i
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN
POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN
BAYAT KLATEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Guntur Dwi Prasetya NIM 12105241033
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ii
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Wawasan Nusantara Bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat, Klaten “ yang disusun oleh Guntur Dwi Prasetya, NIM 12105241033 ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Dosen Pembimbing
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, maka saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Penulis,
v
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap.”
vi
PERSEMBAHAN
vii
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN
POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN
BAYAT KLATEN
Oleh : Guntur Dwi Prasetya
NIM 12105241033
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menghasilkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air pokok bahasan Wawasan Nusantara mata pelajaran PKn bagi siswa kelas V SD N 1 Jotangan. Media ini diharapkan mampu menjadi alternatif media pembelajaran dalam mata pelajaran PKn, khususnya tentang cinta tanah air.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Research and Development
dengan menggunakan modifikasi model Borg & Gall dan Dick & Carey. Langkah-langkah dalam penelitian ini ada sembilan yaitu (1) pengumpulan data awal; (2) perencanaan; (3) pengembangan; (4) uji coba awal; (5) revisi produk awal; (6) uji coba lapangan; (7) revisi produk utama; (8) uji coba operasional; (9) revisi produk akhir. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 1 Jotangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, pengamatan, dan angket. Sedangkan metode analisis data pada pengembangan multimedia pembelajaran ini menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air pokok bahasan Wawasan Nusantara ini layak. Kelayakan media dibuktikan dengan hasil uji validasi materi (85,2 %) dan uji validasi ahli media (80%). Penilaian kelayakan media juga diperkuat dengan hasil uji coba lapangan awal melibatkan 3 siswa. Hasil uji coba lapangan awal diperoleh persentase sebesar 100% sehingga memenuhi kriteria layak. Uji lapangan utama melibatkan 7 siswa diperoleh presentase 92,8%, sedangkan hasil uji coba operasional menghasilkan 97,3%. Sedangkan dalam evaluasi prestasi belajar siswa, memperoleh hasil 84%. Hasil keseluruhan penilaian uji coba Multimedia Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Pokok Bahasan Wawasan Nusantara bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan Bayat Klaten ini layak digunakan sebagai media pembelajaran.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Selama penulisan skripsi ini mulai dari awal sampai ahkhir, banyak sekali pihak yang membantu, hingga skripsi ini terselesaikan. Untuk itu atas segala bentuk bantuanya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah memberikan dukungan dan pengarahan.
4. Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Dr. Wuri Wuryandani, selaku ahli materi yang sudah meluangkan waktu
untuk menilai dan memberi saran dalam penilaian materi dalam multimedia pembelajaran ini.
6. Ariyawan Agung Nugroho, M.Pd, selaku ahli media yang telah memberikan masukan dan penilaian multimedia pembelajaran ini sehingga menjadi layak digunakan sebagai sumber belajar.
7. Dian Wahyuningsih, M.Pd, selaku ahli instrumen yang telah meluangkan waktu untuk menilai dan memberikan saran tentang kelayakan instrumen penelitian yang akan digunakan.
8. Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Jotangan, Nanang Sunarya, S.Pd., yang telah memberikan izin untuk penelitian.
ix
11.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Penulis,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Pengembangan ... 8
F. Manfaat Pengembangan ... 9
G. Spesifikasi Produk ... 10
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 11
I. Definisi Operasional ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 14
1. Pembelajaran PKn di SD ... 14
a. Pengertian Pembelajaran ... 14
xi
c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD ... 18
d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara ... 20
2. Karakteristik Siswa SD ... 21
3. Pendidikan Karakter... 24
a. Pengertian Pendidikan Karakter ... 24
b. Tujuan Pendidikan Karakter... 25
c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter... 27
d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air ... 28
4. Media Pembelajaran... 31
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 31
b. Tujuan & Fungsi Media Pembelajaran... 32
c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran... 32
d. Pengggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran ... 34
5. Multimedia Pembelajaran ... 37
a. Pengertian Multimedia Pembelajaran ... 37
b. Model-Model Multimedia Pembelajaran ... 40
c. Prinsip dan Karakteristik Multimedia Pembelajaran ... 43
d. Kelebihan dan Manfaat Multimedia Pembelajaran ... 44
e. Prosedur Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 47
f. Teori Belajar yang Mendukung Pengembangan Media Pembelajaran ... 48
B. Kerangka Berpikir ... 52
C. Kedudukan Penelitian pada Bidang Garapan Teknologi Pendidikan ... 54
D. Penelitian yang Relevan ... 56
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Jenis Penelitian ... 59
B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 59
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72
D. Subjek Uji Coba ... 72
xii
F. Langkah-Langkah Pengembangan Instrumen ... 74
G. Teknik Analisis Data ... 83
H. Kriteria Kelayakan Produk ... 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 86
1. Hasil Pengumpulan Data ... 86
2. Hasil Perencanaan ... 89
3. Hasil Pengembangan ... 95
4. Hasil Uji Coba Awal ... 109
5. Hasil Revisi Produk Awal ... 111
6. Hasil Uji Coba Lapangan ... 111
7. Hasil Revisi Produk Utama ... 113
8. Hasil Uji Coba Operasional ... 113
9. Hasil Revisi Produk Akhir ... 119
B. Pembahasan ... 119
C. Keterbatasan Pengembangan ... 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 123
B. Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 125
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Definisi Teknologi Pendidikan, AECT 2008……….. 54
