• Tidak ada hasil yang ditemukan

Febrina Saptayani 1, Zariul Antosa 2, Munjiatun 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Febrina Saptayani 1, Zariul Antosa 2, Munjiatun 3"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi dari Stik Es pada Siswa

Kelas IVB SDN 153 Pekanbaru

Febrina Saptayani1 , Zariul Antosa2 , Munjiatun3 ABSTRACT

The purpose of this research is to improve the implementation of the skills to make construction object of the ice sticks at fourth grade students of SDN 153 Pekanbaru with the application of guided inquiry learning model. The subjects in this study were fourth grade students of SDN 153 Pekanbaru in academic year 2012/2013 with the number of students 34. The formulation of the problem in this research is: "Is the implementation of guided inquiry learning model can improve the skills of making objects of construction of ice sticks on fourth grade students of SDN 153 Pekanbaru? '. The research was conducted in two cycles, the first cycle held two meetings with one final assessment cycle and the second cycle was also carried out two meetings and one final assessment cycle. The instrument of collecting data in this study is the teacher observation sheet, student observation sheet, rubric assessment process and rubric assessment product. The study is in the form of classroom action research (CAR). The results of this study indicate that the implementation of guided inquiry learning model can improve the skills of the fourth grade students in the SDN 153 Pekanbaru in making construction object of ice sticks. At the first data, the average of students’ score in making the construction objects of ice sticks 50.47. In the first cycle, the average of students’ mark 69.33 and increased by 18.86 of the results of the initial data. Meanwhile, on the second cycle the average of students’ score increased to 81.93 and increase of 12.6 from the first cycle. This shows that the implementation of guided inquiry learning model can improve the skills of making objects of construction of ice sticks in fourth grade students of SDN 153 Pekanbaru.

Keywords: Guided Inquiry Learning Model, making object construction skills of ice sticks

PENDAHULUAN

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.

Pendidikan seni keterampilan sebagai salah satu pengembangan kesenian di Sekolah Dasar memiliki peranan penting dalam upaya pengembangan dan pembinaan kemampuan berpikir dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan kreativitas siswa.

1Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805132484, e-mail nha.bhian@yahoo.com

2Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail

Antosazariul@gmail.com

3

Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail Munjiatun@unri.ac.id

(2)

Keberhasilan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting karena keberhasilan suatu pelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kematangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, model pembelajaran yang diterapkan dan alat media yang mendukung serta materi yang digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Roza Warmaningsih guru bidang studi Seni Budaya dan Keterampilan kelas IV SDN 153 Pekanbaru diketahui bahwa pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada sub materi benda konstruksi sudah pernah diterapkan, akan tetapi bukan menggunakan bahan dari stik es. Untuk penelitian ini, peneliti mengambil data awal melalui tes awal, hasil dari tes awal terlihat dengan nilai rata-rata siswa 50,47 dengan kategori cukup terampil. Kurangnya keterampilan siswa pada materi benda konstruksi dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang masih memiliki nilai dengan kategori kurang terampil. Hal ini terlihat dari gejala-gejala yang tampak seperti: (1) Rasa ingin tahu siswa masih rendah tentang pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan; (2) Siswa tidak mampu mengembangkan dan mengungkapkan gagasan sendiri; (3) Guru terlalu banyak membimbing selama proses pembelajaran; (4) Siswa tidak mampu mengaplikasikan materi kedalam bentuk nyata. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dalam seni budaya dan keterampilan pada siswa kelas IV SDN 153 Pekanbaru, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan Keterampilan membuat Benda Konstruksi dari Stik Es pada siswa kelas IV SDN 153 Pekanbaru.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi pokok permasalahan adalah: Apakah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi dari stik es pada siswa kelas IV SDN 153 Pekanbaru?

