• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ILMIAH TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING

DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI

Oleh:

LALU DANU HARYATMA D1A 008 055

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM 2013

(2)

HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING

DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI

Oleh:

LALU DANU HARYATMA D1A 008 055 Menyetujui; Mataram, Juni 2013 Pembimbing Pertama, H. Salim, HS, SH.,MS. NIP. 19600408 198603 1 004

(3)

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING

DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI ABSTRAK

LALU DANU HARYATMA D1A 008 055

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan perjanjian operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram dan akibat hukum jika terjadinya wanprestasi. Jenis penelitian ini normatif empiris, dengan menggunakan pendekatan Peraturan Perundang-Undangan dan pendekatan sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan perjanjian operating lease di XXX tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomer: 1169/KMK.01/1991 mengenai hak pilih, dan akibat hukum jika terjadi wanprestasi adalah pihak lessor berhak untuk mengakhiri perjanjian secara sepihak disertai pembayaran biaya sewa yang terhutang.

Kesimpulannya. Setelah berakhirnya perjanjian, tidak ada hak pilih bagi lessee. Saran. Perlu ada pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih lengkap mengenai leasing.

.

Kata kunci : perjanjian leasing dan wanprestasi

JURIDICAL REVIEW

LEASING AGREEMENT AND LEGAL CONSEQUENCE IN THE EVENT BREACH OF CONTRACT

ABSTRACT

LALU DANU HARYATMA D1A 008 055

The purpose of the research is to know the use operating lease agreements in XXX Company Mataram Branch and the legal consequence if breach of contract happens. This kind of research is normative empirical using the statute approach and social approach.

The research field shows that the use of operating lease agreement in XXX is not the same as the decision minister of finance number: 1169/KMK.01/1991 the right to vote, and legal consequences in the event breach of contract is the lessor has write to end the agreement unilaterally with rental fee payments the indebted.

The conclusion is after the expiry of the agreement, there is no right to vote for the lessee. Suggestions. There needs to be the establishment of Regulation Legislation fuller on leasing.

(4)

PENDAHULUAN

Leasing di Indonesia disebut juga sebagai sewa guna usaha yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha yang dimana dalam Keputusan tersebut ada dua karaktristik dari leasing yakni, lessee dapat menggunakan hak pilih financial lease dan operating lease. Tapi lain halnya di Perusahaan XXX Cabang Mataram, leasing tersebut dilaksanakan hanya dengan cara operating lease saja dan tidak lagi menjadi hak pilih serta dalam hubungan antara lessor yang sebagai pihak yang memiliki barang semata-mata bertumpu pada terciptanya kepastian hukum terhadap pencapaian kontrak tentang serangkaian pembayaran oleh lessee dalam penggunaan asset yang menjadi obyek leasing karena dalam hal ini tidak dapat dipungkiri akan terjadinya wanprestasi oleh pihak lessee dan hal tersebut akan merugikan pihak lessor.

Dari uaraian latar belakang masalah sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan-permasalahan yang kemudian timbul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan perjanjian leasing berkaitan dengan operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram?. 2. Bagaimanakah akibat hukum yang timbul jika terjadinya wanprestasi dalam perjanjian operating lease?

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan perjanjian leasing berkaitan dengan operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram. Serta untuk mengetahui akibat hukum yang timbul jika terjadinya wanprestasi dalam perjanjian operating lease.

Manfaat Penelitian ini adalah 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk mengembangkan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya pada hukum perjanjian, 2. Dari segi praktis, diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi kalangan yang berwenang baik kalangan pemerintah

(5)

maupun swasta dalam menentukan kebijaksanaan, mengembangkan dan menyempurnakan lembaga leasing sehingga permasalahan yang timbul dapat dikurangi semaksimal mungkin

Jenis penelitian ini adalah penelitian Normatif Empiris, Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Peraturan Perundang-undangan (Statute Approach) dan Pendekatan sosial (social Approach). Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum Sekunder, Bahan Hukum Tersier dan Dokumen dan hasil-hasil penelitian yang ada kaitannya dengan perjanjian leasing dan lain-lain.

Pengumpulan bahan hukum dan data yang digunakan adalah data Kepustakaan dikumpulkan dengan teknik studi dokumen dengan menelusuri, mengumpulkan, dan menelaah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti perundang-undangan yang terkait serta buku-buku yang terkait dengan penelitian. Dan menggunakan data lapangan yang dikumpulkan dengan teknik wawancara. Digunakan pula metode analisis data yaitu: Analisis Kualitatif dan Analisis Deskriptif.

