• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN SUCI TIARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN SUCI TIARA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA

PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN

SUCI TIARA

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

SUCI TIARA. Identifikasi Interaksi Genotipe X Lingkungan pada Padi Hibrida Berdasarkan Respon Gabungan. Dibimbing oleh AHMAD ANSORI MATTJIK dan I MADE SUMERTAJAYA.

Indonesia merupakan negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan cara untuk meningkatkan produksi beras. Salah satunya adalah dengan mengelola lahan secara intensif dan efisien serta menemukan varietas padi yang berdaya hasil tinggi. Jenis padi yang berdaya hasil paling tinggi pada saat ini adalah padi hibrida. Usaha pemuliaan padi hibrida dapat dilakukan melalui perakitan varietas dan pengujian di berbagai lokasi secara berkesinambungan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yaitu menggunakan percobaan multilokasi. Analisis statistika yang komprehensif untuk percobaan multilokasi adalah analisis AMMI (Additive Main effect and Multiplicative Interaction). Pendekatan AMMI yang biasa dilakukan masih menggunakan respon tunggal. Padahal untuk mengetahui varietas unggul harus memperhatikan beberapa aspek secara bersamaan. Dalam hal ini berarti memperhatikan respon-respon yang diukur secara simultan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis AMMI berdasarkan respon gabungan. Metode penggabungan respon yang digunakan yaitu Range

Equalization dan pembobotan oleh pakar. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kedua metode

penggabungan memiliki kemiripan dalam mengidentifikasi kestabilan genotipe. G1, G5, G7, dan G11 adalah genotipe stabil berdasarkan analisis AMMI respon gabungan metode RE, sedangkan G3, G5, G7 dan G11 adalah genotipe stabil berdasarkan analisis AMMI respon gabungan metode Pakar. Genotipe lainnya merupakan genotipe spesifik pada lingkungan tertentu. Kemiripan pengklasifikasian ini disebabkan oleh respon yang dominan pada genotipe stabil diberikan bobot yang hampir sama, baik pada metode RE ataupun metode Pakar. Hasil klasifikasi kestabilan genotipe berdasarkan ISA kedua metode juga tidak jauh berbeda. Hasil korelasi Rank Spearman sebesar 0.776 menunjukkan adanya kemiripan hasil klasifikasi stabilitas genotipe metode RE dan metode Pakar. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode RE dapat digunakan walaupun pada penelitian ini terdapat respon yang dipentingkan dalam penentuan stabilitas genotipe. Jika dilihat dari penggunaannya, metode RE lebih baik digunakan apabila tidak ada respon asal yang dipentingkan sehingga semua respon diberikan bobot yang sama sedangkan metode Pakar digunakan apabila ada respon yang dipentingkan dalam menentukan stabilitas genotipe.

Kata kunci: Penggabungan Respon, Range Equalization, Pembobotan Pakar,Percobaan Multilokasi, Analisis AMMI

(3)

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA

PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN

SUCI TIARA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(4)

Judul : Identifikasi Interaksi Genotipe X Lingkungan pada Padi Hibrida

Berdasarkan Respon Gabungan

Nama : Suci Tiara

NRP : G14062771

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc

Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si

NIP. 194606261970081002

NIP. 196807021994021001

Mengetahui :

Ketua Departemen Statistika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si

NIP. 196504211990021001

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang berjudul ” Identifikasi Interaksi Genotipe X Lingkungan pada Padi Hibrida Berdasarkan Respon Gabungan” disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada Ibu Dian Kusumaningrum, S.Si, M.Si sebagai dosen penguji pada saat sidang yang telah memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis. Terimakasih juga kepada Bapak Azrial atas diskusi selama penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada Bapak Muhammad Ismail yang telah membantu penulis mencari informasi mengenai data yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada Marina, Sevara, Kamelia, dan Dian atas diskusi dan saran-saran yang diberikan. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Statistika yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama penulis menuntut ilmu di Departemen Statistika serta seluruh staf Departemen Statistika yang telah banyak membantu penulis. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang serta dorongan yang tulus baik moril maupun materil.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun selalu penulis harapkan sebagai bahan evaluasi guna peningkatan di masa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2010

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Padang pada tanggal 18 April 1989 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Mulyadi AR dan Elyta. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2000 di SD Negri 05 Surau Gadang Padang, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP 12 Padang dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA 10 Padang dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah satu tahun menempuh pendidikan di Tingkat Persiapan Bersama penulis diterima di Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepaniatiaan kemahasiswaan IPB baik di lingkungan departemen, fakultas, maupun kampus seperti Statistika Ria 2007 dan 2008, Masa Pengenalan Fakultas 2008,

Welcome Ceremony Statistics (WCS) 2009, serta Pesta Sains 2009. Penulis juga aktif dalam Ikatan

Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM-Bogor). Penulis juga berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika pada semester genap tahun 2008/2009. Pada bulan Februari-April 2010 penulis melaksanakan praktik lapang di PT. Jaringan Suara Indonesia, Jakarta Selatan.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 1 TINJAUAN PUSTAKA Padi Hibrida ... 1 Penggabungan Respon ... 1

Metode Range Equalization ... 2

Metode Pembobotan oleh Pakar ... 2

Asumsi Analisis Ragam ... 2

Analisis AMMI ... 3

Indeks Stabilitas AMMI ... 3

METODOLOGI Data ... 4

Metode ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Penggabungan Respon ... 4

Metode Range Equalization ... 4

Metode Pembobotan oleh Pakar ... 4

Analisis Deskriptif ... 5

Pengujian Asumsi Analisis Ragam ... 5

Analisis Ragam Gabungan ... 6

Analisis AMMI Berdasarkan Respon Gabungan Metode RE ... 7

Analisis AMMI Berdasarkan Respon Gabungan Metode Pakar ... 8

Pembandingan Metode RE dengan Metode Pakar ... 8

SIMPULAN ... 9

SARAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 10

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Genotipe yang diuji ... 4

2 Bobot setiap respon yang diamati ... 5

3 Analisis ragam gabungan untuk respon gabungan metode RE ... 6

4 Analisis ragam gabungan untuk respon gabungan metode Pakar ... 7

5 Analisis ragam AMMI1 untuk respon gabungan metode RE ... 7

6 Analisis ragam AMMI2 untuk respon gabungan metode Pakar ... 8

7 Klasifikasi genotipe stabil ... 9

8 Klasifikasi genotipe spesifik ... 9

9 Hasil klasifikasi ISA ... 9

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Boxplot respon gabungan berdasarkan genotipe ... 5