Gambar 2. Model Pengembangan Pembelajaran Dick&Carey…..……….. 61
Gambar 3. Model Pengembangan Borg&Gall………...……….. 61
Gambar 4. Flowchart……… 96
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 18
Tabel 2. Kisi-Kisi Alat Evaluasi untuk Siswa ... 64
Tabel 3. Rekap Hasil Evaluasi Siswa ... 65
Tabel 4. Kisi-Kisi Alat Evaluasi untuk Siswa ... 70
Tabel 5. Rekap Hasil Evaluasi Siswa ... 71
Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Ahli Media ... 74
Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Ahli Materi ... 74
Tabel 8. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Siswa ... 74
Tabel 9. Instrumen untuk Ahli Materi sebelum divalidasi ... 76
Tabel 10. Instrumen untuk Ahli Materi sesudah divalidasi ... 78
Tabel 11. Instrumen untuk Ahli Media sesudah divalidasi ... 79
Tabel 12. Instrumen untuk Siswa sebelum divalidasi ... 81
Tabel 13. Instrumen untuk Siswa sesudah divalidasi ... 82
Tabel 14. Skala Guttman ... 84
Tabel 15. Kriteria Kelayakan Produk... 85
Tabel 16. Alat Evaluasi untuk Siswa ... 93
Tabel 17. Hasil Evaluasi Kemampuan Awal Siswa ... 94
Tabel 18. Storyboard ... 97
Tabel 19. Hasil Validasi Ahli Materi ... 103
Tabel 20. Hasil Revisi dari Masukan Ahli Materi ... 105
Tabel 21. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 106
xiv
Tabel 23. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 109
Tabel 24. Hasil Uji Coba Awal ... 110
Tabel 25. Hasil Uji Coba Lapangan ... 111
Tabel 26. Hasil Uji Coba Operasional ... 113
Tabel 27. Alat Evaluasi untuk Siswa ... 115
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 130
Lampiran 2. Validasi Instrumen ... 135
Lampiran 3. Validasi Materi ... 142
Lampiran 4. Validasi Media ... 147
Lampiran 5. Uji Coba Siswa ... 154
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih belum sesuai dengan apa
yang dijelaskan dalam Undang-Undang Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yaitu tentang pendidikan yang membentuk siswa
yang cerdas, namun juga memiliki karakter. Pengembangan karakter sekarang
sangat penting untuk diutamakan dalam proses pembelajaran. Krisis moral di
Negara Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Krisis itu antara lain
berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan
anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan
mencontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan,
perampasan dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial
yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas (Zubaedi, 2011:1-2).
Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan
siswa mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga siswa
berperilaku sebagai insan kamil (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2011:
8). Lickona (Muslich Masnur, 2011: 75) menekankan pentingnya tiga
komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral
knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang
moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak
mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai
2
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif. Berdasarkan uraian di atas, karakter merupakan
salah satu potensi siswa yang perlu untuk dikembangkan dan diajarkan dalam
proses pembelajaran guna melandasi soft skills siswa. Karakter adalah
perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama,
kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.
Pada pendidikan dasar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke
dalam materi pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran, diantaranya
adalah PKn. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosial-budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006:2). Pembelajaran PKn di Sekolah
Dasar bertujuan untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap
siswa menjadi satu kesatuan yang utuh agar tumbuh kebanggaan dan rasa
cinta tanah air.
Proses pembelajaran akan berjalan lancar apabila proses penyampaian
pesan dari guru ke siswa terjalin interaksi yang aktif, sehingga proses
penyampaian pesan menjadi efektif dan mudah diterima. Penggunaan media
yang tepat menjadi salah satu faktor utama dalam menciptakan suasana
belajar yang efektif. Menurut Hamalik (1996), pemanfaatan media dalam
3
motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara
psikologis (Sukiman, 2012: 41). Oleh karena itu, penggunaan media dalam
pembelajaran akan bermanfaat bagi siswa dalam menerima pesan maupun
bagi guru dalam menyampaikan pesan sehingga tujuan belajar akan
benar-benar tercapai.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SD N 1
Jotangan diperoleh informasi tentang masih kurangnya internalisasi nilai-nilai
karakter, khususnya nilai cinta tanah air. Hal ini terlihat dari persatuan dan
kesatuan antar warga sekolah khususnya siswa masih terdapat beberapa
kesenjangan dan ketidakharmonisan. Suasana yang tercipta di lingkungan
sekolah menjadi kurang harmonis karena masih ada beberapa siswa yang
kurang menghormati antar sesama siswa. Selain itu pada saat upacara bendera
maupun peringatan hari-hari nasional, masih banyak siswa yang kurang
memaknai kegiatan tersebut. Pada saat upacara bendera, masih ada siswa
yang bercakap-cakap maupun saling bercanda pasa saat kegiatan upacara.
Di SD N 1 Jotangan sering terjadi kasus perkelahian antar siswa. Ada
anak-anak yang selalu ingin membuat onar dalam lingkungan sekolah. Ada
anak yang sering mengajak teman-temannya untuk tidak mengerjakan PR
maupun mengadu domba antar sesama teman. Hal ini menimbulkan suasana
yang kurang tentram baik dalam proses pembelajaran maupun di lingkungan
sekolah. Dalam kasus ini, siswa harus tahu pentingnya mewujudkan
ketertiban dan ketentraman di lingkungan sekitar, karena sebagai sesama
4
Beberapa kasus di atas merupakan kasus kurangnya sikap cinta tanah air yang
terjadi di lingkungan sekolah. Penanaman nilai cinta tanah air kepada siswa
adalah suatu sikap preventif guna meminimalisir semakin lunturnya sikap
cinta tanah air pada siswa. Sebagai penerus bangsa, siswa wajib menjunjung
tinggi sikap cinta tanah air guna pembangunan bangsa menuju masyarakat
yang bersatu. Sikap-sikap yang mencerminkan saling menghormati antar
sesama warga Negara harus ditunjukkan melalui sebuah keteladanan.
