• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENGAWASAN POTENSI PADAM TOTAL TERHADAP KESELAMATAN PLTN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TEKNIS SISTEM PENGAWASAN POTENSI PADAM TOTAL TERHADAP KESELAMATAN PLTN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENGAWASAN POTENSI PADAM

TOTAL TERHADAP KESELAMATAN PLTN

Akhmad Muktaf Haifani

P2STIBN – Bapeten

Email untuk korespondensi: a.muktaf@bapeten.go.id ABTSRAK

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENGAWASAN POTENSIAL PADAM TOTAL TERHADAP KESELAMATAN PLTN. Konsep padam total mengacu pada hilangnya seluruh daya listrik arus bolak balik pada switchgear terminal yang esensial dan non-esensial dalam PLTN. Pada kejadian padam total, kemampuan untuk mendinginkan teras reaktor akan tergantung pada ketersediaan sistem yang tidak memerlukan arus bolak-balik (AC) dari bus switchgear yang esensial dan non-esensial dan pada kemampuan untuk memulihkan daya AC dalam batas waktu yang tepat. Beberapa hal dalam penentuan metoda padam total meliputi kemungkinan dan selang waktu/durasi hilangnya daya luar tapak (offsite), redundansi dan keandalan sistem daya AC pada tapak, dan potensi untuk urutan kecelakaan parah setelah hilangnya semua daya AC. Langkah antisipasi dari bahaya stasion blackout adalah dengan meningkatkan keandalan Sistem Catu Daya Darurat berupa kapasitas baterei untuk mensuplai daya terhadap keselamatan peralatan instrumentasi dan kendali dan untuk peralatan vital lainnya atau memasang alternatif sumber AC lainnya.

Kata kunci: Padam total, Sistem Catu Daya Darurat, arus bolak-balik (AC ), baterei, peralatan instrumentasi dan kendali.

ABSTRACT

TECHNICAL ASSESSMENT ON REGULATORY SISTEM OF STATION BLACKOUT AGAINST THE SAFETY OF NUCLEAR POWER PLANT. Station blackout concept refers to loss of the alternating current electrical power to the essential and non-essential switchgear terminals in nuclear power plants. In the station blackout events, the ability to cool the reactor core will depend on the availability of sistems that do not require AC power from the essential and non-essential bus switchgear and the ability to restore AC power within the proper time limit. Some things in the determination of station blackout total methods include the possibility and the lapse of time / duration of the loss of off-site resources (offsite), redundancy and reliability of AC power sistems at the site, and the potential for severe accident sequence after the loss of all AC power. In anticipation of the dangers of station blackout is to improve the reliability of the Emergency Power Supply Sistem of battery capacity to supply power to safety equipment for instrumentation and control and other vital equipment, or install another alternative AC source.

Keywords: Station Blackout, Emergency Power Supply Sistem, AC power, batteries, instrumentation and control equipment.

PENDAHULUAN

Dalam pengoperasian reaktor daya, aspek yang harus diperhatikan adalah ketersediaan pasokan daya listrik. Sistem daya listrik ini dapat diperoleh baik dari luar tapak misalnya pasokan dari Perusahaan Listrik Negara maupun dari dalam instalasi itu sendiri yang berguna sebagai pendukung dari sistem luar tapak. Sistem Catu Daya Darurat (SCDD) merupakan bagian sistem energi yang disediakan dari internal instalasi.

Sistem ini diperlukan ketika terjadi kecelakaan di dalam instalasi yang dapat menyebabkan pemadaman listrik, sehingga dapat mengganggu pasokan energi baik dari dalam maupun dari luar tapak. Merujuk pada Perka No 5 tahun 2007 tentang Evaluasi Tapak Reaktor Daya pada Bagian Umum Pasal 15 menyatakan bahwa[2].

1. PET harus menentukan jumlah unit dan/atau daya terpasang reaktor nuklir di tapak sejak awal proses pemilihan tapak.

2. Apabila jumlah unit dan/atau daya terpasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(2)

ISSN 1978-0176

bertambah, kelayakan tapak harus dievaluasi ulang.