2 Boxplot respon gabungan berdasarkan lingkungan tanam ... 5

3 Uji kehomogenan ragam sisaan respon gabungan metode RE ... 5

4 Uji kehomogenan ragam sisaan respon gabungan metode Pakar ... 6

5 Plot sisaan dan urutan data metode RE ... 6

6 Plot sisaan dan urutan data metode Pakar ... 6

7 Uji kenormalan sisaan respon gabungan metode RE ... 6

8 Uji kenormalan sisaan respon gabungan metode Pakar ... 6

9 Biplot AMMI1 rataan respon gabungan metode RE dengan KUI1 ... 7

10 Biplot AMMI2 KUI1dengan KUI2 metode RE ... 7

11 Biplot AMMI1 rataan respon gabungan metode Pakar dengan KUI1 ... 8

12 Biplot AMMI2 KUI1dengan KUI2 metode Pakar ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Nilai harapan dan ragam respon gabungan metode RE dan Pakar ... 12

2 Rataan umum respon gabungan metode RE ... 13

3 Rataan umum respon gabungan metode Pakar ... 13

4 Nilai KUI1 dan KUI2 untuk genotipe dan lingkungan berdasarkan metode RE ... 14

(9)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia perkapita mencapai 155.3 kg/kapita, sedangkan konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 166.4 kg/kapita pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat kekurangan produksi untuk

memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi beras. Salah satunya yaitu dengan mengelola lahan secara intensif dan efisien serta menemukan varietas padi yang berdaya hasil tinggi. Berdasarkan informasi dan teknologi pemuliaan tanaman padi, jenis padi yang berdaya hasil paling tinggi pada saat ini adalah padi hibrida. Usaha pemuliaan padi hibrida dapat dilakukan melalui percobaan multilokasi. Percobaan multilokasi adalah serangkaian percobaan di berbagai kondisi lingkungan sekaligus dengan menggunakan rancangan serta perlakuan yang sama. Percobaan multilokasi diharapkan

mampu menjelaskan pengaruh utama

(genotipe dan lingkungan) dan pengaruh

interaksi genotipe dengan lingkungan.

Sehingga mampu mengidentifikasi genotipe yang stabil pada berbagai lingkungan berbeda atau beradaptasi pada suatu lingkungan spesifik (Sa’diyah & Mattjik 2009).

Analisis statistika yang saat ini cukup komprehensif digunakan untuk menganalisis percobaan multilokasi adalah analisis AMMI (Additive Main effect and Multiplicative

Interaction). Pendekatan AMMI yang biasa

dilakukan masih menggunakan respon

tunggal. Padahal untuk mengetahui varietas unggul harus memperhatikan beberapa aspek yang terkait pada tanaman secara bersamaan. Dalam hal ini berarti memperhatikan respon-respon yang diukur secara simultan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis AMMI berdasarkan respon gabungan. Metode penggabungan respon yang digunakan adalah Range Equalization dan pembobotan oleh pakar. Metode Range Equalization digunakan karena berdasarkan penelitian Sumertajaya (2005), metode ini adalah salah satu metode penggabungan respon yang dapat menjelaskan respon-respon asal dengan baik. Metode pembobotan oleh pakar digunakan karena terdapat tingkat kepentingan respon pada penelitian ini. Pakar/ahli pemuliaan tanaman padi memberikan bobot tertentu pada setiap respon sesuai tingkat kepentingannya.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi pengaruh interaksi

berdasarkan respon gabungan dengan

pendekatan Range Equalization dan

pembobotan berdasarkan pakar.

2. Membandingkan kedua metode

penggabungan respon.

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Hibrida

Padi hibrida merupakan hasil persilangan antara dua induk yang berbeda secara genetik dan mampu menunjukkan sifat superior. Padi hibrida mampu memberikan hasil yang lebih tinggi daripada padi varietas unggul lainnya. Selain itu, tanaman padi yang dihasilkan juga mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap serangan gulma. Sifat superior pada padi hibrida ini akan hilang pada generasi berikutnya. Oleh sebab itu, benih yang dihasilkan padi hibrida tidak dapat digunakan sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. Beberapa varietas padi hibrida yang sudah dilepas diantaranya Intani I, Intani II, Maro, Rokan, dan Bernas Super (IRRI Rice

Knowledge Bank & Satoto 2006).

Penggabungan Respon

Penggabungan respon merupakan salah

satu strategi yang digunakan sebagai

penyederhanaan analisis untuk melihat daya

adaptasi tanaman secara komprehensif.

Sumertajaya (2005) mengkaji penerapan metode penggabungan respon dalam analisis AMMI pada data respon ganda. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut antara lain

metode Range Equalization, metode

komponen utama pertama, metode

pembobotan berdasarkan komponen utama, metode jarak Hotelling, metode Division by

Mean, dan metode pembobotan optimum.

Metode-metode ini banyak digunakan pada berbagai aspek seperti penyusunan indeks pembangunan manusia, indeks kemiskinan, penggabungan atribut ganda dalam analisis pengendalian mutu dan lain-lain. Dari metode-metode yang disebutkan diatas, pada penelitian ini digunakan metode Range

Equalization. Selain itu digunakan juga

metode penggabungan yang lain yaitu metode pembobotan oleh pakar karena terdapat tingkat kepentingan respon dalam penelitian ini. Hasil respon gabungan kedua metode ini lebih lanjut digunakan sebagai respon pada analisis AMMI.

(10)

2 Metode Range Equalization

Pendekatan Range Equalization

menggunakan informasi nilai minimum dan maksimum dari data respon respon asal untuk memperoleh nilai respon gabungan (Kundu 2004, diacu dalam Sumertajaya 2005). Tahapan yang dilakukan untuk memperoleh nilai respon gabungan adalah:

1. menghitung nilai SDII (Subdimension

Indicator Index) untuk masing-masing

respon asal, yaitu:

= ;i=1,2,...,p; j=1,2,...,n.

2. menghitung nilai respon gabungan yaitu rata-rata dari seluruh SDII

= ∑ ;i=1,2,...,p; j=1,2,...,n.

p = banyaknya respon asal n = banyak pengamatan Metode Pembobotan oleh Pakar

Ahli pemuliaan tanaman memaparkan bahwa berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap hasil produksi, jumlah gabah isi per

malai, jumlah malai per m2, dan bobot 1000

butir secara berurutan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Menurut Gravois dan Helms (1992), kerapatan malai memiliki pengaruh terbesar terhadap hasil produksi, disusul dengan gabah isi per malai, dan bobot butir. Dilihat dari besarnya dampak langsung terhadap hasil produksi, urutan komponen hasil adalah jumlah gabah isi per malai >

jumlah malai per m2 > bobot 1000 butir

(Sürek dan Beşer 2003). Ahli pemuliaan tanaman padi memberikan skor 6, 3, 2, dan 2 masing-masing untuk hasil produksi, jumlah gabah isi per malai, jumlah malai, dan bobot 1000 butir.

Tahapan yang dilakukan untuk

mendapatkan respon gabungan dengan

metode pakar adalah:

1. mengurutkan respon sesuai kepentingan, kemudian berikan bobot untuk

masing-masing respon (wi)

2. menghitung nilai baku setiap respon

= = ;i=1,2,...,p;

j=1,2,...,n.

p = banyaknya respon asal n = banyak pengamatan 3. menghitung respon gabungan

=

Nilai harapan dan ragam metode ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Nilai harapan dan ragam ini juga berlaku untuk metode RE.

