• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFORMASI (SJDD HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFORMASI (SJDD HUKUM"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN MANUSIA. KARYA

WARTA INFORMASI PERATURAN PERUNDANG.UNDANGAN BIDANG KETENAGAKERJAAN

NOllOR

:

20

TAHUN

:

V

TRIWULAI{

:

lY

SISTEM

JARINGAII DOKUMENTASI

DAI{

INFORMASI

(SJDD

HUKUM

PROYEK PET\TYEMPURNAAN PERATT.IRAN PERI.]hIDANGUhIDANGAAI

BIRO HI.'I'UM

DEI}ARTEMEN TET\AGA KER.'A R.I. JL. GATOTSUBROTO

KA\/.

5I

JAI(AR'TA SEI.ATAN

(2)

xfl8AilCulr

MAil'EA I|RTA

NOilOn

3

TAFTIN

:

Tf,IWULAI{

:

VAMA

INrcNMAST

PENATUNAN

PENUNDAI{GUIDAT{GAN

BrDAr{G

TETTNAGAIEqIAAI{

srstlM

JARTNGAN

DOKUMENfAST DAN

TNFORMAST

(SJDI)

HUXTTM

PRO'YBI( PEIIYETTIP|')RNAAII PERA'TUBAN PCNUI\DANGT'hDANTAFI

BIRO

lllJlruil

I'BPANTEMBN TENAGA

IGR'A

R.L

,[-

GATUT

gUBRonO

XAV.

5l

JAI(ARTA

8'EIATAN

(3)

KATA PENGANTAR

Peirerbiten

Warts

Informasi

Pcraturm

Perundang-undangan

Kaenag*crjaan (WIRATA)

nenrpdran

salah

slq

upsys pan5rcbarluasan infonnasi

hukum

dibidatg

kstcnrgakcrjarn

ddrm

rangka kegiatan Proyek Penycnpurnaan Peraturan Perundurg-undarym Kst€n4gak€rjran Tatnm

tutgglran

19611997.

Dengsn

diterbitkannye

Wirets

ini,

diharapkan

dapat

dijrdikrn

baban

fttronnasi

bagi pcfitbaca

tortang

peraturm

@

ketenagakerjaan,

baik

dalam

bentuk

abstrak maupun pcmuatannya soqua lcogkap.

Akhimys

laitik dur

srren

pembaca

kami

turrpkrn

untuk

kesempurnaan pen€rbitsn berilortnya..

Ialrart4

Muet

1997

{f

w

PIilPINATI

PROYEK

NIP.:

160

(4)

SAMBUTAN

Dalsn

rangka Siltcdr

Juirynn

Dokumentasi Dan Informasi

Huhq

kami mur5nnrbut baik penerbitan

Bullctin WIRATA

ini

sSagai

$atu

kegiatEn penyebaduasan

bfonmsi

luhrm

di

bidang

ketcnagak€tjaan

kcpada

mqraratat

pada

urumnya dan

pra

Pcjabat

dilingtungtn

Departecrcn Teoaga Kcrja scrta Departeinendepartemen/Lembaga Non Departerren lafurqta.

Dertgsn

Bu[stin

WIRATA ini

diharapkan nasyarakat pada umumnya dapat

mcngaalui

norma-nonm k€tcmg8kajaan berdrsartan pcrahrran perundang-undangan yang

HEku.

Diharapkan kehadiran

WIRATA

ini dapat menrberikan rtanfast bagi segenap perrbaca

Jakart4

Marct

1997

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

1.

Kata

Pengantar

i

2.

Kata

Sambutan...,..

ii

3.

Daftar

Isi

...

iii

4.

Daftar Katalog Subyek Peraturan

Perundang-undangan

I

5.

Abstrak PeraturanPerundang-undangan

-

Peraturan Pemerintah

No.

7l

Tahun

l99l

tentang Latihan Kerja

...

3

-

Keputusan

Direktur

Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga

Kerja

Nomor KEP-5036/BP/1994 tentang Petunjuk

Teknis

Pelaksanaan

Antar Kerja

Antar

Daerah

(AKAD)

5

-

Peraturan Pemerintah

No.

28 Tahun 1996 tentang Pengelolaan

Dan

Investasi

Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

...

6

6.

Peraturan Pemerintah

No.

7l

Tahun 1991 tentang Latihan Keda ...

....

8

7.

Keputusan Direkrur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Nomor 5036/BP/

1994 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Antar Kerja Antar Daerah

(AIGD)

...

27

8.

Peraturan Pemerintah

No.

28 Tahun 1996 tentang Pengelolaan

hn

Investasi Dana

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

...

55

9.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI.

No.Per-OI/]vIEN/I997

tentang Porgembangan

Keahlian dan Keterampilan (Skill Development Fund) Tenaga Kerja Indonesia

...

70

10.

Peraturan Menteri Tenaga

Kerja

RI.

No.

Per-02A,IEN/1997 tentang Peningkatan Biaya Persalinan, Kacamata dan Prothese Gigi Bagi Tenaga

Kerja

Peserta Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja ..

...

73

I

l.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI.

No.

Per-034{EN/1997 tentang Upah Minimum

Regional

75

12.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RL No.

Kep-064{EN/1997

tentang Peningkatan

Upah Minimum Regional Pada27 (Dua puluh tujuh) Propinsi di

Indonesia

84

(6)

Indonesia. Departemen Tenaga Kerja [Peraturan Penrndang-undangan]

Keputusan Menteri

No.

KEP-I

58A{EN/1996

tanggal,

l8

Oldob€r 1996, tentang Tim Pembina Penanggrdangm

Kcb*rntt

Pada

fuung

B€rtingkat

Tingg

Dan Sarana Pelayanan Urnum

Di

DKI

Jr&rrta.

LL.

DEPNAKER.

LAMP 3

HAL

KEPMEN.

TENAGA

KERJA

. PEMBINA. KEBAKARAN .

DKI.

DEPNAIGR

Indonesia. Departernen Tenaga Kerja [Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan Menteri

No. KEP-I

59AdEN/l 996

tanggal

l8

Oktober 1996 tentang Panitia Te'naga Kerja

Minyrk

Dan Cns Bumi.

LL.

DEPNAKER.

LAN,IP.

3

HAL.

KEPMEN.

SKB

.

MENTERI

PERTAI\,TBA}.IGA}.I DENGA}.I

MENTERI TENAGA

KERIA.

DEPNAKER,

Indonesia. Departernen Tenaga Kerja [Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan Menteri

No.

KEP- I

93A{EN/I

996

tanggal, 16 Desember 1996 tentang Penyempurnaan Kcanggotren

Lembrgt

Kerjasama

Tripartit

Daerah

TK.

I

Jawa Tengah.

LL.

DEPNAKER.

LAMP.

4

HAL.

KEPMEN.

(7)

Indonesia. Departenren Tenaga Kerja [Peraturan Perundang-undanganJ

Keputusan Menteri

No.

KEP-

I95/MEN/I

996

tanggal, 18 DeserrSer 1996, tantrng Pemutusan Hubungan Kerja

futtra

Pertamina dorgan Sdr. Nurzamen.

LL.

DEPNAIGR.

LAI\,IP.

5

HAL

KEPMEN.

TENAGA

KERIA

-

PHK

.

SDR.

NIJRZAI\{AN.

DEPNAIGR.

Indonesia. Departemen Tenaga Kerja [Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan Menteri

No.

KEP-

1974{EN/t

996

tanggal, 19 Desember 1996, tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Ketua,

Ketua

Pengganti

dan Anggota

Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara di Kendari.

LL.

DEPNAKER.

LAMP.

5

HAL.

KEPMEN.

TENAGA

KERIA.

P4D

-

ST.JLAWESI

TENGGARA.

DEPNAKER.

Indonesia. Departemen Tenaga Kerja [Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan Menteri

No.

KEP- I 98A,IEN/1996

tanggal, 19 Desember 1996, tentang Pemberhentian Dan Pengangkatan

Ketu4

Ketua

Pengganti dan Anggota Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah Propinsi Sumatera Selatan di Palembang.

LL.

DEPNAKER.

LAMP.

5

HAL.

KEPMEN.

TENAGA

KERJA - P4D

-

STJMATERA

SELATAN.

DEPNAKER.

(8)

TENAGA KER.IA .

II\TIHAN

KER.IA

l99l

PP.

NO.

71

TAHUN

IEII,

LN. TAHUN T99I

NO.

92

TLN 345t

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG LATIHAN KERJA

ABSTRAK

:

-

Sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang

No.

14 Tahun 1969 untuk

itu

dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintalr temtang Latihan Kerja. Dasar hukum Peraturan Pemerintah

ini

adalah

:

Pasal

5

ayat

(2)

ULJD

l9a5;

UU.