Sebagai warga Negara yang baik, saling menghormati antar sesama siswa
merupakan suatu perwujudan dari sikap cinta tanah air. Sebagai warga
Negara Indonesia, semua warga Negara memiliki kewajiban yang sama
dalam menjaga keutuhan NKRI, sebagai satu darah dan satu bangsa
Indonesia.
Dalam proses pembelajaran di SD N 1 Jotangan, guru sebagai sumber
belajar hanya menunjukkan dan mengajarkan teori saja. Selain itu, guru juga
kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai teori dari
pendidikan karakter tersebut, dan menyebabkan pembelajaran tentang
nilai-nilai karakter ini cukup sulit untuk dilakukan. Pelaksanaan inovasi belajar
yang baru, akan lebih memotivasi guru maupun siswa dalam proses
pembelajaran. Salah satu inovasi yang perlu digunakan adalah penggunaan
multimedia pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD
N 1 Jotangan, guru masih memiliki keterbatasan pada penggunaan media
belajar dalam mata pelajaran PKn. Hal ini terjadi karena kurang
5
pembelajaran menjadi kurang variatif dan siswa kurang memahami apa yang
diajarkan oleh guru. Ketika siswa diberikan contoh multimedia pembelajaran
secara langsung, siswa terlihat tertarik dengan media pembelajaran tersebut.
Siswa terlihat sangat antusias untuk belajar dengan multimedia pembelajaran.
Oleh karena itu pengembangan multimedia pembelajaran dinilai cukup tepat
untuk dikembangkan di SD N 1 Jotangan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dengan pengembangan
multimedia pembelajaran diharapkan siswa akan lebih senang dan termotivasi
dalam belajar, sehingga hal ini akan mendukung dalam proses internalisasi
nilai karakter. Siswa kelas 5 SD tergolong pada tahap masa kanak-kanak
akhir. Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian,
meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat
digambarkan atau pernah dialami (Rita Eka Izzaty, 2008: 116). Penggunaan
multimedia pembelajaran dapat menampilkan sifat-sifat keteladanan secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari melalui visualisasi dalam multimedia.
Oleh karena itu, dengan menggunakan multimedia siswa akan dapat
terangsang untuk berfikir secara konkret karena diberikan stimulus berupa
gambaran kejadian ataupun objek-objek yang konkret.
Program Pembelajaran Interaktif berbasis komputer memiliki nilai
lebih, dibanding bahan pembelajaran tercetak biasa. Nilai lebih dari
multimedia pembelajaran ini dapat diimplementasikan dalam pengembangan
moral knowing, moral feeling dan moral action bagi siswa. Bentuk
6
atau peristiwa yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter yang dipelajari.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dengan menggunakan multimedia
pemahaman tentang materi apa yang disampaikan dalam multimedia dapat
terimplementasikan sesuai dengan apa yang dipelajari siswa. Selanjutnya,
pemahaman tentang konsep moral yang diajarkan dapat mudah tercerna oleh
siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti mencoba
melaksanakan penelitian dengan judul “Pengembangan Multimedia
Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Mata Pelajaran PKn
Pokok Bahasan Wawasan Nusantara Bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan,
Bayat, Klaten.”
Definisi teknologi pembelajaran menurut AECT (Association for
Educational Comunications and Technology) sebagai berikut , Instructional
Technology is the thory and practice of design, development, utilization,
management, and evalua stion of process and resources for learning (Seels &
Richey, 1994:10). Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dari
perancangan, pengembangan, pemanfaatan, manajemen dan evaluasi pada
proses dan sumber untuk belajar.
Menurut Seels & Richey (1994: 38), kawasan pengembangan
merupakan proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.
Ada 4 cakupan utama dalam kawasan pengembangan, meliputi
pengembangan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbasis
7
Sedangkan menurut AECT 2008 dalam Januszewski dan Molenda
(2008: 1), mendefinisikan, “Educational Technology is the study an d ethical
practice of facilitating learning and improving performance by creating,
using, and managing appropriate technological process and resources”.
Definisi tersebut menyatakan bahwa teknologi Pembelajaran adalah
studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan
kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber
daya teknologi.
Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini termasuk ke dalam ranah
pengembangan dan masuk kedalam cakupan teknologi multimedia. Penelitian
ini juga termasuk dalam studi dan praktek dalam memfasilitasi pembelajaran
melalui sumber daya teknologi.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari uraian latar belakang
masalah antara lain.
1. Kurangnya sikap cinta tanah air pada siswa kelas V di SD N 1 Jotangan.
2. Siswa belum mengerti pentingnya kesatuan antar sesama warga Negara.
Kepedulian siswa antar sesama teman maupun antar warga sekolah masih
kurang.
3. Guru kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai
pendidikan karakter dan pembelajaran tentang nilai-nilai karakter cukup
8
4. Guru masih memiliki keterbatasan pada penggunaan media belajar dalam
mata pelajaran PKn, karena kurang dikembangkannya media belajar
dalam mata pelajaran tersebut.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada pengembangan Multimedia
Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air mata pelajaran PKn pokok
bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas lima di SD N 1 Jotangan.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah
yang diteliti adalah : “Bagaimana menghasilkan multimedia pembelajaran
pendidikan karakter cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan
Wawasan Nusantara yang layak bagi siswa kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat,
Klaten ?.”
E. Tujuan Pengembangan
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran
pendidikan karakter cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan
Wawasan Nusantara yang layak bagi siswa Kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat,
9
F. Manfaat Pengembangan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini menambah informasi empirik terkait
dengan pengembangan multimedia bagi pendidikan nilai karakter cinta
tanah air untuk siswa SD.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama kuliah, serta menambah pengetahuan
dan wawasan tentang pengembangan multimedia pembelajaran bagi
pendidikan karakter cinta tanah air di SD.
b. Bagi Siswa SD N 1 Jotangan
Manfaat bagi siswa dari pengembangan multimedia pembelajaran ini
adalah sebagai berikut.
