• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL KEPERAWATAN JIWA I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL KEPERAWATAN JIWA I"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODUL KEPERAWATAN JIWA I

DISUSUN OLEH :

Dwi Rahmah Fitriani

Mukhripah Damaiyanti

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

(2)

2 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Visi :

Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan yang Islami, berbasis teknologi informasi, unggul dibidang kegawatdaruratan dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial serta lingkungan

Misi:

1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang Islami, unggul dibidang kegawatdaruratan dan berbasis teknologi informasi serta peka terhadap masalah kesehatan di masyarakat.

2. Mengembangkan riset dibidang keperawatan dan berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.

3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk pengabdian masyarakat untuk menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan dan lingkungan.

4. Mengembangkan kerjasama di bidang keperawatan dengan berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar negeri.

Tujuan :

1. Menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang berkarakter, berwawasan dan berkemajuan serta berpijak pada nilai-nilai keIslaman dan KeMuhammadiyahan.

2. Menghasilkan penelitian keperawatan yang bermutu, dengan pendanaan yang bersumber dari dalam dan luar universitas.

3. Melaksanakan pengabdian masyarakat untuk menjadi solusi dalam masalah kesehatan, sosial dan lingkungan.

4. Menghasilkan kerjasama dalam catur dharma perguruan tinggi yang produktif dan saling menguntungkan dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri

Sasaran :

1. Terselenggaranya pendidikan ners yang memiliki nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan serta unggul dalam bidang kegawat-daruratan dan berbasis IT.

2. Terselenggaranya kegiatan kemahasiswaan dan alumni

3. Terselenggaranya pengembangan sumber daya manusia program studi secara optimal untuk menunjang proses pembelajaran.

4. Terlaksananya penelitian dan publikasi ilmiah dosen 5. Terlaksananya pengabdian masyarakat

6. Terselenggaranya kerja sama yang mendukung kegiatan program studi baik dalam maupun luar negeri.

(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan karunia dan rahmatnya Modul Keperawatan Jiwa I ini telah selesai tersusun, Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Modul ini disusun sebagai pedoman bagi civitas akademika program studi dalam melaksananakan proses pembelajaran terhadap peserta didik di Progam Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan dan Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan yang telah memfasiltasi dan memberikan dukungan dalam penyelesaian buku panduan ini. Kami menerima kritik dan saran untuk perbaikan buku panduan ini untuk kedepannya guna menghasilkan kualitas lulusan yang diharapkan.

(4)

4

DAFTAR ISI

Visi dan Misi Program Studi

Kata Pengantar... Daftar Isi...

Asuhan Keperawatan Ansietas... Asuhan Keperawatan Berduka Disfungsional... Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional... Asuhan Keperawatan Keputusasaan... Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan... Asuhan Keperawatan Sindrom Post Trauma... Pengkajian Keperawatan Jiwa... Petunjuk Pengisian Pengkajian... Soal... 2 3 4 5 14 19 25 35 48 55 62 71

(5)

5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS

1. DEFINISI

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Ansietas memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

2. Tingkatan Ansietas

Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkat ansietas sbb :

1). Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2). Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3). Ansietas Berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung untuk

memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

4). Tingkat Panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.

Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas

(6)

6

motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

3. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:

a. Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Faktor Psikologis

Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara

2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

(7)

7

c. Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

4. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

5. Sumber Koping

Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.

6. Mekanisme Koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb;

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.

b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.

B. Data yang perlu dikaji :

1. Perilaku. Ditandai dengan dengan Produktivitas menurun, Mengamati dan waspada,

Kontak mata jelek, Gelisah, Melihat sekilas sesuatu, Pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling, pergerakan lengan/ tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa dalam hidup, Insomnia, Perasaan gelisah.

(8)

8 2. Afektif

Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita berlebihan, Nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, Gemeretak, Ketidak pastian, Kekhawatiran meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat, Ketakutan, Distressed, Khawatir, prihatin dan Mencemaskan

3. Fisiologis

Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang, Respirasi meningkat (Simpatis), Kesegeraan berkemih (Parasimpatis), Nadi meningkat (Simpatis), Dilasi Pupil ( Simpatis), Refleks-refleks meningkat (Simpatis), Nyeri abdomen (Parasimpatis), Gangguan tidur (Parasimpatis)

Perasaan geli pada ekstremitas (Parasimpatis), Eksitasi kardiovaskuler (Simpatis), Peluh meningkat, Wajah tegang, Anoreksia (Simpatis), Jantung berdebar-debar (Simpatis), Diarhea (Parasimpatis), Keragu-raguan berkemih (Parasimpatis), Kelelahan (Parasimpatis), Mulut Kering (Simpatis), Kelemahan (Simpatis), Nadi berkurang (Parasimpatis), Wajah bergejolak (Simpatis), Vasokonstriksi superfisial (Simpatis), Berkedutan (Simpatis), Tekanan Darah Menurun (Parasimpatis), Mual (Parasimpatis), Keseringan berkemih (Parasimpatis), Pingsan (Parasimpatis), Sukar bernafas (Simpatis), Tekanan darah meningkat (Parasimpatis)

4. Kognitif

Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan, Perhatian lemah, Lapang persepsi menurun, Takut akibat yang tidak khas, Cenderung menyalahkan orang lain., Sukar berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap : (Memecahkan masalah dan belajar), Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis,

C. Faktor yang berhubungan

Terpapar toksin, Konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/ tujuan hidup, Hubungan kekeluargaan/ keturunan, Kebutuhan yang tidak terpenuhi, Interpersonal – transmisi/ penularan, Krisis situasional/ maturasi, Ancaman Kematian, Ancaman terhadap konsep diri, Stress, Penyalahgunaan zat, Ancaman terhadap atau perubahan dalam : Status peran, Status kesehatan, Pola Interaksi, Fungsi Peran, Lingkungan, Status Ekonomi. (NANDA 2005-2006: 9-11)

(9)

9 D. POHON MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Harga Diri Rendah Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core problem) Koping Individu Tak Efektif Kurang Pengetahuan Perubahan fisik/Operasi

Stressor Fisik Masalah Keperawatan

1. Harga diri Rendah 2. Gangguan citra tubuh 3. Ansietas

4. Koping Individu inefektif 5. Kurangnya pengetahuan

E. Tindakan Keperawatan

1. Tujuan

a) Pasien mampu mengenal ansietas

b) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi

c) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi agar

2. Tindakan keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya b. Kaji kebutuhan rasa aman klien

c. Sediakan waktu untuk ekspress feeling d. Latihan Teknik Relaksasi dan reduksi Stress

(10)

10

(11)

11 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KLIEN DENGAN ANSIETAS

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien

Hasil Wawancara : Klien mengatakan khawatir bahwa setelah operasi matanya malah tidak

bisa melihat sama sekali. Mengeluh jantung berderbar-debar, susah tidur, mulut kering, gelisah ,tangan berkeringat dingin, fokus perhatian hanya pada setelah operasi, ransang luar tidak mampu diterima, dan lapangan pesepsi menyempit.

Hasil Observasi : Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit, perubahan

tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah naik), tampak sering nafas pendek, gerakan tersentak – sentak , meremas- remas tangan dan tampak bicara banyak dan lebih cepat.

