• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN BAYAT KLATEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN BAYAT KLATEN."

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN

POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN

BAYAT KLATEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Guntur Dwi Prasetya NIM 12105241033

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Wawasan Nusantara Bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat, Klaten “ yang disusun oleh Guntur Dwi Prasetya, NIM 12105241033 ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Dosen Pembimbing

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, maka saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Penulis,

(4)
(5)

v

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

(7)

vii

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN

POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN

BAYAT KLATEN

Oleh : Guntur Dwi Prasetya

NIM 12105241033

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menghasilkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air pokok bahasan Wawasan Nusantara mata pelajaran PKn bagi siswa kelas V SD N 1 Jotangan. Media ini diharapkan mampu menjadi alternatif media pembelajaran dalam mata pelajaran PKn, khususnya tentang cinta tanah air.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Research and Development

dengan menggunakan modifikasi model Borg & Gall dan Dick & Carey. Langkah-langkah dalam penelitian ini ada sembilan yaitu (1) pengumpulan data awal; (2) perencanaan; (3) pengembangan; (4) uji coba awal; (5) revisi produk awal; (6) uji coba lapangan; (7) revisi produk utama; (8) uji coba operasional; (9) revisi produk akhir. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 1 Jotangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, pengamatan, dan angket. Sedangkan metode analisis data pada pengembangan multimedia pembelajaran ini menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air pokok bahasan Wawasan Nusantara ini layak. Kelayakan media dibuktikan dengan hasil uji validasi materi (85,2 %) dan uji validasi ahli media (80%). Penilaian kelayakan media juga diperkuat dengan hasil uji coba lapangan awal melibatkan 3 siswa. Hasil uji coba lapangan awal diperoleh persentase sebesar 100% sehingga memenuhi kriteria layak. Uji lapangan utama melibatkan 7 siswa diperoleh presentase 92,8%, sedangkan hasil uji coba operasional menghasilkan 97,3%. Sedangkan dalam evaluasi prestasi belajar siswa, memperoleh hasil 84%. Hasil keseluruhan penilaian uji coba Multimedia Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Pokok Bahasan Wawasan Nusantara bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan Bayat Klaten ini layak digunakan sebagai media pembelajaran.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama penulisan skripsi ini mulai dari awal sampai ahkhir, banyak sekali pihak yang membantu, hingga skripsi ini terselesaikan. Untuk itu atas segala bentuk bantuanya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah memberikan dukungan dan pengarahan.

4. Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Dr. Wuri Wuryandani, selaku ahli materi yang sudah meluangkan waktu

untuk menilai dan memberi saran dalam penilaian materi dalam multimedia pembelajaran ini.

6. Ariyawan Agung Nugroho, M.Pd, selaku ahli media yang telah memberikan masukan dan penilaian multimedia pembelajaran ini sehingga menjadi layak digunakan sebagai sumber belajar.

7. Dian Wahyuningsih, M.Pd, selaku ahli instrumen yang telah meluangkan waktu untuk menilai dan memberikan saran tentang kelayakan instrumen penelitian yang akan digunakan.

8. Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Jotangan, Nanang Sunarya, S.Pd., yang telah memberikan izin untuk penelitian.

(9)

ix

11.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Penulis,

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Pengembangan ... 8

F. Manfaat Pengembangan ... 9

G. Spesifikasi Produk ... 10

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 11

I. Definisi Operasional ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 14

1. Pembelajaran PKn di SD ... 14

a. Pengertian Pembelajaran ... 14

(11)

xi

c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD ... 18

d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara ... 20

2. Karakteristik Siswa SD ... 21

3. Pendidikan Karakter... 24

a. Pengertian Pendidikan Karakter ... 24

b. Tujuan Pendidikan Karakter... 25

c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter... 27

d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air ... 28

4. Media Pembelajaran... 31

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 31

b. Tujuan & Fungsi Media Pembelajaran... 32

c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran... 32

d. Pengggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran ... 34

5. Multimedia Pembelajaran ... 37

a. Pengertian Multimedia Pembelajaran ... 37

b. Model-Model Multimedia Pembelajaran ... 40

c. Prinsip dan Karakteristik Multimedia Pembelajaran ... 43

d. Kelebihan dan Manfaat Multimedia Pembelajaran ... 44

e. Prosedur Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 47

f. Teori Belajar yang Mendukung Pengembangan Media Pembelajaran ... 48

B. Kerangka Berpikir ... 52

C. Kedudukan Penelitian pada Bidang Garapan Teknologi Pendidikan ... 54

D. Penelitian yang Relevan ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

A. Jenis Penelitian ... 59

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 59

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

D. Subjek Uji Coba ... 72

(12)

xii

F. Langkah-Langkah Pengembangan Instrumen ... 74

G. Teknik Analisis Data ... 83

H. Kriteria Kelayakan Produk ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 86

1. Hasil Pengumpulan Data ... 86

2. Hasil Perencanaan ... 89

3. Hasil Pengembangan ... 95

4. Hasil Uji Coba Awal ... 109

5. Hasil Revisi Produk Awal ... 111

6. Hasil Uji Coba Lapangan ... 111

7. Hasil Revisi Produk Utama ... 113

8. Hasil Uji Coba Operasional ... 113

9. Hasil Revisi Produk Akhir ... 119

B. Pembahasan ... 119

C. Keterbatasan Pengembangan ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Definisi Teknologi Pendidikan, AECT 2008……….. 54

