunakan model ADDIE melalui lima tahapan yaitu Analyze,

Design, Development, Implementation, Evaluation. 3.3 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba penggunaan alat peraga dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN 121/1 Muara Singoan. Subjek uji coba produk pengembangan memiliki dua tahap, yaitu tahap tahap uji coba dan tahap revisi produk.

3.3.1 Uji Coba Produk

Uji coba produk penggunaan alat peraga karpet bilangan dilakukan pada uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar atau kelas sebenarnya. Pada tahap uji coba perorangan dilakukan oleh 3 siswa dengan tingkat kemampuan berbeda. Kemudian dilakukan uji coba kelompok kecil dilakukan oleh 6 siswa dengan tingkat kemampuan berbeda yakni 2 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan tinggi, 2 orang siswa yang memiliki kemampuan sedang, dan 2 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah. Selanjutnya, dilakukan uji coba kelompok besar atau kelas sebenarnya di kelas II SDN 121/1 Muara Singoan.

3.3.2 Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila saat melakukan uji coba produk terdapat kekurangan yang mengakibatkan kurang efektif dan efisien produk yang dikembangkan. Hal ini dilakukan guna mendapatkan tingkat kesesuaian dengan para pembelajar, kemudian daya tarik produk yang dihasilkan, dan dapat diperoleh kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan layak digunakan untuk pembelajaran.

(8)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 8

3.4 Jenis dan Sumbe Data 3.4.1 Jenis Data

Data-data yang diperoleh dalam penelitian pengembangkan ini dikelompokkan menurut sifatnya yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari tahap validasi produk, data yang diperoleh berupa kritik, saran dan tanggapan validator dalam perbaikan alat peraga karpet bilangan. selain itu, data kualitatif juga diperoleh dari hasil wawancara siswa setelah melakukan uji coba produk yang berupa tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan. Data kuantitatif diperoleh dari tingkat kevalidan produk dan angket respon guru dalam memberikan penilaian produk yaitu kepraktisan produk saat uji coba kelompok besar.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian pengembangan ini meliputi ahli materi pembelajaran dan ahli media pembelajaran, siswa kelas II SDN 121/1 Muara Singoan, dan guru kelas II SDN 121/1 Muara Singoan.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa angket (Questionnaire) dan wawancara yaitu seperangkat pertanyaan yang diberikan kepada responden. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup, penggunaan angket tertutup untuk membatasi responden dalam menjawab angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar validasi oleh ahli materi. Sedangkan instrumen wawancara dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, komentar dari siswa yang telah menggunakan alat peraga tersebut dalam pembelajaran.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil validasi dan uji coba digunakan untuk menilai kevalidan dan kepraktisan produk yang dikembangkan, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan tekniknya masing-masing. Data kualitatif yaitu data yang berupa validitas, kritik, saran dan tanggapan validator serta data yang berupa wawancara siswa. Data kuantitatif diperoleh dari hasil validasi dan angket respon guru dalam menilai produk alat peraga karpet bilangan.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Penyajian Data Hasil Uji Coba

Hasil dari penelitian pengembangan ini berupa (1) Sebuah produk berupa alat peraga matematika karpet bilangan pada materi operasi hitung di kelas II Sekolah Dasar, yang telah dinyatakan valid melalui validasi media dan validasi ahli materi. (2) Praktikalisasi media pembelajaran diperoleh melalui wawancara dengan siswa dan angket respon guru setelah dilakukan uji coba media di kelas II Sekolah Dasar. Pengembangan alat peraga matematika karpet bilangan ini menggunakan langkah-langkah dalam penelitian pengembangan model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation) menurut Tegeh,dkk (2014: 42) dengan langkah-langkah meliputi:

1. Tahap analyze, memaparkan hasil analisis kompetensi, karakteristik siswa, dan analisis alat peraga yang dibutuhkan pada produk pengembangan.

2. Tahap design, menjelaskan tentang konsep rancangan produk dan spesifikasi awal produk, alat dan bahan yang dibutuhkan.

(9)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 9 3. Tahap development, menjelaskan tentang memproduksi produk menjadi alat peraga

matematika dan menjelaskan substansi revisi secara naratif deskriptif yang diberikan oleh para validator.

4. Tahap implementation, menjelaskan paparan hasil wawancara siswa dan angket respon guru setelah dilakukan uji coba produk.

5. Tahap evaluation, memberikan evaluasi antar setiap tahap maupun evaluasi keseluruhan untuk kelayakan dan kepraktisan produk yang dihasilkan.

4.1.1 Tahap Analyze (Analisis)

Tahap analisis merupakan langkah awal dalam pengembangan alat peraga matematika karpet bilangan dengan menggunakan model ADDIE. Pada tahap analisis dalam penelitian ini meliputi analisis kompetensi, analisis kararakteristik siswa, analisis kebutuhan siswa, dan analisis media pembelajaran matematika.

4.1.2 Tahap Design (Perancangan)

Setelah melakukan analisis kompetensi, analisis karakteristik siswa, dan analisis alat peraga. Tahap selanjutnya adalah mendesain alat peraga karpet bilangan.

