• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Radioterapi adalah suatu cara untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Radioterapi adalah suatu cara untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radioterapi

Radioterapi adalah suatu cara untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit pada penderita tumor atau kanker dengan menggunakan radiasi pengion. Penyinaran radioterapi dilakukan secara seri selama beberapa hari dalam seminggu. Penyinaran ini dinamakan dosis fraksinasi. Fraksi dilakukan sekali dalam sehari selama 5 hari dalam seminggu. Selama 2 hari dalam seminggu tidak dilakukan penyinaran untuk memberikan kesempatan pada sel melakukan regenerasi (Waryono dan Triyani, 2011).

Radiasi tidak selalu langsung mematikan sel kanker atau sel normal, biasanya memerlukan beberapa hari bahkan minggu untuk suatu sel dapat mati dan kemudian tetap mati beberapa bulan setelah selesai terapi. Jaringan yang tumbuh cepat seperti kulit, sumsum tulang dan lapisan intestinal biasanya terkena paling cepat. Sebaliknya, saraf, payudara, otak dan jaringan tulang baru memperlihatkan adanya efek setelah beberapa lama kemudian. Atas dasar hal ini, radioterapi dapat menyebabkan suatu efek samping yang mungkin saja tidak langsung terlihat tetapi baru muncul beberapa lama setelah terapi (Society, 2014).

Radiasi yang digunakan untuk perawatan kanker dinamakan ionizing radiation karena terapi ini dilakukan dengan membentuk ion di dalam sel di jaringan yang dilewati oleh radiasi. Ion ini terbentuk dengan menghasilkan elektron dari atom dan molekul. Hal ini dapat membunuh sel-sel atau mengubah

(2)

gen-gen sehingga sel akan berhenti tumbuh. Bentuk lain dari radiasi seperti gelombang radio, gelombang mikro dan sinar tampak tak memiliki cukup energi dan tidak dapat membentuk ion (Bucci dkk, 2005).

Sejumlah ionizing radiation memiliki energi lebih besar dari jenis lainnya. Lebih besar energinya, radiasi tersebut dapat berpenetrasi lebih jauh ke dalam jaringan. Cara dari tiap jenis radiasi bekerja sangat penting dalam merencanakan suatu perawatan radioterapi, seorang onkologis akan memilih jenis radiasi yang paling sesuai untuk setiap jenis dan lokasi kanker pada pasien (Society, 2014).

Kerusakan jaringan yang disebabkan radiasi adalah suatu proses rumit yang melibatkan stress oksidatif, inflamasi, apoptosis sel dan perubahan genetik. Toksisitas akut yang disebabkan radioterapi dapat dilihat pada saat jaringan terpapar, 1-2 bulan setelah terapi, dan hal hal ini disebabkan oleh hilangnya fungsi sel yang bereplikasi. Faktor faktor seperti dosis radiasi, cara pemberian obat, sensitifitas organ terhadap radiasi, ukuran jaringan yang diradiasi, dan karakteristik tertentu dari pasien dapat mempengaruhi toksisitas dari terapi (Vidal dkk, 2015).

2.2 Mukositis rongga mulut

Istilah mukositis rongga mulut pertama kali muncul pada akhir tahun 1980 untuk menggambarkan proses inflamasi dan ulseratif pada mukosa orofaringeal yang diinduksi oleh kemoterapi dan/atau radioterapi atau transplantasi darah dan sel stem sumsum tulang. Mukositis rongga mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, meningkatkan risiko infeksi, menyebabkan penundaan atau bahkan

(3)

kegagalan pada terapi kanker itu sendiri, dan berakibat perlunya hospitalisasi serta meningkatnya biaya perawatan. Insidensi mukositis rongga mulut diperkirakan 40% pada pasien yang menerima kemoterapi, 70%-90% pada pasien yang menjalani transplantasi darah, dan 80%-100% pada pasien yang menjalani terapi radiasi yang melibatkan oro-faring (Sufiawati, 2008).

Mukositis rongga mulut dapat didefinisikan sebagai suatu inflamasi pada rongga mulut dengan ulserasi luas dan iritasi yang menyakitkan. Mukositis merupakan suatu inflamasi akut yang disebabkan oleh nekrosis pada lapisan basal mukosa rongga mulut. Mukositis dapat memicu sejumlah komplikasi yang membahayakan jiwa seperti obstruksi dan perforasi intestinal, menurunkan kualitas hidup pasien dan berlanjut pada infeksi berat yang dapat menghambat perawatan antineoplastik pada pasien tersebut (Ludhwani, 2012).