Gambar 2. Model Pengembangan Pembelajaran Dick&Carey…..……….. 61

Gambar 3. Model Pengembangan Borg&Gall………...……….. 61

Gambar 4. Flowchart……… 96

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 18

Tabel 2. Kisi-Kisi Alat Evaluasi untuk Siswa ... 64

Tabel 3. Rekap Hasil Evaluasi Siswa ... 65

Tabel 4. Kisi-Kisi Alat Evaluasi untuk Siswa ... 70

Tabel 5. Rekap Hasil Evaluasi Siswa ... 71

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Ahli Media ... 74

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Ahli Materi ... 74

Tabel 8. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Siswa ... 74

Tabel 9. Instrumen untuk Ahli Materi sebelum divalidasi ... 76

Tabel 10. Instrumen untuk Ahli Materi sesudah divalidasi ... 78

Tabel 11. Instrumen untuk Ahli Media sesudah divalidasi ... 79

Tabel 12. Instrumen untuk Siswa sebelum divalidasi ... 81

Tabel 13. Instrumen untuk Siswa sesudah divalidasi ... 82

Tabel 14. Skala Guttman ... 84

Tabel 15. Kriteria Kelayakan Produk... 85

Tabel 16. Alat Evaluasi untuk Siswa ... 93

Tabel 17. Hasil Evaluasi Kemampuan Awal Siswa ... 94

Tabel 18. Storyboard ... 97

Tabel 19. Hasil Validasi Ahli Materi ... 103

Tabel 20. Hasil Revisi dari Masukan Ahli Materi ... 105

Tabel 21. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 106

(15)

xiv

Tabel 23. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 109

Tabel 24. Hasil Uji Coba Awal ... 110

Tabel 25. Hasil Uji Coba Lapangan ... 111

Tabel 26. Hasil Uji Coba Operasional ... 113

Tabel 27. Alat Evaluasi untuk Siswa ... 115

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 130

Lampiran 2. Validasi Instrumen ... 135

Lampiran 3. Validasi Materi ... 142

Lampiran 4. Validasi Media ... 147

Lampiran 5. Uji Coba Siswa ... 154

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih belum sesuai dengan apa

yang dijelaskan dalam Undang-Undang Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yaitu tentang pendidikan yang membentuk siswa

yang cerdas, namun juga memiliki karakter. Pengembangan karakter sekarang

sangat penting untuk diutamakan dalam proses pembelajaran. Krisis moral di

Negara Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Krisis itu antara lain

berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan

anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan

mencontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan,

perampasan dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial

yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas (Zubaedi, 2011:1-2).

Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan

siswa mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga siswa

berperilaku sebagai insan kamil (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2011:

8). Lickona (Muslich Masnur, 2011: 75) menekankan pentingnya tiga

komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral

knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang

moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak

mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai

(18)

2

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan

(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan

karakter tidak akan efektif. Berdasarkan uraian di atas, karakter merupakan

salah satu potensi siswa yang perlu untuk dikembangkan dan diajarkan dalam

proses pembelajaran guna melandasi soft skills siswa. Karakter adalah

perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama,

kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.

Pada pendidikan dasar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke

dalam materi pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran, diantaranya

adalah PKn. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

sosial-budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006:2). Pembelajaran PKn di Sekolah

Dasar bertujuan untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap

siswa menjadi satu kesatuan yang utuh agar tumbuh kebanggaan dan rasa

cinta tanah air.

Proses pembelajaran akan berjalan lancar apabila proses penyampaian

pesan dari guru ke siswa terjalin interaksi yang aktif, sehingga proses

penyampaian pesan menjadi efektif dan mudah diterima. Penggunaan media

yang tepat menjadi salah satu faktor utama dalam menciptakan suasana

belajar yang efektif. Menurut Hamalik (1996), pemanfaatan media dalam

(19)

3

motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara

psikologis (Sukiman, 2012: 41). Oleh karena itu, penggunaan media dalam

pembelajaran akan bermanfaat bagi siswa dalam menerima pesan maupun

bagi guru dalam menyampaikan pesan sehingga tujuan belajar akan

benar-benar tercapai.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SD N 1

Jotangan diperoleh informasi tentang masih kurangnya internalisasi nilai-nilai

karakter, khususnya nilai cinta tanah air. Hal ini terlihat dari persatuan dan

kesatuan antar warga sekolah khususnya siswa masih terdapat beberapa

kesenjangan dan ketidakharmonisan. Suasana yang tercipta di lingkungan

sekolah menjadi kurang harmonis karena masih ada beberapa siswa yang

kurang menghormati antar sesama siswa. Selain itu pada saat upacara bendera

maupun peringatan hari-hari nasional, masih banyak siswa yang kurang

memaknai kegiatan tersebut. Pada saat upacara bendera, masih ada siswa

yang bercakap-cakap maupun saling bercanda pasa saat kegiatan upacara.

Di SD N 1 Jotangan sering terjadi kasus perkelahian antar siswa. Ada

anak-anak yang selalu ingin membuat onar dalam lingkungan sekolah. Ada

anak yang sering mengajak teman-temannya untuk tidak mengerjakan PR

maupun mengadu domba antar sesama teman. Hal ini menimbulkan suasana

yang kurang tentram baik dalam proses pembelajaran maupun di lingkungan

sekolah. Dalam kasus ini, siswa harus tahu pentingnya mewujudkan

ketertiban dan ketentraman di lingkungan sekitar, karena sebagai sesama

(20)

4

Beberapa kasus di atas merupakan kasus kurangnya sikap cinta tanah air yang

terjadi di lingkungan sekolah. Penanaman nilai cinta tanah air kepada siswa

adalah suatu sikap preventif guna meminimalisir semakin lunturnya sikap

cinta tanah air pada siswa. Sebagai penerus bangsa, siswa wajib menjunjung

tinggi sikap cinta tanah air guna pembangunan bangsa menuju masyarakat

yang bersatu. Sikap-sikap yang mencerminkan saling menghormati antar

sesama warga Negara harus ditunjukkan melalui sebuah keteladanan.

Sebagai warga Negara yang baik, saling menghormati antar sesama siswa

merupakan suatu perwujudan dari sikap cinta tanah air. Sebagai warga

Negara Indonesia, semua warga Negara memiliki kewajiban yang sama

dalam menjaga keutuhan NKRI, sebagai satu darah dan satu bangsa

Indonesia.