No.

14 Tahun 1969.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang :

a.

Latihan Kerja, Program Latihan Kerja, Metode Latihan

Kerja,

Sertifikasi Latihan

Kerja,

Sertifikasi Keterampilan, Lisensi, Akreditasi,

Etos

Kerja,

Tenaga

Kerj4

Kualifikasi

Keterampilan,

Instruktur, Latihan

Kerja, Lembaga Latihan, dan Menteri.

b.

Dasar Dan Tujuan Latihan Kerja adalah Untuk memberikan, memperoleh

dan

meningkatkan

serta

mengembangkan peng€tahuan keterampilan,

disiplin, sikap kerja dan etos kerja

bodasarkan

persyaratan jabatan

tertentu yang

pelaksanaannya

lebih

mengutamakan

praktek dari

pada teori.

c.

Standar

Latihan

Kerja

merupakan

baglan

dari

program latihan

kerja disusun mengacu pada standar kualifikasi keterampilan.

Latihan kerja digolongkan dalam 3 (tiga) bidang yaitu bidang tehnilg bidang manajerial, dan bidang kewirausahaan.

Setiap bidang latihan kerja dibagi dalam kejuruan dan sub kejuruan. Kejuruan jenjang

tingkat

latihan kerja dan klasifikasi jabatan diatur oleh Menteri.

Kelembagaan, Lembaga Latihan

Kerja baik

Pemerintah maupun Swasta

meliputi

lembaga penyelenggara, lembaga pembina, lembaga penasehat

dan lembaga uji keterampilan.

Peran serta masyarakat dilakukan dalam

bentuk

sumbangan pemikiran, penyediaan sarana, instruktur, biaya dan informasi latihan kerja.

d.

(9)

f.

Ruang

lingkup

pembinaan

latihan

kerja rnefiprti

panbinaan

program latihan keria dan pembinaan lembaga poryelenggara larihan kerja.

g.

Informasi Latihan

Keda

meliputi Informasi

tentang pembinaan latihan keda" kdembagaan latihan kerja program latihan

koja

dan hasil latihan kerja.

h.

Sanksi prdana kunrngan berdasarkan

kAentuan Pasal

l7

UU

No.

14 Tahun 1969 sedangkan pelanggaran atas PP ini yang berwanang tindakan adalah Menaker.

CATATAN

:

-

PP. ini mulai berlaku pada tanggal 28 Desember 1991.

Semua ketentuan yang mengatur latihan kerja yang ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan atau belum diganti berdasarkan PP ini.

(10)

TENAGA

KER.'A

-

AKAD

-

JUKNIS

1994

KEP. NO.5036

IBPII9II4,

LL

DEPNAKER

36

HAL.

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN

PENEMPATAN

TENAGA

KER.IA

TENTANG PETUNJUK

TEKNIS

PELI\KSANAAN

ANTAR

KER'A

AIYTAR

DAERAH (AKAD).

ABSTRAK

:

-

Bahwa

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Antar Kerja

fuitar

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Keputusan

Direktur

Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga

Kerja

No.

KEP-669/IVi/BP/89 perlu disesuaikan dengan Kepmen.

No.

KEP-,

44/MENll994,

untuk

itu

perlu

ditaapkan

dengan Keputusan Direktur

Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Keda.

Dasar hukum Keputusan

Direktur

Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja ini adalah :

Keputusan Menteri Tenaga Kerja

No.

IGP-28/IvIEN/1994;

KEPMEN. No.

44 Tahun 1994.

Dalam

Keputusan

Direktur

Jenderal Pembinaan Penonpatan Tenaga Kerja diatur tentang : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Antar

Koja

fuitar

Daerah. Petunjuk Teknis ini merupakan Pedoman Kerja

AKAD.

CACATAN

:

-

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 8 Desernber 1994.

Ketentuan-ketentuan yang belum

tercakup

dalam

Paunjuk

Teknis

ini

akan diatur dan ditetapkan kemudian.

(11)

TENAGA KERJA

-

JAMSOSTEK

-

PENGELOLAAN

t996

PP.

NO.

2t

TAHUN

1996,

LN. TAHUN

1996

NO.45

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOT,AAN

I'AN

INVf,STASI

DANA

PROGRAM JAMINAN

SOSIAL

TENAGA KERJA.

ABSTRAK

:

-

Untuk menjamin pemenuhan hak-hak peserta

progrum

Jamsostek, kekayaan Badan Penyelenggara yang berasal

dari iuran

pes€rta

perlu

dikelola

secara

terarah,

guna

mencapai

hasil yang

optimal

sehrubungan dengan

itu

perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Dasar hukum Peraturan Pemerintah ini adalah :

Pasal

5 ayat(2)

UUD

1945;

UU No.

3 Tahun 1992;PP.

No.

14 Tahun 1993; PP.

No.

36 Tahun 1995.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang :

L.

Pengertian Badan Penyelenggara, Cadangan Jaminan, Menteri.

b.

Kekayaan dan Kewajiban Badan Penyelenggara :

Dana Program Jamsostek dikelola oleh

Brdan

Penyelenggara yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan dana Program Jamsostek

oleh Badan

Penyelenggara

dilakukan

untuk

kepentingan peserta dengan mempertimbangkan perimbangan yang memadai.

c.

Kekayaan Badan Penyelenggara terdiri dari :

Investasi.

Kas dan Rekening di Bank. Piutang luran.

d.

Kewajiban Badan Penyelenggara

terdiri

dari :

Cadangan Jaminan Hari Tua.

Cadangan Jaminan Kecelakaan Kerja. Cadangan Jaminan Kematian.

Cadangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

(12)

f

Investasi Kekayaan berupa :

Deposito berjangka dan sertifikat deposito Sertifikat Bank Indonesia

(sBr)

Saham dan obligasi yang tercatat di bursa efek di Indonesia.

Unit

penyertaan reksadana.

Penyertaan langsung dan atau tanatr dengan bangunan.

g.

Penempatan kekayaan Badan Penyelenggara dalam

jenis

investasi pada satu pihak tidak boleh melebihi

lf/o

danjumlah nilai investasi sedangkan dalam

jenis

investasi deposito berjangka

dan sertifikat deposito

tidak bolett melebihi 70%.

' h.

Badan penyelenggara dilarang menempatkan kekayaan pada :

Instrumen turunan Surat berharga.

Instrumen turunan

perdagangan berjangka,

baik

untuk

komoditi maupun valuta asing.

Investasi di luar negeri.

Perusahaan asuransi dalam bentuk penyertaan langsung.

Perusahaan

milik

Direksi,

Dewan Komisaris,

atau

pembina selaku pribadi.

Perusahaan

milik keluarg4

sampai derajat kedua menurut garis lurus rneupun garis kesamping.

i.

Direksi

atau

komisaris

Badan

Penyelenggara mempunyai kewenangan

dalam

pengelolaan

kekayaan

Badan

Penyelenggara

dan

wajib melaksanakan

tugas

dan

fungsinya

untuk

kepentingan

hak

peserta Jamsostek.

j

Pembentukan cadangan Jaminan

Hari Tua

didasarkan pada akumulasi dari hak masing-masing peserta atas Jaminan

Hari

Tua.

k.

Tingkat

Solvabilitas adalah selisih antara kekayaan Badan Penyelenggara dan cadangan jaminan.

l.

Pelaporan dan pengumuman, Badan Penyelorggara

wajib

menyampaikan laporan

talunan

untuk periode yang berakhir pada

tanggd

3l

Desember kepada Menteri dan Menteri Keuangan

terdiri

dari :

Laporan Solvabilitas.

Laporan Keuangan yang diaudit.

Laporan rincian

portofolio

investasi dan perubatrannya.

(13)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INIX)NESIA

NOMOR

71

TAIIUN

T99T

TENTANG

LI\TIHAN

KER.IA

Prcsiden

Republik Indonesie,

Menimbang:

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang

Nomor

14 Tahun 1969

tottang

Ketentuan-ketentuan

Pokok

Mengenai Tenaga

Kerja

dipandang

perlu

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Latihan' Kerj a;

Mengingat:

1.

Pasal

5

ayat (2) Undang-undang Dasar 1945;

2.

Undang-undang

Nomor 14 Tahun

1969 tentang

Ketentuan-ketentuan

Pokok

Mengenai Tenaga

Kerja

(Lembaran

Negara

Tahun

1969

Nomor

55,

Tambahan Lembaran Negara

Nomor

2912);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN

PEMERINTATI

REPUBLIK INDONESIA TENTANG

LATIHAN

KERIA.

BAB

I

KETENTUAN UMUM

Pasal

I

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

l.