(6)

PEMBAHASAN

A. Penerapan Perjanjian Leasing Khususnya Operating Leasing Di Perusahaan XXX Cabang Mataram

Lessor memiliki kendaraan dan kemudian menyewakan kepada lessee untuk kebutuhan transportasi bisnis lessee dengan pembayaran sewa secara berkala tetapi tidak mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan lessor untuk memperoleh barang modal tersebut. Apabila periode sewa berakhir maka lessee harus mengembalikan barang tersebut dan lessee dapat memutuskan perjanjian secara sepihak asal dengan pemberitahuan maksud pemutusan hubungan sewa secara tertulis dalam waktu yang layak. Sebagai konsekuensinya lessee harus membayar harga sewa penuh.1

Jasa sewa guna usaha operating leasing merupakan jasa kena pajak, sehingga harga sewa yang dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh lessee harus dipungut oleh lessor berupa biaya PPN sebesar 10%, serta biaya pemeliharaan, reparasi kendaraan, biaya perpanjang STNK dan biaya premi asuransi atas kendaraan. Dan apabila pihak lessee akan menutuskan perjanjian, maka pihak lessee tidak memiliki hak untuk mencairan kembali PPN yang telah dibayarnya tersebut.2 1. Prosedur Permohonan Sewa Dalam Perjanjian Operating Leasing Di

Perusahaan XXX Cabang Mataram

Untuk mengetahui bagaimana prosedur permohonan penyewaan berfasilitas leasing khususnya operating leasing secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:3

a. Pada umumnya calon lessee mengajukan permohonan sewa kendaraan berfasilitas leasing secara langsung sesuai kebutuhan.

1Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012. 2 Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan.

(7)

b. dengan syarat-syarat antara lain: 1). Foto copy Akte Pendirian Perusahaan. 2). Foto copy KTP Direktur atau penanggung jawab. 3). Foto copy SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). 4). N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak) perusahaan. 5). Laporan rekening koran perusahaan 6 (enam) bulam terakhir. 6). Foto copy Surat Keterangan Domisili Perusahaan.

c. Setelah semua persyaratannya lengkap, pihak lessor akan melakukan surve terhadap perusahaan lessee yaitu dengan: 1).Meneliti langsung ke kebenaran lokasi perusahaan lessee berada. 2).Kebenaran identitas penanggungjawab. 3).Kebenaran bidang usaha perusahaan lessee. 4).Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan.

d. Jika hasil surve tersebut benar adanya, maka pihak lessee diminta kesanggupannya memberikan suatu jaminan terhadap lessor dan dilaksanakan penandatangan kontrak dan pihak lessee akan membayar uang muka sebesar 30% selanjutnya obyek perjanjian diserahkan kepada lessee, pihak lessee akan membayar sewa secara priodik setiap bulannya.

Kendaraan-kendaraan yang menjadi obyek perjanjian tersebut telah di asuransikan kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk sendiri oleh lessor dengan asuransi comprehensive untuk digunakan oleh lessee.4

2. Jaminan Dalam Perjanjian Operating Leasing Di Perusahaan XXX Cabang Mataram

Dalam perjanjian operating leasing, di Perusahaan XXX Cabang Mataram, lessor menarik suatu bilyet giro dari lessee guna menjamin ketaatan lessee terhadap perjanjian leasing. Giro tersebut akan ditahan oleh lessor dan akan dipelihara tetap dalam jumlah yang sama sampai jangka waktu perjanjian

(8)

berakhir. Giro itu tidak akan dipakai untuk suatu pembayaran sewa, melainkan akan dikembalikan lagi kepada lessee dalam jumlah yang sama tanpa bunga.5

Lessor juga menarik jaminan dari salah satu direksi atau pemegang saham dari perusahaan lessee yang bersangkutan, yang tentunya mengetahui lebih dalam mengenai kondisi dan kemampuan perusahaannya yang menjadi penjamin atau yang akan bertanggungjawab. Dengan dapat dipegangnya seorang penjamin, maka perusahaan leasing (lessor) akan merasa lebih aman, yang memiliki kuasa terhadap benda-benda bergerak yang berharga atau saham-saham perusahaan yang dijadikan jaminan kepada lessor.6

3. Operating Leasing Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing)

Dalam Pasal 1 huruf a, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna mengartikan leasing sebagai:

“Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik

secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama

jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara berkala”.