2. Diagnosa Keperawatan

Cemas

3. Tujuan tindakan keperawatan

a) Klien dapat mengenal ancietas

b) Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi

c) Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi ancietas.

d) Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun

3). Tindakan keperawatan :

a. Membina hubungan saling percaya b. Membantu klien mengenal ancietas c. Mengajarkan teknik nafas dalam

d. Memasukan kejadwal kegiatan harian klien

A. Orientasi :

• Assalamualaikum Bu, Perkenalkan nama saya..., senang dipanggi suster..., Saya adalah mahasiswa ners UMKT bertugas merawat ibu selama 4 hari yaitu pagi ini dan besok mulai dari jam 8.00 Wib sampai dengan jam 14.00 Wib.Kemudian minggu depan Selasa dan Rabu. Nama Ibu siapa ? Suka di panggilnya apa ?

(12)

12

• Evaluasi/Validasi : Bagaimana perasaan Ibu pagi hari ini ?Oh, jadi ibu merasa tidak nyaman?

• Kontrak : Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang apa yang Ibu rasakan sehubungan dengan penyakit Ibu sekaligus cara mengatasinya? Tidak lama, hanya sekitar 30 menit dari jam 09.00 s/d 09.30. Dimana tempatnya bu? Bagaimana kalau di sini saja ya (Tempat tidur) ?

b. Kerja :

• Apa yang ibu rasakan sekarang ? Adakah hal yang Ibu pikirkan terkait penyakit yang sedang di hadapi ? Apakah ada perasaan khawatir? Ceritakan apa yang sedang Ibu rasakan, tanda dan gejalanya ? Oh, jadi ibu sering gelisah, susah tidur, mulut terasa kering dan adanya perasaan tidak nyaman. Apa yang telah Ibu lakukan untuk mengatasinya ? Apakah berhasil ? • Baiklah Bu, saya akan mengajarkan kepada ibu bahwa ada beberapa cara mengatasi perasaan khawatir yang ibu rasakan itu. Yaitu latihan relaksasi, dimana ini bermanfaat untuk membuat fisik Ibu relaks atau santai. Dalam laihan relaksasi ini ada dua hal yang harus kita lakukan . Pertama latihan tarik nafas dalam dan kedua relaksasi otot progressif. Baiklah Bu, untuk pertemuan kita pagi ini kita kita akan latihan teknik nafas dalam dulu. Dalam latihan ini Ibu harus memusatkan pikiran dan perhatian pada pernafasan, gerakan mengembang dan mengempisnya otot dada Ibu saat bernafas. Bisa kita mulai Bu? Sekarang Ibu silahkan duduk bersila seperti saya. Pertama- tama ibu tarik nafas perlahan- lahan dalam hitungan satu, Ibu pikirkan bahwa udara memasuki bagian bawah paru- paru Ibu, pada hitungan kedua Ibu bayangkan udara mengisi bagian tengah paru- paru Ibu, dan pada hitungan ketiga Ibu bayangkan paru- paru Ibu sudah terisi dengan udara, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga, dan kemudian Ibu hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan- lahan. Nah sekarang Ibu lihat saya mempraktekanya. Sekarang coba Ibu mempraktekanya. Wah, bagus sekali Ibu sudah mampu malakukanya. Sekarang kita latih kembali selama 5 sampai 10 kali. Bagus sekali.

(13)

13

• Evaluasi : “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang – bincang dan berlatih cara mengatasi kecemasan yang pertama dengan teknik nafas dalam ? Apakah bermanfaat bagi Ibu? Bagus .. Coba Ibu Lakukan kembali. Bagus, Ibu telah b isa melakukanya.

• Tindak Lanjut : Baiklah Bu, Mari kita masukan kejadwal harian Ibu. Setiap kali Ibu merasa khawatir, Ibu bisa langsung mempraktekan cara ini. Dan latih juga sesuai jadwal yang sudah Ibu buat.

• Kontrak : Besok pagi kita bertemu lagi. Saya akan mengajarkan latihan yang kedua yakni relaksasi otot progressif dengan cara mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot- otot Ibu agar tetap relaks dan nyaman. Bagaimana kita bertemu jam 9.00 -9.15, disini ? Assalamualaikum WW

(14)

14 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BERDUKA DISFUNGSIONAL

A. PENGKAJIAN 1. Pengertian

Berduka disfungsional adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami berduka yang berkepanjangan dan terlibat dalam aktivitas yang menyimpang (Carpenito, 1999/2000).

2. Tanda dan gejala yang harus terdapat pada klien yang mengalami berduka

disfungsional,antara lain:

1) Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil 2) Depresi, menyangkal yang berkepanjangan 3) Reaksi emosional yang lambat

4) Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal

Tanda yang mungkin terdapat pada klien yang mengalami berduka disfungsional, antara lain:

1) Isolasi sosial atau menarik diri

2) Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru 3) Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

C. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan keperawatan pada klien

a. Tujuan:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 2) Klien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami klien

3) Klien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya

4) Klien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya

(15)

15

5) Klien dapat memanfaatkan faktor pendukung b. Tindakan:

1) Membina hubungan saling percaya dengan klien

2) Berdiskusi mengenai kondisi klien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).

3) Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami a. Cara verbal (mengungkapkan perasaan)

b. Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik) c. Cara sosial (sharing melalui self help group) d. Cara spiritual (berdoa, berserah diri)

4) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama.

5) Membantu klien memasukkan kegiatan dalam jadual harian. 6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga:

a. Tujuan:

1) Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.

2) Keluarga memahami cara merawat klien berduka berkepanjangan.

3) Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat klien berduka disfungsional 4) Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

b. Tindakan:

1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan dampaknya pada klien.

2) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh klien 3) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan berduka

disfungsional

4) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh klien

(16)

16 STRATEGI PELAKSANAAN BERDUKA DISFUNGSIONAL

I. Orientasi

1. Salam terapeutik : Assalamuaalaikum WW... Selamat pagi ibu. Saya suster ..., mahasiswa

ners UMKT, Biasa dipanggil Suster ... Nama ibu siapa ? Biasanya dipanggil apa ?

2. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan ibu pagi ini, apakah ibu sudah merenungkan apa

yang sudah dibicarakan dengan dokter kemarin?

3. Kontrak

a. Topik : Seperti yang sudah dibicarakan dengan dokter kemarin, Bagaimana bu kalau

kita bicara tentang prosedur pengangkatan kaki ibu yang akan kita lakukan siang nanti?

b. Tempat : menurut ibu dimana enaknya kita berbincang – bincang ? Bagaimana kalau

diruang ini saja?

c. Waktu : Berapa lama ibu bersedia berbincang – bincang dengan saya ? Bagaimana jika

30 menit saja?

II. Kerja :

Apakah ibu sudah memahami mengapa kami harus melakukan prosedur tersebut? Bagaimana pemahaman ibu tersebut, bisa ibu ceritakan pada saya? Betul sekali bu, jika tidak dilakukan amputasi, luka di kaki ibu akan semakin memburuk dan akibatnya akan lebih berbahaya bagi keselamatan ibu. Bagaimana perasaan ibu tentang prosedur tersebut? Ibu, saya berada di sini untuk membantu ibu mengeluarkan perasaan ibu tersebut, perasaan marah dan ttidak menerima, menangis adalah wajar dirasakan oleh seseorang yang merasa akan kehilangan sesuatu. Begitu juga dengan ibu, dengan ibu mengeluarkan perasaan ibu akan membantu ibu menghadapi rasa kehilangan yang amat sangat nantinya.