Latihan

Kerja

adalah keseluruhan kegiatan

untuk

memboikan, menrperolelr" meningkatkan serta mengembangkan keterampilan, produktivitas,

disipliq

sikap

kerja

dan etos

kerja

pada

tingkat

keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan t€rtentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek daripada teori.

2.

Program latihan kerja adalah pernyataan tertulis yang memuat

tortang

tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan secara sistematis yang disuzun

menrrut

bidang kejuruan, jenjang dan atau

tingkat

standar latihan, metode, peserta,

instruklur,

saran4 pernbiayaa4 sertifikasi, dan lisensi kerja.

3.

Metode latihan kerja adalah cara penyajian pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta oleh instruktur dengan menggunakan sarana yang tersedia.

4.

Sertifikasi latihan

kerja

adalah suatu proses pemberian sertifikat

bagi

seseorang yang telah lulus ujian akhir latihan kerja.

(14)

5.

Sertifikasi keterampilan adalah suatu proses pemberian sertifikat rrelalui suatu pengujiur yang didasarkan pada standar kualifikasi keterampilan dan atau jabatan pekojaan yang

b"rial*.

-6.

Lisensi

adalah

zurat

keterangan

yang

diberikan

kepad4

sesoorang

yang telah

memiliki

sertifikat

keterampilan

kerja

tertentu yang

dinyatakan berhak

untuk

melakukan kegiatan

pekerjaan

dibidangnya,

yang

mengandung

resiko

bahaya

baik bagi

tenaga

kerja

yang bersangkutan maupun lingkungan.

7.

Akreditasi addah penetapan status melalui penilaian terhadap lembaga penyelenggara latihan kerja yang dilakukan melalui pgnilaian berdasarkan standar yang telah ditetapkan bagi setiap kejuruan dan jenjang atau tingkat latihan kerja.

8.

Etos kerja

addah

jiwa

dan semangat

kerja

yang didasari

oleh

cara pandang yang menilai pekerjaan sebagai pengaMian terhadap

diri

sendiri, masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa.

9.

Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik

di

dalam maupun di

luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang dengan rnenggunakan keterampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

10.

Kualifikasi

keterampilan adalah uraian keterampilan yang

baku

berdasarkan analisis suatu

jabatan

yang

harus dikuasai

oleh

seseorang

tenaga

kerja

untuk

mampu

melaksanakan tugilsnya secara efisien dan efektif.

I

l.

Instrukrur latihan kerja adalah seseorang yang memiliki kualifikasi keterampilan dan keahlian tertentu untuk memberikan latihan kerja bidang dan atau kejuruan tertentu.

12.

Lembaga

latihan

kerja

adatah

suatu badan,

organisasi,

instansi

atau

lembaga

yang menyelenggarakan

latihan kerja bagi

angkatan

kerja dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

13.

Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

BAB

II

DASAR DAN

TUJUAN

LATIIIAN Kf,RIA

Pasal

2

Latihan kerja

disusun

dan

dilaksanakan secara bertahap, berjenjang, berkesinambungan dan sistematis sepanjang

karier temga kerja

sesuai dengan perkernbangan pasar

kerj4

persyaratan jabatan dan teknologi.

Pasel

3

Latihan kerja bertujuan untuk memberikarL memperoleh dan meningkatkan serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan,

disiplin,

sikap

kerja

dan etos

kda

berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori.

BAB

III

STANDAR

LATIHAN

KERTA DAN

KUALIFII(ASI

KETERAMPILAN

KERIA

Pasal

4

(1).

Standar latihan

kerja

merupakan bagran

dari

prognm

latihan

kerja disusrn

mengacu pada standar kualifi kasi keterampilan.

(15)

(2).

Latihan kerja digolongkan

ddam 3 (tiga)

bidang, yaitu bidang

tehnib

bidang manajerial dan bidang kewirausaluen.

(3).

Saiap bidang latihan kerja dibagr ddam kejuruan dan sub kejuruan latihan.

(4).

Setiap kejuruan atau sub kejuruan latihan dapat dibagi dalam jenjang dan

tirykat

latihan

kaja

sesuai dengan kfasifi kasi jabatan.

(5).

Kejuruaa jenjang, tingkat latihan kerja dan klasifikasi jabatan s$agairnana dimakzud ayat

(3)

dan (a) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal

5

(l).

Kualifikasi keterampilan kerja dapat ditetapkan untuk setiap jenjang dan tingkat keterampilan kerja guna membina mutu keterampilan kerja sesuai dengan kebutuhan jabatan kerja.

(2).

Kualifikasi keterampilan kerja merupakan

tolok

ukur

kemampuan

kaja

bagi pengernbangan

dan

peningkatan pengetahuan, keterampilan,

disiplin

dan

etos kerja

tenaga

kerja

sesuai dengan jenjang dan tingkat persyaratan jabatan kerja.

(3). Kualifikasi

keterampilan kerja dapat digolongkan dalam

tiga

tingkat

yaitu

kelas

III,

kelas

II

dan kelas

I

dengan tetap memperhatikan perkembangan teknologi.

(a).

Kualifikasi keterampilan keda sebagaimana dimaksud dalam ayat

(3-

diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal

6

(l).

Metode larihan kerja lebih mengutamakan praktek dari pada teori.

(2).

Penyelenggaftnn latihan

kerja

dapat dilakukan

untuk

perorangan

atau kelompok,

dengan pelaksanaan

di

lembaga latihan

k"rj",

latihan

keliling,

temp.at

ketjq

permagangan

dan

di tempat lain yang memenuhi persyaratan akreditasi.

Pasel

7

(l).

Peserta

latihan

kerja

adalah masyarakat,

pencari

kerj4

calon pekerjq pekerjq

maupun pekerja yang lepas dari pekerjaannya.

(2).

Peserta latihan kerja wajib memenuhi persyaratan.

(3).

Persyaratan

peserta

dan

metode latihan

bag

peserta

penyandang

cacad

diatur

dan dilaksanakan tersendiri sesuai dengan tingkat kondisi mental dan atau fisik yang bersangkutan dalam upaya pemberian kesempatan kerja dan p--:smpatan pada jabatan kerja yang sezuai.

(16)

(4).

Persyaratan sebagairnana dimaksud

dalam

ayat

(2)

dan ayat

(3)

diatur

lebih

lanjut

oleh Menteri.

Pasal

t

(l).

Instruktur latihan kerja harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan kejuruan dan tingkat latihan kerja.

(2).

Kualifikasi Instruktur sebagaimana dimaksud dalam ayat

(l)

diatur lebih lanjut oleh Menteri.

(3). Tiap Instruktur

latihan

kerja dapat

mendirikan

dan atau

rnenjadi anggota

perserikatan instruktur latihan kerja.

Pasal

9

(l).

Penyelenggaraan latihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan syarat dan sarana latihan kerja sesuai dengan jenjang dan tingkat latihan kerja.

(2).

Syarat dan sarana latihan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat

(l)

diatur oleh Menteri.

Pasal

l0

Dana penyelenggaraan latihan

kerja

dapat bersumber

dari

Pemerintah dan atau Swasta" pes€rta latihan, atau sumber dana lainnya.

Pasal

ll

(l).

Sertifikasi Latihan

Kerja

diberikan

dalam

bentuk

Sertifikat Latihan

Kerja dan

Sertifikat Keterampilan.

(2).

Sertifikat Latihan Kerja diberikan kepada peserta melalui penilaian selama proses latihan kerja

sesuai dengan jenjang dan tingkat latihan kerja.

(3).

Sertifikat

Keterampilan

diberikan

kepada peserta

melalui

uji

keterampilan sesuai dengan klasifikasi atau tingkat jabatan.

(4)

Uji

keterampilan

dapat

diikuti oleh

para lulusan

sekolah, tamatan

latihan

kerjq

maupun tenaga

kerja

yang berpengalaman

di

bidang yang bersangkutan sesuai dengan persyaratan yang ditgtapkan oleh Menteri.

Pasal

12

(l).

Penyusunair

kualifikasi

keterampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5

serta materi

uji

keterampilan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal

1l

ayat

(4),

didasarkan

pada

Standar Kualifi kasi Keterampilan.

(17)

(2).

Standar

Kualifikasi Kcenrmpilan

disusun

untuk

setiap

jenjaqg dan

tinglot

keterampilan

sesuai dengan klasifikasi jabatan.

(3).

Standar Kualifikasi Keterampilan ditetapkan oleh Menteri.

Pesal

13

(l).

Lisensi diberikan kcpada tenaga kerja yang memiliki sertifikat keterampilan untuk jenjang dan

tingkat

keterampilan tertentu yang menyangkut jasa pelayanaq kesehatan dan keselamatan tenaga

kerj4

masyarakat dan lingkungan.