1) Mendorong siswa untuk lebih memahami arti rasa cinta tanah air
dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran maupun
dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2) Meningkatkan daya tarik siswa dalam belajar, dan juga
10 c. Bagi Guru
Multimedia pembelajaran tentang rasa cinta tanah air dapat
menjadi salah satu alternatif media pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan dalam menginternalisasi nilai karakter cinta tanah air
dan perubahan sikap siswa dalam lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah.
G. Spesifikasi Produk
Produk penelitian pengembangan ini dirancang dengan memiliki
spesifikasi sebagai berikut :
1. Berbentuk multimedia pembelajaran PKn tentang Wawasan Nusantara
yang dikembangkan untuk siswa tingkat SD kelas V.
2. Multimedia pembelajaran PKn tentang Wawasan Nusantara ini dikemas
dalam bentuk Digital Versatile Disc(DVD).
3. Format yang digunakan dalam multimedia pembelajaran PKn ini dalam
bentuk file exe.
4. Pengembangan multimedia pembelajaran PKn dikembangkan dalam
bentuk multimedia berbasis komputer yang merupakan penggabungan
teks, gambar dan audio, sehingga melalui multimedia pembelajaran ini
memudahkan pengguna dalam memahami materi.
5. Produk pengembangan ini memungkinkan siswa untuk lebih mudah
dalam belajar, karena disertai : a) Petunjuk Penggunaan, b) Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) dan Tujuan, c) Materi dalam
11
Negara kesatuan, pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
d) Latihan dan soal evaluasi.
6. Multimedia pembelajaran PKn dikembangkan dengan software Adobe
Flash Profesional CS6, Adobe Audition dan Format Factory.
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi pengembangan multimedia pembelajaran pendidikan karakter
cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan Wawasan Nusantara bagi
siswa kelas V SD N 1 Jotangan didasarkan pada hal-hal sebagai berikut.
1. Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain.
2. Belajar akan lebih efektif jika menggunakan media, karena menjadikan
proses pembelajaran menjadi lebih variatif dan juga memberikan
motivasi kepada siswa agar lebih berminat dalam belajar.
3. Multimedia pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan
rangsangan belajar secara jelas karena didukung dengan berbagai unsur
seperti teks, gambar, audio, video maupun animasi yang dihubungkan
saling terkait sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa dan
12
4. Meskipun belum semua siswa sekolah dasar kelas V mampu
mengoperasikan komputer, namun sebagian telah mampu
mengoperasikan komputer, sehingga dapat memanfaatkan komputer
untuk belajar secara mandiri.
5. Guru kelas V mampu mengoperasikan komputer, menyesuaikan waktu
belajar yang ada dan melihat kembali tujuan belajar yang disesuaikan
dengan penggunaan multimedia. Dengan demikian penggunaan
multimedia dapat membantu siswa dalam pencapaian tujuan belajar.
6. Terdapat sarana prasarana komputer yang mendukung pemanfaatan
multimedia pembelajaran, sehingga guru dan siswa mampu
memanfaatkan multimedia dengan sarana prasarana tersebut dalam
proses pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaran ini juga memiliki
keterbatasan, yaitu keterbatasan alat dalam produksi multimedia, sehingga
produk yang dikembangkan belum bisa optimal.
I. Definisi Operasional
1. Multimedia Pembelajaran
Multimedia pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah multimedia pembelajaran berbasis komputer dan dikembangkan
13 2. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air
Pendidikan karakter cinta tanah air merupakan suatu nilai tentang
bagaimana cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa.
3. Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Wawasan Nusantara
Pokok bahasan Wawasan Nusantara dalam mata pelajaran PKn
kelas V SD merupakan suatu materi yang berisikan tentang materi yang
mengajarakan tentang pengamalan sila persatuan Indonesia dalam
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran PKn di SD
a. Pengertian Pembelajaran
Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para
ahli. Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran
berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Zainal Aqib, 2014: 66). Dimyati dan Mudjiono
(2009: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu yang
dipersiapkan oleh guru guna menarik dalam memberi informasi
kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh
guru dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan
definisi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005: 57) adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
pencapaian tujuan pembelajaran.
Dari beberapa definisi pembelajaran menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses
interaksi antara pendidik, sumber belajar/media dan siswa dalam
bertukar pengetahuan dalam suatu lingkungan belajar dengan tujuan
15
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai
pendidikan politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara
dalam kehidupan bernegara yang sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan
oleh bangsa dan Negara (Cholisin dalam Winarno, 2013: 6). PKn
sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar memiliki
misi untuk menanamkan nilai Pancasila dan kewarganegaraan bagi
warga negara usia muda di lingkup sekolah dasar. Di Sekolah Dasar,
PKn dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan diri berperan
sebagai warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia
(Suharno, dkk., 2006: 13).
Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
salah satu pelajaran yang menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan
maupun nilai-nilai budaya Negara Indonesia kepada siswa untuk bisa
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan
kewarganegaraan juga memberikan pendidikan moral dan budi pekerti
kepada siswa, agar nantinya mampu mempertahankan negara dari
16
b. Tujuan Pembelajaran PKn di SD
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan pembelajaran PKn di SD.
Dalam kurikulum KTSP 2006, tujuan pembelajaran PKn adalah sebagai
berikut (Suharno, dkk., 2006: 18) :
1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdsarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan tujuan PKn yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri
(1994/1995:10) adalah sebagai berikut :
1) Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu :
“Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
17
Menurut Branson (1999:7) tujuan civics education adalah
partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik
dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn
sebagai suatu mata pelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan
kogintif saja kepada siswa, namun juga memberikan dan menanamkan
nilai afektif dan psikomotorik dalam pembentukan karakter siswa.