Dalam proses pembelajaran di SD N 1 Jotangan, guru sebagai sumber

belajar hanya menunjukkan dan mengajarkan teori saja. Selain itu, guru juga

kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai teori dari

pendidikan karakter tersebut, dan menyebabkan pembelajaran tentang

nilai-nilai karakter ini cukup sulit untuk dilakukan. Pelaksanaan inovasi belajar

yang baru, akan lebih memotivasi guru maupun siswa dalam proses

pembelajaran. Salah satu inovasi yang perlu digunakan adalah penggunaan

multimedia pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD

N 1 Jotangan, guru masih memiliki keterbatasan pada penggunaan media

belajar dalam mata pelajaran PKn. Hal ini terjadi karena kurang

(21)

5

pembelajaran menjadi kurang variatif dan siswa kurang memahami apa yang

diajarkan oleh guru. Ketika siswa diberikan contoh multimedia pembelajaran

secara langsung, siswa terlihat tertarik dengan media pembelajaran tersebut.

Siswa terlihat sangat antusias untuk belajar dengan multimedia pembelajaran.

Oleh karena itu pengembangan multimedia pembelajaran dinilai cukup tepat

untuk dikembangkan di SD N 1 Jotangan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dengan pengembangan

multimedia pembelajaran diharapkan siswa akan lebih senang dan termotivasi

dalam belajar, sehingga hal ini akan mendukung dalam proses internalisasi

nilai karakter. Siswa kelas 5 SD tergolong pada tahap masa kanak-kanak

akhir. Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian,

meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat

digambarkan atau pernah dialami (Rita Eka Izzaty, 2008: 116). Penggunaan

multimedia pembelajaran dapat menampilkan sifat-sifat keteladanan secara

langsung dalam kehidupan sehari-hari melalui visualisasi dalam multimedia.

Oleh karena itu, dengan menggunakan multimedia siswa akan dapat

terangsang untuk berfikir secara konkret karena diberikan stimulus berupa

gambaran kejadian ataupun objek-objek yang konkret.

Program Pembelajaran Interaktif berbasis komputer memiliki nilai

lebih, dibanding bahan pembelajaran tercetak biasa. Nilai lebih dari

multimedia pembelajaran ini dapat diimplementasikan dalam pengembangan

moral knowing, moral feeling dan moral action bagi siswa. Bentuk

(22)

6

atau peristiwa yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter yang dipelajari.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dengan menggunakan multimedia

pemahaman tentang materi apa yang disampaikan dalam multimedia dapat

terimplementasikan sesuai dengan apa yang dipelajari siswa. Selanjutnya,

pemahaman tentang konsep moral yang diajarkan dapat mudah tercerna oleh

siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti mencoba

melaksanakan penelitian dengan judul “Pengembangan Multimedia

Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Mata Pelajaran PKn

Pokok Bahasan Wawasan Nusantara Bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan,

Bayat, Klaten.”

Definisi teknologi pembelajaran menurut AECT (Association for

Educational Comunications and Technology) sebagai berikut , Instructional

Technology is the thory and practice of design, development, utilization,

management, and evalua stion of process and resources for learning (Seels &

Richey, 1994:10). Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dari

perancangan, pengembangan, pemanfaatan, manajemen dan evaluasi pada

proses dan sumber untuk belajar.

Menurut Seels & Richey (1994: 38), kawasan pengembangan

merupakan proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.

Ada 4 cakupan utama dalam kawasan pengembangan, meliputi

pengembangan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbasis

(23)

7

Sedangkan menurut AECT 2008 dalam Januszewski dan Molenda

(2008: 1), mendefinisikan, “Educational Technology is the study an d ethical

practice of facilitating learning and improving performance by creating,

using, and managing appropriate technological process and resources”.

Definisi tersebut menyatakan bahwa teknologi Pembelajaran adalah

studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan

kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber

daya teknologi.

Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini termasuk ke dalam ranah

pengembangan dan masuk kedalam cakupan teknologi multimedia. Penelitian

ini juga termasuk dalam studi dan praktek dalam memfasilitasi pembelajaran

melalui sumber daya teknologi.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari uraian latar belakang

masalah antara lain.

1. Kurangnya sikap cinta tanah air pada siswa kelas V di SD N 1 Jotangan.

2. Siswa belum mengerti pentingnya kesatuan antar sesama warga Negara.

Kepedulian siswa antar sesama teman maupun antar warga sekolah masih

kurang.

3. Guru kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai

pendidikan karakter dan pembelajaran tentang nilai-nilai karakter cukup

(24)

8

4. Guru masih memiliki keterbatasan pada penggunaan media belajar dalam

mata pelajaran PKn, karena kurang dikembangkannya media belajar

dalam mata pelajaran tersebut.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada pengembangan Multimedia

Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air mata pelajaran PKn pokok

bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas lima di SD N 1 Jotangan.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah

yang diteliti adalah : “Bagaimana menghasilkan multimedia pembelajaran

pendidikan karakter cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan

Wawasan Nusantara yang layak bagi siswa kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat,

Klaten ?.”

E. Tujuan Pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran

pendidikan karakter cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan

Wawasan Nusantara yang layak bagi siswa Kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat,

(25)

9

F. Manfaat Pengembangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini menambah informasi empirik terkait

dengan pengembangan multimedia bagi pendidikan nilai karakter cinta

tanah air untuk siswa SD.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh selama kuliah, serta menambah pengetahuan

dan wawasan tentang pengembangan multimedia pembelajaran bagi

pendidikan karakter cinta tanah air di SD.

b. Bagi Siswa SD N 1 Jotangan

Manfaat bagi siswa dari pengembangan multimedia pembelajaran ini

adalah sebagai berikut.

1) Mendorong siswa untuk lebih memahami arti rasa cinta tanah air

dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran maupun

dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2) Meningkatkan daya tarik siswa dalam belajar, dan juga

(26)

10 c. Bagi Guru

Multimedia pembelajaran tentang rasa cinta tanah air dapat

menjadi salah satu alternatif media pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan dalam menginternalisasi nilai karakter cinta tanah air

dan perubahan sikap siswa dalam lingkungan sekolah maupun di

luar sekolah.

G. Spesifikasi Produk

Produk penelitian pengembangan ini dirancang dengan memiliki

spesifikasi sebagai berikut :

1. Berbentuk multimedia pembelajaran PKn tentang Wawasan Nusantara

yang dikembangkan untuk siswa tingkat SD kelas V.