(2).

Jenis keterampilan dan jabatan yang memerlukan lisensi diatur lebih lanjut oleh Menteri.

(3).

Pemberian lisensi kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri, setelah mendengar pertimbangan dari Menteri lain atau Pimpinan

kmbaga

Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.

BAB IV

KELEMBAGAAN

Pasal

14

Lembaga latihan kerja baik Pemerintah maupun swasta meliputi lembaga penyelenggara, lembaga pembina, lembaga penasehat dan lembaga

uji

keterampilan.

Pasel

15

(1).

Lembaga penyelenggara

terdiri

dari

lembaga latihan

kerja

Pernointalr dan lembaga latihan kerja swasta.

(2).

Lembaga latihan kerja swasta

dapat

berbentuk lembaga latihan

kda

mandiri atau lembaga latihan kerja di perusahaan.

(3)

Lembaga penyelenggara berfi.rngsi menyelenggarakan latihan

kerja sewai

dengan program latihan kerja yang ditetapkan.

(a).

Tiap lembaga latihan kerja dapat mendirikan dan atau menjadi anggota perserikatan lembaga latihan kerja.

Pasel

16

(l).

Lembaga pembina

latihan

kerja

adalah Departemen

yang

bertanggung

jawab

di

bidang ketenagakerjaan.

(2).

Lembaga pembina latihan kerja berfungsi membina program dan kelembagasn latihan kerja.

(18)

Pasal

17

(l).

Lembaga penasehat latihan kerja dapat dibentuk oleh

Menteri,

yang keanggotaannya

terdiri

dari unsur Pemerintah, penyelenggara latihan kerja, pengguna hasil latihan

kerjq

ahli latihan kerja dan perhimpunan profesi kerja yang terkait.

(2).

Lembaga penasehat berfirngsi memberikan saran

dan

pertimbangan

baik

diminta

maupun tidak kepada Menteri.

Pasal lE

(l).

Lembaga

uji

keterampilan dapat dibentuk oleh Menteri yang keanggotaamya

terdiri

dari para

ahli

keterampilan

yang

bersangkutan

baik dari

unsur

Pemerintah

maupun

Swasta sesuai

dengan kebutuhan.

(2).

Lembaga

uji

keterampilan berfrrngsi menyiapkan dan melaksanakan

uji

kaerampilan.

BAB

V

PERAN SERTA

MASYARAI(AT

Pasd

19

(1).

Masyarakat

mempunyai kesempatan seluasJuasnya

untuk

berperan

serta dalam

setiap penyelenggaraan latihan

kerjq

yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok.

(2).

Peran

serta

masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam

ayat

(l),

dilakukan

dalam bentuk

sumbangan

penyediaan saran4 Instruktur, biaya dan informasi latihan kerja.

BAB VI

PEMBINAAN

Pasal

20

Ruang lingkup pembinaan latihan kerja meliputi pembinaan program latihan kerja dan pembinaan lembaga penyelenggara latihan kerja.

Pasal

2l

(l).

Pembinaan program latihan kerja ditujukan kepada terpenuhinya $ratu program latihan kerja yang telah ditetapkan.

(2).

Pembinaan,

program latihan kerja meliputi

perencanaaq

pengaturan" pangawasarg dan pengendalian, serta pengonbangan.

(19)

(3).

Perencanaan latihan

kda

dilalukan

berdasarkan kebutuhan pasar

kerjq

perkonbangan ilmu dan teknologi,

s€rts

ikan tuntutan keterpaduan dalam pelaksanaannya.

(4).

Pengaturan

latihan

kerja

dibuat

untuk

mendukung

kelarrcaran,

kejelasaq

keserasian, kemudahan, dan keselamatan brgr setiap pelaksanaan latihan

koja.

(5).

Pengawasan dan pengendalian latihan

kerja

ditujukan

bagi

kesesuaian antara perencanaan penyelenggaraan dan mutu lulusan latihan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

(6).

Pengembangan latihan

kerja

dilakukan

melalui

penyempumaan

program,

penyelenggaraan dan pengendalian yang ditujukan untuk terpenuhinya sasaran sesuai dengan kebutuhan pasar

ked4

perkembangan ilmu dan teknologi serta keterpaduan dalam pelaksanaan.

Pesal

22

(1). Pembinaan

lembaga

penyelenggara

latihan

kerja

meliputi p€rizinaq

akreditasi

dan pengawasan.

(2).

Perizinan lembaga penyelenggara latihan kerja morcakup pengaturan pemberian izin pendirian lembaga dan penyelenggaraan serta pemantauan perkembangan pelaksanaan latihan kerja.

(3).

Akreditasi lembaga penyelenggara latihan kerja mencakup penilaian lenrbaga penyelenggara latihan kerja berdasarkan standar program yang ditetapkan

untuk

penortuan status lembaga yang bersangkutan.

(4).

Pengawasan penyelenggaraan latihan kerja dilakukan terhadap pelaksanaan program latihan

kerja yang

dilakukan

oleh

lernbaga penyelenggara

baik

socara

langsrng maupun

tidak langsung.

Pesel

23

L

Setiap lembaga penyelenggara latihan kerja wajib :

a.

mematuhi

dan

memenuhi ketentuan perizinan

dan

akreditasi sebagaimana dimaksud dalam PasalZZ;

b.

menyelenggarakan

latihan

kerja

sesuai dengan

program latihan

kerja yang

telalt ditetapkan;

c.

melaksanakan evaluasi dan penilaian atas kemajuan kemampran peserta latihan secara

periodik;

d.

melaportan pelaksanaan seluruh kegiatan sebagaimana

huruf a, huruf

b,

dan

hunrf

c kepada Menteri.

2.

Ketentuan lebih

lanjut

menganai perijinarL akreditasi dan penetapan program latihan kerja lembaga penyelenggara latihan

ketj",

diatur oleh Menteri.

(20)

BAB

VII

INFORI}TASI

LATIIIAN

KERJA

Pasel

24

Untuk

menyediakan informasi latihan kerja secara lengkap, c€pat, tepat dan terus menerus dalam rangka pembinaan dan penyelenggaraan latihan kerja ditetapkan sistem informasi latihan kerja.

Pasal

25

Informasi latihan kerja

meliputi

informasi tentang pembinaan latihan kerja" kelembagaan latihan

kerj4

program latihan kerja dan hasil latihan kerja.

Pasal

26

Informasi latihan kerja bersumber dari Pemerintah dan masyarakat yang berkaitan dengan latihan kerja.

Pasal

27

Tatacara pengumpulan, pengolahan dan penyajian informasi latihan kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB

VItr

SANKSI

Pasal

2t

(l).

Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasat

23

ayat

(l)

hunrf

a

dipidana berdasarkan ketentuan Pasal 17 Undang-undang

Nomor

14 Tatrun

1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.

(2).

Menteri berwenang mengambil tindakan administratif atas pelanggaran Peraturan Pemerintah ini.

BAB

D(

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal

29

Semua ketentuan

yang

mengatur latihan

kerja yang

ada masih

tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintatr ini.

(21)

BAB

X

KETENTUAN

PENUTTTP

Prsel

30

Peraturan Pemerintah ini mulai b€rlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetatruiny4 memerintahkan penggundangan PeraturanPemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal23 Desember

l99l

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal23 Desember

l99l

MENTERVSEKRETARIS

NEGARA

REPUBLIK

INDONESIA

ttd. SOEHARTO ttd.

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATII.]N

I99I

NO.

92

(22)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAII REPUBLIK INIX)NESIA

NOMOR

7I

TAHUN

199I

TENTANG

U\TIIIAN

KERIA

L

UMUM

Pengaturan mengenai

Latihan Kerja

dalam

Peraturan Pemerintah

ini

didasarkan pada beberapa pertimbangan sSagai

berikut

:

L

Sumber daya manusia adalah salah satu

modal

dasar pembangunan nasional. Jurnlah sumber daya manusia Indonesia yang besar, merupakan kekuatan

yang

efektif

untuk mempercepat proses pembangunan menuju ke arah tercapainya tujuan nasional. Namun, hal

itu

hanrs dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia secara berdaya guna dan

tepat

guna. Dalam hubungan

ini,

pengembangan sumber daya manusia dimaksud sebagai proses transformasi potensi sumber daya manusia menjadi kekuatan efektif yang berkualitas tinggi. Diantaranya melalui pendidikan sekolalL latihan kerja, pengembangan di tempat kerja serta perbaikan gizr dan kesehatan. Keempat

jalur

pengembangan sumber daya manusia tersebut saling

terkait

dan saling menunjang satu sama

lain

sebagai satu

sistem

untuk

meningkatkan

harkat,

martabat,

mutu dan

kemampuan

sumber

daya manusia.