Apakah ibu sudah pernah mengalami kehilangan sebelumnya? Peristiwa apa yang sebelumnya terjadi, bisa ibu ceritakan pada saya? Bagaimana perasaan ibu saat peristiwa lalu terjadi? Apa yang sudah ibu lakukan terhadap rasa kehilangan tersebut? Apakah menurut ibu cara tersebut berhasil menghilangkan perasaan tersebut? Berapa lama setelah cara tersebut dilakukan ibu mulai menghilangkan rasa kehilangan tersebut dan kembali percaya diri? Menurut ibu apakah cara tersebut dapat bermanfaat bagi ibu? Apa saja manfaat bagi ibu?

(17)

17

Menurut ibu apakah cara ibu tersebut dapat merugikan diri ibu dan orang lain? (Jika ada) bisa ibu sebutkan?

Bagus, apa yang ibu lakukan itu sudah benar. Saat ibu merasakan kegalauan akibat kehilangan, ibu menangis. Itu hal yang wajar bu. Menangis adalah ekspresi perasaan, ibu bisa mencurahkan perasaan ibu melalui menangis. Saya punya cara lain untu menghilangkan perasaan sementara itu yaitu teknik relaksasi nafas dalam, disertai meditasi, perenungan. Caranya ibu tarik nafas melalui hidung, rasakan paru-paru ibu penuh dengan ketenangan, kemudian hembuskan melalui mulut, sambil membuang jauh-jauh rasa kehilangan yang dialami ibu. Bisa kita lakukan bu? Bagus apa yang ibu sudah lakukan.

Kemudian ibu coba lakukan perenungan, ibu cari dulu apa arti kehilangan tersebut bagi ibu, lalu ibu pahami alasan mengapa harus mengalami kehilangan tersebut dari pandangan yang positif. Ibu bisa mengingat apa yang ibu bisa lakukan terhadap kehilangan tersebut. Dahulu ibu katakan, ibu mengikuti kegiatan sosial untuk mengurangi rasa kehilangan orangtua ibu. Pada kondisi saat ini, mungkin ibu bisa mencari kemampuan ibu yang lain yang tanpa harus mengandalkan kaki ibu? Menurut ibu kemampuan apa yang ibu miliki? Bagus bu, ibu sudah banyak menceritakan banyak hal yang bermanfaat bagi ibu untuk menghadapi kehilangan nanti. Wajar bagi ibu untuk merasakan kesedihan tersebut selama beberapa waktu, namun saya yakin ibu akan menghadapinya secara positif nantinya. Saya rasa ibu sudah siap secara mental.

III. Terminasi

a. Evaluasi subyektif

Nah ... ibu, kita sudah bagaimana ibu menghadapi prosedur nanti/ Bagaimana perasaan ibu sekarang ? Adakah manfaat yang ibu dapatkan

b. Evaluasi objektif

Coba ibu sebutkan tadi, bagaimana ibu akan menghadapi rasa kehilangan setelah prosedur siang ini? Betul sekali ... bagus ibu mengingat dengan baik.

c. Rencana tindak lanjut

Baiklah bu sesuai dengan waktu yang kita sepakati kita telah berbincang-bincang selama 30 menit. Kalau begitu bu ... ibu bisa mulai latihan relaksasi dan belajar memahami kehilangan setelah ini.

(18)

18 d. Kontrak yang akan datang

1) Topik : Bu ... nanti saya akan kesini lagi. Mungkin saya tidak mendampingi ibu saat prosedur. Tapi saya akan kembali setelah ibu pulih dan kembali ke ruang perawatan. Kita coba belajar teknik relaksasi pada situasi nanti.

2) Tempat : Mungkin nanti kita akan bertemu lagi di ruang ini.

3) Waktu : Ibu, prosedur akan selesai sekitar jam 12, dan terdapat waktu sampai ibu pulih dan kembali ke ruang rawat, sekitar pukul 13.30 saya akan kembali ke sini. Baiklah ibu.... Saya permisi dulu . Assalamualaikum

(19)

19 ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

I. Pengertian

Persepsi diri yang negatif dalam berespon terhadap situasi yang terjadi

II. Tanda dan gejala

1. Ungkapan diri yang negatif 2. Bimbang

3. Perilaku tidak esertif 4. Perasaan tidak berdaya 5. Perasaan tidak berguna

6. Merasa tidak mampu mengatasi situasi

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:

IV. TINDAKAN KEPERAWATAN

Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.

1. Tindakan keperawatan pada pasien : a. Tujuan :

1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan 4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih

(20)

20 b. Tindakan keperawatan :

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :

• Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

• Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.

2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

• Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini. • Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri

yang diungkapkan pasien.

• Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif 3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

• Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.

• Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.

4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien

Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

• Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih • Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan

(21)

21

• Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien. 5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut :

• Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan • Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari

• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan • Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan

2. Tindakan keperawatan pada keluarga

Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

a. Tujuan :

1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien 2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien

3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien

4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

b. Tindakan keperawatan :

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien 3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas kemampuannya

4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah 5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya

(22)

22 STRATEGI PELAKSANAAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

a. Tujuan Umum

Klien mampu mencapai kembali harga diri terdahulu yang positif.

b. Tujuan Khusus

Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif.

c. Intervensi Keperawatan

1) Tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif dengan cara :

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.

b) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang terdahulu.

c) Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan (kestabilan organisasi, konflik interpersonal, ancaman terhadap pekerjaan saat ini.

d) Bantu pasien mengkaji pilihan yang realistik terhadap diri di dalam organisasi yang telah ada dan kemungkinan kesempatan kerja lain, dalam jangka panjang atau jangka pendek.

e) Ikut sertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi tujuan yang meningkat dan mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi tujuan).

A. Stategi Komunikasi I. Orientasi :

1. Salam terapeutik

Assalamuaalaikum. Selamat pagi Bu/Pak! Perkenalkan Saya Ns ... , saya biasanya dipanggil Ns... Nama lengkap Ibu/Bapak siapa? Senangnya dipanggil siapa ?”. 2. Evaluasi / validasi : “Bapak/Ibu sudah dirawat berapa hari di sini?” “Apa keluahan yang

Bapak/ibu hari ini?” “Dengan kondisi yang bapak/ibu alami seperti ini, apa yang Bapak/ibu rasakan?” “apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi perasaan tadi?”

3. Kontrak :

a. Topik :” Bagaimana Bu /Pak , kalau kita bicarakan tentang perasaan yang Ibu / Bapak rasakan tadi? ”.

(23)

23

b. Tempat : “ Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita berbincang – bincang ?”.

c. Waktu : “kalau kita bicarakan hal tersebut selama 20 menit, apakah bapak/ibu bersedia?”.

II. Kerja :

“Coba dijelaskan, sejak berapa lama bapak/ibu merasakan keluhan tersebut?” “Apakah pernah berobat sebelumnya (Kapan/dimana)?”

“Apakah Bapak/ibu kontrol rutin? Bagaimana obatnya, apakah diminum teratur?”

“Bagaimana dengan pantangan atau diet yang dianjurkan dan dilarang, selama bapak/ibu sakit patuh atau tidak?”

“Apakah di keluarga bapak/ibu ada yang pernah menderita sakit seperti ini juga?” “Berapa usia bapak/ibu sekarang?”

“Apakah Bapak/ibu sekarang masih bekerja?” “Sekarang bapak/ibu kan sedang tidak bekerja, apakah muncul perasaan sedih, bersalah atau perasaan yang lain?