Asumsi Analisis Ragam

Asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh perlakuan dan pengaruh

lingkungan bersifat aditif

Model linier aditif merupakan suatu model umum yang menggambarkan keadaan suatu pengamatan yang terdiri atas

komponen-komponen yang dapat

dijumlahkan sesuai dengan modelnya.

Adanya ketidakaditifan pada data

mengakibatkan keheterogenan ragam

sisaan, sehingga suatu transformasi harus dilakukan sebelum melakukan analisis.

Statistik uji yang digunakan untuk

mengevaluasi keaditifan model adalah uji Tukey. Dalam pengujian ini digunakan

metode dengan memisahkan jumlah

kuadrat sisaan dengan derajat bebas 1. Statistik uji Tukey dapat ditulis sebagai berikut:

( )=

∑( . ..) . ..

∑( . ..) ∑ . .. r adalah banyaknya blok atau ulangan.

=

Apabila Fhitung ≤ Fα(1,dbsisaan) maka

keaditifan model dapat diterima (Steel & Torrie 1997).

2. Sisaan percobaan memiliki ragam yang homogen

Uji formal yang dapat digunakan untuk pengujian kehomogenan ragam sisaan adalah dengan uji Bartlett. Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho: = = … =

H1: minimal ada satu ragam yang tidak

sama

Apabila p-value ≥ α maka ragam sisaan percobaan homogen. Jika ragam sisaan tidak homogen maka dapat dilakukan transformasi peubah respon.

3. Sisaan percobaan saling bebas

Sisaan percobaan disebut saling bebas jika sisaan dari salah satu pengamatan yang mempunyai nilai tertentu haruslah tidak

bergantung pada nilai-nilai sisaan

pengamatan lainnya. Jika sisaan percobaan tidak saling bebas maka dapat terjadi kesalahan pada pengujian taraf nyata. Keacakan dan kebebasan antar sisaan dapat dilihat dari plot antara nilai dugaan sisaan percobaan dengan nilai dugaan respon. Apabila plot tidak membentuk suatu pola maka asumsi kebebasan sisaan terpenuhi.

(11)

3 4. Sisaan percobaan menyebar normal

Asumsi ini berlaku terutama untuk uji-uji nyata (pengujian hipotesis), dan tidak diperlukan dalam pendugaan komponen ragam. Jika sisaan percobaan tidak menyebar normal maka dapat dilakukan transformasi pada peubah respon. Salah satu uji formal yang dapat digunakan yaitu uji Anderson Darling.

(Mattjik & Sumertajaya 2006). Analisis AMMI

Analisis AMMI telah banyak dianjurkan untuk percobaan multilokasi. Keragaman keseluruhan bagian AMMI didapat dari pengaruh utama genotipe, pengaruh utama lingkungan, dan interaksi genotipe dengan lingkungan. Analisis ini menggabungakan analisis ragam dan penguraian nilai singular atau disebut juga analisis komponen utama bagi pengaruh interaksi.

Percobaan multilokasi menggunakan

analisis AMMI dimodelkan sebagai berikut:

= + + ( )+ + ( ) +

dimana (αβ)ij = ∑ +

i=1, 2, …, g; j=1, 2, …, l; k=1, 2,…, r.

Yijk menunjukkan respon dari amatan pada

genotipe ke-i, lingkungan ke-j, dan kelompok

ke-k,

merupakan rataan umum. , , dan

( ) menunjukkan pengaruh genotipe ke-i,

pengaruh lingkungan ke-j, dan pengaruh kelompok ke-k tersarang pada lingkungan

ke-j. adalah pengaruh acak pengamatan

pada genotipe ke-i, lingkungan ke-j, dan

kelompok ke-k. (αβ)ij merupakan pengaruh

interaksi genotipe ke-i dan lingkungan ke-j. Pengaruh interaksi ini diperoleh dengan menguraikan matriks interaksinya menjadi kompenen-komponen utama interaksi.

merupakan nilai singular ke-n, dan

menunjukkan pengaruh ganda genotipe ke-i melalui komponen bililier ke-n dan pengaruh ganda lingkungan ke-j melalui komponen

bilinier ke-n, δij adalah simpangan dari

pemodelan bilinier, dan m menunjukkan banyaknya KUI yang nyata pada taraf 5% (Mattjik & Sumertajaya 2006).

Metode yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya komponen utama interaksi (KUI) yang dipertahankan dalam model AMMI yaitu postdictive success dan

predictive success. Postdictive success

mementingkan kecocokkan suatu model terhadap data itu sendiri. KUI yang digunakan

berdasarkan banyaknya KUI yang nyata pada uji F analisis ragam. Predictive success mementingkan kecocokkan antara model yang digunakan dalam membangun sebagian data dan data validasi yang tidak digunakan dalam model (Gauch 1988).

Model AMMI dapat diinterpretasikan menggunakan biplot. Biplot AMMI1 (plot rataan dengan skor KUI1) menunjukkan bahwa genotipe mempunyai daya adaptasi baik pada suatu lingkungan jika genotipe dan lingkungan bertanda sama atau berinteraksi positif. Pengaruh interaksi genotipe dan lingkungan digambarkan oleh biplot AMMI2 (plot skor KUI1 dengan KUI2). Untuk

menguji kestabilan genotipe, digunakan

selang kepercayaan sebaran normal ganda. Semakin stabil suatu genotipe maka titik koordinatnya akan semakin mendekati pusat koordinat ellips (Hadi dan Sa’diyah 2004). Dari biplot AMMI2 dapat pula diperoleh gambaran adaptabilitas genotipe yang spesifik pada lingkungan tertentu yaitu dengan menggambar poligon pada AMMI2.

Indeks Stabilitas AMMI

Indeks Stabilitas AMMI (ISA) dapat digunakan untuk pengklasifikasian stabilitas genotipe. Indeks stabilitas diperlukan untuk memudahkan dalam melihat tingkat stabilitas suatu genotipe. Menurut Jaya (2008) dalam Sa’diyah dan Matjjik (2009), indeks stabilitas genotipe ditentukan oleh skor KUI yang dihasilkan dari model AMMI2 sehingga hanya menggunakan skor KUI1 dan skor KUI2. Indeks tersebut didefinisikan sebagai berikut:

=

⁄ ( KUI ) + [ KUI ]

Indeks yang didasarkan pada dua nilai KUI

terbesar tersebut baik digunakan jika

persentase keragaman genotipe dan

lingkungan yang dapat dijelaskan oleh model AMMI2 besar. Tetapi kurang efektif jika persen keragaman biplot AMMI2 kecil. Pada kondisi tersebut perlu melibatkan semua nilai KUI yang nyata. ISA menggunakan m buah KUI yang nyata didefinisikan sebagai berikut:

= ∑

∑ ⁄ ( KUI )

dengan λi adalah akar ciri pada komponen

ke-i, skorKUIi adalah skor komponen utama

interaksi ke-i genotipe dan m adalah banyaknya komponen yang nyata pada taraf 5% (Sa’diyah & Mattjik 2009).