Pada pengertian diatas dapat dilihat bahwa dalam perjanjian leasing, lessee dapat menggunakan hak pilih financial lease dan operating lease. Yang dimaksud dengan financial lease adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana leasee mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Pada jenis financial lease, debitur hanya bisa memiliki barang yang disewa dengan cara membeli pada akhir periode

5 Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012. 6 Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012.

(9)

kredit, sedangkan pada operating lease, debitur sama sekali tidak mempunyai pilihan untuk memiliki objek yang disewa tapi hanya sekedar menyewa.

Dengan demikian dapat dikatakan Operating lease dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha atau Leasing, merupakan salah satu hak pilih untuk tidak membeli obyek leasing yang diberikan lessor kepada lessee yang mejadin ciri atau corak dari leasing sebagai salah satu bentuk perjanian.

4. Pelaksanaan Perjanjian Operating Leasing Di Perusahaan XXX Cabang Mataram Dikaitan Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing)

Seperti yang telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha atau Leasing, bahwa leasing ada dua kreteria leasing yaitu operating lease dan financial lease yang merupakan hak pilih yang akan digunakan lessee, tetapi lain halnya jika dikaitkan denagan penerapan perjanjian leasing di Perusahaan XXX Cabang Mataram yang melaksanakan perjanjian leasing yang memberikan hak pemakaian obyek leasing hanya sekedar dengan cara operating lease saja dan tanpa ada hak opsi, padahal teori yang mendasar kepemilikan lessee terhadap obyek leasing adalah merupakan opsi yang digunakan oleh lessee. Pada Bab 2 terdahulu telah di jelaskan juga, perjanjian leasing tidak dapat dikatagorikan sebagai perjanjian sewa beli atau sewa menyewa karena prinsip opsi dalam leasing merupakan corak dari perjanjian leasing itu sendiri, artinya bahwa lessee diberikan hak untuk memilih berupa financial lease atau operating lease.

Berdasarkan penjelasan seperti tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian leasing berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

(10)

Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) dikaitkan dengan penerapan perjanjnian leasing di Perusahaan XXX Cabang Mataram diatas masih belum sesuai atau masih belum terlaksanan dengan baik antara pengaturan dengan peraktiknya menyangkut hak opsi yang sebagai corak dari perjanjian leasing sebagai suatu bentuk perjanjian.

B. Akibat Hukum Yang Timbul Jika Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian

Operating Leasing

1. Hal-hal Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Wanpreatasi Dalam Perjanjian Operating Leasing

Wanprestasi (default atau non fulfilment ataupun yang disebut juga dengan istilah breach of contract) adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.7

Dalam perjanjian leasing, ingkar janji atau wanprestasi sebagian besar yang disebabkan oleh kelalaian dari pihak lessee berupa mengenai soal tidak bisa membayaran uang sewa yang sudah merupakan kewajiban, baik yang bersifat sementara dalam arti menunggak dan kemudian membayar, dan juga yang berifat tetap dalam arti pihak lessee tidak mampu lagi membayar sewa, apalagi jumlah penyewaannya yang terhutang oleh pihak lessee mencapai ratusan juta rupiah maka persoalan itu terpaksa diselesaikan melalui proses hukum.8

Untuk pelaksanaan hukumnya undang-undang menghendaki pihak lessor untuk memberikan suatu pernyataan lalai kepada pihak lessee. Dalam perjanjian

7 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2001). Hal.87.

(11)

operating leasing pihak lessor memberikan teguran sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari untuk masing-masing surat. Namun apabila kelalaian tersebut tetap tidak diperbaiki oleh lessee, maka lessor berhak untuk:9

a).Mengakhiri perjanjian secara sepihak dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis sebelumnya kepada Costomer (Lessee). b).Menarik kembali kendaraan dari penguasaan Costomer (Lessee) atau kariawan Costomer (Lessee) dan meminta perlunasan pembayaran biaya sewa yang telah terhutang dan/atau denda-denda atau biaya lain yang terhutang berdasarkan perjanjian.