Dalam kaitumya

dengan ketenagakerjaan, pengembangan sumber daya manusia erat hubungannya dengan upaya mewujudkan amanat Pasal

27

ayat

(2)

Undang-undang

Dasar

1945 yang menggariskan bahwa

"Tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian".

Untuk

hidup layak harus didukung dengan penghasilan yang memadai, harus bekerja secara

produktif

d€ngan mutu dan kemampuan kerja secara

produktif,

dengan mutu dan kemampuan kerja yang

tinggi.

Oleh karenany4 Undang'undang

Nomor

14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, menegaskan perlunya pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja" yaitu melalui latihan kerja.

Latihan

kerja adalah suplemen dan sekaligus komplemen pendidikan sekolah. Sebagai

suplemen, latihan keda memberikan pengetahuan, keahlian" dan keterampilan yang tidak diberikan oleh pendidikan sekolah atau

tidak

ekonomis untuk diberikan oleh pendidikan sekolah. Sebagai komplemen, latihan kerja memberikan keterampilan sebagai tambahan

dan

kelengkapan pendidikan sekolah

untuk

memenuhi

persyaratan

kerja.

Dalam kaitannya dengan pengisian jabatan; pendidikan sekolah pada dasarnya belum merupakan terminal

akhiq

akan tetapi baru merupakan terminal antara yang

perlu

dilengkapi oleh latihan kerja. l,atihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilarl disiplin, sikap kerja dan etos

kerja

dalam rangka pemenuhan persyaratan jabatan

tertentu.

Pelaksanaan latihan

kerja lebih

mengutamakan

praktek

daripada

teori.

Dibandingkan dengan pendidikan,

2.

(23)

latihan

kerja

l€bih bersifat luwes

dan

dinamis dalam

nrengantisipasi penrbatran persyaratan jabatan.

Teknologi

akan

terus

berkembang dengan cepat.

Struktur

dan

kondisi

perekonomian Indonesia akan terus berubah, baik karena kemajuan yang telah dicapai maupun karena perubahan

teknologi dan

perekonomian

dunia yang tenrs

berkembang. Sebab

itu

persyaratan

jabatan dan

kebutuhan tenaga

kerja

terampil

dan ahli juga

akan

terus berkembang. Dengan demikian maka latihan kerja akan senantiasa merupakan kebutuhan dalam pembangunan nasional dan kehidupan bangsa Indonesia. Sernakin cepat dan luas laju pembangunan nasional semakin banyak jumlah, jenis dan

tingkat

latihan kerja yang

diperlukan.

Untuk

memenuhi perkembangan kebutuhan

latihan

kerja yang

semakin meningkat, diperlukan perhimpunan, pengembangan dan pendayagunaan sumber daya latihan kerja yang ada.

Latihan

kerja, yang lebih

mengutamakan

praktek

daripada

teori

akan

memerlukan sumber daya yang relatif besar. Oleh karenanya, sumber daya latihan kerja yang ada baik

di

sektor Pemerintah maupun swasta, perlu dikelola secara

efektif

dan efisien.

Untuk itu

perlu pengaturan, Bebarapa Undang-undang secara parsial telah mengatur pengelolaan

latihan

kerja

tersebut, misalnya

Undang-undang

Nomor

3

Tahun

l95l

tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Nomor 23

Tatun

1948

dari

Republik

Indonesia

Untuk

Seluruh

Indonesi4

Undang-undang

Nomor

3

Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing, Undang-undang

Nomor

I

Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing,

dan Undang-undang

Nomor

6

Tahun

1968 tentang Penanaman

Modal

Dalam Negeri. Namun

demikian Undang-undang

yang

mengatur pengelolaan latihan

kerja

secara menyeluruh hanya Undang-undang

Nomor

14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok

Mengenai Tenaga

Kerja,

khusrsnya

Bab

III

Pembinaan Keahlian dan Kejuruan.

Dengan demikian Peraturan Pemerintah tentang Latihan

Kerja

ini,

dimaksudkan untuk mengatur pengelolaan latihan kerja secara menyelunrh, sebagai penjabaran dari Undang-undang

Nomor

14 Tahun 1969, dengan tetap memperhatikan Undang-undang lain yang berkaitan dengan latihan kerja, misalnya Undang-undang

Nomor 2

Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

II.

PASAL

DEMI PASAL

Pasal

1

Cukup jelas

Pasal

2

Latihan kerja dilaksanakan berdasarkan klasifikasi atau tingkat jabatan pekerjaan, sesuai

dengan

sifat,

fungsi

dan

isinya dapat

disusun dalam

kelompok dan tingkat

jabatan pekerjaan. Setiap kelompok dan tingkat jabatan menuntut persyaratan atau kualifikasi

tertentu

dari

orang yang

akan melaksanakannya. Sesuai dengan persyaratan tersebut

l8

4.

5.

(24)

Pasal

4 Ayat

latihan kerja dapat disusun

untuk

sotiap tingkat jabatan atau

untuk

setiap bagian dari tingkat jabatan. Demikian

juga untuk

setiap kenaikan tingkat jabatan yang lebih tinggr dalam rangka pengembangan

karier

pegawai, dapat disusun program-program latihan

kerja

untuk

memberikan tambahan

bekal

pengetahuan,

kaerampilan dan sikap

yang

'

diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan.

Untuk

itu

latihan kerja disusun dan dilaksanakan secara bertahap, berjenjang, berkesinambungan dan socara sistematis b€rdasarkan pola latihan kerja yangjelas arah sasarannya sepanjang karier tenaga kerja.

Pesd

3

Cukup jelas.

(l)'

a.

Yang

dimaksud dengan standar

kualifikasi

keterampilan adalah sekumpulan tugas-tugas

suatu

jabatan

pekerjaan

yang baku

disusun

atau

ditetapkan berdasarkan analisis suatu tingkat jabatan tertentu, melalui proses pengkajian

sebagai berikut:

l).

Setiap jabatan pekerjaan dijabarkan dalam tugas-tugas dan setiap tugas diuraikan dalam sub-sub tugas.

2).

Setiap tugas atau sub tugas harus menghasilkan suatu luaran atau produk

baik

dalam

bentuk

barang

visual

atau

jasa (abstrak)

secara

baku

yang dapat diukur.

3).

Untuk

menghasilkan barang atau

jasa

secara

baku,

maka dalam setiap pelaksanaan tugas/sub tugas harus menggunakan sarana, peralatan, bahan

kerja dan kondisi kerja yang standar/baku.

4).

Disamping sarana, peralatan, bahan dan kondisi kerja sebagaimana

butir

3)

untuk

pelaksanaan tugaVsub tugas agar tercapai hasil atau luaran secara

standal,

maka tenaga

kerja/pelaksana

tugas harus

menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, keselamatan kerja dan etos kerja yang diperlukan. Uraian

butir

l)

sampai dengan

4) di

atas adalalr unsur-unsur kualifikasi keterampilan tenaga kerja yang harus dibakukan dalam format

SKK,

yang berlaku secara nasional atau diberlakukan

untuk

standar wilayah tertentu,

misalnya

Standar

Kualifikasi

Keterampilan

(SKK)

bagi tukang

tenun Samarind4 tukang batik gaya Yogyakarta dan sebagainya.

b.

Standar Latihan

Kerja

(SLK)

merupakan

acuan

pokok

dalam

setiap penyelenggaraan latihan

kerja

yang

berisi Kejuruan,

Sub

Kejuruan,

Tingkat Latihan, Nama Latihan Jabatan,

Nomor Kode

Jabatan yang tercantum pada buku Klasifikasi Jabatan Indonesia

(KJI),

Uraian Jabatan, Lama Larihan Kerja

Kurikulum,

Silabus,

Latihan

di

tempat

kerja

(on-the-job),

Test

Akhir

dan Sertifikasi.

SLK

disusun mengacu kepada SKK yang ditetapkan untuk masing-masing tingkat jabatan pekerjaan.

Ayat

(2)

Secara umum progftrm latihan kerja dapat diigolongkan dalam tiga bidang, yaitu :

a.

Latihan

kerja

bidang

teknik,

merupakan

program latihan

kerja yang

lebih

(25)

b..

Latihan kerja bidang manajerial, lebih banyak memberikan atau meningkatkan kemampuan olah

pikir;

dan

c.

Latihan kerja bidang kewirausahaan, meningkatkan kemampuan berwirausaha terutama di sektor informal.

Ayat

(3)

Kejuruan pokok latihan kerja meliputi antara lain :

Manajerial, Supervisory,

Otomotif, Elektronik, Listrik,

Konstruksi, Pertanian, Tata Niaga dan sebagainya.