“Apakah bapak/ibu sudah berkeluarga?” “Dengan siapa saja bapak/ibu tinggal di rumah?” “Dengan keadaan dirawat seperti ini bagaimana dengan keadaan di keluarga bapak/ibu?”

“Dengan keadaan bapak/ibu sekarang, apa yang anda pikirkan dengan perawatan di RS sekarang?” “Apakah bapak/ibu merasa malu, sedih, tidak berharga atau yang lainnya? Sering tidak merasa seperti itu?”

“Apakah Bapak/Ibu merasa terganggu dengan semua penyakit dan semua tindakan perawatan yang anda dapatkan?”

“Apakah hal itu mengganggu aktifitas sehari-hari bapak/ibu?”

“Apakah yang Bapak/ibu lakukan jika perasaan yang bapak/ibu sebutkan tadi muncul?” “siapa yang merawat bapak/ibu di rumah?”

“Apakah di daerah bapak/ibu ada pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau RS?” ‘jauh atau tidak?” “pernah tidak periksa ke sana?”

“Siapa yang membiayai perawatan bapak/ibu selama sakit? Biaya mandiri, asuransi atau yang lain?

“Bapak/ibu yakin tidak akan menjadi lebih baik setelah dirawat di sini?” “Baik Bapak/ibu, saya akan mengukur TTVnya dahulu”

(24)

24

a. Evaluasi subyektif :

Nah ... kita sudah berbincang – bincang tentang perasaan Ibu/Bapak terhadap diri Ibu/Bapak. Bagaimana perasaannya sekarang ?”

b. Evaluasi objektif :

“ Coba Ibu/Bapak hal positif apa yang Ibu/Bapak miliki? bagaimana hubungan antara penilaian diri positif dengan kemampuan pemecahan masalah? Bagus sekali Ibu/Bapak”. c. Rencana tindak lanjut :

“Baiklah Ibu/Bapak, sesuai dengan janji kita telah berbincang – bincang selama 30 menit. Nanti, Ibu/Bapak bisa menggali hal-hal positif apa lagi yang Ibu/Bapak miliki yang belum kita bahas”.

d. Kontrak yang akan datang :

• Topik : Ibu/Bapak, bagaimana kalo saya ke sini lagi untuk membicarakan tentang apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan harga diri Ibu/Bapak “

• Tempat : Dimana sebaiknya kita bertemu nanti bu ? Bagaimana kalau di ruangan ini lagi.

• Waktu : bapak / ibu maunya jam berapa ? Bagaimana kalau minggu depan jam 9 saya datang ? Baiklah bu .... Saya permisi dulu . Assalamualaikum WW. Selamat Pagi.

(25)

25 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEPUTUSASAAN

A. Pengertian

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi yang dimilkinya.

B. Tanda dan Gejala

1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya tidak dapat melakukan”)

2. Sering mengeluh dan Nampak murung.

3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali 4. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.

5. Menarik diri dari lingkungan. 6. Kontak mata kurang.

7. Mengangkat bahu tanda masa bodoh. 8. Nampak selalu murung atau blue mood.

9. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu) 10. Menurun atau tidak adanya selera makan

11. Peningkatan waktu tidur.

12. Penurunan keterlibatan dalam perawatan. 13. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.

14. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.

C. Pengkajian Fokus 1. Faktor Predisposisi

a. Biologis

1) Latar belakang genetik : ada riwayat keluarga tentang depresi

2) Status Nutrisi : Snoreksia, tidak ada perbaikan nutrisi, BB kurang (kurus/terlalu kurus), BB lebih (gemuk/terlalu gemuk) atau BB tidak ideal.

(26)

26

3) Status Kesehatan secara umum: riwayat penyakit kanker riwayat penyakit neurologis (epilepsi, trauma kepala), riwayat gangguan pada jantung (PJB, PJK, Hipertensi, aterosklerosis), riwayat gangguan paru-paru (TBC, PPOM, udem paru, asma, embolisme paru, dll), riwayat penyakit endokrin, riwayat penggunaan zat.

4) Sensitifitas biologi : ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norepinefrin, serotonin.

5) Paparan terhadap racun, sindrom alcohol saat janin. b. Psikologis

1) Intelegensi : RM ringan – RM sedang : IQ

2) Kemampuan verbal: Gagap, tidak mampu mengungkapkan apa yang dipikirkannya.

3) Moral

4) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : perpisahan traumatik dengan orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja, penganiayaan seksual, seringkali mengalami kegagalan, episode depresi sebelumnya.

5) Konsep diri : konsep diri negatif, ideal diri yang tidak realistis, kurang penghargaan

6) Motivasi : kurang dukungan sosial, kurang dukungan dari diri sendiri 7) Pertahanan psikologis: self control yang kurang

c. Sosiokultural

1) Usia : < 40 tahun

2) Gender : Wanita > laki-laki

3) Pendidikan : tidak sekolah, pendididkan rendah (hanya tamat SD, SMP), putus sekolah, tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas, tinggal kelas

4) Pendapatan: kurang/rendah : dibawah umr, tidak mandiri dalam ekonomi. 5) Pekerjaan: pengangguran, PHK, pekerjaan tidak tetap

6) Status & peran sosial kegagalan berperan sosial.

7) Latar belakang agama dan keyakinan kurang /tidak menjalankan ajaran agama dan keyakinan, kehilangan rutinitas ibadah.

(27)

27

8) Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome 9) Pengalaman sosial: sering mengalami penolakan kelompok sebaya

2. Faktor Presipitasi

a. Nature

1) Faktor Biologis :

a) Status nutrisi : tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal.

b) Status Kesehatan secara umum: menderita penyakit kronik atau terminal, kehilangan salah satu anggota badan.

c) Sensitifitas biologi : ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norepinefrin, serotonin.

2) Faktor Psikologis Intelegensi :

a) RM ringan (IQ 50 – 70), RM sedang (IQ 35 – 50).

b) Kemampuan verbal : buta, tuli, gagap, pelo, adanya pembatasan kontak sosial, lokasi tempat tinggal yang terisolasi.

c) Moral : melanggar norma dan nilai di masyarakat d) Kepribadian : menghindar, ambang.

3) Pengalaman yang tidak menyenangkan : korban perkosaan, perceraian, perpisahan dengan orang yang berarti, KDRT, diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja.

4) Faktor Sosial Budaya: putus sekolah, PHK, turun jabatan, penolakan dari orang yang berarti, pendapatan yang rendah.

b. Origin

Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya.