Berkaitan dengan pokok bahasan yang dipilih dalam
pengembangan multimedia, tujuan pembelajaran PKn yang ingin dicapai
adalah memberikan pengetahuan tentang makna persatuan dan kesatuan
dalam membangun Negara Indonesia. Selain memberikan pengetahuan,
tujuan yang ingin dicapai dalam pokok bahasan wawasan nusantara
adalah untuk memberikan contoh sikap moral siswa untuk bisa
memahami dan mengimplementasikan sikap cinta tanah air, khususnya
dalam persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.
Pengembangan multimedia pembelajaran ini mengacu pada
standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn tentang
pokok bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas V Sekolah Dasar,
18
Tabel 1. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.3. Menunjukkan contoh-contoh
perilaku dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD
Sejalan dengan perkembangan bangsa Indonesia menuju
masyarakat madani yang ditandai dengan semakin meningkatnya laju
globalisasi maupun persaingan antar bangsa yang semakin ketat,
pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran harus mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang sedang berubah.
Proses pembangunan karakter bangsa dirasakan sangat perlu untuk
dilakukan. Karakter perlu dibangun sejak dini untuk generasi muda guna
membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi laju perkembangan
zaman.
Tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu mengembangkan
pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni
19
tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dan mendorong
partisipasi warga negara (civic participation) (Suharno, dkk., 2006: 11).
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn yaitu
religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, patuh pada
aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban
diri dan orang lain (Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012: 56).
Sebagai salah satu pembelajaran yang menekankan pada pengembangan
nilai karakter, strategi dan model pembelajaran yang tepat menjadi faktor
utama tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut
Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo (2012, 63), agar pendidikan
karakter dapat teringat dan terinspirasi selalu dalam kehidupan siswa
(long term memory), mapel ini harus disajikan dengan contoh yang ada
sangkut pautnya dengan kehidupan siswa. Penyajian pendidikan karakter
yang banyak bersentuhan dengan persoalan yang menukik dengan
keseharian siswa akan menjadikan siswa tidak hanya sekadar mengikuti
kegiatan belajar mengajar tersebut, tetapi juga karena mereka merasa
butuh.
Penyajian materi pembelajaran dengan menghubungkan materi
dengan contoh perilaku kehidupan sehari-hari akan menjadi lebih
bermakna dan kontekstual. Oleh karena itu, dengan penyajian materi
secara kontekstual menjadi suatu pilihan yang tepat dalam menyajikan
materi dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam materi
20
d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang mencakup
kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan pertahanan keamanan harus
tercermin dalam pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa
mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan (S. Sumarsono, dkk.,
2001: 81).
Sebagai wawasan nasional, wawasan nusantara mempunyai
tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan ke dalam adalah untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa
Indonesia. Aspek tersebut meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hankam. Sedangkan tujuan ke luar adalah agar mampu
mengadakan kerjasama dalam forum internasional dalam upaya
mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di dunia. Secara umum,
wawasan nusantara merupakan bentuk nyata pengamalan Pancasila,
khususnya sila Persatuan Indonesia (Tijan,dkk., 2007: 11).
Dalam S. Sumarsono, dkk., (2001: 81). Wawasan Nusantara
sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang
diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan
dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi
21
Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan
dalam penelitian ini, wawasan nusantara dalam tingkat sekolah dasar
merupakan materi yang mempelajari pentingnya keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Karakteristik Siswa SD
Siswa SD kelas V berkisar pada usia 11-12 tahun pada masa ini
disebut dengan masa kanak-kanak akhir. Anak dengan usia 11-12 tahun
tergolong dalam masa kanak-kanak akhir fase masa kelas-kelas tinggi
Sekolah Dasar. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) ciri-ciri khas
anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah dasar adalah :
a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajaranya di sekolah
e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Menurut Piaget dalam Izzaty (2008: 105), masa kanak-kanak
akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berfikir (usia 7-12
tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan
konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.
Berdasarkan uraian di atas, anak dengan umur 11-12 tahun
termasuk kedalam masa kanak-kanak akhir dimana dalam tahap
22
ingin tahu dan ingin belajar secara realistis. Dalam pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran yang bersifat konkret akan sangat
membantu proses belajar siswa. Oleh karena itu, dengan menggunakan
media pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu terpacu untuk bisa
memahami materi dengan stimulus yang diberikan dalam media
pembelajaran yang berupa visualisasi materi agar mudah dipahami.
Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst
(Monks, 2006: 23-24) yaitu sebagai berikut: (1) memiliki ketangkasan
fisik yang diperlukan dalam melaksanakan permainan/olahraga; (2)
membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai pribadi yang
tumbuh dan berkembang; (3) belajar peranan sesuai jenis kelamin dan
bergaul bersama teman sebaya; (4) belajar membentuk sikap-sikap
terhadap kelompok dan lembaga; (5) mengembangkan nurani, moralitas
dan skala nilai; dan (6) belajar membaca, menulis, berhitus, serta belajar
pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari.
Dalam tugas perkembangannya, perkembangan sosial anak usia
sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial (Monks, 2006:
183). Selain itu, menurut Piaget (Allen dan Marotz, 2010: 159) dalam
masa akhir kanak-kanak tersebut anak menjadi tidak bergantung pada
orang tuanya karena hubungan pertemanan semakin meluas. Rita Eka
Izzaty (2008: 114) menyatakan bahwa pemahaman tentang diri dan
perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai
23
perkembangan sosial masa kanak-kanak akhir dapat dilihat dari kegiatan
bermain dan hubungan teman sebaya.