Mukositis rongga mulut dapat terjadi pada penderita kanker sel kepala dan leher yang sedang melakukan perawatan radioterapi. Efek samping ini terjadi pada lebih dari 80% pasien radioterapi dan kondisinya dapat bertahan hingga lebih dari lima minggu. Mukositis orofaring yang disebabkan radiasi akut akan berlanjut pada kebutuhan pasien akan obat analgetik, memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit dan meningkatnya resource consumption hingga tiga kali lipat tergantung tingkat keparahan yang terjadi. (Al-Ansari dkk, 2015)

Pada radioterapi, respon inflamasi yang terjadi biasanya dipengaruhi oleh kedalaman dan volume radiasi yang digunakan, besar dosis yang diterima, serta frekuensi kunjungan radioterapi. Onset durasi serta intensitas mukositis akan

(4)

bervariasi pada masing masing individu. Akan tetapi, mukositis sering dimulai pada minggu kedua setelah terapi atau setelah pemberian dosis radiasi sekitar 2000 cGy. Terapi radiasi menyebabkan hilangnya kemampuan mengecap karena rusaknya microvilli dan permukaan luar sel-sel pengecap. Mukositis yang progresif dan disertai ageusia atau “buta mulut” terjadi setelah pemberian dosis radiasi sebesar 3000 cGy (Ludhwani, 2012).

Secara klasik, patogenesis mukositis meliputi 4 tahap: inflamasi, menurunnya tingkat perbaikan epitel, ulserasi dan penyembuhan jaringan. Pada tahap tersebut, pasien berisiko mengalami malnutrisi karena pengeluaran energi yang meningkat dan sekitar 50% nya mengalami disfagia. Pertumbuhan bakteri pada sel ulserasi diduga merupakan salah satu faktor patogenik terjadinya mukositis dan menyebabkan sepsis karena rusaknya pertahanan epitel (Al-Ansari dkk, 2015).

(5)

Dalam kondisi paling ringan, mukositis terlihat sebagai suatu lesi eritem atrofik dengan mukosa yang tetap menempel. Pasien mengalami tingkat sensitifitas yang sama dengan kondisi food burn atau rasa nyeri karena makanan panas dan dapat dengan mudah diatasi. Sebaliknya pasien dengan mukositis parah akan memperlihatkan suatu ulserasi yang mencapai hingga submukosa dan menyebabkan rasa yang sangat menyakitkan sehingga seringkali memerlukan pemberian obat-obatan golongan analgesia narkotik. Selain karena gejala dan efeknya terhadap kualitas hidup, mukositis berpengaruh juga terhadap masalah ekonomi dan masalah kesehatan lain. Karena mulut merupakan tempat hidup berbagai macam mikroorganisme, adanya kehilangan integritas epitel terutama pada pasien yang sedang menjalani terapi myeloablas akan meningkatkan risiko pasien terhadap bakteriemi, fungaemi, dan sepsis (Vidal dkk, 2015)

2.3 Magic Mouthwash

Magic mouthwash adalah jenis sediaan obat kumur yang biasa diberikan pada pasien mukositis rongga mulut yang disebabkan oleh kemoterapi atau radioterapi, sariawan, nyeri mulut, dan lain lain. Dasar dari pembuatan magic mouthwash adalah penggabungan zat-zat aktif dengan mekanisme berbeda dalam merawat berbagai variasi masalah rongga mulut. Magic mouthwash biasanya diracik oleh seorang ahli farmasi dan biasanya mengandung obat antikolinergik seperti difenhidramin. Pada beberapa kasus ditambahkan pula nystatin sebagai antijamur dan kortikosteroid sebagai antiinflamasi (Letter P, 2007).

(6)

1. Difenhidramin

Difenhidramin merupakan reseptor antagonis H1 generasi pertama. Selain merupakan antihistamin, juga memiliki sifat antikolinergik dan antiemetik. Difenhidramin efektif dalam merawat reaksi alergi akut dengan Onset of action sangat cepat. Obat ini dapat menyebabkan trombositopenia, agranulositis dan anemia. Trombositopenia dapat menyebabkan pendarahan paska pembedahan, agranulositis dan anemia serta dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka (Banerji dkk, 2007).

Nama Resmi : Diphenhydramine Hydrochloridum Nama Lain : Difenhidramin HCL

Berat Molekul : 291,82

Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa pahit disertai rasa tebal. Jika kena cahaya perlahan-lahan warnanya menjadi gelap, larutannya praktis netral terhadap kertas lakmus P.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P, sangat sukar larut dalam eter P, agak sukar larut dalam aseton P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya. Ph : 5% larutan dalam air memiliki pH 4-6

Inkompatibilitas : Dengan amfoterisis sepalotin sodium, beberapa media kontras dan larutan asam dan alkalis basa. (Depkes RI, 1995 )

(7)

2. Hidrokortison

Hidrokortison adalah glukortikoid utama yang disekresikan oleh kelenjar adrenal. Hidrokortison biasanya digunakan secara topikal karena memiliki efek antiinflamasi yang dapat menjadi manifestasi klinis dari penyakit-penyakit inflamasi dan alergi. Hidrokortison termasuk kedalam steroid short acting dan memiliki potensi antiinflamasi rendah dibanding steroid lainnya. Pemakaian steroid tidak boleh disertai dengan pemakaian aspirin atau NSAID karena kedua obat tersebut ulcerogenic dan akan meningkatkan resiko ulserasi pada gastrointestinal. (Shaikh et.al.,2012). Hidrokortison

Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga praktis putih, tidak berbau, melebur pada suhu lebih kurang 220˚ disertai peruraian.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform.

pH : 6-8

Stabilitas : Hindari dari cahaya.