Eksternal : kurangnya dukungan keluarga, kurang dukungan masyarakat, kurang dukungan kelompok/teman sebaya

c. Number

Stres terjadi dalam waktu dekat dan stress terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus

(28)

28

d. Timing: sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat

3. Penilaian terhadap Stressor

a. Kognitif 1) Kurang konsentrasi 2) Ambivalensi 3) Kebingungan 4) Fokus menyempit/preokupasi 5) Misinterpretasi 6) Bloking 7) Berkurangnya kreatifitas 8) Pandangan suram 9) Pesimis

10) Sulit membuat keputusan 11) Mimpi buruk 12) Produktifitas menurun 13) Pelupa 14) Ketidakpastian b. Afektif 1) Sedih 2) Rasa bersalah 3) Bingung 4) Gelisah 5) Apatis/pasif 6) Kesepian

7) Rasa tidak berharga 8) Penyangkalan perasaan 9) Kesal

10) Khawatir 11) Perasaan gagal

c. Fisiologis

1) Kelemahan dan kelelahan 2) Pusing

3) Impotensi 4) Lemas dan lesu

5) Anoreksia/ makan-minum berlebihan

6) Penurunan BB atau peningkatan BB 7) Konstipasi/ diare

8) Retensi urin mungkin terjadi 9) Insomnia/ hipersomnia 10) Mual dan muntah 11) Perubahan siklus haid d. Perilaku

(29)

29 1) Agitasi 2) Egosentrisme 3) Narsisime 4) Mudah menangis 5) Agresif 6) Alkoholisme

7) Perubahan tingkat aktivitas 8) Kecanduan obat

9) Mudah tersinggung 10) Kurang spontanitas 11) Sangat tergantung

12) Kebersihan diri yang kurang 13) Pembicaraan fokus pada diri e. Sosial

1) Kecenderungan untuk isolasi 2) Partisipasi sosial berkurang

4. Sumber Koping

a. Personal Ability

1) Kurang komunikatif

2) Hubungan interpersonal yang kurang baik 3) Kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu. 4) Mengalami gangguan fisik

5) Perawatan diri yang kurang baik 6) Tidak kreatif

b. Sosial Support

1) Hubungan yang kurang baik dengan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2) Kurang terkibat dalam organisasi sosial/kelompok sebaya 3) Ada konflik nilai budaya

c. Material Asset

1) Penghasilan kurang

2) Sulit memperoleh layanan kesehatan 3) Tidak memiliki pekerjaan/posisi

(30)

30

d. Positive Belief

1) Tidak memiliki keyakinan dan nilai positif 2) Kurang memiliki motivasi

3) Kurang berorientasi pada pencegahan (lebih senang melakukan pengobatan)

D. Intervensi

1. Tujuan Khusus : Klien mampu: a. Membina hubungan saling percaya b. Mengenal masalah keputusasaannya c. Berpartisipasi dalam aktivitas

d. Menggunakan keluarga sebagai system pendukung 2. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya 1) Ucapkan salam

2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai 3) Jelaskan tujuan pertemuan

4) Dengarkan klien dengan penuh perhatian 5) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya. b. Klien mengenal masalah keputusasaannya

1) Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan sedih/kesendirian/keputusasaannya.

2) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien.

3) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa : pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi dengan kurangnya partisipasi dalam aktivitas.

4) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah, tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.

5) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh klien.

6) Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.

7) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative.

(31)

31

8) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode dan cara bunuh diri.

c. Klien berpartisipasi dalam aktivitas

1) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda menelepon RS setiap hari untuk menanyakan keadaanmu ?”

2) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa.

3) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran dan perasaan yang positif.

4) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam mencapai tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktivitas.

d. Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukung 1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

a) Ucapkan salam.

b) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai. c) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hubungan dengan

klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan. e) Buat kontrak pertemuan.

2) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien

3) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien mengatasi masalah dan bagaimana hasilnya.

4) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien mengatasi masalahnya.

5) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan :

a) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.

b) Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping, akibat bila tidak patuh minum obat.

c) Cara keluarga merawat klien

d) Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (Puskesmas, RS).

(32)

32 STRATEGI PELAKSANAAN KEPUTUSASAAN

a. Tujuan Khusus : Klien mampu

1) Membina hubungan saling percaya 2) Mengenal masalah keputusasaannya b. Tindakan Keperawatan

e. Bina hubungan saling percaya a) Ucapkan salam

b) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai c) Jelaskan tujuan pertemuan

d) Dengarkan klien dengan penuh perhatian e) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya. f. Klien mengenal masalah keputusasaannya

a) Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan sedih/kesendirian/keputusasaannya.

b) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien.

c) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa : pembicaraan abnormal/negatif, menghindari interaksi dengan kurangnya partisipasi dalam aktivitas.

d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah, tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.

e) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh klien.

(33)

33

g) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif. h) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah faktor

risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode dan cara bunuh diri.

I. Stategi Komunikasi A. Orientasi :

Salam terapeutik

Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak ? . Perkenalkan Saya suster .... , mahasiswa ners UMKT ,senang dipanggil Suster ... Nama Ibu/Bapak siapa? Senangnya dipanggil siapa ?”. Saya datang ke sini untuk membantu Ibu/Bapak menyelesaikan masalah Ibu/Bapak “.

Evaluasi / validasi : “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ? Bagaimana

tidurnya semalam ? “

Kontrak :

Topik :” Bagaimana Bu /Pak , kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan sedih yang Ibu / Bapak rasakan saat ini ? ”.

Tempat : “ Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita berbincang – bincang ? Bagaimana kalau di tempat ini saja”.

Waktu : “Bagaimana kalo kita berbincang-bincang selama 30 menit saja. Apakah Bapak/Ibu bersedia ?”.

B. Kerja :

“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang perasaan sedih yang Ibu/Bapak rasakan saat ini”. “ Suster sangat mengerti perasaan Ibu/Bapak”.

“ Sudah berapa lama perasaan itu Ibu/Bapak rasakan ?”.

“ Coba Ibu/Bapak ceritakan yang terjadi sehingga Ibu/Bapak merasa seperti itu ?”. “ Kapan masalah tersebut terjadi ?” apa yang Ibu/Bapak pikirkan tentang orang lain di sekitar Ibu/Bapak ?”.

“Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang kondisi Bapak/Ibu saat ini”

“Menurut suster sendiri, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan keputu sasaan”.

(34)

34

“keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu melihat keterbatasan atau tidak ada pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, di balik semua itu, sebenarnya ia masih memiliki potensi untuk menyelesaikan masalah”

“Saat Bapak/Ibu merasa sangat sedih dan merasa putus asa, apa yang Bapak/Ibu lakukan ?”

“ Begitu yach Pak/Bu, menurut suster, dengan Bapak/Ibu menyendiri di kamar, menghindari berbicara dengan orang lain dan berbicara hal-hal yang negatif, akan menambah rasa putus asa yang Bapak/Ibu rasakan. Selama ini apakah seperti itu yang Bapak/Ibu rasakan ?”.

“Cara apa yang biasa Bapak/Ibu lakukan saat Bapak/Ibu lagi ada masalah ?”. “ Apa manfaat dari cara yang Bapak/Ibu gunakan tersebut ?”.

“ Pak/Bu, bagaimana kalau suster memberitahukan tentang cara yang baik untuk menyelesaikan masalah ?”

“Ada beberapa hal yang Bapak/Ibu bisa lakukan, misalnya, menceritakan masalah Bapak/Ibu kepada orang lain yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa meminta masukan dari orang lain untuk penyelesaian masalah Bapak/Ibu”. Yang kedua, mungkin Bapak/Ibu bisa mengikuti kegiatan-kegiatan ibadah, atau memperbanyak membaca buku-buku pembangun jiwa, atau bisa mengikuti perkumpulan-perkumpulan sosial yang positif dan lain sebagainya”

“Bapak/Ibu tadi mengatakan bahwa bila Bapak/Ibu punya masalah biasanya Bapak/Ibu banyak melakukan aktivitas-aktivitas fisik seperti olahraga. Betul yach Pak/Bu. Nah, itu juga bisa menjadi salah satu cara yang bisa Bapak/Ibu lakukan bila lagi sedih atau murung”.

