• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI POLA KOMUNIKASI SLANKERS CLUB SOLO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI KOMUNITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI POLA KOMUNIKASI SLANKERS CLUB SOLO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI KOMUNITAS"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

viii

(StudiDeskriptif Kualitatif tentangPola Komunikasi Slankers Club Solo Dalam Mempertahankan Eksistensi Komunitas)

DiajukanuntukMelengkapiTugas-TugasdanMemenuhiSyarat-SyaratGunaMemperolehGelarSarjanaIlmuKomunikasi

Disusunoleh: RIEZKI HADI SAFITRI

D0207022

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

xi

Pengetahuan sedikit dan dikaryakan jauh lebih baik dari pada pengetahuan luas yang mati tak dikaryakan.

Dalam memberi cepatlah kamu berpaling agar kamu tidak melihat rasa malu dari wajah si penerima". (Kahlil Gibran)

Hidup adalah sebuah proses untuk menggapai impian, maka janganlah takut untuk bermimpi karena disitulah awal kita dapat menjalani hidup ini dengan penuh arti.

Kecil disuka, muda terkenal, tua kaya raya,mati masuk surga.

Rencana alloh pasti akan lebih indah dari pada hanya sekedar impian kita.

(5)

xii

KaryaSederhanaIniKupersembahkanuntuk:

IbundadanAyahandatercinta,

Kakak Bramidya danAdhek Fadilla Shinta

Kakek danEyangku tersayang,

Novry olympic Tanjung, trimakasih atas

segalanya.

(6)

xiii Assalamu’Alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “POLA KOMUNIKASI SLANKERS CLUB SOLO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI KOMUNITAS”.

Penyusunan skripsi ini merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban penulis sebagai mahasiswa guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari semua pihak yang turut membantu penulis dalam pengerjaan dan bimbingan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan moral. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Maha Besar Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang dan rahmatnya yang yang telah memberi kekuatan lahir dan batin kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan dengan baik.

2. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

xiv

4. Tanti Hermawati, Ssos, M.si Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komuniasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terimakasih atas segala bantuannya.

5. Mahfud Anshori, Ssos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Drs. Subagyo, SU yang telah menjadi pembimbing akademik selama perkuliahan.

7. Staf bagian pendidikan UNS, terutama Kasub. Bag. Pendidikan, terimakasih atas bantuannya dalam mengurus nilai-nilai penulis.

8. Saudara-saudaraku di komunitas Slankers Club Solo, Mas Jayus, Mas Anang, Mas Bimo, Mas Martin, Mas Nanok trimakasih atas bantuan kalian atas nama solidaritas kluarga besar Slankers Club Solo.

9. Teman-teman kos Grha Anindya: Henny, Maris, Vina, Dina, Oki, Maya, Ika, Sukris, Rita, dan Yuke yang menemani penulis melalui hari-hari di kota Solo dengan canda tawa, kebahagiaan, dan perjuangan dengan penuh kebebasan.

10. Teman-teman “Komunikasi 07” yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi. Ity, Aztri, Uqi, Anis, Ari, Fauzi, Ajeng, Kenyo,

(8)

xv

advertising yang telah memberikan pembelajaran dalam kerjasama tim

dari tugas-tugas yang telah diberikan selama dua tahun dengan pengorbanan materi dan non materi demi memperoleh hasil kepuasan kebersamaan. Tanpa kalian sebuah hasil kerja keras tidak akan berhasil dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran maupun kritik yang membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2012

(9)

xvi PERSETUJUAN ………..……. PENGESAHAN………..……….…….…....……. MOTTO ………..……..…. PERSEMBAHAN ……….…….……...…. KATAPENGANTAR ………..…….…... DAFTARISI ……….……. DAFTARGAMBAR ………...…….…. DAFTARTABEL ………..………... ABSTRAK ………. BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ………..……… B. RumusanMasalah ………..…………. C. TujuanPenelitian ………..……… D. ManfaatPenelitian ………..………….. E. TelaahPustaka ………..………… 1. Komunikasi ………... 2. Komunikasi Kelompok ...………... 3. Pola Komunikasi……… F. Metodologi ...………..… 1. JenisPenelitian ………... ii iii iv v vi ix xii xiii xiv 1 7 7 7 8 8 13 15 22 22

(10)

xvii 5. TeknikPengambilanSampel ………... 6. TeknikAnalisisData ... 7. Validitas Data ... 8. Analisis Data ...……….. G. Kerangka Pemikiran………...……... BAB II DESKRIPSILOKASI

A. Sejarahdan Perkembangan Komunitas Slankers Club Solo ..…...

B. Logo Komunitas Slankers Club Solo..………...

C. Struktur Organisasi, Komunitas, BP Slankers Club Solo ………..

1. Struktur Organisasi Komunitas Slankers Club Solo ... 2. Komunitas Slankers Club Solo ... 3. BP (Bidadari Penyelamat) ... D. Tujuan komunitas Slankers Club Solo ... E. Kegiatan Komunitas Slankers Club Solo ... F. Lokasi Mangkal Para Anggota Komunitas Slankers Club Solo .... G. Latar Belakang dan Motivasi Masuk Dalam Komunitas Slankers. BAB III SAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Pola Komunikasi Slankers Club Solo Dalam Mempertahankan

Eksistensi Komunitas ...……….

1. Komunikasi Komunitas Slankers Club Solo ……….

27 30 33 33 34 37 39 41 41 42 44 46 47 50 51 54 54

(11)

xviii

3.a. Kegiatan Komunitas Slankers Club Solo ... 3.a.1. Kegiatan Rutin Mingguan ...…...……….. 3.a.2. Kegiatan Rutin Bulanan ...…... 3.a.3. Kegiatan Rutin Tahunan ………... 3.b. Kegiatan Komunitas Slankers Club Solo ...…… 3.b.1. Donor Darah Oleh Komunitas Tonk Kosonk ... 3.b.2. Buka Bersama Dengan YPAC ...

B. Media Dalam Pola Komunikasi Slankers Club Solo Dalam

Mempertahankan Eksistensi Komunitas ………... BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ……….………. B. Saran ………...…………. DAFTAR PUSTAKA ……….…...………... LAMPIRAN 82 82 85 85 88 88 91 93 100 102 104

(12)

xix

Gambar 2. Model Kerangka Berfikir ... Gambar3. Logo Komunitas Slankers Club Solo ... Gambar4. Antusias anggota saat menonton konser Slank ... Gambar 5. Perkumpulan komunitas Teng-Teng Blues Solo Baru ...……... Gambar 6. Kegiatan rapat pengurus komunitas Slankers Club Solo ... Gambar 7. Kegiatan bermusik di Ngarsopuro ... Gambar 8.Kegiatan SCS Party THR Sriwedari ... Gambar 9. Kegiatan Donor Darah ... Gambar 10.Kegiatan Buka bersama di YPAC ...

34 39 71 76 84 84 87 90 92

(13)

xx

1. Struktur Organisasi Komunitas Slankers Club Solo ... 2. Struktur Pola Lingkaran dan Roda ...

41 79

(14)

xxi

kehidupan masyarakat global, komunitas Slankers Club Solo ingin bertahan dan tetap eksis dengan segala macam kegiatan yang telah mereka adakan selama ini. Untuk mengubah pandangan masyarakat tentang anak Slankers yang dikenal berperilaku kurang baik.

Tujuan penelitian ini diantaranya adalah: (a) untuk mendeskripsikan pola komunikasi yang terbentuk di komunitas Slankers Club Solo. (b) mengetahui dengan media apakah proses komunikasi di Slankers Club Solo kaitanya dalam mempertahankan eksistensi komunitas.

Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan dengan lama penelitian selama tiga bulan. Informan diantaranya adalah penasehat komunitas, wakil ketua komunitas dan beberapa anggota yang telah lama bergabung dengan komunitas Slankers Club Solo. Informan ini ditentukan berdasarkan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan menggunakan metode interaktif Miles dan Huberman, dan keabsahan data itu sendiri diuji menggunakan triangulasi sumber.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan (a) Dalam mempertahankan eksistensi komunitas khususnya di kota Solo, Slankers Club Solo mengadakan banyak kegiatan. Dengan melalui berbagai proses sebelum dan sampai terlaksananya kegiatan tersebut komunitas Slankers Club Solo menggunakan struktur pola Lingkaran dan Roda. Pola Lingkaran ini terjadi saat mereka berkumpul menentukan ide baru untuk kegiatan yang akan diadakan. Dan pada teknis pelaksanaan kegiatan mulai dari konsep awal hingga selesainya kegiatan mereka menggunakan pola Roda. (b) Slankers Club Solo juga menggunakan berbagai macam media untuk mempertahankan eksistensi komunitasnya, yaitu: Radio, Handphone dan Internet. Dari ketiga jenis media tersebut internet adalah satu media yang saat ini lebih dominan diakses oleh mereka, melelui internet mereka menggunakan situs jejaring sosial yaitu Facebook untuk menjalin komunikasi antar Slankers baik dari anggota komunitas maupun Slankers dari luar kota.

ABSTRACT

RiezkiHadiSafitri, THE COMMUNICATION PATTERN OF SLANKERS CLUB SOLO IN DEFENDING COMMUNITY EXISTENCE. DESCRIPTIVE QUALITATIVE STUDIES ABOUT SLANKERS CLUB COMMUNITY SOLO, CENTRAL JAVA.Thesis, Surakarta: Social and Political Sciences Faculty. UniversitasSebelasMaret Surakarta, January 2012.

Slankers Club Community Solo is one of the official community of young people in Solo City. Growing in the midst of the global people's lives, Slankers Club Community Solo wants to endure and still exist with all kinds of activities they have conducted so far to change the public mindset about ChildrenSlankerswho is known as bad behaviour.

The purpose of this research included: (a) to describe a communication pattern that is formed at the Club Slankers SoloCommunity. (b) to know what mediaused during communication process ofSlankers Club in defending the existence of community.

(15)

xxii

This research resulted conclusion (a) in maintaining community existence in Solo city, Slankers Club Solo held many activities. During various processes before and up to implementation,Slankers Club Community Solo uses Circles and Wheelspattern structure. Circle pattern occurs when they gather to determine new ideas for activities to be held. Then in technical implementation activities ranging from initial concept to completion of their activities, they use Wheel pattern. (b) Slankers Club Solo also uses a range of media to defend the existence of the community, i.e.: radio, phone and internet. Among these three types of media, internet is a medium that is currently accessed more dominant. Through internet they use social networking sites such Facebook to establish communication between local Slankers community members nor Slankers from out of town.

(16)
(17)

1 BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan salah satu fungsi kehidupan manusia. Untuk menyampaikan apa yang ada didalam benak pikiranya dan perasaan hatinya kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung. Komunikasi mempunyai banyak kegunaannya dan bisa terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan manusia yang bersifat individual, dua orang atau lebih, melalui media, keluarga, organisasi, atau kelompok.

Fenomena munculnya suatu kelompok dalam kehidupan masyarakat dapat terlihat pada pergaulan anak muda jaman sekarang. Salah satunya dewasa ini, banyak kita jumpai komunitas musik di Indonesia. Pemunculan komunitas ini berawal dari kegemaran mereka terhadap suatu jenis aliran musik tertentu. Fenomena komunitas musik di Indonesia merupakan salah satu bentuk untuk mendedikasikan diri terhadap para idola mereka. Idola yang terkadang menjadi panutan dalam kehidupan mereka, dengan meniru perilakunya.

Di Indonesia, grup band Slank merupakan salah satu grup band yang memiliki komunitas dengan ribuan penggemar

(18)

2

fanatiknya dan dapat dikatakan grup band yang paling fenomenal karena mampu eksis dalam percaturan tanah air selama lebih dari tiga dekade. Tak banyak penyanyi di Indonesia yang mampu bertahan dalam waktu yang selama itu. Di Inggris memiliki band legenda seperti The Beatles, Queen dan Rolling Stone. Mereka lebih dari sekadar kelompok musik atau band. Mereka adalah icon, ideologi dan gaya hidup. Untuk Indonesia, kharisma yang

sama hanya dimiliki oleh grup band Slank. Perjalanan panjang telah membuktikan eksistensi mereka sebagai band papan atas dengan kualitas "legenda".

Predikat ini tidak diperoleh Slank dengan cara yang mudah. Lima belas album yang sudah dihasilkan selama 27 tahun mengarungi dunia musik Indonesia. Mereka bersiap-siap merilis album ke-17 dibawah label milik sendiri, Pulau Biru. Slank juga memiliki beberapa kompliasi berbentuk live konser dan kolaborasi dengan band lain.

Sejak berdiri di tahun 1983, Slank telah berevolusi. Slank yang digawangi oleh Kaka (vokal), Bim-bim (drum), Abdee (Gitar), Ridho (Gitar) dan Ivanka (Bass). Dengan slogannya Piss, Love, Unity dan Respect (PLUR), mencerminkan kedewasan Slank dalam bermusik dan berkehidupan serta era sembarangan, sembrono dan drug pun sudah mereka tinggalkan. Tema populis dan dekat dengan kehidupan keseharian menjadi kekuatan

(19)

lagu-3

lagu Slank. Lagu-lagu seperti Makan Nggak Makan Asal Kumpul, Kupu-Kupu Liarku, Tong Kosong, telah merebut hati jutaan penggemarnya.

Demografi penggemar Slank sangat luas laki-laki dan perempuan. Mulai pelajar, mahasiswa, karyawan sampai eksekutif profesional. Bahkan tak hanya di Indonesia, tur-tur manca negara di Malaysia, Jepang dan Amerika membuktikan daya sebar popularitas mereka.

Slank dalam perjalanan karirnya tidak hanya menjadi sebuah grup musik saja, namun lebih dari itu Slank mampu mengilhami lahirnya sebuah gaya hidup yang tidak sejalan dengan mainstream yang berkembang. Semua ini mempunyai pengaruh besar bagi penggemarnya, yang lebih dikenal dengan sebutan Slankers. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari banyaknya Slankers yang mengikuti gaya hidup idolanya tersebut, mulai dari gaya rambut, fashion, hingga sikap-sikap hidupnya (www.slank.com).

Slankers dalam perkembangannnya menjadi satu komunitas dibawah SFC (Slank Fans Club). SFC adalah komunitas pusat bagi Slankers yang bertempat di Gg. Potlot 14, Jakarta Selatan. Bahkan di tiap-tiap kotanya sendiri Slankers juga mempunyai komunitas cabang dari SFC Pusat, yaitu Slankers

(20)

4

Club. Tiap-tiap kota yang mempunyai Slankers Club akan diresmikan oleh Slank dan Bunda Iffet selaku manajer dari Slank, dan keorganisasiannya akan dicatat sebagai anggota dari SFC pusat. Slankers Club dalam perkembangannya harus mempunyai kegiatan yang positif. Salah satu diantaranya adalah Slank Fans Club yang berada dikota Surakarta propinsi Jawa Tengah,"Slankers Club Solo".

Slankers Club Solo adalah salah satu komunitas musik resmi anak muda yang tertua dikota Surakarta. Komunitas musik ini sudah berdiri sejak tahun 1992. Dalam keberadaanya yang terus berkembang dan selalu muncul "regenerasi" baru dari tahun ketahun hingga kini sudah ada 22 komunitas Slankers di kota Surakarta, mulai dari Kebak Kramat, Jebres, Sukoharjo, Kartasura, Boyolali, Matesih dll. Dengan jumlah lebih dari 725 anggota resmi menjadikan Slankers Club Solo merupakan komunitas musik besar dikota Surakarta.