(12)

4

METODOLOGI

Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder percobaan multilokasi padi hibrida pada musim tanam 2008/2009 dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Penanaman padi hibrida ini dilakukan pada 4 lingkungan tanam yaitu Malang musim hujan (mlg2), Jember musim hujan (jmbr2), Jember musim kemarau (jmbr1), dan Ngawi musim kemarau (ngw1). Genotipe yang dicobakan dalam peneltian ini sebanyak 12 genotipe padi hibrida (Tabel 1). Respon yang diukur yaitu daya hasil (ton/ha), jumlah gabah isi permalai,

jumlah malai per m2, dan bobot 1000 butir.

Rancangan yang digunakan di setiap

lingkungan adalah rancangan acak kelompok dengan empat kelompok.

Tabel 1 Genotipe yang diuji

Kode Genotipe G1 IH801 G2 IH802 G3 IH803 G4 IH804 G5 IH805 G6 IH806 G7 IH807 G8 IH808 G9 IH809 G10 Maro G11 Hibrindo G12 Ciherang Metode

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Menghitung respon gabungan dengan metode Range Equalization (RE) dan metode pembobotan oleh pakar.

2. Analisis statistika deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk

melihat pola umum dari rataan respon gabungan untuk masing-masing genotipe dan lingkungan tanam menggunakan diagram batang.

3. Analisis ragam gabungan

Analisis ragam gabungan digunakan untuk menguji secara sistematis nyata atau tidak nyatanya pengaruh genotipe, pengaruh

lingkungan, dan pengaruh interaksi

genotipe dengan lingkungan. Analisis ragam gabungan diawali dengan pengujian asumsi terlebih dahulu.

4. Analisis AMMI

Analisis AMMI dilakukan pada respon gabungan yang diperoleh melalui kedua

metode penggabungan. Interpretasi model

menggunakan biplot AMMI untuk

menentukan genotipe stabil dan spesifik lingkungan dengan selang kepercayaan normal ganda dan poligon.

5. Membandingkan kedua metode

penggabungan respon dengan melihat

pengklasifikasian stabilitas genotipe

masing-masing respon dan keeratan

hubungan hasil ISA kedua metode menggunakan korelasi Rank Spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggabungan Respon

Penggabungan respon dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu, Range

Equalization (RE) dan pembobotan oleh

pakar. Pemilihan metode ini berdasarkan hasil

penelitian Sumertajaya (2005) yang

menyatakan bahwa Range Equalization

merupakan salah satu metode penggabungan terbaik, sedangkan metode pembobotan oleh pakar digunakan karena adanya respon yang dipentingkan dalam penelitian ini. Metode

Range Equalization selanjutnya disingkat

menjadi metode RE dan metode pembobotan oleh pakar disingkat menjadi metode Pakar. Metode Range Equalization (RE)

Metode RE diawali dengan mencari nilai SDII (Subdimension Indicator Index) tiap respon. SDII tiap respon adalah sebagai berikut:

Jumlah Gabah Isi ∶ = .

. Jumlah Malai ∶ = Bobot 1000 Butir: = . . Daya Hasil: = . .

Berdasarkan nilai SDII tiap respon maka respon gabungan dapat dihitung dengan mencari rata-rata seluruh SDII.

Metode Pembobotan oleh Pakar

Metode pembobotan oleh pakar diawali dengan pemberian skor setiap respon oleh ahli/ pakar pemuliaan tanaman (Tabel 2).

Bobot (wi) diperoleh dari normalisasi skor

setiap respon. Nilai baku tiap respon (Zij)

sama dengan SDIIij pada metode RE. Maka

respon gabungan dapat dihitung dengan

menjumlahkan seluruh hasil perkalian Zij

(13)

5 Tabel 2 Bobot setiap respon yang diamati

Respon Nilai Bobot (wi)

Daya hasil (y4) 6 0.4615

Jumlah gabah isi (y1) 3 0.2308

Jumlah Malai (y2) 2 0.1538

Bobot 1000 butir (y3) 2 0.1538

Analisis Deskriptif

Genotipe-genotipe yang ditanam pada 4 lingkungan yang berbeda menghasilkan rataan nilai respon gabungan yang bervariasi. Rataan umum respon gabungan metode RE yaitu sebesar 0.425. Lampiran 2 menunjukkan bahwa genotipe G2, G3, G5, G7, dan G11 memiliki rataan lebih besar dari rataan umum metode RE. Rataan umum respon gabungan metode Pakar yaitu sebesar 0.421. Lampiran 3 menunjukkan bahwa genotipe G2, G3, G5, G6, G7, G8, dan G11 memiliki rataan lebih besar dari rataan umum metode Pakar.

Gambar 1 menunjukkan bahwa genotipe G11 memberikan rataan respon gabungan

paling tinggi sedangkan genotipe G1

memberikan rataan respon gabungan paling rendah pada kedua metode penggabungan respon. Genotipe G2 merupakan genotipe dengan keragaman paling kecil berdasarkan kedua metode penggabungan respon. G8

merupakan genotipe dengan keragaman

terbesar berdasarkan metode RE, sedangkan G9 merupakan genotipe dengan keragaman terbesar berdasarkan metode Pakar.

N il ai R es p o n G ab u n g an Genotipe(G) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1

Gambar 1 Boxplot respon gabungan

berdasarkan genotipe

Jika dilihat dari lingkungan tanam

(Gambar 2), lingkungan tanam Ngw1

memberikan rataan respon gabungan tertinggi sedangkan Jmbr1 memberikan rataan respon gabungan terendah baik berdasarkan metode RE maupun metode Pakar. Mlg2 memiliki keragaman terkecil pada kedua metode

penggabungan respon. Ngw1 memiliki

keragaman terbesar berdasarkan metode RE,

sedangkan Jmbr2 memiliki keragaman

terbesar berdasarkan metode Pakar. Gambar 2 juga menunjukkan bahwa terdapat pencilan

pada amatan lingkungan. Pencilan tersebut merupakan genotipe yang secara umum memiliki nilai amatan yang selalu tinggi atau rendah untuk tiap ulangan pada lingkungan tersebut atau disebut juga ekstrim genotipe.

N il a i R e s p o n G a b u n g a n LOKASI JMBR1 JMBR2 MLG2 NGW1 Pakar RE Pakar RE Pakar RE Pakar RE 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1

Gambar 2 Boxplot respon gabungan

berdasarkan lingkungan tanam Pengujian Asumsi Analisis Ragam Asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam adalah keaditifan pengaruh perlakuan dan pengaruh lingkungan, kehomogenan

ragam sisaan, kenormalan sisaan, dan

keacakan dan kebebasan antar sisaan.