“Bapak/Ibu, tiap cara-cara tadi memiliki kelebihan dan kekurangan, misalnya kalau tiap ada masalah Bapak/Ibu hanya bisa olahraga, capek juga, tetapi di balik itu, ia bisa meningkatkan kebugaran tubuh yang akan menjernihkan pikiran dan mengarahkan Bapak/Ibu ke arah yang positif. Sebaiknya, beberapa cara tersebut bisa digunakan secara bergantian”.

“Selama ini, apa Bapak/Ibu pernah berpikir ingin mengakhiri hidup ?” “bagus sekali Pak/Bu kalau memang belum pernah ada pikiran seperti itu”.

C. Terminasi

(35)

35

Nah ... Pak/Bu, bagaimana perasaannya setelah kita berbincang – bincang tentang perasaan Ibu/Bapak tadi ?”.

Evaluasi objektif :

“ Coba Ibu/Bapak menyebutkan apa sebenarnya yang Bapak/Ibu alami saat ini ? ”. “ Coba Ibu ulangi, apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah ?”. “Bagus sekali Pak/Ibu”.

Rencana tindak lanjut :

“Baiklah Ibu/Bapak, sesuai dengan janji kita telah berbincang – bincang selama 30 menit. Dan tadi Bapak/Ibu telah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah, setelah ini, Bapak/Ibu bisa mencoba untuk mulai menerapkannya. Bagaimana, apa Bapak/Ibu bersedia melakukannya ?”.” Bagus sekali Pak/Bu”.

Kontrak yang akan datang :

Topik : Ibu/Bapak, bagaimana kalau saya ke sini lagi untuk membicarakan tentang kegiatan-kegiatan yang bisa mengurangi/menghilangkan rasa putus asa”

Tempat : Dimana sebaiknya kita bertemu nanti bu ?, Bagaimana kalau di ruangan ini lagi.

Waktu : Bapak/Ibu maunya jam berapa ? Bagaimana kalau minggu depan jam 9 saya datang ?

Baiklah bu .... Saya permisi dulu . Assalamualaikum WW. Selamat Pagi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KETIDAKBEDAYAAN

1. Pengertian

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

2. Tanda dan gejala a. Data Subjektif

1) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi

(36)

36

3) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya

4) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran 5) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri

b. Data Objektif

1) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan

2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan

3) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya

4) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah

5) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan

6) Apatis dan pasif 7) Ekspresi muka murung 8) Bicara dan gerakan lambat 9) Tidur berlebihan

10) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan 11) Menghindari orang lain

3. Proses Tejadinya Ketidakberdayaan a. Faktor Predisposisi

Biologis :

1) Latar Belakang Genetik

• Tidak ada riwayat penyakit keturunan

• Tidak ada riwayat kembar dengan orangtua gangguan jiwa • Tidak ada riwayat terjadinya kelainan kromosom 6, 4, 8, 5, 22 2) Status Nutrisi

• Riwayat nutrisi baik 3) Kondisi Kesehatan Secara Umum

(37)

37

• Riwayat pemeriksaan kekhususan ke pelayanan kesehatan • Tanggal terakhir pemeriksaan

• Riwayat kondisi dan perilaku ibu selama klien di kandungan • Tidak ada komplikasi selama kehamilan dan kelahiran • Gaya hidup sehat

• Tidak ada riwayat alergi • Riwayat imunisasi lengkap

• Hasil papsmear dan mammografi negative, TBC negative, EKG dalam batas normal

• Tidak ada riwayat hospitalisasi • Trauma kepala negative

• Tidak pernah mengalami penurunan kesadaran • Tidak ada riwayat kanker

• Tidak ada riwayat gangguan jantung dan paru • Tidak ada riwayat diabetes

• Tidak ada riwayat gangguan system endokrin dan reproduksi 4) Sensitifitas Biologi

• Dopamine-serotonin seimbang, ABA, asetilkolin I SSP 5) Paparan terhadap racun

• Tidak terpapar insektisida

• Tidak terjadi penyalahgunaan zat Psikologis

1) Intelegensi • IQ normal 2) Keterampilan verbal

• Mampu berkomunikasi verbal dan non verbal secara efektif • Bicara dan gerakan lambat

• Wajah murung 3) Moral

• Membimbing dan menyiapkan generasi di bawahnya • Menyesuaikan diri dengan yang lebih tua

(38)

38

4) Kepribadian

• Struktur mental seimbang 5) Pengalaman masa lalu

• Tidak ada riwayat gangguan dalam proses tumbuh kembang • Pengalaman masa lalu dapat dijadikan pelajaran

6) Konsep diri

• Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi • Merasa puas dengan hidupnya

• Rasa bersalah, marah, ketidaksukaan • Frustasi

• Keragu-raguan • Tidak puas 7) Motivasi

• Motivasi tinggi dalam mengembangkan minat dan hobi 8) Pertahanan psikologi

• Kebiasaan koping adaptif

• Merasa nyaman dengan pasangan hidup 9) Self control

• Mampu menahan diri terhadap dorongan yang kurang positif 10) Mengungkapkan

• Bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi

• Tidak dapat menghasilkan sesuatu • Ketidakpuasan

• Frustasi

• Ketidakmampuan melakukan tugas • Keragu-raguan terhadap penampilan pera • Ketidakmampuan melakukan perawatan diri Sosial Budaya

1) Usia: 30-60 tahun

2) Gender : laki-laki/perempuan

3) Pendidikan : mempunyai latarbelakang pendidikan formal dan nonformal yang adekuat

(39)

39

4) Pendapatan : mempunyai pendapatan

5) Pekerjaan : puas dengan pekerjaan yang dimiliki 6) Status social :

• telibat dalam kegiatan masyarakat • perhatian dan peduli dengan oranglain • menghindari oranglain, enggan bergaul 7) Latar belakang budaya : tidak memiliki nilai budaya

8) Agama dan keyakinan : memiliki religi yang baik, menjalankan ajaran agama yang dianut

9) Keikutsertaan dalam politik : berpartisipasi aktif

10) Pengalaman social : berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan 11) Peran social : memperhatikan keluarga

b. Faktor Presipitasi Nature 1) Biologi 2) Psikologis 3) Sosial Budaya Origin

1) Internal : dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi 2) Eksternal : keluarga mendukung, masyarakat menerima dan mendukung

keberadaannya Timing

1) Waktu terjadinya : usia 30-60 tahun

2) Lamanya stimulus : seberapa lama, waktu berlangsungnya, seberapa sering Number

1) Jumlah stressor lebih besar dari satu

c. Penilaian Terhadap Stressor

1) Kognitif : stressor sebagai tantangan untuk berkembang 2) Afektif : reaksi emosi sesuai stressor dan adekuat

3) Fisiologis : peningkatan tekanan darah, nadi, oksigen, glukosa, dan kolesterol dalam darah

4) Behaviour : perilaku menghadapi stressor dan menyelesaikannya 5) Respon Sosial : mencari informasi sesuai dengan masalah klien

(40)

40 d. Sumber Koping

Personal ability

1) Problem solving skills 2) Kesehatan dan energy 3) Social skill

4) Pengetahuan dan intelegensi individu 5) Identitas ego yang kuat

Social support

1) Hubungan antar individu, keluarga, kelompok masyarakat : mendapat dukungan dari keluarga dan masyarakat, diterima menjadi bagian dari keluarga dan masyarakat