Slankers Club Solo diketuai oleh Pramono atau yang lebih dikenal dengan mas Nanok. Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah untuk mewadahi penggemar Slank dan menyebarkan sebuah ajaran tentang Slank, yaitu Plur. Para anggota Slankers Club Solo memiliki anggapan yang sama bahwa damai di Indonesia dapat terwujud bila setiap orang mengerti dan dapat mempraktekan Plur. Plur itu sendiri adalah sebuah singkatan yang

(21)

5

terdiri dari beberapa arti penting. Peace (damai), love (cinta), unity (kesatuan) dan respect (menghargai). Intinya Plur adalah satu kesatuan yang harus dijunjung tinggi buat para slankers untuk mewujudkan Indonesia damai.

Slankers Club Solo sangat ingin mewujudkannya dengan berbagai macam kegiatan-kegiatan yang bertemakan Plur. Diantaranya Slankers Club Solo sering mengadakan acara musik yang khusus menyanyikan lagu-lagu Slank. Kegiatan ini walaupun tidak dihadiri oleh personil Slank, namun dukungan dari slankers luar kota untuk ikut berpartisipasi dalam acara tersebut sangat luar biasa. Terbukti dengan kedatangan slankers dari kota seperti Semarang, Jogja, Klaten, Purwakarta, Salatiga, dll. Ini merupakan salah satu bentuk rasa solidaritas tinggi yang dimiliki para slankers untuk ikut serta berkumpul walau hanya sekedar menyanyi. Antusias mereka untuk mau datang dan turut memeriahkan acara adalah salah satu bentuk bahwa mereka benar-benar demam Slank. Tujuan diadakan kegiatan ini tidak hanya sekedar bermusik namun ini memang kegiatan khusus Slankers Club Solo untuk mengajarkan kerja sama dan saling peduli antar anggota supaya dapat memupuk rasa tanggung jawab demi terciptanya keamanan acara yang diselenggarakan atas nama Slankers Club Solo. Karena biasanya acara yang berbau Slank sangat rawan dengan adanya keributan.

(22)

6

Untuk mempertahankan eksistensi komunitas, Slankers Club Solo juga memiliki banyak kegiatan sosial. Diantaranya sering mengadakan acara bermusik untuk kegiatan penggalangan dana bila Indonesia sedang tertimpa musibah, seperti gempa di Jogja dan meletusnya gunung Merapi kemarin. Slankers Club Solo juga di oleh Kapolsek Kebak Kramat dengan dimintai langsung mengadakan kegiatan donor darah di kantor polisi tersebut. Kegiatan Donor darah ini merupakan salah satu kegiatan rutin Slankers Club Solo komunitas Tonk Kosong untuk Indonesia dan bekerja sama dengan PMI Solo.

Sisi lain yang menarik dari komunitas ini terdapat juga pada anggotanya. Anak Slankers yang terkesan sembrono dan seenaknya sendiri, namun tetap punya sikap. Banyak dari anggota Slankers Club Solo yang terinspirasi dan termotivasi dari Slank untuk mereka terus berkarya. Terwujud dari kreativitas yang mereka buat diantaranya: banyak terbentuk band-band indi dikota Surakarta seperti The Jayoes, Karikatur, Solo Blues Rock dll mereka adalah band indi yang bernaung di dalam komunitas Slankres Club Solo.

Dari pihak pengurus dan anggota tentunya ingin mempertahankan Slankers Club Solo yang sekarang, dan berharap dapat lebih mengkreatifitaskan kegiatan sosial untuk mewujudkan Plur dikota Solo khususnya dan di Indonesia

(23)

7

umumnya. Sehingga Slankers Club Solo dikenal dengan komunitas bersolidaritas tinggi yang mampu mempertahankan eksistensinya hingga sekarang. Ini merupakan satu hal yang patut mendapat acungan jempol. Sekelompok anak muda yang mampu mempertahankan eksistensi komunitas dengan melakukan banyak kegiatan sosial dan positif dengan menjalin rasa solidaritas antar anggota . (Arsip kesekertariatan komunitas Slankers Club Solo).

Keadaan seperti ini yang kini mulai terkikis ditengah pergaulan anak muda pada masa sekarang. Hal demikian yang memberikan inspirasi untuk mengkaji lebih jauh bagaimana sebenarnya pola-pola komunikasi yang terbentuk pada komunitas ini. Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil judul "POLA KOMUNIKASI SLANKERS CLUB SOLO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI KOMUNITAS."

Pola komunikasi suatu komunitas dapat di telah dengan berbagai metode misalnya observasi partisipan dan etnografi komunikasi. Sedangkan dalam penelitian ini observasi partisipan dipilih sebagai metode dalam melihat pola komunikasi yang berkembang di lingkungan komunitas Slankers Club Solo. Disini memungkinkan peneliti untuk terlibat langsung (berbaur) di lingkungan penelitian, sehingga walaupun dengan waktu yang relatif tidak lama hasil yang diperoleh dapat maksimal.

(24)

8 B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang sebagaimana telah dikemukakan seperti diatas maka peneliti ini mengambil titik berat permasalahan:

1. Bagaimanakah pola komunikasi Slankers Club Solo dalam mempertahankan eksistensi komunitasnya?

2. Apakah media yang digunakan para anggota Slankers Club Solo untuk mempertahankan eksistensi komunitasnya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan pola komunikasi yang terbentuk oleh para anggota di komunitas Slankers Club Solo.

2. Mengetahui dengan media apakah terjadinya proses komunikasi di Slankers Club Solo kaitanya dalam mempertahankan eksistensi komunitasnya.

(25)

9

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Mengetahui dan mendapatkan informasi atau gambaran tentang pola komunikasi yang terjadi di Slankers Club Solo dalam upaya mempertahankan eksistensi komunitasnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberi masukan bagi berbagai kalangan termasuk komunitas lain, mengenai hal-hal yang terkait dengan mempertahankan eksistensi komunitas.

E. Telaah Pustaka

Banyak studi tentang pola komunikasi namun masih sedikit yang membahas tentang pola komunikasi sebuah komunitas khususnya komunitas musik Slankers. Didalam penelitian ini telaah pustaka dapat membantu dalam menentukan arah jalanya penelitian dan memilih konsep-konsep yang tepat untuk penelitian. Karena teori adalah definisi untuk mengemukakan suatu pandangan untuk menjelaskan sebuah penelitian. Awal dari telaah pustaka ini menjelaskan tentang arti komunikasi dan pola komunikasi serta ruang lingkup komunikasi

(26)

10

yang merupakan suatu proses informasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

E.I. Komunikasi

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin dapat terjadi (Marhaeni Fajar, 2009: 12). Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan (Mulyana,2007:5). Gordon I Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain (Mulyana, 2007: 4).

Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan

(27)

11

simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Richard West dan Lynn H. Turner, 2008: 5). Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa tidak akan bisa lepas dari proses komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, disadari maupun tidak disadari. Dalam proses komunikasi/interaksi tersebut, masing - masing individu dan masing - masing tempat tidak sama.

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang ada kaitanya dengan masalah hubunganya, ada pula yang mengatakan saling tukar menukar pikiran atau pendapat. Menurut pendapat Carl. T Hovland, komunikasi adalah proses dimana seorang individu (komunikator) mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan). Sedangkan menurut Wilbur Schramm, komunikasi berarti kita berusaha untuk mengadakan "persamaan" dengan orang lain (Djoenasih, 1991:15).

` Cara yang tepat untuk memahami komunikasi menurut Lasswell adalah dengan menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Chanel, To Whom, With What Effect? Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu :

(28)

12

Apa yang disampaikan? (pesan, ide, gagasan)

Dengan saluran mana? (media atau sarana)

Kepada siapa? (komunikan atau penerima)

Apa dampaknya? (efek atau hasil komunikasi)

Dapat ditarik kesimulan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu pula. Jadi, proses penyampaian pesan pada akhirnya akan memberikan dampak pada kedua belah pihak antara komunikator dan komunikan. Dengan demikian, yang dipelajari oleh komunikasi adalah pernyataan manusia, sedangkan pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata tertulis ataupun lisan, serta dengan isyarat-isyarat atau simbol-simbol (Anwar, 2002: 26).