Pengujian keaditifan model linier

meggunakan uji keaditifan Tukey

menghasilkan nilai-F sebesar 0.028 dengan nilai-p 0.868 untuk respon gabungan RE, sedangkan untuk respon gabungan Pakar menghasilkan nilai-F sebesar 0.034 dengan nilai-p 0.853. Karena nilai-p lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa asumsi keaditifan model terpenuhi pada taraf nyata 5%.

Uji Bartlett digunakan untuk menguji

asumsi kehomogenan ragam sisaan.

Berdasarkan uji Barttlet diperoleh nilai-p sebesar 0.832 untuk respon gabungan RE (Gambar 3) sedangkan untuk respon gabungan Pakar diperoleh nilai-p 0.131 (Gambar 4). Nilai-p lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kehomogenan ragam sisaan terpenuhi. L in g k u n g a n T a n a m

Selang Kepercayaan 95% untuk StDevs NGW1 MLG2 JMBR2 JMBR1 0.065 0.060 0.055 0.050 0.045 0.040 0.035 0.030 Bartlett's Test Test Statistic 0.87 P-Value 0.832

Gambar 3 Uji kehomogenan ragam sisaan respon gabungan metode RE

(14)

6 L in g k u n g a n T a n a m

Selang Kepercayaan 95% untuk StDevs NGW1 MLG2 JMBR2 JMBR1 0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 Bartlett's Test Test Statistic 5.62 P-Value 0.131

Gambar 4 Uji kehomogenan ragam sisaan respon gabungan metode Pakar Pengujian asumsi kebebasan dan keacakan sisaan dilihat dari plot sisaan dan nilai dugaan

respon. Gambar 5 dan Gambar 6

menunjukkan bahwa tidak terdapat pola tertentu pada plot tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebebasan dan keacakan sisaan terpenuhi. urutan data si sa a n 180 160 140 120 100 80 60 40 20 1 0.15 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10

Gambar 5 Plot sisaan dan urutan data berdasarkan metode RE urutan data si sa a n 180 160 140 120 100 80 60 40 20 1 0.15 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10

Gambar 6 Plot sisaan dan urutan data berdasarkan metode Pakar Uji Anderson Darling digunakan untuk

pengujian asumsi kenormalan. Asumsi

kenormalan sisaan untuk kedua respon gabungan terpenuhi karena nilai-p yang dihasilkan lebih besar dari 0.05 yaitu 0.167 untuk respon gabungan RE (Gambar 7) dan 0.327 untuk respon gabungan Pakar (Gambar 8). Sisaan P er se n 0.15 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10 99.9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1 Mean 0.167 -4.25007E-17 StDev 0.04310 N 192 AD 0.537 P-Value

Gambar 7 Uji kenormalan sisaan respon gabungan metode RE Sisaan P er se n 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 99.9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1 Mean 0.518 -2.87675E-17 StDev 0.05575 N 192 AD 0.327 P-Value

Gambar 8 Uji kenormalan sisaan respon gabungan metode Pakar Analisis Ragam Gabungan

Analisis ragam gabungan dilakukan untuk mengetahui pengaruh genotipe, lingkungan, dan pengaruh interaksinya. Hasil analisis ragam gabungan pada Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa kedua pengaruh utama yaitu genotipe dan lingkungan serta pengaruh interaksinya nyata pada taraf 5%. Pengaruh

lingkungan memberikan sumbangan

keragaman terbesar pada kedua analisis ragam. Disusul dengan pengaruh genotipe dan pengaruh interaksinya. Hal ini menjelaskan bahwa selain genotipe itu sendiri, respon

gabungan dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan tanam. Pengaruh interaksi yang

nyata mengindikasikan bahwa terdapat

perbedaan rataan respon dari suatu genotipe yang ditanam pada lingkungan yang berbeda. Tabel 3 Analisis ragam gabungan untuk

respon gabungan metode RE

Sumber db JK F nilai p Lingkungan 3 1.809 224.39 0.000 Blok(lingk) 12 0.069 2.15 0.018 Genotipe 11 0.092 3.11 0.001 Lingk*Gen 33 0.223 2.52 0.000 Error 132 0.355 Total 191 2.548

(15)

7 Tabel 4 Analisis ragam gabungan untuk

respon gabungan metode Pakar

Sumber db JK F nilai p Lingkungan 3 2.054 152.24 0.000 Blok(lingk) 12 0.08 1.49 0.137 Genotipe 11 0.227 4.59 0.000 Lingk*Gen 33 0.346 2.33 0.000 Error 132 0.594 Total 191 3.301

Analisis AMMI Berdasarkan Respon Gabungan Metode RE

Penguraian pengaruh interaksi dengan penguraian nilai singular dari matriks dugaan pengaruh interaksi menghasilkan 3 akar ciri bukan nol yaitu 0.038, 0.012, dan 0.006. Kontribusi keragaman pengaruh interaksi yang dapat diterangkan masing-masing akar ciri adalah 68.26%, 21.04%, dan 10.70%. Sehingga terdapat tiga komponen utama interaksi yang dapat dipertimbangkan dalam model AMMI.

Berdasarkan metode postdictive successs diperoleh satu komponen utama interaksi (KUI) yang nyata pada taraf 5% seperti yang terlihat pada Tabel 5. Dengan demikian, model AMMI terbaik yaitu AMMI1 dengan keragaman interaksi yang diterangkan sebesar 68.26%. Namun pada analisis ini tetap ditampilkan KUI2 karena masih berkontribusi terhadap pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan walaupun tidak nyata pada taraf 5%.

Tabel 5 Analisis ragam AMMI1 metode RE

Sumber db JK F nilai p Lingkungan 3 1.809 224.39 0.000 Blok(lingk) 12 0.069 2.15 0.018 Genotipe 11 0.092 3.11 0.001 Lingk*Gen 33 0.223 2.52 0.000 KUI1 13 0.152 4.36 0.039 KUI2 11 0.047 1.59 0.210 sisaan 9 0.024 0.99 0.322 Error 132 0.355 Total 191 2.548

Biplot AMMI1(Gambar 9) menjelaskan bahwa G11 memiliki rataan respon gabungan paling tinggi dan G1 memiliki rataan respon gabungan paling rendah. Gambar 9 juga menjelaskan bahwa G9 dan G12 memiliki

rataaan yang sama namun pengaruh

interakasinya terhadap lingkungan berbeda. Interaksi positif antara genotipe dengan lingkungan terjadi jika skor KUI1 antara genotipe dengan lingkungan memiliki tanda yang sama, sebaliknya jika tanda berbeda maka interaksinya dikatakan negatif. Genotipe G1, G9, G10, G8, G6, G7 berinteraksi positif

dengan lingkungan Mlg2 dan Ngw1

sedangkan genotipe lainnya berinteraksi positif dengan lingkungan Jmbr1 dan Jmbr2. Interaksi positif ini menunjukkan bahwa genotipe-genotipe tersebut dapat tumbuh baik pada lingkungan tanam yang telah disebutkan. Genotipe G1, G5, dan G7 merupakan genotipe-genotipe yang memiliki interaksi kecil dengan lingkungan karena skor KUI1-nya mendekati nol.