2. Denda-Denda Yang Harus Ditanggung Lessee Apabila Melakukan Wanprestasi Dalam Perjanjian Operating Leasing

Apabla lessee melakukan wanprestasi maka lessor telah menentukan sebelumnya beberapa bentuk denda yang harus ditanggung lessee antara lain:10 a).Jika Costomer (lessee) gagal melunasi kewajiban pembayaran pada tanggal jatuh tempo, maka lessor akan mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang besarnya dicantumkan dalam perjanjian dan akan dihitung dari total jumlah tagihan yang tertunggak terhitung sejak tanggal jatuh tempo. b).Apabila Costomer (lessee) melakukan pengakhiran terhadap sebagian maupun keseluruhan dari kendaraan dan/atau pengemudi secara sepihak sebelum berakhirnya priode yang disepakati dalam perjanjian, tanpa ada faktor kelalaian atau kesalahan dalam bentuk apapun dari pihak lessor, maka Costomer (lessee) akan dikenakan denda pengakhiran dipercpat yang besarnya dicantumkan dalam perjanjian dan akan terhitung dari jumlah harga sewa kendaraan dan/atau harga jasa pengemudi atas priode sewa kendaraan dan/atau priode pelayanan

9 Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan 10 Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan

(12)

pengemudi yang tersisa. Denda pemutusan tersebut tidak menghapus kewajiban Costomer (lessee) sehubungan dengan kecelakaan atau kehilangan kendaraan atau perlengkapannya yang diatur dalam perjanjian. c).Jika Costomer (lessee) gagal atau terlambat menyerahkan atau mengembalikan kendaraan pada tanggal berakhirnya priode sewa maka Costomer (lessee) dikenakan denda keterlambatan pengembalian yang besernya sebagaimana dicantumkan dalam perjanjian dan akan terhitung berdasarkan harga sewa kendaraan perbulan. Keterlambatan dan/atau kegagalam pengembalian kendaraan sebagaimana dimaksutkan diatas adalah untuk jangkak waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari. Apabila Costomer (lessee) gagal mengembalikan kendaraan dalam jangka waktu tersebut, maka lessor berhak menarik kendaraan dari penguasaan Costomer (lessee) atau pihak manapun yang menguasai kendaraan, dan jika diangap perlu dengan pertolongan atau bantuan institusi atau lembaga yang berwenang, dan segala biaya ang timbul dari tindakan lessor akan dibebankan dan menjadi tanggung jawab Costomer (lessee).

3. Cara Penyelesaian Perselisihan Antara Lessee Dan Lessor Dalam Perjanjian Operating Leasing

Dalam hal terjadi perselisihan ada dua cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul dari kedua belah pihak, yaitu dengan cara sebagai berikut:11 a).Para pihak sepakat bahwa setiap sengketa yang terjadi karena atau dalam kaitannyadengna perjanjinan akan diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. b).Apabial mufakat sebagaimana yang dimaksud tidak tercapai, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa tersebut di Pengadilan Negri Jakarta Utara.

(13)

Musyawarah mencapai mufakat disini adalah bahwa antara pihak lessor dengan pihak lessee mengadakan suatu perdamaia sendiri dengan cara sendiri yang disepakati bersama. Musyawarah mufakat tersebut hanya berkekuatan sebagai persetujuan kedua belah pihak belaka yang apabila tidak ditaati oleh salah satu pihak maka masih harus diajukan melalui proses di Pengadilan sedangkan apabila terjadi perdamaian antara kedua belah pihak maka pihak lessor akan mengambil kembali barang-barang miliknya yang dikuasai oleh pihak lessee, dan menagih kembali atas pembayaran uang sewa yang hutang oleh lessee dan jika.

Atas kerugian akibat ingkar janji dari pihak lessee akibat dari perbuatan pihak lessee yang melawan hukum maka pihak lessor dapat menuntut ke pengadilan untuk menghukum pihak lessee membayar ganti rugi kepada pihak lessor atas kerugian yang telah dideritanya dan pihak lessee harus membayar uang sewa yang masih tertunggak atau seluruh uang sewa yang masih berjalan hingga angsuran yang terakhir serta denda yang tertunggak ditambah bunganya dan membayar segala biaya-biaya perkara. Perlu untuk diketahui bahwa penyelesaian perselisihan melalui proses pengadilan ini sangat jarang terjdi mengingat biya-biaya yang akan dikeluarkan juga terlalu banyak serta proses penyelesaiannya terlalu lama.12

(14)

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis data, wawancara, pengamatan, serta pembahasan permasalahan dapat disimpulkan bahwa :