Analisis keselamatan harus dilakukan dengan memperhitungkan jumlah beban yang harus dipasok dan kapasitas jaringan, karena bila pasokan berlebih tidak sebanding dengan kemampuan jaringan dapat memicu terjadinya padam total.

Hingga saat ini belum ada suatu ketentuan atau pedoman teknis yang mengatur tentang sistem penanganan padam total dalam instalasi nuklir. Oleh karena itu makalah ini akan menguraikan tentang penerapan sistem keselamatan dalam mengantisipasi terjadinya perisitwa padam total.

Istilah padam total mengacu pada hilangannya seluruh daya listrik arus bolak balik pada switchgear terminal yang esensial dan non-esensial dalam PLTN. Padam total meliputi hilangnya daya luar tapak bersama dengan trip turbin dan kegagalan sistem daya dari arus bolak-balik (AC) darurat pada tapak, tetapi bukan merupakan hilangnya daya AC yang tersedia untuk terminal umpan dengan baterei stasiun melalui inverter atau hilangnya daya dari sumber alternatif arus bolak-balik (AC)[2]. Karena banyak sistem keselamatan yang diperlukan untuk pemindahan panas peluruhan teras reaktor dan pemindahan panas penyungkup yang tergantung pada daya AC, konsekuensi dari padam total dapat menjadi berat. Pada kejadian padam total, kemampuan untuk mendinginkan teras reaktor akan tergantung pada ketersediaan sistem yang tidak memerlukan daya AC dari bus switchgear yang esensial dan non-esensial dan pada kemampuan untuk memulihkan daya AC dalam batas waktu yang tepat.

Pada kondisi padam total maka Sistem Catu Daya Darurat diperlukan untuk pengamanan unit terkait agar terhindar dari kerusakan fatal karena tidak berfungsinya beberapa peralatan pengaman unit karena hilangnya suplai daya normal, dan untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka diperlukan power supply essential untuk menggerakkan peralatan pengaman.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai suatu kajian tentang perlunya ketentuan yang menjelaskan tentang sistem pemadaman listrik secara selamat pada instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah tersedianya suatu kajian teknis terkait dengan sistem desain pemadaman listrik yang aman dari suatu instalasi PLTN.

METODOLOGI

Isu padam total meliputi kemungkinan dan selang waktu/durasi hilangnya daya luar tapak (offsite), redundansi dan keandalan sistem daya AC pada tapak, dan potensi untuk urutan kecelakaan parah setelah hilangnya semua daya AC. Berdasarkan studi resiko yang dilakukan untuk merumuskan analisis, hasilnya menunjukkan bahwa frekuensi lelehnya teras yang diestimasi dari padam total sangat bervariasi untuk instalasi yang berbeda dan dapat menjadi kontributor resiko yang signifikan untuk beberapa instalasi. Suatu tindakan yang tepat diperlukan untuk mengurangi resiko padam total, sehingga keselamatan dapat dipertahankan. Isu tersebut berhubungan untuk PWR dan BWR

Kajian ini terutama menekankan pada 3 cakupan yakni:

1. Mempertahankan keandalan sistem daya listrik AC sangat tinggi.

2. Mengembangkan prosedur untuk mengembalikan daya AC darurat baik luar tapak dan tapak apabila salah satu atau keduanya harus menjadi tidak tersedia. 3. Memastikan bahwa instalasi dapat menangani

padam total untuk beberapa perioda terkini berdasarkan pada probabilitas terjadinya padam total pada tapak dan juga kemampuan untuk pemulihan daya AC dalam batas waktu yang tepat untuk tapak

Satu faktor yang mempengaruhi keandalan sistem daya AC adalah kerentanan terhadap kegagalan dengan penyebab yang sama yang berkaitan dengan faktor desain, operasi dan lingkungan.