Sub Kejuruan merupakan bagian dari kejuruan

pokok,

misalnya Kejuruan

Otomotif

dengan Sub Kejuruan :

MobilMotor

Bensin.

,MobilMotor

Diesel.

Sepeda

Motor.

Alat-alat Kendaraan Berat. dan sebagainya.

Ayat

(a)

Contoh tingkat latihan kerja untuk Kejuruan

Otomoti{

Sub Kejuruan

Mobil Motor

Bensin:

Mobil Motor

Bensin Tingkat Dasar.

Mobil Motor

Bensin Tingkat Menengah.

Mobil Motor

Bensin Tingkat Atas.

Sedang Kejuruan/Sub Kejuruan yang

tidak

dapat dibagi dalam tingkat latihan kerja, terutama jabatan-jabatan pekerjaan

di

sektor informal, misalnya tukang tenun ikat, tukang reparasi radiator mobil, pengrajin anyaman rotan, dan sebagainya.

Ayat

(s)

Cukup jelas.

Pasal

5

Ayat

(1) Cukup jelas.

Ayat

(2)

Untuk

menetapkan bahwa kualifikasi keterampilan kerja seseorang telah memenuhi persyaratan jabatan kerja

tertentu,

maka

perlu

adanya suatu sarana sebagai

tolok

ukur

yang baku. Kualifikasi keterampilan kerja dapat ditetapkan secara baku dalam tiga tingkat keterampilan, yaitu keterampilan kelas

III,

II

dan

I

atau Muda, Madya, dan Utama.

Berdasarkan

kualifikasi

keterampilan

yang

ditetapkan secara

baku

untuk

setiap jenjang atau tingkat jabatan tersebut, maka standar kualifikasi keterampilan ini dapat dijadikan sebagai

tolok ukur

dalam rangka pembinaan

mutu

keterampilan sesuai

kebutuhan

jabatan,

baik

melalui

proses

latihan

kerja yang

dilaksanakan secara

sistematis dan berlanjut maupun proses uji keterampilan dan sertifikasi.

Ayat

(3)

Sebagaimana

penjelasan

ayat

(2)

pada

dasarnya

setiap

tingkat

kualifikasi keterampilan

yaitu

kelas

III

(Muda),

kelas

II

(Madya)

dan kelas

I

(Utama) selalu

(26)

Pesal

6 Ayat

mengacu

kepada

kemampuan

kerja

tenaga

kerja

untuk

memenuhi persyaratan jabatan yang diperlukan.

Kemamp.ran yang dipersyaratkan untuk melaksanakan setiap tugas jabatan, meliputi penguasaan pengetahuan, keterampilan

dan etos

kerjanya.

Baik

pengetahuan, keterampilan maupun

etos kerja

untuk

pelaksanaan tugas

jabatan

sangat terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Untuk itu

perlu adanya upaya pembinaan kualifikasi keterampilan tenaga kerja secara sistematis dan berkesinambungan, baik melalui proses latihan kerja maupun

uji

keterampilan dan sertifikasi yang senantiasa selalu mengacu pertumbuhan

ilmu

pengetahuan dan teknologi, manajemen, industri dan informasi.

Ayat

(4) Cukup jelas.

(r)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Latihan kerja secara perorangan diberikan kepada ses€orang dengan lebih banyak memberikan keleluasaan dan kesempatan kepada peserta

untuk

melakukan

latihan-latihan

sesuai dengan

kreativitas, aktivitas,

dan

kanampuannya

sendiri

dengan bimbingan/pengawasan

instruktur.

Oleh karena

itu

latihan

kerja

secara perorangan tidak terikat dengan batas waktu tertentu, semakin kreatif

dan aktif

seseorang maka dia akan semakin cepat menyelesaikan latihan kerja.

Latihan kerja

secara

kelompok

diberikan kepada sekelompok peserta

untuk menyelesaikan suatu program latihan

kerja tertentu

dan dalam

waktu

yang telah ditetapkan sehingga seluruh peserta harus mengikuti latihan kerja pada

waktu

yang

sama dan menyelesaikan latihan kerja secara bersama pula.

Latihan kerja keliling adalah suatu penyelenggaraan latihan kerja dimana instruktur dan fasilitas latihan kerja misalnya perdatan, batran dan materi latihan kerja dengan menggunakan sarana transportasi yang bersifat mudah bergerak

untuk

mendatangi peserta/kelompok peserta atau latihan kerja di luar lembaga latihan kerja.

Latihan

kerja

di

lenrbaga

latihan kerja

adalah penyeloggaraan

latihan

yang

dilakukan

di

tempat latihan

kerja

tertentu

baik

yang

dikelola oleh

Pemerintah maupun yang dikelola oleh swasta atau perusahaan.

Latihan kerja

di

tempat latihan kerja dilakukan dengan mengutamakan

praktek

di

tempat

kerja,

di

perusahaan

atau

di

lapangan

dalam rangka

peningkatan pengetahuan, pemahaman

dan

penghayatan peserta,

serta

membiasakan peserta latihan kerja dalam kondisi kerja yang senyatanya.

Pelaksanaan

latihan kerja

di

tempat

kerja

diberikan, diawasi

dan dinilai

oleh karyawan

atau

pengawaVsupervisor

yang

ditunjuk

oleh

organisasi

kerja

dimana peserta melaksanakan praktek kerja.

Permagangan dimaksudkan

untuk

meningkatkan kemampuan

dan

keterampilan

kerja

dengan

cara

mengamati

mereka yang mampu

melakukan

kerja

serta melaksanakan

sendiri

pekerjaan dimaksud

di

bawah

pengawasan

dan

petunjuk tenaga supervisi.

(27)

Pasel

7

Ayat

(l)

Yang dimaksud masyarakat dalam Peraturan Pemerintah

ini

adalah angkatan kerja baik pencari

kerja

cdon pekerja maupun pekerja.

Pencari

kerja

adalah ten4ga

kerja

yang menganggur dan

altif

mencari pekerjaan, atau tenaga kerja yang ingin alih profesi.

Calon

pekerja

adalah mereka

yang masih dalam

proses pengangkatan menjadi

pekerj4

melalui suatu proses

pembinaan

dan

atau

penilaian

kemampuan, pengetahuan

s€rta

€tos kajanya. Melalui

proses pernbinaan

dan atau

penilaian tersebut, calon pekerja dapat diangkat atau

tidak

dapat diangkat menjadi pekerja. Pengangkatan calon pekerja menjadi pekerja dilakukan secara tertulis.

Pekerja

adalah tenaga

keda

yang bekerja

baik

dalam

hubungan

kerja

dengari merlerima upah atau pekerja mandiri.

Pekerja

yang

lepas

dari

pekerjaannya adalah tenaga

kerja

yang berhenti bekerja karena pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha atau atas permintaan sendiri atau karena pensiun.

Ayat

(2)

Persyaratan yang hanrs dipenuhi

oleh

setiap peserta

untuk

mengikuti latihan kerja

antan lain

dilakukan

dengan seleksi,

baik

seleksi

administratif dan atau

seleksi kemampuan/keterampilan yang dilakukan oleh penyelenggara latihan kerja.

Ayat

(3)

Cukup jelas.

Ayat

(4)

Cukup jelas.

Pasel

8

Ayat

(l)

Tiap Instruktur

harus

memiliki

kualifikasi

pengetahuan, keterampilan,

sikap

dan metodologi yang diperlukan

untuk

melatih peserta latihan

kerja. Contoh

:

Untuk

melatih Sub Kejuruan

Mobil

Motor

Bensin Tingkat Dasar,

Instrultur

bersangkutan minimal lulusan STM jurusan

mesiq

telah mengikuti latihan kerja

untuk

instrutlur

bidang

Otomotif

dan

menduduki

jabatan

serendabrendahnya

Asisten Instruktur

berdasarkan

Surat

Pengangkatan

atau

Surat

Keputusan

dari

Pejabat

yang berwenang.

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat

(3)

Tiap Instruktur

latihan kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan

instruktur latihan

kerja

yang

pembentukannya

dilakukan

secara

demokratis berdasarkan

peratunn

perundang-undangan mengenai pembentukan organisasi kemasyarakatan yang berlaku.

(l)

Cukup jelas.

Pasel

9 Ayat

(28)

Ayat

(2)

Cukup jelas.

Pasal

l0

Latihan kerja

bermanfaat

bukan

saja

bagi

pengusah4 akan tetapi

juga

bagr pesert4 masyarakat, dan Pemerintah. Sebab

itu

pembiayaan latihan hanrs pula menjadi tanggung jawab bersama. Sumber utama dana latihan kerja dari Pemerintah pada dasarnya adalatr Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negar4

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Perusahaan Negara dan atau Perusahaan Pemerintah Daerah. Sumber dana latihan kerja

dari

perusahaan

dapat

dikerahkan

dalam bentuk

pembiayaan

latihan

kerja

yurg

diselenggarakan sendiri dan atau kontribusi dana latihan kerja.