2. Multimedia pembelajaran PKn tentang Wawasan Nusantara ini dikemas

dalam bentuk Digital Versatile Disc(DVD).

3. Format yang digunakan dalam multimedia pembelajaran PKn ini dalam

bentuk file exe.

4. Pengembangan multimedia pembelajaran PKn dikembangkan dalam

bentuk multimedia berbasis komputer yang merupakan penggabungan

teks, gambar dan audio, sehingga melalui multimedia pembelajaran ini

memudahkan pengguna dalam memahami materi.

5. Produk pengembangan ini memungkinkan siswa untuk lebih mudah

dalam belajar, karena disertai : a) Petunjuk Penggunaan, b) Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) dan Tujuan, c) Materi dalam

(27)

11

Negara kesatuan, pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

d) Latihan dan soal evaluasi.

6. Multimedia pembelajaran PKn dikembangkan dengan software Adobe

Flash Profesional CS6, Adobe Audition dan Format Factory.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi pengembangan multimedia pembelajaran pendidikan karakter

cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan Wawasan Nusantara bagi

siswa kelas V SD N 1 Jotangan didasarkan pada hal-hal sebagai berikut.

1. Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia

dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,

sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan

kemampuan-kemampuan yang lain.

2. Belajar akan lebih efektif jika menggunakan media, karena menjadikan

proses pembelajaran menjadi lebih variatif dan juga memberikan

motivasi kepada siswa agar lebih berminat dalam belajar.

3. Multimedia pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan

rangsangan belajar secara jelas karena didukung dengan berbagai unsur

seperti teks, gambar, audio, video maupun animasi yang dihubungkan

saling terkait sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa dan

(28)

12

4. Meskipun belum semua siswa sekolah dasar kelas V mampu

mengoperasikan komputer, namun sebagian telah mampu

mengoperasikan komputer, sehingga dapat memanfaatkan komputer

untuk belajar secara mandiri.

5. Guru kelas V mampu mengoperasikan komputer, menyesuaikan waktu

belajar yang ada dan melihat kembali tujuan belajar yang disesuaikan

dengan penggunaan multimedia. Dengan demikian penggunaan

multimedia dapat membantu siswa dalam pencapaian tujuan belajar.

6. Terdapat sarana prasarana komputer yang mendukung pemanfaatan

multimedia pembelajaran, sehingga guru dan siswa mampu

memanfaatkan multimedia dengan sarana prasarana tersebut dalam

proses pembelajaran

Pengembangan multimedia pembelajaran ini juga memiliki

keterbatasan, yaitu keterbatasan alat dalam produksi multimedia, sehingga

produk yang dikembangkan belum bisa optimal.

I. Definisi Operasional

1. Multimedia Pembelajaran

Multimedia pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah multimedia pembelajaran berbasis komputer dan dikembangkan

(29)

13 2. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Pendidikan karakter cinta tanah air merupakan suatu nilai tentang

bagaimana cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa.

3. Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Wawasan Nusantara

Pokok bahasan Wawasan Nusantara dalam mata pelajaran PKn

kelas V SD merupakan suatu materi yang berisikan tentang materi yang

mengajarakan tentang pengamalan sila persatuan Indonesia dalam

(30)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran PKn di SD

a. Pengertian Pembelajaran

Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para

ahli. Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara

sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran

berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Zainal Aqib, 2014: 66). Dimyati dan Mudjiono

(2009: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu yang

dipersiapkan oleh guru guna menarik dalam memberi informasi

kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh

guru dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan

definisi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005: 57) adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

pencapaian tujuan pembelajaran.

Dari beberapa definisi pembelajaran menurut para ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses

interaksi antara pendidik, sumber belajar/media dan siswa dalam

bertukar pengetahuan dalam suatu lingkungan belajar dengan tujuan

(31)

15

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai

pendidikan politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara

dalam kehidupan bernegara yang sesuai dengan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan

oleh bangsa dan Negara (Cholisin dalam Winarno, 2013: 6). PKn

sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar memiliki

misi untuk menanamkan nilai Pancasila dan kewarganegaraan bagi

warga negara usia muda di lingkup sekolah dasar. Di Sekolah Dasar,

PKn dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan diri berperan

sebagai warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia

(Suharno, dkk., 2006: 13).

Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

salah satu pelajaran yang menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan

maupun nilai-nilai budaya Negara Indonesia kepada siswa untuk bisa

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan

kewarganegaraan juga memberikan pendidikan moral dan budi pekerti

kepada siswa, agar nantinya mampu mempertahankan negara dari

(32)

16

b. Tujuan Pembelajaran PKn di SD

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan pembelajaran PKn di SD.

Dalam kurikulum KTSP 2006, tujuan pembelajaran PKn adalah sebagai

berikut (Suharno, dkk., 2006: 18) :

1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdsarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan tujuan PKn yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri

(1994/1995:10) adalah sebagai berikut :

1) Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu :

“Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

(33)

17

Menurut Branson (1999:7) tujuan civics education adalah

partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik

dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn

sebagai suatu mata pelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan

kogintif saja kepada siswa, namun juga memberikan dan menanamkan

nilai afektif dan psikomotorik dalam pembentukan karakter siswa.

Berkaitan dengan pokok bahasan yang dipilih dalam

pengembangan multimedia, tujuan pembelajaran PKn yang ingin dicapai

adalah memberikan pengetahuan tentang makna persatuan dan kesatuan

dalam membangun Negara Indonesia. Selain memberikan pengetahuan,

tujuan yang ingin dicapai dalam pokok bahasan wawasan nusantara

adalah untuk memberikan contoh sikap moral siswa untuk bisa

memahami dan mengimplementasikan sikap cinta tanah air, khususnya

dalam persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.

Pengembangan multimedia pembelajaran ini mengacu pada

standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn tentang

pokok bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas V Sekolah Dasar,

(34)
[image:34.595.148.518.102.339.2]

18

Tabel 1. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami pentingnya

keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI)

1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan

Republik Indonesia

1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

1.3. Menunjukkan contoh-contoh

perilaku dalam menjaga keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD

Sejalan dengan perkembangan bangsa Indonesia menuju

masyarakat madani yang ditandai dengan semakin meningkatnya laju

globalisasi maupun persaingan antar bangsa yang semakin ketat,

pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran harus mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang sedang berubah.