2) Komitmen dengan jaringan social: ikut dalam kegiatan atau perkumpulan masyarakat

3) Budaya yang stabil: tidak ada pertentangan nilai budaya Material asset

1) Penghasilan individu

2) Barang atau benda yang dimiliki 3) Pelayanan dan jaminan kesehatan Positive belief

1) Keyakinan dan nilai 2) Motivasi

3) Orientasi kesehatan pada pencegahan

e. Mekanisme Koping Konstruktif

1) Menilai pencapaian hidup

2) Menilai nyaman dengan pasangan

3) Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi 4) Membimbing dan menyiapkan generasi di bawahnya 5) Menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua 6) Kreatif

7) Produktif

(41)

41

9) Mengembangkan minat dan hobi

Destruktif

1) Tidak kreatif

2) Tidak mempunyai hubungan akrab 3) Tidak memiliki pekerjaan

4) Tidak bertanggungjawab terhadap keluarga

5) Ketidakmampuan dalam mencari informasi tentang perawatan

6) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan

kesempatan

7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya 8) Ketergantungan terhadap orang lain

9) Gagal mempertahankan ide

4. Intervensi Keperawatan a. Intervensi

Tujuan Umum

Pasien mampu mengambil keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya

Tujuan Khusus

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya 3) Klien dapat memodifikai pola kognitif yang negative

4) Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatannya sendiri

5) Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis

Intervensi Keperawatan

SP 1 : Pasien mampu berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya

1. mendiskusikan penyebab ketidakberdayaan 2. mendiskusikan cara mengatasi ketidak berdayaan

3. Beri kesempatan pasien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan dirinya

(42)

42

4. Beri kesempatan menetapkan tujuan perawatan dirinya (mis: pasien memili apakah mau mandi, sikat gigi atau gunting kuku

5. Beri kesempatan untuk menetapkan aktifitas perawatan diri untk mencapai tujuan (jika pasien memilih mandi, bantu pasien untuk

menetapkan aktifitas untuk mandi ( Bawa sabun mandi, handuk, pakaian bersih dll)

6. Ajarkan cara melakukan aktifitas yang telah ditetapkan 7. Jadwalkan kegiatan cara berkenalan dengan satu orang

SP 2 : Pasien mampu melakukan kegiatan dalam menyelesaikan masalahnya

1. evaluasi jadwal

2. mempraktekkan cara melakukan aktifitas perawatan diri yang telah ditentukan

3. Bantu pasien untuk melakukan aktifitas yang telah ditetapkan 4. Berikan pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya 5. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya 6. Sepakati jadwal pelaksanaan kegiatan tsb secara teratur

SP Keluarga : Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien dan membantu pasien mengoptimalkan kemampuannya

1. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien 2. Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat

ini

3. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki pasien

4. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki

5. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadual kegiatan yang sudah dibuat

6. Jelaskan pada keluarga tentang obat-obatan anti depresan, antipsikotik dan anti anxietas dengan :

a. Ajarkan prinsip enam benar minum obat ( Benar obatnya, pasien, cara, dosis, waktu dan dokumentasinya)

(43)

43

b. Jelaskan pentingnyapenggunaan obat pada lansia dengan ketidakberdayaan (depresi)

c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program d. Jelaskan efek samping obat dan hal-hal untuk menghindari efek

samping obat

e. Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL : KETIDAKBERDAYAAN

A. Diagnosa Keperawatan

Ketidakberdayaan

1. Tujuan tindakan keperawatan Tujuan Umum

Pasien mampu mengambil keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya

Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya 3. Klien dapat memodifikai pola kognitif yang negative

4. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatannya sendiri

5. Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis

Intervensi Keperawatan

SP 1 : Pasien mampu berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya

1. mendiskusikan penyebab ketidakberdayaan 2. mendiskusikan cara mengatasi ketidak berdayaan

3. Beri kesempatan pasien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan dirinya

4. Beri kesempatan menetapkan tujuan perawatan dirinya (mis: pasien memili apakah mau mandi, sikat gigi atau gunting kuku

5. Beri kesempatan untuk menetapkan aktifitas perawatan diri untk mencapai tujuan (jika pasien memilih mandi, bantu pasien untuk

(44)

44

menetapkan aktifitas untuk mandi ( Bawa sabun mandi, handuk, pakaian bersih dll)

6. Ajarkan cara melakukan aktifitas yang telah ditetapkan 7. Jadwalkan kegiatan cara berkenalan dengan satu orang

B. Strategi Komunikasi Orientasi

Salam Terapeutik :

” Assalamualaikum, selamat pagi Ibu, perkenalkan saya perawat Ririn, panggil saja saya Ririn. Saya adalah mahasiswa ners UMKT saya bertugas merawat mbak selama 2 hari yaitu pagi ini dan minggu depan hari yang sama mulai dari jam 8.00 sampai dengan jam 14.00 WIB. Dengan Ibu A, betul? Ibu senang dipanggil siapa? Baiklah, kalau begitu saya panggil Ibu A.

Evaluasi/Validasi :

“Bagaimana perasaan Ibu A pagi hari ini ? jadi sekarang Ibu pusing karena semalam tidak bisa tidur karena perut ibu mual?”

Kontrak :

“Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang apa yang Ibu A rasakan sehubungan dengan kondisi Ibu A sekaligus cara mengatasinya? Sekitar 30 menit dari jam 08.00 s/d 08.30. Ibu A sukanya kita bercakap-cakap disini atau mungkin di tempat lain? Baiklah, disini juga boleh”

Kerja :

“tadi Ibu A mengatakan kalau semalam tidak bisa tidur karena perut Ibu terasa mual, sejak kapan hal itu terjadi? Sejak kapan Ibu A memiliki penyakit maag? Apa yang Ibu lakukan kalau maagnya kambuh? Coba Ibu A ceritakan, adakah penyakit lain yang pernah Ibu A alami? Apakah sebelumnya Ibu pernah dirawat? Dimana? Berapa lama dulu Ibu dirawat disini? Apakah di keluarga ada yang memiliki penyakit keturunan seperti darah tinggi, jantung, sakit gula atau yang lainnya? Apakah Ibu A teratur memeriksakan kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan? Kapan terakhir Ibu A memeriksakan diri? Sebelum sakit, bagaimana nafsu makan Ibu? Apakah ada jenis makanan yang Ibu A hindari? Apakah Ibu A memiliki alergi? Coba ceitakan.Apakah Ibu A merokok atau mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu? Apa yang Ibu ketahui tentang penyakit maag? Bagaiman persaaan Ibu A mengalami sakit ini? Apa yang Ibu lakukan setelah Ibu tau mengalami sakit

(45)