Faktor komunikasi memainkan peranan yang sangat penting di dalam sebuah komunitas masyarakat, apalagi bagi manusia modern. Manusia modern yaitu manusia yang cara berfikirnya tidak spekulatif tetapi berdasarkan logika dan rasional dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktifitasnya. Kegiatan dan aktifitasnya itu akan terselengara dengan baik melalui proses komunikasi antar manusia.

"throughout history communication and information have been fundamental sources of power and counter-power, of domination and

(29)

13

social change. This is because the fundamental battle being fought in society is the bettle over the minds of people. The way people think determines the fate of norms and values on which societies are constructed. While coercion and fear are critical sources for imposing the will of the dominants over the dominated, few institutional systems can last long if they are predominantly based on sheer repression (Manuel Castells, 2007: 238).

(Sepanjang sejarah komunikasi dan informasi adalah sebuah sumber pokok kekuasaan dan kekuasaan balasan dari dominasi dan perubahan sosial. Ini karena pokok dari perjuangan sosial adalah melalui perjuangan dari pemikiran manusia. Cara orang berfikir menentukan norma dan nilai yang terbentuk dalam masyarakat. Sementara itu, kekerasaan dan kekuatan adalah sumber-sumber yang mengesankan pemaksaan dominasi kemauan diri yang mendominasi, sistem institutional dapat bertahan lama jika mereka mengutamakan berdasarkan penekanan tajam).

Komunikasi selain merupakan kegiatan pengoperan dan penerimaan lambang atau keinginan mengubah pendapat orang lain, juga merupakan suatu usaha untuk mengadakan hubungan sosial. Hal ini misalnya ditunjukan pada sebagian anak muda yang membentuk komunitas dalam sisi kehidupanya.

Komunitas yang dapat bertahan dalam waktu lama tentunya sudah memahami pentingnya komunikasi untuk menjaga solidaritas antar anggota dan mempertahankan eksistensi komunitas. Komunikasi yang terjalin di komunitas Slankers Club solo tidak hanya sekedar percakapan dari mulut ke mulut, ataupun dari tulisan-tulisan. Tetapi proses komunikasi itu mencakup seluruh yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh mereka tentang segala sesuatu yang menyangkut idolanya yaitu Slank.

(30)

14

Di dalam organisasi/komunitas terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup organisasi/komunitas itu sendiri. Biasanya dalam organisasi/kelompok ada orang yang memimpin dan memiliki bawahan.

Tracey T Manning dalam Journal of Leadership & Organization Studies mengemukakan sebuah pendapat yang menarik tentang karakteristik kepemimpinan. Dalam tulisanya berjudul Leadership across cultures: Attachment style influences ia menulis:

Aditya & House (2002) describe the characterristic as "interpersonal acumen" ability to understand others' motives and behavior. Leader were described by "encouraging, positive, motivational, confidence builder, dynamic, and coordinating. Echoing these results, Hopkins & Hopkins (1998) found that successfull diversity leaders are sensitive to all followers, pantient and supportive, able to mediate fairly, and involved with their employees (Manning:2003).

Dari apa yang ditulis oleh Trace T Manning karakteristik kepemimpinan dinilai sebagai "kecerdasan interpesonal", kemampuan untuk memahami motif dan perilaku orang lain. Pemimpin yang menonjol digambarkan dengan kemampuan "mendorong, positif, memotivasi, kepercayaan diri pembina, dinamis, dan tinjauan kemasa depan", bersama dengan pembetukan tim berkomunikasi, dan koordinasi. Hopkins & Hopkins (1998) menemukan bahwa para pemimpin keragaman sukses sensitif terhadap semua pengikut, sabar dan mendukung, mampu menengahi secara adil, dan terlibat dengan karyawan mereka (Manning: 2003). Jika disimpulkan, karakteristik kepemimpinan yang baik

(31)

15

menurut menurut Tracey T Manning lebih mengarah pada hubungan yang baik dengan bawahan atau orang lain.

Para anggota komunitas Slankers Club Solo menyadari dalam mempertahankan eksistensi komunitas diperlukan adanya kerja sama dan menjalin hubungan yang baik antara pemimpin komunitas dengan bawahan/ anggotanya. Hal ini diharapkan agar dapat mencapai cita-cita yang menjadi tujuan komunitas yaitu mempertahankan eksistensi Slankers Club Solo dengan kegiatan-kegiatan sosial yang nantinya diharapkan dapat merubah pandangan negative masyarakat umum tentang anak Slankers. Hati-hati dalam berkomunikasi untuk menghindari terjadinya salah paham antara pemimpin dengan anggota. Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dengan baik maka sasaran yang dituju pun dapat dengan mudah terlaksana.

Kegiatan komunikasi ini tidak hanya meliputi kegiatan individu saja, tetapi juga dalam lingkup yang lebih luas, yakni komunikasi kelompok.

E.2. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok atau group communication adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikator) yang berkumpul bersama-sama dan membentuk kelompok (Effendi, 1998: 5).

Komunikasi kelompok-kecil yaitu diartikan sebagai "proses pertukaran pesan verbal dan non verbal antara tiga orang

(32)

16

lebih anggota kelompok yang bertujuan untuk saling mempengaruhi (Tubbs&Moss, 1992: 5). Karena konteks komunikasi ini melibatkan tiga orang atau lebih, maka tingkat keakraban, partisipasi, dan kepuasannya cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan komunikasi dua orang. Komunikasi kelompok kecil dapat terjadi antara lain di masjid, gereja, dalam lingkungan sosial, dalam organisasi, dll. Dinamika kelompok adalah bidang penelitian yang menarik untuk dikaji, yang cenderung diarahkan pasa komunikasi kelompok-kecil yang berkecimpung dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan (Tubbs&Moss, 1996: 17).

Dalam musik yang diciptakan oleh grup band Slank (Rock, Pop, Blues, dan Rege) ini tidak sekedar hiburan tetapi sudah merasuk menjadi perilaku para penggemarnya dan lebih jauh telah membentuk kelompok sosial, yaitu komunitas Slankers Club Solo, dimana mereka dapat lebih eksis dengan ikatan ini. Musik dalam kelompok sosial ini menjadi sarana komunikasi untuk mengekspresikan ide-ide, perasaan, dan sebagai sarana kebersamaan dan lebih jauh lagi sebagai pandangan hidup.

Dengan demikian tingkah laku orang Slankers merupakan refleksi dan sikap yang juga dipengaruhi oleh ketiga aspek diatas yang tidak timbul begitu saja tapi dilatar belakangi oleh berbagai peristiwa dan pengalaman. Mereka mendengar

(33)

17

merasakan dan cocok dengan musik tersebut. Kecocokan timbul karena musiknya sejalan dengan jiwa mereka. Akhirnya perasaan ketertarikan terhadap musik yang diciptakan oleh grup band Slank membawa mereka untuk berusaha mengenal musik tersebut, dan selanjutnya mereka mengetahui bahwa disamping sebagai musik, ternyata ada suatu perilaku khusus yang menjadi ciri-ciri kelompok sosial komunitas Slankers.

Pada tahap berikutnya timbul simpati terhadap musik ini, pada giliranya akan muncul fanatisme dihati mereka. Akhirnya mereka akan mengikuti semua "rambu-rambu" yang ada pada perilaku personil Slank. Bentuk kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia, tidak terkecuali pada komunitas Slankers. Dalam kelompok orang Slankers kerja sama terutama timbul karena orientasi orang perorang terhadap kelompoknya. Kerja sama itu timbul karena adanya kesamaan pandangan mengenai musik atau bahkan hidup, sehingga mereka perlu saling berinteraksi untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan.

