• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN

KECEMASAN

Oleh :

1. Alex Sidauruk 0121584 2. Amalia Rahayu 0121585 3. Andri Mahfudin 0121586

4. M. Elpin 0121634

5. Luh de Satya N. 0121635 6. Muh. Anwar 0121636

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Kecemasan”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada Dosen Pengampu, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karenanya penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Tak lupa, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta menambah pengetahuan dan wawasan, baik penulis pada khususnya, serta bagi para pembaca sekalian pada umumnya. Amin.

Ungaran, Juli 2014

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1 B. Tujuan Penulisan ...2 BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi... B. Gejala Umum Ansietas... C. Faktor Predisposisi... D. Penggolongan Ansietas... E. Bentuk Gangguan Ansietas... F. Gambaran Klinis... G. Gejala Penyerta... H. Diagnosa Banding... I. Gangguan Fobik... J. Gangguan Obsesif – Kompulsif... K. Ganguan Stres Pasca – Trauma... L. Gangguan Stres Akut... M. Gangguan Ansietas Menyeluruh... BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian... B. Diagnosa Keperawatan... C. Intervensi Keperawatan... BAB IV PENUTUP

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.

Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan pun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi saat ini.

Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus kecemasan yang terjadi.

(5)

B. Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:

1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada gangguan ansietas

2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres 3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas

4. Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait dengan setiap tingkat tersebut

5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang mengalami gangguan ansietas

6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor

7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami ansietas dan gangguan terkait stres

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).

Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. (J.J GROEN)

B. Gejala Umum Ansietas 1. Gejala psikologik

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut ”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

2. Gejala fisik:

(7)

Tetapi pengalaman penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

C. Faktor Predisposisi 1. Teori Psikoanalitik

Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.

2. Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas yang berat.

3. Teori Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

D. Penggolongan Ansietas 1. Ansietas ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.

a. Respon Fisiologis

(8)

2) Nadi dan tekanan darah naik 3) Gejala ringan pada lambung 4) Muka berkerut dan bibir bergetar 5) Ketegangan otot ringan

6) Rileks atau sedikit gelisah b. Respon Kognitif

1) Mampu menerima rangsang yang kompleks 2) Konsentrasi pada masalah

3) Menyelesaikan masalah secara efektif 4) Perasaan gagal sedikit

5) Waspada dan memperhatikan banyak hal 6) Terlihat tenang dan percaya diri

7) Tingkat pembelajaran optimal c. Respon Perilaku dan Emosi

1) Tidak dapat duduk tenang 2) Tremor halus pada tangan 3) Suara kadang-kadang meninggi 4) Sedikit tidak sabar

5) Aktivitas menyendiri

2. Ansietas Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.

a. Respon fisiologis

1) Ketegangan otot sedang 2) Tanda-tanda vital meningkat 3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat

4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan 5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi 6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat

7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi menurun 2) Tidak perhatian secara selektif 3) Fokus terhadap stimulus meningkat 4) Rentang perhatian menurun

5) Penyelesaian masalah menurun

(9)

1) Tidak nyaman

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat 5) Bicara cepat, nada suara tinggi

6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan 7) Rahang menegang, menggetakkan gigi 8) Kebutuhan ruang gerak meningkat 9) Mondar-mandir, berteriak

10) Meremas tangan, genetar b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi terbatas

2) Proses berfikir terpecah-pecah

3) Sulit berfikir

4) Penyelesaian masalah buruk

5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi

6) Hanya memerhatikan ancaman

7) Preokupasi dengan pikiran sendiri

8) Egosentris

(10)

E. Bentuk Gangguan Ansietas 1. Gangguan Panik

Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia.

Ada dua kriteria Gangguan panik: gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic

F. Gambaran Klinis

(11)

seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.

Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.

G. Gejala Penyerta

Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

H. Diagnosa Banding

1. Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb. 2. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.

3. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.

4. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi, gangguan menopause, dsb. intoksikasi obat, putus obat. 5. Kondisi lain: anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat,

uremia dsb

Pedoman Diagnosis Agrafobia

1. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit meloloskan diri

2. Situasi dihindari, misal jarang bepergian

3. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain, misal fobia sosial

Pedoman Diagnostik Gangguan Panik

1. Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan

2. Sekurangnya satu serangan, diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan, perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan

(12)

4. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. misal gangguan obsesif - kompulsif.

5. Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.

Terapi

1. Konseling dan medikasi.

Konseling: ajari pasien untuk diam di tempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi ansietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu.

Medikasi: banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2 minggu). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti ansietas, jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.

