• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Trauma Servikal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Trauma Servikal"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Definisi Fraktur Vertebra Servikal

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang diberikan stress lebih besar dari kemampuannya untuk menahan. Fraktur dapat terjadi karena pukulan langsung, kekuatan yang berlawanan, gerakan pemuntiran tiba-tiba, dan bahkan kontraksi otot yang berlebihan. Pada keadaan tulang yang patah, struktur sekitarnya juga akan terpengaruh berupa edema jaringan lunak, perdarahan ke dalam tulang dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah (Brunner and Suddarth, 2001).

3.2 Etiologi Fraktur Vertebra Servikal

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namunmempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

a. Fraktur akibat trauma

Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

b. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan bendalain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentarayang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh. c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang

Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit sehingga tulang menjadi lemah dan mudah patah hanya dengan adanya

(2)

5. Rakhitis

6. Osteoporosis

(3)

3.1.4 Klasifikasi Fraktur Vertebra Servikal

A. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma

a) Trauma hiperfleksi

1. Bilateral interfacetal dislocation

Terjadi robekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulanligament di posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak diskolasianterior korpus vertebrae. Dislokasi total sendi apofiseal.

(4)

Gambar 3.1 Foto polos Bilateral interfacetal dislocation

(5)

Gambar 3.3 MRI Bilateral interfacetal dislocation 2. Flexion tear drop fracture dislocation

Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkanrobekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen posterior disertai fraktur avulse pada bagian antero-inferior korpusvertebra. Lesi tidak stabil. Tampak tulang servikal dalam fleksi :

- Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior korpus vertebrae

(6)

Gambar 3.4 (A) Foto polos Flexion tear drop fracture dislocation, (B) CT-Scan Flexion tear drop fracture dislocation

(7)

Gambar 3.5 MRI Flexion tear drop fracture dislocation proyeksi sagital

3. Wedge Fracture

Vertebrae terjepit sehingga terbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.

(8)

Gambar 3.6 Foto polos Wedge Fracture

Gambar 3.7 CT-ScanWedge Fracture 4. Clay Shovelers Fracture

(9)

Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligament posterior tulang leher mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus : biasanya pada CVI-CVII atau Thl.

Gambar 3.8 Foto polos Clay Shovelers Fracture

FIGURE 11.43 CT and MRI of theclay shoveler's fracture. A 22year-old man injured his neck in a divingaccident. (A) Lateral radiograph, (B) sagittal CT

(10)

5. Odontoid Fracture

Patah tulang odontoid atau yg biasa disebut peg atau ordens fracture. Di mana proses patah tulang odontoid terjadi di C2.

FIGURE 11.27 Classification of odontoid fractures. (Modified from Anderson LD, D'Alonzo RT. Fractures of theodontoid process of the axis. J Bone Joint Surg [Am] 1974;56A:1663-1674.)

(11)

FIGURE 11.28 Fracture of the odontoid process. A 62-year-old man sustained a flexion injury of the cervicalspine in an automobile accident. Open-mouth anteroposterior (A) and lateral (B) radiographs demonstrate a fracture line at the base of the odontoid process, but the details of this injury cannot be well appreciated. Thinsection trispiral tomographic sections in the anteroposterior (C) and lateral (D) projections confirm the fracture at the base of the dens. This is a type II (unstable) fracture.

Gambar 3.10 (A) Foto polos Odontoid Fracture AP (B) Foto polos Odontoid Fracture lateral

FIGURE 11.30 CT demonstration of fracture of the odontoid process. A 50-year-old man sustained a flexionneck injury during a motorcycle accident. The conventional radiographs of the cervical spine suggested odontoid fracture but were not conclusive. Coronal (A) and sagittal (B) reformatted CT images clearly demonstrate a type II odontoid fracture.

Gambar 3.11 (A) CT-ScanOdontoid Fracture proyeksi coronal (B) CT-Scan Odontoid Fracture proyeksi sagital

(12)

Gambar 3.12 MRI Odontoid Fracture b) Trauma Hiperekstensi

1. Hangmans fracture

Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior C2 terhadap C3

FIGURE 11.31 Hangman's fracture. This injury may present as nondisplaced fractures through the arches of C2, as seen here schematically on the lateral (A) and axial (B) views, or as displaced fractures with anterior angulation (C) and (D) associated with disruption of ligaments, the intervertebral disk, or articular facets

(13)

FIGURE 11.33 Classification of hangman's fractures. (Modified from Levine AM, Edwards CC. The management of traumatic spondylolisthesis of the axis. J Bone Joint Surg [AM] 1985;67A:217-226.)

FIGURE 11.32 Hangman's fracture. A 62-year-old man sustained a severe hyperextension injury to the cervical spine in an automobile accident. Lateral radiograph shows a fracture through the pedicles of C2 (arrows) associated with C2-C3 subluxation, a typical finding in hangman's fracture.