Kegunaan : mengobati proses peradangan.

(8)

3. Na-CMC (Carboxymethylcellulosum Natricum)

Na-CMC berfungsi sebagai bahan pengental, dengan tujuan untuk membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas. Dengan adanya Na-CMC ini maka partikel-partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986)

Pemerian : serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal;

tidak larut dalam etanol dan dalam pelarut organik lain. Kekentalan : tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 120% dari

yang tertera dalam etiket untuk kadar larutan 2%; tidak kurang dari 75% dan tidak lebih dari 140% dari yang tertera pada etiket untuk kadar larutan 1%. (Depkes RI, 1995)

4. Nystatin

Nystatin adalah obat anti jamur golongan Polyene yang bekerja dengan cara meningkatkan permeabilitas dinding sel jamur sehingga jamur akan mati. Nystatin digunakan untuk merawat penyakit jamur yang disebabkan oleh jamur candida dan dapat diberikan secara topikal atau peroral (Zealand, 2010).

Pemerian : serbuk berwarna putih hingga kuning cerah.

Kelarutan : larut dalam formamida, sedikit larut dalam etanol, dan sukar larut dalam air

(9)

pH : 6-6,7

5. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun, berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. daun berbentuk memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai 2 helai daun. Tumbuhan temulawak mempunyai ukuran rimpang yang besar dan bercabang-cabang. Rimpang induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya terbentuk 3-4 rimpang cabang yang memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang kuning jingga atau jingga kecoklatan. Perbungaan lateral yang keluar dari rimpangnya, dalam rangkaian bentuk bulir dengan tangkai yang ramping (Widjayakusuma, 2007).

Dalam taksonomi tumbuhan Temulawak diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Curcuma

(10)

Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Wijayakusuma, 2007).

Rimpang temulawak mengandung zat warna kuning ( kurkumin), desmetoksi kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, atlantone (Wijayakusuma, 2007).

Temulawak mempunyai khasiat laktagoga, kolagoga, antiinflamasi, tonikum, dan diuretika. Minyak atsiri temulawak, juga berkhasiat fungistatik pada beberapa jenis jamur dan bakteriostatik pada mikroba Staphylococcus sp. dan Salmonella sp. (Dalimartha,2007).

Di benua Asia, tanaman famili zingiberaceae sudah digunakan sejak dahulu sebagai bumbu dan obat. Dari famili ini termasuk Curcuma xanthorrhiza Roxb. yang berasal dari Jawa. Rimpang dari tanaman temulawak mempunyai aroma dan warna yang khas. Dan biasa digunakan untuk mengobati masalah pencernaan, hepatitis, antiinflamasi dan infeksi bakteri (Itokawa, 2008).

Curcuma xanthorrhiza Roxb. digunakan sebagai pewarna di Indonesia dan obat kulit di Eropa. Selain itu, spesies ini mempunyai senyawa bioaktif tipe bisabolane, seperti α-curcumen, ar-turmerone dan xanthorrhizol. Tiga komponen ini menunjukkan aktivitas anti kanker yang kuat, dan xanthorrhizol memiliki aktivitas antibakteri (Chun, 2002).

(11)

2.4 Suspensi

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Depkes RI, 1979)

Syarat-syarat suspensi adalah:

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap 2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali

3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi 4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok

Gambar

Gambar 2.1 Fase terjadinya mukositis rongga mulut (Sonis, 2004)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan  untuk  periode  2006‐2010,  lingkup  bidang  usaha  PT.  INTI  difokuskan  pada  bidang  jasa  pelayanan  infokom  dengan  penekanan  pada 

Sistem cruise control merupakan sistem yang menjaga kecepatan gerak kendaraan dari ganguan eksternal misalnya gaya gesek bv dengan mengontrol gaya u (Mellom 1997)

Berikut ini merupakan hasil pengujian secara statistik untuk Model relasi remaja dengan ayah yang dibentuk oleh asertivitas diri, kebutuhan menampilkan diri yang

Para pengunjung peziarah makam Ali Mas’ud ini juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, dari golongan tingkat atas sampai yang ke tingkat bawah tanpa mengurangi

Berdasarkan gambar 5 di atas menunjukkan bahwa persentase motivasi siswa kelas VIII dalam mengikuti pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 1 Kota Bima Tahun Ajaran

Bentuk hubungan hukum para pihak dalam pemenuhan kewajiban penjaminan buy back guarantie adalah hubungan antara Bank dengan konsumen yang melakukan pembelian unit

Kata surat kabar berasal dari dua kata yaitu surat dan kabar. Kata surat dapat diartikan sebagai lembaran kertas–kertas yang berisi tulisan–tulisan, sedangkan kata

(Non-Player Character). Pembelajaran yang dimaksud adalah bagaimana ayam beradaptasi di lingkungan sekitar dengan menerapkan makan atau dimakan pada rantai