Dana latihan kerja dapat

juga

dikerahkan

dari

sumbangan dan atau hibah perorangan, organisasi masyarakat dan perusahaan dari dalam maupun luar negeri.

Pasal

11

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat (2\

Cukup jelas.

Ayat

(3) Cukup jelas.

Ayat

(a)

Peserta

Uji

Keterampilan

terbuka

untuk

setiap orang yang telah

memenuhi persyaratan pendidikan sekolah, lulusan latihan kerja dan atau yang berpengalaman kerja yang ditetapkan oleh Panitia

Uji

Keterampilan sesuai pelimpatran wewenang dari Menteri.

Pasal

12

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat

(2) Cukup jelas.

Ayat

(3) Cukup jelas

Pasal

l3

Ayat

(l)

Untuk

pelaksanaan tugas-tugas pekerjaan

tertentu

terutama yang

memiliki

resiko bahaya

cukup tinggi,

disamping persyaratan

memiliki

keterampilan dasar yang ditetapkan dengan

Sertifikat

Keterampilan atau ijazah pendidikan sekolatr" maka tenaga kerja yang bersangkutan harus memiliki lisensi kerja yang merupakan suatu jaminan bahwa pemegang lisensi tersebut

telah memiliki kualifikasi

kaerampilan

yang

dipersyaratkan

dan

mampu melaksanakan

tugas

pelayanarU kesehatan dan keselamatan kerja dengan

baik,

guna menghindarkan terjadinya resiko kecelakaan kerja baik bagi

diri

yang bersangkutan maupun masyarakat lingkungannya.

(29)

Ayat

(2)

Jenis

keterampilan

dan

jabatan

yang

memedukan

lisensi

kerja

antara

lain pengemudi, instalator

listrik,

tukang

las tekanan

tingg,

pekerja medislpara medis

dan

sebagainya. Jabatan-jabatan

kerja

yang memerlukan lisensi akan

diatur

lebih

lanjut

oleh

Menteri

Terpga

Kerja

setelah mendapat s8r8n dan pertimbangan dari Departemen atau instansi teknis terkait.

Ayat

(3)

Cukup jelas.

Pasal

14 Cukup jelas.

Pasal

15

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat

(2) Cukup jelas.

Ayat

(3) Cukup jelas.

Ayat

(4)

Tiap

lembaga

latihan

kerja

dapat mendirikan

dan

menjadi anggota

organisasi perserikatan lembaga latihan kerja sejenis yang pembenrtukannya dilakukan secara

demokratis berdasarkan peraturan perundangan me,ngenai pembentukan organisasi kemasyarakatan yang berlaku.

Pasal

16

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat

(2) Cukup jelas.

Pasal

17

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat

(2) Cukup jelas

Pasal

18

Ayat

(l)

Lembaga

Uji

Kaerampilan

beranggotakan para

atrli

di

bidang latihan

kerja

yang dapat

terdiri

dari unzur pembin4 penyelorggar4 instruktur, tenaga profesi, tenaga supervisor, pengguna serta pihak

lain

yang

ahli

dalam mengoraluasi keterampilan dan keahlian sescorang.

Lembaga

Uji

Keterampilan

dibentuk

berdasarkan

kebutuhan

atau

permintaan masyarakat yang

bersifat

sementara

(ad

hoc)

Untuk

memenuhi kebutuhan yang

(30)

bersifat

jangka

panjang atau

terus

menerus, tcrutama

untuk

teoaga

koja

trampil berstandar internasional atau kebutuhan tenaga kerja scktor tcrtcntu atsupun tcn4ga kerja khusus, dapat dibentuk Lembaga

Uji

Keterampilanyang bersifat

taap.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pesel

19

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pesal

20 Cukup jelas.

Pesel

2l

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat

(2) Cukup jelas.

Ayat

(3)

Cukup jelas.

Ayat

(4) Cukup jelas.

Ayat

(s)

Cukup jelas.

Ayat

(6) Cukup jelas.

Pasal

22

Ayat

(l)

Cukup jelas.

Ayat

(2) Cukup jelas.

Ayat

(3) Cukup jelas.

Ayat

(4) Cukup jelas.

Pasel

23

Ayat

(l)

Cukup jelas. 25

(31)

Ayat

(2)

Pada dasarnya akreditasi ditetapkan

untuk

penyelenggararn suatu program latihan

kerja tertentu,

dengan berpedoman kepada Standar

Latihan

Kerja (SLK)

terkait

sebagai

tolok

ukur penilaiannya. Unsur-unsur yang dinilai meliputi antara lain :

a.

Kelengkapan dokumen perizinan latihan kerja;

b.

Sarana dan fasilitas latihan kerja;

c.

Program latihan keda beserta perangkat keras dan perangkat lunaknya;

d.

Personil dan Instrukturnya;

e.

Fasilitas pendukung lainnya.

Pasal

24 Cukup,jelas.

Pasel

25 Cukup jelas.

Pasal

26 Cukup jelas.

Pasal

27 Cukup jelas.

Pasal

2E Cukup jelas.

Pasal

29 Cukup jelas.

Pasal

30 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN

NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.

3458

(32)

KEPUTUS$I

DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN

PENEMPATAN TENAGA KERJA

NOMOR

:

KEP

5O36lBPll994

TENTANG

PETUNJUK TEIINIS PELAKSANAAN

ANTAR KERJA ANTAR DAERAH (AKAD)

Direknu

Jenderal Pembinaan

Penempatan Tenaga

Ke{a

Menimbang

'.

a.

Bahwa

Petunjuk

Tehnis Pelaksanaan

Antar Kerja Antar

Daerah

sebagai-mana

dimaksud

dalam

Keputusan

Direktur

Jenderal

Penrbinaan Penempatan Tenaga

Kerja

No.

:

KEP.

6fr9lMIBPl89

perlu

disezuaikan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

No.: KEP-444{EN/1994

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penempatan Tenaga

Kerja

di

Dalam dan

ke

Luar

Negeri;

b.

Bahwa oleh

karena

itu

perlu

ditetapkan dengan Keputusan

Drektur

Jenderal Pembinaan Penampatan Tenaga Kerja;

Mengingat

: l.

Keputusan Menteri Tenaga

Kerja

No.: KEP-284{EN/1994 tentang

Tata Kerja dan Struktur Organisasi Departemen Tenaga Kerja;

2.. Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

No.:KEP-44A4EN/1994

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penempatan Tenaga

Kerja di

Dalam

dan

ke

Luar Negeri.

MEMUTUSKAN

:

Menetapkan

:

Pertama

:

Petunjuk

Tehnis

Pelaksanaan

Antar Kerja

Antar

Daerah

sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini,

Kedua :

Petunjuk Tehnis

ini

merupakan Pedoman Kerja nrengenai Antar Kerja

Antar

Daerah;

Ketiga

:

Ketentuan-ketentuan

yang

belum

tercakup

dalam

Petunjuk

Tehnis

ini

akan diatur dan ditetapkan kemudian;

(33)

Keempat

Keputusan

ini

berlaku mulai

tanggal

ditetapkan

dergrn

ketentuan apabila dikenrudian heri terdapat kekelirua4 akan diperbaiki sebagafunana mestinya.

Ditetapkan

di

Jakarta Pada tanggal

:

t

-

12

-

1994

A.N. MENTERI TENAGA

KER'A

DIREKTI.JR

JEI{DERAL

PEMBINAA}.I

PENEMPATA}.I

TENAGA

KERIA

ttd.

DRS.

H.A.

RACHM

K.

NIP.

160003639

Tembusan :

l.

Menteri Tenaga Kerja

2.

Menko

EKUWASBAI{G

3.

Menko

KESRA

4.

Menteri Dalam Negeri

5.

Para Gubernur Kepala Daerah

Tk.

I

seluruh Indonesia

6.

Para Pejabat Eselon

I

Departemen Tenaga Kerja

7.

Para Bupati Kepala Daerah

Tk.

II

8.

Para Pejabat Eselon

II

Departemor Tenaga Keda Pusat

9.

Para Kakanwil Departemen Tenaga Kerja

10.

Para Kakandepnaker seluruh Indonesia

(34)

I,AMPIRAN

SURAT

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENI'ERAL PEMBINAAN PENEMPATAN Tf,NAGA KERJA

NOMOR

: KEP

- fl36tBPlt994

TANG{GAL 8

-

12 -1994

SISTIMATIKA

PETUNJU

K TEHNIS

PEI.AKSANAAN ANTAR KERJA ANTAR DAERAH

I. TATA

CARA

PENGAJUAN

PERMOHONAN

SURAT

PERSETUruAN

PENEMPATAN

(SPP)

AKAD.