Rataan K U I1 0.55 0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 0.425 0 G12 G11 G10 G9 G8 G7 G6 G5 G4 G3 G2 G1 NGW1 MLG2 JMBR2 JMBR1

Gambar 9 Biplot AMMI1 rataan dengan

KUI1 metode RE KUI1 (68.26%) K U I 2 ( 2 1 . 0 4 % ) 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 G12 G11 G10 G9 G8 G7 G6 G5 G4 G3 G2 G1 NGW1 MLG2 JMBR2 JMBR1

Gambar 10 Biplot AMMI2 KUI1 dengan KUI2 metode RE

Biplot AMMI2 berdasarkan metode RE pada Gambar 10 menjelaskan struktur interakasi genotipe dengan lingkungan. Skor KUI1 dan KUI2 dapat dilihat pada Lampiran 4. Biplot AMMI2 dapat menggambarkan

keragaman interaksi sebesar 91.3%.

Pendekatan selang kepercayaan normal ganda yang berbentuk ellips untuk metode RE menghasilkan jari-jari mayor 0.11 dan jari-jari minor sebesar 0.09. Dari selang kepercayaan normal ganda 95% tersebut dapat diketahui bahwa G1, G5, G7, G11, dan G12 adalah genotipe yang stabil pada semua lingkungan tanam karena berada di dalam selang kepercayaan ellips dan memiliki keragaman yang relatif kecil. Genotipe lainnya yang berada di luar ellips dikatakan tidak stabil atau

(16)

8 spesifik di lingkungan tertentu. Genotipe yang

spesifik ditentukan dari poligon yang dibuat pada biplot AMMI2. Poligon pada Gambar 10 menjelaskan bahwa G6 adalah genotipe yang bersifat spesifik pada lingkungan Mlg2.

Genotipe yang bersifat spesifik pada

lingkungan Ngw1 adalah G10, G8, dan G9 sedangkan pada lingkungan Jmbr1 dan Jmbr2 adalah G2, G3, dan G4.

Analisis AMMI Berdasarkan Respon Gabungan Metode Pakar

Penguraian pengaruh interaksi dengan penguraian nilai singular dari matriks dugaan pengaruh interaksi menghasilkan 3 akar ciri bukan nol yaitu 0.050, 0.026, 0.010. Kontribusi keragaman pengaruh interaksi yang dapat diterangkan masing-masing akar ciri adalah 57.84%, 30.36%, dan 11.80%. Dari nilai singular tersebut terdapat tiga komponen utama interaksi yang dapat dipertimbangkan dalam model AMMI. Berdasarkan metode

postdictive successs diperoleh dua komponen

utama interaksi (KUI) yang nyata pada taraf 5% seperti terlihat pada Tabel 6. Dengan demikian, model AMMI terbaik yaitu AMMI2 dengan keragaman yang diterangkan sebesar 88.20%.

Tabel 6 Analisis ragam AMMI2 metode Pakar

Sumber db JK F nilai p Lingkungan 3 2.054 152.24 0.000 Blok(lingk) 12 0.080 1.49 0.137 Genotipe 11 0.227 4.59 0.000 Lingk*Gen 33 0.346 2.33 0.000 KUI1 13 0.200 3.43 0.000 KUI2 11 0.105 2.13 0.023 sisaan 9 0.041 1.01 0.436 Error 132 0.594 Total 191 3.301

Biplot AMMI1 pada Gambar 11

menunjukkan bahwa genotipe G11, G5, G6, G7, G2, G3, dan G8 memiliki rataan respon gabungan yang lebih tinggi dari rataan umum (0.421). Genotipe G2, G3, G4, G7, G11, G12 dapat tumbuh baik pada lingkungan tanam Jmbr1 dan Jmbr2. Genotipe lainnya dapat tumbuh baik pada lingkungan tanam Ngw1 dan Mlg2. Genotipe G1 dan G12 merupakan genotipe-genotipe yang memiliki interaksi kecil terhadap lingkungan tanam. Genotipe G3 dengan G8 serta G4 dengan G9 memiliki rataan yang hampir sama namun berbeda dalam pengaruh interaksinya.

Biplot AMMI2 antara KUI1 dengan KUI2 pada metode pembobotan oleh pakar ini (Gambar 12) menggambarkan keragaman

interaksi sebesar 88.20%. Skor KUI1 dan KUI2 pada metode Pakar dapat dilihat pada Lampiran 5. Perhitungan persamaan ellips untuk metode Pakar menghasilkan jari-jari mayor 0.12 dan jari-jari minor sebesar 0.10. Dari selang kepercayaan normal ganda 95% biplot AMMI2 tersebut dapat diketahui bahwa G3, G5, G7, dan G11 adalah genotipe yang stabil pada semua lingkungan tanam karena berada di dalam ellips. Genotipe lainnya yang

berada diluar ellips cenderung untuk

berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Poligon yang digambarkan pada Gambar 12 menunjukkan genotipe-genotipe yang spesifik atau dapat beradaptasi baik di lingkungan tertentu. Genotipe G1dan G6 bersifat spesifik pada lingkungan tanam Mlg2. Genotipe yang bersifat spesifik pada lingkungan tanam Ngw1 adalah G10, G9, dan G8 sedangkan pada lingkungan tanam Jmbr2 dan Jmbr1 adalah G2, G4,dan G12. Rataan K U I1 0.55 0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 0.421 0 G12 G11 G10 G9 G8 G7 G6 G5 G4 G3 G2 G1 NGW1 MLG2 JMBR2 JMBR1

Gambar 11 Biplot AMMI1 rataan dengan KUI1 metode Pakar

KUI1 (57.84%) K U I 2 ( 3 0 . 3 6 % ) 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 G12 G11 G10 G9 G8 G7 G6 G5 G4 G3 G2 G1 NGW2 MLG2 JMBR2 JMBR1

Gambar 12 Biplot AMMI2 KUI1 dengan KUI2 metode Pakar

Pembandingan Metode RE dan Pakar Pengkalasifikasian genotipe stabil dan spesifik kedua metode penggabungan respon dilakukan untuk membandingkan metode RE dengan Pakar. Tabel 7 merupakan tabulasi

(17)

9 genotipe yang stabil diperoleh dari selang

kepercayaan normal ganda pada biplot AMMI2 masing-masing metode. Tabel 8 merupakan tabulasi genotipe yang spesifik di lingkungan tertentu yang diperoleh dari poligon pada biplot AMMI2 setiap metode penggabungan respon.