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam membuat benda konstruksi dari stik es pada siswa kelas IV SDN 153 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, mendapatkan pengalaman belajar dalam Pembelajaran Seni keterampilan dan dapat meningkatkan kreativitas, keterampilan dalam seni membuat benda konstruksi dari stik es;

2. Bagi Guru, dapat melakukan satu upaya perbaikan pembelajaran Seni budaya dan Keterampilan khususnya Seni keterampilan sehingga keterampilan dan kemampuan siswa dapat ditingkatkan dan menerapkan proses Pembelajaran Seni Keterampilan dengan menggunakan model yang tepat;

3. Bagi sekolah, dapat dijadikan salah satu masukan dalam mengembangkan sarana dan prasarana belajar di sekolah setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing;

4. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang model pembelajaran inkuiri terbimbing dan dapat menjadi pedoman agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam mengajar.

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang menggunakan dua siklus. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas kolaboratif. Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Ddikatakan penelitian kolaboratif karena pada penelitian ini guru dan peneliti dilibatkan secara serentak.

Penelitian dilaksanakan di SDN 153 Pekanbaru. Bertempat di Jl. Semangka (Amilin). Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2012/2013. Pada tanggal 10 September 2012 sampai dengan 15 Oktober 2012. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVB SDN 153 Pekanbaru. Terdiri dari 34 orang siswa, 19 orang siswa perempuan, dan 15 orang siswa laki-laki.

Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: Observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati siswa secara langsung dalam rangka evaluasi keterampilan dalam membuat benda konstruksi. Observasi digunakan sebagai alat evaluasi untuk memakai kegiatan belajar yang bersifat kemampuan atau aspek psikomotor.

Teknik Tes keterampilan adalah tes yang dilakukan untuk dapat mengambil nilai dari keterampilan yang telah dibuat oleh siswa dengan materi pembelajaran benda konstruksi dari stik es.

Dokumentasi adalah suatu data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yaitu berbentuk hasil penemuan dalam membuat keterampilan benda konstruksi dari stik es yang telah ditemukan siswa yang dilakukan melalui percobaan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif.

Aktivitas guru dan siswa dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penilaian tertinggi 4 dan penilaian terendah 1. Aktivitas guru dan siswa dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini terdiri dari 6 indikator, dengan rintang nilai 1-4. Maka skor maksimalnya adalah 24 ( 6 x 4) dan skor minimalnya adalah ( 6 x 1) untuk menentukan persentase nilai data aktivitas guru dan siswa yang diamati dengan rumus:

Rumus: P =

Sumber: Anas Sudijono (2010:43) Keterangan:

P = Persentase rata-rata aktivitas guru dan siswa

F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan guru dan siswa N = Skor maksimal yang di dapat dari aktivitas guru dan siswa

(4)

Kriteria aktivitas guru dan siswa disajikan dibawah ini :

a. Jumlah kategori ada 4 yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang

b. Untuk melihat kategori aktivitas guru dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

I =

Sehingga dapat dihitung dengan cara :

NA = Jumlah indikator x Skor tertinggi = 6 X 4

= 24

NB = Jumlah indikator x Skor terendah = 6 X 1

= 6

Konversikan ke 100 sehingga dapat dihitung dengan cara: NA =

X 100 = 100 NB =

X 100 = 25 Jadi, I =

=

= Keterangan : I = Interval NA = Nilai Atas NB = Nilai Bawah K = Kategori

Jadi kriteria aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1 Kategori Persentase Aktivitas Guru

Interval Kategori

≥81,25% -100% Sangat Baik

≥62,5% ≤81,25% Baik

≥43,75% ≤62,5% Cukup

(5)

Tabel 3.2 Kategori Persentase Aktivitas Siswa Interval Kategori ≥81,25% -100% Sangat Baik ≥62,5% ≤81,25% Baik ≥43,75% ≤62,5% Cukup ≥25% ≤43,75% Kurang

Tujuan dari analisis ini ialah untuk mengetahui meningkatnya keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi yang dicapai siswa setelah pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penentuan meningkatnya keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi diambil dari penilaian produk 40% dan penilaian proses sebanyak 60%. Rumus yang digunakan dalam penilaian ini (persiklus) adalah:

1. Penilaian Proses RT =

Keterangan :

RT = Skor rata-rata penilaian proses P1 = Skor proses pertemuan 1 P2 = Skor proses pertemuan 2 Nilai Proses =

2. Penilaian Produk

Nilai Produk = X 40

3. Nilai Akhir Keterampilan

Nilai Akhir = Nilai Proses + Nilai Produk

Kriteria dalam keterampilan membuat benda konstruksi dari stik es siswa disajikan dibawah ini:

a. Jumlah kategori ada empat yaitu sangat terampil, terampil, cukup terampil dan kurang terampil

b. Untuk melihat interval penilaian keterampilan membuat membuat benda konstruksi dari stik es dapat digunakan rumus sebagai berikut:

I =

Sehingga dapat dihitung dengan cara:

I =

=

(6)

Keterangan: I = Interval NA = Nilai Atas NB = Nilai Bawah K = Kategori

Jadi kriteria penilaian keterampilan membuat benda konstruksi dari stik es dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3.3 Kategori Penilaian Keterampilan Membuat Benda Konstruksi dari Stik es Interval Kategori ≥81,25-100 Sangat terampil ≥62,5 ≤81,25 Terampil ≥43,75 ≤62,5 Cukup Terampil ≥25 ≤43,75 Kurang Terampil HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada tahap perencanaan peneliti merencanakan segala sesuatu yang diperlukan yaitu perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus (lampiran A) dan rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran B) yang dirancang untuk setiap pertemuan. Rancangan silabus dibuat dengan mengamati standar isi kurikulum berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Setelah merancang silabus, kemudian dikembangkan kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan. Pada setiap pertemuan menggunakan media pembelajaran.Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru (lampiran C) dan lembar observasi aktivitas siswa (lampiran D) untuk setiap kali pertemuan, serta instrumen penilaian proses (lampiran E) dan instrumen penilaian produk (lampiran F).

Pada pertemuan pertama siklus I ini dilaksanakan di kelas IVB dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan dan semuanya hadir. Pertemuan ini peneliti melaksanakan pembelajaran selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit) dan proses pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 1) (Lampiran B1) dengan materi pokok benda konstruksi. Pada kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mempersiapkan siswa, berdo’a, dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menyampaikan pertanyaan untuk menciptakan pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, menampilkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk lebih menarik perhatian siswa dan memberikan penguatan pada siswa agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yaitu

(7)

“Benda apa saja yang dapat digunakan untuk membuat benda konstruksi?” Kemudian jawaban siswa dijadikan sebagai rancangan hipotesis atau jawaban sementara. Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis yang relevan yaitu stik es dapat dibuat menjadi benda konstruksi, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pendapat tentang benda konstruksi apa yang dapat dibuat dengan stik es dengan pengetahuan siswa. Setelah semua siswa menyampaikan pendapatnya, lalu siswa diminta untuk merancang bentuk figura foto dari stik es dengan ukuran, selanjutnya siswa bereksperimen membuat rancangan benda konstruksi sesuai dengan yang siswa inginkan, guru membimbing dan membantu siswa yang mengalami kesulitan selama membuat rancangan figura foto. Setelah semua siswa selesai membuat rancangannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mendeskripsikan hasil rancangan figura foto dari stik es yang telah dibuatnya, siswa lain diperbolehkan bertanya, mengkritik, dan menganalisis hasil deskripsi rancangan figura foto yang ditampilkan temannya. Setelah semua siswa mengerti dan memahami langkah-langkah dalam merancang figura foto dari stik es, selanjutnya peneliti mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan memberikan latihan lanjutan. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi dalam merancang figura foto dari stik es. Setelah selesai pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan observer tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada pertemuan pertama ini, proses pembelajaran masih belum sesuai dengan apa yang direncanakan dan masih kurang optimal dalam pelaksanaannya.

Pada pertemuan kedua siklus I ini dilaksanakan di kelas IVB dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki, 19 orang siswa perempuan dan semuanya hadir. Peneliti melaksanakan pembelajaran selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit) dan proses pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 2) (Lampiran B2) dengan materi pokok benda konstruksi. Pada

kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mempersiapkan siswa, berdo’a, dan mengabsen kehadiran siswa, kemudian guru menyampaikan pertanyaan tentang pelajaran minggu lalu untuk menciptakan pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, menampilkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk lebih menarik perhatian siswa dan memberikan penguatan kepada siswa, supaya siswa termotivasi selama mengikuti proses pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yaitu “Bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat sebuah figura foto dari stik es?” jawaban siswa dijadikan rancangan hipotesis atau jawaban sementara, selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat hipotesis yang relevan. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merancang figura foto yang memiliki fungsi pakai dan bermanfaat, selanjutnya siswa mulai membuat figura foto yang dimulai dengan memberi lem pada stik dan menyusun stik satu persatu sehingga membentuk sebuah figura foto. Siswa bereksperimen membuat figura foto dengan stik es sesuai dengan rancangan yang

(8)

telah dibuatnya. Guru membimbing dan membantu siswa yang mengalami kesulitan selama proses membuat figura foto dari stik es. Setelah semua siswa menyelesaikan membuat figura fotonya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendeskripsikan hasil figura foto yang telah dibuat sesuai rancangan yang diinginkan, siswa lain diperbolehkan bertanya, mengkritik dan menganalisis pekerjaan temannya. Setelah semua siswa mendeskripsikan hasil figura foto yang telah dibuat, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa terhadap langkah-langkah dalam membuat figura foto dari stik es yang telah dibuatnya. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran mengenai teknik dalam membuat benda konstruksi dalam bentuk figura foto dari stik es yang telah dibuat. Sebagai latihan lanjutan siswa diminta untuk berlatih merancang membuat benda konstruksi dirumah masing-masing karena pada pertemuan berikutnya akan diadakan penilaian akhir siklus I.

Pada pertemuan ketiga siklus I ini, peneliti melanjutkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan kedua, karena pada pertemuan kedua, waktu yang digunakan tidak cukup untuk melakukan pembelajaran membuat benda konstruksi dan mengadakan penilaian akhir siklus I. Pada pertemuan ketiga ini, peneliti meminta siswa untuk melanjutkan membuat benda konstruksi yang telah dirancang pada pertemuan sebelumnya, yaitu figura foto dari stik es. Siswa diminta untuk memperhatikan kerapian dan kreasi pada figura foto. Setelah semua selesai membuat benda kontruksinya, guru mengambil nilai akhir keterampilan dari siklus I.

Hasil pengamatan observer selama pelaksanaan siklus I sebanyak dua kali pertemuan, masih terdapat banyak kekurangan yang dilakukan oleh peneliti dan siswa, seperti: guru belum aktif selama membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan, selama kegiatan pembelajaran peneliti hanya memperhatikan sebagian besar siswa yang aktif saja. Dan siswa, selama bertukar pendapat dalam merumuskan hipotesis masih banyak yang melakukan aktivitas yang lain. Dengan melihat hasil refleksi pada siklus I, peneliti perlu perencanaan perbaikan pada siklus II, yaitu peneliti harus memberikan pengertian dan memotivasi siswa supaya lebih aktif selama kegiatan pembelajaran dan siswa mampu mencari sendiri informasi mengenai materi yang dipelajari, peneliti mampu mengembangkan daya kognitif siswa, dan juga membimbing siswa secara keseluruhan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pada pertemuan pertama siklus II ini dilaksanakan di kelas IVB dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki, 19 orang siswa perempuan dan 2 orang siswa tidak hadir karena sakit. Pertemuan ini peneliti melaksanakan pembelajaran selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit) dan proses pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 3) (Lampiran B3) dengan

materi pokok benda konstruksi. Pada kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mempersiapkan siswa, berdo’a, dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menyampaikan pertanyaan untuk menciptakan pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran,

(9)

menampilkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk lebih menarik perhatian siswa dan memberikan penguatan pada siswa agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yaitu “Bagaimana cara merancang lampion dari stik es, yang berbeda dari contoh didepan?” Kemudian jawaban siswa dijadikan sebagai rancangan hipotesis atau jawaban sementara. Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis atau jawaban sementara menjadi hipotesis yang relevan. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merancang kembali benda konstruksi dalam rancangan lampion sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan siswa. Dengan itu siswa bereksperimen membuat rancangan benda konstruksi dalam rancangan lampion sesuai dengan yang siswa inginkan, guru membimbing dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat rancangan lampion dari stik es, setelah semua siswa selesai membuat rancangannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mendeskripsikan hasil rancangan lampion yang telah dibuatnya, siswa lain diperbolehkan bertanya, mengkritik, dan menganalisis hasil deskripsi rancangan lampion yang ditampilkan temannya, setelah semua siswa mengerti dan memahami langkah-langkah dalam merancang lampion dari stik es, selanjutnya peneliti mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan memberikan latihan lanjutan. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran mengenai teknik membuat rancangan benda konstruksi dalam bentuk lampion dari stik es yang telah dibuat. Sebagai latihan lanjutan siswa diminta untuk berlatih merancang membuat lampion dirumah masing-masing.

Pada pertemuan kedua siklus II ini dilaksanakan di kelas IVB dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki, 19 orang siswa perempuan dan 1 orang siswa tidak hadir karena sakit. Pertemuan ini peneliti melaksanakan pembelajaran selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit) dan proses pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 4) (Lampiran B4) dengan

materi pokok benda konstruksi. Pada kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mempersiapkan siswa, berdo’a, dan mengabsen kehadiran siswa, kemudian guru menyampaikan pertanyaan tentang pelajaran minggu lalu untuk menciptakan pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, menampilkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk lebih menarik perhatian siswa dan memberikan penguatan kepada siswa, supaya siswa termotivasi selama mengikuti proses pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yaitu “Dari rancangan yang telah dibuat pada minggu lalu, bagimana anak-anak menjadikan rancangan lampion menjadi sebuah benda konstruksi yang sempurna?” jawaban siswa dijadikan sebagai rancangan hipotesis atau jawaban sementara, selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat hipotesis yang relevan. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat benda konstruksi dari stik es yang telah dirancang dalam bentuk lampion. Siswa bereksperimen membuat lampion dengan stik es sesuai

(10)

dengan rancangan yang telah dibuatnya. Guru membimbing dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses membuat lampion dari stik es. Setelah semua siswa menyelesaikan membuat lampion dari stik es, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendeskripsikan hasil lampion yang telah dibuat sesuai rancangan yang diinginkan, siswa lain diperbolehkan bertanya, mengkritik dan menganalisis pekerjaan temannya. Setelah semua siswa mendeskripsikan hasil benda konstruksi yang telah dibuat dalam bentuk lampion, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa terhadap langkah-langkah dalam membuat lampion dari stik es yang telah dibuatnya. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran tentang teknik membuat benda konstruksi dalam bentuk lampion dari stik es yang telah dibuat. Sebagai latihan lanjutan siswa diminta untuk berlatih membuat benda konstruksi dirumah masing-masing karena pada pertemuan berikutnya akan diadakan penilaian akhir siklus II.

Pada pertemuan ketiga siklus II ini, peneliti melanjutkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 4) karena pada pertemuan kelima, waktu yang digunakan tidak cukup untuk melakukan pembelajaran membuat benda konstruksi dan mengadakan penilaian akhir siklus II. Pada pertemuan ketiga ini, peneliti meminta siswa untuk melanjutkan membuat benda konstruksi yang telah dirancang pada pertemuan sebelumnya, yaitu lampion dari stik es. Siswa diminta untuk memperhatikan kerapian dan kreasi pada lampion. Setelah semua selesai membuat benda kontruksinya, guru mengambil nilai akhir keterampilan dari siklus II.

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II ini sudah lebih baik dibandingkan siklus I. Hasil refleksi pada siklus I dan perencanaan untuk perbaikannya juga sudah diterapkan pada setiap pertemuan pada siklus II. Aktivitas guru dan siswa sudah lebih baik dibanding siklus I, begitu juga dengan hasil keterampilan benda konstruksi dari hasil sebelumnya. Kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan telah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing, peneliti juga sudah mampu untuk menggunakan waktu dengan baik, bimbingan dan motivasi yang diberikan guru sudah mampu untuk meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan sangat baik. Siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing, hal ini terlihat dari keaktifan siswa, kemandirian siswa selama membuat keterampilan benda konstruksi dari stik es. Dari refleksi yang dilakukan pada siklus II ini, peneliti tidak melakukan rencana perbaikan untuk siklus selanjutnya karena peneliti hanya melaksanakan penelitian sebanyak dua siklus.

(11)

Peningkatan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan seperti tabel berikut:

Tabel 4.12 Perbandingan Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

N

O Aktivitas Guru yang Diamati

Siklusi I Siklus II Pertemuan ke- Pertemuan ke-

1 2 1 2

1 Menyajikan pertanyaan atau masalah 2 3 3 3

2 Membimbing siswa menentukan hipotesis yang

relevan mengenai benda konstruksi dari stik es 2 3 3 4

3 Membimbing siswa menentukan langkah-langkah

merancang benda konstruksi dari stik es 2 2 3 4

4 Membimbing siswa membuat benda konstruksi

dari stik es untuk menguji hipotesis 2 2 3 4

5 Mengumpulkan dan menilai keterampilan benda

konstruksi yang telah dibuat 2 3 3 3

6

Membimbing siswa menyimpulkan pelajaran berdasarkan hasil keterampilan benda konstruksi dari stik es

2 3 3 3

Jumlah Skor 12 16 18 21

Skor Maksimum 24 24 24 24

Persentase 50% 66,66% 75% 87,5%

Kategori Cukup Baik Baik Sangat

Baik

Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I pertemuan pertama aktivitas guru mendapatkan persentase 50% dengan kategori cukup, hal ini dikarenakan guru masih belum mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing. Kemudian meningkat pada siklus I pertemuan kedua aktivitas guru mendapatkan persentase 66,66% dengan kategori baik, hal ini dikarenakan guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing tetapi masih belum mampu membuat siswa menjadi aktif. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan pertama aktivitas guru mendapatkan persentase 75% dengan kategori baik, hal ini dikarenakan guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing tetapi masih terdapat beberapa orang siswa yang masih belum aktif. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan kedua aktivitas guru mendapatkan persentase 87,5% dengan kategori sangat baik, hal ini dikarenakan guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing dan mampu membuat siswa menjadi aktif.

Peningkatan aktivitas siswa pada setiap pertemuan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

(12)

Tabel 4.14Perbandingan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Dengan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Siklus I dan Siklus II

N o

Aktivitas Siswa yang Diamati Siklus I Siklus II Pertemuan Pertemuan

1 2 1 2

1 Memperhatikan dan membahas pertanyaan atau masalah tentang benda konstruksi yang diberikan oleh guru

2 3 4 4

2 Menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan benda konstruksi dari stik es

2 2 3 3

3 Mengikuti langkah-langkah pembuatan benda konstruksi sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan

3 3 3 4

4 Berlatih membuat benda konstruksi dengan benar untuk menguji keterampilan siswa

2 2 3 3

5 Terampil dalam membuat benda konstruksi 1 3 3 4

6

Menyimpulkan pelajaran berdasarkan hasil keterampilan benda konstruksi dari stik es

2 3 3 3

Jumlah Skor 12 16 19 21

Skor Maksimum 24 24 24 24

Persentase 50% 66,66% 79,16% 87,5%

Kategori Cukup Baik Sangat

Baik

Sangat baik

Dari tabel 4.14 di atas, dapat dilihat bahwa pada aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dengan persentase sebesar 50% dengan kategori cukup , hal ini dikarenakan siswa belum mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing. Kemudian meningkat pada siklus I pertemuan kedua dengan persentase sebesar 66,66% dengan kategori baik, hal ini dikarenakan siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing tetapi masih kurang aktif dalam pelaksanaannya. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan pertama dengan persentase sebesar 79,16% dengan kategori baik, hal ini dikarenakan siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing tetapi masih terdapat siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan kedua dengan persentase sebesar 87,5% dengan kategori sangat baik, hal ini dikarenakan siswa telah mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing dan aktif dalam pembelajaran. Untuk mengetahui peningkatan nilai keterampilan membuat benda konstruksi dengan stik es pada data awal, siklus I, dan siklus II melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SDN 153 Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut:

(13)

Tabel 4.16 Peningkatan Nilai Keterampilan Siswa dalam Membuat Benda Konstruksi Pada Data Awal, Nilai Akhir Siklus I dan Nilai Akhir Siklus II

Interval Kategori Jumlah Siswa

Data Awal Siklus I Siklus II

≥81,25-100 Sangat Terampil - 3 18

≥62,5 ≤81,25 Terampil 14 18 11

≥43,75 ≤62,5 Cukup Terampil 4 13 5

≥25 ≤43,75 Kurang Terampil 16 - -

Jumlah Nilai Siswa 1716 2357,5 2785,7

Rata-rata Nilai Siswa 50,47 69,33 81,93

Kategori Cukup

Terampil Terampil

Sangat Terampil Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi meningkat dari data awal, siklus I hingga siklus II. Pada data awal siswa dengan kategori sangat terampil belum ada, kategori terampil 14 orang, kategori cukup terampil 4 orang, dan yang kurang terampil 16 orang, dengan jumlah nilai 1716 dan nilai rata-rata 50,47 dikategorikan cukup terampil. Karena, siswa belum pernah membuat keterampilan benda konstruksi, sehingga yang didapat oleh siswa hanya konsepnya saja pada pokok bahasan benda konstruksi tanpa ada praktek langsung. Kemudian peningkatan terlihat pada siklus I, siswa dengan kategori sangat terampil terdapat 3 orang, kategori terampil 18 orang, kategori cukup terampil 13 orang, dan kategori kurang terampil tidak ada, dengan jumlah nilai 2357,5 dan nilai rata-rata 69,33 dengan kategori terampil. Karena, setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa mampu mengembangkan keterampilan membuat benda kontruksi dengan ide-ide yang dimiliki siswa. Selanjutnya pada siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus I yaitu, siswa yang termasuk kategori sangat terampil 18 orang, kategori terampil 11 orang, kategori cukup terampil 5 orang dan kategori kurang terampil tidak ada, dengan jumlah nilai 2785,7 dan nilai rata-rata 81,93 dikategorikan sangat terampil. Karena, siswa sudah mampu membuat keterampilan benda konstruksi sesuai dengan konsep sampai dengan rancangannya. Untuk lebih jelas peningkatan keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi dari data awal yang didapat, penilaian akhir siklus I dan penilaian akhir siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

(14)

Tabel 4.17 Hasil Data Awal, Nilai Akhir Siklus I dan Nilai Akhir Siklus II Keterampilan Membuat Benda Konstruksi pada Siswa

No Uraian Jumlah Siswa Nilai

Rata-rata Siswa

Persentase 1 Data Awal

34

50,47 41,17%

2 Nilai Akhir Siklus I 69,33 52,94%

3 Nilai Akhir Siklus II 81,93 85,29%

Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata siswa pada data awal hanya 50,47 dengan persentase 41,17%. Kemudian setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok benda konstruksi, nilai keterampilan siswa meningkat. Dilihat dari hasil penilaian akhir siklus I dengan jumlah rata-rata siswa sebesar 69,33 dengan persentase 52,94% dan mengalami peningkatan sebesar 18,86 poin dengan persentase 11,77% dari data awal. Kemudian pada penilaian akhir siklus II jumlah rata-rata siswa meningkat sebesar 81,93 dengan persentase 85,29% dan mengalami peningkatan sebesar 12,60 poin dengan persentase 32,35% dari penilaian akhir siklus I.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi dari stik es pada siswa kelas IV SD Negeri 153 Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian keterampilan membuat benda konstruksi dari stik es pada data awal dengan nilai rata-rata 50,47 mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 18,86 sehingga diperoleh nilai rata-rata 69,33 dan juga mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 12,6 sehingga diperoleh nilai rata-rata 81,93.

Dapat juga dilihat pada peningkatan aktivitas guru yaitu pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 12 dengan persentase 50% meningkat sebesar sebesar 4 poin atau sebesar 16,66% sehingga pada pertemuan kedua diperoleh jumlah skor 16 dengan persentase 66,66%, kemudian pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 2 poin atau sebesar 8,34% sehingga diperoleh jumlah skor 18 dengan persentase 75%. Pada pertemuan keempat juga mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 3 poin atau sebesar 12,5% sehingga diperoleh jumlah skor 21 dengan persentase 87,5%. Dapat juga kita lihat peningkatan pada aktivitas siswa yaitu pada pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 12 dengan persentase 50% kemudian meningkat pada pertemuan kedua sebesar 4 poin atau sebesar 16.66% sehingga diperoleh jumlah skor 16 dengan persentase 66,66%, Kemudian pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 3 poin atau sebesar 12,5% sehingga diperoleh jumlah skor 19 dengan persentase 79,16% dan pada pertemuan keempat juga mengalami

(15)

peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 2 poin atau 8,34% sehingga diperoleh jumlah skor 21 dengan persentase 87,5%.

Bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, diharapkan dapat menguasai langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing sebelum melaksanakannya dalam proses pembelajaran, dan guru juga dapat mengelola kelas dengan baik serta melakukan refleksi setelah terlaksananya proses pembelajaran tersebut.

Bagi siswa, pada saat proses pembelajaran khusunya membuat keterampilan benda konstruksi diharapkan dapat serius dan selalu mempersiapkan diri sebelum memulai proses pembelajaran. Salah satu cara mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan keterampilan dan mengulang pelajaran tersebut dirumah.

Bagi pembaca yang akan menindak lanjuti penelitian ini, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar atau pedoman untuk penelitian dalam cakupan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadsudrajat. (2008). Pendekatan Strategi Metode teknik dan Model Pembelajaran.[online]. Tersedia http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses [ 20 mei 2011]

Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo

Julia. 2011. Penerapan Tehnik Menempel Untuk Meningkatkan Keterampilan Kolase Siswa Kelas 1 Seni Budaya dan Keterampilan SDN 013 Bukit Raya

Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Aktivitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sagal, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sudijono, Anas (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta. DEPDIKNAS.

Tim Bina Karya Guru. (2010). Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tumurang, Hetty. 2006. Pembelajaran Kreativitas Seni Anak Sekolah Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS.

Gambar

Tabel 3.2   Kategori Persentase Aktivitas Siswa           Interval  Kategori   ≥81,25% -100%  Sangat Baik                ≥62,5% ≤81,25%  Baik   ≥43,75% ≤62,5%  Cukup        ≥25% ≤43,75%  Kurang
Tabel 3.3   Kategori Penilaian Keterampilan Membuat Benda Konstruksi dari  Stik es  Interval  Kategori            ≥81,25-100  Sangat terampil                        ≥62,5 ≤81,25  Terampil            ≥43,75 ≤62,5  Cukup Terampil                        ≥25 ≤
Tabel 4.12 Perbandingan Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran dengan      Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tabel  4.14Perbandingan  Aktivitas  Siswa  Selama  Proses  Pembelajaran  Dengan  Penerapan  Model  Pembelajaran  Inkuiri  Terbimbing  Siklus  I  dan  Siklus II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Yudha, Titis Isma : 2014 Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Perilaku Altruistik Siswa Di SMK Negeri Temayang Bojonegoro, Skripsi, Fakultas Psikologi,

Perencanaan tindakan merupakan rencana kegiatan secara keseluruhan yang akan dilaksanakannya dengan memanfaatkannya blog sebagai media pembelajaran dalam proses

thuringiensis H-14 galur lokal yang dikembangbiakan dalam media air cucian berbagai varietas beras terhadap jentik Cx quinquefasciatus dilakukan setelah diperoleh konsentrasi yang

Tuan et al.(2005) mengembangkan instrumen penilaian motivasi belajar pada pembelajaran sains berupa kuosioner dengan judul “students’ motivation towards science learning”

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang

Persentase Hasil Positif Uji Biokimia Awal Berdasarkan Koloni Tipikal yang Berasal dari Media Isolasi (HEA, XLDA, dan BSA) Setelah uji biokimia dilakukan, tahap selanjutnya adalah

Nasabah dapat menghubungi PermataTel untuk mengubah transaksi menjadi cicilan dan memastikan transaksinya dilakukan di merchant yang berlaku untuk program ini..