II.

RENCANA

KEBUTI.JHAN

TENAGA

KERIA

ANTAR DAERAH

(RKTKAD)

m.

PENYELESAIAI.I PERMOHONAN

IV

PENIYEDIAAN

CALON TENAGA

KERJA

AKAD

V.

SELEKSI

VI.

PERSIAPAN

PEMBERANGKATAN

VII.

PENANDATANGANAI{

PERIANJIAN

KERJA

VITI. PENYERAHAN/PELEPASAN TENAGA

KERJA

IX

PENAMPUNGAN SEMENTARA DAN PEMBERANGKATAN

X.

PENEMPATAN TENAGA

KERIA

PADA DAERAH TUJUAN

XI.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

XII.

PEMULANGAN TENAGA

KERIA AKAD

XIII.

KEDATANGAN

KEMBALI

TENAGA

KERJA

AKAD

XIV.

PELAPORAN

XV.

PERLINDUNGAN

XVI.

PENUTUP

(35)

PETUNJUK TEIINIS

PELAKSANAAN ANTAR KERJA ANTAR DAERAH

Sebagai

Lampiran Surat

Kepuhrsan

Direktur

Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja

NOMOR

:

KEP.

5O36lBPll994.

T.

TATA

CARA

PENGAJUAN

PERMOHONAN

SURAT

PERSETUruAN PENEMPATAN

(sPP)

AKAD.

a.

Antar Kerja Antar

Daerah

yang

selanjutnya

disebut

AKAD

sesuai dengan

pasal

I

KEPMENAKER No.

KEP-444{EN/1994

adalah penempatan tenaga

kerja

dari

satu daerah kerja

Kanwil

Depnaker yang satu

ke

daerah

kerja

Kanwil

Depnaker yang lain dalam wilayah Republik Indonesi4 dilaksanakan oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja, PJTKI,

BKK

atau Perusatraan Pengguna Tenaga Kerja;

b.

Bagi

penempatan tenaga keda

dari

satu Kandepnaker

ke

Kandepnaker

lain

dalam satu

propinsi

yang

jaraknya relatif

jauh

sehingga membutuhkan

fasilitas

akomodasi maka proses penempatan melalui mekanisme

AKAD.

c.

Pelaksana penempatan tenagakerja dalam rangka

AKAD

adalah :

a.

Lembaga Pernerintah dan PJTKI untuk keperluan sendiri atau memenuhi permintaan pihak lain;

b.

Badan Hukum lain untuk memenuhi kebutuhan sendiri;

c.

BKK

untuk memenuhi kebutuhan pihak lain.

d.

Pelaksana penempatan

tenaga

kerja

sebagaimana

dimaksud

pada

butir

3,

untuk melaksanakan kegiatan penempatan

AKAD

harus mendapatkan SPP, dengan ketentuan

sebagai berikut:

a.

Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir

3 yang akan menempatkan dan mempekerjakan tenaga kerja berasal

dari

satu atau lebih daerah

kerja

Kandepnaker dalam

satu

Kanwil

ke

satu

daeratr

kerja

Kandepnaker pada

daerah

kerja

Kanwil

Depnaker

lain,

harus

mengajukan permohonan

Surat Persetujuan Penernpatan

(SPP)

AKAD

dengan bermeterai secukupnya kepada Kandepnaker Kabupaten/I(otamadya daerah tujuan lokasi pekerjaan.

b.

Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir

3 yang akan menempatkan dan mempekedakan tenaga kerja berasal

dari

satu atau lebih daerah kerja Kandepnaker dalam satu propinsi ke daerah tujuan lebih dari satu daeratr kerja Kandepraker

di

propinsi lairq harus mengajukan permohonan SPP

AKAD

dengan bermeterai secukupnya kepada Kanwil tujuan lokasi pekerjaan.

c.

Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir

3 yang akan menempatkan dan mempekerjakan tenaga kerja berasal

dari

dua atau lebih daerah

kerja

Kanwil

ke

daerah

tujuan

satu atau

lebih

daerah

koja

Kandepnaker pada 30

(36)

5.

propinsi lairu harus mengajukan SPP

AKAD

dengan bermeterai secukupnya kepada Dirjen Binapenta cq.

Dit.

Pendagri dengan tembusan kepada

Kanwil

daerah tujuan.

d.

Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir

3 yang akan menempatkan

dan

mempekerjakan tenaga

kerja

berasal

dari satu

daerah kerja

Kanwil

ke daerah kerja lebih

dari

dua daerah

Kanwil lain,

harus mengajukan SPP

AKAD

dengan bermeterai secukupnya kepada

Dden

Binapenta cq.

Dit.

Pendagri dengan tembusan kepada Kanwil daerah tujuan lokasi pekerjaan

e.

Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir

3 yang akan menempatkan

dan

mempekerjakan tenaga

kerja darat

di

perairan lepas

pantai

Wilayah Republik

Indonesia

harus

mengajukan SPP

AKAD

dengan bermeterai secukupnya kepada

Dirjen

Binapenta

cq.

Dit.

Pendagri dengan tembusan kepada

Kanwil

daerah tujuan.

f.

Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir

3 yang akan memindahkan karyawan

tetap

(mutasi karyawan) dengan

jumlah

kurang

dari l0

(sepuluh) orang ke cabang perusahaan di propinsi lain tidak diperlukan SPP

AKAD,

melainkan cukup surat rekomendasi dari Kandepnaker lokasi tenaga kerja terdaftar.

g.

Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir

3 yang akan memindahkan karyawan

tetap

(mutasi

karyawan) dengan

jumlah lebih

dari

l0

(sepuluh)

orang

ke

cabang perusahaan

di

propinsi

lain,

harus mengajukan SPP

AKAD

kepada Kakandepnaker daerah tujuan.

Lembaga pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

butir 3 huruf

a

dan

c

mengajukan permohonan SPP

AKAD

menggunakan contoh lampiran (Bentuk

AKAD

I

a), harus dilengkapi dengan :

a.

RKTKAD

yang telah diisi dengan lengkap dan benar.

b.

Bukti

adanya permintaan nyata dari pengguna tenaga kerja.

c.

Surat

penunjukan

yang

sah

dan

berkekuatan

hukum

dari

perusahaan pengguna tenaga kerja kepada PJTKI atau

BKK.

d.

Copy SIUP-PJTKI bagi PJTKI dan Surat Persetujuan

BKK

bagi

BKK.

e.

Rancangan Perjanjian

Kerja

yang memuat tugas, hak dan kewajiban serta syarat-syarat kerja antara lain pengupahan, perlindungan dan jaminan sosial.

Lembaga pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana

butir 3

huruf

b,

mengajukan permohonan SPP

AKAD

menggunakan bentuk contoh lampiran

(Bentuk

AKAD

I

a) harus dilengkapi dengan :

a.

Rencana Kebutuhan Tenaga

Kerja Antar

Daerah

(RKTKAD) yang telah

diisi dengan lengkap dan benar seperti contoh lampiran

(AKAD-I);

b.

Rancangan Perjanjian

Kerja

yang memuat

hak

dan kewajiban serta syarat-syarat kerja antara lain pengupahan, perlindungan dan jaminan sosial;

c.

Salinan Surat

ljin

Usaha dari Departemen Tehnis;

d.

Untuk

perusahaan kontraktor/pemborong harus menyerahkan

bukti

adanya kontrak kerja borongan/surat perintah kerja;

Surat Rekomendasi pemindahan karyawan

tetap

sebagaimana dimaksud pada

butir

4 huruf

f

menggunakan contoh lampiran

(BENTUK

AKAD-6),

dilampiri dengan ;

6.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Suspek Tb Paru yang terdiri dari umur, pendidikan, pendapatan, status

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan

Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan pemutusan sementara tersebut dalam ayat (10) Pasal ini, PIHAK KEDUA tidak

Pejabat Pengadaan Satker Dit PolairPolda NTB akan melaksanakan [ Pengadaan Langsung] paket pekerjaan sebagai berikut:..

Macromedia yang merupakan produsen pembuat flash profesional kini telah merjer dengan adobe corp, perubahan terjadi pada macromedia flash series 9 menjadi Adobe

Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara), menunjukkan bahwa dalam pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara terdapat

Semi blocking : ada iklan produk lain di dalam acara 6.. Waktu talkshow disesuaikan dengan jadwal program

Obat antidepresi yang diujikan (amitriptilin 100 mg dan 150 mg ) b. Larutan NaCl fisiologis atau larutan suspense gom arab 1-2%. Mencit putih jantan dengan berat badan Antara