Ketidaktersediaan sistem daya AC darurat pada tapak dapat dipengaruhi oleh masa tak layan (outage) yang diakibatkan dari pengujian dan perawatan. Pada umumnya, ketidaktersediaan ini sekitar 0.007, yang kecil dibandingkan dengan keandalan generator diesel darurat minimum yang ditetapkan (yaitu 0,95 atau 0,975 keandalan per permintaan). Meskipun demikian, pada beberapa kasus masa tak layan yang dikarenakan oleh perawatan dapat menjadi kontributor yang signifikan terhadap ketidaktersediaan generator diesel darurat. Kontribusi generator tersebut dapat dijaga serendah mungkin dengan penyediaan prosedur pengujian dan perawatan yang berkualitas tinggi dan dengan perawatan generator diesel yang telah dijadwalkan pada waktunya pada saat reaktor padam. Juga pembatasan kondisi untuk operasi dalam spesifikasi teknis didesain untuk membatasi ketidaktersediaan generator diesel pada saat instalasi beroperasi. Sepanjang ketidaktersediaan akibat pengujian dan perawatan tidak terlalu besar,

(3)

laju kegagalan generator diesel darurat maksimum untuk tiap generator diesel akan menghasilkan nilai keandalan yang dapat diterima secara keseluruhan untuk sistem daya AC darurat.

Pengkajian kemampuan instalasi untuk menjaga kecukupan pendinginan teras dan integritas penyungkup selama padam total dan penyediaan prosedur untuk menangani kejadian tertentu harus dilakukan. Pada makalah ini diuraikan pula untuk menentukan durasi/selang waktu yang ditetapkan untuk suatu instalasi agar mampu menahan padam total sesuai dengan persyaratan ini. Penggunaan metode ini menghasilkan pemilihan kemampuan selang waktu padam total yang dapat diterima dari 2 – 16 Jam, tergantung pada perbandingan karakteristik instalasi dengan faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang signifikan terhadap risiko padam total. Faktor ini meliputi redundansi sistem daya AC darurat pada tapak (yaitu: jumlah ketersediaan generator diesel untuk pemindahan panas peluruhan dikurangi jumlah yang diperlukan untuk pemindahan panas peluruhan), keandalan sumber daya AC darurat pada tapak (misal generator diesel), frekuensi hilangnya daya luar tapak, dan kemungkinan waktu untuk memulihkan daya luar tapak. Pemegang izin dapat mengajukan selang waktu yang berbeda dari yang ditetapkan dalam pedoman ini. Dasar untuk selang waktu alternatif harus diprediksi berdasarkan faktor khusus instalasi yang berhubungan dengan keandalan sistem daya AC seperti yang dibahas pada referensi[3].

PEMBAHASAN

Penanganan Padam Total[4]

Analisis menunjukkan bahwa pemadaman dapat menimbulkan kerusakan teras yang parah, namun demikian tingkat keparahannya bergantung pada desain instalasi dan perioda waktu yang dipertimbangkan. Meskipun dengan mengharapkan pada tingkat keandalan yang tinggi pada daya dari luar tapak dan pada desain Sistem Catu Daya Darurat, kemungkinan pemadaman hendaknya diperhitungkan sebagai asumsi desain yang konservatif. Perilaku instalasi berdasarkan asumsi ini hendaknya dianalisis untuk menentukan lamanya waktu yang diharapkan setelah pemadaman hingga kondisi pendinginan yang kritis dari teras akan dicapai.

Beberapa tahapan desain dapat diterapkan sebagai cara untuk meningkatkan kapabilitas Sistem Catu Daya Darurat untuk mengatasi pemadaman, apabila tahapan dijamin dengan beberapa kemungkinannya. Tahapan ini meliputi peningkatan kapasitas baterei untuk mensuplai daya terhadap keselamatan peralatan instrumentasi dan kendali dan untuk peralatan vital lainnya atau memasang

alternatif sumber AC lainnya. Untuk multi unit, alternatif sumber AC ini dapat dibagi.

Kemampuan penanganan padam total untuk waktu tertentu memberikan tambahan pertahanan berlapis baik kegagalan sistem daya AC darurat luar tapak maupun pada tapak secara paralel/serentak. Kemampuan ini harus memfokuskan pada:

1. Metode untuk menentukan waktu minimum yang dapat diterima bahwa instalasi harus dapat menangani padam total berdasarkan pada kebolehjadian padam total pada tapak dan juga kemampuan untuk pemulihan daya untuk tapak. Tiap PLTN mempunyai kemampuan untuk memindahkan panas peluruhan dan menjaga integritas penyungkup baik tanpa daya AC untuk suatu periode waktu yang dibatasi.