Selanjutnya persaingan atau kompetisi dapat diartikan sebagai proses sosial, dimana individu yang bersaing, mencari keuntungan melalui suatu hal tertentu yang mana pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Hal ini dilakukan dengan cara menarik perhatian atau dilakukan dengan

(34)

18

mempertajam prasangka yang telah ada, dengan tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Hal seperti ini terjadi pula pada kelompok Slankers. Mereka mempergunakan perlengkapan pakaian (acsesories) serba Slank yang menarik perhatian umum sebagai ekspresi jiwa mereka dan untuk menonjolkan kelompok atau komunitasnya.

E.3. Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang ( sekelompok orang) lainya, baik secara langsung (tatap-muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi (Mulyana, 2001: 61).

Pola komunikasi yang kemudian dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kebiasaan dari suatu kelompok untuk berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Pola komunikasi juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya.

Slankers merupakan sebutan buat mereka yang mengidolakan grub band Slank. di kota Solo, dalam menjaga

(35)

19

eksistensi anak-anak Slanker membentuk sebuah komunitas bernama Slankers Club Solo. Para anggotanya sepakat untuk mengadakan perkumpulan rutin satu minggu sekali yang dikhususkan bagi para anggota dari komunitas Slankers tersebut. Dalam perkumpulan ini secara umum terbentuk sebuah pola komunikasi dalam berinteraksi. Pola komunikasi ini dapat diamati melalui bahasa penutur atau ekspresi simbolik.

Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengarungi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul. Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan, dan sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun penerima komunikasi.

Townsend berbicara mengenai jaringan komunikasi, pola interaksi manusia (Tubbs&Moss, 1996: 90-91). Berikut merupakan lima jaringan komunikasi :

Jaringan roda, struktur roda mempunyai pemimpin yang

jelas, yaitu yang posisinya dipusat. Orang ini merupakan satu-satunnya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua

(36)

20

anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain maka pesanya harus disampaikan melalui pemimpinnya.

Jaringan rantai, keadaan terpusat. Orang yang paling

ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Orang yang ditengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada diposisi lain.

Jaringan Y, struktur Y relatif kurang tersentralisasi

dibanding dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainya. Pemimpin jelas tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainya. Ketiga anggota lainya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainya.

Jaringan lingkaran, struktur ini tidak memiliki pemimpin

yang jelas yaitu yang posisinya dipusat. Semua memiliki wewenangdan kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.

Jaringan semua saluran, struktur semua saluran hampir

sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dengan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk

(37)

21

mempengaruhi anggota lainya. Akan tetapi, dalam struktur semua alasan setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.

Dalam penelitian komunikasi kelompok kecil, akan diketahui pengaruh jenis pola yang digunakan pada kinerja kelompok dalam memecahkan masalah, dan bagaimana pengaruh pola tersebut atas hubungan antar personal didalam kelompok. Banyak penelitian jaringan didasarkan pada percobaan Leavitt (1951). Lima subjek diberi informasi berbeda yang penting untuk penyelesaian suatu persoalan dalam identifikasi simbol.

Dengan menggunakan berbagai pola (Y, Roda, Rantai, dan Lingkaran), Leavitt memanipulasi kebebasan penyampaian informasi dari subjek kepada subjek lainya, dan selanjutnya membandingkan hasilnya. Rantai, yang paling terpusat dari keempat jaringan ini, menghasilkan pengaturan terbaik dan kinerja tercepat: kelompok lingkaran yang paling tidak terpusat merupakan jaringan yang paling tidak teratur dan tidak stabil, dan terbukti paling lambat memecahkan masalah. Kekurangan pola lingkaran yang paling besar, seperti diamati peneliti lainya, cenderung menghasilkan sejumlah besar kesalahan ketika para anggota kelompok mencoba mengkomunikasikan informasi di sekitar kelompok tersebut (Bavelas, 1950).

(38)

22

Banyak penelitian jaringan dibuat polanya setelah percobaan Leavitt, tetapi hasilnya tidak mudah disimpulkan. Kadang-kadang dinyatakan misalnya, bahwa beberapa jaringan lebih efektif karena struktur jaringan itu, tetapi Guetzkow dan Simon (1955) percaya bahwa ada faktor-faktor lain yang harus di pertimbangkan. Pola tertentu dapat menghambat suatu kelompok bukan karena kemampuan jaringan itu dalam memecahkan masalah, melainkan karena kemampuan untuk mengatur pola itu sendiri agar dapat memecahkan suatu masalah.

Ini suatu hipotesis menarik, terutama membandingkan dengan temuan Leavitt semula bahwa kelompok-kelompok Y, Roda, dan Rantai mampu mengatur diri mereka sendiri sehingga akhirnya menetapkan sebuah prosedur yang digunakan terus menerus. Sedangkan anggota pola lingkaran tidak dapat melakukan hal yang serupa. Guetzkow dan Simon percaya bahwa bila kelompok mampu menetapkan prosedur untuk bekerja bersama, kelompok dapat berjalan efisien terlepas dari jenis jaringanya.

Sifat persoalan yang harus dipecahkan juga mempengaruhi kinerja. Kelompok dengan jaringan terpusat lebih baik dalam mengawali warna, lambang, dan angka-angka, serta memecahkan masalah sederhana lainya. Jaringan tidak terpusat lebih baik dari yang terpusat bila menghadapi masalah yang lebih

(39)

23

rumit-aritmatika, penyusunan kata, membentuk kalimat, dan masalah-masalah diskusi (Shaw, 1964).

Karena kebanyakan komunikasi yang kita perhatikan tidak berkaitan dengan identifikasi lambang dan semacamnya, melainkan dengan masalah-masalah yang lebih rumit, pola tidak terpusat biasanya lebih disukai misalnya, pola Roda, meskipun efisien dalam penggunaan 17 waktunya, cenderung menurunkan kepaduan kelompok, mengurangi daya cipta, dan menjadi terlalu bergantung kepada pemimpinnya (Guetzkow dan Simon, 1955)

Keuntungan lain pola tidak terpusat adalah bahwa pola ini cenderung memberi kepuasan perseorangan terbaik kepada anggotanya. Pola Semua Saluran tampaknya disukai karena berbagai alasan. Meskipun awalnya cenderung lebih tidak efisien dan banyak memakan waktu, pola ini memaksimalkan kesempatan untuk umpan balik korelatif, yang akhirnya menghasilkan kecermatan lebih besar selanjutnya, kebebasan berbicara dengan setiap anggota kelompok mendapatkan suasanya moral yang lebih baik (Tubbs, 1986 :89-92)

Dalam penelitian komunikasi kelompok kecil, akan diketahui pengaruh jenis pola yang digunakan pada kinerja kelompok dalam memecahkan masalah, dan bagaimana pengaruh pola tersebut atas hubungan antar personal didalam kelompok

(40)

24

(Tubbs, 1986: 91). Atas dasar tersebut dapat dikatakan bahwa suatu pola komunikasi yang terjadi pada kelompok/komunitas sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup komunitas tersebut. Pola komunikasi ini merupakan suatu bentuk usaha untuk saling memahami antara komunikator dengan komunikan. Dengan keadaan ini sudah dapat dipastikan terdapat pola-pola komunikasi tertentu yang sudah terjalin pada suatu komunitas, apabila komunitas tersebut dapat menjalankan segala aktifitasnya dengan baik dan tetap mampu mempertahankan eksistensi komunitasnya maka antara pihak komunikator dengan komunikan harus tetap menjaga pola-pola komunikasi yang selama ini terjadi.