Proses pembangunan karakter bangsa dirasakan sangat perlu untuk

dilakukan. Karakter perlu dibangun sejak dini untuk generasi muda guna

membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi laju perkembangan

zaman.

Tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu mengembangkan

pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni

(35)

19

tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dan mendorong

partisipasi warga negara (civic participation) (Suharno, dkk., 2006: 11).

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn yaitu

religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, patuh pada

aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban

diri dan orang lain (Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012: 56).

Sebagai salah satu pembelajaran yang menekankan pada pengembangan

nilai karakter, strategi dan model pembelajaran yang tepat menjadi faktor

utama tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut

Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo (2012, 63), agar pendidikan

karakter dapat teringat dan terinspirasi selalu dalam kehidupan siswa

(long term memory), mapel ini harus disajikan dengan contoh yang ada

sangkut pautnya dengan kehidupan siswa. Penyajian pendidikan karakter

yang banyak bersentuhan dengan persoalan yang menukik dengan

keseharian siswa akan menjadikan siswa tidak hanya sekadar mengikuti

kegiatan belajar mengajar tersebut, tetapi juga karena mereka merasa

butuh.

Penyajian materi pembelajaran dengan menghubungkan materi

dengan contoh perilaku kehidupan sehari-hari akan menjadi lebih

bermakna dan kontekstual. Oleh karena itu, dengan penyajian materi

secara kontekstual menjadi suatu pilihan yang tepat dalam menyajikan

materi dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam materi

(36)

20

d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang mencakup

kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan pertahanan keamanan harus

tercermin dalam pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa

mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan (S. Sumarsono, dkk.,

2001: 81).

Sebagai wawasan nasional, wawasan nusantara mempunyai

tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan ke dalam adalah untuk mewujudkan

persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa

Indonesia. Aspek tersebut meliputi bidang politik, ekonomi, sosial

budaya, dan hankam. Sedangkan tujuan ke luar adalah agar mampu

mengadakan kerjasama dalam forum internasional dalam upaya

mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di dunia. Secara umum,

wawasan nusantara merupakan bentuk nyata pengamalan Pancasila,

khususnya sila Persatuan Indonesia (Tijan,dkk., 2007: 11).

Dalam S. Sumarsono, dkk., (2001: 81). Wawasan Nusantara

sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang

diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan

dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan

tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi

(37)

21

Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan

dalam penelitian ini, wawasan nusantara dalam tingkat sekolah dasar

merupakan materi yang mempelajari pentingnya keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2. Karakteristik Siswa SD

Siswa SD kelas V berkisar pada usia 11-12 tahun pada masa ini

disebut dengan masa kanak-kanak akhir. Anak dengan usia 11-12 tahun

tergolong dalam masa kanak-kanak akhir fase masa kelas-kelas tinggi

Sekolah Dasar. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) ciri-ciri khas

anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah dasar adalah :

a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajaranya di sekolah

e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup

untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Menurut Piaget dalam Izzaty (2008: 105), masa kanak-kanak

akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berfikir (usia 7-12

tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan

konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.

Berdasarkan uraian di atas, anak dengan umur 11-12 tahun

termasuk kedalam masa kanak-kanak akhir dimana dalam tahap

(38)

22

ingin tahu dan ingin belajar secara realistis. Dalam pembelajaran,

penggunaan media pembelajaran yang bersifat konkret akan sangat

membantu proses belajar siswa. Oleh karena itu, dengan menggunakan

media pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu terpacu untuk bisa

memahami materi dengan stimulus yang diberikan dalam media

pembelajaran yang berupa visualisasi materi agar mudah dipahami.

Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst

(Monks, 2006: 23-24) yaitu sebagai berikut: (1) memiliki ketangkasan

fisik yang diperlukan dalam melaksanakan permainan/olahraga; (2)

membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai pribadi yang

tumbuh dan berkembang; (3) belajar peranan sesuai jenis kelamin dan

bergaul bersama teman sebaya; (4) belajar membentuk sikap-sikap

terhadap kelompok dan lembaga; (5) mengembangkan nurani, moralitas

dan skala nilai; dan (6) belajar membaca, menulis, berhitus, serta belajar

pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari.

Dalam tugas perkembangannya, perkembangan sosial anak usia

sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial (Monks, 2006:

183). Selain itu, menurut Piaget (Allen dan Marotz, 2010: 159) dalam

masa akhir kanak-kanak tersebut anak menjadi tidak bergantung pada

orang tuanya karena hubungan pertemanan semakin meluas. Rita Eka

Izzaty (2008: 114) menyatakan bahwa pemahaman tentang diri dan

perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai

(39)

23

perkembangan sosial masa kanak-kanak akhir dapat dilihat dari kegiatan

bermain dan hubungan teman sebaya.

Dari paparan mengenai perkembangan sosial anak menurut

beberapa ahli di atas, dapat diketahui pada tahapan ini perkembangan

sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau kelompok bermain

mereka. Berkaitan dengan penelitian ini, internalisasi nilai karakter dapat

dimulai dengan memberikan contoh sikap-sikap dalam konteks

lingkungan bermain siswa. Selain itu, perkembangan sosial anak akan

mejadi lebih optimal dan menyesuaikan diri dengan kelompok teman

sebayanya dan juga masyarakat sekitar.

Tahap perkembangan emosi (psikososial) pada usia sekolah

menurut Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-223)

mencakup perkembangan anak sekitar usia 6 tahun sampai kira-kira 12

atau 13 tahun. Pada tahap ini bagi anak-anak usia sekolah, harapan

mereka untuk mengetahui sesuatu akan bertambah kuat dan terikat erat

dengan perjuangan dasar untuk mencapai kompetensi. Dalam

perkembangan yang normal anak-anak berjuang secara produktif untuk

bisa belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan. Tahap keempat

ini meliputi produktivitas versus Inferioritas (kemampuan menghasilkan

versus rasa tidak berguna). Pada masa sekolah (school age) ditandai

adanya kecenderungan industry-inferiority. Sebagai kelanjutan dari

perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif

(40)

24

Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya

sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan

kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi

kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini

dapat menyebabkan anak merasa dirinya tidak berguna, tidak bisa

berbuat apa-apa. Tahap ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang

terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 atau 13 tahun.