2. Penentuan lamanya waktu bahwa instalasi dapat secara aktual menangani padam total. Jika kemampuan padam total instalasi aktual secara signifikan kurang dari durasi minimum yang dapat diterima, modifikasi diperlukan untuk meningkatkan kemampuan instalasi menangani padam total.

3. Prosedur modifikasi instalasi,

4. Prosedur dan pelatihan kejadian padam total harus disediakan.

Kemampuan Selang Waktu/Durasi Padam Total Minimum Yang Dapat Diterima

Tiap PLTN harus dapat menahan dan memulihkan kondisi padam total yang berlangsung selang waktu minimum yang ditetapkan. Durasi padam total yang ditetapkan harus berdasarkan faktor berikut:

1. Redundansi sistem daya AC darurat pada tapak (yaitu jumlah sumber daya yang tersedia dikurangi jumlah yang diperlukan untuk pemindahan panas peluruhan),

2. Keandalan tiap sumber daya AC darurat pada tapak (misal generator diesel)

3. Frekuensi hilangnya daya luar tapak yang diperkirakan,

4. Waktu yang mungkin diperlukan untuk memulihkan daya luar tapak.

Suatu metode untuk menentukan kemampuan lamanya padam total minimum yang dapat diterima sebagai fungsi karakteristik di atas tapak dan karakteristik terkait instalasi diberikan pada Tabel 1. Tabel 2 sampai dengan Tabel 5 memberikan uraian dan definisi rinci yang penting dari dari sejumlah faktor yang digunakan pada Tabel 1. Tabel 2 mengidentifikasi level yang berbeda dari redundansi sistem daya AC darurat pada tapak yang digunakan untuk membatasi grup konfigurasi daya AC darurat pada Tabel 1. Grup yang didefinisikan sesuai dengan variasi kombinasi dari faktor berikut:

(4)

ISSN 1978-0176

1. Keindependenan daya luar tapak (I) 2. Iklim buruk (Severe weather/SW)

3. Pemulihan iklim buruk (severe weather recovery (SWR), dan

4. Iklim buruk yang ekstrim (Extremely Severe Weather/ESW).

Tabel 1 dapat digunakan untuk menentukan kemampuan durasi padam total minimun yang dapat diterima untuk tiap instalasi.

Evaluasi Kemampuan Padam total Instalasi-spesifik

Tiap PLTN harus dievaluasi untuk menentukan kemampuan menahan dan memulihkan padam total dari durasi yang dapat diterima yang ditentukan untuk instalasi. Pertimbangan berikut harus dimasukkan pada saat menentukan kemampuan untuk menangani padam total. Evaluasi harus dilaksanakan yang mengasumsikan bahwa kejadian padam total terjadi ketika reaktor beroperasi pada tingkat daya termal 100% dan beroperasi pada level daya ini sedikitnya selama 100 hari.

Kemampuan semua sistem dan komponen yang penting untuk memberikan pendinginan teras dan pemindahan panas peluruhan yang menyertai padam total harus ditentukan, termasuk persyaratan kemampuan kapasitas baterei stasiun, persyaratan kemampuan tangki penyimpan kondensasi, persyaratan kemampuan udara pendingin, dan persyaratan instrumentasi dan kendali. Kemampuan untuk menjaga inventori sistem pendingin reaktor yang cukup untuk memastikan bahwa teras yang didinginkan harus dievaluasi, yang memperhatikan pertimbangan pengurangan, kebocoran seal pompa, hilangnya inventori dari penurunan atau jalur yang lain terbuka secara normal tergantung pada daya AC untuk isolasi.

Kecukupan dan kemampuan desain peralatan yang diperlukan untuk menangani padam total untuk durasi yang diperlukan dan periode pemulihan harus difokuskan dan dievaluasi seperti sesuai untuk kondisi lingkungan yang berhubungan. Desain peralatan ini harus memasukkan pertimbangan yang tepat sebagai berikut:

1. Potensi kegagalan peralatan yang penting untuk menangani padam total

2. Potensi pengaruh lingkungan pada kemampu-operasian dan keandalan peralatan yang penting untuk penanganan padam total, termasuk kemungkinan pengaruh sistem proteksi kebakaran.