Gambar 3.13 Foto polos Hangmans fracture

(14)

karena hiperekstensi tiba-tiba. Fragmen adalah avulsi yang sebenarnya, berbeda dengan fraktur fleksi teardrop di mana fragmen diproduksi oleh kompresi. Jenis fraktur umumnya terjadi pada kecelakaan menyelam dan cenderung terjadi pada tingkat serviks yang lebih rendah. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan sindrom central cord karena belokan dari flava ligament ke kanal tulang belakang selama fase hiperekstensi cedera. Cedera ini stabil di fleksi tapi sangat tidak stabil dalam ekstensi .

(15)

Gambar 3.14 Foto polos Extension teardrop fracture

Gambar 3.15 CT-Scan Extension teardrop fracture

Gambar 3.16 MRI Extension teardrop fracture c. Axial Injury

Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tekanan trauma melalui kepala, kondilus okspitalis, ketulang leher.

(16)

FIGURE 11.24 Jefferson fracture. The classic Jefferson fracture, seen here schematically on the anteroposterior (A) and axial (B) views, exhibits a characteristic symmetric overhang of the lateral masses of C1 over those of C2. Lateral displacement of the articular pillars results in disruption of the transverse ligaments. (C) On occasion, only unilateral lateral displacement of an articular pillar may be present

FIGURE 11.25 Jefferson fracture. A 19-year-old man sustained a neck injury while being mugged. (A) Openmouth anteroposterior radiograph of the cervical spine shows lateral displacement of the lateral masses of the atlas (arrows), suggesting a ring fracture of C1. (B) Lateral radiograph demonstrates fracture lines of the posterior and anterior arch of C1 (arrows). (C) CT section demonstrates two fracture lines of the posterior archand a fracture of the anterior arch (arrows). (D) CT coronal reformation confirms lateral displacement of the lateral masses (arrows).

Gambar 3.17 (A) Foto polos Jefferson fracture proyeksi AP (B) Foto polos Jefferson fracture proyeksi lateral (C) CT-Scan Jefferson fracture proyeksi AP

(17)

(D) CT-Scan Jefferson fracture proyeksi coronal

FIGURE 11.26 Jefferson fracture. A 56-year-old man was hit on the top of the head during the industrial accident. (A) Later radiograph of the cervical spine shows a fracture of C1 (arrow). (B) Axial CT section and (C) 3D CT reconstructed image confirm unilateral fracture of the left anterior and posterior arches of C1 (arrow).

Gambar 3.18 (A) Foto polos Jefferson fracture proyeksi lateral (B) CT-Scan Jefferson fracture proyeksi axial 2. Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah

Gambar 3.19 Foto polos Bursting fracture vertebra servikal C5-6 proyeksi lateral

(18)

Gambar 3.20 CT-Scan Bursting fracture vertebra servikal C5-6 proyeksi sagital

Gambar 3.21 CT-ScanBursting fracture vertebra servikal C5-6 proyeksi axial

B. Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan

(19)

Stabilitas dalam hal trauma tulang servical dimaksudkan untuk mempertahankan tetap utuhnya komponen ligament skeletal saat terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher terhdap lainnya.

Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligament posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah contoh cedera stabil.

b. Tidak stabil

Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal karena ligament posteriornya rusak atau robek.

Menentukan stabil atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksan radiograf. Pemeriksaan radiograf minimal ada 4 posisi yaitu :

1. Anteroposterior

2. Lateral

3. Oblik kanan dan kiri

Dalam menilai stabilitas vertebra ada tiga unsur yang harus dipertimbangkan yaitu kompleks posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior (kolumna anterior).

Pembagian bagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut : 1. Kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal

dan duapertiga bagian anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis.

2. Kolumna media yang terbentuk dari satupertiga bagian posterior dari corpus vertebralis, diskus dan annulus vertebralis.

Kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang posterior, ligament interspinosa dan supraspinosa.

Tabel 3.1 Classification of Injuries to the Cervical Spine by Mechanism of Injury and Stability

(20)

Occipitocervical dislocation Unstable

Subluxation Stable

Dislocation in facet joints (locked facets)

Unilateral Stable

Bilateral Unstable

Odontoid fractures

Type I Stable

Type II Unstable

Type III Stable

Wedge (compression) fracture Stable

Clay shoveler's fracture Stable

Teardrop fracture Unstable

Burst fracture Stable or unstable

Extension Injuries

Occipitocervical dislocation Unstable

Fracture of posterior arch of C1 Stable

Hangman's fracture Unstable

Extension teardrop fracture Stable

Hyperextension fracture-dislocation Unstable

Compression Injuries

Occipital condyle fracture (types I, II) Stable

Jefferson fracture Unstable

Burst fracture Stable or unstable

Laminar fracture Stable

Compression fracture Stable

Shearing Injuries

Lateral vertebral compression Stable

Lateral dislocation Unstable

Transverse process fracture Stable

Lateral mass fracture Stable

Rotation Injuries

Occipital condyle fracture (type III) Unstable

Rotary subluxation C1-2 Stable

Fracture-dislocation Unstable

Facet and pillar fractures Stable or unstable

Transverse process fracture Stable

Distraction Injuries

Occipitocervical dislocation Unstable

Hangman's fracture Unstable

(21)