4.1.3 Tahap Development (Pengembangan)

Tahap pengembangan adalah tahap memproduksi alat dan bahan yang telah disiapkan menjadi alat peraga matematika yang siap digunakan. Development dalam model ADDIE berisi mengenai kegiatan realisasi produk.

4.1.4 Implementation (Implementasi)

Setelah selesai melakukan semua pengembangan produk dan telah divalidasi oleh ahli media dan ahli materi maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah implementasi. Tahap implementasi dilakukan pada siswa kelas II SDN 121/1 Muara Singoan. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan dan kepraktisan produk yang telah dikembangkan dan direvisi. Dalam penelitian pengembangan ini peneliti menggunakan uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar.

4.1.5 Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi dilakukan pada setiap tahap pengembangan melalui catatan harian yang dilakukan selama kegiatan langkah-langkah pengembangan dilakukan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kelayakan alat peraga karpet bilangan pada kegiatan yang dilakukan siswa. Kelayakan ini dinilai dari validasi ahli media dan validasi ahli materi yang telah dinyatakan layak oleh validator. Praktikalitas alat peraga yang dikembangkan peneliti menggunakan wawancara siswa dan angket respon guru terhadap penggunaan alat peraga karpet bilangan tersebut.

4.2 Pembahasan Pengembangan

Pada tahap analisis yang pertama dilakukan yaitu analisis kompetensi. Analisis kompetensi dilakukan dengan mengidentifikasi silabus pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar, standar kompetensi yang dibutuhkan guna menyesuaikan materi dalam pengembangan alat peraga karpet bilangan. Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi siswa di dalam kelas guna menyesuaikan dengan alat peraga yang dikembangkan. Pada analisis alat peraga dilakukan untuk mengetahui media pembelajaran apa yang digunakan sebelumnya. Hal ini

(10)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 10 dilakukan guna menyesuaikan kebutuhan siswa dalam pembelajaran dengan alat peraga yang dikembangkan.

Pada tahap perancangan yang dilakukan yaitu merancang produk dan spesifikasi awal produk, alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan produk yang dikembangkan. Pada tahap pengembangan yang dilakukan memproduksi produk yang telah dirancang pada tahapperancangan menjadi produk nyata berupa alat peraga matematika yang siap diimplementasikan melalui tahap validasi ahli media dan ahli materi. Berdasarkan validasi yang telah dilakukan diketahui bahwa alat peraga karpet bilangan pada proses pembelajaran matematika materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan termasuk dalam kategori sangat valid baik dari ahli media maupun ahli materi. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga karpet bilangan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran matematika.

Menurut Azwar (Wahyuni, 2014) bahwa “Validitas mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Produk yang telah dinyatakan valid oleh validator kemudian dilakukan uji coba dengan melihat sejauh mana keterpakaiannya”. Berdasarkan hasil vakhir validasi ahli media memperoleh nilai rata-rata 4,87 yang termasuk dalam kategori “sangat baik”. Validator menyatakan alat peraga karpet bilangan layak untuk diuji cobakan tanpa revisi. Kemudian hasil akhir validasi ahli materi memperoleh nilai rata-rata 4,84 yang termasuk dalam kategori “sangat baik” dan hasil revisi berupa menambahkan buku petunjuk penggunaan, menambahkan contoh soal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan menambahkan bantalan angka. Setelah dilakukan revisi validator menyatakan alat peraga karpet bilangan layak untuk diuji cobakan.

Pada tahap implementasi yang dilakukan yaitu uji coba produk yang telah dikembangkan dan divalidasi oleh validator pada siswa kelas II Sekolah Dasar melalui uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar untuk memperoleh kepraktisan produk yang telah dikembangkan. Menurut Sukardi (Rifai, 2011: 3) bahwa “pertimbangan praktikalitas dapat dilihat dalam aspek kemudahan penggunaan, dapat digunakan sewaktu-waktu, wanktu singkat, cepat, sebagai penganti atau variasi serta biaya murah jika hendak menggunakannya”. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran matematika materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Siswa lebih senang belajar dengan menggunakan benda nyata atau konkret untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan alat peraga karpet bilangan dalam praktikalitasnya sangat mudah digunakan dan mampu membuat siswa antusias dalam belajar, siswa dapat menyelesaikan masalah operasi hitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga karpet bilangan sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga karpet bilangan yang dihasilkan mempunyai daya tarik bagi siswa. “daya tarik biasanya ditandai dengan kecenderungan siswa untuk terus dan tetap belajar” (Simanjuntak, 2011). Dari hasil angket respon guru diperoleh nilai rata-rata 4,6 dengan kriteria “sangat praktis”.