3. Potensi pengaruh bahaya lain, seperti iklim/kondisi, peralatan yang merespons padam total (misal, peralatan bantu untuk mengoperasikan bus pada tapak atau untuk

memulihkan EDG dan peralatan lain yang diperlukan).

4. Potensi kebiasaan berhubungan dengan area tersebut yang memerlukan operator mengakses selama padam total dan waktu pemulihan.

Evaluasi yang telah dilaksanakan tidak perlu identik. Sebagai contoh, jika peralatan yang terkait keselamatan yang diperlukan selama hilangnya daya AC total telah dikualifikasi untuk mengoperasikan di bawah kondisi lingkungan melebihi yang diperkirakan di bawah padam total (misal: hilangnya pemanasan, ventilasi dan pendinginan udara/air conditioning), analisis tambahan tidak perlu dilaksanakan. Peralatan akan dipertimbangkan penerimaan terhadap kondisi lingkungan termasuk temperatur dari padam total jika suatu kajian telah dilakukan yang memberikan jaminan yang dapat diterima bahwa peralatan yang diperlukan akan tetap dapat beroperasi.

Pertimbangan harus diberikan untuk penggunaan peralatan yang tidak terkait keselamatan yang tersedia, dan juga peralatan yang terkait keselamatan, untuk menangani padam total yang dengan menggunakan peralatan tertentu. Sumber daya AC pada tapak atau sumber daya bolak-balik tertutup (nearby alternate AC/AAC) yang independen dan berbeda dari sumber daya AC darurat normal Kelas 1E (misal turbin gas, mesin diesel tersendiri, pasokan uap) akan membentuk suatu kemampuan penanganan padam total yang dapat diterima yang diberikan suatu analisis dilakukan untuk menunjukkan bahwa instalasi mempunyai kemampuan ini dari permulaan padam total sampai sumber daya AAC atau sumber dimulai/distart dan menyiapkan untuk mengoperasikan semua peralatan yang penting dalam menangani padam total dengan durasi yang diperlukan.

Pada umunya, peralatan yang diperlukan untuk menangani padam total selama 8 jam pertama harus tersedia pada tapak. Untuk peralatan yang tidak dilokasikan pada tapak, pertimbangan harus diberikan untuk ketersediaannya dan kemudahan akses dalam waktu yang diperlukan, termasuk pertimbangan kondisi iklim yang mungkin ada selama hilangnya daya luar tapak. Jika sumber AAC dibuktikan dengan pengujian tersedianya daya pada saat bus mati dalam waktu 10 menit dari permulaan padam total, tanpa memerlukan analsis penanganan.

Pertimbangan harus diberikan untuk tindakan operator di dalam atau di luar ruang kendali tepat pada waktunya yang akan menambah waktu insatalasi dapat menangani padam total yang diberikannya. Sebagai contoh, jika kapasitas batere stasiun merupakan suatu faktor terbatas dalam menangani padam total, yang menahan beban

(5)

non-esensial pada baterei dapat menambah waktu sampai kapasitas daya pada baterei habis. Jika penahan beban atau tindakan operator dipertimbangkan, maka prosedur yang terkait harus digabungkan kedalam pedoman teknis instalasi yang spesifik dan prosedur operasi darurat.

Kemampuan untuk menjaga integritas penyungkup harus tersedia. Integritas penyungkup

dengan mekanisme padam total harus memadai. Integritas ini tidak tergantung pada unit pasokan daya AC darurat tapak yang dapat dihidupkan dan dimatikan, sebagai indikasi posisi katup dan penutupan katup isolasi penyungkup yang mungkin dalam posisi terbuka pada pemulaan padam total.

Tabel 1. Kemampuan Durasi Padam Total Yang Dapat Diterima (jam)a

Grup Karakteristik Desain Daya Luar

Tapak

Grup Konfigurasi Daya AC daruratb

A B C D

Keandalan EDG Rata-rata Unit

0,975 0,95 0,975 0,95 0,975 0,95 0,975 P1 2 2 4 4 4 4 4 P2 4 4 4 4 4 8 8 P3 4 8 4 8 4 16 8

a

Variasi waktu akan dipertimbangkan jika pembenaran/justifikasi, termasuk analisis penggunaan biaya yang diberikan oleh pemegang izin.