1. Penerapan perjanjian leasing berkaitan dengan operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram adalah a. calon lessee mengajukan permohonan sewa kendaraan berfasilitas leasing secara langsung. b.dengan syarat-syarat: 1). Foto copy Akte Pendirian Perusahaan. 2). Foto copy KTP Direktur atau penanggung jawab. 3).Foto copy SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). 4). N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak) perusahaan. 5). Laporan rekening koran perusahaan 6 (enam) bulam terakhir. 6). Foto copy Surat Keterangan Domisili Perusahaan. c. pihak lessor akan melakukan surve terhadap perusahaan lessee yaitu dengan: 1). Meneliti langsung ke kebenaran lokasi perusahaan lessee berada. 2). Kebenaran identitas penanggungjawab. 3). Kebenaran bidang usaha perusahaan lessee. 4). Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan. d. Jika hasil surve tersebut memungkinkan atau merupakan kebenarannya dari data-data yang diberikan lessee, maka pihak lessee diminta kesanggupannya memberikan suatu jaminan terhadap lessor serentak dengan itu pihak lessor menyerahkan kontrak leasing untuk dilakukan penandatangan kontrak dan pihak lessee akan membayar uang muka sebesar 30% dari harga sewa kendaraan sekaligus dilakukan penyerahan obyek perjanjian kepada lessee. e. Setelah berakhirnya perjanjian maka lessee wajib mengembalikan obyek lease kepada lessor atau akan memperpanjang perjanjian sewa kembali tanpa ada opsi membeli obyek.

(15)

2. Akibat hukum yang akan timbul jika terjadi wanprestasi adalah lessor berhak untuk mengakhiri perjanjian secara sepihak dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis sebelumnya kepada lessee, Namun apabila kelalaian tersebut tetap tidak diperbaiki oleh lessee, maka pihak lessor dapat menarik kembali kendaraan dari penguasaan lessee atau kariawan lessee dan meminta perlunasan pembayaran biaya sewa, denda-denda atau biaya lain yang telah terhutang berdasarkan perjanjian.

B. Saran

Berdasarkan dari penelitian, peneliti ingin menyampaikan saran-saran, yaitu: 1. Perjanjian leasing yang dogolongkan dalam perjanjian tak bernama atau

perjanjian innominat, Dalam hal ini perlu ada pembentukan peraturan perundang-undangan khusus mengenai leasing yang lebih lengkap dan efektif sebagai suatu bentuk perjanjian yang tumbuh dalam masyaratak sendiri, serta pengaturan mengenai prosedur mekanisme leasing secara jelas dan rinci, sehingga terdapat kepastian hukum dan keseragaman pengaturan dengan praktiknya bagi usaha leasing khususnya.

2. Sebelum memberi persetujuan atau pembiayaan terhadap calon lessee, maka pihak lessor harus melakukan analisa yang cermat terhadap karakter dan kemampuan membayar angsuran serta pekerjaan dari calon lessee guna menghindari timbulnya masalah dalam pelaksanaan perjanjian leasing atau sewa guna usaha dan juga sebaiknya para pihak lebih mengutamakn hubungan baik dalam melakukna transaksi leasing tersebut.

(16)

Daftar Pustaka

Fuady, Munir, 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung, PT.Citra Aditya Bakti.

Hasil Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus kusta baik baru maupun lama, hasilnya adalah jumlah prevalensi kusta tahun 2019 di Kabupaten Blora 1/10.000 penduduk, artinya ada

Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer , (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.. Meminjam uang pemerintah dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber-sumber yang lainnya

c. Membimbing peserta didik secara berkelompok Membimbing peserta didik secara berkelompok untuk bekerja sama melakukan untuk bekerja sama melakukan proses pengumpulan data

Salah satu penentuan jenis bioaktip dilakukan dengan membandingkan harga NMR hasil penelitian dengan data NMR dari sejumlah besar molekul senyawa bioaktip yang sudah diketahui

Skripsi ini berjudul " Evaluasi Pengelolaan Dana Desa Di Desa Berbura Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka ", dengan menyadari segala keterbatasan atas kemampuan

Modul  aplikasi  pada  gambar,  disesuaikan  dengan  kebutuhan  dan  hak  aksess  yang  diberikan  setiap  user 

Dengan demikian, instrumen baku penilaian kualitas LKS tematik subsains SD kelas tinggi yang telah dikembangkan ini dapat digunakan untuk memperoleh data apa adanya tentang

MenurutAndadari dkk (2018;154) menyatakan bahwa “Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan atau pembelian dari