Berkaitan dengan perkembangan emosi siswa pada tahap masa

kanak-kanak akhir, siswa sangat aktif dalam mempelajari apa saja yang

ada di lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, penyusunan materi

pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa akan

membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

3. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan

potensi pada diri setiap siswa kesadaran sebagai warga bangsa yang

bermartabat, merdeka dan berdaulat dan berkemauan untuk menjaga dan

mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan tersebut (Darmiyati

Zuchdi, 2011: 159).

Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us of all

(41)

25

kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk

membantu pengembangan karakter dengan optimal) (Zubaedi, 2011: 14).

Selanjutnya, Williams & Schnaps dalam Zubaedi (2011: 15)

mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Any deliberate approach by

which school personnel, often in conjunction with parents and

community members, help children and youth become caring, principled

and responsible”. Artinya, pendidikan karakter merupakan berbagai cara

yang dilakukan oleh para warga sekolah dan dilakukan bersama-sama

dengan orang tua maupun warga masyarakat untuk membantu anak

melatih sifat kepedulian, berpendirian dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan karakter merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh

berbagai elemen warga Negara untuk mengembangkan sifat-sifat

kepedulian, berpendirian maupun bertanggung jawab untuk

mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara sebagai warga

Negara yang bermartabat.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Doni Kesuma dalam Novan Ardy Wiyani (2007: 70-72),

secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah

adalah sebagai berikut.

1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

(42)

26

3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama.

Sedangkan menurut Said Hamid Hasan dalam Zubaedi (2011:

18), pendidikan karakter secara perinci memiliki lima tujuan. Pertama,

mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan

warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua,

mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.

Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa

sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan

siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan

kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah

sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

kekuatan (dignity).

Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan karakter dalam

penelitian ini adalah memberikan pengetahuan siswa tentang pentingnya

nilai-nilai karakter, khususnya nilai karakter cinta tanah air. Selain

memberikan pengetahuan tentang nilai karakter cinta tanah air,

diharapkan siswa akan termotivasi untuk merasakan dan

mengaplikasikan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari sebagai

(43)

27

c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter terdiri dari beberapa jenis, diantaranya yaitu:

Pertama, pendidikan karakter berdasarkan nilai religious, jenis

pendidikan ini merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral).

Kedua, pendidikan karakter berdasar nilai budaya, antara lain yang

berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh

sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan). Ketiga,

pendidikan karakter berdasar potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses

kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis). Pendidikan

karakter berdasarkan potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan

dengan segala upaya sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik

agar mampu mengatasi diri serta mampu mengembangkan segala potensi

yang dimilikinya (Yahya Khan, 2010: 2).

Menurut Lickona (Ajat Sudrajat, 2011: 49) ada tujuh alasan

mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan. Ketujuh alasan yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian baik dalam kehidupannya.

2) Cara meningkatkan prestasi akademik.

3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya sendiri di tempat lain.

4) Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat beragam.

5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah.

(44)

28

7) Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban.

Menurut Kemdiknas (2010: 33-39), nilai-nilai pendidikan

karakter yang dikembangkan di Sekolah Dasar diantaranya :

1) Religius 2) Jujur 3) Toleransi 4) Disiplin 5) Kerja keras 6) Kreatif 7) Mandiri 8) Demokratis 9) Rasa ingin tahu 10)Semangat kebangsaan 11)Cinta tanah air

12)Menghargai prestasi 13)Bersahabat / komunikatif 14)Cinta damai

15)Gemar membaca 16)Peduli sosial 17)Peduli lingkungan

Berdasarkan uraian di atas, nilai karakter yang dipilih dalam

penelitian ini adalah nilai cinta tanah air yang mengajarkan tentang cara

berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,

dan perhargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi dan politik bangsa.

d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Menurut Malik Fajar dalam Zubaedi (2011: 277), PKn memiliki

peranan penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan,

watak dan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggung

(45)

29

dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta

model-model pembelajaran yang efektif, dengan memerhatikan empat

hal. Pertama, PKn perlu mengembangkan kemampuan dasar terkait

dengan kemampuan intelektual, sosial (berpikir, bersikap, bertindak,

serta berpartisipasi dalam hidup masyarakat). Kedua, PKn perlu

mengembangkan daya nalar (state of mind) siswa/siswa pengembangan

kecerdasan (civic intelligence), tanggung jawab (civic responsibility), dan

partisipasi (civic participation) warga Negara sebagai landasan

pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, PKn perlu

mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif dan

partisipatif dengan menekankan pada pelatihan dan penggunaan logika

dan penalaran. Keempat, kelas PKn sebagia laboratorium demokrasi

bukan sekedar membutuhkan pemahaman, sikap, dan perilaku

demokratis melalui mengajar demokrasi (teaching democracy), tetapi

memerlukan model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara

hidup berdemokrasi.

Cogan dalam Darmiyati Zuchdi (2011: 358) mengartikan

pendidikan kewarganegaraan berperan penting sebagai penyiapan

generasi muda (siswa) untuk menjadi warga Negara yang memiliki

identitas dan kebanggaan nasional, serta memiliki pengetahuan dan

kecakapan serta nilai-nilai yang diperlukan untuk menjalankan hak-hak

(46)

30

Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan kewarganegaraan

mempunyai peran penting dalam pembangunan moral dan karakter

bangsa dengan menanamkan nilai-nilai penting dalam pengetahuan, rasa

dan perilaku yang berbudaya sesuai dengan identitas dan kebudayaan

bangsa untuk mengembangkan rasa cinta tanah air.

Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan,

pemilihan pokok bahasan wawasan nusantara di Sekolah Dasar menjadi

materi yang digunakan sebagai penginternalisasian nilai karakter cinta

tanah air. Pokok bahasan wawasan nusantara bertunjuan untuk

menanamkan rasa persatuan dan kesatuan siswa. Rasa persatuan dan

kesatuan siswa perlu dikembangkan sejak dini untuk pembangunan moral

(47)

31

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar (Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6). Secara lebih khusus,

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar

Arsyad) dalam (Sukiman, 2012: 28).

AECT (Association of Education and Communication

Technology) (dalam Sukiman, 2012: 28) memberi batasan tentang media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,

didengar dan dibaca (Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6). Fleming dalam

(Sukiman, 2012: 38) menyebut media dengan istilah mediator yang

diartikan sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua

pihak dan mendamaikannya.

Asnawir mendefinisikan media sebagai sesuatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan

(48)

32

belajar pada dirinya (Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012:

105).

Dengan demikian media pembelajaran merupakan segala sesuatu

baik sarana maupun benda yang digunakan untuk mentransfer pesan dari

penyampai pesan yaitu pendidik ke penerima pesan yaitu siswa, dengan

tujuan untuk merangsang siswa dalam proses pembelajaran.

b. Tujuan dan Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu membantu

meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa dalam materi pelajaran

yang dipelajari. Berikut fungsi-fungsi dari penggunaan media

pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002: 24) :

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru

2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit)

3) Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan) 4) Semua indra dapat diaktifkan

5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

c. Jenis - Jenis Media Pembelajaran

Gagne & Briggs dalam Arsyad (2002: 4) mengemukakan bahwa

media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri dari, antara lain :

buku, tape-recorder, kaset, video kamer, video recorder, film, slide

(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berikut

ini akan diuraikan klasifikasi media pembelajaran menurut Lehsin, dkk.,

(49)

33 1) Media berbasis manusia

Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran.

2) Media berbasis cetakan

Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja/latihan, jurnal, majalah, dan lembar lepas.

3) Media berbasis visual

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara materi pelajaran dengan dunia nyata.

4) Media berbasis audio-visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Contoh media yang berbasis audio-visual adalah video, film, slide bersama tape, televise.

5) Media berbasis komputer

Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama

Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media koputer.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, multimedia yang

dikembangkan dalam penelitian ini termasuk media berbasis komputer,

dan berjenis model CAI (Computer Assisted Instruction), karena dalam

penggunaan multimedia pembelajaran ini sebagai media pendukung

(50)

34

d. Penggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran

Penggunaan dan pemilihan media pembelajaran akan sangat

berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pengembangan media

pembelajaran perlu memperhatikan beberapa faktor, seperti tujuan

pembelajaran, karakteristik siswa, minat siswa maupun faktor

lingkungan. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan

audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan

performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Asmaun

Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012: 105).

Menurut Darmawan (2012: 13), kawasan pengembangan dapat

diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak (yang

menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual,

teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu.

Secara lebih lengkap dari keempat kategori tersebut (Darmawan:

2012) dapat dijelaskan sebagai berikut:

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau

menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang

statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Dua

komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan bahan visual.

Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat

(51)

35

informasi oleh manusia, dan teori belajar. Contoh dari teknologi cetak ini

seperti, buku, poster, modul, pamflet, dan lain-lain.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, teknologi cetak cenderung

kurang efektif jika dipakai dalam pembelajaran, karena hanya

memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya menerima) sehingga

siswa cenderung cepat merasa bosan dengan materi yang ada.

Teknologi audiovisual adalah merupakan cara memproduksi dan

menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan

elektronis untuk menyampaikan pesan audio dan visual. Secara khusus,

teknologi audiovisual memproyeksikan bahan, seperti gambar hidup,

pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar.

Contoh dari teknologi audiovisual seperti film, televisi, VCD Player

maupun DVD Player.

Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi audiovisual

secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan

oleh pengembang. Penggunaan teknologi audiovisual dalam proses

pembelajaran, cenderung berpusat pada guru, sehingga kurang

memperhatikan interaksi siswa dengan media atau sumber belajar yang

telah dirancang.

Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi

dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang

bersumber pada mikroprosesor. Bentuk-bentuk aplikasi dalam teknologi

(52)

36

diberikan; latihan dan perulangan, untuk membantu pembelajar

mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari

sebelumnya; permainan dan simulasi, untuk memberi kesempatan

menggunakan pengetahuan yang baru baru dipelajari dan sumber data

yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data

yang banyak menggunakan tata cara pengaksesan data yang ditentukan

secara eksternal.

Penggunaan teknologi berbasis komputer dapat digunakan sesuai

dengan keinginan pebelajar yang didalamnya dapat diungkapkan

gagasan-gagasan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol,

maupun grafis. Kegiatan belajar dengan teknologi ini berpusat pada

siswa dengan tingkat interaktivitas yang tinggi.

Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan

menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang

dikendalikan komputer. Perpaduan teknologi dalam teknologi ini

merupakan perpaduan yang rumit, dan juga berkemampuan sangat tinggi

untuk pembelajaran dengan melibatkan perpaduan beberapa jenis media

dibawah kendali sebuah komputer.

Teknologi terpadu dapat digunakan sesuai dengan keinginan

siswa, gagasan-gagasam disampaikan secara realistik dalam konteks

pengalaman belajar. Penggunaan teknologi terpadu dalam proses

(53)

37

teknologi ini mengintegrasikan kata-kata maupun visual dari berbagai

sumber media.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan

penggunaan media yang tepat untuk proses pembelajaran sesuai dengan

perkembangan teknologi di jaman ini adalah dengan teknologi terpadu.

Teknologi terpadu merupakan pemanfaatan media komputer sebagai

sarana untuk mengintegrasikan berbagai macam unsur-unsur media

dalam pembelajaran seperti teks, audio, visual, maupun audiovisual

sangat cocok untuk proses pembelajaran. Siswa akan menjadi termotivasi

dan lebih terangsang untuk berinteraksi dengan sumber belajar karena

pembelajaran menjadi menyenangkan, efektif dan efisien.