b

Lihat Tabel 2 untuk menentukan grup konfigurasi daya AC darurat

TABEL 2 GRUP KONFIGURASI DAYA AC DARURATa

Tabel 2. Grup Konfigurasi Daya AC Darurata

Grup konfigurasi Daya EAC

Jumlah Sumber Daya EACb

Jumlah Sumber Daya EAC yang diperlukan untuk Mengoperasikan Sistem Pemindahan Panas peluruhan berdaya ACc

A 3d 1 4 1 B 4 2 5 2 C 2d 1 3e 1 D 2f 1 3 2 4 3 5 4 a.

tujuan khusus diberikan generator diesel, seperti tergabungnya dengan sistem semprot teras tekanan tinggi pada beberapa BWR, tidak menjadi penting dalam penentuan grup konfigurasi daya EAC .

b.

Jika tiap sumber daya EAC digunakan bersama antara unit pada tapak multi-unit, hal ini merupakan jumlah total dari sumber yang digunakan bersama dan yang diberikan untuk unit tersebut pada tapak.

c.

Jumlah ini berdasarkan pada semua beban AC yang diperlukan untuk memindahkan panas peluruhan (termasuk sistem panas peluruhan

berdaya AC) untuk mencapai dan menjaga pemadamaman/shutdown selamat di semua unit pada tapak dengan tidak tersedianya daya luar tapak.

d.

Untuk sumber daya EAC tidak digunakan bersama unit lain.

e.

Untuk sumber daya EAC digunakan bersama dengan unit lain pada tapak multi-unit.

f.

Untuk sumber daya EAC yang digunakan bersama yang pada tiap generator diesel mampu memberikan daya AC lebih dari satu unit pada suatu tapak secara serentak.

Tabel 3. Karakteristik Grup Iklim/Kondisi Buruk (SW)

Grup SW Frekuensi Hilangnya Daya Luar Tapak yang Diperkirakan dikarenakan Iklim/Kondisi Buruk, f (per tapak-tahun)*

1 f < 3,3 x 10-3

2 3,3 x 10-3< f < 1 x 10-2

3 1 x 10-2< f < 3,3 x 10-2

4 3,3 x 10-2 < f < 1 x 10-1

(6)

ISSN 1978-0176

*

Frekuensi Hilangnya Daya Luar Tapak yang Diperkirakan dikarenakan Iklim/Kondisi Buruk, f (per tapak-tahun), ditentukan persamaan berikut:

F= (1,3 x 10-4)h1 + (b)h2 +(0,012)h3 + (c)h4

Dengan:

h1 = kebolehjadian turunnya salju per tahun

pada tapak, dalam inchi

h2 = kebolehjadian adanya tornado per tahun

(dengan kecepatan angin lebih besar atau sama dengan 113 mil/jam) per mil2 pada tapak b = 12,5 untuk jaringan transmisi pada dua atau lebih rights-of-way yang terbentang pada arah yang berbeda dari switchyard atau b = 72,3 untuk tapak dengan jaringan transmisi pada satu

rights-of-way

h3 = kebolehjadian badai pada tapak dengan

kecepatan angin antara 75 dan 124 mph h4 = kebolehjadian taufan pada tapak

c = 0 jika switchyard tidak lemah terhadap pengaruh semprotan garam

c = 0,78 jika switchyard lemah terhadap pengaruh semprotan garam

Kebolehjadian turunnya salju, tornado, badai dan taufan dapat diperoleh dari data meterologi nasional dari stasiun meteorologi yang terdekat dengan instalasi atau dengan interpolasi, jika sesuai, antara stasiun meteorologi yang dekat.

Untuk kondisi Indonesia maka dapat disesuaikan dengan besarnya kecepatan angin yang dapat terjadi dan keadaan meteorologi setempat.

Tabel 4. Karakteristik Grup Pemulihan Iklim/Kondisi Buruk (SWR)

Grup SWR Karakteristik

1 Tapak dengan pemulihan yang ditambahkan (yaitu tapak yang mempunyai kemampuan dan prosedur untuk memulihkan daya AC luar tapak terhadap tapak dalam waktu 2 jam

yang mengikuti hilangnya daya luar tapak yang akibat iklim buruk.