Tabel 7 Klasifikasi genotipe stabil

Genotipe RE Pakar G1 v G2 G3 v G4 G5 v v G6 G7 v v G8 G9 G10 G11 v v G12 v *v:stabil

Tabel 8 Klasifikasi genotipe spesifik

Lingkungan RE Pakar

Mlg 2 G6 G1, G6

Ngw1 G10, G8, G9 G10, G8, G9 Jmbr2 G2, G3, G4 G2, G4, G12 Jmbr1 G2, G3, G4 G2, G4, G12

Berdasarkan hasil klasifikasi diatas, kedua

metode penggabungan respon memiliki

kemiripan dalam menentukan genotipe yang stabil. Hal ini dapat disebabkan oleh kemiripan bobot yang diberikan oleh kedua metode pada respon-respon yang dominan di genotipe tersebut. Metode RE memberikan bobot yang sama untuk setiap respon yaitu sebesar 25% sedangkan metode pakar memberikan bobot yang berbeda pada setiap respon.

Genotipe G5 merupakan genotipe yang dominan pada respon gabah isi permalai. Metode pakar memberikan bobot sebesar 23.08% untuk respon gabah isi permalai, tidak jauh berbeda dengan bobot pada metode RE. Genotipe G7 dominan pada respon bobot seribu butir dan respon daya hasil, sedangkan genotipe G11 hampir dominan pada setiap respon kecuali respon gabah isi per malai. G1 dan G12 hanya stabil pada metode RE. Respon yang paling dominan pada G1 adalah jumlah malai, sedangkan G12 merupakan genotipe yang dominan pada respon bobot seribu butir. Namun kedua respon tersebut mendapatkan bobot yang kecil pada metode Pakar yaitu sebesar 15.38%.

Klasifikasi genotipe stabil juga dapat ditentukan dengan indeks stabilitas AMMI

(ISA). Genotipe dengan ISA terkecil

merupakan genotipe yang paling stabil. Tabel

9 menunjukkan bahwa G5 merupakan

genotipe yang paling stabil dan G10 merupakan genotipe paling tidak stabil berdasarkan metode RE. Berdasarkan metode Pakar, G11 merupakan genotipe paling stabil dan G2 merupakan genotipe paling tidak stabil. Hasil klasifikasi ISA ini tidak mengindikasikan bahwa genotipe dengan ISA terbesar merupakan genotipe yang paling tidak baik diantara genotipe lainnya karena urutan stabilitas berdasarkan ISA tidak menunjukkan urutan kebaikan suatu genotipe. Namun secara umum pengklasifikasian yang diperoleh dari ISA ini tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi Rank Spearman kedua peringkat stabilitas. Hasil korelasi sebesar 0.776 menunjukkan adanya kemiripan hasil klasifikasi stabilitas genotipe metode RE dan metode Pakar. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode RE dapat digunakan walaupun pada penelitian ini terdapat respon yang dipentingkan dalam penentuan stabilitas genotipe.

Tabel 9 Hasil Klasifikasi ISA

Genotipe Peringkat Stabilitas Metode RE Metode Pakar

G1 2 8 G2 11 12 G3 6 3 G4 10 9 G5 1 2 G6 7 6 G7 4 5 G8 9 7 G9 8 10 G10 12 11 G11 3 1 G12 5 4

SIMPULAN

Hasil analasis AMMI pada setiap metode penggabungan respon menjelaskan bahwa G1, G5, G7, G11, dan G12 adalah genotipe yang stabil pada setiap lingkungan berdasarkan metode RE, sedangkan G3, G5, G7, dan G11 adalah genotipe yang stabil pada setiap

lingkungan berdasarkan metode Pakar.

Berdasarkan metode RE genotipe G6 spesifik pada lingkungan tanam Mlg2, genotipe G10, G9, G8 spesifik pada lingkungan tanam Ngw1, dan genotipe G2, G3, G4 spesifik pada

lingkungan tanam Jmbr1 dan Jmbr2.

Berdasarkan metode Pakar genotipe G1dan G6 spesifik pada lingkungan tanam Mlg2, sedangkan G10, G9, dan G8, spesifik pada

(18)

10 lingkungan tanam Ngw1. Genotipe G2, G4,

dan G12 spesifik pada lingkungan tanam Jmbr1 dan Jmbr2.

Kedua metode penggabungan respon yang

digunakan memiliki kemiripan dalam

mengklasifikasikan genotipe stabil. Hal ini disebabkan oleh respon yang dominan pada genotipe stabil diberikan bobot yang hampir sama, baik pada metode RE ataupun metode Pakar. Hasil klasifikasi kestabilan genotipe berdasarkan ISA kedua metode juga tidak jauh berbeda. Hasil korelasi peringkat spearman sebesar 0.776 menunjukkan adanya kemiripan hasil klasifikasi stabilitas genotipe metode RE dan metode Pakar. Jika dilihat dari penggunaannya, metode RE lebih baik digunakan apabila tidak ada respon asal yang

dipentingkan sehingga semua respon

diberikan bobot yang sama sedangkan metode Pakar digunakan apabila ada respon yang dipentingkan dalam menentukan stabilitas genotipe, respon yang lebih penting akan mendapatkan bobot yang lebih besar pula. Namun pada penelitian ini, metode RE dapat digunakan walaupun dalam penelitian ini terdapat tingkat kepentingan respon.

SARAN

Suatu varietas dikatakan unggul tidak hanya dilihat dari hasil produksi saja. Aspek lainnya seperti morfologi dan daya tahan tanaman juga perlu diperhatikan. Dalam penelitian ini digunakan respon-respon dari komponen hasil. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat ditambahkan respon yang terkait dengan morfologi seperti panjang

malai dan tinggi tanaman. Tambahan

mengenai informasi daya tahan tanaman juga dapat meningkatkan hasil analisis ini. Selain itu, hasil ini perlu dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan beberapa set data dengan kondisi berbeda untuk mengetahui kondisi yang lebih tepat dalam menggunakan metode penggabungan respon.

DAFTAR PUSTAKA

Gauch HG. 1988. Model Selection and

Validation for Yields Trial with

Interaction. Biometrics, 44: 705-715. Gravois KA, Helms RS. Path Analysis of Rice

Yield and Yield Components as Affected by Seeding Rate. Agron J, 84:1-4.

Hadi AF, Sa’diyah H. 2004. Model AMMI

Untuk Analisis Interaksi Genotipe

Lokasi. Ilmu Dasar, 5: 33-41.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006.

Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab jilid I Edisi 2. Bogor:

IPB Press.

Putranto W. 2010. Cukupkah Beras

Indonesia?. http://daps.bps.go.id /index.php?page=website.ViewBerita&id =210 [14 November 2010].

Sa’diyah H, Mattjik AA. 2009. Indeks

Stabilitas AMMI untuk Penentuan

Stabilitas Genotipe pada Percobaan

Multilokasi. Ilmu Dasar, 7:47-57. Satoto. 2006. Padi Hibrida.

http://www.knowledgebank.irri.org/indo nesia/PDF%20files/padi%20hibrida_BW .pdf [17 Mei 2010].

Steel RGD, Torrie JH, Dickey DA. 1997.

Principles and Procedures of Statistics: a

Biometrical Approach, 3rd ed.

McGraw-Hill, Inc. Singapore.

Sumertajaya IM. 2005. Kajian Pengaruh

Inter Block dan Interaksi pada Uji Lokasi Ganda dan Respon Ganda [disertasi].

Bogor: Fakultas MIPA, IPB.

Sürek H, Beşer N. 2003. Correlation and Path Coefficient Analysis for Some Yield Related Traits in Rice (Oryza Sativa L.) Under Thrace Conditions. Turk J Agric, 27: 77-83.

(19)
(20)

12 Lampiran 1 Nilai harapan dan ragam respon gabungan metode RE dan Pakar

Diketahui:

Ygab=∑ ; = 1, … ,

untuk metode RE, =1; = jumlah respon asal

untuk metode Pakar, wi adalah bobot yang diberikan oleh pakar untuk respon ke-i (Yi)

= −

− ; ~ ( , )

Maka: E(Yi)=

µ

i dan Var(Yi)=

σ

i 2 Sehingga: ( ) = − − = ( − ) = = = ∑ ( ) = ∑ Sehingga: ( ) = − − = ( − ) = = = ∑ ( ) = ∑

(21)

13 Lampiran 2 Rataan umum respon gabungan berdasarkan metode RE

Genotipe Lingkungan Tanam

JMBR1 JMBR2 MLG2 NGW1 Rataan Genotipe G1 0.2539 0.3645 0.4141 0.5085 0.3853 G2 0.3243 0.4673 0.4450 0.4717 0.4271 G3 0.2844 0.4546 0.4616 0.5057 0.4266 G4 0.2811 0.4855 0.4251 0.4871 0.4197 G5 0.2821 0.4745 0.4895 0.5638 0.4525 G6 0.2576 0.4172 0.5093 0.5624 0.4366 G7 0.3058 0.4542 0.4461 0.5888 0.4487 G8 0.2702 0.3808 0.4878 0.6016 0.4351 G9 0.2236 0.4410 0.3728 0.5667 0.4010 G10 0.2316 0.3576 0.4354 0.6268 0.4129 G11 0.3063 0.4750 0.4967 0.5629 0.4602 G12 0.2901 0.4034 0.3887 0.5190 0.4003 Rataan Lingkungan 0.2759 0.4313 0.4477 0.5471 0.4255

Lampiran 3 Rataan umum respon gabungan berdasarkan metode Pakar

Genotipe Lingkungan Tanam

JMBR1 JMBR2 MLG2 NGW1 Rataan Genotipe G1 0.2099 0.3602 0.3767 0.4543 0.3503 G2 0.3623 0.5343 0.4271 0.4580 0.4454 G3 0.2940 0.5033 0.3800 0.5252 0.4256 G4 0.2735 0.5267 0.3339 0.5002 0.4086 G5 0.2564 0.5251 0.4203 0.6095 0.4528 G6 0.2766 0.4778 0.4548 0.5925 0.4504 G7 0.3356 0.5236 0.3643 0.5624 0.4465 G8 0.2888 0.4205 0.3974 0.6049 0.4279 G9 0.2257 0.5050 0.3098 0.5945 0.4087 G10 0.2448 0.3711 0.3710 0.6371 0.4060 G11 0.2981 0.5405 0.4472 0.5749 0.4652 G12 0.2478 0.4339 0.2661 0.4994 0.3618 Rataan Lingkungan 0.2761 0.4768 0.3791 0.5511 0.4208

(22)

14 Lampiran 4 Nilai skor KUI1 dan KUI2 untuk genotipe dan lingkungan berdasarkan metode RE

Lingkungan KUI1 KUI2

JMBR1 -0.138 0.003

JMBR2 -0.247 -0.133

MLG2 0.050 0.268

NGW1 0.335 -0.137

Genotipe KUI1 KUI2

G1 0.025 0.047 G2 -0.210 0.046 G3 -0.103 0.058 G4 -0.181 -0.046 G5 -0.020 0.029 G6 0.073 0.150 G7 0.021 -0.084 G8 0.172 0.092 G9 0.039 -0.223 G10 0.259 -0.042 G11 -0.037 0.048 G12 -0.038 -0.076

Lampiran 5 Nilai skor KUI1 dan KUI2 untuk genotipe dan lingkungan berdasarkan metode Pakar

Lingkungan KUI1 KUI2

JMBR1 -0.149 0.058

JMBR2 -0.256 -0.207

MLG2 0.039 0.304

NGW1 0.366 -0.154

Genotipe KUI1 KUI2

G1 0.019 0.213 G2 -0.267 0.135 G3 -0.084 -0.001 G4 -0.147 -0.101 G5 0.061 -0.047 G6 0.080 0.102 G7 -0.077 -0.077 G8 0.147 0.060 G9 0.060 -0.225 G10 0.282 0.027 G11 -0.037 0.032 G12 -0.036 -0.118

Gambar

Gambar  1  menunjukkan  bahwa  genotipe  G11  memberikan  rataan  respon  gabungan  paling  tinggi  sedangkan  genotipe  G1  memberikan  rataan  respon  gabungan  paling   rendah  pada  kedua  metode  penggabungan  respon
Gambar  4  Uji  kehomogenan  ragam  sisaan  respon gabungan  metode Pakar  Pengujian asumsi kebebasan dan keacakan  sisaan dilihat dari plot sisaan dan nilai dugaan  respon
Tabel 5  Analisis ragam AMMI1 metode RE

Referensi

Dokumen terkait

 Fungsi puts() digunakan untuk menampilkan data string dan secara otomatis akan diakhiri dengan perpindahan baris.  Fungsi putchar() digunakan untuk menampilkan

OUTPUT PROSES INPUT Marketing Pemilik Data Pelanggan Data Pesanan Membuat BOM Produk Rencana Kebutuhan Bahan Baku Monitoring Pemakaian Bahan Baku Laporan Rencana Kebutuhan

Jadi, kata ‘bagai’ yang digunakan pada bait ke-1, 9 dan 10 yang ada dalam gaya bahasa perumpamaan difungsikan untuk menggambarkan keadaan dan suasana kelaparan yang berdampak

Ada pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel keberwujudan, kehandalan, ketan ggapan, kepastian dan kepedulian terhadap kepuasan pelanggan pada PDAM

Pengaruh Sifat Machiavellian Terhadap Hubungan Antara Struktur Insentif Dengan Kecenderungan Melakukan Akuntansi Kreatif.. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar

Toko Roti Dewi memiliki produk yang diproduksi sendiri dan produk yang dijual secara langsung tanpa melalui proses produksi, maka dari itu dapat dikatakan ada dua

Hasil dari penelitian ini adalah mekanisme restitusi pajak pertambahan nilai pada kantor pelayanan pajak pratama cirebon dilakukan sesuai dengan aturan- aturan yang berlaku

Sesuai dengan teori tersebut orang pinggiran mendapat sifat yang baik karena mereka meniru dari kelas sosial lain dan tanpa sadar mereka menerima sistem