45

maag?Bagaimana respon orang-orang terdekat terhadap sakit maag Ibu A?Maaf Ibu, sekarang usia Ibu A berapa? Selama Ibu A dirawat, siapa yang menunggui Ibu disini? Ibu mengatakan ditunggui oleh adik, apakah Ibu sudah berkeluarga? Sejak kapan Ibu A berkeluarga? Coba Ibu A ceritakan siapa saja anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ibu A dan anggota keluarga sedarah lainnya baik dari pihak Ibu ataupun suami Ibu A! Baik, tadi Ibu A mengatakan bahwa Ibu A tinggal serumah dengan suami dan kedua anak yang masih balita. Nah sekarang Ibu ditunggui oleh adik Ibu A yang justru rumahnya jauh dari kota ini, kalau boleh tau suami Ibu kemana? Oh..jadi suami Ibu A berencana menikah lagi? Bisa Ibu A ceritakan sejak kapan suami Ibu A memiliki rencana itu? Bagaimana pendapat Ibu A mengenai poligami? Oh..jadi Ibu A sebetulnya tidak terima akan dimadu, tetapi suami tidak menghiraukannya? Apakah ibu sudah melakukan usaha untuk mencegahnya? Baik..jadi Ibu A sudah beberapa kali menjelaskan ketidaksetujuan Ibu A terhadap rencana suami, tapi hasilnya suami tidak menghiraukan? Apakah ibu merasa semua usaha Ibu A sia-sia? Bagaiman perasaan Ibu A setelah mengetahui rencana suami itu? Bagaimana tanggapan keluarga besar terhadap rencana suami Ibu A? Dulu Ibu A lulus terakhir dari jenjang pendidikan apa? Baik, Ibu A lulus terakhir dari SMA tahun 1995 dan tidak pernah kuliah karena tidak ada biaya, setelah lulus apakah Ibu A penah bekerja? Jadi selama ini Ibu A benar-benar murni ibu rumah tangga ya Bu? Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, siapa yang mencari nafkah Bu? Setelah suami berencana menikah lagi, apakah kebutuhan keluarga masih dipenuhi oleh suami? Baik, jadi Ibu A merasa tidak berdaya karena memiliki dua anak yang masih balita sedangkan Ibu A tidak memiliki penghasilan, jadi setuju ataupun tidak dengan rencana suami Ibu A berkomitmen untuk bertahan? Apakah selain mengurusi pekerjaan rumah Ibu A juga ikut aktif dalam kegiatan kemasyarakatan?Ibu A tadi di awal mengatakan sudah pernah dirawat untuk masalah yang sama, apa saja yang sudah diajarkan oleh perawat atau dokter terkait cara mengatasi sakit maagnya? Apakah ibu A juga aktif mencari tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang Ibu A rasakan? Bagus, Ibu A memanfaatkan berbagai media untuk mencari tahu hal-hal terkait maslaah yang sedang Ibu rasakan. Selama Ibu dirawat, anak dirumah ditemani siapa Bu? Oh..jadi Ibu A memiliki tetangga yang sangat peduli dan dapat diandalkan ya Bu? Adakah anggota keluarga lain yang peduli dan mampu Ibu A andalkan? Suami bekerja dimana Bu?Coba Ibu ceitakan, setelah suami Ibu A berencana menikah lagi, apakah kebutuhan keluarga masih tercukupi? Adakah tempat pelayanan kesehatan yang dekat dengan rumah Ibu A? Bagaimana keyakinan Ibu A untuk bisa sembuh dan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan disini? Bagus..Ibu A yakin akan segera sembuh dan segala tindakan yang dilakukan disini semata-mata untuk

(46)

46

mencapai tujuan tersebut. Baik Ibu A, dari hasil bincang-bincang kita tadi saya dapat menyimpulkan bahwa Ibu A mengalami suatu perasaan dimana Ibu A merasa semua usaha Ibu A sia-sia. Dalam keperawatan hal ini dikenal dengan istilah ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan ini harus diatasi karena akan memeprlambat proses penyembuhan sakit yang sedang Ibu A alami. Jika Ibu A bersedia, saya akan mengajarkan bagaimana cara mengatasinya. Bagaimana Ibu? Baik, kalau begitu sekarang saya ajarkan bagaimana cara mengatasinya. Pertama, Ibu A belajar mengambil keputusan dari hal yang mudah dulu, misalnya perawatan diri. Selama dirawat ini yang memandikan, menggosok gigi, menyisir rambut, dan mengganti baju siapa yang melakukannya Bu? Baik, selama ini perawatan diri Ibu dilakukan oleh perawat, mulai sekarang Ibu A berlatih melakukan perawatan diri secara mandiri. Kalau belum bis sepenuhnya secara mandiri, nanti perawat akan membantu Ibu A. Tapi paling tidak Ibu A ada kemauan untuk berpartisipasi dalam proses perawatan dan pengambilan keputusan. Nanti kan manfaatnya akan Ibu A rasakan sendiri. Alhamdulillah kondisi fisik Ibu A sangat memungkinkan untuk melakukan perawtan diri.Bagaimana Ibu, kira-kira perawatan diri apa yang Ibu pilih untuk dilakukan secara mandiri? Bagus, memotong kuku ya Bu. Sekarang coba kita peragakan bagaimana cara memotong kuku. Bagus Ibu..Ibu dapat memotong kuku secara mandiri dengan baik. Selanjutnya Ibu A targetkan pearawatn diri yang lain ya Bu.bagaimana kalau kita masukan ke dalam jadwal aktivitas harian Ibu, besok mau perawatan diri apasaja yang akan Ibu A lakukan secara mandiri? Baik Ibu, ini jadwal yang sudah kita susun”

Terminasi :

Evaluasi :

“Sudah 30 menit kita berbincang ya Bu, bagaimana perasaan Ibu A setelah kita berbincang – bincang? Apakah bermanfaat bagi Ibu? Bagus .. Coba Ibu ceritakan lagi apa yang sudah kita obrolkan hari ini. Bagus sekali,..

Tindak Lanjut :

”Tadi kita sudah menyusun jadwal aktivitas perawatan diri yang akan Ibu A laksanakan esok hari, yaitu mandi pagi pukul 06.00 WIB, makan pagi pukul 08.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB, mandi sore pukul 16.00 WIB, dan makan malam pukul 18.00 WIB. Besok saya cek apakah sudah Ibu A laksanakan atau belum ya Bu.”

Kontrak :

”Bu, kalau besok kita berbincang lagi bagaimana? Baik, besok kita berbincang terkait pelaksanaan jadwal yang sudah kita susun. Besok Ibu A mau berbincang-bincang pukul berapa dan dimana? Baik, besok pukul 13.00 WIB kita berbincang-bincang di ruangan ini

(47)

47

ya Bu.kalau begitu saya pamit dulu untuk memberikan perawatan kepada pasien lainnya, selamat beristirajat Ibu A. Assalamu ’alaikum Wr. Wb

Referensi

Dokumen terkait

Rencana tindakan yang akan penulis lakukan yaitu berikan pendidikan kesehatan mengenai nyeri dan relaksasi progresif, berikan pendidikan kesehatan mengenai

6. Ketika benar bahwa kebanyakan individu yang berhasil melakukan bunuh diri telah melakukan upaya bunuh diri minimal 1 kali sebelumnya, sebagian besar  individu dengan

Ya benar, berikut akan ibu ceritakan kebiasan baik yang harus kamu lakukan, yaitu makan pagi atau sarapan pagi. Bu guru bercerita di depan kelas tentang perlunya

Lakukan latihan pemeriksaan fisik umum ibu hamil pada 5 orang ibu hamil di real setting lahan praktik (BPM, Puskesmas atau rumah sakit), dengan menggunakan panduan

Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus jiwa terkait gangguan berbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek legal dan etis dengan menekankan aspek

mengontrol halusinasi pada klien, untuk tujuan khususnya adalah: klien dapat membina hubungan saling percaya, dan untuk kriteria hasilnya adalah: ekspresi wajah

1) Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain. 2) Frustasi adalah respons yang timbul akibat