Dari paparan mengenai perkembangan sosial anak menurut
beberapa ahli di atas, dapat diketahui pada tahapan ini perkembangan
sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau kelompok bermain
mereka. Berkaitan dengan penelitian ini, internalisasi nilai karakter dapat
dimulai dengan memberikan contoh sikap-sikap dalam konteks
lingkungan bermain siswa. Selain itu, perkembangan sosial anak akan
mejadi lebih optimal dan menyesuaikan diri dengan kelompok teman
sebayanya dan juga masyarakat sekitar.
Tahap perkembangan emosi (psikososial) pada usia sekolah
menurut Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-223)
mencakup perkembangan anak sekitar usia 6 tahun sampai kira-kira 12
atau 13 tahun. Pada tahap ini bagi anak-anak usia sekolah, harapan
mereka untuk mengetahui sesuatu akan bertambah kuat dan terikat erat
dengan perjuangan dasar untuk mencapai kompetensi. Dalam
perkembangan yang normal anak-anak berjuang secara produktif untuk
bisa belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan. Tahap keempat
ini meliputi produktivitas versus Inferioritas (kemampuan menghasilkan
versus rasa tidak berguna). Pada masa sekolah (school age) ditandai
adanya kecenderungan industry-inferiority. Sebagai kelanjutan dari
perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif
24
Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya
sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan
kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini
dapat menyebabkan anak merasa dirinya tidak berguna, tidak bisa
berbuat apa-apa. Tahap ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang
terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 atau 13 tahun.
Berkaitan dengan perkembangan emosi siswa pada tahap masa
kanak-kanak akhir, siswa sangat aktif dalam mempelajari apa saja yang
ada di lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, penyusunan materi
pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa akan
membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.
3. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan
potensi pada diri setiap siswa kesadaran sebagai warga bangsa yang
bermartabat, merdeka dan berdaulat dan berkemauan untuk menjaga dan
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan tersebut (Darmiyati
Zuchdi, 2011: 159).
Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us of all
25
kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk
membantu pengembangan karakter dengan optimal) (Zubaedi, 2011: 14).
Selanjutnya, Williams & Schnaps dalam Zubaedi (2011: 15)
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Any deliberate approach by
which school personnel, often in conjunction with parents and
community members, help children and youth become caring, principled
and responsible”. Artinya, pendidikan karakter merupakan berbagai cara
yang dilakukan oleh para warga sekolah dan dilakukan bersama-sama
dengan orang tua maupun warga masyarakat untuk membantu anak
melatih sifat kepedulian, berpendirian dan bertanggung jawab.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan karakter merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
berbagai elemen warga Negara untuk mengembangkan sifat-sifat
kepedulian, berpendirian maupun bertanggung jawab untuk
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara sebagai warga
Negara yang bermartabat.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Doni Kesuma dalam Novan Ardy Wiyani (2007: 70-72),
secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah
adalah sebagai berikut.
1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
26
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama.
Sedangkan menurut Said Hamid Hasan dalam Zubaedi (2011:
18), pendidikan karakter secara perinci memiliki lima tujuan. Pertama,
mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan
warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua,
mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa
sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan
siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan
kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan (dignity).
Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan karakter dalam
penelitian ini adalah memberikan pengetahuan siswa tentang pentingnya
nilai-nilai karakter, khususnya nilai karakter cinta tanah air. Selain
memberikan pengetahuan tentang nilai karakter cinta tanah air,
diharapkan siswa akan termotivasi untuk merasakan dan
mengaplikasikan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari sebagai
27
c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter terdiri dari beberapa jenis, diantaranya yaitu:
Pertama, pendidikan karakter berdasarkan nilai religious, jenis
pendidikan ini merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral).
Kedua, pendidikan karakter berdasar nilai budaya, antara lain yang
berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh
sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan). Ketiga,
pendidikan karakter berdasar potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses
kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis). Pendidikan
karakter berdasarkan potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan
dengan segala upaya sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik
agar mampu mengatasi diri serta mampu mengembangkan segala potensi
yang dimilikinya (Yahya Khan, 2010: 2).
Menurut Lickona (Ajat Sudrajat, 2011: 49) ada tujuh alasan
mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan. Ketujuh alasan yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian baik dalam kehidupannya.
2) Cara meningkatkan prestasi akademik.
3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya sendiri di tempat lain.
4) Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat beragam.
5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah.
28
7) Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban.
Menurut Kemdiknas (2010: 33-39), nilai-nilai pendidikan
karakter yang dikembangkan di Sekolah Dasar diantaranya :
1) Religius 2) Jujur 3) Toleransi 4) Disiplin 5) Kerja keras 6) Kreatif 7) Mandiri 8) Demokratis 9) Rasa ingin tahu 10)Semangat kebangsaan 11)Cinta tanah air
12)Menghargai prestasi 13)Bersahabat / komunikatif 14)Cinta damai
15)Gemar membaca 16)Peduli sosial 17)Peduli lingkungan
Berdasarkan uraian di atas, nilai karakter yang dipilih dalam
penelitian ini adalah nilai cinta tanah air yang mengajarkan tentang cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan perhargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi dan politik bangsa.
d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air
Menurut Malik Fajar dalam Zubaedi (2011: 277), PKn memiliki
peranan penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan,
watak dan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggung
29
dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta
model-model pembelajaran yang efektif, dengan memerhatikan empat
hal. Pertama, PKn perlu mengembangkan kemampuan dasar terkait
dengan kemampuan intelektual, sosial (berpikir, bersikap, bertindak,
serta berpartisipasi dalam hidup masyarakat). Kedua, PKn perlu
mengembangkan daya nalar (state of mind) siswa/siswa pengembangan
kecerdasan (civic intelligence), tanggung jawab (civic responsibility), dan
partisipasi (civic participation) warga Negara sebagai landasan
pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, PKn perlu
mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif dan
partisipatif dengan menekankan pada pelatihan dan penggunaan logika
dan penalaran. Keempat, kelas PKn sebagia laboratorium demokrasi
bukan sekedar membutuhkan pemahaman, sikap, dan perilaku
demokratis melalui mengajar demokrasi (teaching democracy), tetapi
memerlukan model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara
hidup berdemokrasi.