I. Gangguan Fobik

Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen populasi menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.

1. Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dsb.

2. Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti berbicara di depan umum, dsb.

Pedoman Diagnostik

1. Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek/ situasi)

2. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan 3. Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan

4. Situasi fobik dihindari

(13)

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada ansietas beri antiansietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

J. Gangguan Obsesif – Kompulsif

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3 persen.

1. OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

2. KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

Pedoman Diagnosis

= Pikiran, impuls, yang berulang = Perilaku yang berulang

= Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan = Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan

= Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.

Terapi

Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.

K. Ganguan Stres Pasca – Trauma

(14)

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)

Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I sampai 3 persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol pada usia dewasa muda.

Pedoman Diagnostik

1. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:

2. Mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius, atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain

3. Respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

4. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:

5. Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian 6. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian

7. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali 8. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau

eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik

9. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik

10. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma 11. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran, seperti dua atau lebih

berikut: kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang berlebihan.

12. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.

13. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

(15)

Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres akut.

Pedoman Diagnostik

Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadian. Selain itu ditemukan (a) terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa keadaan “ terpaku”, semua gejala berikut mungkin tampak: depresif, ansietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu lama. (b) pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.

M. Gangguan Ansietas Menyeluruh

Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya ansietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan.

Pedoman Diagnostik

(16)

bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut : kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonomik

Terapi

(17)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.

1. Kaji faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:

a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan. d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

(18)

Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:

a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi:

1) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil) 2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. 1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal

dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

3. Kaji Perilaku

Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.

a. Respon fisiologis.

Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis) b. Respon psikologologis.

Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.

c. Respon kognitif.

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung.

d. Respon afektif.

Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

(19)

5. Kaji sumber dan mekanisme koping

6. Rentang perhatian menurun

7. Gelisah, iritabilitas

8. Control impuls buruk

9. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya

10.Deficit lapangan persepsi

11. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

B. Diagnosa Keperawatan

1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.

2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.

3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.

4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian saudara kandung.

5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.

6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan

DX 1: Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.

Kriteria hasil:

1. Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain. 2. Klien akan berkomunikasi dengan efektif.

3. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik. 4. Klien akan mengungkapkan rasa pengendalian diri.

Intervensi:

1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik.

2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang. 3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi

seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik. 4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan

sebelumnya dan telah terlatih.

5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan ansietas.

DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.

(20)

1. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.

2. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.

3. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat. Intervensi:

1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, menjadi pendengar yang baik.

2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.

3. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic yang ringan.

4. Bantu klien mengidentifikasi respon terhadap sters.

DX 3: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung

Kriteria hasil:

1. Klien memiliki koping terhadap ancaman. 2. Strategi koping positif.

3. Untuk mengetahui sebab biologis.

4. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya. Intervensi:

1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah berhasil digunakan pada masa lampau.

2. Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan. 3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.

4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang penyebab biologis.

5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.

DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.

Kriteria hasil:

1. Meningkatkan kesadaran diri klien.

2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya. 3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan. Intervensi:

(21)

dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi kecemasan klien.

2. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.

3. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis. Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi, tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan berikut ini (DSM-IV-TR, 2000):

1. Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia. 2. Gangguan fobia: sosial atau spesifik.

3. Gangguan obsesif-kompulsif (ocd). 4. Gangguan stres pascatrauma. 5. Gangguan stres akut.

6. Gangguan ansietas umum.

7. Gangguan ansietas akibat kondisi medis. 8. Gangguan ansietas akibat zat.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.

(22)

1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.

2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.

3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.

4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian saudara kandung.

5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.

6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta: Penerbit MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC. Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Disebabkan karena penelitian ini meneliti tentang pengaruh maraknya pemberitaan ledakan tabung gas elpiji terhadap sikap waspada pada warga yang menggunakan kompor gas, maka

Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan

Wawancara dilakukan peneliti dengan guru kelas 4 SDN Sukorejo 4 Pasuruan, dengan menanyakan kesulitan apa saja yang terjadi dalam pembelajaran IPA materi panca

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

Tandai "P" jika pemeriksa melihat anak tersebut memindahkan kubus dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya tanpa menggunakan badan, mulut atau

Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa tentang materi pelajaran sebelumnya.. Guru menjelaskan

Manajer pro- yek harus seseorang yang memiliki kedua kredibilitas administratif dan teknis, yang dapat melaksanakan pekerjaan dengan se- gera dan memuaskan, serta dirasa

Secara etimologis perkembangan berasal dari kata kembang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kembang berarti maju, menjadi lebih baik. Dan