3.1.5 Manifestasi Klinis Fraktur Vertebra Servikal

Menurut Hudak & Gallo (1996), menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai berikut:

 Lesi C1-C4

Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak ada gerakan (baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah transeksi spinal tersebut. Kehilangan sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah. Kehilangan sensori diilustrasikan oleh diagfragma dermatom tubuh.

Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan perhatian penuh karena ketergantungan pada semua aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian. quadriplegia pada C4 biasanya juga memerlukan ventilator mekanis tetapi mengkn dapat dilepaskan dari ventilator secara. intermiten. pasienbiasnya tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari meskipun dia mungkin dapat makan sendiri dengan alat khsus.

 Lesi C5

Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma rusak sekunder terhadap edema pascatrauma akut. paralisis intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas mengalami rotasi ke arah luar sebagai akibat kerusakan pada otot supraspinosus. Bahu dapat di angkat karena tidak ada kerja penghambat levator skapula dan otot trapezius. setelahfase akut, refleks di bawah lesi menjadi berlebihan. Sensasi ada pada daerah leher dan triagular anterior dari daerah lengan atas.

 Lesi C6

Pada lesi segmen C6 distres pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik, dengan lengan abduksi dan lengan bawah fleksi. Ini

(22)

 Lesi C7

Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesori untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Ekstremitas atas mengambil posis yang sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan biasnya berlebihan ketika kerja refleks kembali. 3.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Fraktur Vertebra Servikal

Menurut Doenges, (2000) ada pun pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:

a. Foto polos

Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.

b. CT scan

Menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi gangguan struktural.

c. MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.

d. Mielografi

Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor patologisnya tidak jelas atau di curigai adanya oklusi pada ruang subarakhnoid medulla spinalis.

3.1.7 Penatalaksanaan Medis Fraktur Vertebra Servikal

Menurut ENA, (2000) penatalaksanaan pada pasien trauma servikal yaitu :

1. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)

2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.

3. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.

4. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7) dengan menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member lipatan selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.

(23)

5. Menyediakan oksigen tambahan.

6. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.

7. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.

8. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari hipotensi dan bradikardi.

9. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

10.Berikan antiemboli

11.Tinggikan ekstremitas bawah

12.Gunakan baju antisyok.

13.Meningkatkan tekanan darah

14.Monitor volume infus.

15.Berikan terapi farmakologi ( vasokontriksi)

16.Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejala bradikardi.

17.Mengatur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan.

18.Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.

19.Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord : steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8 jam setelah kejadian.

a. Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien.

b. Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan aspirasi jika ada indikasi.

c. Memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.

d. Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.

e. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien yang teridentifikasi secara konsisten untuk menumbuhkan kepercayaan pasien pada tenaga kesehatan.

f. Melibatkan orang terdekat untuk mendukung proses penyembuhan. 3.1.3.8 Komplikasi Fraktur Vertebra Servikal

Menurut Emma, (2011) komplikasi Fraktur vertebra servikal adalah :

a. Syok neurogenik

Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang desending pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.

(24)

hasil dari cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau torakal atas.

d. Hiperfleksia autonomic

Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak, kongesti nasal, bradikardi dan hipertensi.

Gambar

Gambar 3.1 Foto polos Bilateral interfacetal dislocation
Gambar 3.3 MRI Bilateral interfacetal dislocation 2. Flexion tear drop fracture dislocation
Gambar 3.4 (A) Foto polos Flexion tear drop fracture dislocation,         (B) CT-Scan Flexion tear drop fracture dislocation
Gambar 3.5 MRI Flexion tear drop fracture dislocation  proyeksi sagital
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pasien yang cedera pada suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma decelerasi dimana terjadi pergerakan yang tidak sama antara suatu bagian yang terfiksir dan bagian yang

Pada bagian kapsul anterior lebih tipis dibandingkan kapsul perifer lensa, dan serat zonular anterior sedikit lebih dekat dengan visual axis daripada serat zonular posterior,

• Tipe C yaitu secara rotasi dan vertical tak stabil, terdapat kerusakan pada ligament posterior yang keras dengan cidera pada salah satu atau kedua sisi

Jelaskan dan sebutkan sendi-sendi (tipe, pergerakan dan tulang yang mengadakan persendian) dan otot-otot yang terdapat di bagian anterior dan posterior tubuh5. Jelaskan dan