Cogan dalam Darmiyati Zuchdi (2011: 358) mengartikan
pendidikan kewarganegaraan berperan penting sebagai penyiapan
generasi muda (siswa) untuk menjadi warga Negara yang memiliki
identitas dan kebanggaan nasional, serta memiliki pengetahuan dan
kecakapan serta nilai-nilai yang diperlukan untuk menjalankan hak-hak
30
Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan kewarganegaraan
mempunyai peran penting dalam pembangunan moral dan karakter
bangsa dengan menanamkan nilai-nilai penting dalam pengetahuan, rasa
dan perilaku yang berbudaya sesuai dengan identitas dan kebudayaan
bangsa untuk mengembangkan rasa cinta tanah air.
Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan,
pemilihan pokok bahasan wawasan nusantara di Sekolah Dasar menjadi
materi yang digunakan sebagai penginternalisasian nilai karakter cinta
tanah air. Pokok bahasan wawasan nusantara bertunjuan untuk
menanamkan rasa persatuan dan kesatuan siswa. Rasa persatuan dan
kesatuan siswa perlu dikembangkan sejak dini untuk pembangunan moral
31
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar (Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6). Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar
Arsyad) dalam (Sukiman, 2012: 28).
AECT (Association of Education and Communication
Technology) (dalam Sukiman, 2012: 28) memberi batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar dan dibaca (Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6). Fleming dalam
(Sukiman, 2012: 38) menyebut media dengan istilah mediator yang
diartikan sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua
pihak dan mendamaikannya.
Asnawir mendefinisikan media sebagai sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
32
belajar pada dirinya (Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012:
105).
Dengan demikian media pembelajaran merupakan segala sesuatu
baik sarana maupun benda yang digunakan untuk mentransfer pesan dari
penyampai pesan yaitu pendidik ke penerima pesan yaitu siswa, dengan
tujuan untuk merangsang siswa dalam proses pembelajaran.
b. Tujuan dan Fungsi Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu membantu
meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa dalam materi pelajaran
yang dipelajari. Berikut fungsi-fungsi dari penggunaan media
pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002: 24) :
1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru
2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit)
3) Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan) 4) Semua indra dapat diaktifkan
5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
c. Jenis - Jenis Media Pembelajaran
Gagne & Briggs dalam Arsyad (2002: 4) mengemukakan bahwa
media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri dari, antara lain :
buku, tape-recorder, kaset, video kamer, video recorder, film, slide
(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berikut
ini akan diuraikan klasifikasi media pembelajaran menurut Lehsin, dkk.,
33 1) Media berbasis manusia
Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran.
2) Media berbasis cetakan
Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja/latihan, jurnal, majalah, dan lembar lepas.
3) Media berbasis visual
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara materi pelajaran dengan dunia nyata.
4) Media berbasis audio-visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Contoh media yang berbasis audio-visual adalah video, film, slide bersama tape, televise.
5) Media berbasis komputer
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama
Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media koputer.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, multimedia yang
dikembangkan dalam penelitian ini termasuk media berbasis komputer,
dan berjenis model CAI (Computer Assisted Instruction), karena dalam
penggunaan multimedia pembelajaran ini sebagai media pendukung
34
d. Penggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran
Penggunaan dan pemilihan media pembelajaran akan sangat
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pengembangan media
pembelajaran perlu memperhatikan beberapa faktor, seperti tujuan
pembelajaran, karakteristik siswa, minat siswa maupun faktor
lingkungan. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan
audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Asmaun
Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012: 105).
Menurut Darmawan (2012: 13), kawasan pengembangan dapat
diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak (yang
menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual,
teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu.
Secara lebih lengkap dari keempat kategori tersebut (Darmawan:
2012) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau
menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang
statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Dua
komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan bahan visual.
Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat
35
informasi oleh manusia, dan teori belajar. Contoh dari teknologi cetak ini
seperti, buku, poster, modul, pamflet, dan lain-lain.
Berkaitan dengan proses pembelajaran, teknologi cetak cenderung
kurang efektif jika dipakai dalam pembelajaran, karena hanya
memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya menerima) sehingga
siswa cenderung cepat merasa bosan dengan materi yang ada.
Teknologi audiovisual adalah merupakan cara memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan
elektronis untuk menyampaikan pesan audio dan visual. Secara khusus,
teknologi audiovisual memproyeksikan bahan, seperti gambar hidup,
pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar.
Contoh dari teknologi audiovisual seperti film, televisi, VCD Player
maupun DVD Player.
Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi audiovisual
secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan
oleh pengembang. Penggunaan teknologi audiovisual dalam proses
pembelajaran, cenderung berpusat pada guru, sehingga kurang
memperhatikan interaksi siswa dengan media atau sumber belajar yang
telah dirancang.
Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi
dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang
bersumber pada mikroprosesor. Bentuk-bentuk aplikasi dalam teknologi
36
diberikan; latihan dan perulangan, untuk membantu pembelajar
mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari
sebelumnya; permainan dan simulasi, untuk memberi kesempatan
menggunakan pengetahuan yang baru baru dipelajari dan sumber data
yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data
yang banyak menggunakan tata cara pengaksesan data yang ditentukan
secara eksternal.
Penggunaan teknologi berbasis komputer dapat digunakan sesuai
dengan keinginan pebelajar yang didalamnya dapat diungkapkan
gagasan-gagasan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol,
maupun grafis. Kegiatan belajar dengan teknologi ini berpusat pada
siswa dengan tingkat interaktivitas yang tinggi.
Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang
dikendalikan komputer. Perpaduan teknologi dalam teknologi ini
merupakan perpaduan yang rumit, dan juga berkemampuan sangat tinggi
untuk pembelajaran dengan melibatkan perpaduan beberapa jenis media
dibawah kendali sebuah komputer.
Teknologi terpadu dapat digunakan sesuai dengan keinginan
siswa, gagasan-gagasam disampaikan secara realistik dalam konteks
pengalaman belajar. Penggunaan teknologi terpadu dalam proses
37
teknologi ini mengintegrasikan kata-kata maupun visual dari berbagai
sumber media.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
penggunaan media yang tepat untuk proses pembelajaran sesuai dengan
perkembangan teknologi di jaman ini adalah dengan teknologi terpadu.
Teknologi terpadu merupakan pemanfaatan media komputer sebagai
sarana untuk mengintegrasikan berbagai macam unsur-unsur media
dalam pembelajaran seperti teks, audio, visual, maupun audiovisual
sangat cocok untuk proses pembelajaran. Siswa akan menjadi termotivasi
dan lebih terangsang untuk berinteraksi dengan sumber belajar karena
pembelajaran menjadi menyenangkan, efektif dan efisien.
5. Multimedia Pembelajaran
a. Pengertian Multimedia Pembelajaran
Menurut Barker dan Tucker, menyatakan bahwa pada tahun 60- an,
multimedia pembelajaran dalam taksonomi teknologi pendidikan
diartikan sebagai gabungan atau kumpulan dari berbagai peralatan
multimedia yang digunakan untuk presentasi. Pada tahun 90-an,
konsep multimedia berkembang menjadi suatu pengintegrasian lebih
dari satu media, teks, grafik, suara, video, animasi, dimana siswa dapat
mengendalikan penyampaian dari elemen-elemen multimedia yang
38
Robin dan Linda mendefinisikan multimedia sebagai alat yang
dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video.
Definisi yang lebih mendalam disampaikan oleh Hofstetter yang
mengartikan multimedia sebagai pemanfaatan komputer untuk
membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak
(video dan animasi) dengan menggabungkan link tool yang
memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi
dan berkomunikasi (M.Suyanto, 2005: 20-21).
. Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 97) Pembelajaran berbasis
komputer merupakan program pembelajaran dengan menggunakan
software komputer (CD pembelajaran) berupa program komputer yang
berisi tentang muatan pembelajaran meliputi: judul, tujuan, materi
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Molenda, Heinich, and Russel (1966: 226)
yang menyatakan bahwa:
computer system can delivery instruction by allowing them to interact with the lesson programed into the system; this is refered to computer based instruction: Sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual dan langsung kepada siswa dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer, inilah yang disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.
Melalui sistem komputer pembelajaran menjadi bersifat interaktif
karena adanya interaksi antara siswa dengan multimedia interaktif. Hal
39
keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan materi pelajaran dengan
menggunakan komputer terutama dalam pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan.
Menurut Dina Indriana (2011: 116), CD Multimedia
pembelajaran Interaktif merupakan media pengajaran dan pembelajaran
yang sangat menarik dan paling praktis penyajiannya dengan
memanfaatkan komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini
bersifat interaktif, yang dapat menerima respon balik dari anak didik
sehingga mereka secara langsung belajar dan memahami materi
pengajaran yang telah disediakan. Dengan cara yang demikian, media
pembelajaran ini akan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Media ini bersifat interaktif berbentuk multimedia yang memiliki unsur
unsur media secara lengkap, seperti sound, animasi, video, teks, dan
grafis. Sehingga, media ini dinamakan CD Multimedia interaktif”.
Berdasarakan beberapa uraian di atas, pembelajaran dengan
multimedia pembelajaran berbasis komputer adalah suatu pembelajaran
yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional seperti biasanya. Multimedia pembelajaran merupakan
suatu program yang menggabungkan unsur suara, animasi, video, teks
dan grafis yang dihubungkan seracara terkait. Penggunaan beberapa
unsur ini didukung dengan penyusunan materi secara terorganisir dan
urut. Proses pembelajaran dengan multimedia juga melatih siswa untuk
40
saat pembelajaran dengan multimedia ini. Penggunaan multimedia
pembelajaran yang menarik dan praktis ini diharapkan bisa memotivasi
siswa dalam belajar secara mandiri.
b. Model-Model Multimedia Pembelajaran
Deni Darmawan (2012: 59-66) menyatakan bahwa ada empat
model multimedia interaktif, yaitu model drills, model tutorial, model
simulasi, dan model games.
1) Model Drills
Model ini pada dasarnya memberikan pengalaman
belajar yang lebih konkret dengan penyediaan soal-soal yang
berujuan untuk menguji penampilan siswa melalui kecepatan
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Tahapan materi model drills yaitu sebagai berikut. a) Program penyajian masalah dalam bentuk soal b) Siswa mengerjakan soal-soal latihan
c) Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik
d) Apablia hasil latihan siswa sudah memenuhi kriteria, maka akan berlanjut ke materi selanjutnya, namun jika belum aka nada fasilitas remidi yang dapat diberikan secara parsial maupun keseluruhan (Deni Darmawan, 2012: 61-62).
2) Model Tutorial
Model ini memberikan pengalaman belajar dengan cara