Komunitas Slankers Club Solo merupakan salah satu kelompok yang ada dalam lingkungan masyarakat, dan hampir dapat dipastikan mempunyai seorang pemimpin baik secara formal maupun informal. Pemimpin adalah seorang yang dipercayai oleh pengikutnya untuk menggerakan suatu kegiatan, aktifitas dalam suatu kelompok atau komunitas. Disini pemimpin dapat diartikan sebagai orang yang dipercaya oleh para pengikutnya untuk menggerakan suatu kegiatan, aktivitas dalam suatu kelompok tertentu. pimimpin juga adalah seseorang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan para pengikutnya. Pemimpin juga berarti orang yang berkuasa,

(41)

25

mempunyai wewenang atas pengambilan keputusan maupun kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan komunitasnya. Sistem kepemimpinan antara satu komunitas dengan komunitas lain mempunyai gaya yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh cara pandang mereka masing-masing. Misalnya satu keluarga dengan keluarga yang lain tidak akan sama dalam cara mendidik putra/putri mereka ada yang menyerahkan segala keputusan dalam hal pendidikan kepada anaknyantetapi ada pula yang harus mengikuti keinginan orang tua.

Pola komunikasi yang selama ini terjadi di komunitas Slankers Club Solo berkaitan erat dengan sistem kempemimpinannya yang berpengaruh dengan eksistensi komunitas. Mereka sangat merasa nyaman dengan kebebasan, maka dalam pola komunikasi yang terjadi pada komunitas Slankers Club Solo terkait dengan pola jaringan komunikasi mereka lebih suka menganut pola jaringan tidak terpusat seperti pola jaringan Lingkaran. Berbeda bila mereka hendak melakukan teksis untuk mengadakan satu kegiatan, disini mereka butuh seorang pemimpin. Dan pola komunikasi yang selama ini terjalin saat mereka melaksanakan kegiatan yaitu pola janringan komunikasi Roda. Mereka merasa nyaman dengan pola jaringan komunikasi yang selama ini terjalin. Tanpa merubahnya hal inilah juga merupakan salah satu faktor yang membuat komunitas ini

(42)

26

tetap eksis dengan segala identitas dari komunitas itu sendiri. Dimana pola-pola komunikasi yang terjalin, dan kenyamanan yang dirasakan oleh mereka membuat mereka dapat terus mengelola komunitas ini sehingga komunitas ini dapat tetap eksis hingga sekarang.

F. Metodologi

Penelitian ini bersifat kualitatif yang mana mempunyai beberapa ciri diantaranya mempunyai latar alamiah, instrumenya adalah manusia (peneliti atau orang lain yang membantu), menggunakan metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar, deskriptif, dan desain yang bersifat sementara (Lexy J Moleong, 2001: 4-7).

F.I Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dan jenis penelitian kualitatif. Krik and Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahanya. (Lexy J Moleong, 2002: 3). Oleh karena itu, strategi penelitian ini terarah pada penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogan dan Taylor mengatakan metodelogi kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang digunakan

(43)

27

untuk menghasilkan data deskriptif, yang ditulis atau yang diucapkan orang dan perilaku-perilaku yang dapat diamati (Pawito, 2007: 84). Studi deskriptif kualitatif adalah suatu metode untuk menggambarkan suatu gejala-gejala sosial atau berusaha mendeskripsikan fenomena sosial tertentu secara terperinci.

F.2. Lokasi Penelitian

Slankers Club Solo merupakan induk komunitas Slank dikota Surakarta. Terletak di propinsi Jawa Tengah, pulau Jawa Indonesia. Memiliki jumlah anggota lebih dari 750 orang yang tersebar setiap kecamatan kota Surakarta dan kesekertariatan Slankers Club Solo bertempat di Jl. Nayu Timur 07 No. 18 Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Surakarta

Sebagian besar anggota dari Slankers Club Solo adalah anak muda, mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja, dan pengamen. Mereka dapat hidup bersama dengan damai dengan satu idola yang sama.

F.3. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data mengacu kepada diungkapkan oleh Maleong, yaitu membedakannya menjadi kata- kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik (Lexy J Moleong, 2002: 112). Kata - kata dan tindakan merupakan data utama yang diperoleh melalui wawancara maupun observasi.

(44)

28

Main source dari penelitian ini adalah penasehat komunitas Slankers Club Solo dan para aktivis yang menjadi pengurus dalam kegiatan Slankers Club Solo.

Adanya beragam informasi yang dikejar dalam penelitian ini, dikumpulkan dari beberapa jenis sumber data, yaitu : informan, yang terdiri dari :

Pengurus komunitas Slankers Club Solo

Penasehat, mantan ketua dan pengurusnya dalam komunitas ini berperan dalam setiap kegiatan komunitas sehingga penulis menganggap ia banyak mengetahui mengenai interaksi komunitas ini.

Anggota lawas komunitas Slankers Club Solo

Anggota lawas komunitas Slankers Club Solo adalah semua orang yang berperan dalam komunitas ini baik sebagai musisi di komunitas, atau hanya sekedar penggemar musik Slank di Solo. Dari anggota tersebut diambil beberapa informan, dengan pengambilan berdasarkan pertimbangan bahwa mereka dianggap mengetahui banyak tentang komunitasnya.

Tempat dan Peristiwa

Meliputi lokasi tempat Slankers berkumpul dan saling berinteraksi antar anggota, serta beberapa peristiwa atau kegiatann yang diadakan oleh komunitas Slankers di Solo.

(45)

29 Dokumen

Yaitu berupa publikasi cetak dan diterbitkan oleh buku atau majalah-majalah-majalah juga tulisan-tulisan pemerhati musik dan penggemar Slank.

F.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama penelitian berlangsung; mulai dari awal penulisan sampai dengan hasil jadi. Perkembangan - perkembangan yang berkaitan dengan permasalahan selama proses penelitian ini berlangsung akan selalu menjadi sumber data. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif bersifat luntur dan terbuka dengan menekan analisis induktif yang meletakan data penelitian bukan sebagai alat dasar pembuktian tetapi sebagai modal dasar pemahaman. (H.B. Sutopo, 2002: 47).

Penelitian yang bersifat etnografis berkaitan erat dengan observasi dan wawancara maka dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara :

(46)

30

a. pengamatan / observasi

teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar (H.B. Sutopo, 2002: 64). Kegiatan yang dilakukan peneliti diantaranya tinggal bersama disekretariatan Slankers Club Solo bersama ketua dan pengurus, hadir dan terlibat dalam obrolan-obrolan informal komunitas Slankers Club Solo, serta mengamati perilaku dalam aktivitas sehari hari maupun dalam pelaksanaan kegiatan komunitas.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan aktif. Peneliti berada di lokasi berbaur dengan anggota komunitas yang diteliti selama periode pengamatan.

Observasi yang dilakukan menghasilkan catatan-catatan lapangan yang kemudian menjadi arsip dan dokumen tertulis dari setiap perilaku yang teramati selama masa observasi, serta menjadi sumber data yang cukup penting. Karena penulisan laporan penelitian ini tidak dapat dilakukan langsung tetapi terus berjalan selama masa penelitian.

b. wawancara mendalam

Sumber data penting selain aktivitas anggota dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi

(47)

31

sebagai narasumber/informan. Maka untuk mengumpulkan informasi tersebut diperlukan teknik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam (H.B. Sutopo, 2002: 58). Bahwa wawancara mendalam ini sama atau serupa dengan wawancara tak terstruktur,wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka,dan wawancara etnografis ( Deddy Mulyana, 2004: 80 ).

Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal (Deddy Muliana, 2004: 81). Dengan demikian wawancara dilakukan dengan secara longgar dalam suasana yang akrab dengan pertanyaan terbuka. Peneliti hanya mempunyai giude line pertanyaan yang akan ditanyakan, selebihnya berkembang berdasarkan jawaban dari informan. Penciptaan situasi yang akrab bertujuan memberikan keluasan pada informasi sehingga informan lebih jujur dan terbuka dalam memberikan informasi yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Informan-informan dalam penelitian ini diantaranya penasehat komunitas, pengurus komunitas, serta beberapa anggota Slankers Club Solo.

c. Analisis dokumen

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari, mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang

(48)

32

mendukung penelitian seperti arsip, laporan, peraturan dan literatur lain. Dokumen yang sangat membantu dalam penelitian ini adalah arsip selama hasil observasi hasil peneliti sendiri dan literatur yang mendukung. Sedangkan arsip berupa dokumen tertulis ataupun arefak asli yang berasal dari daerah penelitian tidak diperoleh.

F.5. Teknik Pengambilan Sampel

Bertolak dari ansumsi bahwa penelitian kualitatif merupakan penellitian yang terfokus pada realitas dan fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek, maka padanya terdapat regulitas atau pola tertentu yang penuh dengan variasi. Data atau informasi harus ditelusuri secara mendalam sesuai dengan variasi yang ada. Berkenan dengan hal tersebut, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah menentukan informasi kunci (Key informan) atau situasi sosial yang syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian (Burhan Bungin, 2003: 53).

Sedangkan menurut Maleong dalam penelitian kualitatif yang dimaksudkan dengan sampling adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber dan bangunan (constructions). Sehingga tujuanya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik dan menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan

(49)

33

teori yang muncul (Lexy J Moleong, 2002: 165). Cuplikan (sampling) dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling yang diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan benar dari pada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang lebih banyak, yang mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya ( H.B. Sutopo, 2002: 55 ).

Sesuai dengan metodelogi penelitian kualitatif, maka teknik pengambilan sampel di dalam penelitian ini adalah jenis purposive sampling. Teknik semacam ini bersifat internal sampling, karena sama sekali tidak mewakili populasi dalam arti jumlahnya, tetapi informasi yang dibutuhkan dapat dijaring. Artinya pengambilan sampel yang demikian akan mendapat semua informasi yang diperlukan karena yang dipentingkan adalah informasi tersebut. Tentu saja teknik ini sangat berbeda dengan sampling di dalam penelitian kuantitatif yang bersifat eksternal (probability sampling/sampling statistik) yang digunakan untuk mewakili populasi dengan tujuan generalisasi. Teknik purposive sampling di dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan dengan cara mewakili informan. Sehingga teknik ini

(50)

34

sering disebut "criterion based selection" (Sutopo, 1993: 22). Dalam teknik ini peneliti menggunakan pertimbangan tentang informasi yang dipilih, yaitu berdasarkan penilaian bahwa responden yang akan diambil tersebut adalah yang paling memenuhi syarat untuk maksud penelitian. Teknik tersebut, peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui masalahnya dan mampu memberikan informasinya secara akurat. Namun didalam pelaksanaanya, pilihan tersebut bisa berkembang sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan kebutuhan yang timbul, serta kemantapan peneliti di dalam pengumpulan data.

Keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai pikiran umum yang muncul mengenal apa yang sedang dipelajari, dengan siapa ia bicara, kapan melakukan observasi yang dipandang paling tepat (time sampling) dan juga dokumen apa saja yang perlu diteliti (Sutopo, 1993: 22).

Karena sifat penelitian yang bersifat kualitatif terpancang, dan karena kegiatan ini dipusatkan pada tujuan dan pertanyaan penelitian yang ada, namun bersifat spekulatif karena segala sesuatunya ditentukan oleh lapangan. Dengan demikian, sampel yang akan diambil akan menyesuaikan dengan kebutuhan dilapangan.

(51)

35

Dalam penelitian ini, sampel berfungsi untuk menggali beragam informasi serta menemukan sejauh mungkin informasi penting. Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana menentukan informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu. Dengan cara seperti ini dapat mengisi kesenjangan informasi.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang diantaranya penasehat komunitas Slankers Club Solo, Anang Kristianto (Mas Anang) berperan sebagai key informan karena yang mengetahui tentang komunitas ini secara luas. Cornelius Dwi Eka (Mas Jayus) selaku mantan ketua Slankers Club Solo, Ardian Bimo Setyawan sebagai wakil ketua di kepengurusan yang baru dan merupakan anggota yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan komunitas, Singgih Purwanto (Mas Pejret) sebagai seksi perlengkapan, Novry Olimpic T. merupakan anggota lama yang masif aktif dalam mendatangi kegiatan-kegiatan komunitas, Martin Arga sebagai sekertaris komunitas dan Rahmat Afandi anggota Slankers Club Solo yang menjadi Admin dalam media internet dan aktif dalam keikutsertaan kegiatan komunitas juga akan menjadi informan dalam penelitian ini. Pertemanan mereka di dalam komunitas sangat dekat. Mereka saling berhubungan dalam setiap pertemuan ataupun kegiatan. Sehingga diharapkan akan lebih memudahkan dalam proses pencarian informasi.

(52)

36

F.6. Teknik Analisis data

Analisis data dilakukan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Analisa data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud memberi makna terhadap data, menafsirkan, atau mentranformasikan data

ke dalam bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan-temuan ilmiah hingga sampai pada kesimpulan-kesimpulan final. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah reduksi, penyajian data, kesimpulan/ verifikasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive models of analysis), seperti yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman. Penelitian ini bergerak di antara tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi, di mana aktivitas ketiga komponen tersebut bukanlah linear namun lebih merupakan siklus dalam struktur kerja interaktif. Di dalam penelitian kualitatif proses analisis yang digunakan tidak dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, tetapi dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang akan diteliti. Setelah data terkumpul, dilakukan reduksi data. Data

(53)

37

ini sebagai bahan deskripsi keadaan, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Adapun teknik analisis data digambarkan sebagai berikut.

(Matthew B. Miles & A. Michael Huberman,1992:47)

Gambar 1 . Model interaktif (Matthew B. Miles & A. Michael Huberman, 1992: 20)

Keterangan:

a. Reduksi data (data reduction)

P

en

gu

mp

ula

n

dat

a

P

e

n

y

a

j

i

a

n

d

a

t

a

R

e

d

u

k

s

i

d

a

t

a

Ke

simpulan

-kesimpul

an

penarika

n/verifika

si

(54)

38

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan

riset yang dimulai dari bahan reduction yang sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan. Data reduction adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

b. Penyajian data (data display)

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset untuk dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Display meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema,

jaringan kerja keterkaitan kegiatan, dan tabel. Kesemuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti.

c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)

Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola,

(55)

pernyataan-39

pernyataan, dan proposisi-proposisi. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.

F.7. Validitas Data

Validitas (validity) data dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti (Pawito, 2007: 97). Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas data digunakan teknik triangulasi data atau triangulasi sumber. Hal ini menunjuk pada sumber-sumber yang bervariasi guna memperoleh data dengan persoalan yang sama. Dalam penelitian ini selain anggota komunitas juga digunakan pengurus komunitas sebagai sumber menguji validitas data.

F.8. Analisis Data

Analisis data dilakukan peneliti untuk dapat menarik kesimpulan. Dalam penelian kualitatif, kesimpulan yang dihasilkan pada umumnya tidak dimaksudkan sebagai generalisasi, tetapi sebagai gambaran interpretif tentang realitas atau gejala yang diteliti dalam setting tertentu. Dalam hal ini peneliti menggunakan cara berpikir secara induktif yakni dengan menyajikan data yang dirujukkan ke dalam teori-teori tertentu yang relevan dan pada akhirnya melakukan analisis data. Gambaran hasil penelitian komunikasi kualitatif disajikan dalam

(56)

40

analisis data yang kemudian terangkum dalam rumusan-rumusan kesimpulan yang dikemukakan oleh peneliti di bagian akhir laporan dalam pola narasi yang mengalir dari suatu persoalan ke persoalan lain. Peneliti dalam hal ini bertugas sebagai penangkap gejala ( mengumpulkan data ), mengupayakan validitas dan realibilitas, kemudian menganalisis dengan memilah-milah dan membuat kategori atau tema tertentu, melakukan reduksi data, memberikan makna-makna atau mengemukakan interpretasi-interpretasi tertentu kemudian menarik kesimpulan.

G. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini peneliti mempunyai kerangka berfikir yang digambarkan melalui diagram berikut ini

L a t a r b e l a k a n g k o K e gi at a n d a n a P o l a K o m u n i k a s i K

(57)

41

Gambar 2. Model Kerangka Berfikir

Latar belakang suatu komunitas pada umumnya mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi: baik secara intern maupun pihak luar. Latar belakang dalam komunitas ini berkaitan erat dengan siapa yang menjadi idola mereka, mulai dari gaya hidup, lirik lagu serta faktor-faktor lain yang melekat pada sang idola yang mempengaruhi perilaku mereka saat ini. Misalnya dalam gaya berpenampilan mereka tak pernah lepas dari atribut sang idola yaitu Slank. Entah itu dari acsesoris, pakaian dll. Ini merupakan satu identias yang menunjukan bahwa mereka adalah penggemar Slank (Slankers) berada di kota Surakarta mungkin juga mereka sudah bergabung dengan komunitas Slankers Club Solo. Saat berada dijalan, bila saling bertemu dengan anggota yang lain tanpa basa-basi salah satu dari mereka selalu mengucapkan salam dan ini memang sudah menjadi ciri khas seorang slankers, mereka mengucapkan salam: PISS! Yang artinya merupaka simbol perdamaian antar slankers di manapun keberadaanya. Dan ini masih berlangsung hingga sekarang.

Karena tekanan penelitian ini adalah pola komunikasi komunitas Slankers Club Solo, maka peneliti menggambarkan kerangka berfikir seperti pada gambar 2. diatas. Pola komunikasi yang terjadi utamanya dipengaruhi oleh latar belakang dari mereka yang sama mengidolakan grup band Slank

(58)

42

yang selanjutnya menggerakan jiwa mereka untuk membentuk suatu komunitas, lalu diekpresikan melalui kegiatan dan aktifitas yang mereka lakukan. Kegiatan dan aktifitas itu meliputi kebiasaan mereka sehari-hari, serta kegiatan- kegiatan yang diadakan oleh Slankers Club Solo.

Gaya hidup/ aturan hidup yang dianut oleh anak Slankers pada komunitas Slankers Club Solo juga mempengaruhi perilaku mereka dalam berkomunikasi. Sebagaimana layaknya suatu komunitas pada umumnya, selalu ada peraturan- peraturan/ tata cara tidak tertulis yang mengatur mereka begitu pula dengan komunitas Slankers Club Solo. Gaya hidup yang mereka anut merupakan pola meniru dari idolanya. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa anggota Slankers Club Solo bergaya hidup ala Slank dimana para personil dan juga lirik lagu yang mereka ciptakan menjadi sumber inspirasi bagi mereka anggota Slankers Club Solo. Dan ini masih berlangsung hingga sekarang.

(59)

43

BAB ll

DESKRIPSI LOKASI

A. Sejarah dan Perkembangan Komunitas Slankers Club Solo

Slankers Club Solo adalah sebuah wadah resmi buat mereka pecinta grub band Slank di kota Solo. Awal mula nama

(60)

44

Slankers Club Solo terinspirasi dari beberapa anak band yang sudah di restui oleh Slank untuk menyanyikan lagu-lagu milik Slank. Nama band tersebut adalah ''Solo Slank ''. Awal terbentuknya komunitas ini pada tahun 1992-an, dan diberi nama "Slankers minoritas", terinspirasi dari nama album ke-5 Slank dan pada saat itu masih memiliki beberapa anggota saja yang akhirnya disebut Minoritas. Slankers minoritas pada masanya itu sama sekali tidak menuai kesuksesan, atau bisa dibilang keberadaan Slankers Minoritas di kota Solo kurang bisa eksis karena disamping anggotanya yang tidak banyak hal ini di karenakan juga kesibukan dari masing-masing anggota. Virus Slankers pun juga belum begitu melekat dijiwa mereka, akhirnya komunitas Slankers Minoritas ini pun vakum.

Selang beberapa tahun kemudian pada saat grup band Slank mengalami ketenaran dan masa jayanya, beberapa Slankers berusaha kembali mengumpulkan puing-puing Slankers untuk dibangun kembali di akhir tahun 1998, nama Slankers Minoritas bermetamorfosa menjadi Slankers Club Solo (SCS), namun lagi-lagi virus kevakuman merambati komunitas ini walaupun sudah berganti nama namun untuk kali ini tingkat kevakumannya tidak seperti yang pernah terjadi atau bisa dibilang masih ada sedikit nafas untuk komunitas ini tetap bertahan. Pada tahun 1999 akhirnya nama Slankers Club Solo diresmikan langsung oleh

(61)

45

bunda Iffet selaku manajer dari grup band Slank dan peresmian ini bertepatan ketika Slank konser di kota Solo.

Hari berganti, minggu berlalu, dan bulan berjalan, Slankers Club Solo mulai tumbuh dan menunjukan keeksisanya. Terbukti dengan banyaknya anggota yang bergabung, dan Slankers Club Solo sering mengadakan event-event musik, kegiatan sosial atau ngumpul bersama, dll. Namun menjaga keeksisan komunitas ini tidaklah mudah, untuk yang ke tiga kalinya kevakuman masuk ke tubuh Slankers Club Solo.

Dengan semangat Rock n' Roll yang masih tersisa di tubuh anggota Slankers Club Solo pada awal tahun 2008 dengan perjuangan mencoba menegakan kembali panji-panji Slankers Club Solo membuat kepengurusan yang baru dan berharap dengan generasi yang baru ini komunitas Slankers Club Solo bisa terus menyebarkan virus Slank untuk membuat damai bumi ini. Memang tak gampang mewujudkanya namun kita sudah berkomitmen dengan semangat 'pasti bisa! Amin. Komunitas Slankers Club Solo ini berdiri di atas semua golongan artinya dari anak kecil sampai orang dewasa, dari pengamen sampai eksekutif muda, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, mulai dari agama islam, hindu, budha, kristen, khatolik, sabang sampai merauke,tidak perduli dari golongan orang kaya maupun

(62)

46

golongan rakyat biasa. Siapapun dapat bergabung di komunitas ini. Dan kini komunitas Slankers Club Solo berdiri dengan puluhan komunitas dan ratusan anggotanya.

B. Logo Komunitas Slankers Club Solo

Gambar 3. Logo Komunitas Slankers Club Solo

Pada bagian ini penulis akan mengemukakan tentang logo dari komunitas Slankers Club Solo dan bagaimana kebiasaan-kebiasan para anggotanya dalam suatu kelompok. Berikut pandangan-pandangan mereka terhadap sebuah logo yang telah mereka buat dan mereka sepakati. Uraian berikut merupakan data yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian di komunitas Slankers Club Solo.

Gambar

Gambar 1 . Model interaktif                                                                              (Matthew B
Gambar 3. Logo Komunitas Slankers Club Solo
Gambar 5. Perkumpulan komunitas Teng-Teng Blus Solo  Baru

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan kelembagaan yang meliputi kondisi kelembagaan, pemberian dukungan/bantuan kepada lembaga masyarakat dan pengkoordinasian lembaga massyarakat dalam kemitraan

[r]

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti.(69) Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan

Perancangan sistem informasi akuntansi pembelian yang dibuat terdiri dari perancangan (1) struktur organisasi yang baru, (2) tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk

[r]

Penyelesaian pelaggaran Kode Etik Kepolisian yang dilakukan oleh anggotanya akan dikenakan sanksi sesuai pencopotan sebagai anggota polisi karena melakukan tindak pidana

jawaban yang tepat dari soal – soal dalam

[r]