5. Multimedia Pembelajaran

a. Pengertian Multimedia Pembelajaran

Menurut Barker dan Tucker, menyatakan bahwa pada tahun 60- an,

multimedia pembelajaran dalam taksonomi teknologi pendidikan

diartikan sebagai gabungan atau kumpulan dari berbagai peralatan

multimedia yang digunakan untuk presentasi. Pada tahun 90-an,

konsep multimedia berkembang menjadi suatu pengintegrasian lebih

dari satu media, teks, grafik, suara, video, animasi, dimana siswa dapat

mengendalikan penyampaian dari elemen-elemen multimedia yang

(54)

38

Robin dan Linda mendefinisikan multimedia sebagai alat yang

dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang

mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video.

Definisi yang lebih mendalam disampaikan oleh Hofstetter yang

mengartikan multimedia sebagai pemanfaatan komputer untuk

membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak

(video dan animasi) dengan menggabungkan link tool yang

memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi

dan berkomunikasi (M.Suyanto, 2005: 20-21).

. Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 97) Pembelajaran berbasis

komputer merupakan program pembelajaran dengan menggunakan

software komputer (CD pembelajaran) berupa program komputer yang

berisi tentang muatan pembelajaran meliputi: judul, tujuan, materi

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan

apa yang dikemukakan oleh Molenda, Heinich, and Russel (1966: 226)

yang menyatakan bahwa:

computer system can delivery instruction by allowing them to interact with the lesson programed into the system; this is refered to computer based instruction: Sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual dan langsung kepada siswa dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer, inilah yang disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.

Melalui sistem komputer pembelajaran menjadi bersifat interaktif

karena adanya interaksi antara siswa dengan multimedia interaktif. Hal

(55)

39

keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan materi pelajaran dengan

menggunakan komputer terutama dalam pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan.

Menurut Dina Indriana (2011: 116), CD Multimedia

pembelajaran Interaktif merupakan media pengajaran dan pembelajaran

yang sangat menarik dan paling praktis penyajiannya dengan

memanfaatkan komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini

bersifat interaktif, yang dapat menerima respon balik dari anak didik

sehingga mereka secara langsung belajar dan memahami materi

pengajaran yang telah disediakan. Dengan cara yang demikian, media

pembelajaran ini akan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

Media ini bersifat interaktif berbentuk multimedia yang memiliki unsur

unsur media secara lengkap, seperti sound, animasi, video, teks, dan

grafis. Sehingga, media ini dinamakan CD Multimedia interaktif”.

Berdasarakan beberapa uraian di atas, pembelajaran dengan

multimedia pembelajaran berbasis komputer adalah suatu pembelajaran

yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional seperti biasanya. Multimedia pembelajaran merupakan

suatu program yang menggabungkan unsur suara, animasi, video, teks

dan grafis yang dihubungkan seracara terkait. Penggunaan beberapa

unsur ini didukung dengan penyusunan materi secara terorganisir dan

urut. Proses pembelajaran dengan multimedia juga melatih siswa untuk

(56)

40

saat pembelajaran dengan multimedia ini. Penggunaan multimedia

pembelajaran yang menarik dan praktis ini diharapkan bisa memotivasi

siswa dalam belajar secara mandiri.

b. Model-Model Multimedia Pembelajaran

Deni Darmawan (2012: 59-66) menyatakan bahwa ada empat

model multimedia interaktif, yaitu model drills, model tutorial, model

simulasi, dan model games.

1) Model Drills

Model ini pada dasarnya memberikan pengalaman

belajar yang lebih konkret dengan penyediaan soal-soal yang

berujuan untuk menguji penampilan siswa melalui kecepatan

menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Tahapan materi model drills yaitu sebagai berikut. a) Program penyajian masalah dalam bentuk soal b) Siswa mengerjakan soal-soal latihan

c) Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik

d) Apablia hasil latihan siswa sudah memenuhi kriteria, maka akan berlanjut ke materi selanjutnya, namun jika belum aka nada fasilitas remidi yang dapat diberikan secara parsial maupun keseluruhan (Deni Darmawan, 2012: 61-62).

2) Model Tutorial

Model ini memberikan pengalaman belajar dengan cara

Gambar

Tabel 1. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 1. Definisi Teknologi Pendidikan, AECT 2008
Gambar 2: Model Pengembangan  Pembelajaran
Tabel 2 Kisi-kisi Alat Evaluasi untuk Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

nasabah Bank BNI yang dipengaruhi oleh keterlibatan dan pengalaman nasabah pada layanan internet banking BNI dengan judul Pengaruh Customer-Brand Engagement Terhadap

Berikut ini serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan sikap anda tentang variabel- variabel dependent yaitu variabel ketidakpuasan konsumen, tingkat

K/L/D/I menyusun daftar kebutuhan dan kegiatan yang akan dilaksanakan dengan cara swakelola Penetapan Kelompok Masyarakat sebagai Tim Pelaksana Swakelola Kontrak

0DQIDDW$QGDOLPDQ0HULFD%DWDN $QGDOLPDQDGDODKEXDKWDQDPDQ\DQJ GLMDGLNDQ EXPEX PDVDN NKDV $VLD \DQJ EHUDVDO GDUL NXOLW OXDU EXDK MHQLV WXPEXKDQ DQJJRWD PDUJD =DQWKR[\OXP VXNX

Sehubungan dengan hal ini, Adolfina (Asdar, 2011: 12) memberikan batasan tentang hasil belajar, yaitu: “Hasil belajar adalah taraf kemampuan aktual yang

Manfaat etika atau mempelajari etika di situ yang paling mendasar adalah kita tahu bagaimana dan seperti apa perbuatan baik dan buruk itu, sehingga dari hal tersebut,

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu perangkat yang dapat mengeringkan pakaian kapan saja, tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses

Untuk dana Zakat, orang yang menyalurkan zakat (Muzakki) memilih akan mengeluarkan 2,5 % atau 1,5% atau 1% dari gajinya. Dan Infaq yang dibayarkan adalah sesuai dengan blangko Infaq