2 Tapak tanpa menambah pemulihan

Tabel 5. Karakterisasi Grup Iklim/Kondisi Buruk Secara Ekstrim

Grup ESW Kebolehjadian badai pada tapak dengan kecapatan angin sama dengan atau lebih besar dari 125 mph (e)* 1 e < 3,3 x 10-4 2 3,3 x 10-4< e < 1 x 10-3 3 1 x 10-3< e < 3,3 x 10-3 4 3,3 x 10-3 < e < 1 x 10-2 5 1 x 10-2< e *

Kebolehjadian badai tahunan yang diperoleh dari data meteorologi nasional dari stasiun meteorologi yang terdekat dengan instalasi atau dengan interpolasi, jika sesuai, antara stasiun meteoroligi yang dekat.

KESIMPULAN

Keandalan sistem daya listrik pada PLTN harus mampu khususnya Sistem Catu Daya Darurat mengantisipasi kejadian Padam Total (Padam total). Beberapa hal dalam penentuan metoda padam total meliputi kemungkinan dan selang waktu/durasi hilangnya daya luar tapak (offsite), redundansi dan keandalan sistem daya AC pada tapak, dan potensi untuk urutan kecelakaan parah setelah hilangnya semua daya AC. Analisis yang harus dilakukan menekankan pada pertimbangan bahwa potensi padam total terjadi pada daya 100 % dan beroperasi dalam 100 hari. Sistem Catu Daya Darurat juga harus dipastikan mempunyai keandalan 0,975 dalam setiap permintaan dan dapat mensuplai kondisi padam instalasi selama maksimal 16 jam. Asumsi ini dipastikan tidak akan menghasilkan teras meleleh

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala Bapeten No 5 tahun 2007 ”Ketentuan Keselamatan Evaluasi Tapak Reaktor Nuklir”

2. IAEA NS-G-1.8, Design of Emergency Power Systems for Nuclear Power Plants,

3. Nureg-1776 Regulatory Effectiveness of the Station Blackout Rule U.S.

4. Regulatory Guide 1.155 Station Blackout, USNRC, 1988

TANYA JAWAB Pertanyaan

Apa dasar kemampuan suplai daya selama 16 jam apakah bukan 72 jam? (D.T Sony Tjahyani)

(7)

Asumsi yang digunakan menggunakan nilai 16 jam adalah kondisi metodologi berupa angin dengan kecepatan diatas 113 mill/jam belum memperhitungkan potensi genangan yang melampaui 16 jam termasuk:

a. Independensi daya tapak b. Kondisi iklim buruk c. Pemulihan peralatan d. Iklim buruk yang ekstrem

Gambar

TABEL 2 GRUP KONFIGURASI DAYA AC DARURAT a  Tabel 2. Grup Konfigurasi Daya AC Darurat a Grup konfigurasi
Tabel 4. Karakteristik Grup Pemulihan Iklim/Kondisi Buruk (SWR)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proses kuens dengan air mengalir dan tanpa kuens dengan air tak mengalir terhadap: kekuatan tarik dan nilai

Pada manusia, integumen ini termasuklah pada kulit dan apendajnya ( kuku, folikel rambut, kelenjar sebum, kelenjar sodoriferus ( peluh ) dan kelenjar seruminus.. Kulit juga

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menuntut perusahaan untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.Penelitian ini didukung dengan

Senyawa dihidro-1,3- benzoksazin tersubstisusi adalah salah satu senyawa turunan benzoksazin yang dapat dibuat melalui tiga tahap sintesis pada percobaan ini.. Semua

Blok B dengan pusat Periuk Jaya dengan fungsi utama zona industri dan perumahan kepadatan tinggi dengan fungsi penunjang adalah perdagangan dan jasa skala eceran dan Ruang

Pada saluran III peternak lebih cenderung untuk menjual susu segar kepada pedagang pengumpul dan disetorkan ke pedagang besar sehingga dalam pemasaran lebih mudah

Maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa dari hasil pemerolehan data yang terdapat dalam penelitian ini, bahwa masalah dalam penelitian ini tentang bagaimana

Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat diperoleh formula optimum obat kumur granul povidone iodine dengan SSG sebagai bahan penghancur dan pektin sebagai