Pada tahap evaluasi yang dilakukan yaitu mengevaluasi setiap tahap-tahap pengembangan yang telah dilakukan. Mulai dari tahap analisis sampai tahap implementasi. Menurut Tegeh (2014 :43) bahwa “evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk menyempurnakan alat peraga. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dan kualitas pembelajaran secara luas”. Evaluasi ini digunakan untuk meminimalisir tingkat kesalahan atau kekurangan yang terdapat pada produk yang telah dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas pengembangan ini menghasilkan alat peraga karpet bilangan pada materi operasi hitung di kelas II SD. Alat peraga karpet bilangan ini termasuk dalam

(11)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 11 kategori sangat baik dan sangat praktis yang menunjukkan alat peraga karpet bilangan layak digunakan dalam proses pembelajaran.

BAB V SIMPULAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pada penelitian pengembangan yang telah dilakukan menghasilkan prosedur pengembangan produk berupa alat peraga matematika kapet bilangan pada materi operasi hitung kelas II Sekolah Dasar dengan menggunakan model ADDIE sebagai prosedur pengembangan.

2. Pada penelitian pengembangan ini kevalidan alat peraga dinyatakan sangat valid melalui proses validasi oleh ahli media dan ahli materi. Hasil akhir validasi ahli media memperoleh nilai rata-rata 4,87 dengan kriteria “sangat baik” alat peraga karpet bilangan dinyatakan valid dengan kriteria sangat baik dan layak untuk diuji cobakan tanpa perlu direvisi lagi. Dan hasil akhir validasi ahli materi yaitu memperoleh nilai rata-rata 4,84 dengan kriteria “sangat baik” alat peraga karpet bilangan dinyatakan dinyatakan valid dengan kriteria sangat baik dan layak untuk diuji cobakan tanpa perlu direvisi lagi.

3. Pada penelitian pengembangan ini kepraktisan diperoleh dari hasil wawancara siswa dan angket respon guru. Hasil wawancara siswa menunjukkan respon positif terhadap alat peraga karpet bilangan, bahwa alat peraga karpet bilangan ini menarik minat belajar siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Selain itu, dari hasil angket respon guru memperoleh nilai rata-rata 4,6 dengan kriteria “sangat praktis”.

Dengan demikian alat peraga karpet bilangan yang dikembangkan sudah layak untuk dijadikan produk akhir sebagai alat peraga karpet bilangan pada materi operasi hitung di kelas II SDN 121/1 Muara Singoan.

5.2 Saran Pengembangan

Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dijelaskan, karpet bilangan sebagai alat peraga pembelajaran masih banyak memiliki kelemahan. Karena itu, beberapa saran pemanfaatan dan pengembangan produk lebih lanjut yang dibutuhkan sebagai berikut:

1. Alat peraga karpet bilangan dapat dikembangkan lagi dengan perencanaan yang lebih matang lagi diantaranya:

a. Perencanaan komponen isi yang lebih lengkap

b. Komponen penyajian yang lebih menarik, sehingga lebih bermanfaat dan bermakna

2. Peneliti juga menyarankan untuk penelitian pengembangan berikutnya agar dapat mengembangkan alat peraga dengan menggunakan media konkret yang lebih bervariasi pada proses pembelajaran menghasilkan bahan ajar media konkret yang lebih menarik serta lebih baik lagi, sehingga dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

3. Penulis menyarankan, peneliti lain bisa melanjutkan penelitian ini menggunakan alat peraga yang telah dikembangkan dalam bentuk eksperimen maupun penelitian tindakan kelas.

(12)

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 12

DAFTAR PUSTAKA

Asyhar, Rayandra, dan Khairinal. 2010. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Gaung persada Press Jakarta: FKIP Universitas Jambi.

Asyhar, Rayandra, H. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press.

Danim, Sudarwan. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta. Djamrah, Syaiful. B. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Munandhi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Rifai, H. 2011. Praktikalitas Modul Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kulkus I di STIKIP

Sematera Barat. Jurnal. Padang: STIKIP PGRI.

Simanjuntak, T. 2011. Taksonomi Variabel Pembelajaran. Diakses 05 Februari 2018.

http://tiana-simanjuntak.blogspot.co.id/2011/08/taksonomi-variabel-pembelajaran.htm?m=l .

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sufri, dkk. 2010. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Gaung Persada Press.

Sundayana, Rostina. 2016. Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Tegeh, Made, Dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan surat pernyataan yang telah.. ditandatangani di atas materai, mengikuti seluruh tahapan

dengan ini mengajukan permohonan pengunduran diri dari Calon Pegawai Negeri Sipil Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tahun Anggaran P2017 untuk formasi jabatan

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai algoritma greedy dan penggunaannya dalam mencari pohon merentang minimum akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa teori dasar

Tahapan dalam penelitian ini antara lain pembuatan indikator asam- basa dari limbah serbuk gergajian kayu nangka dan pembuatan trayek pH pada indikator asam-basa dari serbuk

9.4.3 Mengenal pasti alat pengubah tenaga yang lain dengan menyatakan perubahan bentuk tenaga yang berlaku menggunakan persembahan multimedia melalui aktiviti dalam

Sedangkan CAR di BPR BKK Ungaran awal merger minus 2,03 persen hal tersebut terjadi karena modal habis untuk menutup kerugian karena kredit macet dan kekurangan PPAP, tetapi

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk. mengukur ada atau tidaknya korelasi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan